BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Sistem vena otak merupakan sistem vena yang terdiri dari pembuluh vena yang mengalirkan mengalirkan darah dari vena kranial, kranial, vena serebral, serebral, vena – vena di fossa posterior, vena diploic, vena meningeal, sinus dura, vena orbita, vena jugular interna dan vena jugular eksterna. Sinus duramater duramater adalah pembuluh pembuluh darah vena vena yang menerima menerima darah vena dari otak, duramater dan vena diploic. Sinus duramater berada antara dua lapisan lapisan duramater duramater,, yang secara nyata tidak tidak mempunya mempunyaii katup. katup. Sinus Sinus duramater terdiri dari dari sel endotel yang merupakan jaringan jaringan penghubung penghubung dari vena. Secara garis garis besar sinus dura mater terbagi atas dua, dua, yaitu kelompok sinus antero inferior dan supero posterior. Sinus kavernosus merupakan sinus duramater yang termasuk dalam kelompok kelompok sinus sinus antero antero inferior. inferior. Sinus kavernosus kavernosus merupakan merupakan saluran atau kantung kantung vena yang dipisahkan dipisahkan dan dibagi dibagi dua oleh duramater duramater.. Di dinding lateral sinus cavernosus berjalan nervus okulomotor, trokhlear, oftalmika dan nervus nervus maksilaris maksilaris.. Sedangka Sedangkan n arteri arteri karotis
interna interna dan nervus abdusen abdusen
menembus dan berjalan di dalam sinus kavernosus. Sinus Sinus kavernosus kavernosus menerima menerima darah darah
1,2,3
vena dari dari vena – vena fasialis fasialis
melalui : •
Vena oftalmika superior
•
Vena oftalmikal inferior
•
Vena sphenoidalis
•
Vena serebralis media
Vena – vena tersebut tersebut waktu kembali kembali menuju sinus sinus petrosal petrosal inferior kemudian menuj menuju u vena vena yugula yugularis ris inter interna na dan sinus sinus sigmoi sigmoid d melal melalui ui sinus sinus petro petrosal sal superior. Jaringan yang komplek dari vena adalah sistem vena tanpa katup dan darah dapat dapat mengalir kesegala kesegala arah tergantung kepada kepada tekanan sistem vena dalam gradasi yang kuat.
1
Struktur sinus adalah retikular, dan dilewati oleh
syaraf – syaraf
yang vital fungsinya. Selain itu sinus kavernosus merupakan muara dari vena – vena orbita dan fasialis. Sehingga berbagai fokal infeksi dari wajah, sinus paranasal dan orbita akan mudah menyebar ke kranial melalui sinus kavernosus.2.10 Secara klinis, sinus kavernosus
juga dilewati arteri yang melewati
struktur vena ( arteri karotis interna ). Jika arteri ini ruptur maka akan terjadi arterivenous fistula ( secara spesifik disebut dengan carotis – cavernous fistula ). Kelenjar hipofise juga berada antara pasangan sinus kavernosus. Jika
tumbuh massa patologis di daerah sella tursika
(adenoma ), maka
secara langsung akan menekan sinus kavernosus.2.10
1.2.
Batasan Masalah Pembahasan makalah ini dibatasi pada anatomi, fisiologi dan patologi dari sinus cavernosus.
1.3.
Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui anatomi, fisiologi dan patologi dari sinus cavernosus.
1.4.
Metode Penulisan Makalah ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada beberapa literatur.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi Sinus Kavernosus Sinus kavernosus adalah suatu trabekula sinus vena yang berlokasi antara selubung dari duramater dan bersebelahan dengan sela tursika. Substansi dari sinus berjalan ke ujung dalam sinus kavernosus dari arteri karotis interna, dan dikelilingi oleh pleksus parasimpatis. Selanjutnya yang berjalan keluar dari sinus
sebelah
lateral dari arteri karotis adalah nervus trokhlearis (VI). Nervus kranial ketiga dan keempat
berlokasi didalam duramater dan dinding lateral dari sinus kavernosus,
sepanjang nervus V.1 pada duramater. Nervus V.2 berjalan pada duramater pada fossa tengah lateral dari sinus kavernosus.4,5,6 Hubungan anatomi dari syaraf motorik mata
dengan nervus V.1 terlihat
pada fissura orbitalis superior. Sebelah atas lateral dari saluran tulang keluar nervus lakrimalis dan
nervus frontalis
yang merupakan cabang dari nervus trigeminus,
berdekatan dengan ini adalah nervus IV. Agak ke ventral dan medial adalah divisi superior dari Nervus III, cabang nasosiliaris dari nervus trigeminus, divisi inferior dari nervus III, nervus VI, dan vena oftalmika superior. Sinus kavernosus yang termasuk dalam kelompok sinus vena dura antero inferior, bilateral kiri dan kanan. Masing -
masing sinus terletak pada tulang
sphenoidalis, dan berada dari fissura orbitalis superior kearah puncak
dari portio
petrous dari tulang temporal, berjarak kira – kira lebih dari 2 cm. Sinus sphenoidalis dan kelenjar hipofise berada sebelah medial dari sinus kavernosus dan sebelah lateralnya adalah fossa kranial media dan lobus temporal Sinus kavernosus bukanlah rongga vena yang besar. Biasanya sinus ini terdiri dari beberapa pleksus vena yang bervariasi ukurannya. Dimana pleksus ini ada yang terbagi, menyatu dan menjadi lengkap disekeliling
daerah kavernosus dari arteri
karotis, menjadikan daerah kavernosus ini tidak terurai, tidak terpisah, sehingga membentuk anyaman vena. Sinus kavernosus terbagi atas empat ruangan vena dengan parameter jarak daerah kavernosus dengan arteri karotis. Yaitu :
3
•
Medial
•
Antero inferior
•
Postero superior
•
Lateral Bagian medial dari sinus kavernosus ini terletak antara glandula hipofise dan
arteri karotis interna. Daerah ini mempunyai lebar 7 mm, tetapi bisa tidak nyata apabila arteri berliku – liku. Bagian antero inferior berada pada kelengkungan dibawah kurva pertama dari portio intrakavernosus dan arteri karotis. Nervus abdusen memasuki daerah ini setelah melewati keliling arteri sebelah lateral. Bagian postero superior berada antara arteri karotis dan sebelah posterior, setengahnya adalah atap dari sinus kavernosus. Percabangan arteri meningohipofise dari arteri karotis interna terjadi didaerah ini. Ketiga daerah diatas lebih besar dibandingkan dengan bagian lateral dari sinus kavernosus.
Bagian lateral lebih sempit, ketika
nervus abdusen melewati
daerah ini, nervus ini melekat ke arteri karotis interna dan sebelah lateralnya adalah dinding sinus. Daerah kavernosus dari arteri karotis dan nervus abdusen berlokasi dekat dengan badan sinus kavernosus dan merupakan trunkus okulosimpatis. Sinus kavernosus dinamakan seperti ini karena sinus ini membentuk suatu struktur yang retikular. Sinus ini juga membentuk suatu garis melintang dengan filamen yang menjalin. Sinus membentuk struktur iregular dimana lebih besar bagian samping dibandingkan dengan bagian depan, dan terletak diatas sisi tulang sphenoidalis, memanjang dari fissura orbitalis superior ke bagian apeks (puncak) dari portio petrous dari tulang temporal. Masing – masing sinus terbuka kesamping ke arah sinus petrosal. Pada dinding medial dari masing – masing sinus berjalan arteri karotis interna, bergabung dengan filamen dari pleksus karotis. Berjalan dekat dengan arteri ini adalah nervus abdusen, didinding bagian lateral adalah nervus okulomotor (N III) dan nervus trochlearis (N VI) , berjalan juga seiring adalah nervus oftalmika dan nervus maksilaris yang merupakan divisi dari nervus trigeminus (gambar.1). 4,5,6,7,8
4
Gambar.1. Anatomi sinus kavernosus (potongan melintang)
Dikutip dari kepustakaan no.8
Gambar.2. Anatomi sinus kavernosus (potongan memanjang)
Dikutip dari kepustakaan no.1
Struktur dari bagian sinus dipisahkan dengan adanya aliran darah sepanjang aliran sinus dengan mengaliri membran dari sinus. Sinus kavernosus menerima aliran darah dari :
5
•
Vena orbitalis superior melalui fissura orbitalis superior.
•
Vena serebralis dari sinus sphenoidalis yang kecil dimana berjalan sepanjang bagian bawah dari bagian sayap kecil tulang sphenoidalis. Ini juga berhubungan dengan sinus transverse dengan
memakai sinus petrosal
superior. •
Vena yugularis Interna melalui sinus petrosal inferior.
•
Pleksus vena melalui foramen vasalii, foramen ovale dan foramen Lacerum.
•
Vena – vena angularis melalui vena ophtalmika.
Masing – masing sinus berhubungan melalui sinus intrakavernosus anterior dan posterior.9
Gambar 3. Sistem vena menuju sinus cavernosus
Dikutip dari kepustakaan no.8
Vena oftalmika superior dan vena oftalmika inferior
sama sekali tidak
mempunyai katup. Vena oftalmika superior mulai dari sudut sebelah dalam dari orbita berada pada bahagian dalam dari vena yang dinamakan naso frontal yang berhubungan dengan anterior dengan vena angular, bagian ini mengikuti posisi yang sama seperti arteri oftalmika, dan menerima anak – anak cabang dari cabang
6
pembuluh yang membentuk sebuah rangkaian tunggal yang pendek. Bagian ini lewat antara dua ujung dari m. rektus frontalis dan melewati bagian medial dari fissurta orbitalis superior dan berakhir pada sinus kavernosus . Vena oftalmika inferior, berjalan mulai dari jaringan vena pada bagian depan dari lanatai orbita, bagian ini menerima vena dari : •
M.rektus inferior
•
M. obligus superior
•
Sakus lakrimalis
Dan kelopak mata yang
berjalan kebelakang pada bagian bawah dari orbita dan
membagi dalam dua cabang. Salah satu dari vena tersebut berjalan melewati fissura orbitalis superior dan bergabung dengan pleksus vena pterigoid, dimana yang lain masuk tulang kranial melalui fissura orbitalis superior dan berakhir pada sinus kavernosus. Masing – masing sinus kavernosus mempunyai hubungan bilateral melalui sinus intra kavernosus dan sinus basilar. Sinus intra kavernosus ada dua bagian, yaitu : •
Bagian anterior
•
Bagian posterior
Yang bejalan menggabungkan kedua sinus melalui garis tengah. Bagian anterior berjalan melalui bagian depan melalui hipofise serebral dan bagian posterior disamping hipofise serebri yang akhirnya membentuk siklus sinus kavernosus ( sinus siklus ) yang mengelilingi hipofise.
10,11,12
Gambar .4. Sinus intra kavernosus
7
Dikutip dari kepustakaan no.14
Dalam kerangka anatominya, sinus kavernosus sangat sulit untuk pecah/ ruptur karena struktur trabekulanya, tetapi studi terbaru menunjukkan
sinus
kavernosus adalah pleksus vena dengan ukuran yang bervariasi, dimana sinus ini bercabang dan bersatu.
2.2. Sinus Vena Dura
Sinus vena dura adalah ruangan antara endosteal dan lapisan meningen dari duramater. Sinus vena terdiri dari darah vena yang membentuk bagian dari otak atau rongga kranial. Sinus terdiri dari garis endotelial yang berlanjut ke vena yang membentuk struktur sinus. Bagian darah vena yang terbanyak, yang mengalir ke sinus bersumber dari vena yugular interna. Sinus paranasal (misalnya : sinus maksilaris ) dengan sinus vena duramater mempunyai perbedaan yang mendasar. Sinus paranasal adalah ruangan yang terus berlanjut dengan rongga hidung dan melekat dengan tulang kranial. Sinus – sinus ini terdiri dari air dan mempunyai lapisan
mukosa yang
terus berlanjut ke mukosa
nasal. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa sinus vena dura terdiri dari darah dan sinus paranasal terdiri dari air Sinus vena dura secara umum dibagi atas dua kelompok besar, yaitu : 1.Sinus postero superior, yaitu : •
Sinus sagitalis superior.
•
Sinus sagitalis inferior
•
Sinus straight
•
Sinus transversal
2.Sinus antero inferior, yaitu : •
Sinus cavernosus
•
Sinus intracavernosus
•
Sinus petrosal superior
•
Sinus petrosal inferior
8
Sinus postero superior berlokasi diatas sebelah belakang dari tulang kranial dan kelompok antero inferior berada pada dasar tulang kranial.
Sinus sagitalis superior berada pada batas atas falx cerebri dan dimulai dari crista galli. Sinus sagitalis superior diisi oleh darah dari vena sentralis superior dan berakhir pada pertemuan sinus dekat tonjolan dari oksipitalis interna. Sinus sagitalis inferior berlokasi pada batas bawah yang bebas dari falk cerebri antara 2 hemisfer cerebri. Sinus ini dimulai dari depan (anterior ) dan berakhir pada persimpangan dengan sinus straight. Sinus straight terdiri dari gabungan vena serebral besar dan sinus sagitalis inferior. Sinus ini berjalan kearah belakang pada persimpangan dari falx cerebri dan tentorium cerebelli dan kemudian berlanjut dengan satu sinus transversal ( bagian paling banyak ke sebelah kiri ). Sinus petrosal superior berlokasi diujung dari tentorium serebelli, pada bagian punggung dari bagian petrous dari tulang temporal. Darah dari sinus petrosal inferior akan mengalir kearah sinus transversal Sinus petrosal
inferior
berada pada dasar bagian petrous
dari tulang
temporal pada fossa kranial posterior, dimana sinus ini kosong kearah vena jugular interna.
Sinus basilar berhubungan dengan sinus petrosal inferior dan pleksus
vertebral interna. Sinus transversal berada sebelah lateral dari sinus dekat tentorium cerebelli. Sinus transversal berjalan kearah ventral untuk bergabung dengan sinus sigmoid pada masing – masing sisinya .12,13,14 Sinus sigmoid menikung seperti kurva huruf S dan berlanjut ke vena yugular interna melalui foramen yugular. Sinus oksipitalis berlokasi dibatas posterior dekat perlengketan dengan falx cerebri. Sinus oksipitalis mempunyai hubungan kearah superior dengan aliran sinus dan kearah inferior dengan pleksus vertebra interna. 18
9
Gambar. 5. Sinus vena dura
Dikutip dari kepustakaan 10. Keterangan Gambar :18 A.
Sinus sagitalis superior
F. Sinus petrosal inferior
B.
Vena serebral
G. Vena jugularis
C.
Vena oftalmika
H. Sinus sigmoid
D.
Vena fasial
E.
Sinus k avernosus
I. Sinus petrosal superior J. Sinus sagitalis inferior
2.3. Keadaan Patologi dari Sinus Kavernosus Sindroma Sinus Kavernosus15,16,17.18 A. Definisi Sindroma sinus kavernosus mempunyai karakteristik neuropati syaraf kranial yang multipel. Gejala klinis berupa : •
Kerusakan syaraf okulomotor
•
Sindroma Horner
•
Kerusakan sensorik dari nervus V.1 dan V.2 dalam berbagai variasi.
•
Kelainan pada pupil.
10
•
Variasi rasa nyeri dalam berbagai tingkatan.
B. Penyebab B.1.Trauma B.2.Vaskular B.3. Neoplasma B.4. Inflamasi
11
BAB III KESIMPULAN
1. Sinus kavernosus adalah sinus vena dura yang dilewati N III, N IV, N V.1, N V.2, N VI, dan arteri karotis interna. 2.
Sinus kavernosus mempunyai sistem anyaman vena yang
terdiri dari darah
dan mempunyai struktur vena tanpa katup. 3. Sinus kavernosus bilateral dan dihubungkan oleh sinus intra kevernosus anterior dan posterior. 4. Sindroma sinus kavernosus merupakan suatu kelainan pada sinus yang disebabkan oleh trauma, infeksi, neoplasma, dan jamur.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophtalmology, Basic and
Clinical Science Course,
Orbit, Eyelids and Lacrimal sistem, Section 7, 2005 – 2006. p. 6 -12. 2. American Academy of Ophtalmology, Basic and
Clinical Science Course,
Neuro Ophthalmology, Section 8, 2006 – 2007. p. 3.
American Academy of Ophtalmology, Basic and
Clinical Science Course,
Fundamental and Principles Of Ophthalmology , Section 2, 2006 – 2007. p.93 – 119. 4.
Wilson II M Fred,
Practical Opththalmology
A manual For Beginning
Residents, Fourth Edition, American Academy of Ophthalmology, 1996. p.167 – 172. 5.
Levin. A.Leonard. Neuro – Ophthalmology The Practical Guide, Thieme Medical Publishers, Inc, New York, 2005. p.296 – 303.
6.
Wilson L. Cranial Nerves. Anatomy and Clinical Comments. BC Decker Inc. Toronto Philadelphia. 1988. p.26 – 78.
7. Riordan P. Vaughan & Asbury’s. General Opthalmology. McGraw – Hill Companies, Inc. 2004. p. 1 – 7. 8. Tasman W. Duane’s Clinical Ophthalmology, Vol.4. Lippincott – Raven Publishers. Philadelphia. New York. 1997. p. 1 – 25. 9. Hashimoto Masako. Journal Of Neuro-Ophthalmology. A Case Of Posterior Ischemic Optic Neuropathy in a Posterior – Draining Dural Cavernous Sinus Fistula. September 2005. Vol 25. No.3. 10.
The
Sinuses
of
Dura
Mater
diakses
dari
:
http://education.yahoo.com/reference/gray/subjects/. P.1-8. 11.
Cavernous sinuses
diakses
dari :
encyclopedia. p. 1 -4.
13
http://google.com/wikipedia/the free
12.
Carlise R, Preseptal and Orbital Cellulitis, Hospital Physician. 2006. diakses dari http://turner-white.com. P.15 -19.
13. Lippincot
williams and wilkins, Journal of neuroophtalmology,
A Case of
Posterior Ischemic Optic Neuropathy, september 2005, volume 25, number 3, p.176 – 179. 14.
Khurana AK Professor. Comprehensive Ophtalmology. Fourth edition New age international cpj limited publisher.2007. p. 387 – 391.
15. Newman NJ. Third. Fourth and sixth Nerve Lesions and the Cavernous Sinus. In : Albert & Jacobiec Principle and Practice of Ophtalmology vol 4. WB Saunders. Philadelphia. 1994. p. 2444 – 2454. 16. Marlon M. Clinical Practice. Principles and Practice of Ophthalmology. Basic Anatomy of the orbit. Chapter 165. p.1871 – 1879. 17. Lee JH, Lee HK, AJR, Pictorial Essay Cavernous Sinus Syndrome : Clinical Features and Differential Diagnosis with MR Imaging, 2003, Vol.181.p.583 – 590. 18.
Walsh and Hoyt’s, Clinical Neuro Ophtalmology, Volume three, Fifth Edition, Wiiliam & Wilkins A Warely Company, Baltimore, 1982, p. 2869 – 2970.
14
15