HADIS keempat belas
Dosa Mengetahui Ayat atau Surah Surah al-Quran Kemudian Melupakannya “
”
OLEH MUH. SANI ABDUL MALIK
(NPM: 10.31.0272)
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagian pakar ilmu hadits menyatakan bahwa takhrij hanya takhrij hanya merupakan suatu usaha untuk mempertemukan suatu matan hadits dengan sanadnya yang sampai kepada Rasulullah dalam berbagai sumber asli. Namun menurut Mahmud Tahhan, selain menunjukkan materi hadist pada berbagai sumber pokok, dalam takhrij juga dilakukan penjelasan tentang kualifikasi beberapa perawi pada transmisi hadits tersebut sesuai keperluan1. Seiring begitu banyaknya informasi hadits yang merebak di kalangan masyarakat, maka takhrij hadits merupakan salah satu cabang ilmu hadits yang begitu urgent , mengingat sifat ilmu takhrij bagi takhrij bagi para pelajar sebagai ilmu dharuri (primer) dharuri (primer) untuk dikuasai dan diamalkan dalam verifikasi berbagai hadits tersebut. Tidak terkecuali dengan pelajar hadits pada masa kini, karena dengan melalui takhrijlah dapat ditemukan ragam hadis dengan muatannya yang terdapat dalam berbagai buku sumber yang ditulis oleh para ahli pada masa-masa awal Islam. Dalam perihal keutamaan al-Qur`an, banyak tersebar di kalangan umat Islam terutama para pelajar dan penghafal al-Qur`an- informasi hadits ataupun makna hadits yang mensugesti untuk selalu berinteraksi dengannya. Salah satunya adalah hadits yang menyatakan ‘dosa bagi orang yang menghafal alal -Qur`an kemudian melupakannya’. Namun sayangnya, dari sekian banyak hadits tersebut hanya sejumlah kecil yang berkualitas shahih. Berbeda dengan penelusuran dan penelitian pada abad kedua sampai abad keenam atau pada masa para Imam dan dan Huffadz hadits, pada masa modern ini kita hampir tidak menemukan hadits yang belum diketahui oleh para ahli hadits tersebut, atau dengan kata lain kita dapat katakana bahwa pada saat ini tidak ada satu pun hadits yang belum ditakhrij. di takhrij. Maka dari itu, sebagai pelajar hadits pada masa modern ini, peneliti mencoba menulusuri sebuah hadits dengan metode dan tujuan yang selaras dengan masa kini.
1
Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, “Pengantar Ilmu Takhrij”, makalah disampaikan pada mata kuliah Takhrij Hadits, (Ciputat, 2011), hal. 1.
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
122
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya B. PERMASALAHAN
Di kalangan para penghafal al-Qur`an banyak informasi yang dikatakan merupakan hadits menyatakan dosa bagi orang yang melupakan atau lupa dengan hafalan al-Qur`an. Salah satu redaksi muatan hadits tersebut ter sebut adalah yang diterjemahkan sebagai berikut: “Tiada dosa yang lebih besar daripada melupakan al -Qur`an, “Telah diperlihatkan kepadaku semua pahala amalan umatku hingga kotoran yang dikeluarkannya dikeluarkannya dari masjid. Aku juga telah ditunjukkan dosa-dosa umatku, maka tidak aku lihat dosa yang lebih besar dari orang yang mengetahui ayat atau surat al-Qur`an al-Qur`an kemudian melupakannya”.
Dari pemaparan redaksi hadits dan hubungannya dengan urgensinya sebagai argumentasi suatu tuntunan bagi umat Islam, timbul beberapa permasalahan, diantaranya: 1. Siapakah yang meriwayatkan hadits tersebut? 2. Bagaimanakah skema transmisi periwayatan hadits tersebut? 3. Bagaimana kualitas para perawi hadits tersebut? 4. Apa hipotesa hukum hadits dari penelitian salah satu jalur transmisi? 5. Bagaimana hubungan kandungan kandungan hadits tersebut dengan berbagai hadits lain? C. METODE DAN SITEMATIKA SITEMATIKA
Dalam penelusuran sumber dan asal-usul hadits tersebut, peneliti mengunakan pendekatan dan metode sebagai sebagai berikut: 1. Pendekatan redaksional dan tema dengan bertumpu pada methode mu’jami (alfazhi), fihrisi, dan istiqra` i maudhu’ i (Manual). 2. Pendekatan deskripsional dengan metode istiqra’i isnadi wa matni (analisis transmisi dan analisis materi, isi atau muatan dengan media Digital). Sedangkan dalam penelitian biografi, keadaan, dan kedudukan para perawi, peneliti menggunakan metode: 1. Penelusuran biografi para rawi pada suatu runtutan transmisi dengan manual maupun digital. 2. Penulusuran berbagai pendapat pakar ilmu hadits tentang para rawi pada transmisi tersebut. Adapun sistematika penulisan, laporan penelitian ini terdiri dari: Bab I merupakan Pendahuluan, meliputi; Latar Belakang, Permasalahan, Metode dan Sistematika. Bab II Penelusuran, terdiri dari; Hasil Penelusuran Manual, Hasil Penelusuran Digital, dan Perbandingan Matan Hadits. Bab III Penelitian Transmisi Hadits, meliputi; Perbandingan dan Skema Transmisi Periwayatan, Biografi Perawi, Penilaian Ulama Terhadap Perawi, Ringkasan. Bab IV Penutup terdiri dari Pendapat Para Ahli dan kesimpulan dari penelitian kualifikasi transmisi hadits. Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
123
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
BAB II PENELUSURAN A.
HASIL PENELUSURAN MANUAL
Dalam menelusuri hadits dengan pendekatan redaksional metode mu’jami (alfazhi), (alfazhi), maka diperlukan penerjemahan kembali ujung (tharf) redaksi (tharf) redaksi pada matan kedalam bahasa aslinya (Arab). Hingga kemudian dapat ditelusuri dite lusuri sesuai penertiban abjad dalam mu’jam. Dalam proses ini dilakukan penerjemahan ujung kalimat dari terjemahan hadits sebagai berikut: Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
“ Telah Telah diperlihatkan kepadaku semua amalan umatku”
Ketika
ditelusuri
dalam
al- Mu’jam
al
Mufahrasy, Mufahrasy,
ditemukan
hasil
yang
menunjukkan bahwa redaksi tersebut terdapat pada hadits yang tercantum dalam 2;
Selanjutnya diteruskan dengan proses penelusuran dengan metode fihrisi dan istiqra`i maudhu’ i , dengan menelusuri hadits pada kitab-kitab yang tertera di mu’jam secara meneliti daftar isi dan tema-tema yang berkaitan dengan keutaman al-Qur`an. Adapun hasil penelusurannya adalah sebagai berikut:
: 3
.
:
4
.
2
Al-Mu’jam al -Mufahrasy, -Mufahrasy, Juz IV, hal. 181. Dr. A, J. Wersinck, Al-Mu’jam Sunan at-Tirmidzi , Kitab Fadhāil al -Qur`an, -Qur`an, Bab 19, No. 2916 , (Kairo: Dār al-Hadīts, 2005) , Juz V, hal. 25. 4 Sunan Abu Dawud, Kitab Shalat, Bab F ī Kans Kans al-Masjid, No. 461, (Kairo: Dār al-Had ī ts, ts, 1999) , Juz I, hal. 230. 3
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
124
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya B. HASIL PENELUSURAN DIGITAL
Setelah ditemukan redaksi hadits dengan metode mu’jami (alfazhi), (alfazhi), kemudian dilanjutkan penelusuran redaksional dengan penggalan redaksi khusus pada matan dalam mutūn al - Hadīts, Hadīts, adalah kata (
al-Maktabah as-Syāmilah as- Syāmilah,, penggalan redaksi khusus yang diambil ).
Maka muncul hasil penelusuran menerangkan bahwa hadist tersebut terdapat pada berbagai sumber. Karena sumber yang dipakai hanya yang berupa kitab induk saja, yakni kiteb yang menampilkan transmisi perawi secara lengkap, maka hasil penelusurannya adalah sebagai berikut:
/
(
.
(-
/
(
(-
/
(
(-
: . (
/
(-
:
. Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
125
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
)
/
(-
-
:
C. PERBANDINGAN MATAN
Adapun dalam perbandingan matan, seluruh jalur periwayatan tidak ada perbedaan. Yakni semua Imam meriwayatkan dengan matan:
.
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
126
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
BAB III PENELITIAN TRANSMISI HADIS A. PERBANDINGAN DAN SKEMA TRANSMISI PERIWAYATAN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
– -
–
-
-
-
-
-
/
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
127
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
B. Biografi Perawi
Adapun para perawi yang diteliti ialah para perawi yang terdapat pada transmisi riwayat at-Tirmidzi. Mereka itu adalah: 1. Anas bin Malik
Nama lengkapnya adalah ada lah Anas bin Malik Ma lik bin an-Nadhar bin Dhamdham bin Zaid bin Haral bin Jundab bin ‘Amir bin Ghanm bin ‘Adi bin an-Najjar an-Najjar al-Anshari, nama panggilannya Abu Hamzah Ha mzah al-Madini. a l-Madini.5 Ia adalah sahabat, perawi tingkat pertama yang kemudian tinggal di Basharah dan wafat tahun 92 H/93 H pada umur 103. Kedekatannya dengan Rasulullah karena ia berkhidmat kepada Rasulullah sejak pertama kalinya kal inya beliau hijrah ke Madinah pada tahun t ahun 1H hingga sepuluh tahun, sesuai dengan anjuran ibunya. Menurut az-Zuhri, az- Zuhri, Anas bin Malik pernah bertutur: “Ketika Rasulullah datang ke Madinah aku berumur 10 tahun, sedangkan ketika beliau wafat umurku 20 tahun.” Ja’far bin Sulaiman meriwayatkan dari Tsabit dari Anas Anas bin Malik, semasa aku kecil, Ummu Sulaim (ibunya) membawanya kepada Rasulullah dengan kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, ini si kecil Anas, do’akanlah ia.” Kemudian Rasulullah pun Rasulullah pun berdoa: “Ya Allah perbanyaklah hartanya dan anaknya, dan masukkanlah ia ke surga.” 6 Dan aku (Anas) mengharapkan yang ketiga itu dari pada dua yang lain. Selain dari Rasulullah, ia juga meriwayatkan hadits dari para sahabat, diantaranya; Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Abdullah bib Rawahah, Fatimah, Tsabit bin Qais, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ibnu Mas’ud, dan para sahabat lain yang jumlahnya sampai 30 orang lebih. Adapun para perawi yang menjadi murid dan meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik jumlahnya begitu banyak yang kemudian periwayatannya sampai pada alBukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, dan Ibnu Majah. Namun dari sekian banyak daftar murid Anas bin Malik, tidak terdapat nama al-Muththalib bin Hanthab.
7
5
Ahmad bin Hajar al- ‘Asqalani, Tahdzib at-Tahdzib, (Bairut: Dar Ihya at-Turats al- ‘Arabi, 1993), Juz I, hal. 237-238; Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, (Bairut: ar-Risalah, 1998), Juz I, hal. 289. 6 Menurut ibnu Hajar ada redaksi lain yang diriwayatkan oleh Hamad bin Zaid dengan tambahan: “…panjangkanlah umurnya dan ampuni dosanya”. Lihat catatan kaki pada Tahdzib at-Tahdzib, hal. 238. 7 Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, Juz I, hal. 290. I bn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib,Juz I, hal. 237-238.
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
128
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
2. Al-Muththalib bin Hanthab
Ialah al-Muththalib bin Abdullah bin al-Muththalib bin Hanthab bin al-Harits bin ‘Ubaid bin ‘Umar bin Makhzum al-Makhzumi. al -Makhzumi. Pendapat lain mengatakan dengan 8
menghapus nama al-Muthathalib yang kedua. Ia merupakan perawi tingkat 4, yaitu tingkat setelah pertengahan tabiin. Ia meriwayatkan hadits dari Umar, Abu Musa al-Asy’ari, al- Asy’ari, Zaid bin Tsabit, Aisyah, Ummu Salamah, Abu Hurairah, Abu Rafi’, ibn Abbas, ibn Umar, ibn Amr bin al -Ash, Anas bin Malik, Jabir, dan para sahabat yang lain. Adapun para perawi yang meriwatkan darinya, diantaranya adalah; Anaknya alHakam, Khalid bin Rabah, Zuhair bin Muhammad at-Tamimi, Abdul Malik bin Juraij, dll. Periwayatannya sampai pada al-Bukhari, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa`I, dan ibn Majah. 3. Ibnu Juraij
Ia adalah Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij al-Qurasyi al-Umawi, biasa dipanggil Abu Walid dan Abu Khalid al-Makki. Ia wafat pada tanggal 10 Dzulhijjah tahun 150 H pada umur 70 tahun, dan merupakan perawi tingkat 6, yakni mereka yang sezaman dengan tabiin junior. Ia meriwayatkan hadits dari para tabiin yang diantaranya; bapaknya Abdul Aziz, Aban bin Shalih al-Bashri, al- Bashri, Isma’il bin Umayah al-Qurasyi, al -Qurasyi, al-Muththalib bin Hanthab, dll. Periwayatannya sampai kepada al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an Nasa`i, dan ibn Majah.9 Selain dari jalur al-Muththalib bin Hanthab, dalam periwayatan hadits ini dari Anas bin Malik, ia mempunyai mempunyai jalur lain dari az-Zuhri. Dalam daftar murid-muridnya terdapat nama Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Ruwad. Yang konon katanya ia merupakan orang yang paling tahu dengan hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Juraij. 4. Abdul Majid bin Abdul Aziz
Ia mempunyai nama lengkap Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abu Rawwad alAzdi. Biasa dipanggil Abdul Hamid al-Makki. al- Makki. Merupakan perawi tingkat 9, yakni atba’ tabiin junior yang wafat pada t ahun 206 H.
10
8
Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz V, hal. 459; Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, Juz VII, hal. 131-132. Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz III, III , hal. 501-502; Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, Juz IV, hal. 559-560. 10 Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz III, hal. 488. 9
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
129
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
Meriwayatkan hadits dari bapaknya Abdul Aziz bin Abu Rawwad, Aiman bin Nabil, ibn Juraij, dll. Sedangkan yang meriwayatkan darinya diantaranya, asy-Syafi’i, asy-Syafi’i, Ahmad dan terdapat pula dalam daftar da ftar nama murid-muridny murid- muridnyaa Abdul Wahhab bin Abdul Hakam yang periwayatannya diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi, selain itu haditsnya juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, an-Nasa`I, dan ibnu Majah. 5. Abdul Wahhab bin Abdul Hakam
Nama lengkapnya adalah Abdul Wahhab bin Abdul Hakam bin Nafi’ al-Waraq, biasa dipanggil dengan Abu al-Hasan al-Waraq al-Baghdadi, an-Nasa`I dan Ahmad memanggilnya dengan sebutan Ibnu al-Hakam. Ia merupakan perawi tingkat 11, yaitu generasi pertengahan para pengambil hadits dari tabi’ tabiin. tabiin. wafat pada tahun 250 H.11 Abdul Wahhab bin Abdul Hakam meriwayatkan hadits dari Hajaj bin Muhammad al-Mashishi, Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Rawwad, Muadz bin Muzdz al-Anbari, Yahya bin Sa’id Sa ’id al a l-Umawi, Yahya bin Salim at-Thaifi, dan Yazid bin Harun. Riwayat tersebut sampai kepada para Imam, yakni Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa`i. 6. At-Tirmidzi
Ialah Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin adh-Dhahak as-Sulami al-Bughi at-Tirmidzi. Lahir pada tahun 209 H Merupakan perawi tingkat 12, yaitu generasi pengambil hadits hadits dari atba’ tabiin junior yang wafat pada tahun 279 279 H. 12 Dalam daftar guru-guru at-Tirmidzi terdapat nama Abdul Wahhab bin Abdul Hakam yang menjadi perawi yang meriwayatkan hadits ini padanya. C. PENILAIAN ULAMA TERHADAP PERAWI
1. Anas bin Malik
Abu Hurairah berkata: “Aku tidak pernah melihat seseorang yang shalatnya menyerupai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasal lam lam kecuali ibnu ‘Ummi Sulaim (Anas bin Malik)”.13 Begitu pula Menurut Anas bin Sirin, Anas bin Malik merupakan orang yang terbaik shalatnya, ketika safar ketika safar dan hadhar. 14 Sebagaimana kesepakatan para ulama 15
bahwa para sahabat semuanya ‘adil , maka Anas bin Malik dapat dijamin kredibilitasnya karena ia merupakan salah seorang sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. 11
Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz III, hal. 529. Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal,Juz V hal. 17. Sunan at-Tirmidzi, Juz I, hal. 62. 13 Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz I, hal. 238 14 Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, Juz I, hal. 293. 15 Abdurrahman bin Abu Bakar as-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi, (Riyad: Maktabah Riyad Hadits,___), Juz II, hal. 214. 12
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
130
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
2. Al-Muththalib bin Hanthab
Menurut Ya’qub bin Sufyan, ad-Daruqutni, ad -Daruqutni, ibn Hibban al-Muththalib ialah tsiqah. Sebagaimana Ibn Abu Hatim berkata: Abu Zar’ah ditanya tentang kualitas alal Muththalib, kemudian beliau menjawab, ia merupakan orang yang tsiqah. Ibn Hajar berkata bahwa ia merupakan perawi yang terpercaya ( shaduq), shaduq), namun banyak menyamarkan identitas (tadlis (tadlis)) dan meriwayatkan hadits secara mursal. 16 Menurut al-Mizzi, dalam periwayatan at-Tirmidzi dan Abu Dawud terdapat hadits yang diriwayatkan al-Muththalib dari Anas bin Malik, yang dalam hal ini diriwayatkan oleh muridnya muridnya Abdul Abdul Malik bin bin Juraij. Namun at-Tirmidzi dan
Ali bin al-Madini
mengingkari bahwa al-Muththalib pernah mendengar hadits dari Anas bin Malik. 17 Muhammad bin Sa’d Sa’d menilai bahwa al-Muththalib bin Hanthab banyak meriwayatkan hadits, namun haditsnya tidak dijadikan hujjah karena ia banyak meriwayatkan hadits dengan mursal.18 3. Ibnu Juraij
Menurut ibnu Hajar, ibnu Juraij adalah tsiqah, faqīh, fādhil . Bahkan Ahmad bin Hanbal berkata bahwa ibnu Juraij merupakan seorang perawi yang tsabat, shahih al Hadits, ia tidak pernah meriwayatkan hadits kecuali dengan ketekunan. 19 Ibn Hibban pun memasukkannya memasukkannya pada golongan ats-Tsiqat.
20
Sedangkan pendapat Yahya bin Sa’id, i bnu i bnu Juraij merupakan orang terpercaya (Shaduk ), ), jika ia meriwayatkan dengan redaksi tahdits ( jika dengan ikhbar ( qaul (
/
) maka ) maka itu adalah sima’ ,
), maka itu adalah qira`ah, namun jika dengan redaksi
), maka anggap saja angin berlalu. 21
Ibn Hajar menilai bahwa ibn Juraij meriwayatkan hadits secara mursal , melakukan tadlīs (menyamarkan identitas) dan merupakan perawi mudallis stadium 3. 3. 22 Menurut Yahya bin Ma’in, ia tidak mempunyai periwayatan apapun dari az-Zuhri.
23
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Quraisy bin Anas, ibn Juraij berkata, “Aku tidak mendengar sesuatu pun dari az-Zuhri, tet api aku diberi salah satu bagian yang kemudian
16
Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz V, hal. 459- 460; Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, Juz VII, hal. 132. At-Tirmidzi, At-Tirmidzi, 2916; 2916; Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, Juz VII, hal. 132. 18 Tahdzib al-Kamal, Juz VII, hal. 132. Al-Mizzi, 19 Riwayat Abu Thalib dalam al- Jarh wa Ta’dil ; Catatan kaki pada Tahdzib al-Kamal, Juz IV, hal. 561. 20 Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz III, hal. 503. 21 Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, Juz IV, hal. 562. 22 Ahmad bin Hajar al- ‘Asqalani, Thabaqat al-Mudallisin, (Jordan: Maktabah al-Manar,___), hal. 41. 23 Riwayat Utsman bin Sa’id ad-Darimi; Tahdzib al-Kamal, Juz IV, hal. 561. 17
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
131
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
aku tulis dan aku ijazahkan ijazahkan kepadanya”. Bahkan ad-Daruqutni dalam hal ini berkata, “Hati-hatilah dengan tadlīsnya tadlīsnya ibnu Juraij karena ia buruk dalam tadlīs, tadlīs, ia tidak mentadlis kecuali pada apa yang ia dengar dari perawi majruh”. majruh”.
24
Sehingga dengan
kata lain dapat dipastikan bahwa apa yang ia riwayatkan dengan tadlīs, tadlīs, itu merupakan riwayat yang ia dengar dar i perawi majruh. 4. Abdul Majid bin Abdul Aziz
Menurut Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hanbal, Abdul Majid bin Abdul Aziz adalah perawi yang tsiqah. Selain itu, ia juga merupakan perawi yang paling tahu dan paling tsabat dalam periwayatan ibnu Juraij. Ibnu Hajar menilai bahwa ia merupakan orang yang terpercaya ( shaduk shaduk ) namun tersalah dalam periwayatannya. Abu Hatim berkata, “ia bukanlah perawi yang kuat.” kuat. ” Ibn Abi Maryam menyatakan bahwa ia merupakan perawi yang meriwayatkan dari orang-orang lemah. Menurut al-Bukhari, Abdul Majid bin Abdul Aziz meriwayatkan dengan
irja`, atau
meriwayatkan hadits yang bercorak ideologi kaum murji`ah. murji`ah. Ad-Daruqutni berpendapat bahwa hadits Abdul Majid tidak menjadi hujjah, namun ia tetap dianggap ( yu’ tabar tabar bih). bih). Bahkan menurut ibnu Hibban ia adalah perawi matruk , karena ia merupakan perawi yang membolak-balikan hadits, meriwayatkan hadits-hadits munkar dari para perawi masyhur .25 5. Abdul Wahab bin Abdul Hakam
An-Nasa`i, ad-Daruqutni, ad-Daruqutni, ibn Hibban, dan ibnu Hajar Hajar Abdul Wahab Wahab bin Abdul Abdul Hakam merupakan perawi tsiqah. tsiqah. Bahkan adz-Dzahabi menilainya sebagai orang tsiqah, shalih, dan punya kemampuan yang besar. Selain itu menurut Abu bakar alKhatib, ia adalah orang tsiqah, shalih, wara’, dan zahid. dan zahid.26 6. At-Tirmidzi
Al-Idrisi menilai at-Tirmidzi sebagai salah satu Imam yang diikuti dalam ilmu hadits, ia menulis kitab al- Jami’, Jami’, at-Tawarikh, al-‘Ilal al-‘Ilal dengan ketelitian.
Menurut
adz-Dzahabi ia merupakan al-Hafidz. al-Hafidz. Al-Mizzi juga menilainya sebagai al-Hafidz dan merupakan salah satu Huffadz yang Allah menjadikannya manfaat bagi kaum muslimin.27
24
Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz III, hal. 503. Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz III, hal. 488. 26 Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Juz III, hal. 529; Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal,Juz V hal. 17. 27 Sunan at-Tirmidzi, Juz I, hal. 67-68. 25
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
132
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya D. RINGKASAN
NO
NAMA
WAFAT
SELISIH
KET
Hasil
1
Rasulullah
11 H
2
Anas bin Malik
93 H
82 th
Bertemu
Tersambung
3
Al-Muththalib bin Hanthab
-
-
-
-
4
Ibnu Juraij
150 H
-
-
-
5
Abdul Majid bin Abdul Aziz
206 H
56 th
Mungkin bertemu
Tersambung
6
Abdul Wahab bin Abdul Hakam
250 H
44 th
Mungkin bertemu
Tersambung
7
At-Tirmidzi
279 H
29 th
Mungkin bertemu
Tersambung
NO
NAMA
MURID
GURU
Hasil
1
Rasulullah
Anas bin Malik
2
Anas bin Malik
-
Rasulullah
Tersambung
3
Al-Muththalib
Ibnu Juraij
Anas bin Malik
Terputus
4
Ibnu Juraij
Abdul Majid
Al-Muththalib
Tersambung
5
Abdul Majid
Abdul Wahab
Ibnu Juraij
Tersambung
6
Abdul Wahab
At-Tirmidzi
Abdul Majid
Tersambung
7
At-Tirmidzi
-
Abdul Wahab
Tersambung
NO
NAMA
JARH
TA’DIL
Hasil
Tingkat
Semua Sahabat 1
Anas bin Malik
1
-
Pasti diterima Adil
Mursil, Mudallis,
2
Al-Muththalib
4
Tsiqah, Shaduk
Tidak diterima
Tsiqah, Faqih
Tidak diterima
menjadi hujjah,
Tsiqah,Tsabat,
Tidak diterima,
bukan perawi yang
Shaduk
Dianggap
tidak menjadi hujjah
3
Ibnu Juraij
6
Mursil, Mudallis Murji`ah, tidak
4
Abdul Majid
9 kuat. Tsiqah, Shalih,
5
Abdul Wahab
11
-
Diterima W ara’ ara’
6
At-Tirmidzi
12
-
Al-Imam, Al-Hafidz Al-Hafidz
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
Diterima
133
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
BAB IV PENUTUP A. PENDAPAT PARA AHLI
Adapun pendapat para ulama ahli hadits dalam periwayatan hadits ini diantaranya adalah: 1. At-Tirmidzi berpendapat bahwa hadits ini gharib ini gharib.. 2. Al-Bukhari tidak mengetahui hadits ini dan menganggapnya gharib. gharib. Ia tidak mengetahui bahwa al-Muthalib bin Hanthab pernah mendengar hadits dari sahabat kecuali hanya satu periwayatan saja.
28
3. Ad-Darimi menyatakan bahwa al-Muththalib tidak mendengar hadits dari sahabat satupun. 4. Al-Qurtubi menilai hadits ini sebagai hadits gharib hadits gharib tsabit. 5. Al-Albani menilai bahwa transmisi hadits ini dhaif karena al-Muththalib dan ibn Juraij mudallis dan ia telah meriwayatkan hadits ini dengan ‘an’anah. ‘an’anah. Maka pastinya, hadits ini mempunyai cacat pada dua tempat; pertama, keterputusan periwayatan diantara diantar a ibn Juraij dan al-Muththalib; a l-Muththalib; kedua, keterputusan diantara alMuththalib dan Anas bin Malik. 29 B. KESIMPULAN
Dari penelitian singkat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kualitas transmisi pada periwayatan at-Tirmidzi dalam hadits ini adalah Dha’if, Mardud (lemah, tidak diterima) karena beberapa sebab, diantaranya: d iantaranya:
1. Terdapat perawi yang kredibilitasnya diragukan dan tidak diterima periwayatannya, yakni: a. Al-Muththalib bin Hanthab adalah perawi yang majruh karena ia merupakan perawi mursil dan mudallis mudallis dan dapat dipastikan bahwa ia tidak meriwayatkan hadits ini langsung dari Anas bin Malik karena ia bukan termasuk salah satu murid Anas bin Malik dan periwayatannya dari Anas bin Malik telah diingkari oleh Ali al-Madini dan at-Tirmidzi. b. Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij (ibn Juraij) adalah perawi majruh majruh karena merupakan perawi mursil dan mudallis stadium 3, yakni perawi yang
28
Sunan at-Tirmidzi , Juz V, hal. 25. Muhammad Nashiruddin al-Albani, Dha’if Abu Dawud, (Kuwait: Muassasah Ghuras, 1423H), Juz I, hal. 164. 29
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
134
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
menyamarkan periwayatan dari para perawi lemah dengan menggantinya dengan para perawi yang kuat. c. Abdul Majid bin Abdul Aziz adalah perawi majruh karena ia berideologi murji`ah dan ia merupakan perawi matruk yang sering membolak-balikan hadits munkar menjadi masyhur . 2. Terdapat keterputusan samar ( saqt khafi) khafi ) pada transmisi hadits tersebut yang disebabkan oleh penyamaran identitas perawi (tadlis) (tadlis) oleh beberapa perawi yang meriwayatkan hadits ini dengan redaksi ‘an’anah. Demikianlah laporan penelitian ini ditulis dengan sekemampuan peneliti. Semoga dapat diambil manfaat darinya walaupun disajikan dengan begitu singkat dan jauh dari kesempurnaan. Peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik membangun yang kiranya dapat menyempurnakan penelitian ini. Memang tiada yang pernah bisa sempurna karena kesempurnaan seutuhnya milik Allah ‘Azza wa Jalla, wa huwa ‘alam bis sawab…
Sabtu, 12 Rabiul Awwal 1433 5 Februari 2012
Peneliti Moh. Sani Abdul Malik NPM: 10.31.0272
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
135
Dosa Orang yang Mengetahui Ayat atau Surah al-Quran kemudian Melupakannya
Daftar Pustaka Pustaka Abu Dawud, Dawud, Sulaimān bin alal-Asy’ats as-Sajastani, as-Sajastani, Sunan Abī Dāud, (Dār al-Hadīts: al-Hadīts: Kairo 1999) At-Tirmidzi, Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, Sau rah, Sunan At-Tirmidzi, (Kairo: Dār alalHadīts 2005) Hadīts 2005) Ibn Hajar, Ahmad bin Hajar al-‘Asqalani, al- ‘Asqalani, Tahdzib at-Tahdzib, (Bairut: Dar Ihya atTurats al-‘Arabi, al-‘Arabi, 1993) Al-Mizzi, Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf, Tahdzib al-Kamal, al-Kamal, (Bairut: ar-Risalah, 1998) As-Suyuthi, Abdurrahman bin Abu Bakar, Tadrib ar-Rawi, (Riyad: Maktabah Riyad Hadits,___) Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Nas hiruddin, Dha’if Dha’if Abu Dawud, (Kuwait: Muassasah Ghuras, 1423H) Wersinck, Dr. A, J., AlJ., Al- Mu’jam Mu’jam al-Mufahrasy li Alfadz al-Hadits. ‘Ubaydi, ‘Ubaydi, Ahmad Hasbillah, “Pengantar Ilmu Takhrij”, makalah disampaikan pada mata kuliah Takhrij Hadits, (Ciputat, 2011)
Oleh : Muh. Sani Abdul Malik (Mahasiswa PTIQ Jakarta) |
136