Tujuan : Membedakan bakteri gram positif dan gram negatif
Dasar Teori Teknik pengecatan Gram dikembangkan oleh Hans Christian Gram (dokter berkebangsaan Denmark, 1884). Pengecatan Gram merupakan salah satu langkah awal mengidentifikasi sel bakteri yang memisahkan bakteri menjadi 2 kelompok yaitu bakteri Gram positif (berwarna ungu/biru) dan bakteri Gram negatif (berwarna merah) Perbedaan 2 kelompok bakteri ini didasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol. Bakteri gram positif tidak mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet dan pada tahap akhir pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin. Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru. Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek. Alat dan bahan : - biakan bakteri - larutan kristal violet - larutan iodin - larutan alkohol (etil alkohol 95%) - kaca objek dan kaca penutup - mikroskop
- jarum ose - bunsen (lampu spiritus) - aquadesh Langkah Kerja : 1. Kaca objek dibersihkan dengan alkohol dan dilewatkan beberapa kali pada nyala api bunsen 2. Membuat olesan tipis bakteri dengan mengambil isolat bakteri dengan jarum ose secara aseptis dan diberi 1-2 tetes aquadesh. Kering anginkan dan melewatkannya pada nyala api bunsen (lampu sriritus) 3. Olesan tersebut dibubuhi kristal violet (Gram A = cat utama), dibiarkan selama 30 detik, kemudian dicuci pada air mengalir hingga tetesan menjadi bening, dianginkan hingga kering
4. Dibubuhi dengan larutan iodin (Gram B = larutan mordan), dibiarkan selama 30 detik, kemudian dicuci pada air mengalir hingga tetesan menjadi bening, dianginkan hingga kering 5. Melakukan dekolorisasi dengan dibubuhi etil alkohol 95% selama 10-20 detik, segera aliri dengan air selama beberapa detik untuk menghentikan aktivitas dekolorisasi, dianginkan hingga kering 6. Olesan bakteri ditetesi dengan safranin selama 20-30 detik, dicuci dengan air mengalir selama beberapa detik untuk menghabiskan sisa-sisa cat. Selanjutnya air dihisap dengan kertas penghisap dan kering anginkan
7. Melakukan pengamatan dengan mikroskop dan sel-sel yang tampak, digambar pada lembar kegiatan Preparat basah bakteri dengan pewarnaan GramPerbesaran : … kali Gambar. Keterangan1. 2. Mari kita diskusikan: 1. Bagaimana hasil pengamatan dari bakteri setelah dilakukan pewarnaan Gram? 2. Mengapa sel bakteri ada yang berwarna biru (ungu) dan merah? 3. Apakah sel yang berwarna merah selalu bakteri gram negatif? Catatan : - Kegiatan ini memerlukan bimbingan dari guru, membutuhkan peralatan dan bahan laboratorium khusus seperti jarum ose, kaca objek, bunsen, larutan kristal violet, iodin, alkohol, safranin dan mikroskop - Teknik aseptis dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi mikroba. Teknik aseptis yang dilakukan pada kegiatan ini pada saat awal membersihkan kaca benda dan pada saat membuat olesan pada kaca benda dari biakan bakteri
II. Judul Praktikum : Pewarnaan Tahan Asam ( Zeihl neelsen ) Posted by ardianlis in Uncategorized Maret 19, 2012 III. Tujuan Praktikum 1. Melihat morfologi dan sifat tahan asam dari bak teri 2. Untuk mencari BTA IV. Dasar Teori Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau sputum. Dahak yang diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari 5000 dalam 1 cc dahak, maka itu tidak akan kelihatan di bawah mikroskop. Dahak yang diambil ialah dahak yang kental kuning kehijauan sebanyak 3-5 cc, dengan waktu pengambilan sebagai berikut : Dahak sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik.§
Dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur§ Dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut.§ Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam rongga mulut. Biasanya dalam ludah tidak terdapat kuman TB. Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang serumpun) berwarna merah dan yang lainlain akan berwarna sesuai warna kontras. Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri – ciri khas Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif. Sekali diwarnai de ngan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95 % etil alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol) dengan cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobakteria. Sifat tahan a sam ini bergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Pada dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat diperlihatkan karena memberi fluoresensi kuning jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin, rodamin). V. Alat dan Bahan Alatü o Mikroskop o Ose o Lampu spritus o Objek gelas o Gelas sediaan Bahanü o Sputum/dahak o Carbol Fuchsin o Alkohol 70% o methylen blue 0,3% o Minyak Immersi VI. Metode Kerja : 1. Pakailah masker 2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 3. Diambil kaca sediaan yang bersih, bebas lemak dan tidak ada goresan. 4. Disiapkan sebuah kaca sediaan yang diberi tanda ukuran 2X3 cm sebagai pola. 5. Diletakkan kaca pola dibawah kaca sediaan. 6. Lampu speritus dinyalakan dan ose dipanaskan sampai membara mulai ujung sampai kepangkal. 7. Dengan menggunakan ose steril lalu diambil bagian sputum yang kental berwarna putih
kekuninggan atau putih kehijauan, lalu diletakkan pada kaca sediaan. 8. Sputum diratakan 9. Kemudian tangkai ose digoyangkan pelan-pelan untuk melepaskan sisa partikel sputum yang melekat pada ose. 10. Letakkan ose berdekatan pada api spiritus, setelah kering barulah dibaka r sampai pijar. 11. Keringkan sediaan pada suhu kamar, jangan dikeringkan di atas nyala api. sediaan dilewatkan diatas nyala api lampu speritus sebanyak 3 X selama 3-5 detik. 12. Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan dengan apusan menghadap ke atas. 13. Tuangkan Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh permukaan kaca sediaan. 14. Panaskan kaca sediaan secara hati-hati dengan caara melewatkan nyala api pada bagian bawah kaca sehingga keluar uap(jangan sampai mendidih) selama 3 menit. 15. Sediaan dibiarkan hingga dinginn selama 5 menit. 16. Sediaan dicuci dengan air mengalir. 17. Tuangkan asam alkohol 70% di atas kaca sediaan sampai warna merah dari fuchsin hilang. 18. Sediaan dicuci dengann air mengalir 19. Tuangkan larutan methylen blue 0,3% diatas sediaan dan biarkan selama 10-20 detik atau larutan methylen blue 0,1% selama 1 menit. 20. Sediaan dicuci dengan air mengalir dan keringkan pada suhu kamar. 21. Sediaan yang sudah kering diperiksa dibawah mikroskop. 22. Teteskan satu tetes minyak emersi diatas sediaan, periksa dengan okuler 10X dan objektif 100X. 23. Carilah basil tahan asam (BTA) yang berwarna merah dengan latar belakang biru. 24. Periksa paling sedikit 100 lapangan pandang dengan cara menggeserkan sediaan dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiripada garis lurus. 25. Foto hasil pengamatan dan buatkan laporan VII. Pembahasan Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) merupakan uji makroskopik yang memiliki nilai diagnosa yang tinggi karena pemeriksaan tersebut dapat memangkas isolasi bakteri yang akan memakan waktu sampai 8 minggu. Cara pengambilan spesimen harus di perhatikan, contohnya dalam pengambilan sampel darah atau dahak / sputum bukan hanya harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari kontaminasi, namun juga harus diperhatikan waktu pengambilannya, karena infeksi bakteri memiliki siklus tertentu. Hati-hati dengan hasil false positive dan false negative. False positif maksudnya dalam sampel seharusnya tidak ditemukan bakteri namun dalam pelaporan / pengerjaan ditemukan bakteri. Hal ini bisa terjadi bila dalam pengerjaan terjadi kontaminasi. False negatif maksudnya dalam sampel seharusnya terdapat bakteri namun dalam pengerjaan / pelaporan tidak ditemukan bakteri. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya ketelitian dalam penggunaan ose. Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue. Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut : • Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif • Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan. • Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
• Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+) Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+) VIII. Hasil Pengamatan IX. Kesimpulan Setelah dilakukan pewarnaan di laboratorium secara mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl Neelsen dapat dilakukan identifikasi bakteri tahan asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan: Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan Ziehl-Neelsen tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna merah dengan warna dasar biru muda.j Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pada pewarnaan Ziehl-Neelsen, warna pertama, yang diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteri ajkan mengikat warna kedua. Dibawah miskroskop tampak bakteri berwarna biru tua dengan warna dasar biru yang lebih muda. Interpretasi hasil : BTA : warna merah dan Non BTA : warna biruj http://ardianlis.wordpress.com/2012/03/19/ii-judul-praktikum-pewarnaan-tahan-asam-zeihl-neelsen/
MACAM-MACAM TEKNIK PEWARNAAN BAKTERI Posted January 12, 2011 by aguskrisno in KAJIAN MIKROBIOLOGI UMUM. Leave a Comment Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dindin g sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008). Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu p reparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.(waluyo,2010) Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat (Entjang, 2003) Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008). 2.1 Macam-macam pewarnaan 2.1.1 Pewarnaan
Tujuan pewarnaan terhadap mikroorganisme ialah untuk : 1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi. 2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad 3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad. 4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia dapat diketahui. Langkah-langkah utama teknik pewarnaan 1. Pembuatan olesan bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis 2. Fiksasi, dapat dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti sabun, formalin, fenol. 3. Aplikasi zat warna : tunggal, atau lebih dari 1 zat warna
Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan respon sel bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang digunakan untuk pemisahan kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram, dan pewarnaan “acid -fast ”(tahan asam) untuk genus Mycobacterium. Untuk melihat struktur digunakan pewarnaan flagela, pewarnaan kapsul, pewarnaan spora, dan pewarnaan nukleus. Pewarnaan Neisser atau Albert digunakan untuk melihat granula metakromatik (volutin bodies) pada Corynebacterium diphtheriae. Untuk semua prosedur pewarnaan mikrobiologi dibutuhkan pembuatan apusan lebih dahulu sebelum melaksanakan beberapa teknik pewarnaan yang spesifik (Pelezar,2008). 2.1.2 Macam-Macam Pewarnaan
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Pewarnaan sederhana
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dap at dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat wa rna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
gambar pewarnaan sederhana 2. Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam
Pewarnaan differensial
Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:
Pewarnaan Gram Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853 – 1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karen a itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram. Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
Zat warna utama (violet kristal) Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama. Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama. Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan z at warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil u ngu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan pe rbedaan struktur dinding sel mereka. Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu 1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu. 2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ. 3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm). Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu: Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11 -22%), peptidoglikan terdapat didalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana. Tidak resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat Peka terhadap streptomisin Toksin yang dibentuk Endotoksin
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4 %), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kr istal. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit. Lebih resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut Tidak peka terhadap streptomisin Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Contoh bakteri gram posittif
contoh bakteri gram negatif
Sumber: “http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram
Pewarnaan Tahan Asam Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA). Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen.(anonymous,2009)
Bakteri Tahan Asam (pink) dan bakteri Tidak Tahan Asam (biru) Sumber: www.google.com 3. Pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan kapsul.
Pewarnaan Spora Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang paling ban yak digunakan. Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspores, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat carbol fuschsin harus dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam mycolic dari Mycobacterium . Skema prosedur pengecatan Spora Schaeffer Fulton
Sumber http://images.suite101.com/400620_com_endosporestainprocpscanite.jpg Protokol pewarnaan diferensial endospores dan sel vegetatif adalah sebagai berikut:
Sumber: Prinsip kerja: Spora kuman mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas walaupun dilunturkan dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari methylen blue. Cara Kerja : • Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak. • Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada penangas air 80oc selama 10 menit. • Dibuat sediaan dan dikeringkan. • Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik • Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah mengalir. • Sediaan dicuci dengan air. • Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan dikeringkan. • Diperiksa dibawah mikroskop.
Pewarnaan flagel Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloi d garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
Pewarnaan kapsul Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap. 4. Pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri :
pewarnaan Neisser (granula volutin),
pewarnaan yodium (granula glikogen).
5. Pewarnaan negatif
Tujuan Mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta Cara pewarnaan negatif - Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat dimikroskop Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.pewarna asam memiliki negatif charge kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang berwarna. Kajian religi 1. Al-Furqon: 2
2. Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya[1053]. [1053] Maksudnya: segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-masing dalam hidup. 2. An nahl: 12 12. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),
1. Al-Baqarah : 164
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,. diakses pada tanggal 14 April 2009, Makassar. Fauziah., 2008, www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1- 2x/6/Praktikum6.pdf. diakses pada tangan 04 April 2009, Makassar. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/12/macam-macam-teknik-pewarnaan-bakteri/
Senin, 21 Desember 2009 PENGAMATAN MORFOLOGI BAKTERI DENGAN PENGECATAN NEGATIF DAN SEDERHANA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PENGAMATAN MORFOLOGI BAKTERI DENGAN PENGECATAN NEGATIF DAN SEDERHANA
OLEH SURYATI
NIM 0402509005
Tanggal Praktikum: 31 Oktober 2009 PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2009/2010 PENGAMATAN MORFOLOGI BAKTERI PENGECATAN NEGATIF I. TUJUAN Untuk melihat bakteri dengan metode yang cepat, dengan latar belakang gelap dan dapat dipakai untuk mengukur besarnya bakteri. II. LANDASAN TEORI Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan dan interaksinya dengan makhluk lain dapat berupa kompetisi, simbiosis mutualisme, parasitisme maupun komensalisme. Dalam ekosistem bakteri berperan sebagai Dekomposer. Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nucleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai prokariota, kare na bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukariota. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mere ka. Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di manamana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak pathogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargareta). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagella yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain. Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον yang memiliki arti "small stick". Adapun ciri-ciri bakteri adalah : a. Tubuh uniseluler (bersel satu) b. Tidak berklorofil c. Reproduksi dengan cara membelah diri (dengan pembelahan amitosis) d. Habitat bakteri hidup di mana-mana (tanah, air, udara dan makhluk hidup) e. Ukuran bakteri 0 -3 mikron
A. Struktur sel
Gambar 1. Struktur sel prokariota B. Morfologi/bentuk bakteri
Gambar 2. Berbagai bentuk tubuh bakteri Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: 1. Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat sepert i bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut: o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal o Diplococcus, jka bergandanya dua-dua o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus o Staphylococcus, jika bergerombol o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai 2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut: o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai 3. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut: o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran o Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran Bentuk tubuh/Morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, m edium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua. C. Alat gerak bakteri
Gambar 3. Alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik; Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu: 1. Atrik, tidak mempunyai flagel 2. Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya. 3. Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya. 4. Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya. 5. Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah: Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembaban, dan cahaya. 1. Suhu Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan: 1. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0 ° – 30°C, dengan suhu optimum 15°C. 2. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C. 3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75°C, dengan suhu optimum 50 - 65°C Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93° – 500°C. 2. Kelembapan Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. 3. Cahaya Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila ke adaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya. Bakteri dapat dilihat dengan mikroskop biasa tanpa pengecatan yaitu dengan cara khusus misal hanging drop, namun pengamatannya lebih sukar karena bakteri transparan. Untuk melihat sel bakteri lebih j elas sampai struktur selnya, perlu dilakukan pengecatan. Beberapa pengecatan pada bakteri adalah Pengecatan Negatif, Sederhana dan Gram. Ke tiga pegecatan ini digunakan untuk mengetahui bentuk bakteri. Kemudian Pengecatan Spora bakteri digunakan untuk melihat bagian-bagian bakteri. Pengamatan bakteri dengan Pengecatan Negatif bukan untuk mewarnai bakteri, te tapi mewarnai latar belakangnya menjadi gelap, pada permukaan ini bakteri kelihatan transparan dan tampak jelas diantara medan yang gelap, karena pewarna terse but tidak menembus bakteri. Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT 1. Mikroskop dengan perbesaran kuat 2. Gelas benda dan gelas penutup 3. Ose lurus 4. Pipet 5. Batang gelas 6. Lampu spiritus B. BAHAN 1. Biakan bakteri dalam medium padat (agar) umur 24 - 48 jam 2. Larutan cat nigrosin atau tinta cina 3. Xilol 4. Minyak emersi 5. Alkohol 70 % 6. Kertas tissue IV. CARA KERJA 1. Membersihkan gelas benda dengan alcohol kemudian di ganggang di atas lampu spiritus. 2. Mengambil satu ose biakan bakteri secara aseptis kemudian diletakkan di atas gelas benda. 3. Meneteskan larutan nigrosin satu atau dua tetes di at as biakan tadi. 4. Meratakan biakan bakteri yang sudah tercampur nigrosin dengan batang ge las sehingga merupakan lapisan yang tipis sekali. 5. Mengering anginkan. 6. Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat memakai minyak emersi. 7. Menggambar dan memperhatikan bentuk bakter yang tampak transparan dengan latar belakang gelap. V. HASIL PENGAMATAN 1. Gambar koloni bakteri dalam medium agar
2. Gambar mikroskopis bakteri dengan perbesaran 10 x 10 VI. PEMBAHASAN Pada praktikum ini pengecatan yang digunakan adalah pengecatan negatif. Pengecatan negatif bertujuan untuk melihat bakteri dengan latar belakang yang gelap dan dapat dipakai untuk mengukur bentuk dan besarnya bakteri. Selain itu pengecatan negatif mer upakan metode yang cepat untuk melihat bakteri. Pada pengecatan negatif suspensi kuman dibuat dalam zat warna nigrosin/tinta cina. Dalam hal ini
kuman tidak diwarnai dan tampak sebagai benda-benda terang dengan latar belakang hitam. Berhasilnya metode pewarnaan yang dilakukan dengan pengecatan negatif perlu diperhatikan terutama adalah dalam hal ketika sterilisasi alat. Mengapa pada sterilisasi jangan sampai terabaikan karena dalam hal sterilisasi jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diiginkan. Di mana sterilisasi dapat mempengaruhi hasil praktikum yaitu dengan sterilisasi tidak terjadi atau tidak berlangsung dengan baik, maka akan tumbuh makhluk hidup/mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dan hal terse but akan mempengaruhi hasil praktikum. Selain itu saat pengeringan harus benar-benar kering agar pr eparat tidak rusak. Khususnya untuk pewarnaan negatif diperhatikan pula jumlah nigrosin yang digunakan jangan sampai berlebih, campuran mikroorganisme dan pewarna harus diseret di atas kaca obyek bukan sekedar didorong. Pada pengecatan negatif terlihat bakteri soliter dengan warna biru cerah berbentuk batang dengan ujungnya sedikit bentuk persegi. Bakteri tersebut adalah Bacillus subtilis. Bakteri subtilis merupakan kuman golongan Bacillaceae berbentuk batang (basil) dan berspora (endospora) bersifat gram positif. Bergerak negatif dan tumbuh secara aerob. Dapat menyebabkan penyakit Meningitu, endokardilis, infeksi mata dan lain-lainnya. Selain menyebabkan penyakit ada pula peranan bakteri yang menguntungkan yaitu sebagai pengurai (saprofit). Penghasil antibiotik dari golongan bakteri Actinomycetes, penghasil bahan pangan seperti, Lactobacillus bulgaricus sebagai penghasil yogurt, Acetobacter xylinum sebagai penghasil Nata decoco, yang berfungsi juga sebagai pengikat N2 bebas di udara. Dari pengamatan tersebut tampak endospora Bacillus yang berbentuk sentral, warna bakte ri dengan latar belakang gelap. Pada Bacillus subtilis jenis-jenis ataupun letak endospora terbagi menjadi tiga, yaitu : 1. Endospora yang letaknya diterminal, yaitu posisi endospora pada sel bakteri berada di ujung. 2. Endospora subterminal Merupakan sel bakteri dengan letak endospora diantara sentral dan ujung dari badan sel. 3. Endospora sentral Merupakan sel bakteri di mana letak endosporanya berada tepat di tengah dari badan sel. Percobaan morfologi bakteri tidak terlepas dari kendala-kendala yang dapat mengurangi akurasi pengamatan. Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah : 1. Pada tahap sterilisasi bila keadaan dari perlakuan kurang sempurna dapat menyebabkan salah pengamatan. 2. Penggunaan bahan sampel yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada preparat. 3. Hasil pengamatan yang berbeda dari setiap praktikan menyebabkan persepsi yang berbeda, sehingga kadang mempengaruhi pemahaman yang signifikan antar praktikan. 4. Terjadinya kerusakan pada alat seperti halnya mikroskop. 5. Selain itu kadang masih ada praktikan yang belum benar-benar mampu dalam mengoperasikan mikroskop, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil pengamatan yang diinginkan/yang sesuai dengan teori. Langkah-langkah untuk menanggulangi kerusakan akibat dari kendala-kendala tersebut di atas hendaknya praktikan benar-benar memahami dan bersungguh-sungguh atas apa yang akan dipraktekkan serta berhati-hati dalam pelaksanaan praktikum dan jika menemukan kesulitan hendaknya berkonsultasi dengan Asisten praktikum atau Dosen Pengampu saat melaksanakan praktikum.
VII. KESIMPULAN 1. Pada pengecatan negatif terlihat bahwa bakteri tidak terwarnai dan tampak sebagai benda-benda terang dengan latar belakang gelap (hitam). 2. Gambar bakteri yang ditemukan adalah bakteri bentuk batang (Bacillus). 3. Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif dan bergerak negatif.
DAFTAR PUSTAKA Harnina, S. dkk. 2006. Diktat Asistensi dan Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Semarang: Biologi FMIPA UNNES. Http//www.E-dukasi.net Nirwati, Hera. Pembuatan Preparat dan Pengecatan dalam Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Mengetahui, Semarang, 5 Desember 2009 Dosen Pengampu Praktikan Dr. Siti Harnina Bintari, M.S Suryati
PENGAMATAN MORFOLOGI BAKTERI PENGECATAN SEDERHANA I. TUJUAN Untuk melihat struktur bakteri dengan pengecatan sederhana, latar belakang terang dan mengamati cirri-ciri tertentu bakteri. II. LANDASAN TEORI Pegecatan yang paling umum digunakan adalah pengecatan sederhana. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa). Cat yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Pengecatan sederhana memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi. Disamping itu pula dapat diamati struktur-struktur tertentu seperti endospora. Pada bakteri bentuk batang misalnya Bacillus subtilis jenis-jenis ataupun letak endospora terbagi menjadi tiga, yaitu : 1. Endospora yang letaknya diterminal, yaitu posisi endospora pada sel bakteri berada di ujung. 2. Endospora subterminal Merupakan sel bakteri dengan letak endospora diantara sentral dan ujung dari badan sel.
3. Endospora sentral Merupakan sel bakteri di mana letak endosporanya berada tepat di tengah dari badan sel. III. ALAT DAN BAHAN A. ALAT 1. Mikroskop dengan perbesaran kuat 2. Gelas benda dan gelas penutup 3. Ose lurus 4. Pipet 5. Batang gelas 6. Lampu spiritus B. BAHAN 1. Biakan bakteri dalam medium padat (agar) umur 24 - 48 jam 2. Larutan cat Ziehl Neelsen carbol fuchsin atau larutan cat Hucker’s crystal violet/Methylen blue. 3. Alkohol 70 % 4. Kertas tissue IV. CARA KERJA 1. Membersihkan gelas benda dengan alcohol sampai bebas lemak, kemudian diganggang di atas nyala lampu spiritus. 2. Mengambil secara aseptik 1 ose suspensi bakteri dan mer atakan diatas gelas benda seluas 1 cm. 3. Mengering anginkan preparat tersebut, hingga membentuk noda. 4. Setelah kering preparat lalu difiksasi dengan cara memanaskan di atas nyala lampu spiritus (melalukan preparat di atas nyala lampu spiritus 6 sampai 7 kali). 5. Setelah dingin meneteskan pada noda larutan cat sebanyak 1 atau 2 tetes, dan membiarkan selama 1 atau 2 menit. 6. Mencuci dengan air mengalir sampai sisa-sisa cat tercuci se luruhnya. 7. Selanjutnya mongering-anginkan preparat. 8. Mengamati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat dengan minyak emersi. Se l-sel bakteri akan tampak berwarna merah (ungu) dengan latar belakang yang ter ang. 9. Menggambar bentuk-bentuk bakteri
V. HASIL PENGAMATAN 1. Gambar koloni bakteri dalam medium agar
2. Gambar mikroskopis bakteri dengan perbesaran 10 x 10
VI. PEMBAHASAN Pada pengecatan sederhana menggunakan pewarna cat Methylen blue. Dinamakan pengecatan sederhana karena pewarnaannya hanya menggunakan salah satu jenis zat warna yaitu dengan menggunakan cat Methylen blue. Pada umumnya bakteri mudah mudah bereaksi dengan pewarnapewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (menyukai/cenderung ke basa). Pewarnaan ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan tipe morfologi kokus, basillus, vibrio, spirillum dan sebagainya, serta struktur-struktur tertentu seperti endospora. Pada pengecatan sederhana terlihat bakteri yang terpisah-pisah agak berj auhan dengan bentuk batang. Pada bagian dalam sel tampak berwarna kebiruan. Hal ini karena dinding sel Bacillus permeabilitas dinding selnya kurang sehingga zat warna yang masuk tak dapat keluar. Selain itu tampak bakteri berbentuk batang pendek, dengan dinding sel berwarna biru, tampak adanya bakteri yang mengumpul tetapi terpisah-pisah dinding selnya. Bakteri yang terlihat adalah Escherichia coli. Untuk sel-sel Escherichia coli pada bagian sitoplasmanya nampak berwarna merah, warna tersebut dikarenakan adanya granula metakromatik. VII. KESIMPULAN 1. Pada pengecatan sederhana bakteri Escherichia coli tampak sebagai se l berwarna merah dan bakteri Bacillus subtilis tampak sebagai sel berwarna biru dengan latar belakang terang. 2. Granula sitoplasma bakteri bila diwarnai dengan zat warna biru tua tidak ber warna biru tapi berwarna merah disebut granula metakromatik. DAFTAR PUSTAKA Harnina, S. dkk. 2006. Diktat Asistensi dan Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Semarang: Biologi FMIPA UNNES. Http//www.E-dukasi.net Nirwati, Hera. Pembuatan Preparat dan Pengecatan dalam Petunjuk P raktikum Mikrobiologi, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Mengetahui, Semarang, 5 Desember 2009 Dosen Pengampu Praktikan
http://suryagobiologi.blogspot.com/2009/12/pengamatan-morfologi-bakteri-dengan.html