BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BENTUK INSENTIF dan DISINSENTIF UNTUK MELESTARIKAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA
Dalam merumuskan bentuk insentif dan disinsentif terhadap keberl keberlanju anjutan tan perlu perlu
RTH
diketa diketahui hui
yang yang
akan akan
mengen mengenai ai
meng mengen enai ai
ruan ruang g
terb terbuk uka a
mengen mengenai ai
insent insentif if
dan
direko direkomen mendas dasikan ikan
terleb terlebih ih
penger pengertia tian-pe n-penge ngerti rtian an
hija hijau u
dan dan
peng penger erti tian an
disins disinsent entif. if.
Sehing Sehingga ga
yang yang yang yang
akan akan
dahulu dahulu terkai terkait t
berk berkai aitan tan didapa didapatka tkan n
suatu kejelasan dalam memahami pembahasan studi selanjutnya.
2.1 Tinjauan Teoritis Ruang Terbuka Hijau 2.1.1
Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang
terbuka
(open open
spac spaces es)
merupakan
ruang
yang
direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan akti aktivi vita tas s spaces),
bers bersam ama a Ruan Ruang g
di
udar udara a
Terb Terbuk uka a
terb terbuk uka. a.
Hija Hijau u
(RTH (RTH), ),
Ruan Ruang g Ruan Ruang g
terb terbuk uka a publ publik ik
(open ( public
spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara teoritis
yang dimaksud dengan ruang terbuka (open spaces) adalah:
Ruang
yang
berfungsi
sebagai
wadah
(container )
untuk
kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR no.24/1992)
Suatu Suatu
wadah wadah
yang yang
menam menampu pung ng
aktiv aktivit itas as
manu manusi sia a
lingkun lingkungan gan yang yang tidak tidak mempun mempunyai yai penutu penutup p
dala dalam m
suat suatu u
dalam dalam bentuk bentuk fisik fisik
(Budihardjo, 1999; 90)
Ruang yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain aktif untuk untuk
anakanak-an anak ak
dan dan
dewas dewasa, a,
temp tempat at
bers bersan anta tai i
pasi pasif f
untu untuk k
orang dewasa, dan sebagai areal konservasi lingkungan hijau (Gallion, 1959; 282)
Ruang yang berdasarkan berdasarkan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau yaitu dalam bentuk taman, lapangan atletik dan taman bermain (Adams, 1952; 156)
16
18
Lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangun di
wilaya wilayah h
taman taman
perkot perkotaan aan
yang yang
mempun mempunyai yai
dan rekrea rekreasi; si; konser konservas vasi i
lainnya;
atau
lahan lahan
keperluan
nilai nilai
untuk untuk
keperl keperluan uan
dan sumber sumber daya daya
sejarah
dan
alam alam
k e i n d a h an
(Green, 1962)
Bebe Bebera rapa pa
peng penger erti tian an
tent tentan ang g
Ruan Ruang g
Terb Terbuk uka a
Hija Hijau u
(RTH (RTH) )
diantaranya adalah:
Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam didalam
kota, kota,
dalam dalam
bentuk bentuk
taman, taman,
halama halaman, n,
areal areal
rekrea rekreasi si
kota dan jalur hijau (Trancik, 1986; 61)
Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dal dalam
bentuk
area/kawasan
meman memanja jang ng/j /jal alur ur terbu terbuka ka
yang yang
yang yang
pada pada
maupun
dala dalam m
dalam
peng penggu guna naan anny nya a
dasar dasarny nya a
tanpa tanpa
bentuk
area
lebi lebih h
bersi bersifa fat t
yang yang
berfu berfung ngsi si
bangu banguna nan n
sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiata kegiatan n
Olah Olah
Raga, Raga,
pemaka pemakaman man, ,
pertan pertanian ian, ,
jalur jalur
hijau hijau
dan
kawasan hijau pekarangan (Inmendagri no.14/1988)
Fas Fasilitas
yang
memberikan
meningk meningkatk atkan an
kualit kualitas as
suatu suatu
yang yang
unsu unsur r
kontribusi
lingku lingkunga ngan n
sang sangat at
pent pentin ing g
penting
permuk permukima iman, n, dala dalam m
dan
da l a m
merupa merupakan kan
kegi kegiat atan an
rekr rekrea easi si
(Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell, 1983).
Dan pengertian ruang publik public ( public spaces) adalah suatu ruang
dimana
seluruh
menggu menggunaka nakanny nnya. a.
masyarakat
Ciri-c Ciri-ciri iri
utama utama
mempunyai
dari dari publi public c
akses spaces spaces
un t u k adalah:
terbuka mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan kegiatankegi kegiat atan an
kelo kelomp mpok ok
dan dan
tida tidak k
sela selalu lu
haru harus s
ada ada
unsu unsur r
hija hijau, u,
bentuknya berupa malls, plazas dan taman bermain (Carr, 1992). Jadi Jadi setiap setiap
RTH
lebih lebih
bentuk bentuknya nya
menonj menonjolk olkan an
unsur unsur
sedang sedangkan kan publi public c
hijau hijau
spaces spaces
dan dan
(veget (vegetasi asi)da )dalam lam ruan ruang g
terb terbuk uka a
hanya berupa lahan terbuka belum dibangun yang tanpa tanaman. Public spaces
adalah adalah ruang ruang yang yang
dapat dapat dinikm dinikmati ati oleh oleh
seluru seluruh h
masyarakat sedangkan RTH dan ruang terbuka tidak selalu dapat digunakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat.
18
Lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangun di
wilaya wilayah h
taman taman
perkot perkotaan aan
yang yang
mempun mempunyai yai
dan rekrea rekreasi; si; konser konservas vasi i
lainnya;
atau
lahan lahan
keperluan
nilai nilai
untuk untuk
keperl keperluan uan
dan sumber sumber daya daya
sejarah
dan
alam alam
k e i n d a h an
(Green, 1962)
Bebe Bebera rapa pa
peng penger erti tian an
tent tentan ang g
Ruan Ruang g
Terb Terbuk uka a
Hija Hijau u
(RTH (RTH) )
diantaranya adalah:
Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam didalam
kota, kota,
dalam dalam
bentuk bentuk
taman, taman,
halama halaman, n,
areal areal
rekrea rekreasi si
kota dan jalur hijau (Trancik, 1986; 61)
Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dal dalam
bentuk
area/kawasan
meman memanja jang ng/j /jal alur ur terbu terbuka ka
yang yang
yang yang
pada pada
maupun
dala dalam m
dalam
peng penggu guna naan anny nya a
dasar dasarny nya a
tanpa tanpa
bentuk
area
lebi lebih h
bersi bersifa fat t
yang yang
berfu berfung ngsi si
bangu banguna nan n
sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiata kegiatan n
Olah Olah
Raga, Raga,
pemaka pemakaman man, ,
pertan pertanian ian, ,
jalur jalur
hijau hijau
dan
kawasan hijau pekarangan (Inmendagri no.14/1988)
Fas Fasilitas
yang
memberikan
meningk meningkatk atkan an
kualit kualitas as
suatu suatu
yang yang
unsu unsur r
kontribusi
lingku lingkunga ngan n
sang sangat at
pent pentin ing g
penting
permuk permukima iman, n, dala dalam m
dan
da l a m
merupa merupakan kan
kegi kegiat atan an
rekr rekrea easi si
(Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell, 1983).
Dan pengertian ruang publik public ( public spaces) adalah suatu ruang
dimana
seluruh
menggu menggunaka nakanny nnya. a.
masyarakat
Ciri-c Ciri-ciri iri
utama utama
mempunyai
dari dari publi public c
akses spaces spaces
un t u k adalah:
terbuka mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan kegiatankegi kegiat atan an
kelo kelomp mpok ok
dan dan
tida tidak k
sela selalu lu
haru harus s
ada ada
unsu unsur r
hija hijau, u,
bentuknya berupa malls, plazas dan taman bermain (Carr, 1992). Jadi Jadi setiap setiap
RTH
lebih lebih
bentuk bentuknya nya
menonj menonjolk olkan an
unsur unsur
sedang sedangkan kan publi public c
hijau hijau
spaces spaces
dan dan
(veget (vegetasi asi)da )dalam lam ruan ruang g
terb terbuk uka a
hanya berupa lahan terbuka belum dibangun yang tanpa tanaman. Public spaces
adalah adalah ruang ruang yang yang
dapat dapat dinikm dinikmati ati oleh oleh
seluru seluruh h
masyarakat sedangkan RTH dan ruang terbuka tidak selalu dapat digunakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat.
19
Ruang Ruang baik baik
lagi lagi
terbuk terbuka a
hijau hijau
untu untuk k
menj menjag aga a
perk perkot otaan aan. .
Memp Memper erta taha hank nkan an
berkua berkualita litas s
merupa merupakan kan
trilog trilogi i
membut membutuhk uhkan an
kese keseim imba bang ngan an ling lingku kung ngan an
penjab penjabara aran n
pembang pembanguna unanny nnya a
perenc perencana anaan an
yaitu yaitu
dari dari
yang yang
kual kualit itas as
lebih lebih
ling lingku kung ngan an
perk perkot otaa aan n
agar agar
GBHN GBHN
dengan dengan
pertum pertumbuh buhan an
1993 1993
ekonom ekonomi, i,
teta tetap p asas asas
pemera pemerataa taan n
pembangunan dan hasil-hasilnya, dan stabilitas nasional melalui pemb pemban angun gunan an
berk berkel elan anju juta tan n
(sustainable
development)
dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup (GBHN, 1993; 94)
2.1.2
Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Kota Dinas Pertamanan mengkalasifikasik mengkalasifikasikan an
berd berdas asark arkan an
pada pada
kepe kepent ntin inga gan n
ruang terbuka
peng pengel elol olaa aann nnya ya
adal adalah ah
hijau
seba sebaga gai i
berikut :
Kawasan Kawasan
Hijau Hijau
Pertam Pertamana anan n
sekelilingnya sekelilingnya ditata pohon pohon
pelind pelindung ung, ,
Kota, Kota,
berupa berupa
sebida sebidang ng
secara teratur dan
semak/ semak/per perdu, du,
tanama tanaman n
tanah tanah
artistik, artistik,
penutu penutup p
yang yang
ditanami ditanami
tanah tanah
serta serta
memiliki fungsi relaksasi.
Kawassan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama sebagai hutan raya.
Kawasan Kawasan Hijau Hijau Rekrea Rekreasi si Kota, Kota, sebaga sebagai i
sarana sarana rekrea rekreasi si dalam dalam
kota yang memanfaatkan ruang terbuka hijau.
Kawas Kawasan an hija hijau u
Hijau Hijau area area
pelat pelatar aran an
kegi kegiat atan an
lapa lapang ngan an, ,
yang yang
cuku cukup p
Olah Olahra raga, ga, yait yaitu u
luas luas. .
terg tergol olong ong
lapa lapang ngan an, , Bentu Bentuk k
dari dari
ruan ruang g
laha lahan n ruan ruang g
terb terbuk uka a
data datar r terb terbuk uka a
atau atau ini ini
yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan golf.
Kawasan Hijau Pemakaman.
Kawasan Hijau Pertanian, tergolong tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan menghasilkan padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.
Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, jalan,
taman taman
sejenisnya.
di
persim persimpan pangan gan jalan, jalan, taman taman
pulau pulau
jalan jalan
dan
20
Kawasan
Hijau
Pekarangan,
yaitu
halaman
rumah
di
kawasan
perumahan, perkantoran, perdagangan dan kawasan industri.
Sementara klasifikasi RTH 1988,
yaitu:
taman
kota,
menurut Inmendagri No.14 tahun
lapangan
O.R,
kawasan
hutan
kota,
jalur hijau kota, perkuburan, pekarangan, dan RTH produktif. Bentuk
RTH
yang
memiliki
fungsi
paling
penting
bagi
perkotaan saat ini adalah kawasan hijau taman kota dan kawasan hijau lapangan olah raga. Taman kota dibutuhkan karena memiliki hampir
semua
memiliki
fungsi
fungsi
RTH, sedangkan
sebagai
sarana
lapangan
untuk
olah
raga
menciptakan
hijau
kesehatan
masyarakat selain itu bisa difungsikan sebagian dari fungsi RTH lainnya.
2.1.3
Fungsi Ruang Terbuka Hijau Kegiatan–kegiatan
kelestarian lingkungan
manusia
lingkungan yang
yang
hijau
akhirnya
akan
tidak
mengakibatkan menurunkan
memperhatikan perubahan
kualitas
pada
lingkungan
perkotaan. Kesadaran menjaga kelestarian lingkungan hijau pasti akan lebih baik jika setiap orang mengetahui fungsi RTH bagi lingkungan perkotaan. meningkatkan
kualitas
fungsi dari kehidupan
RTH bagi dan
kota
lingkungan
yaitu: untuk dalam
kota
dengan sasaran untuk memaksimumkan tingkat kesejahteraan warga kota dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat. Berdasarkan fungsinya menurut Rencana Pengembangan Ruang terbuka hijau tahun 1989 yaitu : 1. RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat
melaksanakan
kegiatan
rekreasi
kegiatan aktif
berbentuk
seperti
rekreasi,
lapangan
berupa
olahraga,
dan
rekreasi pasif seperti taman. 2. RTH
yang
penduduk secara
berfungsi bermata
langsung
sebagai
tempat
pencaharian dari seperti
usaha tanaman hias.
pertanian
berkarya,
yaitu
sektor pemanfaatan pangan,
kebun
tempat tanah
bunga
dan
21
3. RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang
memungkinkan
pengelola
kota
melakukan
pemeliharaan
unusur-unsur perkotaan seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai koridor kota. 4. RTH
yang
berfungsi
sebagai
ruang
pengaman,
yaitu
untuk
melindungi suatu objek vital atau untuk mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat membahayakan seperti jalur hijau disepanjang sekeliling
jaringan
listrik
instalasi
militer
tegangan
atau
tinggi,
pembangkit
jalur
tenaga
atau
wilayah penyangga. 5. RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan
pengamanan
lingkungan
alam,
yaitu
sebagai
wilayah
konservasi atau preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya
erosi
dan
longsoran
pengamanan
tepi
sungai,
pengembangan
wilayah
pelestarian wilayah resapan air. 6. RTH
yang
berfungsi
sebagai
cadangan
terbangun kota di masa mendatang.
Fungsi
RTH
kota
berdasarkan
Inmendagri
no.14/1998
yaitu
sebagai: 1. Areal
perlindungan
berlangsungnya
fungsi
ekosistem
dan
penyangga kehidupan 2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan lingkungan 3. Sarana rekreasi 4. Pengaman
lingkungan
hidup
perkotaan
terhadap
berbagai
macam pencemaran baik darat, perairan maupun udara 5. Sarana
penelitian
dan
pendidikan
serta
penyuluhan
masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan 6. Tempat perlindungan plasma nutfah 7. Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro 8. Pengatur tata air
bagi
22
Melihat beberapa fungsi tersebut diatas bisa disimpulkan pada dasarnya RTH kota mempunyai 3 fungsi dasar yaitu:
Berfungsi fungsi
secara
sosial
rekreasi,
yaitu
pendidikan
fasilitas dan
untuk
olahraga.
umum
Dan
dengan
menjalin
komunikasi antar warga kota.
Berfungsi
secara
melindungi
sistem
visual,
fisik air,
menahan
yaitu
sebagai
peredam
bunyi,
perkembangan
paru-paru
pemenuhan
lahan
kota,
kebutuhan
terbangun/sebagai
penyangga, melindungi warga kota dari polusi udara
Berfungsi sebagai estetika yaitu pengikat antar elemen gedung dalam kota, pemberi ciri dalam membentuk wajah kota dan unsur dalam penataan arsitektur perkotaan.
Sangat kehidupan
penting pelopor
untuk
diingat
bahwa
yang
menyediakan
tumbuhan
bahan
merupakan
makanan
dan
perlindungan kepada hewan maupun manusia. Sementara untuk kota di
luar
negeri
taman
identik
dengan
peradaban
suatu
bangsa,
sehingga mereka sangat memperhatikan masalah pembanguan fungsi, misalnya Di Italia; terkenal sebagai tempat asal pemusik kelas dunia
memiliki
taman
water
orchestra,
taman
ciri
Di Yunani;
mengobati memiliki Mesir;
dengan
khas
ciri
musik
lewat
orang terkenal gemar memasak
taman dengan ciri
memiliki
permainan
khas
khas kitchen
tanaman
herba,
garden,
dan Di
rempah-rempah
dan wewangian, di Inggris; taman dengan rumput terpangkas rapi dengan seni
pemangkasan yang
terkenal yaitu topiary , di Cina
dan Jepang; dengan tradisi Buddhisme, taoisme merancang taman yang berfungsi spirit kerohanian dengan ciri khas taman adalah air, batu dan bukit-bukitan (Kompas, April, 2001) dan di Sydney yang berpenduduk asli suku Aborigin menganggap tanah dan alam bagian
dari
hidup
mereka,
jadi
pemerintah
membangun
taman
nasional (suaka alam) dengan mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai pengelola taman dan setelah itu mengembalikannya kepada penduduk tradisional sepenuhnya, lalu pemerintah menyewa taman tersebut
dari
penduduk,
sehingga
sehingga
mengelolanya bersama (Kompas, September, 2000).
kedua
pihak
23
2.1.4
Kebutuhan Lahan RTH Kota Untuk menciptakan kota yang ramah terhadap lingkungan di
butuhkan suatu usaha untuk menciptakan keseimbangan pembangunan kebutuhan lahan RTH yang disesuaikan dengan kepadatan penduduk dan
aktivitas
adalah maka
kota.
merupakan
ada
penduduk
mempertimbangkan
isi(content)
baiknya dan
Dengan
objek
merencanakan
aktivitas
RTH
kota.
dan
bahwa
subjek
disesuaikan
Pedoman
di
penduduk
pembangunan, dengan
dalam
jumlah
memenuhi
kebutuhan akan RTH kota antara lain:
Pedoman PU Cipta Karya, yaitu:
Setiap 250 penduduk, minimal 1 taman, luas sekurang-kurangnya 250 m2 (1 m2/p)
Kelompok
masyarakat
berpenduduk
2.550
jiwa,
dibutuhkan
aktivitas olah raga, voli, dengan standar 0,5 m2/p
Taman untuk 3.000 penduduk di butuhkan lapangan olah raga, upacara, untuk peneduh ditanam pepohonan, standar 0,3 m2/p
Taman Olah Raga untuk 120.000 penduduk, minimal satu lapangan hijau
terbuka,
yang
lengkap
seperti
tenis,
basket,
kamar
pengganti, WC umum, standar 0,2 m2/p
Taman Olah Raga 480.000 penduduk, berbentuk stadion, taman bermain, area parkir, bangunan fungsional, standar 0,3 m2/p
Jalur
hijau,
loaksinya
menyebar,
sebagai
filter
industri,
kawasan penyangga, dengan standar 15 m2/p
Lahan
perkuburan,
ditentukan
berdasarakan
tingkat
kematian
dan menurut kebutuhan sesuai dengan agama/kepercayaan
Dengan
pedoman
tersebut
rata-rata
kebutuhan
RTH
kurang
lebih 17,3 m2/p. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
24
Tabel 2.1 Kebutuhan RTH menurut PU Cipta Karya Penduduk (orang) 250 2.500 30.000 120.000 480.000
Jenis RTH 1 taman 1 sarana Olah raga taman dan Lap. O.R Taman dan Lap.O.R Taman dan Lap.O.R Jalur hijau Perkuburan
Luas (m2) 250 1.250 9.000 24.000 144.000
TOTAL Sumber: Standar PU,1987
X (m2) 1.0 0.5 0.3 0.2 0.3 15.0 17,3
2.1.5 Ruang Terbuka Hijau sebagai Barang Publik Pada umumnya barang dapat dibagi menjadi dua macam yaitu barang goods).
publik Barang
( public
goods)
dan
barang
publik
adalah
barang
pribadi
yang
(private
disediakan
oleh
pemerintah yang dibiayai melalui anggaran belanja negara tanpa melihat siapa yang melaksanakan pekerjaannya (Mangkoesoebroto, 1994: 3). Barang ini tidak disediakan oleh sistem pasar. Barang publik memiliki ciri sebagai berikut: 1. Dalam penggunaanya tidak dapat dikecualikan. 2. Tidak ada persaingan dalam memperolehnya 3. Tidak dapat ditentukan nilai kesukaanya
sehingga tidak ada
yang mau menyediakanya (disediakan oleh pemerintah).
Barang publik ada dua yaitu barang publik murni dan barang publik campuran. Barang publik murni yaitu jika barang tersebut dalam
penggunaanya
persaingan.
Barang
tidak publik
ada
pengecualian
campuran
yaitu
dan
bila
tidak
barang
ada dalam
penggunaannya tidak ada pengecualian, namun dalam mengkonsumsi bersama dapat terjadi kepadatan, contohnya taman dan taman olah raga. Jumlah penduduk kota-kota
besar
yang
berakibat
meningkat dengan pesat pada
meningkatnya
terutama
kebutuhan
di
akan
barang publik (Sidarta, 1993: 20). Barang publik yang dimaksud dalam hal ini adalah prasarana dan sarana, fasilitas sosial dan
25
fasilitas
umum
yang
dibutuhkan
oleh
suatu
kota.
Peningkatan
kebutuhan tersebut sering kali tidak dapat dipenuhi secara baik oleh pemerintah setempat mengingat keterbatasan yang
dimiliki
terutama dalam masalah pendanaannya.
2.2 Perubahan Pemanfaatan Lahan Perkotaan Perkembangan
kota
yang
cepat
menyebabkan
kebutuhan
akan
lahan perkotaan meningkat, ini sering ditandai dengan perubahan terhadap pemanfaatan lahan di perkotaan. Perubahan pemanfaatan lahan
dapat
mengacu
pemanfaatan lahan
kepada
kedua
sebelumnya, atau
hal,
yaitu
perubahan
perubahan pemanfaatan yang
mengacu kepada rencana tata ruang. Perubahan yang mengacu pada pemanfaatan lahan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan baru atas lahan yang
berbeda dengan pemanfaatan lahan yang sebelumnya,
sedangkan perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah pemanfaatan baru atas lahan tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
yang
telah
disahkan
(Permendagri No.4/1996 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Kota, Psl 1.f).
2.2.1 Jenis Perubahan Pemanfaatan Lahan Gejala perubahan pemanfaatan lahan perkotaan terdiri atas beberapa
jenis
perubahan.
Jenis
perubahan
pemanfaatan
lahan
(Zulkaidi, 1999; hal.) antara lain yaitu: 1.
perubahan
fungsi(use);
perubahan
fungsi
adalah
perubahan
jenis kegiatan 2. perubahan intensitas mencakup perubahan KDB, KLB, kepadatan bangunan, dan 3.
perubahan
teknis
massa
bangunan
(bulk)
mencakup
perubahan
Garis Sempadan Bangunan (GSB), tinggi bangunan, dan perubahan minor lainnya yang tanpa mengubah fungsi dan intensitasnya.
2.2.2 Faktor Penyebab Perubahan Pemanfaatan Lahan di Perkotaan. Perkembangan manusia mengalami evolusi sama halnya dengan kota. Kota mengalami proses evolusi melibatkan yang modifikasi
26
dari fungsi yang sudah lama maupun melibatkan penambahan fungsi baru (Colby; 1959: 287). Pada proses evolusi ini Colby (Nelson, dalam
Bourne,
1971:
mengidentifikasi
2
77-78)
dan
Daldjoeni
gaya
berlawanan
N.
(1987:
yang
161)
mempengaruhi
pembentukan dan perubahan pemanfaatan lahan yaitu:
A. Gaya
Sentrifugal,
yaitu
gaya
yang
mendorong
gerak
keluar
dari penduduk dan berbagai usahanya, lalu terjadi dispersi kegiatan manusia dan relokasi sektor-sektor dan zone-zone kota
(fungsi-fungsi
pinggiran);
Yang
berpindah
mendorong
dari
gerak
pusat
kota
sentripugal
menuju
ini
adalah
sebagai berikut: 1. Meningkatnya kemacetan lalu
lintas,
polusi dan
gangguan
bunyi menjadikan penduduk kota merasa tak enak bertempat tinggal dan bekerja di kota 2. Industri relatif
modern
di
kosong
pemukiman
yang
di
kota
memerlukan
pinggiran
tak
padat
kota
tanah-tanah
dimana
penghuninya,
yang
dimungkinkan
kelancaran
lalu
lintas kenderaan, kemudahan parkir mobil. 3. Nilai lahan yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan di tengah kota, pajak dan keterbatasan berkembang. 4. Gedung-gedung bertingkat di tengah kota tak mungkin lagi di
perluas;
hal
ini
berlaku
juga
untuk
perindustrian
terutama dengan biaya yang sangat tinggi. 5. Perumahan di dalam kota pada umumnya serba sempit, kuno dan tak sehat; sebaiknya rumah dapat dibangun lebih luas, sehat dan bermodel di luar kota. 6. Keinginan penduduk kota untuk menghuni wilayah luar kota yang terasa serba alami.
B.
Gaya
Sentripetal,
yaitu
mendorong
gerak
kedalam
dari
penduduk dan berbagai usahanya sehingga terjadilah pemusatan (konsentrasi)
kegiatan
manusia.
Hal
yang
mendorong
gerak
sentripetal adalah sebagai berikut: 1. Daya
tarik
misalnya
(fisik)
lokasi
dekat
tapak
(kualitas
pelabuhan
atau
lansekap persimpangan
alami) jalan
27
amat
strategis
bagi
industri
yang
bertempat
umumnya
di
tengah kota. 2. Kenyamanan
fungsional
(aksesibilitas
maksimum),
misalnya
berbagai perusahaan dan bisnis akan menyukai lokasi yang jauh dari stasiun kereta api dan terminal 3. Daya
tarik
lainnya), hukum,
fungsional
misalnya
penjahit,
(satu
fungsi
kecenderungan
pedagang,
menarik
tempat
pengecer
fungsi
praktek
saling
ahli
berdekatan,
adany tempat untuk olah raga, hiburan dan seni budaya yang dapat dikunjung1 pada waktu senggang menjadikan orang suka bertempat
tinggal
berumah
tangga
di
daerah
dan
tersebut,
bekerja
di
keinginan
dalam
kota
untuk dengan
mempertimbangkan jarak tempuhnya. 4. Gengsi fungsional (reputasi jalan atau lokasi untuk fungsi tertentu),
misalnya
terjadi
pusat-pusat
khusus
untuk
macam-macam pertokoan yang membuat orang bangga bertempat tinggal di dekat daerah tersebut. 5. Kelompok gedung yang sejenis fungsinya seperti perumahan flat, perkantoran ikut menurunkan harga tanah atau pajak serta sewa
Colby lain
menyadari
yang
merupakan
selain hak
kedua
manusia
gaya
untuk
tersebut, memilih,
ada
faktor
yaitu
faktor
persamaan manusiawi (human equation). Faktor ini dapat bekerja sebagai
gaya
sentripetal
maupun
sentripugal,
misalnya:
pajak
bumi dan bangunan (PBB) di pusat kota yang tinggi dapat membuat seseorang
pindah
kegiatannya
yang
dari
pusat
tidak
kota
ekonomis
(gaya tetapi
sentripugal) dapat
karena
menahan
atau
menarik orang lainnya untuk tinggal (gaya sentripetal) karena kuntungan
yang
diperoleh
dari
dari pajak yang harus dibayar.
kegiatannya
masih
lebih
besar
28
Berdasarkan
hasil
studi
yang
pernah
dilakukan
Suryadini
(1994) terhadap perubahan RTH di Bandung, maka faktor penyebab perubahan RTH adalah sebagai berikut: 1. Terbatasnya
lahan
yang
hendak dibangun pada daerah RTH
yang mengalami perubahan. 2. Kebutuhan
akan
pemenuhan
fasilitas
yang
ingin
dibangun
untuk melayani penduduk 3. Kurangnya
pengawasan
dari
pemerintah
terhadap
perubahan
berpengaruh
terhadap
RTH 4. Tingkat
pendapatan
masyarakat
tingkat kebutuhan akan RTH, seperti penjelasan berikut:
Masyarakat sebagai
tingkat
sarana
pendapatan
membina
rendah:
hubungan
membutuhkan
sosial
antar
RTH
keluarga
karena keterbatasan luas rumah yang sempit, kebuthan RTH bukan
merupakan
sehingga
kebuthan
menimbulkan
langsung
ketidak
yang
pedulian
dapat
dirasakan
terhadap
ada
atau
membutuhkan
RTH
tidak adanya penyediaan RTH
Masyarakat untuk
tingkat
kenyamanan
pendapatan terhadap
sedang:
lingkungannya,
sehingga
kebutuhan RTH sudah menjadi kebutuhan yang dipentingkan
Masyarakat karena
tingkat
sebagai
pendapatan
kepentingan
tinggi:
aspek
membutuhkan
visual
dan
RTH
estetika,
sehingga kebutuhan akan RTH sudah menjadi kebutuhan utama untuk
kegunaan
spiritual,
keindahan
dan
kenyamanan
(Erowati, 1988). 5. Konsekuensi
dari
lokasi
yang
strategis
secara
ekonomis
dan produktif yang dapat meningkatkan nilai lahan.
Berdasarkan
teori-teori
tentang
perubahan
terhadap
pemanfaatan lahan termasuk perubahan terhadap pemanfaatan lahan RTH
dan
berdasarkan
dilapangan
maka
hasil
survey
faktor-faktor
yang
sementara menyebabkan
adalah seperti terlihat pada tabel 2.2:
yang
dilakukan
perubahan
RTH
29
Tabel 2.2 Faktor Yang Menyebabkan Perubahan RTH Sumber Literatur
Survey Sementara di Lapangan
1. Menurut (1959)
Berdasarkan survey di lapangan:
Daya lokasi Strategis
Colby
Luas RTH yang potensial (lebih besar dari 1000 m2); untuk dapat melakukan berbagai kegiatan-kegiatan.
tarik Yang
Aksesibilitas maksimum ke lokasi
Hubungan dengan Harga lahan di lingkungan sekitar RTH; untuk mengetahui apakah harga lahan mempengaruhi dalam melakukan perubahan terhadap RTH
Keuntungan yang didapatkan dari perubahan lebih besar dari pajak yang dikenakan 2. Menurut Suryadini (1994)
Kegiatan yang berlangsung di RTH; ada tidaknya kegiatan yang berlangsung di RTH untuk berbagai kegiatan oleh masyarakat berpengaruh terhadap keinginan untuk melakukan perubahan.
Lokasi RTH yang strategis
Status lahan RTH; mengetahui apakah kepemilikan mempengaruhi pelaku melakukan perubahan
Keterbatasan Lahan kosong Kebutuhan Pemenuhan fasilitas untuk melayani masyarakat
untuk status lahan dalam
Kebijakan Pemerintah yang terkait dengan perubahan; untuk melihat apakah perubahan dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah terhadap kegiatan
Kurangnya pengawasan Pemerintah terhadap perubahan
Keputusan Faktor Penyebab Perubahan RTH
Pengetahuan akan fungsi RTH; untuk melihat pengetahuan pelaku akan fungsi RTH mempengaruhi dalam melakukan perubahan RTH
Lokasi Strategis
RTH
Luas RTH Potensial
yang yang
Akses untuk ke lokasi
mencapai
Ketidakadaan kosong
lahan
Kebutuhan akan pemenuhan fasilitas Pengawasan Pemerintah terhadap perubahan Keuntungan didapatkan perubahan lahan Harga tinggi
yang dari pemanfaatan
lahan
yang
Kegiatan yang berlangsung di RTH Status lahan
kepemilikan
Kebijakan terkait perubahan
pemerintah dengan
Pengetahuan fungsi RTH
akan
Motivasi perubahan
melakukan
Motivasi dalam melakukan perubahan; untuk mengetahui yang menjadi motivasi pelaku dalam melakukan perubahan terhadap RTH
Sumber: Literatur dan Survey Lapangan, 2002
2.2.3 Permasalahan dalam Perubahan Pemanfaatan Lahan Permasalahan ditimbulkan
oleh
dalam peran
perubahan pasar
pemanfaatan
dan pelaku
lahan
pembangunan.
dapat Keadaan
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Permasalahan Yang Ditimbulkan Oleh Peran Pasar Permasalahan pemanfaatan (market
yang lahan
forces)
sering
timbul
cenderung pada
suatu
adalah
didominasi
bahwa oleh
perkembangan
peran
kota
1993:33). Permasalahan yang terjadi antara lain:
perubahan pasar
(Kivell,
30
Penggunaan lahan terkesan sembarangan dan tidak terencana sehingga penggunaannya tidak optimal
Bila mekanisme pasar dipengaruhi oleh tekanan pasar, maka hal itu akan menghambat pemerintah dalam penyediaan barang publik.
Adanya kelompok-kelompok pemilik lahan yang bermodal besar akan
mendominasi
kelompok-kelompok
yang
lebih
lemah
lainnya.
Dampak
eksternalitas
negatif
dibebankan
pada
pemerintah
daerah dan masyarakat luas, seperti kemacetan lalu lintas, menurunnya
kualitas
lingkungan
akibat
polusi
udara
dan
suara.
2. Permasalahan Yang Ditimbulkan Pelaku Pembangunan Perubahan
pemanfaatan
lahan
sering
menimbulkan
konflik
antar pihak yang berkepentingan; konflik yang di maksud adalah ketidak lebih
sesuaian
terhadap
Pihak
dan
suatu
yang
akan
dampak
atau lebih
menuntut
(developer /swasta) yang
ketidaksetujuan
eksternalitas
masalah
perubahan
biasanya
diperolehnya,
antara
telah
tetapi
negatif
dua
(David,
pihak 1995:
sering
terhadap
246).
pemanfaatan
memperhitungkan tidak pihak
atau
lahan
keuntungan
memperhitungkan lain,
atau
bila
disadaripun pihak swasta tidak mau menanggunganya. Di sisi lain pemerintah
kota
pemanfaatan
lahan
dampak
negatif
dan pelayanan sering
kali
perubahan
sangat
berkepentingan
karena
perubahan
harus
terhadap
berhadapan
pemanfaatan
lahan
perubahan
langsung
terhadap
terhadap
penataan
kota secara keseluruhan. Pihak lain yang yang menderita
pemanfaatan
terkena lahan
dampak/eksternalitas
ini
adalah
masyarakat,
negatif seperti
kesemerawutan wajah kota, berkurangnya kenyamanan dan privasi. Berubahnya pemanfaatan lahan kota, baik yang direncanakan maupun
yang
persoalan
tidak
direncanakan,
perkotaan.
Bila
dapat
terdapat
menimbulkan kesesuaian
beberapa antara
kebijaksanaan rencana tata ruang dengan kebutuhan pasar, maka perubahan dengan
pemanfaatan
baik,
bila
lahan
yang
yang
terjadi
direncanakan sebaliknya
dapat
akan
berjalan
menimbulkan
31
persoalan,
kemungkinan
persoalan
perubahan
atau
pergeseran
pemanfaatan lahan yang dapat terjadi dapat di lihat pada tabel 2.3:
Tabel 2.3 Hubungan Rencana Pemanfaatan Lahan dan Tuntutan Pelaku Pasar dalam Perubahan Pemanfaatan Lahan Rencana Peruntukan Lahan
h a b u r e B
h k a a b d u i r T e B
Tuntutan Pemanfaatan Lahan dari Pelaku Pasar Berubah Tidak berubah Kasus tipe 1a: Ada perubahan peruntukan lahan yang sesuai dengan tuntutan perubahan pemanfatan lahan dari pelaku Kasus tipe 1b: Ada perubahan peruntukan lahan tetapi tidak sesuai dengan tuntutan perubahan pemanfaatan lahan dari pelaku Kasus tipe 3: Ada tuntutan perubahan pemanfaatan lahan dari pelaku yang tidak sesuai dengan (rencana) peruntukan lahan
Kasus tipe 2: Ada perubahan peruntukan lahan, tetapi tidak sesuai dengan keinginan pelaku yang ingin mempertahankan pemanfaatan lahan yang ada
Kasus tipe 4: Tidak ada tuntutan perubahan pemanfaatan lahan maupun rencana perubahan peruntukan lahan
Sumber: Zulkaidi, 1999
2.3 Pengendalian Perubahan Pemanfaatan Lahan Perkotaan Pergeseran pemanfaatan lahan merupakan proses alamiah yang dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan ekonomis dalam memilih lokasi. Seringkali pertimbangan individu tidak mempertimbangkan kepentingan
umum
atau
peraturan
yang
berlaku.
Dalam
hal
perubahan pemanfaatan tersebut maka pemerintah harus mempunyai prosedur yang jelas dan efektif untuk mengendalikan perubahan lahan
tersebut.
Pergeseran
pemanfaatan
lahan
pada
dasarnya
dapat terjadi akibat kurang tegasnya pengendalian pemanfaatan lahan.
2.3.1
Bentuk Pengendalian Terhadap Perubahan Pemanfaatan Lahan
1. Pengendalian Pemanfaatan Lahan Menurut Pasal 17 UUPR No. 24 Tahun 1992 Penjelasan pasal 17 UUPR no. 24 tahun 1992, pengendalian pemanfaatan dan
ruang
penertiban
diselenggarakan terhadap
melalui
pemanfaatan
kegiatan
ruang
pengawasan
serta
melalui
32
mekanisme
perijinan
pengendalian
bagi
adalah
wilayah
merupakan
daerah tingkat II.
salah
satu
piranti
Kegiatan
manajemen.
Untuk lebih jelasnya pengertian dari penjelasan pasal 17 UU no. 24/1992 (Ibrahim, 1998) adalah:
A. PENGAWASAN: Bentuk kegiatan dalam menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang
ditetapkan
dalam rencana
tata
ruang
yang dilakukan dalam bentuk:
Pelaporan: Dilakukan memberikan informasi secara objektif dan berkala tentang pemanfaatan ruang yang dapat juga dilakukan oleh masyarakat sebagai kontrol sosial.
Pemantauan: memeriksa
Dilakukan dengan
dengan
cermat
mengamati,
perubahan
mengawasi
kualitas
ruang
dan dan
lingkungan termasuk penilaian perijinan yang telah diberikan kepada pelaku pembangunan.
Evaluasi:
Dilakukan
dengan
menilai
kemajuan
kegiatan
pemanfaatan ruang dikaitkan dengan kondisi rencana tata ruang yang ada.
B. PENERTIBAN: Kegiatan
penertiban
yang
dilakukan
di
kawasan
perkotaan
adalah:
Membuat
surat
peringatan/teguran
dalam
hal
pelaksanaan
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kawasan perkotaan
Memeberikan sanksi dalam hal tidak efektifnya surat teguran melalui prosedur hukum yang berlaku.
2. Pengendalian Bentuk Insentif dan Disinsentif Menurut
UUPR
No. 24 Tahun 1992 Bentuk insentif yang disebutkan dalam UUPR adalah insentif ekonomi dilakukan melalui tata cara pemberian kompensasi atau imbalan dan insentif fisik melalui pembangunan atau pengadaan prasarana dan sarana untuk melayani pengembangan kawasan sesuai dengan
rencana
tata
ruang.
Sedangkan bentuk
disinsentif
yang
33
disebutkan dalam UUPR adalah pengenaan pajak yang tinggi atau pembatasan ketersediaan prasana (penjelasan Ps.16: 1). Insentif
dan
disinsentif
merupakan
salah
satu
mekanisme
pengendalian yang dapat diterapkan dalam pembangunan. Kelemahan mekanisme
pengendalian pembangunan (Development
Control),
hal
ini disebabkan: Pemda
tidak
mempunyai
akses
terhadap
rencana-rencana
pembangunan sektoral yang dibuat dan ditentuka oleh pusat. Rencana-rencana
yang
telah
disusun
bisa
berubah total
akibat
adanya investasi berskala besar yang tidak diduga sebelumnya. Pelanggaran terhadap Rencana Tata Ruang yang ada, jarang sekali dkenai teguran, paksaan (enforcement) dan sanksi. Bagi yang
mentaati
peraturan
tidak
diberi
penghargaan,
akibatnya
para pelaku pembangunan cenderung untuk membangun sesuai dengan kehendak dan kepentingan sendiri yang mengabaikan kepentingan umum,
dengan
tidak
adanya
sistem
insentif
dan
disinsentif
kecendrungan tersebut semakin merebak dari waktu ke waktu.
3. Pengendalian Perubahan Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Teori Para Ahli Pengendalian sebelum
terhadap
perubahan
tindakan
perubahan
tersebut
pencegahan
terjadi
terhadap
RTH
yang
dapat
dilakukan
dengan
melakukan
lingkungan
(Philips,
adalah
perusakan
1995:67) yaitu:
Merancang suatu benteng beton dan benteng baja didaerah yang sering mengalami tindakan pengerusakan.
Membersihkan daerah harus menyediakan
yang terkesan
kumuh melalui
pemerintah
perumahan bagi masyarakat.
Memberikan fasilitas penerangan pada daerah yang gelap yang dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan pengerusakan.
Membuat
suatu
laporan
perusakan
lingkungan
sebagai
dokumentasi terhadap tindakan perusakan ang dapat dilaporkan kepada pihak keamanan dan pihak asuransi terkait.
Membentuk akses keamanan seperti alaram, penjaga, pemagaran dan akses terhadap patroli keamanan
34
Publisitas, mempublikasikan nama lokal
tentang
tindakan
pelaku perusak pada
yang
dilakukan
koran
tersebut,
jika
memungkinkan beserta dengan nama keluarga sehingga mencegah tindakan perubahan
Membentuk
suatu
program
di
akademis
seperti
sekolah
yang
melibatkan pihak akademis untuk melakukan pembinaan terhadap pelaku perusakan.
Bentuk
pengendalian
lain
terhadap
perubahan
akibat
pembangunan adalah adalah memberikan denda terhadap pembangunan (Development
Charge).
Umumnya
Development
Charge
dapat
di
bayarkan pada keadaan sebagai berikut (Yuan, 1987:4):
Jika
ada
peningkatan
pembangunan
kawasan
terbangun
diatas
maksimum kepadatan yang direncanakan dalam rencana induk kota (Master Plan)
Jika
ada
peningkatan
rasio
pembangunan
kawasan
tidak
terbangun diatas ratio yang ditetapkan dalam renca induk kota
Ketika
ada
kegiatan
pembangunan
peremajaan
kembali,
suatu
kawasan menjadi kawasan yang nilai lahannya lebih tinggi
jika terjadi kombinasi dari ketiga contoh diatas.
Bentuk pengendalian Pembangunan di kawasan perkotaan yang sering digunakan antara lain adalah plot ratio dan ketinggian bangunan. insentif
Plot dan
ratio
digunakan
disinsentif
sebagai
pembangunan
alat
melalui
untuk
regulasi
ketentuan
bonus
dan ketinggian bangunan. Kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam penerapan plot ratio dan ketinggian bangunan yaitu:
Tidak melanggar ketentuan yang ada, seperti masterplan dan kebijaksanaan yang ada
Berusaha mewujudkan konsep rencana yang telah ditetapkan
Mengoptimalkan lahan
Selaras dengan perkembangan lingkungan
Memperhatikan
kendala
teknis,
seperti
airport, jalur microwave, zone bebas polusi
misalnya
kendala
35
Memperhatikan aspek urban design, seperti karakteristik dan daerah konservasi.
2.4 Bentuk Pelanggaran Pemanfaatan Tata Ruang Perubahan merupakan telah
hal
di
pemanfaatan
guna
penyimpangan
dari
tentukan
dalam
penyimpangan pemanfaatan dan
swasta
merupakan
lahan
pemanfaatan
rencana
ruang yang
pelanggaran
yang
tata
terjadi guna
sering
lahan
ruang.
yang
Tindakan
dilakukan oleh masyarakat
peraturan
pemanfaatan
tata
ruang.
1. Pelanggaran Karena Regulasi/Peraturan Bentuk-bentuk
pelanggaran
dalam
pemanfaatan
tata
ruang
(Ariyanti, 2000:18), dengan bentuk yaitu:
Pelanggaran fungsi, yaitu pemanfaatan lahan atau persil dan bangunan
yang
tidak
sesuai
dengan
fungsi
yang
telah
ditetapkan dalam rencana tata ruang.
Pelangggaran luas peruntukan, yaitu pemanfaatan ruang telah sesuai dengan fungsinya, tetapi luas pemanfaatan tidak sesuai dengan luas peruntukan yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.
Pelanggaran persyaratan teknis, yaitu pemanfaatan lahan yang telah sesuai dengan fungsi, tetapi persyaratan teknis tidak sesuai
dengan
luas
peruntukan
yang
telah
ditetapkan
dalam
rencana tata ruang.
Pelanggaran bentuk pemanfaatan, yaitu pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan fungsi, tetapi bentuk (untuk penggunaan berupa
bangunan)
pemanfaatan
rencana tata ruang (bentuk umum
tidak
sesuai
dengan
arahan
bangunan).
2. Pelanggaran Karena Pelaku Penyimpangan mengakibatkan
atau
perubahan
pelanggaran
pemanfaatan
lahan
yang
pemanfaatan
mungkin
disebabkan
oleh
ketidaktahuan
atau
beberapa kelompok pelaku, yaitu:
Masyarakat
pengguna
ketidaksengajaan,
langsung,
karena
karena
kebutuhan
yang
mendesak
atau
36
kenginan
tertentu,
masyarakat
secara
sadar
membangun
persilnya melanggar ketentuan ijin yang telah ada.
Instansi
pemberi
ijin,
dalam
pemberian
ijin
pembangunan.
Instansi yang berwenang menerbitkan ijin harus mengacu pada rencana
tata
ruang
yang
telah
pemberi
ijin
menerbitkan
suatu
hal,
tidak
sesuai
Dalam
hal
dapat
dengan
ini
masyarakat rencana
pemanfaatan
kegiatan
disalahkan
ditetapkan.
ruang
pembangunan
dan
diberikan
ruang;
kurang
oleh
pembangunan
yang
telah
oleh
direncanakan.
masyarakat
sanksi
pembangunan. Pengaturan
tata
ijin
Disesabkan
yang
merugikan
pemanfaatan ruang
jelasnya
atau
tidak
ketiadaan
atau aturan
yang rinci dan tegas dari rencana tata ruang yang ditetapkan. Hal
ini
mengakibatkan
kesalahan
dalam
pemberian
ijin
pembangunan sehingga ijin yang diberikan kadang tidak dapat memberikan ketegasan aturan.
2.5 Faktor Pendorong Meningkatnya Kebutuhan Ruang Terbuka Suatu sebagai dan
tendensi
tempat
rekreasi
kebutuhan
meningkat.
umum
akan
Banyak
bahwa
semakin
peranan penting
ruang-ruang
bagi kehidupan
fasilitas-fasilitas
sekali
terbuka
faktor-faktor
tersebut
kota, terus
yang
mempengaruhi
menyebabkan
meningkatnya
tendensi tersebut (Pribadi, 1968), yaitu:
1) Faktor Pertambahan jumlah penduduk Proses
urbanisasi
yang
jumlah
fasilitas-fasilitas
masyarakat
termasuk
mengatakan
bahwa
tinggi yang
harus
ruang-ruang
efek
disediakan
terbuka.
multiplikatif
Marion
daripada
bagi
Clowsor
pertambahan
penduduk itu terhadap pertambahan ruang-ruang terbuka lebih kurang akan
ekivalen,
artinya
mengakibatkan
setiap
kelipatan
kelipatan
yang
sama
jumlah
pada
penduduk
jumlah
ruang
terbuka yang di butuhkan.
2) Bertambahnya waktu-waktu luang Bertambahnya
waktu
luang
mengakibatkan
semakin
besarnya
kesempatan untuk berekreasi. Waktu luang yang tren digunakan saat ini adalah bersifat outdoor (di luar ruangan), tetapi
37
karena
keterbatasan
ruang
terbuka
maka
cenderung
yang
terjadi indoor (di dalam ruangan).
3) Kemampuan penduduk yang menurun untuk meyediakan fasilitasfasilitas rekreasi di luar sendiri Mayoritas income
masyarakat
Indonesia
menyebabkan
rekreasi
otomatis
meningkat di menyediakan dirinya
kemampuan juga
dalam
mengalami untuk
menurun.
kota,
sendiri.
mengeluarkan
Harga
menyebabkan
fasilitas-fasilitas Jadi
penurunan
real biaya
lahan
yang
terus
penduduk
tidak
mampu
luar
bagi
rekreasi
pemerintaah
di
kota
harus
dapat
menyediakan lebih banyak ruang terbuka untuk umum.
4) Intensifikasi pembangunan kota Daerah
perumahan
untuk
berekreasi
menginginkan
yang
padat
di
untuk
dan
rumah
banyak
kondisi
buruk,
mendesak
dan
penduduk
berkurang
variasi/rekreasi
di
luar
rumah
yang
di
mereka. 5)
Bertambahnya
bentuk-bentuk
rekreasi
butuhkan/dilakukan penduduk Bentuk
rekreasi
rekreasi
keluar
yang
semula
lingkungan
di
rumah
rumah
berkembang
hingga
menjadi
menjadi
suatu
kebutuhan untuk menikmati lingkungan yang asri dan indah. 6) Mobilitas penduduk yang semakin besar. Pergerakan dalam
yang
kota
mudah
dalam
menyebabkan
mencapai
keinginan
tempat
rekreasi
masyarakat
di
melakukan
perjalanan ketempat-tempat yang mereka inginkan.
Berdasarkan
teori
perlunya peningkatan hasil
survei
yang
menekankan
pentingnya
RTH
dan
akan ruang terbuka serta berangkat dari
sementara
yang
dilakukan
di
lapangan
maka
beberapa faktor yang mendukung terhadap tindakan mempertahankan RTH adalah seperti terlihat pada tabel 2.4:
38
Tabel 2.4 Faktor Pendukung Mempertahankan RTH Literatur
Survey
1)Menurut De Chiara (1982) Luas RTH ; Luas RTH dianggap penting dalam pengembangan untuk kegiatan di RTH 2)Menurut Pribadi (1968) Pemenuhan kebutuhan masyarakat; bentuk kebutuhan untuk menikmati lingkungan yang asri dan indah, tempat berekreasi.
Sementara di Lapangan
Berdasarkan survey di Lapangan:
Keputusan Faktor Pendukung Mempertahankan RTH
Lokasi RTH yang strategis; lokasi yang berada dekat lingkungan masyarakat dan mudah dicapai Kondisi RTH; kondisi RTH yang terpelihara dan terawat merupakan gambaran adanya keinginan mempertahankan RTH Status Kepemilikan lahan RTH Pemanfaatan taman atau RTH di lingkungan masyarakat
Pengetahuan akan fungsi RTH
Kegiatan yang berlangsung di RTH; dengan adanya kegiatan di RTH sepeti untuk taman bermain, berolah raga, bersantai atau kegiatan seremonial tertentu merupakan bentuk adanya perhatian akan terhadap keberadaan RTH tersebut Pendanaan pemeliharaan terhadap RTH; adanya dana untuk memelihara RTH Keuntungan ekonomi yang didapatkan dari tindakan mempertahankan RTH; untuk melihat apakah ada keuntungan yang didapatkan dari tindakan mempertahankan RTH Usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat Pengetahuan mengenai peraturan pelestarian
Lokasi RTH yang strategis Kondisi RTH Status Kepemilikan lahan RTH Pemanfaatan taman RTH di masyarakat Pengetahuan akan fungsi RTH Kegiatan yang berlangsung di RTH Pendanaan pemeliharaan terhadap RTH Keuntungan ekonomi dari mempertahankan RTH Usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat Pengetahuan mengenai peraturan pelestarian Bentuk perhatian pemerintah terhadap mempertahankan RTH Keinginan melakukan perubahan RTH suatu saat
Bentuk perhatian pemerintah terhadap tindakan mempertahankan Keinginan melakukan perubahan RTH suatu saat
Sumber: Literatur dan Survey Lapangan, 2002
2.6 Pengertian Insentif dan Disinsentif dalam Pelestarian Ruang Terbuka Hijau Bandung
dalam
melaksanakan
kegiatan
penghijauan
adalah
merupakan bentuk partisipasi pemerintah, peran swasta dan peran serta masyarakat. Pemikiran tersebut berkembang didasarkan GBHN 1993 bahwa dalam pembangunan jangka panjang tahap ke II semakin diarahkan dan ditumbuh kembangkan melalui kegiatan dunia usaha. Berkaitan untuk
dengan
dapat
itu
merupakan
mengembangkan
pendorong
usahanya
bagi
diberbagai
mendukung terhadap peningkatan pendapatan daerah.
setiap bidang
orang yang
39
2.6.1 Landasan Teori Insentif dan Disinsentif Untuk dalam
mengantisipasi
pembangunan
dilakukan
perkotaan
pengembangan
mengurangi
dan
bertentangan
perkembangan yang
perangkat
menghambat
dengan
rencana
yang
tidak
terkendali
mengambil
lahan
RTH
perlu
yaitu:
untuk
kegiatan
yang
disinsentif,
perkembangan tata
ruang
dalam
bentuk
tidak
diberikan ijin lokasi dan ijin pendirian bangunan, serta ijin usaha, umum
pengenaan
berupa
pajak
jalan,
yang
tinggi,
jaringan
tidak
listrik,
air
dibangun minum,
fasilitas
telepon
dan
fasilitas kota lainnya (Aliusin, 1996). Untuk tujuan jangka panjang yang ideal dalam peningkatan kualitas perlu
perencanaan
dilengkapi
dengan
dengan
menegakkan
perangkat
development
sanksi
control
(disinsentif)
buat
yang melanggar dan bonus (insentif) bagi mereka yang taat pada peraturan. pembangunan penghargaan
Hal
ini
cukup
perkotaan dan
sanksi
ampuh
yang ini
untuk
semula mesti
membenahi
jungkir
kembali
balik,
diterapkan.
Para
sistem
pengembang
yang melanggar peraturan dikenai sanksi, dan yang patuh diberi penghargaan, misalnya: kemudahan perijinan, tambahan fasilitas pendukung dan keringanan pajak (Budiharjo, 1997: 18). Dalam Ruang
Undang-Undang
dikenal
istilah
No.
24
insentif
tahun
1992
tentang
dan disinsentif
bagi
Penataan penataan
ruang. Disesuaikan dengan kasus pelestarian, maka yang dimaksud dengan
perangkat
memberikan
insentif
rangsangan
adalah
terhadap
pengaturan
kegiatan
yang
yang
bertujuan
seiring
dengan
tujuan pelestarian Ruang Terbuka Hijau, sedangkan yang dimaksud dengan disinsentif pertumbuhan
atau
adalah pengaturan kegiatan
yang
yang bertujuan membatasi
tidak
sejalan
dengan
tujuan
pelestarian RTH. Bentuk insentif yang disebutkan dalam UUPR adalah insentif ekonomi dilakukan melalui tata cara pemberian kompensasi atau imbalan dan insentif fisik melalui pembangunan atau pengadaan prasarana dan sarana untuk melayani pengembangan kawasan sesuai dengan
rencana
tata
ruang.
Sedangkan bentuk
disinsentif
yang
40
disebutkan dalam UUPR adalah pengenaan pajak yang tinggi atau pembatasan ketersediaan prasana (penjelasan Ps.16: 1). Sehingga
apabila
disimpulkan,
dapat
dikatakan
bahwa
insentif pelestarian Ruang Terbuka Hijau adalah instrumen untuk mempengaruhi terbuka
pengambilan
hijau
keputusan
sedangkan
untuk
disinsentif
melestarikan
adalah
ruang
instrumen
untuk
mencegah perubahan yang menyebabkan berkurangnya RTH. Contoh
insentif
dan
disinsentif
yang
dilakukan
oleh
pemerintah terhadap pelaku perubahan seperti di Kota Sao Paolo, yaitu pemerintah menciptakan insentif agar kota berkembang di bagian
kota
yang
memang
sudah
diurbankan
dan
memberikan
disinsentif berupa penerapan pajak yang amat tinggi pada tanah yang
dimiliki
pengembang
sekedar
untuk
tersebut tidak dibangun dalam waktu 2
spekulasi, jika
tanah
tahun, maka pengembang
diwajibkan untuk menjual tanah kepada pemerintah dengan harga yang
jauh
terhadap
dibawah
harga
pembangunan
pemerintah kemudian hijua,
pasar, di
memberikan
area-area
memanfaatkan
kepentingan
umum
atau
pajak
tanpa
tinggi
infrastruktur,
lahan tersebut untuk
yang
untuk daerah
perumahan
padat
yang
berpendapatan berbeda-beda (Budiharjo, 1999: 44)
2.6.2 Bentuk Dukungan Dalam Melestarikan RTH Bentuk dukungan
dalam
melestarikan
RTH terdiri
dari
dua
bagian yaitu:
1. Dukungan Manajemen Program Melestarikan RTH Untuk dalam
mendukung
menjaga
diterapkannya
keberlanjutan
RTH
insentif perlu
dan
disinsentif
dilakukan
beberapa
pembenahan, salah satunya adalah memanajemen RTH dengan baik. Manajemen
RTH
bukan
hanya
merupakan program milik
pemerintah
atau milik Dinas Pertamanan saja tetapi menjadikan program RTH milik masyarakat umum. Program RTH yang melibatkan masyarakat dapat
mendukung
meringankan perlu
untuk
kerja
dimanajemen
menjaga
Departemen untuk
pertamanan
Pertamanan.
mendukung
dan
dapat
Bentuk
bentuk
membantu
program
insentif
yang dalam
41
melestarikan
keberlanjutan
RTH
(Phillips,
1995;59)
adalah
sebagai berikut:
Menggelar suatu acara oleh Departemen yang bertanggung jawab terhadap penghijauan kota, yang bertujuan menjelaskan tugas, informasi, kertas
program
yang
kerja
dibagikan,
yang
dicantumkan
dalam
bentuk
dalam
papan
selebaran
iklan
lengkap
dengan ilustrasi foto taman yang didisain semenarik mungkin.
Mengadakan
perlombaan
dalam
bentuk
parade
lokal
yang
melibatkan pemerintah dan masyarakat, ikut dalam perlombaan menghias
dan
menciptakan
taman
diatas
kenderaan,
yang
berjalan mengelilingi kota.
Daya Tarik Penampilan, yaitu penampilan yang bersih dan rapi, mulai
dari
pakaian
pekerja dan
yang
bertugas
perlengkapan
mengurusi
pertamanan,
peralatan
taman,
untuk
menunjukkan
pentingnya pekerjaan itu dan masyarakat dapat
mencontohnya.
Membentuk menjadi
proyek-proyek
respon
untuk
baru
bekerja
dapat dan
mendorong
ambil
setiap
orang
bagian
bertanggung
misalnya
dengan
jawab dalam masalah kesehatan kota.
Menggali
sumber-sumber
menggunakan untuk
penerimaan
mendukung
masyarakat
pendanaan,
proyek-proyek
untuk
tanaman/pohon,
pembayaran
memiliki
bekerja
Pertamanan, melalui
untuk
parkir
keindahan taman,
membantu
proyek milik
(parking-meter) taman,
menjaga pendanaan
mengajak kerusakan Departemen
pemerintah seperti
proyek
perumahan, sekolah, taman kota, proyek jalan tol, bangunan utilitas dan lainnya
Membentuk
klub
pencinta
tanaman,
mendukung
mereka
dengan
menyediakan fasilitas seperti rumah hijau, menyediakan bibit tanaman
bunga,
dengan
klub
ini
dapat
membantu
mengajarkan
kepada masyrakat dan mengajak anak-anak mencintai tanaman dan bagaimana cara menanamnya.
42
Pameran, seperti pameran dalam bentuk papan reklame dan slide yang dikirim ke perpustakaan dan gedung kota untuk dipamerkan pada waktu tertentu, atau saat menggelar proyek pertamanan
Brosur atau selebaran yang disediakan oleh pemerintah lokal yang
berisikan
tentang
diskusi
lokal,
harus
terlihat
profesional, pembahasan yang lengkap, subjeknya disesuaikan dengan waktu dan masalah umum, atau menyangkut proyek baru.
Koran lokal, dapat digunakan untuk mengindikasi berita yang terjadi, siapa, apa, dimana, kapan dan mengapa.Koran dapat membuatnya singkat dan menyediakan informasi yang dibutuhkan, termasuk jawaban siapa pelaku, apa yang membuat itu terjadi, kemana
dampaknya
terjadi.
dan
kapan
Kesimpulannya
dihubungi
untuk
no.telepon,
dan
akan
berisi
informasi
permasalahan
reporter
terjadi,
siapa
tersebut,
lokal
mengapa yang
termasuk
diharapkan
sampai
jadi
dapat
alamat,
penggagasn
untuk mengangkat berbagai berita ke dalam koran.
TV
kabel,
lokal,
seharusnya
dapat
populer
dimanfaatkan
dimanfaatkan
tentang
untuk
lingkungan.
juga
sama
memberikan
Pembicaraan
seperti
koran
obrolan
bisa
yang
menyangkut
lingkup regional atau nasional, sehingga reputasi Departemen Pertamanan bisa menjadi besar.
Melakukan
survei
pendapat
masyarakat
tentang
mengetahui
bagaimana
umum,
Dinas
dapat
Pertamanan,
kedepannya dan
mengetahui ini
persepsi
berguna
sejauh mana
untuk
Departemen
Pertamanan berperan.
Melakukan
kompetisi,
yang
menang
mendapat
penghargaan,
penyelenggaraan acara bisa dilakukan dengan sponsor seperti koran lokal agar positif.
Menghadirkan logo-logo yang mewakili image pesan publik, logo untuk
taman
yang
spesifik
dan
identitas
yang
jelas
dan
mempromosikan
taman
dan
keterangan yang kuat.
Menghadirkan
papan
program rekreasi.
promosi,
untuk
43
Maskot,
digunakan
untuk
mempromosikan
program
taman
dan
mengajarkan kepada masyarakat dan anak-anak tentang prinsip pelestarian lingkungan, contohnya Woodsy Owl yang mendukung tanda
bersih
dan
menggunakan
slogan “
Give
a
hoot,
don’t
. Banyak kota telah memiliki maskot dan slogan yang pollute” membantu menjalankan program
pemerintah.
Fungsi/tema taman, dalam ukuran beberapa Ha, seperti Disney
Land, tema taman akan menambah reputasi kota dalam skala yang propesional untuk sebuah taman. Departemen Pertamanan dapat mengembangkan tema taman tersebut.
Pemda kota Bandung mengantisipasi perkembangan pergeseran pemanfaatan
lahan
perkembangan
kegiatan
dijinkan dari
perdagangan,
berkembang.
kasus
komersial, Beberapa
pergeseran
misalnya hanya
dengan
perkantoran
pelajaran
pemanfaatan
yang
lahan
membatasi baru
yang
dapat
diamabil
untuk
kawasan
perdagangan (Zulkaidi, 1999) antara lain:
1. Perlunya pengendalian pemanfaatan lahan yang tegas. Tindakan tegas terhadap semua permohonan pemanfaatan lahan yang
tidak
sesuai
dengan
peruntukkan
harus
ditolak.
Setiap
perubahan lahan yang terjadi tanpa prosedur yang benar, harus dikenakan sanksi secara tegas dan transparan.
2.
Perlunya
konsistensi
dalam
pelaksanaan
kebijaksanaan
pengembangan kota. Pemda merupakan perangkat utama yang harus konsisten terhadap kebijaksaan
pengembangan
kota
yang
pemerintah harus merupakan pertimbangan
dibuat.
Kebijaksanaan
dan keputusan lembaga
tersebut.
3.
Perlunya
kualitas
daya
tarik
bagi
lokasi
baru
yang
akan
dikembangkan. Membuat suatu kegiatan di lokasi yang direncanakan semenarik mungkin, perlunya kualitas daya tarik tapak yang kondusif untuk kegiatan terakit
dan mempertimbangkan keberhasilan dan
resiko
usaha, kemudahan pengembangan usaha, dan insentif kegiatan.
44
4.
Perlu
dikembangkan
insentif
dan
disinsentif
untuk
pengendalian pemanfaatan lahan . Mengembangkan
berbagai
insentif
dan
disinsentif
yang
transparan dan tegas. Disinsentif dikenakan pada kawasan yang pemanfaatan lahannya berkembang tidak sesuai dengan peruntukan sebagai
gaya
sentripugal,
yaitu
gaya
yang
mendorong
kegiatan
keluar dari kawasan tersebut. Untuk menarik kegiatan ke lokasi yang direncanakan ,
dipertimbangkan berbagai insentif sebagai
gaya sentripetal bagi kawasan tersebut.
2. Kerjasama Dalam Mengelola RTH Peningkatan
jumlah
penduduk
berakibat
pada
peningkatan
kebutuhan akan barang publik (Sidarta, 1993:20). Barang publik dalam hal ini adalah sarana dan prasarana, fasilits sosial dan fasilitas
umum
yang
dibutuhkan
oleh
masyarakat
kota.
Peningkatan kebutuhan sering tidak dapat dipenuhi secara baik oleh
pemerintah
itulah
perlu
karena
dilakukan
keterbatasan kerjasama
yang
dimilikinya.
pemerintah
dan
Untuk
warga
kota
dalam penyediaan barang publik. Bentuk
kerjasama
yang
pernah
dilakukan
di
Perancis
(Sidarta, 1993: 21) yaitu: a. Konsesi (concesions), swasta diberi hak membangun sarana , mengoprasikannya,
dan
menarik
retribusi
dengan
tarif
ditentukan pemerintah (concesions umumnya dalam rangka waktu lebih dari 10 tahun) b.
After-Marge, pemerintah,
suatu
misalnya
mengoperasikannya,
bentuk sarana
jumlah
kerjasama dibangun
presentase
antara
swasta-
pemerintah,
pembiayaan
swasta
bergantung
pada sarana yang akan di after-marge.
Mengingat fungsinya sebagai fasilitas umum yang digunakan untuk
kepentingan
kerjasama swata
yang
tidak
umum,
taman
berorientasi
dapat
tidak
ekonomis.
dijadikan
sumber
dapat
dijadikan
Pengelolaan pendapatan
objek
taman bagi
oleh
swasta
tersebut. Imbalan yang dapat diberikan sebagai hasil kerjasama
45
adalah imbalan yang tidak berupa uang, seperti media promosi, kemudahan dalam pekerjaan atau penghargaan, cara lainnya dengan memberi
nama
taman.
Hal
taman
ini
tersebut
berfungsi
dengan nama
sebagai
salah
donatur satu
pemeliharaan
kontrol
sosial
pelaku bisnis yang menjadi donatur (Suara Pembaharuan, 20 Juli 1997) Penerapan penyediaan
Pemberian
lahan
untuk
bonus
dikaitkan
fasilitas
umum
dengan
(fasum).
kesulitan
Bentuk
bonus
yang dapat diberikan atas penyediaan lahan untuk fasilitas umum berupa
kelonggaran
penambahan
luas
lantai
bangunan
dari
ketentuan yang ada. Pemberian bonus lantai bangunan diberikan kepada aktivitas (Majalah Kota, Vol.4, hal 30, Oktober 1993) seperti:
Klub, tempat ibadah, toko, teater, restaurant, hotel, motel, penggunaan untuk tempat tinggal
Ruang
terbuka,
plaza
atau
teras
yang
didisain
untuk
menginteraksikan jalur pedestrian dan ruang-ruang yang dapat dinimati oleh publik
Fasilitas yang dibutuhkan oleh publik seperti perpustakaan, publik toilet, atau rest area.
Menurut
Nazaruddin
(1996:14)
dilakukan dalam pengelolaan taman dalam
bentuk
partisipasi.
Bentuk
kerjasama
yang
adalah pelibatan masyarakat
Bentuk
partisipasi
yang
dapat
dilakukan adalah menjaga lingkungan taman dengan tidak merusak dan mencabut tanaman.
3. Kriteria Pengembangan RTH Beberapa kriteria yang dianggap penting dalam pengembangan RTH (De Chiara, 1982) antara lain:
Memiliki fungsi penggunaan utama
Memiliki nilai hubungan dalam penggunaannya
Ukuran dari lahan
Mempertimbangkan antara desa dan kota
46
Intensitas penggunaan
Karakteristik lahan
Kondisi-kondisi lainnya
2.6.3 Peraturan Yang Mendukung Pelestarian Ruang Terbuka Hijau di Indonesia Tindakan untuk melestarikan RTH terlihat tentang
dengan kegiatan
adanya
peraturan-peraturan
pelestarian
lingkungan
mempertahankan
keberadaan
RTH.
mendukung
kelestarian
RTH
untuk
dilihat dalam tabel 2.3:
telah ada di Indonesia,
hijau
Beberapa yang
ada
yang
di
yang
mengatur berusaha
peraturan
yang
Indonesia
dapat