LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Percobaan
: Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet
Kelompok
: 10-C
Nama/NIM
: Madarina Avianty
/3311111099
Tria Yunidasari
/3311111108
Mutiara Fairdiyanti Puteri
/3311111109
Dimasnanda Nur Muhammad
/3311111112
Tanggal Percobaan
: 05 Desember 2012
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Prinsip Percobaan
Berdasarkan efektifitas pengawet (nipagin) untuk menghambat pertumbuhan mikroba.
1.2. Tujuan Percobaan
Mengetahui beberapa jenis bahan pengawet
Mengetahui cara pengujian dari efektivitas bahan pengawet
Mengetahui
efektivitas
mikroorganisme.
bahan
pengawet
terhadap
pertumbuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pengawet adalah bahan tambahan yang sering digunakan pada obat, makanan, kosmetika dan bahan alam. dengan tujuan untuk memperpanjang masa sampannya tetapi tidak untuk tujuan menutupi keburukan sediaan tersebut. Bahan pengawet yang dipakai dapat berupa bahan alam atau bahan sintesis/kimia. beberapa contoh bahan pengawet alam adalah kunyit, jahe, laja. sedangkan bahan pengawet sintesis yaitu : senyawa benzoat, sorbat, nipagin, dan masih banyak yang lain. Pemilihan bahan sebagai pengawet sangat tergantung dari sifat fisika dan kimia sediaan yang akan di awetkan dan tujuan penggunaan pengawet tersebut, sehingga jenis dan jumlah yang digunakan dapat bervariasi. misalnya penggunaan benzoat untuk minuman ringan, yang diijinkan adalah tidak boleh lebih dari 500mg/kg. semua ini diatur oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Indonesia, melalui PerMenKes RI. No.722/MenKes/Per/88 yang telah direvisi pada tahun 2001. Diharapkan melalui cara ini penggunaan bahan pengawet pada semua sediaan dapat diawasi dengan ketat. Untuk dapat mengefektifkan penggunaannya, Farmakope Indonesia Edisi IV telah memuat metode uji mikrobiologinya. cara ini diharapkan dapat membantu menentukan jenis dan jumlah bahan pengawet yang tepat untuk di gunakan pada sediaan uji. Pengawet antimikroba adalah zat yang ditambahkan pada sediaan
obatuntuk
melindungi
sediaan
terhadao
kontaminasi
mikroba.
Pengawet
digunakanterutama pada wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yangdapat masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi. Zat antimikroba tidak boleh digunakan semata-mata se mata-mata untuk menurunkan jumlahmikroba
variebel
sebagai
pengganti
cara
produksi
yang
baik.
Bagaimanapun juga dapat timbul keadaan yang memerlukan penggunaan pengawet untuk menekan perkembangbiakan mikroba. Harus diakui bahwa
adanya mikroba yang telah matiatau hasil metabolisme mikroba yang hidup dapat menimbulkan efek negatif pada orang yang peka. Setiap zat antimikroba dapat bersifat pengawet, meskipun demikian semuazat antimikroba adalah zat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secaramaksimum, pada penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadarpengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan k er ac un an pa da m anu si a. a. Pengujian berikut dimaksudkan untuk menunjukan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk-produk parenteral, telinga,hidung dan mata yang dicantumkan pada etiket produk bersangkutan. Pengujiandan pesyaratsan hanya berlaku pada produk di dalam wadah asli belum di buka yang didistribusikan oleh produsen. Pengawet digunakan terutama pada wadah dosis ganda untuk mengambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk secara sec ara tidak ti dak sengaja selama atau setelah proses produksi. Zat antimikroba tidak boleh digunakan semata-mata untuk menurunkan jumlahmikroba viabel sebagai pengganti cara produksi yang tidak baik. Cara kerja bahanpengawet terbagi menjadi dua, yaitu sebagai antimikroba dan sebagai antioksidan.Sebagai antimikroba artinya menghambat pertumbuhan kuman dan sebagai antioksidan maksudnya mencegah terjadinya oksidasi terhadap makanan sehingga tidak berubah sifat, contohnya mencegah makanan berbau tengik. Dalam suatukeadaan, pengawet digunakan untuk menekan perkembangbiakan mikroba. Setiapzat antimikroba dapat bersifat pengawet, meskipun demikian semua zatantimikroba adalah zat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara maksimum, pada penggunaan pe nggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracunan pada manusia. Faktor yang mempengaruhi aktivitas pengawet, diantaranya : 1. pH 2. Keberadaan fasa non-akuatik pada sediaan 3. Adsorpsi solid dalam suspensi 4. Adsorpsi pada kemasan plastik
Tujuan dari uji efektivitas pengawet adalah untuk menunjukan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda dengan dasar atau bahan pembawa air yang dicantumkan pada etiket. Contohnya : produk parenteral, tetes telinga, hidung, mata. Mikroba uji gunakan mikroba berikut : Candida albicans (ATCC No.
10231), Aspergillus niger (ATCC No. 16404), Escherchia coli (ATCC No. 8739), pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 9027) dan Staphylococcus aureus (ATCC No. 6538). Selain mikroba yang disebut diatas dapat digunakan mikroba lain sebagai tambahan terutama jika dianggap mikrobabersangkutan dapat merupakan kontaminan selama penggunaan sediaan tersebut. NO.
1.
MIKROBA UJI
Candida albicans
KETERANGAN
ATCC No. 10231
Mikroorganisme fungi golongan ragi (yeast).
Hidup
sebagai
mikroorganisme
komersial dalam tubuh manusia.
Dapat
bersifat
opportunistic
menyebabkan infeksi oral dan infeksi vagina pada manusia. 2.
Aspergillus niger
ATCC No. 16404
Merupakan
mikroorganisme
fungi
berfilamen.
Bila jumlah spora terhirup masuk ke paru-paru,
dapat
menyebabkan
penyakit paru-paru aspergilosis.
3.
Escherchia coli
Penyebab otomycosis.
Bakteri
ATCC No. 8739
yang
hidup
dalam
usus
mamalia.
Bakteri aerob dan anaerob fakultatif, non-spore foming, gram negative, rodshaped.
Fermentasi lactose dan menghasilkan
gas dalam waktu 48 jam pada 35 C. °
Penyebab infeksi saluran kemih dan diare.
4.
Pseudomonas aeruginosa
ATCC No. 9027
Merupakan aerob,
bakteri
gram
negative,
rod-shaped,
dan
bergerak
unipolar.
Biasanya
menginfeksi
saluran
pernafasan, saluran kemih, luka bakar, dan luka lainnya. 5.
Staphylococcus
aureus
ATCC No. 6538
Merupakan bakteri gram positif.
Merupakan
bakteri
yang
berwarna
kununig keemasan.
Merupakan
bakteri
komersial
pada
kulit manusia, di dalam hidung, usus, dan urin (kira-kira 25% dari populasi).
Menyebabkan
penyakit
kulit
(staphylococcal scaled skin syndrome).
Media untuk biakan awal mikroba uji, pilih media agar yang sesuai
untuk pertumbuhan yang subur mikroba uji, seperti Soybean-Casein Digest Agar Medium yang Medium yang tertera pada Uji Batas Mikroba. Soybean-Casein Digest Agar Medium (SCDA) dengan komposisi sebagai berikut :
Digesti pankreatik kasein P
15 g
Digesti papain tepung kedele P
5g
Natrium klorida P
5g
Agar P
15 g
Air
pH setelah sterilisasi 7,3
ad
1000 mL
Pembuatan
inokula
sebelum
pengujian
dilakukan,
inokulasi
permukaanmedium agar a gar bervolume yang sesuai, dengan biakan persediaan segar mikroba yang akan digunakan. Inkubasi biakan bakteri pada suhu 30° hingga 35° selama18 jam sampai 24 jam, biakan Candida albicans pada suhu 20° hingga 25° selama48 jam dan biakan Aspergillus niger pada suhu 20° hingga 25° selama 1 minggu. Sebagai alternatif mikroba dapat ditumbuhkan di dalam media cair yangsesuai, dan panenan sel dilakukan dengan cara sentrifugasi, dicuci dandisuspensikan kembali dalam larutan natrium klorida P 0,9% steril sedemikianrupa hingga dicapai angka mikroba atau spora yang dikehendaki. Tetapkan jumlah satuan pembentuk koloni tiap ml dari setiap suspensi,dan angka ini dugunakan untuk menetapkan banyaknya inokula yang digunakanpada pengujian. Jika suspensi yang telah dibakukan tidak digunakan, suspensidipantau secara berkala dengan metode lempeng angka mikroba aerob total sepertitertera pada uji batas mikroba untuk menetapkan menetapkan penurunan viabilitas. Untuk
memantau
angka
lempeng
sediaan
uji
yang
telah
diinokulasigunakan media agar yang sama seperti media untuk biakan awal mikroba yangbersangkutan. Jika tersedia inaktivator pengawet yang khas, tambahkan sejumlahyang sesuai ke dalam media lempeng agar. Prosedur
jika
wadah
sediaan
dapat
ditembus
secara
aseptik
menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet, lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan.Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 ml sampel ke dalam masing-masing 5 tabung bakteriologik bertutup, berukuran sesuai dan steril. s teril. Inokulasi masing-masing wadah atau tabung dengan salah satu suspensi mikroba baku, menggunakan perbandingan 0,10 ml inokula setara dengan 20 mlsediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkansedemikian rupa hingga jumlah mikroba di dalam sediaan uji segera setelahinokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000 per ml. Tetapkan jumlah mikrobavariabel di dalam tiap suspensi inokula , dan hitung angka awal mikroba tiap ml sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Inkubasi wadah atau tabung yang telah diinokulasi pada suhu 20° sampai 25°. Amati wadah atau tabung pada hari ke-7, ke-14, ke-21, ke-28 sesudah inokulasi. Catat
tiap perubahan yang terlihat dan tetapkan jumlah mikroba variabel pada tiap selang waktu tersebutdengan metode lempeng. Dengan menggunakan bilangan teoritis mikroba padaawal pengujian, hitung perubahan kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian. Penafsiran hasil suatu pengawet dinyatakan efektif dalam contoh yang diuji,
jika :
a. Jumlah bakteri variabel pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal. b. Jumlah kapang dan khamit variabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari jumlah awal. c. Jumlah tiap mikroba uji selama 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut a dan b.
BAB III METODE PERCOBAAN
3. 1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat
1. Cawan petri steril 2. Tabung reaksi steril 3. Ose bulat 4. Botol steril 5. Pipet media steril 6. Pipet 1 mL steril
3.1.2. Bahan
1. Media LB (Lactose Broth) 2. Media NA (Nutrient Agar) 3. Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) 4. Larutan nipagin 10% 5. Larutan gula 30 % mengandung bahan pengawet 6. Isolat suspensi bakteri 7. Isolat suspensi khamir 8. Isolat suspensi kapang
3. 2. Pengenalan Beberapa Jenis Pengawet
1. Disiapkan 80 mL media LB (Lactose Broth), 10 mL larutan natrium benzoate stok 10 % (untuk kelompok GANJIL), 10 mL larutan nipagin stok 10 % (untuk kelompok GENAP), 2 isolat suspensi bakteri, 1 isolat suspense khamir, 1 isolat susupensi kapang, 10 tabung reaksi steril (2 buah untuk kontrol), 2 tabung reaksi tidak steril yang telah ditara 10 mL (untuk pengenceran bahan pengawet).
2. Suspensi bakteri dan khamir diukur kekeruhannya setara dengan T = 25 % pada 258 nm dan kapang dengan T = 10% pada panjang gelombang radiasi yang sama. 3. Diisikan 8 mL media LB kedalam 8 tabung steril, beri nomor 1-8. Dua tabung sisanya, nomor 9 (di isi 10 mL media LB) dan tabung 10 (di isi 9 mL media LB dan 1 mL suspensi bakteri), keduanya untuk kontrol / pembanding 4. Dibuat larutan asam benzoat 5% sebanyak 10 mL dengan menggunakan larutan stok 10% (kelompok GANJIL) 5. Ditambahkan 1 mL larutan asam benzoat 10% ke dalam tabung 1,2,3,4 dan asam benzoat 5% pada tabung 5,6,7,8. 6. Ditambahkan @ 1 mL suspensi bakteri-1 ke dalam tabung 1 dan 5; bakteri-2 pada tabung 2 dan 6; khamir pada tabung 3 dan 7; kapang pada tabung 4 dan 8. Jangan lupa disiapkan juga 2 tabung kontrol (tabung 9 dan 10) 7. Semua tabung dikocok homogen tanpa membuat kapasnya basah. °
Tabung yang berisi bakteri diinkubasi pada 35-37 C selama 24 jam ; °
tabung berisi khamir pada 25-30 C selama 4 hari dan tabung berisi °
kapang pada 20-25 C selama 4-5 hari. 8. Data pengamatannya dicatat dalam tabel, dibandingkan kekuatan hambatan natrium benzoat yang berbeda konsentrasi dengan ke-4 mikroba uji yang digunakan. 9. Kelompok GENAP melakukan dengan cara yang sama untuk bahan pengawet nipagin 10. Didiskusikan antar kelompok untuk mendapatkan gambaran kekuatan hambatan kedua bahan pengawet terhadap aktivitas ke-4 mikroba uji
3. 3. Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet
1. Disiapkan sediaan uji (200 mL larutan gula 30% yang mengandung bahan pengawet, asam benzoat atau nipagin), 10 botol steril (kapasitas
30 mL), 1 pipet 1 mL, 1 pipet media, suspensi isolatn bakteri 1,2 ; suspensi isolat kapang, suspensi isolat khamir, 16 cawan petri steril CATATAN : Percobaan ini dikerjakan oleh kelompok GANJIL (1,3,5,7,9) menguji asam benzoat dan kelompok GENAP (2,4,6,8,10) menguji nipagin 2. Suspensi bakteri dan khamir memiliki kekeruhan setara dengan T=25% pada 258 nm dan kapang dengan T=10% pada panjang gelombang radiasi yang sama 3. Diisikan sediaan uji @20 mL pada 8 botol steril 4. Diinokulasikan 1 mL suspensi bakteri-1 pada botol 1 dan 5, bakteri-2 pada botol 2 dan 6; khamir pada botol 3 dan 7 dan kapang pada botol 4 dan 8 5. Botol 1,2,3,4 disimpan pada suhu kamar selama 30 menit dan botol 5,6,7,8 pada suhu kamar selama 7 hari
6. Botol 1,2,3,4 langsung diuji (duplo). CARA UJI :
a. Dipipet @ 1 mL sediaan dari setiap botol, dimasukkan dalam 2 cawan petri, campuran dihomogenkan, di lakukan pra-inkubasi selama 15 menit. b. Diinkubasi pada suhu yang tepat. Cawan yang mengandung °
sediaan dari botol 1 dan 2 diinkubasi pada 35-37 C (jumlah 4 cawan), cawan yang berisi cairan dari botol 3 pada 25-30 C °
(jumlah 2 cawan) dan cawan yang berisi cairan dari botol 4 pada °
suhu 20-25 C (jumlah 2 cawan). Total ada 8 buah cawan petri. 7. Dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme pada setiap cawan. 8. Cawan yang tidak terdapat pertumbuhan mikroba uji menunjukkan bahwa bahan pengawet yang digunakan masih efektif 9. Dilakukan
pengujian
yang
sama
untuk
botol
penyimpanan 7 hari (pada praktikum praktikum minggu depan)
5,6,7,8
setelah
BAB IV HASIL PERCOBAAN
a. Pengenalan Beberapa Jenis Pengawet
Media : LB (Lactose Broth) Bahan Uji : Pengawet Nipagin 0,25% dan 0,125%. Suspensi Mikroba : Suspensi Bakteri Escheri Bakteri Escherichia chia coli Hasil : Ditemukan adanya pertumbuhan bakteri pada
kedua tabung berisi Nipagin 0,25% dan 0,125%.
Media : LB (Lactose Broth) Bahan Uji : Pengawet Nipagin 0,25% dan 0,125%. Suspensi Mikroba : Suspensi Kapang Aspergillus Kapang Aspergillus niger niger Hasil : Ditemukan adanya pertumbuhan kapang pada
kedua tabung berisi Nipagin 0,25% dan 0,125%.
Media : LB (Lactose Broth) Bahan Uji : Pengawet Nipagin 0,25% dan 0,125%. Suspensi Mikroba : Suspensi Khamir Candida albicans Hasil : Ditemukan adanya pertumbuhan khamir pada
kedua tabung berisi Nipagin 0,25% dan 0,125%.
b. Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet Media : NA Sampel : Dari sampel uji diinokulasikan bakteri
selama 30 menit Bakteri : Escherichia Escherichia coli Hasil : Ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.
Media : NA Sampel : Dari sampel uji yang telah
diinokulasikan bakteri selama 7 hari Bakteri : Escherichia Escherichia coli Hasil : Ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.
Media : SDA Sampel : Dari sampel uji yang telah
diinokulasikan khamir selama 30 menit Bakteri : Candida albicans Hasil : Ditemukan adanya pertumbuhan khamir.
Media : SDA Sampel : Dari sampel uji yang telah
diinokulasikan khamir selama 7 hari Bakteri : Candida albicans Hasil : Ditemukan adanya pertumbuhan khamir.
Media : SDA Sampel : Dari sampel uji yang telah
diinokulasikan kapang selama 30 menit Bakteri : Aspergillus niger Hasil : Ditemukan adanya pertumbuhan kapang.
Media : SDA Sampel : Dari sampel uji yang telah
diinokulasikan kapang selama 7 hari Bakteri : Aspergillus niger Hasil : Tidak ditemukan adanya pertumbuhan
kapang.
Keterangan : Botol steril berisi sampel uji dari sediaan uji yaitu larutan Glukosa 30% dan Nipagin 0,25% yang telah diinokulasikan mikroba, ada yang didiamkan 30 menit dan ada yang didiamkan 7 hari.
BAB V PEMBAHASAN
Uji efektivitas bahan pengawet dilakukan untuk menetukan jenis dan jumlah bahan pengawet yang tepat digunakan pada sediaan uji. Uji efektivitas bahan pengawet dilakukan secara mikrobiologi dengan menggunakan media Lactose Broth (LB), Nutrient Agar (NA) dan Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Pada pengujian pengawet dalam tabung reaksi yang diisi dengan LB (Lactose Broth) dan Nipagin 0.25% dan 0,125% setelah diinokulasikan bakteri, kapang, dan khamir lalu diinkubasi. Hasil yang kami dapatkan pada semua tabung menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba setelah dibandingkan dengan kontrol positif dan kontrol negatif dari masing-masing mikroba yaiu bakteri, kapng dan khamir. Ini menunjukkan pengawet yang dipakai yaitu Nipagin 0,25% dan 0,125% tidak efektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Pada
pengujian
efektivitas
bahan
pengawet,
pada
sediaan
uji
diinokulasikan mikroba yaitu bakteri, kapang dan khamir dan didiamkan selama 30 menit dan 7 hari. Kemudian diinokulasikan pada media agar yaitu NA (Nutrient Agar) untuk bakteri dan SDA (Saboraud Dextrose Agar) untuk kapang dan khamir. Dari hasil pengamatan, pada sampel uji yang didiamkan 30 menit ditemukan positif adanya pertumbuhan bakteri pada media NA (Nutrient Agar) serta kapang dan khamir pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar). Lalu pada sampel uji yang telah didiamkan 7 hari pun ditemukan adanya pertumbuhan bakteri pada media NA (Nutrient Agar) serta kapang dan khamir pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar). Dari hasil ini bisa dikatakan bahwa pengawet Nipagin 0,25% yang terkandung pada sediaan uji merupakan pengawet yang tidak efektif.
BAB VI KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan pada metode cairan lactose broth (LB), bahan pengawet Nipagin 0,25% dan 0,125% tidak efektif menghambat pertumbuhan bakteri, kapang, dan khamir. 2. Kandungan Nipagin 0,25% pada sirup Glukosa 30% yang di simpan 30 menit dan 7 hari juga tidak efektif menghambat pertumbuhan bakteri, kapang, dan khamir.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope 1995. Farmakope Indonesia Indonesia ed.IV . Depkes RI : Jakarta.
Dwijoseputro. 2003. Dasar-Dasar 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta .
Buckle,K,A.1987. Ilmu Buckle,K,A.1987. Ilmu Pangan.UI-Press Pangan.UI-Press : Jakarta
Fardiaz, Srikandi.1992. Mikrobiologi Mikrobiologi Pangan I . PT. GramediaUtama : Jakarta.
LAMPIRAN
Pertanyaan :
1. Apakah yang dimaksud dengan bahan pengawet : Mengapa perlu sengaja ditambahkan pada makanan, obat, atau kosmetik ? jelaskan dengan singkat. Jawab :
Bahan pengawet adalah bahan tambahan yang sering digunakan pada obat, makanan, kosmetika dan bahan bahan alam.
tujuannya untuk memperpanjang masa simpannya tetapi tidak untuk tujuan menutupi keburukan sediaan tersebut.
2. Apakah tujuan tahap percobaan ‘Kontak Bahan Pengawet dengan Mikroba Uji’ ? jelaskan. Jawab :
Agar kita bisa menguji apakah mikroba tetap bisa tumbuh pada sampel yang padahal telah diberikan bahan pengawet. Bila saat hasil kontak bahan pengawet dengan mikroba uji diinokulasikan pada media yang sesuai kemudian diinkubasi tetap menunjukkan adanya mikroba yang tumbuh berarti pengawet tidak efektif. Jika pengawet tidak dikontakkan dengan mikroba sebelumnya, kemungkinan untuk meneliti tumbuh tidaknya mikroba akan sulit.
3. Apa pula tujuan tahap percobaan ‘Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet‘? Jelaskan Jawab :
Pengujian berikut dimaksudkan untuk menunjukan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk-produk
parenteral, telinga,hidung dan mata yang dicantumkan pada etiket produk bersangkutan. Pengujiandan pesyaratsan hanya berlaku pada produk di dalam wadah asli belum di buka yang didistribusikan oleh produsen.
4. Berapa lama jangka waktu ideal yang digunakan untuk pengujian bahan pengawet ? Bagaimanakah ketentuan yang diminta oleh Farmakope Indonesia IV ? Jawab :
waktu ideal yang digunakan untuk pengujian bahan pengawet adalah 28 hari.
Jumlah bakteri variabel pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal.
Jumlah kapang dan khamit variabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari jumlah awal.
Jumlah tiap mikroba uji selama 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut a dan b.
5. Apakah tujuan pengukuran kekeruhan (transmittans) suspensi mikroba uji? Jelaskan. Jawab :
Untuk membandingkan kuantitas antara mikroba uji yandengan yang satu dengan yang lainnya .
Untuk menentukan massa pada suspensi mikroba uji.
Dokumentasi