TUGAS EKONOMI SUMBERDAYA ALAM TRAVEL COST METHOD (TCM)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2013/2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Konsep Secara umum, nilai ekonomi didefiniskan sebagai pengukuran jumlah maksimun
seseorang untuk mengorbankan barang atau jasa guna memperoleh barang atau jasa lain ya. Secara formal, konsep ini disebut sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan (Djijono 2002). Kelayakan ekonomi pada suatu pengembangan memang harus dilihat dari dua sisi yaitu potensi sumberdaya dan potensi pasarnya. Sumberdaya wisata alam menghasilkan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia yang bersifat non mteriil dan lebih banyak bersifat kejiwaan dan kesehatan. Taksiran berapa jumlah pengunjung dan lamanya kunjungan (visitor days)
sangat penting untuk analisa prospek investasi di bidang wisata
alam. (Sumitro, 2004). Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistem atau sumberdaya alam akan dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai monoter dari barang atau jasa. Misalnya, apabila suatu ekosistem pantai atau perairan mengalami kerusakan akibat polusi, maka nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan dapat diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali menjadi seperti semula atau kondisi sebelum terjadinya pencemaran (Fauzi 2004). Konsep dasar dari metode travel cost adalah waktu dan pengeluaran biaya perjalanan (travel cost expenses) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung untuk mengunjungi tempat wisata tersebut yang merupakan hatga untuk akses ke tempat wisata (Garrod dan Willis, 1999). Itulah yang disebut dengan
willingness to pay (WTP)
yang diukur
berdasarkan perbedaan biaya perjalanan. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi, misalnya untuk menyalurkan hobi memancing atau berekreasi di pantai, seseorang akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut.
1.2
Definisi TCM
digunakan untuk estimasi nilai guna ekonomi yang berhubungan dengan
ekosistem atau lokasi-lokasi yang dimanfaatkan untuk rekreasi.
TCM dapat dipakai untuk estimasi manfaat atau biaya ekonomi yang dihasilkan dari:
Perubahan biaya akses untuk suatu lokasi wisata
Eliminasi lokasi wisata yang ada
Penambahan lokasi wisata baru
Perubahan kualitas lingkungan pada suatu lokasi wisata
Premis dasar dari TCM adalah bahwa waktu dan biaya perjalanan yang dibelanjakan oleh individu untuk mengunjungi suatu lokasi mencerminkan “HARGA” bagi akses ke lokasi itu. Dengan demikian, kesediaan membayar (willingness to pay) orang-orang untuk mengunjungi lokasi itu dapat diestimasi berdasarkan banyaknya perjalanan yang mereka lakukan dengan beragam biaya perjalanan. Hal ini analog dengan estimasi kesediaanmembayar (WTP) orang-orang itu untuk suatu barang yang dipasarkan berdasarkan kuantitas barang yang diminta pada beragam harga. TCM dipilih untuk valuasi ini berdasarkan dua alas an utama: 1. Lokasi sangat bernilai bagi orang-orang sebagai lokasi wisata. Di lokasi ini tidak ada spesies langka atau keunikan lain yang akan membuat “non-use values” di lokasi ini significant. 2. Anggaran bagi proyek untuk melindungi lokasi ini relative murah.
Sehingga
penggunaan metode yang relative murah seperti TCM menjadi sangat menarik. Ada beberapa cara untuk mendekati permasalahan, dengan menggunakan variasi TCM. Variasi ini adalah: 1. Pendekatan
Zonal travel cost sederhana, dengan
memaksimumkan
penggunaan data sekunder, dengan sedikit data primer sederhana yang dikumpulkan dari para pengunjung. 2. Pendekatan Individual travel cost, dengan menggunakan survey yang lebih detail pada para pengunjung. Pendekatan Utilitas random, menggunakan data survey dan data lainnya, dan teknik-teknik statistic yang lebih rumit.
BAB II JURNAL
2.1
VALUASI NILAI EKONOMI TAMAN NASIONAL BUNAKEN : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM)
2.2
APLIKASI BIAYA PERJALANAN ( TRAVEL COST) PADA WISATA ALAM STUDI KASUS: AIR TERJUN JUMOG KABUPATEN KARANGANYAR
2.3
ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA ALAM CURUG SEWU, KABUPATEN KENDAL DENGAN PENDEKATAN TRAVEL COST
BAB III ANALISIS dan METOE yang DIGUNAKAN 3.1
VALUASI NILAI EKONOMI TAMAN NASIONAL BUNAKEN : APLIKASI
TRAVEL COST METHOD (TCM Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu obyek wisata unggulan di Propinsi Sulawesi Utara dan juga merupakan aset yang dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat kota Manado pada khususnya dan Sulawesi Utara pada umumnya. Selama ini aktivitas ekonomi dominan yang berlangsung di sekitar Taman Nasional Bunaken adalah kegiatan ekowisata dengan mengandalkan daya tarik wisata bahari berupa keindahan pemandangan bawah laut.Namun
dari
aktivitas
ekowisata
yang
dilakukan di Taman Nasional Bunaken ini menimbulkan beberapa permasalahan yang kedepannya berpotensi menghambat pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan yang nantinya akan menghambat juga peningkatan perekonomian dari sektor pariwisata karena
berkurangnya
atau
bahkan hilangnya kemampuan Taman Nasional Bunaken
didalam menyediakan layanan ekowisata. Beberapa permasalahan tersebut berdasarkan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bunaken adalah pembangunan sarana pariwisata di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional Bunaken terutama di Pulau Bunaken intensitasnya sangat tinggi dan relatif kurang terkendali
dan pada
umumnya
tidak
mempertimbangkan bahwa setiap ekosistem saling tergantung dengan ekosistem lainnya. Apabila keadaan ini tidak dikendalikan akan menimbulkan kerusakan ekosistem, pembangunan sarana prasarana tersebut mengganggu keutuhan dan keaslian lingkungan sekitar. Disamping itu juga, mobilisasi perahu pengangkut wisatawan yang frekuensinya semakin meningkat menimbulkan permasalahan dalam hal hasil buangan bahan bakar berupa tumpahan minyak yang apabila terakumulasi dalam jangka waktu yang cukup lama dan jumlahnya semakin meningkat akan dapat mempengaruhi kondisi biofisik kawasan baik kondisi perairan dapat mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang dan menurunkan
nilai
estetika
pariwisata
di
kawasan.Metode valuasi nilai lingkungan
khususnya untuk mengukur nilai ekonomi kawasan hutan wisata yang paling banyak dipakai adalah travel cost method / TCM (Ward et.al. 2000 dalam Raharjo, 2002). Menurut Parson (Champ, Kevin J.Boyle dan Thomas C. Brown (2003), metode ini umum diterapkan didalam analisa manfaat biaya dalam penilaian kerusakan terhadap sumberdaya alam dimana nilai-nilai rekreasi memiliki perannya. Metode biaya perjalanan ini menduga nilai
ekonomi sebuah kawasan wisata berdasarkan penialain yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat terhadap kenikmatan yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah obyek wisata, baik itu opportunuty cost maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi makanan, minuman, dan hotel (Ward et.al. 2000 dalam Raharjo, 2002). Untuk menghitung nilai ekonomi
dari
kegiatan
pariwisata
Taman
Nasional Bunaken,
didekati
dengan
mengetahui tingkat keinginan membay ar dari konsumen/pengunjung (willingness to pay) yang berkunjung ke obyek wisata tersebut yang dapat dilihat dari besaran biaya yang dikeluarkan oleh seseorang pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di Taman Nasional Bunaken. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui nilai ekonomi Taman Nasional Bunaken berdasarkan analisis biaya perjalanan pengunjung (travel cost) selama berkunjung ke obyek wisata tersebut dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar pengunjung membayar manfaat dari keberadaan Taman Nasional Bunaken. Sampel dalam penelitian nilai ekonomi kawasan Taman Nasional Bunaken ini adalah pengunjung dari Taman Nasional Bunaken itu sendiri. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik simple random sampling yang merupakan bentuk dari teknik probability sampling. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Solvin yang didasarkan pada tingkat kepercayaan yang digunakan dan jumlah populasi, yang ditentukan dengan rumus (M. Aziz Firdaus, 2012) :
n=
Dimana : n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = tingkat kesalahan Secara administratif Bagian Utara kawasan TN. Bunaken termasuk wilayah administrasi Kota Manado dan wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Utara. Sedangkan bagian selatan kawasan TN. Bunaken secara administratif termasuk wilayah administrasi Kabupaten Minahasa dan wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Selatan. Lokasi penelitian
dikonsentrasikan
di
Pulau
administratif kota Manado. Aksesibilitas
Bunaken TN.
yang
Bunaken
termasuk yang
kedalam
tinggi
wilayah
memudahkan
pengunjung untuk datang. Untuk lokasi-lokasi di Pulau, dari Pelabuhan Manado dengan menggunakan perahu motor hanya membutuhkan sekitar 20 menit untuk mencapai P. Siladen, atau sekitar 30 menit ke P. Bunaken, atau sekitar 45 menit ke P. Manado Tua,
sekitar 50 menit ke P. Mantehage dan sekitar 1 jam ke P. Nain. Untuk lokasi di daratan dari Kota manado dengan kondisi yang beraspal, sekitar 30 menit ke Molas (daratan TN. Bunaken Utara) dan sekitar 1,5 jam ke Teling (daratan TN. Bunaken Selatan). Taman Nasional Bunaken memiliki banyak
keanekaragaman flora dan fauna baik di
daratan maupun di laut dan pesisir. Daratan di Taman Nasional Bunaken kaya dengan jenis-jenis flora palma, sagu, woka, silar dan kelapa. Sedangkan jenis-jenis faunanya antara lain Yaki (kera hitam Sulawesi) dan Kuskus yang merupakan penghuni hutan di Pulau Manado Tua. Wilayah laut dan pesisir memiliki komposisi terumbu karang yang proporsional dan kaya akan keanekaragaman jenis ikan karang, mamalia laut dan penyu laut. Potensi pariwisata di kawasan Taman Nasional Bunaken bersifat khusus yaitu wisata selam.
Atraksi utamanya adalah keanekaragaman hayati pesisir dan laut
meliputi ekosistem terumbu karang, ikan-ikan hias, ikan ekonomis, mamalia laut (dugong, paus, hiu, dan lumba-lumba) serta pemandangan lepas pantai.
Demikian pula
dengan keanekaragaman jenis burung berada di ekosistem mangrove. Kegiatan wisata di Taman Nasional Bunaken berupa pengamatan potensi alam, menyelam, snorkeling, berkatamaran, mendaki Gunung Manado Tua, wisata budaya, bersampan di antara rataan terumbu karang dan tubir, berjemur di pantai, dan santapan ikan laut (wisata kuliner) di pantai liang Pulau Bunaken. Wisata penyelaman di Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu primadona kunjungan wisatawan di Propinsi Sulawesi Utara. Terdapat 66 titik penyelaman (dive spot) di kawasan Taman Nasional Bunaken yang tersebar di pulau-pulau maupun di kawasan pesisir, serta terdapat 34 jasa wisata penyelaman
yang
menawarkan
keperluan bagi pengunjung seperti pemandu wisata,
peralatan selam, dan penginapan (cottage).
3.2 ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA ALAM CURUG SEWU, KABUPATEN KENDAL DENGAN PENDEKATAN TRAVEL COST Pariwisata
merupakan
sektor
yang
sangat
kompleks
karena
pariwisata
bersifatmultidimensi, baik fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik. Selain itu kegiatan pariwisatasebagai kegiatan matarantai akan melibatkan berbagai sektor dan lembaga yang terkait.Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik sektor lain untukberkembang
pula
karena
produk-produknya
diperlukan
untuk
menunjang
industripariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat,
peningkatankesempatan kerja, dan lain sebagainya.Kecenderungan perkembangan dunia pariwisata mulai meninggalkan konsep pariwisata massal dan mengarah kepada konsep pariwisata lingkungan (ecotourism),dimana keaslian potensi kekayaan alam dan peran serta masyarakat setempat dibutuhkan. Penilaian
terhadap
suatu
kawasan
wisata
memiliki
peranan
yang
dapat
menentukanpengembangan dari tempat wisata itu sendiri yang mencakup berbagai faktor yang berkaitandengan nilai sosial dan politik. Menurut Ward et.al, 2000 (dalam Rahardjo) metodepenilaian khususnya untuk mengukur nilai ekonomi wisata alam yang paling banyak dipakaiadalah Travel Cost Method (TCM). Metode ini menduga nilai ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat terhadap kenikmatan yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah objek wisata, baik itu opportunity cost maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi makanan, minuman, hotel, tiket masuk dan sebagainya.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan spesifikasi jumlah kunjungan tempat Wisata dipengaruhi oleh biaya perjalanan pengunjung (transportasi, tiket, parkir, konsumsi, dokumentasi, d11), biaya perjalanan ke objek wisata yang lain yaitu Simpang Lima, umur pengunjung, pendidikan, penghasilan per bulan, dan jarak. Potensi yang paling dominan yang dimiliki Wisata Alam Curug Sewu adalah pemandangan dari atas pegunungan yang sangat indah serta adanya daya tank keistimewaan air terjun Curug Sewu yang memiliki total ketinggian 70 meter yang terdiri dari tiga terjunan, masing-masing memiliki ketinggian 45 meter, 15 meter, dan 20 meter terlihat sangat indah dan menawan untuk dipandang. Selain itu air terjun Curug Sewu merupakan air terjun tertinggi di propinsi Jawa Tengah. Dengan potensi yang dimiliki tersebut menyebabkan sektor kepariwisataan di kawasan tersebut memiliki kecenderungan untuk berkembang dengan pesat.
3.3
APLIKASI BIAYA PERJALANAN ( TRAVEL COST) PADA WISATA ALAM
STUDI KASUS: AIR TERJUN JUMOG KABUPATEN KARANGANYAR Salah satu potensi ekowisata di Kabupaten Karanganyar adalah Air Terjun Jumog, di mana terletak di Kecamatan Ngargoyoso, Desa berjo, atau empat puluh kilometer (km) sebelah timur Surakarta. Pada tanggal 7 Agustus 2004 Air Terjun Jumog resmi dibuka oleh Bupati Karanganyar sebagai salah satu obyek wisata alam di Kabupaten Karanganyar, namun karena ada masalah internal pengelola membuat ada pergantian pengelolaan Air Terjun Jumog dari investor ke desa (BUMDes) pada tanggal 1 Oktober 2008, di mana
masyarakat akan
menjalani dan meng awasi seluruh kegiatan badan usaha milik desa tersebut.Air Terjun Jumog memiliki potensi berupa keadaan lingkungan sekitar lokasi masih alami dan jenis air terjun sendiri tidak terlalu tinggi sehingga dapat di manfaatkan sebagai terapi pengobatan. Potensi ini menjadikan Air Terjun Jumog sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Karanganyar. Travel Cost Method Logika sederhana metode ini, yaitu nilai manfaat dari suatu situs/kawasan akan setara dengan biaya perjalanan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengunjungi situs tersebut (Turner, 2004 dalam Adrianto, 2010). Metode ini dapat mengestimasi manfaat - manfaat ekonomi atau biaya-biaya sebagai hasil dari: · Perubahan-perubahan biaya masuk dari seb uah situs rekreasi. · Pengeluaran terhadap sebuah situs rekreasi yang ada. · Tambahan sebuah tempat rekreasi baru · Perubahan kualitas lingkungan pada sebuah situs rekreasi. Travel cost method (TCM) memiliki tiga pendekatan, yaitu: (1) Zonal travel cost , dapat dilak ukan hanya dengan menggunakan data sekunder dan beberapa data sederhana yang dikumpulkan dari para pengunjung. (2) Individual travel cost, menggunakan sebuah survei yang lebih terperinci terhadap para pengunjung. (3) Random utility, menggunakan survey dan data -data pendukung lainnya, serta teknik statistika yang lebih rumit.
TCM merupakan teknik yang pertama kali mengasumsikan bahwa nilai suatu tempat rekreasi berkaitan dengan biaya perjalanan yang dikeluarkan para pengunjung.Setidaknya ada tiga metode yang digunkan untuk menentukan nilai WTP dari seseorang untuk perbaikan lingkungan yaitu: 1. Revealed Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingne ss to pay dengan menghubungkannya pada sesuatu yang memiliki nilai pasar. 2) Imputed Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingness to pay
dengan melihat berapa besar
pengeluaran seseorang untuk mengurangi dampak dari buruknya kualitas lingkungan terhadap dirinya. 3) Expressed Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingness to pay dengan menggunakan survei untuk menanyakan secara langsung pada seseorang terhadap perubahan kualitas lingkungan yang didasarkan pada sebuah skenario hipotesis. METODE PENELITIAN Travel
cost m ethod atau biaya perjalanan merupakan metode yang digunakan
untuk
menilai Barang lingkungan yang tidak mempunyai harga pasar. Dalam penelitian ini Air Terjun Jumog dijadikan Oby ek peneliti u ntuk mencari tingkat kunjungan wisatawan dengan pen dekatan metode biaya perjalanan ( Travel Cost). Salah satu cara pengambilan sempel Penelitian dengan caranya dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada pengunjung. Informasi tentang tangapan masyarakat terhadap biaya perjalanan digunkan untuk menggambarkan kurva permintaan.
BAB IV KESIMPULAN 4.1 VALUASI NILAI EKONOMI TAMAN NASIONAL BUNAKEN : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Estimasi Nilai ekonomi wisata alam (kesediaan membayar) Taman Nasional Bunaken dihitung dari wisatawan nusantara adalah sebesar Rp. 140.405.171.010, dengan nilai surplus konsumen sebesar Rp. 6.433.440.930 atau sebesar
Rp. 232.271 per individu.
Sedangkan untuk estimasi nilai ekonomi wisata alam (kesediaan membayar) Taman Nasional Bunaken dihitung dari wisatawan mancanegara adalah sebesar US$ 13.054.000 dengan nilai surplus konsumen sebesar US$ 232.000 atau sebesar US$ 8,36 per individu. Nilai tersebut sekaligus menunjukan opportunity cost atau biaya korbanan yang harus ditanggung
masyarakat
apabila
Taman
Nasional
Bunaken
mengalami
kerusakan
ekosistem dan kehilangan daya tarik wisatanya. 2. Surplus konsumen wisatawan nusantara sebesar US$ 24,12 (kurs Rp. 9.630/1 US$) dan konsumen surplus wisatawan mancanegara sebesar US$ 8,36, dengan demikian wisata alam Taman Nasional Bunaken layak untuk dikembangkan karena masih di dalam range estimasi surplus konsumen obyek wisata alam. 3. Faktor yang mempengaruhi secara signifikan nilai kesediaan membayar wisatawan nusantara membayar manfaat dari keberadaan Taman Nasional Bunaken adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama perjalanan wisata ke Taman Nasional Bunaken, sedangkan faktor jumlah biaya perjalanan ke objek wisata lain, pendapatan, jarak dan umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai kesediaan membayar wisatawan nusantara membayar manfaat dari keberadaan Taman Nasional Bunaken. 4. Faktor yang mempengaruhi secara signifikan nilai kesediaan membayar wisatawan mancanegara membayar manfaat dari keberadaan Taman Nasional Bunaken adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama perjalanan wisata ke Taman Nasional Bunaken dan nilai tukar paritas daya beli negara asal wisatawan mancanegra terhadap US Dollar, sedangkan faktor jumlah biaya perjalanan ke objek wisata lain, pendapatan, jarak, dan
umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai kesediaan membayar wisatawan nusantara membayar manfaat dari keberadaan Taman Nasional Bunaken. 4.2
ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA ALAM CURUG SEWU,
KABUPATEN KENDAL DENGAN PENDEKATAN TRAVEL COST Dari hasil penghitungan regresi menunjukkan konsistensi terhadap teori bahwabiaya perjalanan (travel cost) memberikan tanda negatif. Hal ini menjelaskan bahwakonsumen (yaitu pengunjung Curug Sewu) memilih untuk lebih banyak melakukankunjungan wisata pada biaya perjalanan yang lebih rendah sebagaimana hubungan antaraharga dan jumlah barang yang dibeli (hukum permintaan dalam teori ekonomi).Variabel biaya perjalanan di objek wisata lain yang dalam hal ini dipilih SimpangLima, menunjukkan tanda negatif yang berarti terjadi hubungan komplementer antar kedua barang. Variabel penghasilan per bulan menunjukkan tanda positif, yang berarti semakin tinggi penghasilan seseorang maka semakin tinggi jumlah kunjungan Wisata Alam Curug Sewu sebagaimana hubungan antara jumlah permintaan dan pendapatan (income) dalam teori permintaan. Hal ini berarti bahwa Curug Sewu merupakan barang normal. Akan tetapi karena nilainya yang sangat kecil (– 0,000001155) maka Curug Sewu merupakan barang normal yang cenderung inferior. 4.3 APLIKASI BIAYA PERJALANAN ( TRAVEL COST) PADA WISATA ALAM STUDI KASUS: AIR TERJUN JUMOG KABUPATEN KARANGANYAR Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yang telah diuraikan pada BAB IV, secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Karakteristik sosial ekonomi responden menunjukan sebagaian besar dari responden adalah perempuan dengan persentase (48.18%), usia responden sebagian besar berusia 19 22 dengan persentase (60%), dari tingkat pendidikan responden sebagian besar lulusan dari SMA/SMK/MAN dengan persentase (63.64%), jenis pekerjaan dari responden yang berkunjung
sebagian
besar
Pelajar/mahasiswa
dengan
persentase (60.91%), dan
pendapatan perbulan dari responden rata -rata sebesar < Rp 500.000 dengan persentase (48.18%). Krakteristik dari pengunjung Jumogsendiri sepadamotor
untuk
alat
transportasi sebesar
sebagian
(93.64%),
je nis
besar
menggunakan
kunjungan
sendiri
mayoritas dari responden Air Terjun Jumog merupakan berdua dengan persentase (60%) dengan tujuan berkunjung untuk rekreasi, sebesar (56.36%) dari responden merupakan kunjungan pertama berkunjung ke Jumog, lama waktu kunjungan sendiri rata -rata 30
sampai 90 menit dengan persentase (43.64%) dengan tanggapan mengenai fasilitas Air Terjun Jumog memuaskan dengan persentase (49.09%) dan kempuasan akan pelayanan pengelola Air Terjun Jumog para responden berpandapat memuaskan dengan persentase (75.45%). 2) Hasil analisis trend Air Terjun Jumog di mana menggunakan data timeseries pada tahun 2005 sampai tahun 2009, dengan tahun dasar pada tahun 2007 menunjukan trend Air Terjun Jumog mengalami peningkatan
pengunjung sebesar 56613 orang pada tiap
tahunnya. 3)
Hasil yang diperoleh dari analisis biaya perjalanan di mana akan menunjukan
surplus konsumen dan total manfaat bagi pengunjung Air Terjun Jumog. Total manfaat pengunjung pada karcis masuk sama dengan nol adalah sebesar Rp74.578.533,33 ,- , sedangkan j ika surplus konsumen per 1000 penduduk per tahun pada tarif karcis masuk Rp 3000,- adalah Rp 41.230.347,21 ,-. Besaran nilai rata -rata kesediaan untuk membayar (WTP) per pengunjung terhadap pengembangan fasilitas di Air Terjun Jumog adalah Rp 7014,06,4) Bentuk fungsi model empirik yang paling baik dalam penelitian ini adalah bentuk log log. Hasil analisis regresi menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) . Variable biaya perjalanan (TC) dan Variabel
BAB V REFERENSI Djijono, 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wisata Wan AbdulRachman, Propinsi Lampung, Makalah Pengantar Falsafah sains (PPS702), http://rudyct.tripod.com/sem 023/ adnan_wantasem.htm Suparmoko, 1997. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, BPFE-Yogyakarta Salma, Irma Afia dan Indah Susilowati. 2004. Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu,
Kabupaten
Kendal
dengan
pendekatan
Pembangunan Vo. 1 No. 2/Desember 2004 :153-165.
Travel
Cost.
Dinamika