SOP POMP FILARIASIS Diposting pada Oktober 7th 2014 pukul 08.32 oleh kesehatan Filariasis adalah penyakit infeksi yang bersifat menahun, disebabkan oleh cacing Filaria ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantong buah zakar dan payudara. Bisa menyerang semua orang. Kota Batam merupakan salah satu daerah endemis Filariasis, oleh sebab itu di selenggarakan kegiatan Program Minum Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis selama 5 (lima) tahun berturut-turut sejak tahun 2012 – 2014, dan tahun 2014 ini merupakan putaran ke 3. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan POMP Filariasis ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Pemberian Obat Masal Pencegahan ( POMP ) Filariasis merupakan bagian dari program Eliminasi filariasis, Program eliminasi filariasis terdiri dari : 1. Pendataan Penderita Filariasis Kabupaten melakukan pendataan penderita Filariasis tahap lanjut (Kronis) dan dilaporkan ke Dinkes Provinsi dan Kementrian Kesehatan. 2. Survey Darah Jari Untuk kabupaten yang melaporkan adanya penderita Filariasis dilakukan pemeriksaan darah jari di desa-desa yang dipilih untuk mengetahui adanya penduduk yang mengandung anak cacing filaria dalam tubuhnya. 3. Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis Di Kabupaten dengan hasil survey darah jari ≥1% dilaksanakan kegiatan Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis (POMPFil) satu kali setahun selama 5 tahun berturut-turut, di seluruh wilayah kabupaten tsb. Survey Darah jari Survei darah jari dilakukan beberapa kali di satu kabupaten yang endemis yaitu sebelum program POMP Filariasis, pada tahun ketiga dan setelah pelaksanaan POMP Filariasis di tahun ke lima. Pemeriksaan adanya anak cacing filaria (mikrofilaria) dilakukan untuk semua orang dalam satu wilayah tertentu, baik yang sakit filariasis maupun orang-orang sehat Waktu: pemeriksaan dilakukan di malam hari (jam 10 (malam) – 2 (dini hari). Karena anak cacing berada di pembuluh darah tepi pada malam hari, di siang hari cacing bersembunyi di pembuluh darah organ dalam Pelaksanaan POMP filariasis Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis adalah memberikan obat anti filariasis (DEC &Albendazole) kepada semua penduduk di daerah endemis filaria. Manfaat obat anti filariasis atau disebut juga obat pencegahan filariasis Menghentikan perkembangbiakan cacing filariasis Mencegah semua penduduk dari penularan filariasis Melindungi anak anda tertular filariasis Mengobati cacingan Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis dilakukan terhadap semua penduduk, satu tahun sekali, sedikitnya selama 5 (lima) tahun berturut-turut. Dosis obat : UMUR (Tahun) DEC (100 mg) Albendazole (400mg) 2–511
6 – 14 2 1 > 14 3 1 Sasaran POMP Filariasis : Seluruh penduduk yang tinggal di daerah endemis filariasis Penduduk yang ditunda minum obat filariasis adalah : anak-anak usia < 2 tahun ibu hamil Penderita gangguan fungsi hati Penderita gangguan fungsi ginjal orang yang sedang sakit berat sedang menjalani pengobatan intensif penderita filariasis dengan serangan akut (tunggu sampai sembuh) Balita marasmus/kwasiorkor Penduduk usia lanjut (75 tahun lebih) Penderita dalam serangan epilepsi (ayan). Tahap pelaksanaan dan pelaporan POMP Filariasis ( Petugas bersama dengan kader ) Melakukan Penyuluhan kepada masyarakat sebelum kegiatan POMP dilakukan Melakukan Pendataan sasaran dan masyarakat yang ditunda minum obat. Memberikan informasi tentang waktu dan tempat pelaksanaan POMP Membagikan dan mengawasi orang minum obat Kader menandai kolom status minum obat pada buku pendataan penduduk dengan keterangan yang sesuai Kader mencatat, mengawasi dan melaporkan adanya kejadian reaksi pengobatan yang mungkin timbul kepada petugas kesehatan dan langsung dilakukan terapi tindak lanjut oleh tenaga kesehatan Melaporkan hasil POMP Filariasis dan sweeping dari data yang dimasukan ke dalam buku pendaftaran penduduk Reaksi hasil Pengobatan Obat POMPFil akan membunuh anak cacing dan cacing filaria Cacing yang mati oleh obat POMPFil di dalam tubuh bisa menyebabkan reaksi yang disebut reaksi hasil pengobatan Reaksi hasil pengobatan yang mungkin terjadi adalah: sakit kepala, gata-gatal, mual Reaksi biasanya ringan Jenis-jenis reaksi pengobatan : Pusing/Sakit Kepala Mual Muntah Demam Sakit Otot & Tulang Mengantuk / Lemas Diare/Berak-berak Keluar cacing Reaksi terlokalisir : Sekelan (pembesaran kelenjar getah bening) Bisul/Abses, Gatal-gatal Monitoring dan evaluasi POMPFilariasis : Monitoring dan evaluasi untuk POMPFil dilakukan: Setelah pemberian obat tahun ketiga Setelah pemberian obat tahun kelima Cara dengan survei darah jari
Hasil survei darah jari tahun kelima akan diteruskan dengan survei penilaian penularan (TAS) pada anak sekolah. Jika survei penilaian penularan (TAS) hasilnya negatif, maka kabupaten bisa menghentikan POMP Filariasis Sumber Data : Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Bidang P2PL
Standar Opearsional Prosedur (SOP) KEGIATAN KONSELING PADA PENYAKIT FILARIASIS
Nomor
:
Revisi Ke
:
Berlaku Tgl
:
Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas ......
KONSELING PADA PENYAKIT FILARIASIS ( SOP )
PEMERINTAH KABUPATEN DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS......... KOP PEMDA
KEGIATAN KONSELING PADA PENYAKIT FILARIASIS No. Dokumen : SOP
UPT Puskesmas
No. Revisi
:
Tanggal Terbit : Halaman :
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi 5.
Prosedur Langkah-langkah
/ 1. 2. 3.
4.
5.
6.
7. 6. Hal-hal yang perlu di perhatikan 7. Unit terkait
Program kesling dan program kesehatan
8. Dokumen terkait 9.
Rekaman perubahan
Hubungan komunikasi antara tenaga kesehatan lingkungan dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang di hadapi penyakit filariasis Sebagai acuan penerapanlangkah-langkah untuk pelaksanaan kegiatan konseling pada penderita filariasis SK Kepala Puskesmas ........No. /SK/ / 201 Tentang Pendokumentasian kegiatan perbaikan kinerja Permenkes nomor 13 tahun 2015 tentang Penyelenggaran pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas Petugas melakukan persiapan yaitu menyiapkan tempat,daftar pernyataan /formulir dan media informasi / alat peraga. Petugas melakukan pendataan tenaga identitas pasien/ data umum. Petugas melakukan identifikasi masalah kesehatan lingkungan dan perilaku berdasarkan pertanyaan di formulir yaitu kondisi rumah/ventilasi kurang baik,lingkungan sekitar rumah tidak terawat,perilaku tidak sehat. Petugas membuat analisa / dugaan penyebab penyakit diare berdasarkan dari identifikasi masalah. Petugas memberikan saran yang diarahkan pada penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku / saran sesuai dengan masalahnya. Petugas melakukan rencana tindak lanjut / kesepakatan untuk kunjungan lapangan awal yaitu kesepakatan antara petugas dan pasien untuk tindak lebih lanjut. Petugas melakukan pendokumentasian kegiatan konseling. Tehnik komunikasi yang baik
historis
Register konseling
No
Yang dirubah
Isi Perubahan
Tanggal mulai dilakukam
KEGIATAN KONSELING PADA PENYAKIT FILARIASIS No. Kode : KOP PEMDA
Terbitan
:
DAFTAR No. Revisi : TILIK Tgl. Mulai Berlaku : UPT Puskesmas No 1 2
3
4
5
6
7 CR
Halaman Langkah kegiatan
: Ya
Tidak
Tidak Berlaku
Apakah Petugas melakukan persiapan yaitu menyiapkan tempat,daftar pertanyaan / formulir dan media informasi /alat peraga Apakah Petugas melakukan pendataan tentang identitas pasien /data umum Apakah Petugas melakukan identifikasi masalah kesehatan lingkungan dan perilaku berdasarkan pertanyaan di formulir yaitu kondisi rumah/ventilasi kurang baik,lingkungan sekitar rumah tidak terawat,perilaku tidak sehat. Apakah Petugas membuat analisa / dugaan penyebab penyakit diare berdasarkan dari identifikasi masalah Apakah Petugas memberikan saran yang di arahkan pada penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku / saran sesuai dengan masalahnya Apakah Petugas melakukan renacana tindak lanjut / kesepakatan untuk kunjungan lapangan awal yaitu kesepakatan antara petugas dan pasien untuk tindakan lebih lanjut Apakah Petugas mendokumentasikan kegiatan konseling : ...................................... % Pelaksana / Auditor
https://rumahdaunmuda.blogspot.co.id/2017/06/konseling-pada-penyakit-filariasis-sop.html
← UJI PETIK KUALITAS AIR MINUM PDAM DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2011 Oleh : Anggiat Martua TAPKIN 2015 →
SURVEI DARAH JARI (SDJ) DI DESA BANUA ANYAR KECAMATAN BAKUMPAI DAN DESA KOLAM KIRI KECAMATAN BARAMBAI KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh: Abdul Kadir Posted on 11 Februari 2014 by medinfobbtklppbjb
Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit kaki gajah umumnya banyak terdapat di wilayah tropis. Penyebab filariasis adalah tiga spesies cacing filaria yaitu Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Sejak tahun 2002, pemerintah melakukan pemberian obat anti filariasis massal untuk mencegah penyebaran filariasis di daerah endemis. Prosedur pencegahan untuk eliminasi filariasis telah direkomendasikan WHO pada tahun 1977. Pengobatan massal anti filariasis juga telah dilakukan di lebih 50 negara di wilayah Afrika, Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat yang mencakup 496 juta orang. Negara-negara anggota WHO sepakat membebaskan dunia dari penyakit Kaki Gajah tahun 2020 yang dituangkan dalam Kesepakatan Global (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020).
Bulan Juni 2011, BBTKL-PPM Banjarbaru melakukan Survei Darah Jari (SDJ) di Kabupaten Tapin berkerjasama dengan Dinas kesehatan Kabupaten Tapin, menemukan enam penderita positif mikrofilaria di Desa Sungai Salai Kecamatan Candi Laras Utara.Top of Form Bottom of Form Desa Sungai Salai berbatasan dengan Desa Banua Anyar dan Sei Rambai Kecamatan Bakumpai Kabupaten Barito Kuala. Masyarakat Sungai Salai sering beraktivitas di dua desa tersebut, sehingga memungkinkan terjadi penularan filariasis. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala tahun 2010, penderita filariasis kronis yang telah ditangani di Kecamatan Barambai (satu penderita), Rantau Badauh (tiga penderita), Marabahan (satu penderita) dan Tabukan (satu penderita). Setiap kabupaten/kota yang mempunyai kasus kronis filariasis berkewajiban untuk melakukan SDJ (Buku Pedoman Penentuan dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis, Depkes, 2009). Berdasarkan surat dari Kepala Dinas Kesehatan Barito Kuala Nomor 443.4.43/3635/Dinkes, tanggal 19 September 2011, perihal Bantuan pelaksanaan SDJ Filariasis, BBTKL-PPM Banjarbaru memberikan support dalam pelaksanaan SDJ filariasis dalam rangka survei baseline filariasis di wilayah Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Bakumpai mempunyai luas wilayah 261 km2 dan berpenduduk 10.440 jiwa. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Kuripan (sebelah utara), Kecamatan Cerbon (sebelah selatan), Kabupaten Banjar dan Tapin (sebelah timur) dan Kecamatan Marabahan (sebelah barat). Hampir 90 persen wilayah Bakumpai merupakan daerah rawa dengan tanah gambut. Sungai terbesar di daerah ini adalah Sungai Barito dan muara Sungai Negara yang merupakan urat nadi perekonomian daerah ini. Sebagian besar penduduk di wilayah ini bekerja sebagai petani sawah, berkebun, buruh, pedagang dan ibu rumah tangga, pekerjaan sampingan sebagai pencari ikan di sungai dan rawa. Peta Lokasi SDJ Desa Banua Anyar Kecamatan Bakumpai Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan Secara topografi, Kecamatan Barambai merupakan dataran rendah dan rawa, dimana ketinggian dari permukaan laut adalah rata-rata 2 m dari permukaan laut (sebelah utara) dan rata-rata 110 m dari permukaan laut (sebelah selatan). Peta Lokasi SDJ Desa Kolam Kiri Kecamatan Barambai Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan Tujuan Kegiatan ini adalah sebagai Baseline data untuk pemetaan filariasis dalam rangka mensukseskan eliminasi filariasis. Selain itu untuk mengetahui derajat endemisitas daerah
filariasis, menurunkan angka mikrofilaria (microfilaria rate) menjadi kurang dari 1 % di setiap kabupaten/kota serta mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis. Survei darah jari dilaksanakan pada tanggal 27-30 September 2011, di Desa Banua Anyar Kecamatan Bakumpai dan pada tanggal 11-14 November 2011 di Desa Kolam Kiri Kecamatan Barambai Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam survei ini populasinya adalah penduduk yang tinggal di wilayah Desa Banua Anyar Kecamatan Bakumpai dan Desa Kolam Kiri Kecamatan Barambai. Sampel adalah penduduk desa yang berusia 13 tahun ke atas, dengan jumlah minimal 500 spesimen. Pengambilan spesimen darah jari dilakukan mulai pukul 20.00 sd 24.00 WITA, dimana cacing filaria di Indonesia mempunyai periodisitas mikrofilaria malam hari. Persiapan pengambilan darah jari yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Mempersiapkan peralatan survei 2) Memberikan penyuluhan melalui pemutaran film dokumenter tentang filariasis di lokasi SDJ 3) Registrasi setiap orang yang akan diambil darahnya 4) Pengambilan darah jari a) Slide yang sudah bersih dari lemak atau kotoran, diberi nomor dengan spidol waterproof sesuai dengan nomor penduduk yang telah didaftar dalam formulir pencatatan survei b) Ujung jari kedua atau keempat dibersihkan dengan alkohol swab, setelah kering ditusuk tegak lurus alur garis pada jari tangan dengan blood lancet sehingga darah keluar (dengan penekanan ringan) c) Darah yang keluar pertama dihapus dengan alkohol swab, kemudian darah diteteskan sebanyak tiga tetes (diperkirakan 20 µl) pada slide, dilebarkan dengan menggunakan ujung slide sehingga membentuk sediaan darah tebal berbentuk oval berukuran 1 x 2 cm. d) Sediaan darah tersebut dikeringkan selama satu malam dengan menyimpan di tempat yang aman dari serangga dan keesokan harinya dihemolisis dengan air selama beberapa menit sampai warna merah hilang, lalu dibilas lagi dengan air dan dikeringkan, e) Kemudian diwarnai dengan Giemsa sediaan dibilas dengan air bersih dan dikeringkan. Untuk mewarnai 500 sediaan darah dibutuhkan larutan Giemsa 100 ml f) Setelah kering sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran rendah (10×10) untuk menentukan jumlah mikrofilaria dan pembesaran tinggi (10×40) untuk menentukan jenis/spesiesnya. Hasil dicatat pada formulir.
HASIL SURVEI DARAH JARI (SDJ) Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Banua Anyar Kec. Bakumpai dan Desa Kolam Kiri Kec. Barambai Kab. Barito Kuala Provinsi Kalsel 2011
Umur
Kolam
Banua Anyar
Kiri
No (Thn) Jlh
1
13-25
%
153 30.1
Jlh
%
79 15,5
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang diambil spesimen darah jarinya di Desa Banua Anyar sebagian besar berusia 26-60 tahun (67,5%). Jumlah penduduk di Desa Banua Anyar sekitar 983 jiwa, dengan jumlah mayoritas ada di rentang usia 22-59 tahun. Dari 511 responden di Desa Kolam Kiri 388 jiwa (75%) berusia 26-60 tahun. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Banua Anyar
2
26-60
3
> 60
No
Jenis Total Kelamin
343 67.5
12
2.4
388 75,9
44
Kec. Bakumpai dan Desa Kolam Kiri Kec. Barambai
8,6
Banua Anyar 508 100
Kolam 511 Kiri 100
Jlh
%
Jlh
%
244
48
205
40
264
52
306
60
508
100
511
100
Laki-Laki
1 Perempuan
2
Total
Dari tabel tersebut diketahui bahwa di Desa Banua Anyar dan Kolam Kiri responden perempuan lebih banyak daripada jumlah responden laki-laki, yaitu Desa Banua Anyar (52%) dan Desa Kolam Kiri (60 %).
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Banua Anyar Kec. Bakumpai dan Desa Kolam Kiri Kec. Barambai
Kolam
Banua Anyar
Kiri
No Pendidikan Jlh
%
Jlh
%
437
86
235
46
43
8,5
132 25,8
14
2,7
68 13,3
4
0,8
10
2
508
100
Tamat SD
1 Tamat SMP
2 Tamat SMA
3 D2/D3/S1
4
9
1,8
Tidak Sekolah
5
Total
67 13,1
511
100
Tingkat pendidikan penduduk rata-rata adalah tamat SD Desa Banua Anyar (86%) sedangkan Desa Kolam Kiri (46%). Hal ini disebabkan tingkat ekonomi masyarakat serta akses menuju fasilitas pendidikan yang cukup jauh. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Banua Anyar Kec. Bakumpai dan Desa Kolam Kiri Kec. Barambai
Kolam
Banua Anyar No
Kiri
Pekerjaan Jlh
%
Jlh
%
Petani
1
368 72.4
318 62,2
PNS
2
5
1
7
1,4
19
3.7
44
8,6
25
4.9
45
8,8
91
18
86 16,8
0
0
11
2,2
508
100
511
100
Swasta
3 Pelajar
4 Lain-Lain
5 Tidak Bekerja
6
Total
Dengan tingkat pendidikan yang rendah (mayoritas tamat SD) sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani yang mengolah ladang sendiri maupun orang lain yaitu di Desa Banua Anyar (72,4%) dan di Desa Kolam Kiri (62,2%). Sedangkan pekerjaan lain-lain yang dimaksud adalah responden yang tidak mempunyai pekerjaan tetap (serabutan) Tabel Hasil Pemeriksaan Mikroskospis Survei Darah Jari di Desa Banua Anyar Kec. Bakumpai dan Desa Kolam Kiri Kec. Barambai
Jumlah
Hasil Pemeriksaan
Desa Spesimen
(-) Dicurigai (+)
Banua Anyar
508
488
19
1
511
484
26
1
Kolam Kiri
Dari hasil pemeriksaan mikroskospis yang dilakukan oleh petugas analis Puskesmas Lepasan dan analis BBTKL-PPM Banjarbaru terhadap total 508 spesimen di Desa Banua Anyar, menemukan satu positif filariasis dan 19 dicurigai. Sedangkan spesimen Desa Kolam Kiri menemukan satu positif filariasis dan 26 dicurigai. CROSS CHECK
Cross check dilakukan terhadap semua sediaan positif dan minimal 10% sediaan negatif. Slide untuk cross check dikirim ke Subdit Pengendalian Filariasis dan Kecacingan Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan RI, dengan nomor surat PM.05/IX.4/1781/2011, tanggal 23 November 2011.
Mf Rate Untuk mengetahu Mf rate hasil survei darah jari dengan cara membagi jumlah penduduk yang sediaan darahnya positif mikrofilaria dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa dikali 100 persen. Mf rate sebagai berikut : Desa Banua Anyar
1 1 rate = Mf
——-
Mf 508rate =
——-
x 100% = 0,197% x 100%
= 0,196%
511 Desa Kolam Kiri
Berdasarkan hasil perhitungan MF rate, dan masih menunggu hasil cross check dari Subdit Pengendalian Filariasis dan Kecacingan Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan, adalah sebagai berikut : 1. Desa Banua Anyar
MF rate = 0,197% (<1%) 1. Desa Kolam Kiri
MF rate = 0,196% (<1%) OBSERVASI FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN
Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebaran filariasis dan mata rantai penularannya. Kondisi geografis Desa Banua Anyar sangat mendukung perkembangbiakan vektor nyamuk, sebab daerah tersebut dikelilingi rawa yang potensial sebagai tempat berkembangbiak vektor nyamuk Anopheles. Desain rumah penduduk mayoritas berupa rumah panggung yang berada di bantaran sungai, di mana di bawah rumah ditumbuhi tanaman air. Tanaman air ini juga potensial sebagai tempat berkembang biak nyamuk Mansonia spp. Kebersihan lingkungan disekitar rumah penduduk yang tidak terawat akan menjadi tempat perkembangbiaknya nyamuk culex. KESIMPULAN 1. Hasil Mf rate merupakan hasil sementara, dan menunggu hasil cross check dari Subdit Pengendalian Filariasis dan Kecacingan Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan 2. Hasil sementara pemeriksaan mikroskopis terhadap 508 spesimen darah jari di Desa Banua Anyar menunjukkan hasil satu positif mikrofilaria dan 19 dicurigai mikrofilaria. Dari perhitungan Mf rate diperoleh hasil 0,197% (<1%). 3. Hasil sementara pemeriksaan mikroskopis terhadap 511 spesimen darah jari di Desa Kolam Kiri menunjukkan hasil satu positif mikrofilaria dan 26 dicurigai mikrofilaria. Dari perhitungan Mf rate diperoleh hasil 0,196% (<1%). 1. Kondisi lingkungan di Desa Banua Anyar cukup mendukung terjadinya penularan filariasis secara cepat, misal keberadaan parit, rawa, serta tumbuhan air, desa tersebut berada di daerah bantaran sungai, aktivitas pekerjaan penduduk 368 orang (72,4%) sebagai petani cukup riskan digigit nyamuk sewaktu bekerja. Begitu juga dengan Desa Kolam Kiri 318 orang (62,2%) mempunyai pekerjaan sebagai petani/buruh tani
SARAN 1. Petugas puskesmas perlu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya filariasis dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan kepada masyarakat. 2. Petugas puskesmas menjadualkan kunjungan lapangan terhadap penderita kronis di wilayah kerjanya, untuk mengetahui perkembangan penderita dan penyakitnya. 3. Peningkatan kemampuan tenaga analis khususnya untuk mikrokopis filariasis melalui pelatihan. 4. Setiap orang yang sehat tetapi ditemukan mikrofilaria dalam darahnya (penderita klinis), agar mendapatkan pengobatan paripurna, sehingga tidak menjadi sumber penularan. Pengobatan dilakukan secara selektif yaitu untuk penderita yang dinyatakan positif bersama anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah.*** https://bbtklppbjb.wordpress.com/2014/02/11/survei-darah-jari-sdj-di-desa-banua-anyarkecamatan-bakumpai-dan-desa-kolam-kiri-kecamatan-barambai-kabupaten-barito-kuala-provinsikalimantan-selatan/
DasAR hukum FILARIASIS
-
-
-
-
-
-
-
Ketetapan WHO pada Tahun 2000 tentang Kesepakatan Global Eliminasi Filariasis Tahun 2020 Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1582/MENKES/SK/XI/2005, tentang Pedoman Pengendalian Filariasis (Kaki Gajah) Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 1160/Menkes/XII/2009, tentang Pengobatan Massal Filariasis Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor : 443 / 44 / yansos Tanggal 2 juli 2009 tentang akselerasi eliminasi filariasis ( Penyakit kaki gajah ) di Jawa Barat Surat Ditjen PP&PL no PM.02.14/IV.4/120/2009, Kabupaten Bandung dinyatakan sebagai daerah endemis Filariasis dan harus melakukan tindak lanjut berupa pelaksanaan pengobatan massal bagi seluruh penduduk, sekali setahun selama 5 ( lima ) tahun berturut turut sebagai upaya pemutusan rantai penularan. Surat Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat Nomor : 443.43/ 3995/PL tentang Hasil Pemeriksaan Cross check sampel filariasis dari Kabupaten Bandung. Surat Keputusan Bupati Bandung NO : 443 / Kep. 399 – Dinkes / 2009, tentang pelaksanaan Pengobatan masal Filariasis