Teori Teori konstruktivisme adalah salah satu dari banyak teori belajar yan g telah didesain dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Seperti halnya behaviorisme dan kognitivisme, konstruktivisme dapat diterapkan dalam berbagai aktivitas belajar baik pada ilmu-ilmu sosial maupun ilmu eksakta. Dalam matematika, konstruktivisme konstruktivisme telah banyak diteliti, diterapkan, dan diuji coba pada situasi ruangan kelas yang berbeda-beda. Dari berbagai percobaan itu telah banyak menghasilkan berbagai pandangan yang ikut mempengaruhi perkembangan, modifikasi, dan inovasi pembelajaran. Lahirnya berbagai pendekatan seperti pembelajaran kooperatif, sosiokultur, pembelajaran kontekstual, dan lain-lain merupakan hasil inovasi dan modifikasi dari teori pembelajaran. Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori Teori onstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. onstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. !ni menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. "enurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada sis#a, namun sis#a juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada sis#a untuk menemukan atau menerapkan ide $ ide mereka sendiri, dan mengajar sis#a menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. %uru dapat memberikan sis#a anak tangga yang memba#asis#a ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan sis#a sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata $ kata mereka sendiri. Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bah#a makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya &Shymansky,'(()*. Teori Teori onstruktivisme onstruktivisme didefinisikan sebagai sebagai pembelajaran pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahu annya sesuai dengan pengalamannya. +engetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. +embentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Teori Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yan g lebih menekankan pada proses daripada hasil. asil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, sis#a mengkonstruksi atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki. Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekad ar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. +engetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. +en getahuan hasil dari pemberian tidak akan bermakna. dapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu. dapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut0 •
danya motivasi untuk sis#a bah#a belajar adalah tanggung ja#ab sis#a itu sendiri.
•
"engembangkan kemampuan sis#a untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
•
"embantu sis#a untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
•
"engembangkan kemampuan sis#a untuk menjadi pemikir yang mandiri.
•
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental +iaget. Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga de#asa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. "isalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan &1useffendi, '(220 '3)*. Selanjutnya, +iaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama &Dahar, '(2(0 '4(* menegaskan bah#a pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. similasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat &1useffendi '(220'33*. +engertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu &Suparno, '((50 6*. onstruktivis ini dikritik oleh 7ygotsky, yang menyatakan bah#a sis#a dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. onstruktivisme ini oleh 7ygotsky disebut konstruktivisme sosial &Taylor, '((38 9ilson, Teslo# dan Taylor,'((38 t#el, Bleicher : ;ooper, '((2*. da dua konsep penting dalam teori 7ygotsky &Slavin, '((6*, yaitu ilsafat konstruktivis sosial memandang
kebenaran matematika tidak bersifat absolut dan mengidentifikasi matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah dan pengajuan masalah &problem posing* oleh manusia &?rnest, '(('*. Dalam pembelajaran matematika, ;obb, @ackel dan 9ood &'(()* menyebutnya dengan konstruktivisme sosio &socio-constructivism*, sis#a berinteraksi dengan guru, dengan sis#a lainnya dan berdasarkan pada pengalaman informal sis#a mengembangkan strategi-strategi untuk merespon masalah yang diberikan. arakteristik pendekatan konstruktivis sosio ini sangat sesuai dengan karakteristik 1"?. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
1atumanan &)AA04* mengemukakan bah#a karya 7ygotsky didasarkan pada dua ide utama. +ertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. edua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri. "enurut Slavin &1atumanan, )AA0(* ada dua implikasi utama teori 7ygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok sis#a dengan kemampuan yang berbeda, sehingga sis#a dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan 7ygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan &scaffolding *. Dengan scaffolding , semakin lama sis#a semakin dapat mengambil tanggungja#ab untuk pembelajarannya sendiri. a.
+engelolaan pembelajaran
!nteraksi sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi perkembanganbelajar seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. "enurut 7ygotsky dalam Slavin &)AAA*, peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang de#asa dan teman seja#at yang mempunyai kemampuan lebih. !nteraksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik. b.
+emberian bimbingan
"enurut 7ygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugastugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada d alam daerah
perkembangan terdekat mereka &9ersch,'(24*, yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat perkembangannya. "enurut 7ygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.
Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme
dapun ciri $ ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah0 '. "emberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya. ). "enggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran. 3. "enyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pemba#aan murid. . "engambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide. 4. "enggalakkan : menerima daya usaha : autonomi murid. 5. "enggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid : guru. 6. "enganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran. 2. "enggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip onstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah0 a*
+engetahuan dibangun oleh sis#a sendiri.
b* +engetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya deng an keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c* "urid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. d* %uru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar. e*
"enghadapi masalah yang relevan dengan sis#a.
f*
Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g*
mencari dan menilai pendapat sis#a.
h*
"enyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan sis#a.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada sis#a. Sis#a harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi sis#a, dengan memberikan kesempatan kepada sis#a untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak sis#a agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. %uru dapat memberikan tangga kepada sis#a yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
Hakikat Anak enurut Teori Belajar Konstruktivisme
+iaget mengemukakan bah#a pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan ke seimbangan &+oedjiadi, '(((0 5'*. Dari pandangan +iaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bah#a pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengko nstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme. Driver dan Bell &dalam Susan, "arilyn dan Tony, '((40 )))* mengajukan karakteristik sebagai berikut0 C Sis#a tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.
C Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan sis#a. C +engetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal. C +embelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas. C urikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. +andangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif. +iaget menyatakan bah#a ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan keg iatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring labalaba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis &udoyo, '((20 4*. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bah#a belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pembelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Berikut adalah tiga dalil pokok +iaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa jugaa disebut tahap perkembagan mental. 1useffendi &'(220 '33* mengemukakan0 +erkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. "aksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental &pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan* yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual, dan gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan &euilibration*, proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman &asimilasi* dan struktur kognitif yang timbul &akomodasi*. Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala +iaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh 7igotsky adalah bah#a belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. +enemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang &+oedjiadi, '(((0 5)*. Dalam penjelasan lain Tanjung &'((20 6* mengatakan bah#a inti konstruktivis 7igotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
dapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak &+oedjiadi, '(((0 53* adalah sebagai berikut0 •
Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
•
urikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan seharihari, dan
•
+eserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. %uru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Hakikat Pembelajaran enurut Teori Belajar Konstruktivisme
"enurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindah kan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran sis#a. rtinya, bah#a sis#a harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, sis#a tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di atas, Tasker &'(()0 3A* mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. +ertama adalah peran aktif sis#a dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. edua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. etiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, anbury &'((50 3* mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu0 Sis#a mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki. +embelajaran menjadi lebih bermakna karena sis#a mengerti. Strategi sis#a lebih bernilai, dan
Sis#a mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler &'((50 )A* mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut0 •
"emberi kesempatan kepada sis#a untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
•
"emberi kesempatan kepada sis#a untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
•
"emberi kesempatan kepada sis#a untuk mencoba gagasan baru.
•
"emberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki sis#a.
•
"endorong sis#a untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan
•
"enciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bah#a pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan sis#a dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepa tuhan sis#a dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, sis#a lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan merek a melalui asimilasi dan akomodasi.
Kelebi!an "an Kelema!an Teori Konstruktivistik
'. A# •
•
Kelebi!an
Berfikir 0 Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan. >aham 0 Eleh karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengap liksikannya dalam semua situasi.
•
!ngat 0 Eleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. @akin "urid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Fustru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
•
emahiran sosial 0 emahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
•
Seronok 0 Eleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
'. B#
Kelema!an
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.
$mplikasi Konstruktivisme %alam Pembelajaran
dapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak &+oedjiadi, '(((0 53* adalah sebagai berikut0 &'* tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, &)* kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan &3* peserta d idik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. %uru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik . Dikatakan juga bah#a pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis hendaknya memenuhi beberapa prinsip, yaitu0 a* menyediakan pengalaman belajar yang menjadikan peserta didik dapat melakukan konstruksi pengetahuan8 b* pembelajaran dilaksanakan dengan mengkaitkan kepada kehidupan nyata8 c* pembelajaran dilakukan dengan mengkaitkan kepada ken yataan yang sesuai8 d* memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran8 e* pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada kehidupan social peserta didik8 f* pembelajaran menggunakan barbagia sarana8 g* melibatkan peringkat emosional
peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan peserta didik &nuth : ;unningham,'((5*.
B$&"ATA V'(&TSK'
Gama lengkap 7ygotsky adalah Lev Semonovich 7ygotsky lahir pada tahun '2(5 di Tsarist 1ussia, di suatu kota Erscha, Belorussia dari keluarga kelas menengah eturunan @ahudi. Dia tumbuh dan besar di %omel, suatu kota sekitar AA mil bagian barat "osco#. Se#aktu dia masih muda, dia tertarik pada studi-studi kesusasteraan dan analisis sastra, dan menjadi seorang penyair dan >ilosof. "emasuki usia '2 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang ShakespeareHs amlet yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi. Dia memasuki sekolah kedokteran di Iniversitas "osco# dan dalam #aktu yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil studi kesusasteraan pada salah satu universitas s#asta. Dia menjadi tertarik pada psikologi pada umur )2 tahun. 7ygotsky mengajar kesusasteraan di suatu sekolah +ropinsi sebelum memberi kuliah psikologi pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya memba#akan kuliah psikologi #alaupun secara formal tidak pernah mengambil studi psikologi. Dari sinilah dia semakin tertarik dengan kajian psikologi sehingga menulis disertasi +h.D. mengen ai +sychology of rt di "osco# !nstitute of +sychology pada tahun '()4. 7ygotsky bekerja kolaboratif bersama le=ander Luria and le=ei Leontiev dalam membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan pendekatan 7ygotsky. Selama hidupnya 7ygotsky mendapat tekanan yang begitu besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di 1usia untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya. Setelah dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda &32 tahun*, pada tahun '(3 akibat menderita penyakit tuberculosis &TB;*, barulah seluruh ide dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh mahasis#anya. epeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi perkembangan telah banyak mempengaruhi sekolah pendidikan di 1usia yang kemudian teorinya berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini. 7ygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar sis#a meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Erang lain merupakan bagian dari lingkungan &Taylor, '((3*, pemerolehan pengetahuan sis#a bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristi#a internalisasi &Taylor, '((3*.
7ygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bah#a interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. 7ygotsky berpendapat bah#a proses belajar akan terjadi secara evisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung &supportive*, dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang de#asa. Dengan hadirnya teori konstruktivisme 7ygotsky ini, banyak pemerhati pendidikan yang megembangkan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran peer interaction, model pembelajaran kelompok, dan model pembelajaran problem poshing. onstruktivisme menurut pandangan 7ygotsky menekankan pada pengaruh budaya. 7ygotsky berpendapat fungsi mental yang lebih tinggi bergerak antara inter psikologi &interpsychological* melalui interaksi sosial dan intrapsikologi &intrapsychological* dalam benaknya. !nternalisasi dipandang sebagai transformasi dari kegiatan eksternal ke internal. !ni terjadi pada individu bergerak antara inter psikologi &antar orang* dan intra-psikologi &dalam diri individu*. Berkaitan dengan perkembangan intelektual sis#a, 7ygotsky mengemukakan dua ide8 Pertama, bah#a perkembangan intelektual sis#a dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman sis#a &van der 7eer dan 7alsiner dalam Slavin, )AAA*, Ke%ua, 7ygotsky mempercayai bah#a perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda &sign system* setiap individu selalu berkembang &1atner dalam Slavin, )AAA0 3*. Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, system tulisan, dan sistem perhitungan. Berkaitan dengan pembelajaran, 7ygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh &Slavin, )AAA0 )45* yaitu0 '.
+embelajaran sosial & social leaning *.
+endekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. 7ygotsky menyatakan bah#a sis#a belajar melalui interaksi bersama dengan orang de#asa atau teman yang lebih cakap8 ).
<+D (zone of proximal development *.
Bah#a sis#a akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam <+D. Sis#a bekerja dalam <+D jika sis#a tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang de#asa atau temannya &peer*8 Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat k erumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.
3.
"asa "agang ognitif &cognitif apprenticeship*.
Suatu proses yang menjadikan sis#a sedikit demi sedikit memperoleh kec akapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang de#asa, atau teman yang lebih pandai8 .
+embelajaran Termediasi &mediated learning *.
7ygostky menekankan pada scaffolding. Sis#a diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah sis#a. Sedangkan 1atumanan &)AA04* menguraikan 4 prinsip-prinsip kunci teori onstruktivisme oleh 7ygotsky0 '. +enekanan pada hakekat sosiokultural belajar. vygotsky menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Sis#a sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang de#asa dan teman sebaya yang lebih mampu. !nteraksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual sis#a. "enurut 7ygotsky fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. +engetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seorang terlibat secara sosial dalam dialog. +embentukan makna adalah dialog antar pribadi dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. +rinsip ini melahirkan model pembelajaran kooperatif &cooperative learning*. ). Daerah +erkembangan Terdekat & Zone of Proximal Development = ZPD). 7ygotsky yakin bah#a belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan proksimal mereka. Daerah proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seseorang saat ini, artinya bah#a daerah ini adalah daerah antara tingkat perkembangan sesungguhnya &aktual* dan tingkat perkembangan potensial anak. Tingkat perkembangan aktual adalah pemfungsian intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk mempelajari sesuatu dengan kemampuannya sendiri &kemampuan memecahkan masalah secara mandiri*, sedang tingkat perkembangan potensial anak adalah kondisi yang dapat dicapai oleh seseorang individu dengan bantuan orang de#asa atau melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. &kemampuan memecahkan masalah diba#ah bimbingan orang de#asa atau teman sebaya*. Fadi pada saat sis#a bekerja dalam daerah perkembangan terdekat &<+D* mereka, tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, akan dapat mereka selesaikan
dengan bantuan teman sebaya atau orang de#asa. +embelajaran di sekolah hendaknya bekerja dalam daerah ini, menarik kemampuan-kemampuan anak dengan maksud mendorong pertumbuhan seefektifnya. 3. +emagangan kognitif. 7ygotsky menekankan bah#a pemagangan kognitif mengacu pada proses di mana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan pakar. +akar yang dimaksud adalah orang menguasai permasalahan yang dipelajari, jadi dapat berupa orang de#asa atau teman sebaya. Dalam konteks koperatif, sis#a yang lebih pandai dalam kelompoknya dapat merupakan pakar bagi teman-teman dalam kelompok tersebut. . +erancahan &Scaffolding *. +erancahan & scaffolding * mengacu kepada pemberian sejumlah bantuan oleh teman sebaya atau orang de#asa yang berkompeten kepada anak. "enurut Slavin &1atumanan, )AA06* scaffolding berarti memberikan kepada anak sejumlah besar dukungan selama tahap-tahap a#al pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk menga mbil tanggung ja#ab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukan tugas tersebut secara mandiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah dalam bentuk lain yang memungkinkan sis#a dapat mandiri. 7ygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian sis#a dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu &'* sis#a mencapai keberhasilan dengan baik, &)* sis#a mencapai keberhasilan dengan bantuan, &3* sis#a gagal dalam meraih keberhasilan. Scaffolding , berarti upaya pembelajar untuk membimbing sis#a dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian sis#a ke jenjang lebih tinggi menjadi optimum. +rinsip ini melahirkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran. 4. Bergumam & Private Speech*. Berguman adalah berbicara dengan diri sendiri atau berbicara dalam hati untuk tujuan membimbing dan mengarahkan diri sendiri. "enurut 7ygotsky private speech dapat memperkuat interaksi sosial anak dengan orang lain. Private speech dapat dilihat pada seorang anak yang dihadapkan pada suatu masalah dalam sebuah ruangan di mana terdapat orang lain, biasanya orang de#asa. nak kelihatannya berbicara pada dirinya sendiri mengenai masalah tertentu, tetapi pembicaraanya diarahkan pada orang de#asa. Private speech kemudian dihalangi, tertangkap dan ditransformasikan ke dalam proses berfikir.
1atumanan &)AA0(* mengemukakan bah#a bahasa memiliki makna untuk menyatakan ide-ide dan menyampaikan pertanyaan. Bahasa juga memberikan
kategori-kategori dan konsep-konsep untuk berfikir. etika kita mempertimbangkan suatu masalah, kita biasanya berfikir dalam kata-kata dan bagian kalimat-kalimat. !nti teori 7igotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. "enurut teori 7igotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. 7igotsky juga yakin bah#a pembelajaran terjadi saat sis#a bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipe lajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development mereka.
)ancangan Pembelajaran Konstruktivistik Vygotsky
Berdasarkan teori 7ygotsky yang telah dikemukakan di atas maka pembelajaran dapat dirancang/didesain dalam model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai b erikut0 •
!dentifikasi prior no!ledge dan misonsepsi.
!dentifikasi a#al terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif sis#a. !dentifikasi ini dilakukan dengan tes a#al, intervie# •
+enyusunan program pembelajaran.
+rogram pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. •
Erientasi dan elicitasi,
Situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada a#al-a#al pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topik yang akan dibahas. Sis#a dituntun agar merekamau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentanggejala-gejala fisika yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya seharihari. +engungkapan gagasan tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. %agasan-gagasan tersebut kemudian dipertimbangkan bersama. Suasana pembelajaran dibuat santai dan tidak menakutkan agar sis#a tidak kha#atir dicemooh dan diterta#akan bila gagasangagasannya salah. %uru harus menahan diri untuk tidak menghakiminya. ebenaran akan gagasan sis#a akan terja#ab dan terungkap dengan sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif. •
1efleksi.
Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifatmiskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada tahap a#al. "iskonsepsi ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan merestrukturisasikannya. •
1esrtukturisasi ide, berupa0
a* tantangan, sis#a diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan atau diselidiki dalam praktikum. "ereka diminta untuk meramalkan hasil percobaan dan memberikan alasan untuk mendukung ramalannya itu. b* konflik kognitif dan diskusi kelas. Sis#a akan daapt melihat sendiri apakah ramalan mereka benar atau salah. "ereka didorong untuk menguji keyakinan dengan melakukan percobaan. Bila ramalan mereka meleset, mereka akan mengalami konflik kognitif dan mulai tidak puas dengan gagasan mereka. emudian mereka didorong untuk memikirkan penjelasan paling sederhana yang dapat menerangkan sebanyak mungkin gejala yang telah mereka lihat. Isaha untuk mencari penjelasan ini dilakukan dengan proses konfrontasi melalui diskusi dengan teman atau guru yang pada kapasistasnya sebagai fasilitator dan mediator. c* membangun ulang kerangka konseptual. Sis#a dituntun untuk menemukan sendiri bah#a konsep-konsep yang baru itu memiliki konsistensi internal. "enunjukkan bah#a konsep ilmiah yang baru itu d*
memiliki keunggulan dari gagasan yang lama. •
plikasi. "enyakinkan sis#a akan manfaat untuk be ralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah. "enganjurkan mereka untuk menerapkan konsep ilmiahnya tersebut dalam berbag ai macam situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudia menguji penyelesaian secara empiris. "ereka akan mampu membandingkan secara eksplisit miskonsepsi mereka dengan penjelasa secara keilmuan.
J 1evie# dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada a#al pembelajaran. 1evisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali bersifat sangar resisten. al ini penting dilakukan aga r miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang pa da akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya prestasi sis#a bersangkutan.
untuk membantunya mencapai kemandirian. Sis#a diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah sis#a. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan sis#a dapat mandiri. 7ygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian sis#a dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu0 '. Sis#a mencapai keberhasilan dengan baik. ). Sis#a mencapai keberhasilan dengan bantuan. 3. Sis#a gagal meraih keberhasilan. Dari uraian di atas maka secara garis besar perbedaan antara konstruktivistik kognitif dan konstruktivistik sosial sebagai berikut0
Aspek
Konstruktivistik Kognitif
Konstruktivistik Sosial
+engetahuan
Dibangun secara individual dan internal. Sistem pengetahuan secara aktif dibangun oleh pebelajar berdasarkan struktur yang sudah ada
Dibangun dalam konteks sosial sebelum menjadi bagian pribadi individu
"enimbulkan diseuilibration yang +andangan mendorong individu mengadaptasi terhadap interaksi skema-skema yang ada
"eningkatkan pemahaman yang telah ada sebelumnya dari hasil interaksi
Belajar
+roses asimilasi dan akomodasi aktif !ntegrasi sis#a ke dalam komunitas pengetahuan-pengetahuan baru ke pengetahuan. olaborasi informasi baru dalam struktur kognitif yang sudah ada untuk meningkatkan pemahaman
Strategi belajar
"xperience #ased $ discover% oriented Sharing $ &ooperative learning
+eran guru
"inimal : lebih membiarkan sis#a
+enting dalam membantu &scaffolding *
menemukan sendiri ide sehingga posisi sis#a mencapai kemandirian melalui guru sebagai pengajar menjadi kabur interaksi sosial.
Kelebi!an %an Kekurangan Teori Konstruktivistik a#
Kelebi!an *
'* +embelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada sis#a untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa sis#a sendiri. )* +embelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki sis#a sehingga sis#a terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang sis#a. 3* +embelajaran konstruktivistik memberi sis#a kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. !ni dapat mendorong sis#a berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat. * +embelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada sis#a untuk mencoba gagasan baru agar sis#a terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks. 4* +embelajaran konstruktivistik mendorong sis#a untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan sis#a untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka. 5* +embelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung sis#a mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu ja#aban yang benar.
b#
Kelema!an *
'* Sis#a mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bah#a hasil konstruksi sis#a tidak cocok dengan hasil konstruksi para ah li sehingga menyebabkan miskonsepsi. )* onstruktivistik menanamkan agar sis#a membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan #aktu yang lama dan setiap sis#a memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
3* Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keak tifan dan kreativitas sis#a. Dalam interaksi sosial dikelas, ketika terjadi saling tukar pendapat antar sis#a dalam memecahkan suatu masalah, sis#a yang lebih pandai memberi bantuan kepada sis#a yang mengalami kesulitan berupa petunjuk bagaimana cara memecahkan masalah tersebut, maka terjadi scaffolding, sis#a yang mengalami kesulitan tersebut terbantu oleh teman yang lebih pandai. etika guru membantu secukupnya kepada sis#a yang mengalami kesulitan dalam belajarnya, maka terjadi scaffolding. onsep <+D 7igotsky berdasar pada ide bah#a perkembangan pengetahuan sis#a ditentukan oleh keduanya yaitu apa yang dapat dilakukan oleh sis#a sendiri dan apa yang dilakukan oleh sis#a ketika mendapat bantuan orang yang lebih de#asa atau teman sebaya yang berkompeten &Daniels dan 9ertsch dalam Slavin )AAA0 6*.
Pan%angan Konstruktivistik tentang belajar %an pembelajaran
+engtahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. "engajar adalah menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna seta menghargai ketidakmenentuan. Si belajar akan memiliki pemahaman yag berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. "ind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristi#a, objek, atau perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan individualistik.
Pan%angan Konstruktivistik tentang penataan +ingkungan Belajar
etidakteraturan, ketidakpastian, kesemra#utan, Si belajar harus bebasebebasan menjadi unsur yang esensial dalam lingkungna belajar.egagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai.ebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.Si belajar adalah subjek yang harus memapu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar.;ontrol belajar dipegang oleh si belajar.
Pan%angan Konstruktivistik tentang Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar bagaimana belajar &learn ho! to learn*.
pan%angan Konstruktivistik tentang strategi pembelajaran
+enyajian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan-ke-bagian.+embelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan si belajar.ktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis. +embelajaran menekankan pada proses.
Pan%angan Konstruktivistik tentang evaluasi ?valuasi menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan terintegrasi, dengan menggunakan masalah dalam konsteks nyata. ?valuasi yang menggali munculnya berpikir divergent, pemecahan ganda, bukan hanya satu ja#aban benar.?valuasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermkana serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata. evaluasi menekankan pada keterampilan proses dalam kelompok.
)ancangan Pembelajaran Konstruktivistik Berdasarkan teori 7ygotsky yang telah dikemukakan di atas maka pembelajaran dapat dirancang/didesain dalam model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut0
'. !dentifikasi prior no!ledge dan misonsepsi. !dentifikasi a#al terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif sis#a. !dentifikasi ini dilakukan dengan tes a#al, intervie# ). +enyusunan program pembelajaran. +rogram pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. '. Erientasi dan elicitasi. situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada a#al-a#al pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topik yang akan dibahas. Sis#a dituntun agar mereka mau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang gejala-gejala fisika
yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. +engungkapan gagasan tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. %agasan-gagasan tersebut kemudian dipertimbangkan bersama. Suasana pembelajaran dibuat santai dan tidak menakutkan agar sis#a tidak kha#atir dicemooh dan diterta#akan bila gagasan-gagasannya salah. %uru harus menahan diri untuk tidak menghakiminya. ebenaran akan gagasan sis#a akan terja#ab dan terungkap dengan sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif. ). 1efleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada tahap a#al. "iskonsepsi ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan merestrukturisasikannya. 4. 1esrtukturisasi ide, berupa0 &a* tantangan, sis#a diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan atau diselidiki dalam praktikum. "ereka diminta untuk meramalkan hasil percobaan dan memberikan alas an untuk mendukung ramalannya itu. &b* konflik kognitif dan diskusi kelas. Sis#a akan daapt melihat sendiri apakah ramalan mereka benar atau salah. "ereka didorong untuk menguji keyakinan dengan melakukan percobaan. Bila ramalan mereka meleset, mereka akan mengalami konflik kognitif dan mulai tidak puas dengan gagasan mereka. emudian mereka didorong untuk memikirkan penjelasan paling sederhana yang dapat menerangkan sebanyak mungkin gejala yang telah mereka lihat. Isaha untuk mencari penjelasan ini dilakukan dengan proses konfrontasi melalui diskusi dengan teman atau guru yang pada kapasistasnya sebagai fasilitator dan mediator. &c* membangun ulang kerangka konseptual. Sis#a dituntun untuk menemukan sendiri bah#a konsep-konsep yang baru itu memiliki konsistensi internal."enunjukkan bah#a konsep ilmiah yang baru itu memiliki keunggulan dari gagasan yang lama. 5. plikasi. "enyakinkan sis#a akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah. "enganjurkan mereka untuk mene rapkan konsep ilmiahnya tersebut dalam berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudia menguji penyelesaian secara empiris. "ereka akan mampu membandingkan secara eksplisit miskonsepsi mereka dengan p enjelasa secara keilmuan. '. 1evie# dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada a#al pembelajaran. 1evisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali bersifat sangar resisten. al ini penting dilakukan agar miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya
menghinggapi struktur kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pakesulitan belajar dan rendahnya prestasi sis#a bersangkutan.