ffLAPORAN PRAKTIKUM PENCELUPAN I HASIL PENCELUPAN SELULOSA DENGAN ZAT WARNA W ARNA DIREK, REAKTIFPANAS, REAKTIF DINGIN, BEJANA, BEJANA LARUT,BELERANG, LARUT,BELERANG, NAFTOL, DAN PIGMEN KELOMPOK III : NAMA
: Aditiya Rizki Pratama (13020002) Nancythatia (13020007) Butar-Butar, Salonika Lidya (13020011) Relisa Hanifah (13020017)
KELAS
: 2K1
DOSEN
: Ida Nuramdhani., Nuramdhani., S.ST.,M.Sc.
ASISTEN
: Ikhwanul Muslim, Muslim, S.ST Priatna
POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2015
BAB I PENDAHULUAN
I.
MAKSUD DAN TUJUAN 1.1 MAKSUD Mengetahui proses pencelupan serat selulosa dengan berbagai macam zat warna.
1.2 TUJUAN 1.2.1
ZAT WARNA DIREK
Mengetahui pengaruh variasi pH terhadap ketuaan dan kerataan warna pada kain setelah proses pencelupan. 1.2.2
ZAT WARNA REAKTIF PANAS
Mengetahui pengaruh variasi pH dan metoda yang digunakan terhadap ketuaan dan kerataan warna pada kain setelah proses pencelupan. 1.2.3
ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
Mengetahui pengaruh variasi dari metoda exhaust, pad dry-steam, pad-dry-bake, pad-batch pad-batc h terhadap ketuaan dan kerataan warna pada kain setelah proses proses pencelupan. 1.2.4
ZAT WARNA BEJANA
Mengetahui pengaruh variasi dari NaOH dan Na 2S2O4 serta metoda standard dan metoda full pigmentasi terhadap ketuaan dan kerataan warna pada kain setelah proses pencelupan. 1.2.5
ZAT WARNA BEJANA LARUT
Mengetahui pengaruh variasi dari NaNO 2 serta metoda standar dan modifikasi terhadap ketuaan dan kerataan warna pada kain setelah proses pencelupan. 1.2.6
ZAT WARNA BELERANG
Mengetahui pengaruh Na 2S dan NaCl serta metoda exhaust dan metoda standing bath terhadap ketuaan dan kerataan k erataan warna pada kain setelah proses pencelupan. pencelupan. 1.2.7
ZAT WARNA NAFTOL
Mengetahui pengaruh dari variasi garam diazonium yang digunakan serta suhu terhadap ketuaan dan kerataan warna pada kain setelah proses pencelupan. 1.2.8
ZAT WARNA PIGMEN
Mengetahui pengaruh variasi resin pelembut dan metoda yang digunakan terhadap ketuaan dan kerataan warna pada kain setelah proses pencelupan.
II. TEORI PENDEKATAN 2.1 SELULOSA Analisa serat kapas menunjukkan bahwa serat terutama tersusun atas selulosa. Selulosa merupakan polimer linear yang yang tersusun dari kondensasi molekul-molekul glukosa yang dihubung-hubungkan pada posisi 1 dan 4.
Derajat polimerisasi selulosa pada kapas kira-kira 10.000 dengan berat molekul 1.580.000. dari rumus tersebut terlihat bahwa selulosa mengandung tiga buah gugusan hidroksil satu primer dan dua sekunder pada tiap-tiap unit glukosa. Dinding sekunder terdiri dari selulosa murni. Zat-zat lain terdapat pada dinding primer dan sisa-sisa protoplasma didalam lumen. Dinding primer juga mengandung banyak selulosa. Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selulosa dengan derajat polimerisasi (DP) bervariasi, contoh DP rayon 500-700, sedang DP kapas sekitar 3000. Makin rendah DP daya serap airnya makin besar, contoh: moisture regain (MR) rayon 11-13% sedang kapas 7-8%. Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan dengan zat warna reaktif dingin berupa ikatan kovalen. Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam, sehingga pengerjaan proses pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau alkali.
2.2 MEKANISME PENCELUPAN ZAT WARNA Zat warna dapat digolongkan menurut cara diperolehnya, yaitu zat warna alam dan zat warna sintentik. Berdasarkan sifat pencelupannya, zat warna dapat digolongkan sebagai zat warna substantif, yaitu zat warna yang langsung dapat mewarnai serat dan zat warna ajektif, yaitu zat warna yang memerlukan zat pembantu pokok untuk mewarnai serat. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan susunan kimia atau inti zat warna tersebut, yaitu zat warna nitroso, nitroazo, poliazo, indigoida, antrakwinon, ptalosianin, dan lain-lain. Selain itu penggolongan yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan cara pemakaiannya, yaitu zat warna direk, basa, asam, mordan, belerang, bejana, naftol, dispersi, dan reaktif.
Pencelupan pada umumnya terdiri melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil ke dalam larutan tersebut, sehingga terjadi penyerapan zat warna ke dalam serat. Penyerapan ini terjadi karena reaksi eksotermik (mengeluarkan panas) dan keseimbangan. Jadi pada pencelupan terjadi tiga peristiwa penting, yaitu: 1. Melarutkan zat warna warna dan mengusahakan agar larutan zat warna bergerak menempel pada bahan. Peristiwa ini disebut migrasi. 2. Mendorong larutan zat warna warna agar dapat diserap menempel pada bahan . peristiwa ini disebut adsorpsi. 3. Penyerapan zat warna dari permukaan bahan ke dalam bahan. Peristiwa ini disebut difusi. 4. Proses terikatnya zat warna yang sudah berada di dalam serat oleh serat dengan sistem ikatan van der walls, hydrogen, elektrovalen dan kovalen. Peristiwa ini disebut fiksasi. Pada tahap ini diperlukan bantuan luar, seperti: menaikan suhu, menambah zat pembantu lain seperti garam dapur, asam, dan lain-lain. Baik tidaknya hasil penecelupan sangat ditentukan oleh ke empat tingkatan pencelupan tersebut. Apabila zat warna terlalu cepat terfiksasi maka kemungkinan diperoleh celupan yang tidak rata. Sebaliknya, apabila zat warna memerlukan waktu yang cukup lama untuk fiksasinya, agar diperoleh waktu yang sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan peningkatan suhu atau penambahan zat-zat pembantu lainnya. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dalam pencelupan faktor-faktor pendorong seperti suhu, penambahan zat pembantu, dan lamanya pencelupan perlu mendapatkan perhatian yang sempurna.
2.3 ZAT WARNA BERDASARKAN PENGGUNAAN 2.3.1 ZAT WARNA DIREK Zat warna ini larut dalam air. Warnanya beraneka ragam, tetapi kurang cerah. Ketahanan lunturnya kurang baik. Untuk memperbaiki tahan lunturnya dapat dilakukan proses iring dengan kation aktif. Zat warna direk kebanyakan digunakan untuk mencelup serat selulosa.
2.3.2 ZAT WARNA REAKTIF Zat warna ini larut dalam air, warnanya cerah dengan ketahanan luntur yang baik, kecuali terhadap kaporit (khlor). Zat warna reaktif kebanyakan digunakan untuk pencelupan serat selulosa, protein, poliamida (nilon) dan pencapan pada serat kapas. Contoh: C. I. Reactive Red 1.
2.3.3 ZAT WARNA BEJANA Zat warna ini tidak larut dalam air, warnanya beraneka ragam, ketahanan lunturnya tinggi dan harganya relatif mahal. Zat warna bejana banyak digunakan untuk pencelupan serat selulosa. Contoh: C.l. Vat Blue 4.
2.3.4 ZAT WARNA BEJANA LARUT Merupakan pengembangan zat warna bejana, berupa leuco zat warna bejana yang distabilkan dalam suasana alkali, sehingga dalam pemakaiannya lebih mudah karena larut dalam air dan tidak memerlukan proses pembejanaan. Zat warna ini mudah rata dan tahan lunturnya tinggi, tetapi harganya sangat mahal. Selain untuk mewarnai katun, zat warna ini digunakan terutama untuk pencelupan suara atau wol.
2.3.5 ZAT WARNA BELERANG Zat warna ini tidak larut dalam air, warnanya terbatas dan suram, ketahanan lunturnya tinggi kecuali terhadap khlor (kaporit). Harganya relatif murah, warna yang menonjol digunakan hitam. Zat warna belerang banyak digunakan untuk pencelupan serat kapas. Contoh: C.l. Sulphur Red 5.
2.3.6 ZAT WARNA NAFTOL Zat warna ini tidak larut dalam air, warnanyaterbatas dan cerah, ketahanan lunturnya tinggi, kecuali terhadap gosokan. Zat warna naftol banyak digunakan untuk pencelupan, pencapan dan pembatikkan serat kapas.
2.3.7 ZAT WARNA PIGMEN Zat warna ini tidak larut dalam air yang dalam penggunaannya diperlukan bantuan resin pengikat. Warnanya cerah, sedangkan ketahanan gosok dan sinar kurang. Kebanyakan digunakan untuk pencapan pada serat kapas, poliester, dan campuran kedua serat tersebut.
BAB II PERCOBAAN
I.
RESEP PENCELUPAN
1.1 RESEP PENCELUPAN ZAT WARNA DIREK Nama zat warna :Direk yellow 1kg Berat Bahan: -
Kain 1: 4,28 gram
-
Kain 3: 4,37 gram
-
Kain 2: 4,28 gram
-
Kain 4: 4,44 gram
Resep
1
2
3
4
Zat warna
2%
8,5 m/L
2%
8,7 m/L
2%
8,7 m/L
2%
8,8 m/L
Pembasah
1 ml/L
0,08 ml/L
1 ml/L
0,08 ml/L
1 ml/L
0,08 ml/L
1 ml/L
0,08 ml/L
Na2CO3
0 g/L
0 g/L
2 g/L
0,17 g/L
4 g/L
0,34 g/L
6 g/L
0,08 g/L
Na2SO4
40
3,42 g/L
40
3,42 g/L
40
3,5 g/L
40
3,5 g/L
Banyak air
85,6 ml
85,6 ml
87,4 ml
Waktu
90 menit
Vlot
1:20
88,8 ml
Resep proses Iring Kain
Banyak air
CH3COOH 30%
Zat anti pemiksasikationik
1
85,6 ml
1
0,085 ml/L
2
0,17 g/L
2
85,6 ml
1
0,085 ml/L
2
0,17 g/L
3
87,4 ml
1
0,087 ml/L
2
0,17 g/L
4
88,8 ml
1
0,085 ml/L
2
0,17 g/L
Resep pencucian Resep
1
2
3
4
Banyak air
85,6 ml
85,6 ml
87,4 ml
88,8ml
Sabun
1 g/L
0,085 g/L
1 g/L
0,085
1 g/L
0,088
1 g/L
0,088 g/L
4ml/L
0,17 ml/L
6 ml/L
0,17 ml/L
g/L Na2CO3
0ml/L
0 ml/L
2 ml/L
0,17 g/L
Vlot
1:20
Suhu
80oC
Waktu
15 menit
1.2 RESEP PENCELUPAN ZAT WARNA REAKTIF PANAS Nama zatwarna :Evercion turquoise H-4 Berat Bahan: -
Kain 1: 4,28 gram
-
Kain 3: 4,37 gram
-
Kain 2: 4,28 gram
-
Kain 4: 4,44 gram
Resep Pencelupan Resep
1
2
3
4
Zatwarna
1%
4,7 m/L
1%
8,7 m/L
1%
4,4 m/L
1%
4,3 m/L
Pembasah
1 ml/L
0,18 ml/L
1 ml/L
0,17 ml/L
1 ml/L
0,17 ml/L
1 ml/L
0,17 ml/L
Na2CO3
4g/L
0,75 g/L
1g/L
0,35 g/L
2g/L
0,17 g/L
0g/L
NaCl
40
7,5 g/L
40
7,10 g/L
40
7,08 g/L
40
Banyak air
188,4 ml
177,6 ml
Waktu
90 menit
Vlot
1:20
7,02 g/L
177,2 ml
175,2 ml
Resep pencucian Resep
1
2
3
4
Banyak air
188,4 ml
177,6 ml
177,2 ml
175,2 ml
Sabun
1 g/L
0,085 g/L
1 g/L
0,085
1 g/L
0,088
1 g/L
0,088 g/L
2ml/L
0,17 ml/L
2 ml/L
0,17 ml/L
g/L Na2CO3
2 ml/L
0,17 ml/L
2 ml/L
0,17 g/L
Vlot
1:20
Suhu
80oC
Waktu
15 menit
1.3 RESEP PENCELUPAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN Nama zat warna : Procion Red Berat bahan: -
Kain 1: 4,17 gram
-
Kain 3: 4,03 gram
-
Kain 2: 4,34 gram
-
Kain 4: 4,20 gram
RESEP
METODA
METODA PAD-
METODA PAD-
METODA PAD-
EXHAUST
BATCH
DRY-STEAM
BAKE-DRY
84 ml
100 ml
100 ml
100 ml
Air Zat Warna 1%
4.2 ml
14 g/l
1.4 g/l
14 g/l
1.4 g/l
14 g/l
1.4 g/l
Zat Anti Migrasi
5 ml/l
0.5 ml/l
5 ml/l
0.5 ml/l
5 ml/l
0.5 ml/l
5 ml/l
0.5 ml/l
Pembasah
1 ml/l
0.1 ml/l
1 ml/l
0.1 ml/l
1 ml/l
0.1 ml/l
1 ml/l
0.1 ml/l
Urea
-
-
25 g/l
2.5 g/l
50 g/l
5 g/l
50 g/l
5 g/l
Na2CO3
5 g/l
0.42 g/l
5 ml/l
0.5 ml/l
5 ml/l
0.5 ml/l
10 ml/l
1 ml/l
WPU
-
80%
80%
80%
1.4 RESEP PENCELUPAN ZAT WARNA BEJANA Nama zatwarna: Armyvat Green BR Coll Berat bahan: -
Kain 1: 4,20 gram
-
Kain 3: 4,23 gram
-
Kain 2: 4,48 gram
-
Kain 4: 4,23 gram
Resep
1
2
3
4
Zatwarna
2%
8,4 m/L
2%
8,96 ml/L
2%
8,4 ml/L
2%
8,4 ml/L
Pembasah
1 ml/L
0,12 ml/L
1 ml/L
0,13 g/L
1 ml/L
0,12 ml/L
1 ml/L
0,12 ml/L
Na2S2O4
2 g/L
0,75 g/L
2 g/L
0,80 g/L
4 g/L
0,50 g/L
4 g/L
0,50 g/L
NaOH
4 g/L
0,25 g/L
4 g/L
0,26 g/L
2 g/L
0,25 g/L
2 g/L
0,25 g/L
NaCl
40
5,04 g/L
40
5,37 g/L
30
5,07 g/L
30
5,07 g/L
Banyak air Vlot
127 ml
127 ml
127 ml 1:30
127 ml
ResepPembangkitanWarna (Oksidasi) Resep
1
2
3
4
Banyak air
127 ml
127 ml
127 ml
127 ml
H2O2 35%
5 ml/L
0,63 ml/L
5 ml/L
0,67 g/L
5 ml/L
Vlot
1:20
Suhu
80oC
Waktu
15 menit
0,63 ml/L
1 ml/L
0,63 ml/L
ResepPencucian Resep
1
2
3
4
Banyak air
127 ml
127 ml
127 ml
127 ml
Sabun
1 g/L
0,12 g/L
1 g/L
0,13 g/L
1 g/L
0,12 g/L
1 g/L
0,12 g/L
Na2CO3
5 ml/L
0,12 ml/L
5 ml/L
0,12
5 ml/L
0,12 ml/L
1 ml/L
0,12 ml/L
ml/L Vlot
1:20
Suhu
80oC
Waktu
15 menit
1.5 RESEP PENCELUPAN ZAT WARNA BEJANA LARUT Nama zat warna : Indigosol bejana larut pink IR Berat bahan: -
Kain 1: 4,28 gram
-
Kain 3: 4,25 gram
-
Kain 2: 4,34 gram
-
Kain 4: 4,20 gram
Resep
1
2
3
4
Zatwarna
2%
8,4 m/L
2%
8,96 ml/L
2%
8,4 ml/L
2%
8,4 ml/L
Pembasah
1 ml/L
0,12 ml/L
1 ml/L
0,13 g/L
1 ml/L
0,12 ml/L
1 ml/L
0,12 ml/L
Na2CO3
2 g/L
0,75 g/L
2 g/L
0,80 g/L
4 g/L
0,50 g/L
4 g/L
0,50 g/L
NaCl
40
5,04 g/L
40
5,37 g/L
30
5,07 g/L
30
5,07 g/L
Banyak air Vlot
128,4 ml
128.7 ml
127,5 ml 1:30
127,8ml
ResepPembangkitanWarna (Oksidasi) Resep
1
2
3
4
Banyak air
128,4 ml
128,7 ml
127,5 ml
127,8 ml
H2SO4 60%
20ml/L
2,5 ml.L
20ml/L
2,5 ml/L
20ml/L
2,5 ml/L
20ml/L
2,5 ml/L
NaNO2
1 ml/L
0,63 ml/L
4 ml/L
0,67 g/L
1 ml/L
0,63 ml/L
4 ml/L
0,63 ml/L
Vlot
1:30
Suhu
40oC
Waktu
15 menit
ResepPencucian Resep
1
2
3
4
Banyak air
127 ml
127 ml
127 ml
127 ml
Sabun
1 g/L
0,12 g/L
1 g/L
0,12 g/L
1 g/L
0,08 g/L
1 g/L
0,12 g/L
Na2CO3
2 ml/L
0,12 ml/L
2 ml/L
0,12ml/L
2 ml/L
0,12 ml/L
2 ml/L
0,12 ml/L
Vlot
1:30
Suhu
80oC
Waktu
15 menit
1.6 RESEP PENCELUPAN ZAT WARNA BELERANG Nama zat warna: Berat bahan: -
Kain 1: 4,23 gram
-
Kain 3: 4,26 gram
-
Kain 2: 4,26 gram
-
Kain 4: 4,34 gram
Resep
1
2
3
4
Zatwarna
2%
8,4 m/L
2%
8,52 ml/L
2%
8,52 ml/L
2%
8,4 ml/L
Pembasah
1 ml/L
0,12 ml/L
1 ml/L
0,12 g/L
1 ml/L
0,12 ml/L
1 ml/L
0,13 ml/L
Na2CO3
4 g/L
0,50 g/L
4 g/L
0,51 g/L
4 g/L
0,51 g/L
4 g/L
0,52 g/L
Na2S
8 g/L
1,01 g/L
4 g/L
0,51 g/L
8 g/L
01,02 g/L
4 g/L
0,52 g/L
NaCl
40
5,08 g/L
20
2,55 g/L
20
2,55 g/L
40
5,2 g/L
Banyak air Vlot
127 ml
127,8 ml
127,8 ml 1:30
130,2 ml
Resep pencucian Resep
1
2
3
4
Banyak air
84,6 ml
87 ml
85,2 ml
86,8 ml
Sabun
1 g/L
0,08 g/L
1 g/L
0,08 g/L
1 g/L
0,08 g/L
1 g/L
0,08 g/L
Na2CO3
1ml/L
0,08 ml/L
1 ml/L
0,08 g/L
1ml/L
0,08 ml/L
1 ml/L
0,08 ml/L
Vlot
1:20
Suhu
80oC
Waktu
15 menit
RESEP STANDING BATH 40%darizatwarna yang digunakan
1.7 RESEP PENCELUPAN ZAT WARNA NAFTOL Nama zat warna: Berat bahan: -
Kain 1: gram
-
Kain 3: gram
-
Kain 2: gram
-
Kain 4: gram
RESEP Air
1
2
3
4
63.6 ml
61.5 ml
64.5 ml
66.75 ml
Naftolat 3%
12.7 ml
12.3 ml
12.9 ml
13.3 ml
NaCl
45 g/l
2.8 g/l
45 g/l
2.7 g/l
45 g/l
2.9 g/l
45 g/l
3.0 g/l
Pembasah
1 ml/l
0.1 ml/l
1 ml/l
0.1 ml/l
1 ml/l
0.1 ml/l
1 ml/l
0.1 ml/l
Na2CO3
2 g/l
0.12 g/l
2 g/l
0.12 g/l
2 g/l
0.12 g/l
2 g/l
0.13 g/l
Suhu Vlot
500C
300C
300C 1:15
500C
1.8 RESEP PENCELUPAN ZAT WARNA PIGMEN Nama zatwarna: Armyvat Green BR Coll Beratbahan: -
Kain 1: 4,20 gram
-
Kain 3: 4,23 gram
-
Kain 2: 4,10 gram
-
Kain 4: 3,87 gram
Resep
1
2
3
4
Zatwarna
20 g/L
2 g/L
2%
2 g/L
20 g/L
2 g/L
20 g/L
3,87 g/L
Binder
40 g/L
4 g/L
40 g/L
4 g/L
40 g/L
4 g/L
40 g/L
4 g/L
Katalis
5 g/L
0,5 g/L
5 g/L
0,5 g/L
5 g/L
0,5 g/L
5 g/L
0,5 g/L
Resin anti
10 g/L
1 g/L
10 g/L
1 g/L
10 g/L
1 g/L
10 g/L
1 g/L
10 g/L
1 g/L
10 g/L
1 g/L
30 g/L
3 g/L
30 g/L
3 g/L
kusut Resin pelembut WPU MetodaCel
70 2
1
1
up Vlot
1:30
2
II. DIAGRAM ALIR 2.1 ZAT WARNA DIREK Persiapan Larutan Celup
Proses
Proses
Pencelupan
Pencucian
Persiapan Mesin Celup Proses Iring
2.2 ZAT WARNA REAKTIF PANAS Persiapan Larutan Celup
Proses Pencelupan
Proses Pencucian
2.3 ZAT WARNA REAKTIF DINGIN Metoda Pencelupan Cara Perendaman (exhaust)
Persiapan Lar. Celup
Proses Pencelupan
Proses Pencucian
Metoda Rendam Peras- Pemeraman 1 tahap (pad-batch)
Pad Lar. Zat Warna
Pemeraman
+ Alkali
(Batching)
Pencucian
Metoda Rendam Peras – Pengeringan – Pengukusan 1 tahap (pad-dry-steam)
Steaming Pad Larutan
Pengeringan
Zat Warna + Alkali
Pengukusan
Pencucian
(Steaming)
Metoda Pad Bake (pad-dry-bake)
Pad Lar. Zat Warna
Pengeringan
Pemanggangan Pencucian (Baking)
2.4 ZAT WARNA BEJANA
Pembuatan leuco zat warna atau pendispersian zat warna
Persiapan larutan celup
Proses Pencucian
Proses Pencelupan
Pembangkitan Warna Oksidasi
2.5 ZAT WARNA BEJANA LARUT Persiapan Larutan Celup (Pelarutan Zat Warna Bejana Larut)
Pencelupan
Pembangkitan Warna (Oksidasi)
Pencucian
2.6 ZAT WARNA BELERANG 1. Proses pencelupan zat warna belerang Pelarutan Zat Warna Belerang (Pembuatan Leuco Zat Warna)
Persiapan Larutan
Proses
Proses Pencelupan
Pembangkitan Warna (Oksidasi)
2. Proses Pencelupan dengan Metoda Standing Bath (Menggunakan Larutan Bekas) Larutan Celup bekas pencelupan pertama
Persiapan Larutan Celup (Larutan celup bekas + leuco ZW belerang, Na2S dan Na2CO3)
Proses
Proses Pencelupan
Pembangkitan Warna (Oksidasi)
2.7 ZAT WARNA NAFTOL Persiapan Larutan Celup (Pelarutan naftol)
Proses penaftolan
Pembangkitan warna (Kopling)
Proses pencucian
2.8 ZAT WARNA PIGMEN Metoda 1
Padding LarutanZatWarna
Drying 100 C, 1 menit o
Curing 140 C, 2 menit o
Metoda 2
Curing 140 C, 2 menit
Padding LarutanZatWarna
o
III. SKEMA PROSES 3.1 ZAT WARNA DIREK 70 – 90oC
Zat Warna Na2CO3 Pembasah
NaCl
30oC
T(oC)
30oC
10
40
70
t(menit)
3.2 ZAT WARNA REAKTIF PANAS -
Metoda Standar
Na2CO3 70 – 90oC Zat Warna Pembasah NaCl 40oC 30oC T(oC)
10
40
60
80
90
t (menit)
-
Metoda Pemasukan garam dan alkali secara bertahap Na2CO3 70 – 90oC
Zat Warna
NaCl
Pembasah 40oC 30oC T(oC)
10
40 t (menit)
60
80
90
-
Metoda Salt at start (penambahan garam didepan)
Na2CO3 70 – 90oC
Zat Warna NaCl Pembasah
40oC 30oC
T(oC)
10
40
60
80
90
t (menit)
-
Metoda All in
Zat Warna 70 – 90oC
Na2CO3 NaCl Pembasah
40oC 30oC
T(oC)
10 t (menit)
3.3 ZAT WARNA REAKTIF DINGIN Metoda exhaust standar
40
80
90
Metoda pad-batch
Metoda pad-steam
Metoda pad-dry-bake
3.4 ZAT WARNA BEJANA Metoda Standar
Leuco ZW Bejana
70 – 90oC
Pembasah Na2S2O4
NaCl
NaOH 40oC 30oC
(ToC)
10
40
70
90
t (menit)
Metoda Full Pigmentasi
ZW Bejana
Na2S2O4
Pembasah
NaOH
70 – 90oC
NaCl
40oC 30oC (ToC) 10
40
70
90
t (menit)
3.5 ZAT WARNA BEJANA LARUT Metoda Standar
60-70oC
zw bejana larut
NaNO2
Pembasah NaCl
H2SO4 40oC
Na2CO3 30oC
T(oC)
10 t(menit)
40
70
90
10
Metode Modifikasi Zw bejana larut Pembasah Na2CO3
60 – 70oC
NaCl
H2SO4
NaNO2 40oC
30oC
T(oC)
10
40
60
70
80
t(menit)
3.6 ZAT WARNA BELERANG -
Leuco ZW Belerang 70 – 90 oC
Pembasah Na2S Na2CO3 NaCl 30oC
T(oC)
40oC
10
40
70
90
t (menit) 3.7 ZAT WARNA NAFTOL 1. Penaftolan
2. Proses Kopling
Naftolat 50oC
Pembasah Na2CO3
CH3COOH
NaCl
Garam diazonium 400C
30oC
T(oC)
10 t (menit)
20
30
40
0
10
3.8 ZAT WARNA PIGMEN
Padding
Drying
Curing
4
PROSEDUR 4.1 ZAT WARNA DIREK -
Menimbang bahan dan zat warna sesuai dengan resep yang digunakan.
-
Pelarutan zat warna menggunakan larutan induk: 2 gram ZW Direk + 100 ml air panas.
-
Pembuatan larutan pencelupan dengan memasukkan leuko ZW Direk, pembasah, Na2CO3, serta air sesuai vlot yang diperlukan.
-
Kain contoh uji dimasukkan. Kemudian dilakukan pelarutan dengan suhu 30 oC selama 10 menit.
-
NaCl dimasukkan kedalam larutan tersebut sedikit demi sedikit.
-
Panaskan pada suhu 70-90 oC selama 30 menit.
-
Suhu diturunkan menjadi 30 oC selama 20 menit.
-
Dilakukan proses iring dengan memasukkan: zat pemiksasi kationik, CH 3COOH 30%, serta air sesuai vlot.
-
Dilakukan pencucian sebanyak 5 kali, yakni cuci dingin, cuci panas, cuci sabun: memasukkan sabun, Na 2CO3, air dengan vlot 1:20, dilakukan pada suhu 60 oC selama 10 menit, kemudian cuci panas, dan cuci dingin.
-
Kain contoh uji dikeringkan dengan mesin stenter suhu 115 oC.
-
Terakhir, dilakukan evaluasi terhadap kain contoh uji hasil pencelupan.
4.2 ZAT WARNA REAKTIF PANAS -
Menyiapkan alat dan bahan.
-
Menghitung zat warna dan zat pembantu sesuai kebutuhan.
-
Membuat larutan induk sebanyak 1 gram dalam 100 ml air.
-
Memasukkan zat warna, zat pembantu, dan bahan sesuai dengan skema proses yang telah ditentukan.
-
Bahan di proses sesuai dengan metoda yang telah ditentukan.
-
Bahan dibilas dengan air dingin, dan air panas.
-
Melakukan proses pencucian dengan sabun netral dan Na 2CO3 selama 15 menit.
-
Bahan dikeringkan dengan mesin stenter.
-
Mengevaluasi hasil percobaan
4.3 ZAT WARNA REAKTIF DINGIN -
Menyiapkan alat dan bahan.
-
Menghitung zat warna dan zat pembantu sesuai kebutuhan.
-
Membuat larutan induk sebanyak 1 gram dalam 100 ml air.
-
Memasukkan zat warna, zat pembantu, dan bahan sesuai dengan skema proses yang telah ditentukan.
-
Bahan di proses sesuai dengan metoda yang telah ditentukan.
-
Bahan dibilas dengan air dingin, dan air panas.
-
Melakukan proses pencucian dengan sabun netral dan Na 2CO3 selama 15 menit.
-
Bahan dikeringkan dengan mesin stenter.
-
Mengevaluasi hasil percobaan
4.4 ZAT WARNA BEJANA -
Memilih zat warna bejana untuk pencelupan serat kapas, yang warna dan tahan lunturnya sesuai target.
-
Membuat rencana proses pencelupannya meliputi, penyusunan diagram alir proses, pemilihan metoda dans kema proses, pemilihan zat pembantu dan penyusunan resep pencelupan.
-
Menghitung kebutuhan bahan, zat warna, air, zat pembantu pencelupan sesuai dengan resep yang anda buat.
-
Melakukan proses pencelupan sesuai skema proses.
-
Mengevaluasi dan analis ahasil pencelupannya.
4.5 ZAT WARNA BEJANA LARUT -
Menimbang bahan dan zat warna sesuai dengan resep yang digunakan.
-
Pelarutan zat warna menggunakan larutan induk: 2 gram zat warna Bejana Larut + 100 ml air panas.
-
Pembuatan dan pemasukkan zat-zat larutan pencelupan dan pembangkitan warna diakukan sesuai metode yang dilakukan (metoda standar /metode modifikasi).
-
Panaskan pada suhu 60-70 oC selama 30 menit.
-
Suhu diturunkan menjadi 40 oC selama 10 menit.
-
Dilakukan pencucian sebanyak 5 kali, yakni cuci dingin, cuci panas, cuci sabun: memasukkan sabun, Na 2CO3, air dengan vlot 1:20, dilakukan pada suhu 60 oC selama 10 menit, kemudian cuci panas, dan cuci dingin.
-
Kain contoh uji dikeringkan dengan mesin stenter suhu 115 oC.
-
Terakhir, dilakukan evaluasi terhadap kain contoh uji hasil pencelupan.
4.6 ZAT WARNA BELERANG -
Menyiapkan alat dan bahan.
-
Menghitung zat warna dan zat pembantu sesuai kebutuhan.
-
Melarutkan membuat larutan induk 2 gram dalam 100 ml air.
-
Memasukkan zat warna, zat pembantu, dan bahan sesuai dengan skema proses yang telah ditentukan.
-
Melakukan proses pencelupan standing bath yang larutan zat warna nya diambil 40% dari sisa larutan pencelupan sebelumnya.
-
Bahan dibilas dengan air dingin, dan air panas.
-
Melakukan proses pencucian dengan sabun netral dan Na 2CO3 selama 15 menit.
-
Bahan dikeringkan dengan mesin stenter.
-
Mengevaluasi hasil percobaan
4.7 ZAT WARNA NAFTOL -
Menyiapkan alat dan bahan.
-
Menghitung zat warna dan zat pembantu sesuai kebutuhan.
-
Membuat larutan naftolat sebanyak 3 gram dalam 100 ml air.
-
Memasukkan naftolat, zat pembantu, dan bahan sesuai dengan skema proses yang telah ditentukan.
-
Bahan di proses sesuai dengan skema.
-
Melakukan proses kopling dengan suhu 30 oC.
-
Bahan dibilas dengan air dingin, dan air panas.
-
Melakukan proses pencucian dengan sabun netral dan Na 2CO3 selama 15 menit.
-
Bahan dikeringkan dengan mesin stenter.
-
Mengevaluasi hasil percobaan
4.8 ZAT WARNA PIGMEN -
Memilih satu zat warna pigmen untuk pencelupan serat kapas. Yang warna dan tahan lunturnya sesuai target.
-
Membuat rencana proses pencelupannya meliputi, penyusunan diagram alir proses, pembuatan skema proses, pemilihan zat pembantu dan penyusunan resep pencelupan.
-
Menghitung kebutuhan bahan, zat warna, air, zat pembantu pencelupan sesuai dengan resep yang anda buat.
-
Melakukan proses pencelupan sesuai skema proses.
-
Mengevaluasi dan analisa hasil pencelupan.
V . FUNGSI ZAT -
NaCl: Berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna agar penyerapan zat warna terhadap bahan lebih kuat.
-
Na2CO3: Berfungsi untuk fiksasi zat warna pada pewarnaan kapas dengan zat warna reaktif panas maupun dingin. Dan berfungsi untuk memberikan suasana alkali pada pencelupan kapas dengan zat warna bejana, bejana larut, serta naftol.namunpada pencelupan kapas dengan zat warna belerang berfungsi untuk merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Dan pada pencelupan kapas dengan zat warna direk berfungsi untuk memperbaiki kelarutan zat warna.
-
Pembasah : Berfungsi untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain.
-
Sabun: Berfungsi untuk menghilangkan zat warna reaktif yang terhidrolisis
yang ada
dalam kain hasil celupan. -
Urea: dalam pencelupan kapas dengan zat warna reaktif dingin sebagai zat higroskopis yaitu berfungsi untuk menjaga kelembaban kain.
-
Zat Anti Migrasi: pada pencelupan kapas denganzat warna reaktif dingin sebagai pengikat zat warna di permukaan bahan untuk mencegah migrasi ketika pengeringan pada mesin sehingga tidak belang.
-
NaOH: pada pencelupan kapas dengan zat warna bejana untuk melarutkan leuco zat warna bejana. Dan pada pencelupan kapas dengan zat warna naftol berfungsi untuk merubah naftol menjadi naftolat.
-
Na2S: Sebagai reduktor untuk mereduksi zat warna belerang menjadi asam leuco.
-
TRO: Berfungsi untuk mendispersikan zat warna belerang yang belum berubah jadi leuco.
-
H2O2: Berfungsi untuk mengoksidasi garam leuco zat warna belerang agar kembali kebentuk semula yang tidak larut (untuk pembangkitan warna).
-
CH3COOH: untuk memperbaiki kelarutan zat pemiksasi kationik agar prose iringnya merata.
-
Na2S2O4: sebagai reduktor untuk mereduksi zat warna bejana menjadi sam leuco.
-
Pendispersi nonionik: untuk mendispersikan zat warana bejana yang belum berubah menjadi leuko.
-
H2SO4: untuk menghirolisi zat warna bejana larut enjadi asam leuco.
-
Kalium bikromat: untuk mengoksidasi asam leuco menjadi zat warna bejana yang tidak larut (pembangkitan warna).
-
Binder: sebagai pembuatan lapisan film sehingga dapat mengikat zat warna pigmen pada permukaan serat.
-
Katalis: Sebagai donor asam agar binder dapat berpolimerisasi membentuk lapisan film.
-
Resin anti kusut: Untuk memperbaiki hasil celup agar tidak mudah kusut dan menambah ketahanan luntur warna hasil celup dengan zat warna pigmen.
-
Resin pelembut: Untuk memperbaiki hasil celupan agar tidak kaku.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
I.
DISKUSI 1.1 Zat Warna Direk Penambahan alkali lemah seperti natrium karbonat dapat menghambat penyerapan zat warna, sehingga warna lebih rata dan menambah kelarutan zat warna. Pada variasi pH yang digunakan didapat hasil ketuaan warna yang tidak begitu signifikan. Sedangkan, pH berpengaruh terhadap kerataan warna dari hasil kain yang didapat dimana hasil kerataan warnanya cukup baik karena kelarutannya yang cukup tinggi. Namun, kelarutan zat warna direk yang tinggi akan mengurangi substantifitas zat warna dan tahan luntur yang didapat kurang maksimal.
1.2 Zat Warna Reaktif Panas Pada pencelupan dengan zat warna reaktif panas didapatkan hasil yang paling baik yaitu pada pH 9. Reaksi hidrolisis sangat dipengaruhi oleh pH, bila pH meningkat maka reaksi hidrolisisnya pun semakin besar. Na2CO3 juga berfungsi untuk mendorong zat warna masuk pada bahan, sehingga apabila konsentrasi Na2CO3 semakin besar maka proses fiksasinya semakin kuat dan akan menghasilkan warna yang pekat pada bahan.
1.3 Zat Warna Reaktif Dingin Penecelupan selulosa dengan zat warna reaktif dingin ini dilakukan dengan variasi metoda. Metoda yang dipakai adalah metoda exhaust standar, matoda pad-batch, metoda pad-dry-steam, dan metoda pad-dry-bake. Setelah dilakukan percobaan ternyata didapatkan bahwa hasil pecelupan dengan ketuaan warna yang baik adalah dengan metoda pad-dry-steam karena dalam teori memang fiksasi yang baik itu adalah dengan cara steam. Namun kerataan yang didapatkan dengan metoda pad-dry-steam kurang baik karena bisa jadi ketika di steam terjadi ketetesan uap air yang menempel pada besi yang terdapat pada mesin steam.
1.4 Zat Warna Bejana Pada pencelupan zat warna bejana dilakukan variasi metoda dengan Na2S2O4 sebagai reduktor. Metoda yang digunakan adalah metoda exhaust standard dan metoda exhaust full pigmentasi. Metoda full pigmentasi menghasilkan hasil celupan dengan ketuaan warna yang baik dibandingkan dengan metoda standar namun untuk kerataan warna yang baik didapatkan dengan metoda standar karena warnanya lebih muda sehingga kerataannya cukup baik tidak terlihat ada ketidakrataan atau belang.
Dan banyak sedikitnya Na2S2O4 mempengaruhi ketuaan warna juga. Semakin banyak Na2S2O4 yang ditambahkan warnanya semakin lebih tua.
1.5 Zat Warna Bejana Larut Pada praktikum zat warna bejana larut ini, dilakukan proses pencucian awal untuk meminimalisir terjadinya penyerapan zat warna yang kurang optimal pada proses pencelupan selanjutnya. Penggunaan metoda modifikasi terhadap hasil celup lebih baik dari metoda standar. Dimana kain hasil celup berwarna lebih tajam/tua. Pada proses pencucia, tahan lunturnya lebih baik daripada zat warna bejana. Hal ini terjadi karena adanya reaksi oksidasi asam leuco zat warna bejana larut menjadi zat warna bejana yang tidak larut. Besar kecilnya penambahan NaNO 2 dalam proses pembangkitan warna tidak terlalu berpengaruh pada warna celup yang dihasilkan.
1.6 Zat Warna Belerang Pada pencelupan dengan zat warna belerang, digunakan variasi metoda exhaust dan standing bath. Bahan yang di proses dengan metoda exhaust menghasilkan ketuaan warna yang berbeda, hal ini disebabkan oleh pengaruh zat Na 2S dan NaCl, yang dimana Na 2S berfungsi untuk melarutkan zat warna dan NaCl berfungsi membantu penyerapan zat warna terhadap bahan. Pada pencelupan ini perlu diperhatikan bahwa pada proses pemasakan kain dengan zat warna belerang ini harus dilakukan dalam keadaan tertutup agar zat pereduksi tidak teroksidasi oleh udara yang mengakibatkan zat warna belerang yang sebelumnya sudah larut berubah menjadi seperti semula (tidak larut), apabila zat pereduksi teroksidasi oleh udara maka zat warna belerang tidak dapat masuk lagi ke dalam serat sehingga ketuaan warna nya jelek. Pada metode standing bath, hasil kain yang diperoleh terlihat belang/warna nya tidak rata, hal tersebut dikarenakan pada teknis pencelupannya yang kurang diperhatikan oleh praktikan.
1.7 Zat Warna Naftol Pada pencelupan kapas dengan zat warna naftol menggunakan variasi garam diazonium dan suhu. Suhu yang digunakan yaitu 30 0C dan 500C hasilnya ternyat dengan suhu lebih tinggi warna kain lebih tinggi namun tidak rata sedangkan warna dengan suhu rendah lebih rata namun warnanya lebih muda. Dan walaupun menggunakan naftolat yang sama tetapi apabila garam diazonium berbeda hasil warnanya pun berbeda. Masalah yang terjadi saat percobaan yaitu ketika pembangkitan warna dengan garam diazonium yang memiliki pembawa warna biru, ketika dilakukan tidak menghasilkan
warna biru. Ternyata hal tersebut terjadi karena naftolat yang digunakan bukan pasangan untuk garam diazonium yang digunakan tersebut.
1.8 Zat Warna Pigmen Pencelupan zat warna pigmen menghasilkan warna dan bintik-bintik pada kain yang disebabkan penggunaan resin pelembut diawal pembuatan resep. Resin pelembut (softener ) dapat menaikkan tegangan permukaan larutan sehingga zat warna dan zat pembantu tidak terserap pada bahan dengan sempurna.
II. DATA 2.1 GRAFIK HASIL PERCOBAAN -
ZAT WARNA DIREK
Pencelupuan tanpa proses iring
ketuaan warna 4.5 4 3.5 3 2.5 ketuaan warna
2 1.5 1 0.5 0 pH 0
pH 9
pH 10
pH 11
Pencelupan dengan prose siring
kerataan warna 4.5 4 3.5 3 2.5 kerataan warna
2 1.5 1 0.5 0 pH 0
-
pH 9
pH 10
ZAT WARNA REAKTIF PANAS
pH 11
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Ketuaan Warna
2 1.5 1 0.5 0 pH 7
pH 9
pH 10
pH 11
Kerataan Warna 3.5 3 2.5 2 Kerataan Warna
1.5 1 0.5 0 pH 7
pH 9
pH 10
pH 11
-
ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5
Ketuaan Warna
1 0.5 0
Kerataan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Kerataan Warna
-
ZAT WARNA BEJANA
Metoda Standar
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Ketuaan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Na2S2O4 4g/l
Na2S2O4 2 g/l
Kerataan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Kerataan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Na2S2O4 4 g/l
Na2S2O4 2 g/l
Metoda Full Pigmentasi
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Ketuaan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Na2S2O4 4 g/l
Na2S2O4 2 g/l
Kerataan Warna 2.5
2
1.5 Kerataan Warna 1
0.5
0 Na2S2O4 4 g/l
Na2S2O4 2 g/l
-
ZAT WARNA BEJANA LARUT
Metoda Standar
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Ketuaan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Exhaust 1
Exhaust 2
Kerataan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Kerataan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Exhaust 1
Exhaust 2
Metoda Modifikasi
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Ketuaan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Modifikasi 1
Modifikasi 2
Kerataan Warna 2.5
2
1.5 Kerataan Warna 1
0.5
0 Modifikasi 1
Modifikasi 2
-
ZAT WARNA BELERANG
Metoda Exhaust
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Ketuaan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Kain 1
Kain 2
Kain 3
Kain 4
Kerataan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Kerataan Warna
2 1.5 1 0.5 0 kain 1
kain 2
kain 3
kain 4
Metoda Standing Bath
Ketuaan Warna 1.2 1 0.8 0.6
Ketuaan Warna
0.4 0.2 0 Kain 1
Kain 2
Kain 3
Kain 4
Kerataan Warna 1.2 1 0.8 0.6
Kerataan Warna
0.4 0.2 0 kain 1
kain 2
kain 3
kain 4
-
ZAT WARNA NAFTOL
Garam MB
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Ketuaan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Suhu 27'C
Suhu 50'C
Kerataan Warna 3.5 3 2.5 2 Kerataan Warna
1.5 1 0.5 0 Suhu 27'C
Suhu 50'C
Garam Biru
Ketuaan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Ketuaan Warna
2 1.5 1 0.5 0 Suhu 27'C
Suhu 50'C
Kerataan Warna 1.2 1 0.8 0.6
Kerataan Warna
0.4 0.2 0 Suhu 27'C
Suhu 50'C
-
ZAT WARNA PIGMEN
Metode I
Ketuaan Warna 3.5 3 2.5 2 Ketuaan Warna
1.5 1 0.5 0 R. Pelembut 10 g/l
R. Pelembut 30 g/l
Kerataan Warna 4.5 4 3.5 3 2.5 Kerataan Warna
2 1.5 1 0.5 0 R. pelembut 10 g/l
R. pelembut 30 g/l
Metoda II
Ketuaan Warna 3.5 3 2.5 2 Ketuaan Warna
1.5 1 0.5 0 R. Pelembut 10 g/l
R. Pelembut 30 g/l
Kerataan Warna 1.2 1 0.8 0.6
Kerataan Warna
0.4 0.2 0 R. pelembut 10 g/l
R. pelembut 30 g/l
BAB IV KESIMPULAN
4. 1 Zat Warna Direk Variasi
konsentrasi Na2CO3 tidak berpengaruh terhadap ketuaan warna pada kain
kapas. 4. 2 Zat Warna Reaktif Panas Variasi Na2CO3 dan metoda menunjukkan hasil yang paling baik adalah pada pH 9 4. 3 Zat Warna Reaktif Dingin Hasil warna yang paling baik adalah pada penceluan pad-dry-steam 4.4 Zat Warna Bejana Pada pencelupan dengan zat warna bejana warna yang paling tua adalah bahan yang dikerjakan dengan metoda pigmentasi 4.5 Zat Warna Bejana Larut Pada pencelupan dengan zat warna bejana larut warna yang paling tua adalah bahan yang dikerjakan dengan metoda modifikasi. 4.6 Zat Warna Belerang Metoda exhaust dalam segi ketuaan warna lebih baik dibandingkan metoda standing bath. 4.7 Zat Warna Naftol Penggunaan zat warna Naftol AS-G dengan garam dizaonium MB dan garam biru naftol AS-G menghasilkan ketuaan warna yang berbeda dengan variasi suhu yang digunakan, pada suhu 50oC menghasilkan warna yang lebih tua. 4.8 Zat Warna Pigmen Hasil warna yang didapat pada bahan tidak rata dan ketuaan warna yang didapat tidak bagus dengan timbulnya bintik bintik pada bahan yang menandakan tidak larutnya zat warna yang disebabkan penggunaan resin pelembut (softener).
BAB V DAFTAR PUSTAKA
1. Soeprijono P S.Teks, dkk. Serat-Serat Tekstil. Institut Teknologi Tekstil. Bandung: 1973. 2. Chatib Winarni, dkk. Teknologi Penyempurnaan Tekstil 2. Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan. Jakarta: 1981. 3. Karyana Dede, S. Teks. M. Si. Tanpa Tahun. Pengetahuan Zat Warna Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung. 4. Widayat S.Teks, dkk. Serat-Serat Tekstil . Institut Teknologi Tekstil. Bandung: 1973. 5. Ir.Elly K.BK.Teks, dkk. Bahan Ajar Praktek Pencelupan 1. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung: 2005.
LAMPIRAN Pencelupan Zat Warna Direk Resep pH 7
pH 9
pH 10
pH 11
Pencelupan (tanpa iring)
Pencelupan + iring
Pencelupan Zat Warna Reaktif Panas Resep pH 7
Ph 9
pH 10
pH 11
Sampel
Pencelupan Zat Warna Reaktif Panas Resep Pad Dry Steam
Pad Dry Bake
Pad Batch
Exhaust
Sampel
Pencelupan Zat Warna Bejana Resep Metoda Standar Na2S = 2 NaOH = 4
Metoda Standar Na2S = 4 NaOH = 2
Metoda Full Pigmentasi Na2S = 2 NaOH = 4
Metoda Full Pigmentasi Na2S = 4 NaOH = 2
Sampel
Pencelupan Zat Warna Bejana Larut Resep Metoda Standar NaNO2 = 1
Metoda Standar NaNO2 = 4
Metoda Modifikasi NaNO2 = 1
Metoda Modifikasi NaNO2 = 4
Sampel
Pencelupan Zat Warna Belerang Resep Metoda Exhaust NaCl = 40
Metoda Exhaust NaCl = 20
Metoda Standing Bath NaCL = 30
Metoda Standing Bath NaCL = 40
Sampel
Pencelupan Zat Warna Naftol Resep Suhu 50oC Garam MB
Suhu Kamar Garam MB
Suhu 50oC Garam Biru
Suhu Kamar Garam MB
Sampel