encelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan nilai komersil dari barang tekstil. Nilai komersil ini menyangkut nilai indra seperti warna, pola dan mode, dan nilai – nilai guna yang tergantung dari apakah produk akhir dipakai untuk pakaian, barang – barang rumah tangga atau penggunaan lain. Lagi pula, nilai – nilai guna sebagai pakaian tergantung pada tingkatan yang dikehendaki dari sifat – sifat penyesuaian seperti misalnya sifat – sifat pemakaian, sifat – sifat pengolahan, sifat – sifat perombakan dan sifat – sifat sebagai cadangan. Nilai – nilai ini dapat diberikan dengan cara – cara yang beraneka ragam oleh macam – macam bahan, seperti serat – serat kapas, benang – benang, kain tenun, dan kain rajut, bermacam b ermacam – macam cara proses, termasuk pencelupan. Serat tekstil sebagai bahan baku utama untuk industri tekstil memegang peranan sangat penting. Serat tekstil yang digunakan pada industri tekstil bermacam – macam jenisnya. Ada yang langsung langsung diperoleh dari alam dan ada juga yang berupa serat buatan. Sifat serat tekstil yang digunakan akan mempengaruhi proses pengolahannya dan juga akan sangat menentukan sifat bahan tekstil jadinya. Pemilihan zat warna yang sesuai untuk serat merupakan suatu hal yang penting. Pewarnaan akan memberikan nilai jual yang lebi h tinggi. Efisiensi zat warna sangat penting dimana harga – bahan kimia cenderung mengalami kenaikan. Selain itu efektifitas kecocokan warna harus diperhatikan kerena merupakan faktor utama penentu mutu produk tekstil. Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan menggunakan alat – alat tertentu pula. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki. Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu : Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak, pada suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan tekstil dimasukkan kedalam larutan celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak menjauhi serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat – zat pembantu untuk mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut sering disebut difusi zat warna dalam larutan. Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan adalah penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap keti ga merupakan proses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran menentukan kecepatan celup. Gaya
–
gaya ikat pada pencelupan
Agar supaya pencelupan dan hasil celupan baik dan tahan cuci, maka gaya ikatan antara zat warna dengan serat harus lebih besar daripada gaya – gaya yang bekerja antara zat warna dengan air. Pada dasarnya dalam pencelupan terdapat empat jenis gaya ikatan yang menyebabkan adanya daya serap yaitu ;
Ikatan Hidrogen
Merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena atom hidrogen pada gugus hidroksil atau amina mengadakan ikatan yang lemah dengan atom lainnya. Contoh : zat warna direk, naftol, dispersi.
Ikatan Elektrovalen
Ikatan antara zat warna dengan serat yang kedua merupakan ikatan yang timbul karena gaya tarik menarik antara muatan yang berl awanan. Contoh : Zat warna asam, zat warna basa.
Ikatan non polar/ Van der Waals
Pada proses pencelupan daya tarik antara zat warna dan serat akan bekerja lebih sempurna bila molekul – molekul zat warna tersebut berbentuk memanjang dan datar. Contoh : zat warna direk, zat warna bejana, belerang, dispersi, dan sebagainya.
Ikatan kovalen
Misalnya zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang sifatnya lebih kuat daripada ikatan – ikatan lainnya sehingga sukar dilunturkan. Sifat – sifat pencelupan suatu zat warna sering direpresentasikan dalam suatu kurva pencelupan tertentu. Dari kurva tersebut diharapkan dapat diperoleh interpretasi yang lebih nyata tentang karakteristik zat warna dalam proses p encelupan. Afinitas sesuatu zat warna umumnya merefleksikan kurva isotherm penyerapan, yakni kurva yang melukiskan perbandingan antar azat warna yang t ercelup di dalam serat dengan zat warna di dalam larutan pada berbagai konsentrasi, diukur pada suhu yang sama. Apabila isotherm tersebut merupakan larutan sesuatu zat dalam sistem cairan dua fasa, maka akan diperoleh isotherm garis lurus menurut rumus Nerst. Gambar 1. : Kurva Isoterm Penyerapan
Isotherm Langmuir, yaitu yang kerap kali dipergunakan dalam peristiwa pencelupan dimana serat-serat tekstil dianggap mempunyai tempat-tempat tertentu yang aktif dan terbatas yang dapat ditempati oleh molekul-molekul zat warna. Apabila tempat-tempat tersebut telah terisi, maka penyerapan zat warna akan berhenti meskipun konsentrasinya dalam larutan ditambah. Gambar 2. : Kurva Isoterm Langmuir Ds = Konsentrasi zat warna dalam larutan (g/liter). Df = Konsentrasi zat warna dalam serat (g/ kg).
Kemudian isotherm yang ketiga yang juga banyak dipergunakan dalam pencelupan adalah isotherm Freundlich. Isotherm tersebut tidak mempunyai batas penempatan molekul-molekul zat warna dalam molekul serat, dan dapat dituliskan dalam suatu rumus atau bentuk kurva. Gambar 3. : Kurva Isoterm Freundlich X
Df = k (Ds)
Dimana : Df = konsentrasi zat warna dalam serat Ds = konsentrasi zat warna dalam larutan x = pangkat suatu bilangan pecahan k = suatu konstanta
Merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena atom hidrogen pada gugus hidroksil atau amina mengadakan ikatan yang lemah dengan atom lainnya. Contoh : zat warna direk, naftol, dispersi.
Ikatan Elektrovalen
Ikatan antara zat warna dengan serat yang kedua merupakan ikatan yang timbul karena gaya tarik menarik antara muatan yang berl awanan. Contoh : Zat warna asam, zat warna basa.
Ikatan non polar/ Van der Waals
Pada proses pencelupan daya tarik antara zat warna dan serat akan bekerja lebih sempurna bila molekul – molekul zat warna tersebut berbentuk memanjang dan datar. Contoh : zat warna direk, zat warna bejana, belerang, dispersi, dan sebagainya.
Ikatan kovalen
Misalnya zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang sifatnya lebih kuat daripada ikatan – ikatan lainnya sehingga sukar dilunturkan. Sifat – sifat pencelupan suatu zat warna sering direpresentasikan dalam suatu kurva pencelupan tertentu. Dari kurva tersebut diharapkan dapat diperoleh interpretasi yang lebih nyata tentang karakteristik zat warna dalam proses p encelupan. Afinitas sesuatu zat warna umumnya merefleksikan kurva isotherm penyerapan, yakni kurva yang melukiskan perbandingan antar azat warna yang t ercelup di dalam serat dengan zat warna di dalam larutan pada berbagai konsentrasi, diukur pada suhu yang sama. Apabila isotherm tersebut merupakan larutan sesuatu zat dalam sistem cairan dua fasa, maka akan diperoleh isotherm garis lurus menurut rumus Nerst. Gambar 1. : Kurva Isoterm Penyerapan
Isotherm Langmuir, yaitu yang kerap kali dipergunakan dalam peristiwa pencelupan dimana serat-serat tekstil dianggap mempunyai tempat-tempat tertentu yang aktif dan terbatas yang dapat ditempati oleh molekul-molekul zat warna. Apabila tempat-tempat tersebut telah terisi, maka penyerapan zat warna akan berhenti meskipun konsentrasinya dalam larutan ditambah. Gambar 2. : Kurva Isoterm Langmuir Ds = Konsentrasi zat warna dalam larutan (g/liter). Df = Konsentrasi zat warna dalam serat (g/ kg).
Kemudian isotherm yang ketiga yang juga banyak dipergunakan dalam pencelupan adalah isotherm Freundlich. Isotherm tersebut tidak mempunyai batas penempatan molekul-molekul zat warna dalam molekul serat, dan dapat dituliskan dalam suatu rumus atau bentuk kurva. Gambar 3. : Kurva Isoterm Freundlich X
Df = k (Ds)
Dimana : Df = konsentrasi zat warna dalam serat Ds = konsentrasi zat warna dalam larutan x = pangkat suatu bilangan pecahan k = suatu konstanta
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Dalam pencelupan mempunyai tujuan – tujuan dan sasaran yang hendak dicapai antara lain :
Kerataan hasil pencelupan 1. Keadaan bahan sebelum celup Bebas dari minyak Scouring/ Bleaching yang merata Hasil merserisasi yang merata Bahan tidak kusut Tidak terjadi kostiksasi setempat Penempatan bahan dalam mesin yang rapi
1. Karakteristik zat warna
Kurva penyerapan zat warna Kurva fiksasi zat warna Sifat migrasi zat warna
1. Proses pencelupan
Ikuti program yang telah ditentukan Perhatikan urutan proses pemasukan zat warna dan obat bantu Pemasukan zat warna garam alkali sesuai dengan waktu yang ditentukan.
1. Pengaruh mekanisme bahan, mesin dan larutan.
Penempatan bahan dimesin Kecepatan bahan dalam mesin – mesin menit per cycle Bahan terlalu cepat terjadi kemacetan, friksi dan berbulu. Bahan terlalu lambat mengakibatkan belang Reproduksi yang baik 1. Pengaruh liquor ratio Jumlah garam dan alkali yang sama zat warna, dengan LR yang tinggi warna akan menjadi muda Konsentrasi garam dan alkali berubah
1. Stabilitas kualitas bahan
Gunakan asal material yang sama Proses merserisasi yang sama Proses dan kondisi S/B yang konsisten Hilangkan sisa – sisa hidrogen peroksida dari S/B
1. Pengaruh temperatur
Reaksi antara zat warna dengan bahan ditentukan oleh jenis jeni s dan jumlah alkali dan temperatur. Effisiensi yang tinggi Menyangkut beberapa hal :
1. 2. 3. 4.
Faktor waktu, berhubungan ke produktifitas dan biaya. Penggunaan air, berhubungan dengan bagian konservasi air. Penyabunan, hubungannya dengan daya tahan luntur. Fiksasi yang tinggi, hubungannya dengan penyabunan dan air li mbah.
Proses persiapan pencelupan meliputi pelarutan zat warna, penggunaan air dan zat pelunak air yang dipakai, persiapan bahan, pemasakan, pengelantangan. Metode pencelupan bermacam – macam tergantung efektifitas dan efisiensi yang akan diharapkan. Metode pencelupan bahan tekstil diantaranya adalah :
Metode pencelupan, Mc Winch, Jet/ over flow, package, dan beam. b eam. 1. Metode normal proses, penambahan garam secara bertahap. 2. Metode all – in proses. 3. Metode migrasi proses. 4. Metode isotermal proses. Metode pencelupan cara jigger Metode pencelupan cara pad – batch.
Teknik pencelupan lainnya adalah sistem kontinyu atau semi kontinyu, exhoution, teknik migrasi, cara carrier atau pengemban, cara HT/HP atau tekanan dan suhu tinggi, cara thermosol, dengan pelarut organik, dengan larutan celup tuggal/ ganda, cara satu bejana celup, dengan pemeraman, dan sebagainya. Sebelum dilakukan pencelupan maka bahan tekstil harus dil akukan pretreatment terlebih dahulu supaya hasil celup sempurna. Diantara proses tersebut adalah : Singieng : Menghilangkan bulu – bulu yang timbul pada benang atau kain akibat gesekan – gesekan yang terjadi pada proses pertenunan, p roses ini dimaksudkan supaya permukaan kain akan menjadi rata, sehingga pada proses pencelupan akan didapatkan warna yang rata dan cemerlang. Dezising : Menghilangkan zat – zat kanji yang melapisi permukaan kain atau benang, sehingga dengan hilangnya kanji tersebut penyerapan obat o bat – obat kimia kedalam kain tidak terhalang. Scouring : Menghilangkan pectin, lilin, lemak dan kotoran atau debu – debu yang ada pada serat kapas. Zat – zat ini akan menolak pembasah air sehingga kapas yang belum bel um dimasak susah dibasahi yang menyebabkan proses penyerapan larutan obat – obat kimia dalam proses – proses berikutnya tidak terjadi dengan sempurna. Bleaching : Menghilangkan zat – zat pigmen warna dalam serat yang tidak bisa hilang pada saat proses scouring, sehingga warna bahan menjadi lebih putih bersih dan tidak mempengaruhi hasil warna pada saat proses pencelupan dan pemutihan optical. Mercerizing : Memberikan penampang serat yang l ebih bulat dengan melepaskan putaran serat atau reorientasi dari rantai – rantai molekul selulosa menyebabkan deretan kristalin yang lebih sejajar dan teratur. Proses ini akan menambah kilap, daya serap terhadap zat warna bertambah, memperbaiki kestabilan dimensi, kekuatan tarik bertambah, memperbaiki dan menghilangkan efek negative kapas yang belum matang/kapas mati.
Beberapa pretreatment kadang tidak harus semua dil akukan hal ini tergantung pada kebutuhan. Setelah selesai pengerjaan tersebut pencelupan dapat dilakukan misalnya pencelupan dengan sistem exhoution/ perendaman dan sistem kontinyu. Hal
–
hal yang mempengaruhi proses pencelupan.
o
Pengaruh elektrolit
Pada intinya penambahan elektrolit kedalam larutan celup adalah memperbesar jumlah zat warna yang terserap terserap oleh serat, meskipun beraneka zat zat warna akan mempunyai kesepakatan yang berbeda.
Pengaruh Suhu
Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan tetapi dalam praktek keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya dal am pencelupan memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi
Pengaruh perbandingan larutan
Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Dalam kurva i sotherm terlihat bahwa kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah besarnya penyerapan. Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk memakai perbandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau hilang hanya sedikit. Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakian zat warna dapat mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath ) celupan. Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat diperoleh l arutan celup dengan konsentrasi seperti semula.
Pengaruh pH
Penambahan alkali mempunyai pengaruh menambah penyerapan. Meskipun demikian kerap kali dipergunakan soda abu untu k mengurangi kesadahan air yang dipakai atau untuk memperbaiki ke larutan zat warna. Hal
–
hal yang perlu diperhatikan pada proses pencelupan.
Untuk memperoleh kerataan pencelupan ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu dengan pengendalian adsorpsi dan peningkatan migrasi terutama dengan adisi Leveling Agent . Kurva pencelupan diproyeksikan untuk mengendalikan proses pencelupan. Beberapa kurva yang sering dipakai dip akai adalah :
Exhoustion curve (kurva isotermis)
Yaitu kurva yang menunjukkan jumlah zat warna yang teradsorpsi seb agai persentasi dari jumlah zat warna yang digunakan mula – mula pada berbagai unit waktu dan temperatur yang konstan.
Temperature curve
Kurva ini menggambarkan persentasi penyerapan zat warna pada berb agai temperatur pencelupan pada suatu konsentrasi tertentu.
Time, Temperature curve
Kurva ini dibuat terlebih dahulu menentukan waktu dan temperatur yang dicapai sehubungan dengan waktu tersebut. Zat warna yang terserap pada setiap waktu/ temperatur dinyatakan sebagai persentasi dari konsentrasi yang digunakan, pada temperatur maksimum penerapan zat warna dinyatakan sebagai fungsi dari waktu.
Adsorption curve
Kurva adsorpsi ini dapat diperoleh dengan mencel up bahan dengan zat warna pada konsentrasi tertentu.
Daerah Pencelupan Kritis
Berdasarkan uji statistik diperoleh ketentuan bahwa kerataam pencelupan ditentukan oleh kerataan distribusi dari 80% zat warna yang dipakai. Penyerapan zat warna pada prinsipnya mengikuti kurva distribusi statistik normal. Karena kerataan pencelupan ditentukan pada daerah penyerapan 80% zat warna maka daerah ini disebut pula daerah pencelupan kritis. Karena pada daerah pencelupan kritis pembagian zat warna yang menentukan kerataan terserap, maka sudah selayaknya pada daerah ini kecepatan pemanasan dilakukan lebih perlahan.
Diagram Proses Pencelupan
Proses pencelupan yang optimal ialah proses yang mengatur parameter – parameter pencelupan sedemikian rupa hasil pewarnaan yang baik diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin tanpa mengurangi daya kerataan dan r eproduksi yang baik. Parameter proses pencelupan yang paling utama adalah waktu dan temperatur. Diagram proses pencelupan adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara temperatur dan waktu pencelupan atau dengan kata lain diagram yang menunjukkan kecepatan penaikan/ penurunan temperatur dan lamanya waktu pada suatu temperatur tertentu. Makin lambat penaikan temperatur makin kecil resiko ketidakrataan tapi dilain pihak makin rendah produktivitas. Diagram proses pencelupan yang rasional adalah diagram yang mengatur kecepatan penaikan temperatur sehingga hasil yang baik dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memperlambat penaikan temperatur pada daerah pencelupan kritis d an mempercepat penaikan temperatur diluar daerah kritis tersebut.
PENCELUPAN BATIK TULIS DENGAN ZAT WARNA INDIGOSOL BAB I PENDAHULUAN I.1 Pemilihan Judul Batik merupakan salah satu karya seni dan produk budaya khas Indonesia yang telah berkembang sejak masa lalu. Batik dapat dijadikan sebagai komoditas komersial dan dapat pula ditampilkan sebagai karya seni yang artistik. Batik tergolong sebagai unsur peninggalan tradisi yang menjadi salah satu komponen kerangka
cultural
Indonesia.
Teknik
batik
merupakan
media
yang
dapat
mempresentasikan bentuk lebih lentur, rinci, rajin tapi juga mudah. Kelemahan hasil batik yang sering dialami di IKM adalah tahan luntur warnanya. Batik-batik yang IKM hasilkan setelah dilakukan pencucian berulang seringkali mengalami penurunan warna atau luntur. Hal ini terjadi karena proses pewarnaan yang dilakukan kurang tepat baik penggunaan zat warnanya, zat pembantu
maupun
proses
kerja
yang
dilakukan.
Salah
satu
cara
untuk
menghasilkan kain batik yang baik dengan tahan luntur dan kerataan warna yang baik yaitu dengan menggunakan zat warna indigosol. Selain tahan lunturnya baik zat warna indigosol juga menghasilkan warna –warna pastel.
Berlatar belakang dari pernyataan di atas maka penulis memilih judul “PROSES
PENCELUPAN
BATIK
TULIS
DENGAN
MENGGUNAKAN
ZAT
WARNA INDIGOSOL PADA BAHAN KAPAS”.
Pemilihan pembahasan atau penyuluhan ini dimaksudkan agar lebih memahami proses pembuatan batik tulis mulai dari proses persiapan pembatikan maupun proses pembatikannya termasuk proses pemalaman, pewarnaan maupun proses pelorodannya sehingga nantinya kita sebagai tenaga penyuluh lapangan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami IKM terutama masalah teknis produksinya. Sedangkan tujuan penulis membuat karya ilmiah ini adalah agar pembaca dapat mengembangkan pencelupan batik tulis menggunakan zat warna indigosol pada bahan kapas. Pada makalah ini penulis membatasi pembahasan hanya mengenai proses pembuatan batik tulis dengan zat warna indigo pada bahan kapas. Sehingga tidak dibahas proses batik untuk bahan yang lain maupun zat warna yang lain.
I.2 Teori Pendekatan Sejarah Batik Batik atau kata Batik berasal dari Bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax - resist dyeing”. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari Bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di Benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun-temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta
dan
Surakarta.
Meskipun batik identik dengan pakaian adat Jawa, namun kini batik sudah menjadi pakaian nasional bagi masyarakat Indonesia, bahkan sudah banyak pula dikenal di manca negara. Penggunaannyapun tidak lagi sebagai pakaian adat tetapi sudah mengikuti perkembangan mode busana baik bagi wanita maupun pria, bahkan biasa digunakan sebagai desain interior dan perlengkapan rumah tangga.
Jenis Batik Batik Tulis Batik tulis adalah batik yang dihasilkan dengan cara menggunakan canting tulis sebagai alat bantu dalam melekatkan malam pada kain. Perkembangan teknik yang menghasilkan batik tulis bermutu tinggi di kraton-kraton jawa ditunjang oleh canting tulis dan kain halus. Ragam hias paling rumit (detail) mampu dicapi oleh canting sesuai dengan keterampilan pembatik.
Batik Cap Batik cap yaitu batik yang proses pembatikannya menggunakan canting cap. Canting cap dibuat dengan lempengan kecil bahan tembaga membentuk corak pada salah satu permukaannya. Permukaan canting cap menggunakan bahan lempengan tembaga tipis karena tembaga memiliki sifat lentur dan mudah dibuat pola. Permukaan canting cap tersebut dirangkaikan dengan struktur plat besi tipis yang kuat. Pada awalnya canting cap hanya digunakan untuk pola-pola pinggiran, namun kini canting cap juga digunakan untuk mencetak pola pada seluruh permukaan kain. Hal ini karena dengan cara ini akan menghasilkan pekerjaan yang lebih efektif dan efisien.
Alat-Alat Membatik Perlengkapan orang membatik tidak banyak mengalami perubahan dari dahulu sampai sekarang. Diantara alat-alat tersebut adalah : a. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bambo. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan. b. Bandul Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup angin, atau tarikan si pembantik secara tidak sengaja. c. Wajan Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain. d. Kompor Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak. e. Taplak Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena tetesan “malam” panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik. f.
Canting Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin. Sebelum bahan plastik banyak dipakai sebagai perlengkapan rumah tangga, canting yang terbuat dari tempurung kelapa banyak dipakai sebagai salah satu perlengkapan dapur sebagai gayung. Dewasa ini canting tempurung kelapa sudah jarang terlihat lagi karena digantikan bahan lain seperti plastik.
g. Mori Mori adalah bahan baku batik dari katun. Kwalitet mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan sesuai dengan panjang pendeknya kain yang dikehendaki. Ukuran panjang pendeknya mori biasanya tidak menurut standar yang pasti, tetapi dengan ukuran tradisional. h. Malam/lilim Lilin atau “malam” ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya “malam” tidak habis (hilang), karena akhirnya diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. “malam” yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa. Malam untuk
membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan. i.
Saringan malam Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak kotorannya. Jika “malam” disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya “malam” pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.
Disain Batik Pada proses disain batik terdapat dua cara yaitu disain batik tulis dan disain batik cap. Proses pembuatan disain batik tulis dilakukan dengan menggambar langsung pada kain yang dikehendaki dengan menggunakan pensil. Untuk pembatik yang telah berpengalaman, maka proses mendisain dapat dilakukan dengan pemalaman langsung diatas kain. Sedangkan pada disain batik cap terdapat sedikit perbedaan dengan disain batik tulis. Disain pola canting cap selalu dirancang berdasarkan raportnya. Raport di dalam pembuatan canting cap adalah susunan pola agar satu sisi canting menyambung dengan sisi lain apabila dicapkan. Pada akhirnya pola batik yang dibuat dapat menyambung. Cara menjalankan canting cap (lampah) ada beberapa macam, yaitu :
1.
Tubrukan , yaitu bergeser satu langkah ke kanan dan satu langkah ke depan.
2.
Onda-onde , yaitu satu langkah ke depan dan setengah langkah ke kanan, atau setengah langkah ke depan dan satu langkah ke kanan.
3.
Lereng , yaitu dengan langkah bergeser satu langkah ke kiri depan mengikuti garis miring.
4.
Mubeng , yaitu dengan langkah berputar seperempat lingkaran dengan salah satu sudut cap sebagai titik pusat.
5.
Mlampah sareng , yaitu apabila dua cap membentuk satu motif dengan keduanya berjalan bersama satu langkah ke depan.
Pemalaman Pemalaman
adalah
proses
penggambaran
corak
diatas
permukaan
kain
menggunakan malam cair sebagai bahannya. Tahap pemalaman bisa berulangulang berdasarkan rancangan ragam hiasnya. Pemalaman bolak-balik dapat dilakukan untuk memperolah hasil pemalaman yang sama antara bagian muka dan belakang kainnya. Pemalaman dengan canting cap dapat dilakukan beberapa kali tergantung jumlah warna yang dikehendaki. Pada bagian lain yang tidak ingin diwarnai dengan warna yang diinginkan harus ditutup dengan malam. Proses pemalaman ini akan diikuti dengan proses pelorodan yaitu proses melepaskan malam dari permukaan kain. Proses pembatikan dengan canting cap sama dengan proses menggunakan canting
tulis. Makin banyak warna yang dibutuhkan, makin sering pula proses pemalaman, pencelupan/pencoletan, dan pelorodan berlangsung. Namun, dalam hal kerumitan, ketelitian, dan kesinambungan keseluruhan coraknya, hasil canting cap tidak sebaik dan sehalus pengerjaan dengan canting tulis. Selain pengerjaannya lebih cepat, teknik batik cap memiliki keunggulan yaitu dapat untuk membuat batik dengan motif yang sama secara missal atau bersama-sama dengan jumlah yang banyak. Hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam batik tulis.
Pewarnaan (Pencoletan) Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak menerobos daerah yang lain. Biasanya untuk coletan dipakai cat Rapid atau Indigosol. Di daerah pantai utara seperti Gresik, pewarnaan seperti ini disebut “Dulitan” dan kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan. Lain halnya dengan di daerah Pekalongan, pewarnaan setempat ini disebut dengan “coletan” dan banyak digunakan pada batik buketan. Kuas untuk mencolet disebut “colet”, yaitu sejenis kuas kecil yang terbuat dari bahan bambu yang ditumbuk salah satu ujungnya sehingga tinggal serat-seratnya menyerupai kuas. Cara menyolet adalah mori yang telah diberi pola dengan lilin malam dengan motif klowongan digelar diatas meja atau lantai dengan didasari goni. Goni ini berfungsi untuk menyerap sisa warna. Dengan demikian cairan warna hanya membasahi bidang yang diinginkan saja.
Pelorodan Menghilangkan malam/lilin batik pada kain batik dapat berupa penghilangan sebagian dan penghilangan keseluruhan. Menghilangkan lilin sebagian adalah melepaskan lilin pada tempat-tempat tertentu dengan cara menggaruk lilin tersebut dengan alat semacam pisau. Pekerjaan ini biasanya disebut “ngerok” atau “ngerik”. Menghilangkan lilin secara keseluruhan dapat dilakukan ditengah-tengah proses membatik atau diakhir proses membatik. Menghilangkan keseluruhan lilin pada akhir proses membatik disebut “mbabar” atau “ngebyok” atau melorod. Menghilangkan lilin secara keseluruhan ini dikerjakan dengan air panas dimana lilin akan meleleh dan lepas dari kain. Air panas yang digunakan tersebut biasanya diberi kanji untuk kain batik dengan zat warna alam, sedangkan untuk zat warna sintetik air panasnya diberi soda abu (Na2CO3).
Zat Warna Indigosol Zat warna bejana larut merupakan zat warna bejana yang telah tereduksi kemudian distabilkan sebagai ester asam sulfat. Zat warna bejana larut mantap dalam suasana alkali tetapi mudah terhidrolisa dalam keadaan asam dan panas dan berubah menjadi leuko. Senyawa leuko terbentuk kemudian mudah teroksidasi menjadi
pigmen zat warna bejana asal. Zat warna bejana larut termasuk zat warna bejana dalam bentuk leuko dan memiliki gugus pelarut sehingga langsung dapat digunakan tanpa harus dibuat menjadi leuko terlebih dahulu. Diantara sifat-sifat zat warna bejana larut adalah :
Merupakan zat warna bejana yang telah tereduksi (Sudah dalam bentuk garam leuko) larut dalam air.
Stabil dalam larutan alkalis.
Mudah terhidrolisa dalam suasana asam dan suhu tinggi
berubah
dalam bentuk
leuko.
Menghasilkan warna muda (pastel).
Substantivitas terhadap serat kecil sekali
Banyak memerlukan garam.
Pencelupan dilakukan dalam suhu rendah.
mudah memberikan celupan rata.
Setelah dipakai, sebelum dioksidasikan gugus pelarutnya perlu dihidrolisa terlebih dahulu dalam larutan bersuasana asam. Oleh karena itu pada pencelupan dengan zat warna bejana larut tidak mungkin digunakan H 2O2 atau Na2BO3 sebagai oksidatornya, karena oksidator tersebut tidak dapat bekerja dalam suasana alkali. Untuk itu digunakan campuran NaNO2 sebagai oksidator dan H2SO4 atau HCl untuk mengngaktifkan kerja NaNO2. Zat
warna
bejana
larut
sangat
mudah
memberikan
celupan
rata,
sebab
substansivitasnya terhadap serat kapas kecil. Oleh karena itu pada waktu pencelupan memerlukan penambahan garam yang banyak dan suhu yang rendah. H
+
Reaksi Hidrolisis H2SO4
D
C – O – SO3Na H2O
NaNO2 + H2SO4
D
C – OH + NaHSO4
Na2SO4 + 2 HNO2
2 HNO2
H2O + 2 NO + On
Reaksi Oksidasi D
C – OH + On
Zat warna bejana larut
D
C
O + H2O
celup hidrolisa oksidasi.
Proses pembangkitan warna bejana larut :
Gambar 3.1 Proses Pembangkitan Warna Bejana Larut
Serat Kapas Penampang melintang dari serat kapas memiliki bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil pewarnaan pada permukaan memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu memberikan daya penutup kain yang lebih besar.
Gambar 3.2 Struktur Molekul Serat Kapas
Gambar diatas merupakan strukur molekul serat selulosa. Serat kapas memiliki gugus hidroksil ( OH) yang dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya dan
gugus hidroksil air. Serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentuk pasta atau larutan. Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosanya dalam serat, panjang rantai, dan orientasinya. Kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. Moisture regain kapas kondisi standar 7 – 8,5 %. Sifat kimia selulosa pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal tetapi beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama diatas suhu 140 0C.
I.3 alat dan bahan yang digunakan Pembuatan
disain batik
Pensil
Penggaris
Media membatik (kain katun)
Kertas untuk mendisain
Pola disain/gambar
Proses
pembuatan batik tulis
Kompor kecil
Wajan kecil
gawangan
Aneka canting tulis
Bangku kecil
Malam batik
Proses
pencoletan dan pencelupan
Aneka jenis kuas
timbangan
Gelas plastik
Karung goni
Bak celup
ember
Pengaduk
Zat warna indigosol
NaCl
teepol
Air
HCl
NaNO3
Pelorodan
Panci
Kompor
Ember
Na2CO3
sabun
& pencucian
BAB II PEMBAHASAN II.1 Diagram Alir Proses
Diagram alir proses pembuatan batik tulis II.2 Skema Proses Pencelupan
Skema proses pencelupan dan fiksasi
Gambar skema proses pelorodan dan pencucian
II.3 Resep Pencelupan dan Pencucian yang Dapat Digunakan
Pewarnaan colet
Zat warna indigosol
= 10 g
Air
= 250 ml
Suhu
= 30 0C
Zat warna
= 1-2 %
NaCl
= 40-60 g/l
Vlot
= 1:20
suhu
= 300 C
Pengoksidasian
HCl
= 10 ml
NaNO2
=5g
Air
= 4000 ml
Suhu
= 30 oC
Waktu
= 5 menit
Pelorodan
Na2CO3
= 40 g
Air
= 4000 ml
Suhu
= 100 0C
Waktu
= 10 menit
Pencucian Sabun (Sandopur)
= 2 ml/L
Na2CO2
= 0,5 g/L
Air
= 4000 ml
Suhu
= 60 oC
Waktu
= 30 menit
II.4 Fungsi Zat – Zat yang Digunakan Zat warna indigosol
= zat warna yang digunakan untuk mewarnai kain pada proses
Pembatikan NaCl
= mendorong penyerapan zat warna
HCl
= menghidrolisis zat warna bejana larut agar menjadi asam leuko
NaNO2
= mengoksidasi asam leuko zat warna bejana larut menjadi zat warna bejana yang tidak larut
Na2CO3
= membantu menghilangkan warna pada bahan dan memberikan
suasana alkali pada proses pencucian dan sebagai zat untuk proses pelorodan Sabun
= menghilangkan kotoran dan zat warna yang tidak terfiksasi di permukaan serat
II.5 Langkah kerja Berikut ini akan dijelaskan tentang langkah – langkah kerja dalam proses pembuatan batik tulis :
Pembuatan disain motif Menggambar desain motif batik yang akan dibuat dengan menggunakan pensil
Pembuatan batik tulis Disain motif tersebut kemudian ditutup malam dengan menggunakan canting tulis. Pada motif yang malamnya belum menembus kain, maka dilakukan proses nerusi/diterusi agar malam menembus kain
Setelah proses batik tulis selesai maka kain batik siap untuk diproses selanjutnya.
Pewarnaan (pencoletan)
Siapkan beberapa buah gelas plastik untuk tempat zat warna.
Timbang zat warna indigosol sesuai kebutuhan dan tuangkan kedalam gelas plastik.
Buat larutan zat warna untuk mencolet dengan menambahkan air panas kedalam kedalam gelas plastik.
Letakkan kain yang sudah dibatik diatas kain/karung goni sebagai alas untuk mencolet.
Melakukan proses pencoletan dengan menggunakan kuas.
Setelah selesai dicolet, kain batik dijemur sampai kering.
Nembok Melakukan proses penutupan malam pada bahan yang telah dicolet atau bahan yang tidak ingin terwarnai dengan warna dasar dengan menggunakan kuas atau canting tulis baik permukaan depan atau belakang kain.
Pencelupan
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Timbang zat sesuai resep yang diinginkan
Buat larutan kemudian masukkan pada bak celup
Lakukan proses pencelupan
warna dasar dengan menggunakan zat warna
indigosol
Bahan yang telah dicelup kemudian digantung atau disampirkan sampai kering.
Fiksasi zat warna
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
Timbang zat dan buat larutan fiksasi zat warna
Melakukan proses fiksasi zat warna indigosol dengan larutan yang terdiri dari HCl dan NaNO2 selama beberapa menit.
pelorodan
didihkan air yang dibutuhkan
siapkan bahan Na2CO3 sesuai resep
Kemudian dilakukan proses nglorod dengan menggunakan air mendidih yang dicampur dengan Na2CO3 untuk menghilangkan malam batik. Proses nglorod berlangsung sampai seluruh malam hilang.
pencucian
siapkan alat dan bahan yang diperlukan
timbang zat sesuai resep dan buat larutan pencucian
lakukan proses pencucian pada bahan sampai bersih.
Kemudian keringkan
II.6 Diskusi atau Pembahasan pada proses pemalaman beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
suhu pemanasan malam suhu pemanasan berpengaruh terhadap hasil motif yang akan dibuat. Jika suhu terlalu tinggi maka lilin akan encer sehingga motif akan mlobor. Sedangkan jika suhu terlalu rendah maka lilin tidak akan keluar dari canting atau mampet sehingga tidak didapatkan motif.
Kebersihan canting dan kualitas dan jenis canting Sebelum dipakai, canting tulis harus dibersihkan dahulu teruatama untuk bagian cerek atau ujung tempat keluarnya lilin sehingga tidak ketika proses pemalaman lilin bisa keluar dengan lancar. Sedangkan jenis lilin sebaiknya dibedakan antara canting untuk motif blokatau besar, lilin untuk cerek atau motif kecil.
Jenis lilin Campuran lilin sangat erat kaitannya dengan sifat lilin itu sendiri. Seperti suhu leleh, suhu beku, tahan air, tahan zat kimia. Karena lilin ini berfungsi sebagai zat perintang warna maka lilin batik sebaiknya lilin yang tahan terhadap perlakuan proses selanjutnya seperti lilin tahan zat kimia, tahan air, tidak mudah pecah dsb. Sedangkan untuk proses nembok dengan proses klowong sebaiknya lilinnya dibedakan.
Proses
selanjutnya
adalah
pewarnaan
dengan
cara
pencoletan.
Biasanya
pencoletan dilakukan pada bagian motif-motif tertentu saja (pecelupan sebagian), Proses yang dilakukan hanya menyiapkan larutan zat warna yang digunakan didalam gelas plastik/gelas aqua sebanyak masing-masing 10 gram ditambah air sebanyak 250 ml. Selanjutnya dengan menggunakan kuas maka larutan zat warna ini dioleskan pada motif pada permukaan kain. Pencoletan dilakukan sampai seluruh bagian kain terwarnai. Beberapa warna motif ada yang mbleber/mblobor diluar motif karena ukuran kuas yang digunakan tidak sesuai dengan besar kecilnya motif yang akan diwarna (biasanya kuas berukuran besar padahal motif yang akan diwarnai berukuran kecil). Untuk meminimalisir hal ini maka praktikan harus berhati-hati dan sabar agar pewarnaan yang dihasilkan tidak keluar dari bagian motif yang akan diwarnai.
proses pencelupan dengan menggunakan zat warna indigosol. Yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah ketuaan warnanya. Jika pada proses pencelupan dihasilkan warna yang belum tua maka proses pencelupan dapat dilakukan berulang-ulang sampai didapat hasil ketuaan warna yang maksimal.
Selanjutnya hal yang sangat penting yaitu proses pelorodan. Proses pelorodan dilakukan untuk menghilangkan malam yang menempel pada
bahan. Proses
pelorodan ini sangat bergantung pada jenis malam, suhu pelorodan, dan konsentrasi soda ash yang digunakan. Semakin tinggi suhu dan semakin tinggi konsentrasi soda ash proses pelorodan akan lebih cepat dan bersih. Proses pelorodan dapat dilakukan secara berulang-ulang agar kain batik yang digunakan bersih.
hal yang paling penting dan sering dilupakan adalah proses pencucian yang kebanyakan tidak dilakukan oleh IKM sehingga kain batik yang dihasilkan biasanya tahan lunturnya sangat jelek. Untuk memperbaikinya dapat dilakukan dengan proses pencucian agar zat warna yang tidak terfiksasi dapat hilang sehingga tahan luntur warnanya baik.
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, untuk menghasilkan kain batik yang baik penulis dapat mengambil kesimpulan. Diantaranya :
Proses pembatikan mulai dari persiapan pembatikan sampai proses pelorodan harus dilakukan dengan baik dan benar
Mewarnai dan Pengolahan Rabu, 6 Januari, 2010 Naftol dan Basis Azoic Pewarna (Pewarna Naphthol) Pewarna naftol tidak larut zat warna azo yang dihasilkan pada bahan tersebut dengan menerapkan Naphthol ke serat dan kemudian mengkombinasikannya dengan basis diazotized atau garam pada suhu rendah untuk menghasilkan sebuah molekul zat warna dalam serat tidak larut. Pewarna naftol diklasifikasikan sebagai pewarna cepat, biasanya sedikit lebih murah daripada Pewarnaan Ppn; metode aplikasi yang kompleks dan berbagai warna terbatas. Kombinasi azoic masih satu-satunya kelas yang dapat menghasilkan zat warna oranye yang sangat dalam, merah, merah tua dan Bordeaux nuansa cahaya yang baik dan mencuci pigmen fastness.The dihasilkan memiliki warna cerah, dan termasuk angkatan laut dan kulit hitam, tetapi tidak ada hijau atau blues yang terang . Tahan luntur Crocking bervariasi dengan nuansa tapi mencuci tahan luntur sama dengan Pewarnaan Ppn, umumnya dengan kecepatan kurang cahaya dari tangki-tangki. Naftol:-The Naftol adalah fenol, larut dalam larutan alkali dan substantif untuk kapas, terutama di hadapan garam. Para anilides dari BON asam (beta-oxynaphthoic asam atau asam BON) yang larut dalam larutan NaOH encer dan membentuk ion naphtholate sesuai. Molekul-molekul relatif kecil yang hanya rendah untuk substantivitas moderat untuk kapas, tetapi mereka menyebar cepat ke dalam serat. Secara umum, semakin tinggi substantivitas yang semakin baik menggosok tahan luntur kurang pigmen azo bentuk pada permukaan serat. Ion-ion naphtholate selalu coplanar dan lebih disukai memiliki struktur molekul memanjang. Mereka berperilaku sebagai dasarnya tidak berwarna, pewarna berat molekul rendah langsung. Substantivitas meningkat dengan peningkatan ukuran molekul ion naphtholate, tetapi tingkat difusi dalam serat dan kelarutan dalam alkali encer penurunan berair. Penambahan garam mempromosikan kelelahan yang lebih baik dari bak mandi, lebih yang dibutuhkan untuk Naphtols dari substantivitas lebih rendah. Basa:-Ini tersedia sebagai dasar amina gratis atau sebagai garam amina seperti
hydrochloride.Many dari amina yang digunakan adalah turunan anilin sederhana diganti tanpa substituen ion. Yang disebut Basa Warna Cepat membutuhkan diazotisation. Hal ini biasanya melibatkan reaksi amina aromatik primer dalam larutan asam atau dispersi dengan natrium nitrit, pada atau di bawah suhu kamar. Diazotisation sukses membutuhkan berat hati dari semua bahan kimia dan memperhatikan rekomendasi pemasok. Diazotisation dari amina aromatik primer sering sulit dan solusi ion diazonium secara inheren tidak stabil. Mereka mengalami penguraian bahkan pada suhu rendah dan khususnya saat terkena cahaya. Menyimpan solusi diazonium ion disiapkan biasanya tidak mungkin. Prosedur Umum Mewarnai Penerapan naftol adalah terdiri dari langkah-langkah berikut, 1.Dissolution komponen naftol. 2.Exhaustion dari dolution naftol ke substrat atau penyerapan ion naphtholate oleh kapas; 3.Removal dari naftol kelebihan dari materi dengan memeras, hydroextraction sebagian atau mencuci air garam. 4.Diazotization dari komponen dasar. 5.Development atau pengobatan dengan larutan ion diazonium untuk membawa kopling. 6. Netralisasi, menyabuni di mendidih untuk menghilangkan pigmen dangkal, diikuti dengan pembilasan dan pengeringan. Proses ini dapat dilakukan di hampir semua jenis mesin pencelupan ditentukan oleh bentuk barang. Mewarnai Metode Tindakan pencegahan di Naphthol Mewarnai Alkalinitas 1.The dari mandi naftol tidak akan turun di bawah batas yang ditentukan, jika tidak naftol dapat presipitate. 2.Formaldehyde tidak boleh digunakan ketika bekerja di lebih dari 50 Deg C atau ketika bahan ini harus dikeringkan setelah aplikasi naftol. 3.Material harus dilindungi dari air bercak asam, uap dan asap klorin, dan paparan sinar matahari setelah aplikasi naftol. 4.Use kelebihan garam di bak mandi naftol dapat menyebabkan presipitasi ke kamar mandi. 5.The suhu sangat penting dalam batang dasar persiapan, jika tidak diazotization tidak mungkin terjadi. 6.Sodium asetat harus ditambahkan ke mandi berkembang sebelum penggunaan, jika dasar akan menjadi tidak stabil karena jatuh konsentrasi HCl. Waktu 7.Hydroextraction tidak boleh terlalu lama, yang dapat mengakibatkan ke tempat cahaya setelah pembangunan. 8.Material akan dibilas tanpa penundaan setelah berkembang, jika tidak minuman keras mekanis diadakan mengembangkan berlebih akan mengalami penguraian beberapa dan menyebabkan pengendapan titik berwarna gelap, yang akan sulit untuk dihilangkan. 9.It penting untuk menggunakan jumlah yang cukup agen pengikat alkali, jika tidak maka akan menghasilkan presipitasi mengembangkan mandi. Stripping Mewarnai rusak -Perlakukan bahan dicelup dengan deterjen ionik Non 3-5 soda kaustik gpl di didihkan selama 15 menit. keren untuk 85 degC -Tambahkan merumput 3-5%. hydrosulphite selama 30-45 menit pada 85 deg. -Bilas panas dan dingin -Bleach dengan klorin GPL 1-2 Tersedia selama 20 menit. -Antichlore dan menetralisir. -Sabun di Rebus untuk min 15-20. -Bilas dengan air dingin.
Peran bahan kimia yang berbeda T.R. minyak:-pembasah agen untuk naftol paste dan pembubaran dan agen menembus serat dalam aplikasi naftol. Caustic soda:-Untuk solubilising dari naftol dan menjaga alkalinitas tepat mandi naftol. Formaldehida:-pelindung agen bahan impreganated naftol dari pengaruh udara. Garam:-elektrolit untuk kelelahan naftol selama naphtholation dan untuk mencegah desorpsi naftol di bak mandi air garam selama pembilasan dan fase pembangunan. HCl asam: - Pembubaran dasar dan untuk menghasilkan asam nitrit pada fase diazotization. Natrium Nitrit: - Memproduksi asam nitrit dalam proses diazotization. Asetat Natrium:-Untuk netralisasi HCl berlebih dalam mengembangkan mandi. Asam asetat:-Sebagai agen mengikat alkali dalam mengembangkan mandi. Agen Dispersing non ionik:-Untuk menjaga pigmen azoic dalam fase dispersi halus, yang dibentuk oleh kopling naftol bebas dalam mengembangkan mandi. Juga membantu dalam tahan luntur warna yang lebih baik selama operasi menyabuni. Tahan luntur properti pada kapas Pewarnaan benar siap dengan kombinasi azoic pada kapas memiliki sifat tahan luntur sering sebanding, atau hanya sedikit lebih rendah, dengan yang dihasilkan menggunakan pewarna kuinon tong. Mereka melengkapi pewarna tong karena berbagai oranye, merah dan Bordeaux nuansa yang mereka sediakan. Para tahan luntur untuk pencucian Pewarnaan kombinasi azoic pada kapas biasanya sangat baik untuk yang sangat baik tetapi hanya setelah eliminasi hati partikel pigmen azo longgar mengikuti permukaan serat terbuka. Menengah pengeringan atau pembilasan kain berisi naftol, dan menyabuni dari pencelupan akhir, adalah proses kunci memastikan tahan luntur optimal. Argumen yang sama berlaku untuk menggosok tahan luntur. Pencelupan mendalam yang belum juga menyabuni mudah mentransfer warna ke kain putih yang berdekatan, bahkan di bawah kondisi menggosok lembut. Ada dua masalah lain yang terkait dengan sifat tahan luntur kombinasi azoic pada kapas. Dalam nuansa pucat, Pewarnaan sering jauh berkurang tahan luntur cahaya, khususnya dalam kondisi lembab. Beberapa kombinasi azoic sensitif juga memberikan Pewarnaan perlawanan adil hanya untuk klorin dan peroksida pemutihan. Ppn vs Azoics A.Azoics ekonomis dari pewarna Ppn. B.Bright merah, jeruk dan warna merah marun yang mendalam yang mungkin dalam Azoics. C.Limited Naungan rentang Azoics. D.Bright pink, Biru cerah. zaitun hijau, hijau dan hitam tidak mungkin dalam Naftol. E.No takut fotodegradasi di Naftol. F.Rubbing na tahan luntur dlight adalah rendah dalam pencelupan Naphthol. G.More Cocok untuk Tie-dye dan pencelupan ruang. Reaktif Vs Azoics A.Limited naungan rentang Azoics. B.Dyeing metode sangat kompleks dengan terlalu banyak variabel di naphtholation, diazotisation dan mandi berkembang. Tahan luntur C.Color untuk Klor lebih baik dalam naftol. D.rubbing dan tahan luntur cahaya lebih rendah dalam azoics. E.Dark dan merah terang, Maroon dan ornages dapat diproduksi dalam azoics yang sulit di reactives.
F.Azoics cocok untuk Tie-dye dan pencelupan ruang. Ruang pencelupan dan pewarna Tie dengan pewarna naftol
Ruang Mewarnai (Naphthol Warna) Menggunakan Basis Lajang Lajang Naphthol Undyed / cahaya - kombinasi dicelup gelap
Langkah 1: - Oleskan Naphthol untuk keseluruhan material pada mesin rol pencelupan. Melakukan ekstraksi parsial hidro untuk menghapus naftol berlebih. Langkah 2: membagi-hank dalam 4 bagian yang sama dan menghitung panjang cahaya / undyed bagian yang diperlukan dalam hank.Set dilipat tingkat air di mesin upto bagian undyed dibutuhkan (hanya untuk mencelupkan panjang diperlukan). Mengatur mandi dengan asam asetat dan sabun pada 85-90 0 C. Turunkan bawah gulungan dalam air, menyimpannya selama 10 menit, The gulungan akan tetap stabil selama periode ini. Angkat gulungan dan menekan mereka secara manual untuk menghapus air kelebihan air bijaksana lainnya akan meresap ke bawah. Suhu dan asam akan menghapus naftol yang dari bagian tertentu. Langkah 3: Putar-gulungan dengan setengah putaran, sehingga bagian dicuci naik dan bagian yang berlawanan datang ke posisi yang tepat. Ulangi langkah 2 dalam bak yang sama. Langkah 4: - Peras bahan untuk mengeluarkan kelebihan air, yang gulungan akan muncul seperti dalam ara. Membuat basis mandi siap. Langkah 5: - Jalankan keseluruhan material dalam basis mandi seperti biasa untuk mengembangkan teduh Bagian dicuci akan tetap putih atau ringan tergantung pada efektivitas cuci, sedangkan bagian dicuci akan mengembangkan sepenuhnya.. Neutralise, sabun dan bilas seperti biasa.
Cahaya dan Kegelapan Naungan kombinasi
Langkah 1: - Oleskan Naphthol untuk keseluruhan material pada mesin rol pencelupan. Melakukan ekstraksi parsial hidro untuk menghapus naftol berlebih. Langkah 2: membagi-yang hank dalam 4 bagian yang sama dan menghitung panjang bagian cahaya yang dibutuhkan dalam hank.Set dilipat tingkat air di mesin upto bagian undyed dibutuhkan (hanya untuk mencelupkan panjang diperlukan). Mengatur mandi dengan air dingin. Menurunkan menurunkan gulungan dalam air, menyimpannya selama 10 menit, The gulungan akan tetap stabil selama periode ini. Angkat gulungan dan menekan mereka secara manual untuk menghapus air kelebihan air bijaksana lainnya akan meresap tindakan down.The air akan menghapus naftol dari bagian dicelup, Anda dapat bermain dengan suhu untuk kedalaman yang diinginkan. Langkah 3: Putar-gulungan dengan setengah putaran, sehingga bagian dicuci naik dan bagian yang berlawanan datang ke posisi yang tepat. Ulangi langkah 2 dalam bak yang sama. Langkah 4: - Peras bahan untuk mengeluarkan kelebihan air, yang gulungan akan muncul seperti dalam ara. Membuat basis mandi siap. Langkah 5: - Jalankan keseluruhan material dalam basis mandi seperti biasa untuk mengembangkan teduh Bagian dicuci akan tetap putih atau ringan tergantung pada efektivitas cuci, sedangkan bagian dicuci akan mengembangkan sepenuhnya.. Neutralise, sabun dan bilas seperti biasa. Kontras warna naftol Satu - Dua Basis
Seperti kita ketahui bahwa salah satu naftol dapat menghasilkan nada yang berbeda bila dikombinasikan dengan basis yang berbeda, ini milik azoics dimanfaatkan dalam kombinasi ini, langkah yang berbeda dalam proses ini adalah, Langkah 1: - Oleskan Naphthol untuk keseluruhan material pada mesin rol pencelupan. Melakukan ekstraksi parsial hidro untuk menghapus naftol berlebih. Langkah 2: membagi-hank dalam 4 bagian yang sama dan menghitung panjang cahaya / undyed bagian yang diperlukan dalam hank.Prepare dilipat mandi celup dengan dasar yang diinginkan dan mengatur tingkat air ke ketinggian yang diinginkan dari warna pertama. Menurunkan menurunkan gulungan dalam air, menyimpannya selama 10-20 menit, dengan manual aduk dari gulungan gulungan tetapi akan tetap steadly dicelupkan dalam bak berkembang selama periode ini. Angkat gulungan dan menekan mereka secara manual untuk menghapus kelebihan dasar dasar bijaksana lainnya akan meresap ke bawah. Langkah 3: Putar-gulungan dengan setengah putaran, sehingga sebagian dikembangkan naik dan bagian yang berlawanan datang ke posisi yang tepat. Ulangi langkah 2 saat mandi mengembangkan segar atau diisi ulang. Langkah 4: - Peras bahan untuk menghapus dasar, gulungan akan muncul seperti dalam ara. Membuat mandi dasar siap untuk naungan kedua. Langkah 5: - Jalankan keseluruhan material dalam basis mandi seperti biasa untuk mengembangkan teduh Bagian yang sudah dikembangkan akan tetap seperti itu karena tidak ada naftol tetap bereaksi dengan basa segar, sedangkan bagian yang belum dikembangkan akan menjadi warna kedua.. Neutralise, sabun dan bilas seperti biasa. Warna lebih kontras dapat dilakukan dengan metode pencelupan ganda, seperti pencelupan penuh satu naungan, kemudian menerapkan naftol segar untuk keseluruhan material dan melakukan satu metode apapun di atas tiga. Catatan: - Perhitungan untuk basis dan bahan kimia dilakukan berdasarkan perkiraan berat dari bagian yang akan devloped
Batik 1. PENGANTAR Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik me rujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax resist dyeing”. Membatik adalah proses menggambar atau menulis di atas kain dengan menggunakan canting batik yang berisi malam panas sebagai perintang. Dalam proses pewarnaannya bisa dengan dicelup ataupun dicolet. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khusunya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Namun demikian ada beberapa pengecualian bagi fenomena laki-laki dalam dunia batik dimana justru laki-laki yang lazim melakukan pekerjaan membatik. Hal ini bisa dili hat pada batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti pada corak “Mega Mendung”. Di Indonesia, batik dibuat diberbagai daerah, terutama di daerah Jawa. Tapi dibanding batik daerah lain batik yang lebih halus adalah batik dari Jawa Tengah. Setiap daerah mempunyai keunikan dan ciri khas masing-masing baik dari dari ragam hias maupun tata warnanya. Dilihat dari segi ragam hias, warna dan tata warna serta gayanya, batik pesisir yang menonjol dan yang sampai sekarang masih digemari, antara lain batik dari daerah : Lasem, Cirebon, Pekalongan mempunyai keunikan tersediri. 1. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Bacalah modul ini baik-baik jawablah setiap pertanyaan yang ada dan lakukan suatu kegiatan sesuai petunjuk yang ada serta buatlah laporan sebagai hasil pelaksanaan kegiatan! 1. STANDAR KOMPETENSI
Mengapresiasi karya seni rupa
1. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa modern/kontemporer
1. INDIKATOR
Mengidentifikasi teknik pembuatan batik,Jenis bahan dan alat yang digunakan dalam membatik (Batik Lasem)
1. KEMAMPUAN PRASYARAT Pada akhir kegiatan ini siswa diharapkan dapat:
Mengidentifikasi teknik pembuatan batik,Jenis bahan dan alat yang digunakan dalam membatik (Batik Lasem) Membuat contoh batik
JENIS ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM MEMBATIK
Bahan yang digunakan dalam membatik : 1. Kain Kain putih yang dijadikan batik mempunyai beberapa istilah selain mori, yaitu muslim ataupun cambric. Kata mori berasal dari Bombyx mori, yaitu jenis ulat sutera yang menghasilkan sutera putih dan halus. Kata muslim berasal dari kata muslin yang merupakan kependekan dari moussuline, yaitu nama semacam kain cita. Seangkan cambric artinya fine linen atau kain batis (kain putih). Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau sutera tiruan. Mori dari kain katun lebih umum dipakai. Berdasarkan tingkat kehalusannya, mori dari katun dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu golongan yang sangat halus disebut Primissima, golongan halus disebut prima, golongan sedang disebut biru dan golongan kasar/biasa disebut kain grey/blaco. Golongan sedang disebut biru karena biasanya merknya dicetak dengan warna biru, sedangkan golongan kasar disebut grey karena kainnya tidak diputihkan dan dipasaran merknya biasanya dicetak dengan warna merah. Selain kain katun pada saat ini banyak digunakan kain yang terbuat dari kain sutera, rayon dan serat alam lainnya. Bahan kain yang biasa digunakan antara lain: 1. 2. 3. 4. 5.
Mori (Prima, Primissima, dan Violisima) Birkolin Blaco Samporis Lilin Batik
Lilin ini digunakan untuk membatik sebagai zat perintang. Lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang ditutup tersebut mempunyai sifat resist atau menolak warna yang dibrikan pada kain. Bahan pokok lilin adalah : Gondorukem, Damar mata kucing, Parafin (putih dan kuning), Microwax, lemak binatang, minyak kelapa, lili n tawon, lilin lancing. Pada awalnya bahan yang digunakan untuk menutup kain adalah bubur dari ketan, dan kain yang dibuat ini disebut kain simbut. Setelah diketemukannya lilin batik, bubur ketan sudah tidak dipakai lagi. Pada awalnya lilin batik hanya terbuat dari lilin tawon saja (orang jawa menyebutnya sebagai malam batik), kemudian karena bertambah pengalamannya kemudian dicampur dengan gondorukem dan dammar mata kucing. Kemudian untuk melemaskan atau menurunkan titik lelehnya maka dicampur dengan lemak binatang ataupun minyak kelapa. 2.1
Sifat-Sifat Lilin Batik :
Malam tawon : mudah meleleh dan titik lelehnya rendah (59), mudah melekat pada kain, tahan lama, mudah lepas pada lorodan dengan air panas. Biasanya dipakai untuk campuran lilin klowong
Gondorukem : Tidak mudah meleleh dan titik lelehnya tinggi (70-80), bila encer mudah menembus kain, setelah membeku mudah patah. Biasanya dipakai untuk campuran lilin klowong maupun tembokan. Maksud pemakaian gondorukem adalah agar lilin batik menjadi lebih keras dan tidak mudah membeku. Dammar mata kucing : dammar dipakai sebagai campuran lilin batik agar lilin batik dapat membentuk bekas atau garis-garis lilin yang baik, melekat pada kain dengan baik. Adapun sifatnya adalah sukar meleleh dan cepat membeku. Paraffin : mempunyai daya tolak tembus basah yang baik, mudah encer(titik leleh rendah) dan lekas membeku, daya lekat kecil dan mudah lepas. Penggunaan paraffin dimaksudkan agar lilin batik mempunyai daya tahan tembus basah yang baik, mudah lepas waktu dilorod serta sebagai bahan pengisi karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan bahan lainnya. Microwax / lilin micro : jenis paraffin yang lebih halus, keadaannya lemas (ulet) seperti malam tawon, mudah lepas, sukar menembus kain, titik lelehnya tinggi (70). Biasanya digunakan dalam pembuatan batik-batik kwalitas halus. Lemak binatang : mudah leleh (45). Dipakai sebagai campuran lilin batik dalam jumlah relative kecil untuk merendahkan titik leleh sehingga liin batik menjadi lemas dan mudah lepas waktu dilorod. 2.2
Cara Mencampur Lilin Batik / Menjebor(Jw) 1. Bahan lilin batik yang mempunyai titik leleh paling tinggi dilelehkan lebih dahulu, kemudian berturut-turut bahan yang lebih rendah titik lelehnya. 2. Setelah semua bahan mencair kemudian diaduk dengan baik dan rata agar campuran betul-betul homogen. 3. Campuran yang sudah larut sempurna kemudian disaring dengan kain dan dicetak kemudian didinginkan.
Pengetahuan tentang sifat dan karakteristik lilin batik sangat diperlukan agar karya yang dihasilkan bisa maksimal. Sebagai contoh adalah dalam pembatikan dengan menggunakan kain sutera, maka pemakaian paraffin kasar dan dammar mata kucing perlu dihindarkan karena sifatnya yang terlalu kuat melekat pada kain sutera. Contoh resep lilin batik Lilin batik klowong tulis 2 bagian dammar mata kucing 4 bagian gondorukem 3 bagian lilin bekas 1 bagian paraffin putih 3 bagian kote / malam tawon 1 bagian lemak binatang Lilin batik tembokan tulis 1 bagian dammar mata kucing
3 bagian gondorukem 2 bagian malam tawon 0,5 bagian lemak binatang 1. Pewarna Batik 1. Napthol dan Indigosol Bahan ini biasanya digunakan sebagai bahan pewarna Zat Warna Napthol Dari beragam zat warna sintetis yang ada dipasaran, yang sering dipakai perajin batik adalah Napthol. Hal ini dikarenakan dapat digunakan untuk teknik celup secara cepat dan warnanya kuat. Zat warna napthol terdiri atas dua unsur yaitu napthol AS sebagai dasar warna dan garam diazonium sebagai pembangkit warna. Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain: Naptol AS-G, Naptol AS-LB, Naptol AS-BO, Naptol AS-D, Naptol AS, Naptol AS-OL, Naptol AS-BR, Naptol AS-BS, Naptol AS-GR Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain: Garam Kuning GC, Garam Bordo GP, Garam Orange GC, Garam Violet B, Garam Merah R, Garam Biru BB, Garam Scarlet GG, Garam Biru B, Garam Merah 3 GL, Garam Hitam B, Garam Merah B Zat warna ini tidak larut dalam air. Agar mudah larut, pada zat warna ini ditambahkan sedikit costic soda dan air mendidih. Bahkan bila perlu bisa dipanaskan hingga larut sempurna (bewarna bening). Kain yang telah menyerap larutan napthol belum memiliki warna sehingga perlu dibangkitkan warnanya. Warna pada kain akan timbul setelah dikerjakan dalam larutan garam napthol (Garam Diazonium). Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut: Napthol
: 0,5 – 3,0 gram
TRO
: 1 gram
Coustic soda
: secukupnya
Sedangkan larutan garam Diazonium dibuat dengan melarutkan garam tersebut sebanyak 2 – 3 kali berat napthol dalam 1 liter air dingin. Zat Warna Indigosol Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida. Jenis warna Indigosol antara lain: Indigosol Yellow, Indigosol Green IB, Indigosol Yellow JGK, Indigosol Blue 0 4 B, Indigosol Orange HR, Indigosol Grey IBL, Indigosol Pink IR, Indigosol Brown IBR, Indigosol Violet ARR, Indigosol Brown IRRD, Indigosol Violet 2R, Indigosol Violet IBBF.
Resep pencelupan z.w. Indigosol:
Resep pembangkit warna:
Zat warna Indigosol 10 gram /Liter
HCl 10 gram/L
Natrium nitrit 10 gram/Liter
Air dingin 1 Liter
Air panas 1 Liter Cara pewarnaan: Larutkan zat warna Indigo dan natrium nitrit dengan air panas. Tambahkan air dingin sesuai dengan kebutuhan Tambahkan air dingin sampai jumlah larutan 2 Liter. Celupkan kain ke dalam larutan TRO terlebih dahulu dan tiriskan. Celupkan kain ke dalam larutan zat warna ± 30 menit Angkat kain tersebut dan jemur di bawah sinar matahari / diangin-anginkan. Dibangkitkan warnanya dengan merendam di dalam larutan HCl selama ± 1 menit, sehingga warnanya timbul, Selanjutnya kain dicuci sampai bersih 1. Koustik, HCL, dan T.R.Q Bahan ini biasanya juga digunakan sebagai bahan bantu cat pewarna Zat warna Rapid Cara pewarnaan colet dengan zat warna Rapid : 1. Kain yang siap diproses digelar diatas meja sambil diberi alas Koran ( yang berfungsi sebagai penyerap dari warna yang keluar ) 2. Coletkan larutan zat warna rapid pada bidang bidang yang dikehendaki.atau diinginkan. 3. Didiamkan selama beberapa waktu sampai kering ,bila perlu biasanya dilakukan semalam . 4. Kain yang telah dicolet dengan zat warna rapid siap untuk diproses selanjutnya. ( ditembok dengan lilin batik ) 5. Selanjutnya dicelup untuk mendapatkan warna dasar. 6. Dilorod 7. Dicuci bersih. Cara melarutkan Zat warna Rapid : 1. Zat warna rapid ditimbang sesuai kebutuhan. 2. Masukkan kedalam cangkir atau gelas aqua tambahkan air hangat secukupnya sambil diaduk sampai semua zat warna larut. 3. Larutan siap digunakan untuk mencolet Contoh resep Coletan dengan Zat warna Rapid : 1.
Rapid merah
5 gr
Kostik soda
1 gr
Air hangat
50 cc
2.
Rapid biru
5 gr
Kostik soda
1 gr
Air hangat
50 cc
Zat Warna Reaktif ( Remazol ) Zat warna reaktif bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan (printing). Zat warna reaktif berdasarkan cara pemakaiannya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: reaktif dingin dan reaktif panas. Untuk zat warna reaktif dingin salah satunya adalah zat warna procion, dengan nama dagang Procion MX , yaitu zat warna yang mempunyai kereaktifan tinggi dan dicelup pada suhu rendah. Zat warna reaktif termasuk zat warna yang larut dalam air dan mengadakan reaksi dengan serat selulosa, sehingga zat warna reaktif tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu sifat-sifat tahan luntur warna dan tahan sinarnya sangat baik. Nama dagang zat warna teraktif, sebagai berikut: Procion (produk dari I.C.I), Drimarine (produk Sandoz), Cibacron (produk Ciba Geigy), Primazine (produk BASF), Remazol (produk Hoechst) dan Levafix (produk Bayer).
Resep Pencelupan: Berat bahan a gram Vlot 1 : 40 Air 40 x a CC Garam dapur 30 – 40 gram/ L Soda abu 10 -15 gram/ L TRO 1 gram / L Waktu – suhu 55 menit – 270 C Cuci dingin Cara pewarnaan:
Zat warna,TRO dan Matexil dilarutkan dengan air dingin, aduk sampai rata. Kain dibasahi dengan TRO kemudian ditiriskan. Celupkan kedalam larutan zat warna diamkan selama 15 menit, angkat kain tambahkan soda abu aduk sampai larut, kemudian pencelupan dilanjutkan sampai waktu yang ditentukan. Tiriskan dan keringkan tanpa panas matahari langsung. Fiksasi dilanjutkan dengan pencucian.
Resep Colet / Kuas : Zat Warna Remazol 3,5 gram Matexil PAL 5 gram
Air dingin 491,5 CC Cara Pewarnaan dengan kuas:
Zat warna dan Matexil dilarutkan dengan air dingin, aduk sampai rata. Kain dibasahi dengan TRO kemudian ditiriskan bentangkan pada spanram diperkuat dengan paku pines. Coletkan zat warna menggunakan kuas sampai rata. Tiriskan dan keringkan tanpa panas matahari langsung. Fiksasi dilanjutkan dengan pencucian.
Cara fiksasi menggunakan waterglass: Waterglass 1 kg
Kostik soda 10 gram Soda abu 25 gram Air 500 CC
Larutkan kostik soda dan soda abu pada ember plastik, kemudian waterglass dilarutkan sedikit demi sedikit dan aduk sampai rata. Larutan waterglass yang sudah jadi dikuaskan pada kain yang sudah diwarna. Setelah diolesi waterglass kemudian pad-batch dengan cara digulung dan masukkan ke dalam plastik selama 4 – 10 jam. Penggulungan dalam keadaan basah, setelah Pad-Pad selesai, plastic dibuka dan kain dicuci dengan air mengalir sampai tidak licin lagi. Keringkan atau untuk batik dilanjutkan dengan pelorodan.
1. Water glas dan soda abu Digunakan sebagai bahan bantu dalam proses pelorodan atau melepas lilin pada kain dalam air mendidih Alat yang dipergunakan 1. Setrika Fungsinya untuk menghaluskan kain sebelum dipola 1. Meja Pola Untuk memola kain sebelum dibatik 1. Canting Canting ada 3 macam : 1. canting Klowong biasanya digunakan untuk membatik klowong atau garis pada motif. 1. canting cecek untuk membuat titik-titik/isenan pada motif.
1. canting tembokan biasanya digunakan untuk menembok/menutupi pada bagian yang dikehendaki. 1. Kuas Kuas ini juga berfungsi sama seperti canting tembokan tetapi untuk bagian yang lebar. 1. Celemek Digunakan untuk pengaman agar tidak terkena tetesan lilin. 1. Kaos tangan Untuk pengaman agar tangan tidak terkena warna/air keras. 1. Leregan Untuk mewarnai kain yang lebar. 1. kenceng tembaga tempat untuk melorod lilin yang menempel pada kain. 1. Wajan Tempat untuk memanaskan lilin batik. 1.
Kompor
1. gawangan tempat untukmenaruh kain saat dibatik. Perawatan alat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Memperhatikan petunjuk pemakaian alat sesuai dengan jenis, sifat dan fungsinya. Bersihkan dan atur kembali semua peralatan yang sudah selesai dipergunakan. Matikan api pada kompor jika selesai atau ditinggal istirahat. Jangan menambah minyak jika api kompor dalam keadaan menyala. Jangan rendam kuas dan canting dalam lilin jika tidak dipergunakan. Jangan mengisi lilin penuh pada wajan. Gunakan celemek dalam membatik. Gunakan sarung tangan dalam pewarnaan. Gunakan masker pada waktu melarutkan komponen warna.
PROSES PEMBUATAN BATIK 1. Pemotongan kain sesuai dengan ukuran 2. diketeli 3. dikanji 1. disipati sesuai dengan kebutuhan 2. memola Memindahkan desain pada kain mori, bisa menggunakan kaca (diblat) langsung di kain mori.
ataupun digambar
1. merengreng/menglowong Membatik sesuai dengan garis-garis pola dengan menggunakan canting dan malam klowong. Contoh motif batik 1. isen-isen Membatik pada motif batik untuk member isen-isen berupa cecek (titik-titik) atau sawut (garis) agar motif batik kelihatan lebih indah dengan menggunakan canting cecek dan canting sawut. 1. nerusi 2. menembok sesuai dengan kebutuhan Menutup (ngeblok) pada bagian motif yang lebar-lebar agar warnanya tidak berubah dengan menggunakan canting tembok / kuas gambar dan malam tembok. 1. memberikan warna proses pewarnaan dengan menggunakan bahan cat warna NAPTHOL, INDIGOSOLRAPIDE dan Garam (DIASO) secara singkat. Biasanya yang digunakan adalah napthol yang berkode AS dan yang kedua adalah garam DIASO sebagai pembangkit warna. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 10.1
Melarutkan Napthol, caranya :
1. Menimbang warna napthol kemudian ditaruh dalam panci kecil (bisa plastik/email) sesuai dengan kebutuhan. o 2. Ditambah dengan TRO (Turkish Red Oil) dan Coustik soda ditambah air panas 100 C, sambil diaduk hingga rata dan jernih. 3. Ditaruh ditempat yang teduh tidak boleh terkena sinar matahari. Atau 10.2 1. 2. 3. 4.
Melarutkan garam Diaso, caranya : menimbang garam sesuai dengan kebutuhan. Ditaruh dalam panci kecil. Tambah air sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai rata. Simpan ditempat yang teduh.
Bahan pewarna sintetis dalam proses pewarnaan batik banyak jenisnya, antara lain napthol, indigosol, raphide, rhemasol dan lain sebagainya. Dalam proses pearnaan kali ini akan dipakai bahan pewarna jenis napthol. Pewarna napthol terdiri atas 2 komponen utama, yaitu napthol dengan kode (AS) dan garam diazonium sebagai pembangkit warna. Adapun cara pemakaian napthol adalah sebagai berikut : 1. Cat napthol dalam bentuk powder (bubuk) diletakkan dalam panci, diberi sedikit TRO dan air, diaduk campur seperti pasta kemudian diberi air panas secukupnya, lalu dimasukan kostik soda yang dibutuhkan. Diaduk dan akan menjadi larutan yang jernih kemerahan atau kekuningan. Bila larutan itu masih keruh berarti belum larut sempurna sehingga perlu ditambah kostik soda atau dipanaskan lagi. Perbandingan
2.
3. 4. 5.
6.
antara napthol : TRO : Coustic soda adalah 1 : 0,5 : 0,5 ditambah air panas secukupnya. Larutan yang sudah jadi dimasukkan kedalam tempat celup (ember ) dan ditambah air biasa sampai mencapai jumlah yang diinginkan. Misalnya untuk sepotong kain panjang 2,5 meter diperlukan air 2-3 liter. Kain yang sudah siap dicelup kemudian dimasukkan dan direndam kedalam larutan napthol selama seperempat jam dan selalu dibalik-balik. Kain kemudian diangkat dari larutan napthol dan diatuskan dengan disampirkan ditempat terbuka yang teduh. Garam diazonium yang sudah dipersiapkan sesuai kebutuhan dimasukkan kedalam panci, diberi air sedikit dan diaduk, kalau sudah basah semua lalu diberi air secukupnya ( jangan air panas ). Larutan diazonium yang sudah jadi kemudian dimasukkan kedalam ember celup, lalu diberi air secukupnya. Perbandingan antara napthol : garam diazonium adalah 1 : 2-3 Kain celupan napthol yang sudah atus kemudian dimasukkan kedalam larutan diazonium selama 10 menit dan dibalik-balik setiap saat. Pada perendaman ini timbul warna dan arah warnanya sesuai jenis napthol dan garamnya.
Peringatan :
Larutan napthol dan garam diazonium tidak boleh dicampur jadi satu karena akan timbul warna dan warna akan menjadi rusak. Dalam proses pewarnaan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena dapat merusak warna.
Pada pewarnaan dengan napthol, apabila warna yang dikehendaki kurang kuat maka perlu diulang lagi proses pencelupan atau disebut juga “2 kali celup”. 1. melorod Setelah selesai proses pewarnaan maka dilanjutkan dengan proses m elorod, yaitu menghilangkan malam secara keseluruhan dengan menggunakan air mendidih ditambah dengan soda abu secukupnya agar malam segera lepas dari kain. Adapun caranya adalah sebagai berikut : 1. Memasak air sampai mendidih ditambah dengan soda abu / water glass / pati kanji secukupnya. 2. Kain dimasukkan ke dalam air panas sambil diangkat-angkat (dikopyok). Setelah itu dimasukkan kedalam air dingin dan dikucek sampai bersih. Proses ini bisa dilakukan berulang-ulang sampai kain bersih dari sisa-sisa malam batik. 3. Finishing 1. Kain yang sudah selesai dilorod dan dikeringkan kemudian disetrika agar kelihatan halus dan licin. 2. Kain digunting sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. 3. Kain di wool soom.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.Table I. Mixing different colors with Naphthol dyes. Base A Naphthol AS
Base B Naphthol AS.G
Base C Naphthol AS.GR
Base D Naphthol AS.LB
Base E Naphthol AS.BO
Salt "1" (Fast yellow GC)
redorange
pink
red
bright blue
blue-violet
Salt "2" (Fast Scarlet R)
lemon
bright yellow
saffron
gold
ochre
Salt "3" (Fast Red B)
magenta
red-violet
purple
blue-green
green
Salt "4" (Fast Blue BB)
tan
chocolate
red-brown
purple
deep violet
maroon
blue
blue-black
Salt "5" bright red deep red (Fast Blue B)
Parts Method
PMX Color and #
Teaspoon Method
9 parts 1 part
<>Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA)
2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
16 parts 1 part
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Brilliant Orange #020 (orange MX-2R)
4 tsp. 1/4 tsp.
18 parts 1 part
Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
2 1/4 tsp. 1/8 tsp.
9 parts 1 part
Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA) Medium Blue #072 (blue MX-R)
2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
Apricot
9 parts 1 part
Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA) Brilliant Orange #020 (orange MX-2R)
2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
Peach
6 parts
Rust Orange #016
1 1/2 tsp.
Colors
Daffodil
Goldenrod
Wheat
Pea Green
(brown MX-GRN)
18 parts 9 parts 1 part
Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA) Brilliant Orange #020 (orange MX-2R) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
2 1/4 tsp. 1 1/8 tsp 1/8 tsp.
18 parts 1 part
Brilliant Orange #020 (orange MX-2R) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
2 1/4 tsp. 1/8 tsp.
11 parts 6 parts
Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA) Fire Engine Red #030 (mix red MX-BRA)
2 3/4 tsp 1 1/2 tsp.
11 parts 6 parts
Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA) Carmine Red #032 (proprietary mix)
2 3/4 tsp. 1 1/2 tsp
9 parts tone with
Fire Engine Red #030 (mix red MX-BRA) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
2 1/4 tsp. 1/16 tsp.
9 parts 1 part
Fire Engine Red #030 (mix red MX-BRA) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
11 parts 6 parts
Carmine Red #032 (proprietary mix) Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA)
2 3/4 tsp. 1 1/2 tsp.
Burnt Orange
9 parts 9 parts 1 part
Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA) Fire Engine Red #030 (mix red MX-BRA) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
Chinese Red
2 parts 1 part
Carmine Red #032 (proprietary mix) Bright Golden Yellow #010
4 1/2 tsp. 2 1/4 tsp.
Harvest Orange
Salmon
Tangerine
Red Orange
Coral
Antique Rose
Rose
(yellow MX-3RA) Bubble Gum Pink
1 part
Fuchsia #040 (red MX-8B)
2 1/4 tsp.
Dark Pink
9 parts 1 part
Magenta #034 (red MX-5B) Medium Blue #072 (blue MX-R)
2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
Hot Pink
1 part
Fuchsia = #040 (red MX-8B)
3 tsp.
Mauve
6 parts
Brown = Rose #126 (proprietary mix)
1 1/2 tsp.
6 parts 3 parts 1 part
Fuchsia = #040 (red MX-8B) Turquoise #068 (turquoise MX-G) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
1 1/2 tsp. 3/4 tsp. 1/4 tsp.
1 part 1 part
Fuchsia = #040 (red MX-8B) Turquoise #068 (turquoise MX-G)
2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
2 parts 1 part
Fuchsia = #040 (red MX-8B) Medium Blue #072 (blue MX-R)
3 tsp. 1 1/2 tsp.
2 parts 1 part
Fuchsia = #040 (red MX-8B) Cerulean Blue #070 (blue MX-G)
3 tsp. 1 1/2 tsp.
9 parts 4 parts
Medium = Blue #072 (blue MX-R) Fire Engine Red #030 (mix red MX-BRA)
2 1/4 tsp. 1 tsp.
1 part 1 part
Magenta = #034 (red MX-5B) Cerulean Blue #070 (blue MX-G)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
Berry Sorbet
Orchid
Plum
Deep Purple
Lavender
Amethyst
2 parts 1 part
Carmine Red #032 (proprietary mix) Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B)
3 tsp. 1 1/2 tsp.
9 parts 9 parts 2 parts
Fuchsia = #040 (red MX-8B) Cerulean Blue #070 (blue MX-G) Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B)
4 1/2 tsp. 4 1/2 tsp. 1 tsp.
1 part 1 part
Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B) Carmine Red #032 (proprietary mix)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
1 part 1 part 1 part
Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B) Fuchsia #040 (red MX-8B) Cobalt Blue #076 (blue MX-2G)
2 1/4 tsp 2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
9 parts 5 parts
Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B) Fuchsia #040 (red MX-8B)
2 1/4 tsp. 1 1/4 tsp.
9 parts 4 parts 4 parts
Navy = #078 (navy MX-G+red MX-5B) Fuchsia #040 (red MX-8B) Cobalt Blue #076 (blue MX-2G)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp. 1 tsp.
1 part 1 part
Fuchsia #040 (red MX-8B) Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B)
2 1/2 tsp. 2 1/2 tsp.
Ultramarine
1 part 1 part
Brown Rose #126 (proprietary mix) Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B)
2 1/2 tsp. 2 1/2 tsp.
Heritage Blue
2 parts 1 part
Medium Blue #072 (blue MX-R) Warm Black #128
3 tsp. 1 1/2 tsp.
Maroon
Purple Violet
Blue Violet
Red Violet
Pansy Purple
Periwinkle
Sapphire Blue
(mix black MX-CWNA)
2 parts 1 part
Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
1 1/2 tsp. 3/4 tsp.
12 parts 1 part
Cobalt Blue #076 (blue MX-2G) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
1 1/2 tsp. 1/8 tsp.
9 parts 1 part
Medium Blue #072 (blue MX-R) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
2 1/4 tsp. 1 1/4 tsp.
9 parts 1 part
Cerulean Blue #070 (blue MX-G) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
1 part 1 part
Medium Blue #072 (blue MX-R) Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B)
1 1/2 tsp. 1 1/2 tsp.
1 part 1 part
Cobalt Blue #076 (blue MX-2G) Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
1 part 1 part
Cerulean Blue #070 (blue MX-G) Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B)
5 tsp. 5 tsp.
4 parts 1 part
Cerulean Blue #070 (blue MX-G) Rust Orange #016 (brown MX-GRN)
1 tsp. 1/4 tsp.
Blue Mist
9 parts 1 part
Turquoise #068 (turquoise MX-G) Rust Orange #016 (brown MX-GRN)
2 1/4 tsp. 1/4 tsp.
New Aqua
5 parts 1 part
Turquoise #068 (turquoise MX-G)
4 1/2 tsp. 1/2 tsp.
Powder Blue
French Blue
Sky Blue
Mountain
Chicory Blue
Postman Blue
Prussian Blue
Seafoam
1 part
Blue Spruce
Teal
Jade
Yellow Green
Chartreuse
Vermillion Green
Lime Green
Spring Green
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA)
v1/2 tsp.
1 part 1 part
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Cobalt Blue #076 (blue MX-2G)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
1 part 1 part
Navy = #078 (navy MX-G+red MX-5B) Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
9 parts 5 parts 5 parts
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Cerulean Blue #070 (blue MX-G) Medium Blue #072 (blue MX-R)
4 1/2 tsp. 2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
18 parts 1 part
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Medium Blue #072 (blue MX-R)
2 1/4 tsp. 1/8 tsp.
64 parts 1 part
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Medium Blue #072 (blue MX-R)
4 tsp. 1/16 tsp.
1 part 1 part
Turquoise #068 (turquoise MX-G) Bright Golden Yellow #010 (yellow MX-3RA)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
22 parts 9 parts
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Turquoise #068 (turquoise MX-G)
2 3/4 tsp. 1 1/8 tsp.
13 parts 10 parts 3 parts
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Turquoise #068 (turquoise MX-G) Medium Blue #072 (blue MX-R)
2 3/4 tsp. 5 tsp. 1 1/2 tsp.
20 parts 20 parts 9 parts
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Turquoise #068 (turquoise MX-G) Medium Blue #072 (blue MX-R)
5 tsp. 5 tsp. 2 1/4 tsp.
Fern Green
11 parts 6 parts
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Cobalt Blue #076 (blue MX-2G)
2 3/4 tsp. 1 1/2 tsp.
**Sage
1 part 1 part
Rust = Orange #016 (brown MX-GRN) Cerulean Blue # 070
1 1/2 tsp. 1 1/2 tsp.
1 part 1 part
Rust = Orange #016 (brown MX-GRN) Cerulean Blue #070 (blue MX-G)
4tsp. 4 tsp.
2 parts 1 part
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Navy #078 (navy MX-G+red MX-5B)
3 tsp. 1 1/2 tsp.
**Artichoke
1 part 1 part
Rust Orange #016 (brown MX-GRN) Turquoise #068 (turquoise MX-G)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
**Khaki
1 part 1 part
Rust Orange #016 (brown MX-GRN) Turquoise # 068
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
1 part 1 part
Rust Orange #016 (brown MX-GRN) Medium Blue #072 (blue MX-R)
1 1/2 tsp. 1 1/2 tsp.
**Olive
1 part 1 part
Rust Orange #016 (brown MX-GRN) Medium Blue #072 (blue MX-R)
4 tsp. 4 tsp.
Brown Sienna
2 parts 1 part 1 part
Lemon Yellow #004 (yellow MX-8G) Medium Blue #072 (blue MX-R)
3 tsp. 1 1/2 tsp. 1 1/2 tsp.
Shamrock
**Fatigue Green
Avocado
**Desert Green
Brilliant Orange #020 (orange MX-2R)
28 parts 9 parts
Rust = Orange #016 (brown MX-GRN) Brown Rose #126 (proprietary mix)
3 1/2 tsp. 1 1/8 tsp.
28 parts 9 parts
Rust = Orange #016 (brown MX-GRN) Burgundy #124 (proprietary mix)
3 1/2 tsp. 1 1/8 tsp.
1 part 1part
Rust = Orange #016 (brown MX-GRN) Burgundy #124 (proprietary mix)
1/2 tsp. 1/2 tsp.
1 part 1 part 1 part
Brown = Rose #126 (proprietary mix) Warm Black #128 (mix black MX-CWNA) Brilliant Orange = #020 (orange MX-2R)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
1 part 1 part
Burgundy = #124 (proprietary mix) Fire Engine Red #030 (mix red MX-BRA)
2 1/4 tsp. 2 1/4 tsp.
Cerise
2 parts 1 part
Carmine = Red #032 (proprietary mix) Medium Blue #072 (blue MX-R)
3 tsp. 1 1/2 tsp.
**Dark Gray
1 part
Jet Black #150 (mixture)
12 tsp.
**Charcoal
1 part
Jet Black #150 (mixture)
24 tsp.
Pottery
Terra Cotta
Flesh
Red Earth
Indian Red
**There are 4 pairs of colors = that show the same formula in the "parts" mixing column. When dye = concentrations are increased in the dye bath, there is often a color = shift. Note: Small quantities of dye can be measured easily from a stock solution of 1 teaspoon of dye powder dissolved in 1/2 cup water. Use the following chart.
1 tsp. dry dye powder = 1/2 cup (24 tsp.) stock solution 1/2 tsp. dry dye powder = 1/4 cup stock solution
1/4 tsp. dry dye powder = 6 = tsp. stock solution 1/8 tsp. dry dye powder = 3 tsp. stock solution 1/16 tsp. dry dye powder = 1 1/2 tsp. stock solution Note for dyers outside of the US : in the above table, one teaspoon (1 tsp.) equals 5 ml (5 cc).
ori Warna Warna terlihat oleh mata karena adanya cahaya yang mengantarkan waran bisa dilihat oleh mata. Warna terdiri dari : 1. warna primer ( dasar ) , yaitu merah, biru, kuning. 2. warna sekunder , yaitu hijau ( biru-kuning), ungu (merah-biru), orange (merah – kuning). 3. warna tersier, yaitu warna gabungan dari warna – warna sekunder
ZAT WARNA REAKTIF • Nama dagang : procion, remasol • Untuk coletan dan celupan • Kode warna : R3B (merah), R5B (merah), O2R( orange), B2R (biru), B2G (biru), Y7G (kuning), Y3CL (kuning), Y4R (kuning kemerahan), 3RD (coklat), BNH (ungu) dan sebagainya.
• Prinsip pewarnaan : Larutkan zat warna dalam air dingin Gunakan larutan celup dalam suhu dingin I. Pewarnaan II. Pembangkitan Prinsip Diwarnai dengan zat warna reaktif Ditambah penguat Dibangkitkan dengan alkali (soda Ash atau Water glass) Contoh Celupan Biru Reaktif Biru B2R : 20 gr soda kue : 10 gr air : 1 liter Soda Ash : 20 gr Air : 1 liter Contoh Coletan Orange reaktif Orange O2R : 40 gr soda kue : 20 gr air : 1 liter Soda Ash : 20 gr Air : 1 liter Contoh resep lain R/ coletan biru : B2G : 20 gr Resist salt : 5 gr Soda Kue : 5 gr Air : 300 ml R/ coletan orange : O2R : 20 gr Resist salt : 5 gr Soda Kue : 5 gr Air : 300 ml 1. CARA KERJA Cara Pengerjaan Dengan coletan kuas : 1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). 2. angkat dan keringkan . 3. siapkan larutan zat warna sesuai dengan resep coletan. 4. warnai motif yang dikehendaki dengan zat warna menggunakan kuas. 5. keringkan. 6. lalu bangkitkan dengan soda ash sesuai dengan resep.
Cara Pengerjaan Dengan Celupan : 1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). 2. angkat dan Atuskan . 3. siapkan larutan zat warna sesuai dengan resep celupan. 4. tuang larutan celup ke dalam open jigger ( kerekan )
5. lewatkan kain yang akan diwarnai melalui larutan celup tersebut lakukan sedikitnya 3 kali 6. atuskan kain yang telah terwarnai 7. Bangkitkan warna dengan cara pengoksidasian ( diangin – anginkan). 8. keringkan dan cuci dengan alkali ( sda ash / NaCl ) 9. cuci dingin.
ZAT WARNA INDIGOSOL • Nama dagang : indigosol / sol • Untuk coletan dan celupan • Kode warna : IBL (abu-abu), IR (merah), HR( orange), 4B (biru), IB (hijau), IGK (kuning), IRK (kuning), 14R (ungu), IRD (coklat) dan sebagainya. • Prinsip pewarnaan : Larutkan zat warna dengan air panas Gunakan larutan warna dalam suhu hangat. I. Pewarnaan II. Pembangkitan Prinsip Diwarnai dengan zat warna indigosol Dibangkitkan dengan Asam ( air keras + nitrit ). Contoh Celupan Iondigosol IB : 5 gr Air : 1 liter Air keras : 1cc Nitrit : 5 gr Air : 1 liter Contoh Coletan Indigosol IB : 20 gr Air : 1 liter Air keras : 1cc Nitrit : 5 gr Air : 1 liter Resep lainnya ; R/ coletan hijau : IB : 15 gr Air : 300 ml Suhu : 50 C R/ coletan biru : O4B : 25 gr Air : 300 ml Suhu : 50 C Cara Pengerjaan Dengan coletan kuas : 1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). 2. angkat dan keringkan . 3. siapkan larutan zat warna sesuai dengan resep coletan. 4. warnai motif yang dikehendaki dengan zat warna menggunakan kuas. 5. keringkan. 6. lalu bangkitkan dengan Air Keras ditambah Nitrit sesuai dengan resep. Cara Pengerjaan Dengan Celupan :
1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). 2. angkat dan Atuskan . 3. siapkan larutan zat warna indigosol sesuai dengan resep celupan . 4. tuang larutan celup ke dalam open jigger I ( kerekan ) 5. lewatkan kain yang akan diwarnai melalui larutan celup tersebut lakukan sedikitnya 3 kali 6. atuskan kain yang telah terwarnai 7. Bangkitkan warna dengan cara pengasaman ( air keras / H2SO4 ditambah nitrit ) dalam Open Jigger II 8. cuci sabun dingin 9. cuci dingin. ZAT WARNA NAPHTOL Pewarnaan dengan Zat Warna Naphtol • Nama dagang : Naphtol • Untuk celupan • Kode warna : Naphtol : AS, ASBT, ASBO, ASBS, ASBR, ASG dan sebagainya. Garam diazonium ( pembangkit ) : R, BB, BRB, GC dan sebagainya. • Prinsip pewarnaan : Larutkan zat warna Naphtol dalam air panas ambahkan NaOH untuk melarutkannya Gunakan larutan celup dalam suhu dingin Bangkitkan dengan garam diazo pada suhu dingin ( ice color ) Arah warna : Untuk golongan monogenetik : arah warna satu arah ( satu warna ) Untuk golongna poligenetik : arah warna banyak sesuai garam diazonya. I. Pewarnaan II. Pembangkitan Prinsip Diwarnai dengan zat warna indigosol Dibangkitkan dengan Garam diazonium Contoh Celupan Naphtol ASBO : 20 gr Kustik soda : 10 gr Air : 1 liter Garam Diazo BB : 40 grr Air : 1 liter
Resep lainnya ; R/ celupan Merah : ASOL : 20 gr Kustik Soda : 10 gr Air : 300 ml Suhu : 10 C Garam diazonium R : 40 gr Air : 300 ml Suhu : 10 C Cara Pengerjaan Zat warna naphtol Dengan Celupan : 1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). 2. angkat dan Atuskan . 3. siapkan larutan zat warna Nahptol sesuai dengan resep celupan . 4. siapkan larutan garam diazonium sesuai resep.
5. tuang larutan celup ke dalam open jigger I ( kerekan ) 6. tuang larutan garam diazo ( pembangkit ) dalam open jigger II ( kerekan ) 7. lewatkan kain yang akan diwarnai melalui larutan celup bak I tersebut lakukan sedikitnya 3 kali 8. atuskan kain yang telah terwarnai 9. Bangkitkan warna dengan melewatkan pada bak II sebanyak pada bak I 10. cuci dingin 11. untuk hasil maksimal dapat dilakukan sekali lagi atau sesuai keinginan seperti kegiatan no 7 12. cuci dingin. 13. keringkan untuk proses selanjut
Kelas Dari Dye Asam pewarna - cocok untuk wol dan sutra. Tidak direkomendasikan untuk kapas. Mordan pewarna - Cocok untuk wol. Zat warna dispersi - Spesialis pewarna untuk asetat. Tidak cocok untuk pemula. Reaktif pewarna - pewarna Spesialis. Tidak cocok untuk pemula. Dasar pewarna - Cocok untuk wol dan sutra. Tidak direkomendasikan untuk kapas. Langsung pewarna - Cocok untuk kapas. Uni pewarna - pewarna Spesialis. Tidak cocok untuk pemula. Ppn pewarna - Cocok untuk wol dan katun. Azoic dan belerang pewarna Spesialis pewarna. Tidak cocok untuk pemula. Optical brightener.
Kelas Dari Dye
Kirim Pertanyaan
Starter Metode Untuk Pewarna Asam
Starter Metode Untuk Pewarna Asam Pewarna asam Scuddlebutt termasuk Fluorescein dan Bromofluorescein
Wol - Tambahkan jumlah yang diperlukan pewarna untuk mandi-dye. Tambahkan sepuluh persen garam Glauber dan tiga persen asam sulfat. Tambahkan wol untuk mandi dan membawa secara bertahap hingga mendidih selama sekitar 30 - 45 menit. Didihkan selama sampai 45 menit.
Sutra - menggunakan metode yang sama tetapi mengurangi asam untuk satu atau dua persen dan tidak panas saat mandi pewarna untuk lebih dari 85C. Tahan pada suhu ini sampai mandi pewarna habis atau warna yang diinginkan diperoleh.
Kirim Pertanyaan
Starter Metode Untuk Pewarna Dasar Pewarna dasar adalah antara yang paling sederhana untuk digunakan. Pewarna Scuddlebutt dasar meliputi acridine Orange, Rhodamine B dan Rhodamine 6G.
Wol - Jika air keran Anda sulit, mengatur pH mandi untuk 7 menggunakan asam asetat (Anda dapat menggunakan cuka semangat tetapi bukan jenis malt). Larutkan pewarna dan menambah kamar mandi. Tambahkan wol untuk mandi dan menaikkan suhu sampai 85C lebih dari 30 menit, kemudian mempertahankan pada suhu ini selama 30 sampai 40 menit lebih lanjut.
Sutra - seperti untuk wol tetapi menjaga suhu tidak lebih dari 60C.
Starter Metode Untuk Pewarna Dasar Besar View
Kirim Pertanyaan
Starter Metode Untuk Pewarna Ppn
Starter Metode Untuk Pewarna Ppn Scuddlebutt Ppn pewarna termasuk Indigo. Metode yang diberikan di bawah ini harus diambil sebagai berlaku untuk Indigo kecuali dinyatakan lain. Dengan Indigo pencelupan, penting untuk diingat bahwa itu adalah bentuk tereduksi, putih nila, yang perbaikan untuk tekstil. Ini kemudian dioksidasi ke, permanen nila biru yang memberikan warna. Untuk alasan ini banyak proses pewarna indigo berkaitan dengan menciptakan basa yang sesuai, mengurangi kondisi.
Hydrosulphite metode Katun wol dan sutra - Untuk setiap liter air, tambahkan sedikit amonia untuk membuatnya sedikit basa (jika pencelupan wol, menjaga alkalinitas untuk minimum, untuk kapas ini kurang penting), kemudian sepuluh gram hydrosulphite natrium. Aduk, biarkan selama 15 menit untuk solusi mengisap oksigen kemudian menambahkan Indigo 50g. Biarkan selama 30 menit. Solusinya harus warna hijau kekuning-kuningan. Jika biru, tambahkan hydrosulphite lebih. Tekstil ini dicelupkan ke dalam tong selama beberapa menit, kemudian dibawa keluar, supaya tidak memungkinkan untuk menetes ke dalam tong karena hal ini akan oksigenat. Warna biru akan berkembang di tekstil seperti yang terkena udara. Untuk memperdalam warna, cukup celupkan lagi sampai warna yang diinginkan diperoleh. Lima belas dari dips lebih mungkin diperlukan untuk warna intens. Tong dapat disimpan selama 14 hari atau sampai habis.
Urine tong metode Berikut adalah satu untuk Anda yang ingin benar-benar mengalami dunia memabukkan dari abad pertengahan kerajinan pencelup. Tong air seni secara historis digunakan terutama oleh perdagangan pencelupan wol tetapi juga dapat digunakan untuk tekstil lainnya. Bersenangsenang.
Catatan: Ini adalah mengatakan bahwa urin manusia yang berfungsi terbaik di aplikasi ini, sehingga wanita, Anda tidak hanya memiliki resep tradisional asli di sini, Anda juga memiliki alasan untuk bersosialisasi!
Simpan urin selama dua minggu untuk memungkinkan untuk pergi basi. Panaskan satu galon urin untuk 50C dalam panci dengan tutupnya. Letakkan di kompor listrik untuk menjaga suhu
di 50C selama proses berlangsung. Tambahkan satu sendok teh soda dan mencuci 20ml cairan Indigo. Aduk semuanya dan meninggalkan di tempat hangat selama satu minggu atau sampai larutan menjadi kehijauan kuning. Tambahkan tekstil untuk tong, memastikan serat yang benar-benar tenggelam selama 20 menit. Dengan perlahan, lepaskan serat dari tong, berhati-hati untuk meminimalkan kembali menetes ke dalam tong, lalu terjun ke dalam semangkuk air jernih, kemudian membawa mereka keluar dan mengekspos ke udara. Hal ini memungkinkan warna untuk berkembang.
Kirim Pertanyaan
Starter Metode Untuk Pewarna Alam Tidak seperti kategori di atas, pewarna alami tidak dikelompokkan menurut jenis kimia sehingga akan ditangani secara individual.
Annatto adalah pewarna sangat mudah digunakan. Untuk wol dan sutra, cukup rendam semalam. Untuk kapas, mungkin perlu untuk menghangatkan pot untuk 50C.
Yang dimaksud dengan warna batik adalah zat warna tekstil yang dapat untuk memberi warna pada batik. Tidak semua jenis daripada zat warna tekstil dapat untuk memberi warna pada batik. Hanya khusus beberapa jenis saja yang dapat untuk batik, disebabkan antara lain: 1. Pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik memakai lilin batik. 2. Lilin batik pada umumnya tidak tahan terhadap alkali kuat. 3. Pada pekerjaan terakhir daripada proses pembuatan batik, terdapat menghilangkan lilin atau lorodan dengan air panas, tidak semua cat tahan terhadap rebusan dalam air lorodan. Zat warna alam (natural dyes) adalah zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat (Tawas/Al). Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga. Tumbuhan penghasil warna alam selain tersebut di atas, sampai saat ini sudah ditemukan sekitar 150 jenis tumbuhan yang diteliti oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Tanaman lain diantaranya: Morinda citrifolia (Jawa: pace, mengkudu, Hawai: noni), menghasilkan warna merah dari kulit akar, warna soga dihasilkan oleh tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara Ceriops condolleana (Jawa: tingi), Pelthopherum pterocarpum (Jawa: jambal) dan Cudrania javanensis (Jawa: tegeran) dicampur menjadi satu, dengan perbandingan 4:2:1 yang berasal dari kayu atau kulit kayunya. Ada tiga tahap proses pewarnaan alam yang harus dikerjakan yaitu: proses mordanting (proses awal/pre-treatment), proses pewarnaan (pencelupan), dan proses fiksasi (penguatan warna). Zat warna sintetis (synthetic dyes ) atau zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara (coal, tar, dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak. Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis
senyawa dari bentuk yang paling sederhana misalnya benzena (C H ) sampai bentuk yang rumit mialnya 6 6 krisena (C H ) dan pisena (C H ) .Macam-macam zat warna sintetis 18 12 22 n antara lain: 1. Zat warna Direk 2. Zat warna Asam 3. Zat warna Basa 4. Zat warna Napthol 5. Zat warna Belerang 6. Zat warna Pigmen 7. Zat warna Dispersi 8. Zat warna Bejana 9. Zat warna Bejana larut (Indigosol) 10. Zat warna Reaktif Tidak semua zat warna sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan, karena ada zat warna yang prosesnya memerlukan perlakuan khusus, sehingga hanya bisa dipakai pada skala industri. tetapi zat warna sintetis yang banyak dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan antara lain: 2.4.1. Zat warna naphtol Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain: Naptol AS-G
Naptol AS-LB
Naptol AS-BO
Naptol AS-D
Naptol AS Naptol AS-BR
Naptol AS.OL Naptol AS.BS
Naptol AS-GR Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain: Garam Kuning GC
Garam Bordo GP
Garam Orange GC
Garam Violet B
Garam Scarlet R
Garam Blue BB
Garam Scarlet GG
Garam Blue B
Garam Red 3 GL
Garam Black B
Garam Red B 2.4.2. Zat warna indigosol Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida. Jenis warna Indigosol antara lain: