1
PENDIDIKAN THAILAND M. YUSUF MAPPEASSE MUSTAIN (Kelas B)
Thailand adalah sebuah negara di kawasan Asia Tenggara yang terbentuk sejak tahun 1892 Masehi dengan sistem pemerintahan Monarki Konstitusional dan beribukota di Bangkok. Pada tahun 2006 jumlah penduduknya adalah 64.700.000 orang dan angka buta huruf 92.6% laki-laki. Disebutkan bahwa asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek. Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan Thailand banyak dipengaruhi oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16, namun meskipun mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Inggris. Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, Siam, negara ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca perang dunia ke II berakhir, Thailand menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam beberapa tahun setelah berakhirnya perang, namun Thailand mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an. Kerajaan Sukhothai adalah salah satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438. Sebelumnya wilayah
2
kerajaan ini adalah bagian dari Kerajaan Khmer. Pada puncak kejayaannya di bawah raja Ramkhamhaeng, Wilayah Sukhothai diperkirakan terbentang mulai dari wilayah yang sekarang termasuk Myanmar sampai ke dalam wilayah Laos Modern, serta ke arah selatan di Semenanjung Malaya. Setelah kematian Ramkhamhaeng, Kerajaan Sukhothai melemah dan berbagai kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Pada tahun 1438, status Sukhothai berubah hanya menjadi sekedar provinsi dari Ayutthaya. Kerajaan Ayutthaya didirikan pada tahun 1350 oleh seorang raja yg bernama Raja Ramathibodi I (Uthong). Dia mendirikan Ayyuthaya dengan mengalahkan dinasti kerajaan Sukhothai pada tahun 1376. Dengan berbagai negara asing seperti tiongkok, India, Jepang, Persia, dan beberapa negara Eropa. Namun dalam ditengah perjalanan, kerajaan Ayyuthaya tersebut mengalami goncangan, di mana pertumpahan darah terjadi yaitu adanya perebutan kekuasaan antar dinasti. Goncangan politik tersebut selanjutnya dapat dilalui dengan baik dan memperoleh kemapanannya kembali. Ayyuthaya memasuki masa keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Dimasa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesustraan, dan pembelajaran berkembang. Perang yang dialami oleh kerajaan Ayyuthaya terjadi ketika melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang untuk memperebutkan kekuasaan Kamboja melawan dinasti Nguyen (Penguasa Vietnam Selatan), yang terjadi pada tahun 1715. Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari Burma dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa setelah menaklukan wilayah-wilayah suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Burma, yang kemudian bersatu di Ayyuthaya. Ayyuthaya akhirnya menyerah dan wilayahnya dibakar habis atau dibumi hanguskan oleh Burma pada tahun 1767 setelah pengepungan dalam waktu lama oleh Burma tersebut. Serbuan dari Burma yang telah membumi hanguskan ibukota Ayutthaya, kemudian Jenderal Taksin mencoba membangkitkan semangat kembali rakyat Ayyuthaya dan mendirikan kerajaan baru hasil penyatuan kembali bekas kerajaan Ayyuthaya pada tahun 1769. Kerajaan baru yang didirikan oleh Taksin ini mengambil tempat ibukota di Thonburi (sekarang termasuk ke dalam Bangkok). Namun, dalam perjalanannya, Taksin dianggap gila dan dieksekusi tahun 1782 yang kemudian digantikan oleh Jenderal Chakri. Penguasa baru ini menjadi raja pertama dinasti Chakri dengan sebutan nama Rama I. Pada yang sama Raja ini baru mendirikan ibukota baru pula yaitu Bangkok. Letak Bangkok berada di seberang sungai Chayo Pharay dari ibukota lama yang didirikan Jenderal Taksin, akhirnya Burma dapat diusir keluar dari wilayah bangsa Siam pada tahun 1790-an. Sepeninggal Raja Rama I, penerusnya mendapat cobaan karena harus mendapat ancaman kolonialisme Eropa setelah kemenangan Inggris Burma tahun 1826. Pada tahun yang sama Siam menandatangani perjanjian dengan Inggris, kemudian pada tahun
3
1833, Siam menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Perjanjian AngloSiam tahun 1909 menentukan batas-batas Siam dengan Malaya, sedangkan serangkaian perjanjian dengan Perancis mematok batas Timur dengan Laos dan Kamboja. Kemudian pada tahun 1932 terjadi kudeta yang menandai berakhirnya monarki absolut di Thailand, dan mengawali munculnya kerajaan Thailand modern. Thailand modern muncul diawali dengan tumbangnya Monarki Absolut. Salah satu aspek yang menonjol dari wujud Thailand modern adalah mulai diterapkannya sistem politik monarki konstitusional. Perubahan nama dari Siam menjadi Thailand sendiri baru diumumkan oleh Perdana Menteri Plaek Pibulsonggram (Phibun) pada tahun 1939. Pemerintahan Perdana MenteriPhibun ini ditandai dengan bangkitnya nasionalisme Thai. Januari 1941 Thailand menginvasi Indocina Perancis, dan memulai perang ThaiPerancis. Thailand berhasil merebut Laos, sedangkan perancis memenangkan pertempuran laut Kho-Chang. Perang tersebut berakhir lewat mediasi Jepang. Perancis dipaksa Jepang untuk melepaskan wilayah sengketa kepada Thailand. Dalam perang dunia II Thailand memberi hak hak kepada Jepang untuk menggelakkan pasukannya dalam wilayah Thailand menuju Malaya, yang pada saat itu dikuasai Inggris. Pada bulan Desember 1941 Thailand dan Jepang menyetujui persekutuan militer yang berisi persetujuan Jepang untuk membantu Thailand merebut kembali wilayah yang diambil Inggris dan Perancis (Shan, Malaya, Singapura, sebagian Yunnan, Laos, dan Kamboja). Sebagai imbalannya, Thailand akan membantu Jepang untuk menghadapi Sekutu. Namun kenyataannya, Jepang kalah dalam perang Dunia II. Dengan kekalahan Jepang , Thailand yang dianggap sebagai teman Jepang , dia juga diperlakukan sebagai negara yang kalah oleh Inggris dan Perancis. Namun, dukungan Amerika Serikat terhadap Thailand membatasi kerugian yang diderita Thailand. Thailand harus mengembalikan wilayah yang diperolehnya dari kedua negara Eropa tersebut, namun Thailand sendiri tidak diduduki. Thailand kemudian menjadi sekutu Amerika Serikat menghadapi ancaman komunisme dari negara-negara tetangganya. Kemudian, pada tahun 1967, bersama-sama dengan Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina, Thailand mendirikan ASEAN dan aktif sebagai anggota. Pada era dewasa ini Thailand telah menjadi berkembang dengan perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Sektor perdagangan dan industri menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonominya, di samping sektor pertanian dan pertambangan. Pendapatan perkapita meningkat pesat. Oleh karenanya, Negara ini merupakan salah satu negara yang paling maju di kawasan Asia Tenggara. Dari segi politik, Thailand masih disibukkan dengan masalah sparatisme khususnya dikawasan selatan Thailand, disamping masalah konflik antar faksi poloitik. Menurut sumber dari website (http://www.eramuslim.com/berita/dunia/pemerintahthailand, download 15 februari 2010), disebutkan bahwa Thailand Selatan merupakan
4
salah satu kawasan yang masih bergejolak sampai awal 2010. Kawasan Thailand meliputi tiga provinsi, yaitu: Yala, Narathiwat, dan Pattani yang mayoritas penduduknya beragama islam. Ketiga provinsi di kawasan Thailand Selatan tersebut dahulunya merupakan kesulthanan islam yang berdiri sendiri-sendiri. Pada Akhir tahun 2009, warga muslim Thailand Selatan diperkirakan berjumlah 1,8 juta orang atau sekitar 80 persen dari total jumlah penduduk. Beberapa pihak termasuk organisasi menyarankan pemerintah Thailand dapat meredam konflik di kawasan tersebut dengan cara menyeimbangkan kebijakan militernya, yaitu pemerintah boleh merespon serangan-serangan yang terjadi, tapi dengan cara yang hati-hati. Respon berupa aksi penangkapan dan jatuhnya korban sipil, hanya akan meningkatkan dukungan masyarakat setempat pada kelompok sparatis. Pemerintah disarankan memberikan pemenuhan kebutuhan pendidikan di Thailand Selatan, termasuk pula mendesain ulang kurikulum bahasa Malaysia standar di sekolahsekolah dasar dengan bahasa Malaysia dialek Patani. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat muslim yang menginginkan bahasa Malaysia dijadikan bahasa resmi mereka dan didirikannya sekolah-sekolah yang lebih berbasis Islam. Pemerintah Thailand diminta memberikan kesempatan kepada para pelajar muslim yang sudah lulus sekolah menegah, untuk melanjutkan studi keagamaan di universitas-universitas negeri dan memberikan mereka kursus khusus untuk mempelajari program pendidikan sekuler lainnya. Upaya lainnya yang dapat dilakukan menurut ICG, membuka laboratorium penelitian bersama dibidang science dan bahasa, antara pelajar dari sekolah Islam dan pelajar dari sekolah neeri, untuk mempersempit gap di kalangan pemuda Budha dan Muslim. Sumber lain juga mengatakan bahwa sejumlah serangan terhadap guru dan sekolah yang dilakukan oleh kelompok militan separatis, mengganggu jalannya pendidikan di beberapa provinsi selatan Thailand. Karena penyerangan tersebut, terpaksa pemerintah menutup 45 sekolah. Pemerintah menyatakan, tidak bisa menjamin keamanan para siswa maupun guru. Lebih dari 200 sekolah dibakar dan 77 guru dibunuh sejak kekerasan separatis kembali memanas pada tahun 2004 sampai 2009 dan sekolah menjadi tempat pertempuran. Pada tahun ajaran baru para siswa berlomba-lomba masuk sekolah, termasuk juga para siswa di wilayah Thailand Selatan. Khusus di wilayah Pattani ini, para siswa lebih memilih masuk ke sekolah swasta Islam. Bersekolah di wilayah ini termasuk beresiko, para siswa diminta oleh guru harus hati-hati kalau pulang malam. Para siswa diminta curiga kepada siapa saja yang tidak dikenal. Seringkali kerusuhan dan pertempuran antara tentara dan kaum separatis terjadi di sekoah. Sejumlah sekolah telah menjadi tempat pertempuran. 72 guru terbunuh, sejak tahun 2004, ketika kekerasan memanas. Bahkan pada tahun 2009 ada 38 sekolah habis dibakar. Sekolah-
5
sekolah negeri menjadi simbol kekuasaan pemerintah Thailand di wilayah tersebut. Wilayah mendukung pemberontakan menginginkan sekolah-sekolah dibakar supaya anak-anak mereka sekolah di sekolah Islam di masjid-masjid. Di sana mereka akan belajar bahasa Melayu dan Islam. Inilah yang mereka mau. Para guru rentan terhadap kekerasan karena mereka menjadi sasaran empuk. Akhirnya, kekerasan membuat ribuan guru meminta pindah ke provinsi lain. Sementara para petugas pendidikan kesulitan mencari pekerjaan. Sekolah agama Islam di selatan Thailand pada awalnya termasuk sebagai sekolah pondok, tetapi pada tahun 1982 pemerintah telah mengganti status sekolahsekolah pondok menjadi sekolah agama Islam Swasta. Sekolah kategori ini mayoritasnya berada di empat wilayah selatan Thailand yaitu Propinsi Pattani, Narathiwat, Yala, dan Setul. Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah kontroversi dan mendapat perhatian oleh kementerian Pendidikan di Bangkok. Sejauh ini sekolah agama Islam swasta di Selatan Thailand dapat dikategorikan menjadi tiga jenis sekolah, yaitu: a. Sekolah agama Islam swasta subsidi penuh yang terdaftar menurut Seksyen 15(1) Undang-undang Pendidikan Thailand 1999. Sekolah-sekolah jenis ini terdaftar secara yayasan dan ia mempunyai kualitas prasarana dan kualitas pendidikan yang baik. b. Sekolah Agama Islam swasta subsidi sebagian (60%) yang terdaftar di dalam pasal 15(1). Sekolah jenis ini adalah sekolah yang tidak terdaftar secara yayasan tetapi menerima 60% bantuan keuangan dan sekolah-sekolah jenis ini mempunyai kualitas prasarana yang baik. c. Sekolah agama Islam swasta dengan subsidi minimum yang terdaftar menurut Seksyen 15(2). Sekolah-sekolah jenis ini tidak terdaftar secara yayasan dan tidak memiliki prasarana yang baik. Secara umum, pendidikan di Thailand sebagian besar dikelola dan ditanganioleh pemerintah Thailand melalui Menteri Pendidikan (Ministry Education), mulai dari pendidikan prasekolah ( pre-school ), sekolah dasar ( primary school ), sekolah menengah pertama ( junior high school ), sampai ke sekolah menengah atas (senior high school ). Pendidikan 12 tahun gratis dijamin konstitusi, dan anak-anak Thailand wajib belajar sembilan tahun. Pendidikan formal terdiri dari sedikitnya dua belas tahun dari pendidikan dasar, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar (basic education) dibagi menjadi dua yaitu 6 tahun sekolah dasar ( primary school ) dan 6 tahun sekolah menengah (secondary school ). Sekolah menengah dibagi menjadi dua yaitu tiga tahun untuk sekolah menengah pertama dan 3 tahun untuk sekolah menengah atas. Taman kanak-kanank merupakan
6
jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar (level of pre-primary education)yang merupakan bagian dari jenjang pendidikan dasar ( part of basic education level ) dengan lama waktu 2-3 tahun, tergantung dari masing-masing penyelenggara. Selain pendidikan formal sebagaimana telah disebutkan tadi, terdapat juga pendidikan non formal, pendidikan non-formal ini juga didukung oleh pemerintah. Namun, beberapa di antaranya terdapat sekolah-sekolah mandiri. Sekolah-sekolah ini memiliki kontribusi dan menyokong ketersediaan infrastuktur pendidikan di Thailand secara umum. Sejarah pendidikan formal awal mula berasal dari sekolah-sekolah kuil (the temple schools) yang hanya diperuntukkan bagi anak-anak lelaki saja. Kemudian sejak dari pertengahan abad ke-16 Thailand dipengaruhi oleh Katolik Prancis yang berlangsung sampai pertengahan abad ke-17, selanjutnya mereka berusaha lepas dari pengaruh tersebut dengan cara memperkuat ideologi budaya sendiri. Tidak seperti negara lain di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, terutama negara-negara di anak benua India seperti Myanmar,Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Pilipina yang telah mengalami pengaruh pendidikan dari negara-negara sebelumnya yaitu negara penjajah selama berabad-abad, namun Thailand tidak pernah dijajah oleh kekuasaan negara manapun, termasuk pendidikan disusun dan diarahkan oleh negara Thailand sendiri secara pelan-pelan sampai dirinya memperoleh daya dorong baru dengan pemunculan diplomasi pada akhir abad ke-19. Struktur pendidikan dasar di Thailand dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu: (1) tingkatan pertama, adalah kelas awal di sekolah dasar yaitu kelas 1-3, yang disebut Prathom 1-3. Siswa yang termasuk tingkatan ini adalah mereka yang berumur 6-8 tahun. (2) tingkatan kedua, adalah siswa sekolah dasar kelas 4-6 yang disebut Prathom 4-6. Siswa yang termasuk tingkatan ini adalah mereka yang berumur 9-11 tahun. (3) tingkatan ketiga, tingkatan yang ketiga adalah siswa sekolah menengah pertama yang disebut Matthayom 1-3, umumnya mereka berumur 12-14 tahun. (4) tingkatan keempat, adalah siswa yang duduk dibangku sekolah menegah atas disebut Matthayom 4-6, umumnya mereka berumur 15-17 tahun. Pada tingkatan yang keempat ini siswa diberi kebebasan untuk memilih jalur kejuruan atau akademis, sehingga setelah memiliki mereka dibedakan menjadi dua kelompok sesuai dengan pilihannya tersebut. Kurikulum pada tingkat dasar terdapat delapan mata pelajaran inti, yaitu Bahasa Thai, Matematika, Ilmu Pengetahuan, Ilmu Sosial, Kesehatan dan Pendidikan Jasmani, Seni dan Musik, Teknologi, dan Bahasa Asing. Pada saat Matthayom 4, siswa dapat memilih satu atau dua program. Program Ilmu Pengetahuan dan Matematika, dan program Bahasa Inggris merupakan program yang paling populer. Selain itu ditawarkan pula program Bahasa China, Perancis, Jepang, dan Jerman serta Ilmu Sosial. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa para siswa di sekolah-sekolah menengah atas (upper secondary schools), diberikan kebebasan memilih jalur akademik atau kejuruan. Atas dasar pilihan tersebut, maka terdapat tiga jenis sekolah menengah atas,
7
yaitu jenis sekolah atas akademik (academic upper secondary schools), sekolah menengah atas kejuruan (vocational upper secondary schools), dan juga sekolah menengah atas komprehensif (comprehensif schools) yang menawarkan atau menyelenggarakan kedua jalur tersebut yaitu jalur akademik (academic track ) dan jalur kejuruan (vocational track ). Para siswa yang memilih jalur akademis biasanya berniat untuk masuk ke universitas, sedangkan siswa yang memilih jalur kejuruan biasanya berniat untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Untuk dapat menjadi siswa pada sekolah menengah atas, maka calon siswa harus mengikuti ujian masuk (entrance exam). Untuk dapat naik tingkat, siswa harus mengikuti dan dan lolos Tes Nasional yang disebut NET (National Education Test ). Anakanak Thailand membutuhkan waktu 6 tahun bersekolah di sekolah dasar ditambah 3 tahun awal dari sekolah menengah dan 3 tahun akhir sekolah menengah. Mereka yang lulus dari 6 tahun sekolah menengah adalah mereka yang lulus dari O-NET (Ordinary National Education Test ) dan A-NET ( Advanced National Educational Test ). Sekolah-sekolah yang berstatus negeri diatur oleh pemerintah, sedangkan sekolah-sekolah swasta dikelolah oleh masyarakat. Di antara sekolah-sekolah swasta tersebut ada yang mengejar keuntungan namun sebagian besar tidak mencari keuntungan karena mereka adalah organisasi-organisasi yang sudah mendapat bantuan dari lembaga-lembaga donor terutama sekolah-sekolah yang berlabel katolik. Sekolahsekolah swasta Katolik yang non-profit tersebut memiliki hubungan hierarki dengan uskup dan gereja. Sekolah-sekolah swasta katolik di Thailand berjumlah kira-kira lebih dari atas 300 sekolah dasar dan menengah yang tersebar di wilayah Thailand. Sekolahsekolah desa atau kampung dan kecamatan biasanya menyediakan taman kanak-kanak pra-sekolah yang disebut Anuban. Sedangkan sekolah-sekolah kota umumnya melayani anak-anak mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas yakni sampai anak berusia 17 tahun. Mengenai anggaran pendidikan, pemerintah Thailand memberikan lebih sedikit untuk sekolah-sekolah di pedesaan dibandingkan dengan sekolah-sekolah di perkotaan, disebabkan karena keterbatasan anggaran pendidikan. Perbedaan perlakuan itu mengindikasikan adanya ketimpangan yang dilakukan pemerintah dalam hal alokasi dan distribusi anggaran pendidikan untuk sekolah. Sebagai gambaran dapat dicermati data dari UNDP tahun 2001 yang disebutkan bahwa alokasi belanja pendidikan terhadap GNP di Thailand sebesar 4,8% , sedangkan proporsi alokasi anggaran pendidikan terhadap APBN Thailand tersebut sebenarnya tidak begitu rendah bila dibandingkan dengan anggaran pendidikan yang dialokasikan oleh Negara-negara tetangga, misalnya proporsi alokasi biaya pendidikan terhadap APBN Indonesia sebesar (7,9%), Iran (17,8%), Philipina (15,7%), Malaysia (15,4%), Cina (12,2%), India (11,6%), dan Srilangka (8,9%). Oleh karena ketidakmerataan distribusi dan alokasi anggaran pendidikan di Thailand tersebut menyebabkan adanya ketimpangan mutu pendidikan.
8
Sekolah-sekolah perkotaan relatif lebih bermutu dibanding dengan sekolah-sekolah pedesaan. Ketidakmerataan mutu sekolah telah disadari oleh pemerintah Thailand. Mereka belum menentukan standar pembelajaran yang tinggi. Standar pembelajaran, terutama sekali untuk pembelajaran Bahasa Inggris, relatif masih rendah. Masih beragamnya mutu mutu sekolah di Thailand juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan siswa dalam mengakses sekolah. Sebagian siswa sekolah menengah di Thailand pergi dari rumah menuju ke sekolah di kota terdekat secara bolak-balik harus menepuh jarak amat jauh, bahkan di antaranya ada yang harus menempuh jarak sepanjang 60-80 km. Tahun ajaran untuk sekolah-sekolah di Thailand dibagi menjadi dua semester. Untuk sekolah dasar dan sekolah menengah, secara umum dimulai dari tanggal 15 Mei dan berakhir pada bulan Maret tahun berikutnya. Sedangkan untuk pendidikan tinggi dimulai dari bulan Juni dan berakhir di bulan maret berikutnya. Setiap tahun pelajaran terdapat dua atau tiga minggu waktu libur, yaitu pada minggu kedua bulan september. Liburan panjang musim panas diberikan pada saat musim paling panas dalam suatu tahun dan Songkran (perayaan tradisional untuk memperingati tahu baru Thai). Sekolah-sekolah juga meliburkan siswanya bertepatan dengan hari kebudayaan Budha dan Kristen. Adapun sekolah-sekolah Internasioanl biasanya libur pada saat natal dan tahun baru. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa sekolah dasar dan sekolah menengah ditangani oleh menteri Pendidikan (Ministry Education). Hal ini berbeda dengan pendidikan tinggi yang ditangani oleh menteri Urusan Universitas ( Ministry of University Affairs). Menteri ini menangani dalam hal administrasi dan pengawasan universitas baik untuk universitas negeri maupun swasta. Universitas negeri dan swasta maupun jenis perguruan tinggi lainnya diatur dan ditangani di bawah yurisdiksi Menteri Urusan Universitas (Ministry dari University Affairs). Perguruan tinggi di Thailand umumnya menawarkan aneka program studi dalam lapangan kedokteran (medicine), kesenian (art ), humaniora (humanities), dan teknologi informasi (information technology ) dan lain-lain. Namun banyak siswa yang lebih memilih studi-studi bidang hukum dan bisnis. Pada tahun-tahun awal abad ke-21 jumlah universitas telah meningkat secara dramatis seiring dengan usaha kontroversional yang dilakukan oleh pemerintahan Thaksin Sinavatra dalam memberikan nama terhadap terhadap banyak institut sebagai universitas. Rangking universitas dunia yang dibuat oleh the Times Higher Education Supplement tahun 2004 menyebutkan bahwa Chulalongkorn University menempati rangking ke46 dunia bidang ilmu sosial dan rangking ke60 untuk bidang biomedis. Pada bulan september 2006, ada tiga universitas di Thailand yang menempati rangking terhormat dalam bidang akademik dan riset yang dinilai oleh commission di Higher Education. Ketiga universitas tersebut adalah Chiang Mai University, Chulalongkom
9
University, dan Mahidol University. Di Thailand selain universitas negeri juga terdapat banyak universitas swasta, antara lain Asian Institute of Technology (AIT), Christian University, Webster University dll. Selain pendidikan formal yang berkembang semakin baik, pendidikan non-formal juga berkembang baik. Pendidikan non formal di Thailand telah memiliki infrastruktur yang mapan dengan keseluruhan system pendidikan formal. Pengelolaan pendidikan non-formal khususnya pendidikan untuk orang dewasa di Thailand termasuk yang terbaik di Asia Tenggara. Menurut Suryati Sidharto, pendidikan untuk orang dewasa di Thailand tercakup dalam tiga program besar, yaitu: 1. Kampanye pemberantasan buta aksara 2. Pendidikan bacatulis fungsional 3. Pendidikan dasar berkelanjutan, yang terbagi menjadi: a. Tingkat dasar, tingkat lanjutan pertama, tingkat lanjutan atas b. Pendidikan lewat radio dan korespondensi c. Studi mandiri. Pemberantasan buta aksara di Thailand untuk memberantas buta huruf Thai dan bukan buta huruf latin. Orang Thailand menggunakan huruf Thai apabila bahasa yang digunakan adalah bahasa Thai, bukan huruf latin. Hal ini disebabkan di samping sehari-hari orang Thailand menggunakan bahasa Thai, juga bahasa Thai lebih mengenal nada dalam tulisan, sedangkan bahasa latin tidak mengenal nada dalam tulisan. Kampanye pemberantasan buta aksara bertujuan mengajar penduduk Thailand berumur di atas 14 tahun yang masih buta aksara agar dapat membaca dan menulis aksara Thai. Bila mereka dapat mengikuti dan dianggap dapat menyelesaikan pengajaran ini maka mereka dihargai sama dengan telah menyelesaikan kelas 2 sekolah dasar. Pendidikan baca tulis fungsional di Thailand merupakan kelanjutan dari program kampanye pemberantasan buta akasara. Materi baca tulis fungsional adalah paduan dari materi: ekonomi, kesehatan, kewarganegaraan, keluarga berencana, perbaikan dan peningkatan diri sendiri. Apabila seseorang dapat menyelesaikan program baca tulis fungsional maka ia dapat disetarakan dengan menyelesaikan sekolah dasar kelas 4 tahun. Untuk mendukung program pendidikan baca tulis fungsional, maka didirikanlah pusat baca surat kabar. Pusat baca surat kabar ini dikembangkan untuk memotivasi dan memelihara kemampuan baca tulis warga belajar yang sedang belajar membaca serta sekaligus memperkenalkan warga belajar dengan pengetahuan umum yang sangat berguna dalam peningkatan diri mereka. Pusat baca surat kabar ini didirikan di banyak
10
tempat, baik di daerah-daerah kumuh maupun di pelosok-pelosok desa. Pendiri dan penyelenggara pusat pusat baca surat kabar tersebut adalah masyarakat setempat dengan dikoordinasikan oleh pemerintah yang berwenang. Pendidikan dasar berkelanjutan adalah pendidikan non formal yang setara dengan sekolah dasar. Program ini diikuti oleh mereka yang telah menyelesaikan program kampanye pemberantasan buta aksara. Program ini tidak perlu diselesaikan dalam waktu enam tahun, melainkan dimungkinkan ditempuh dalam waktu minimal satu setengah tahun. Bila warga negara merasa sudah siap, maka ia diperkenankan mengikuti ujian persamaan SD. Hal ini berlaku juga untuk program pendidikan orang dewasa yang setara dengan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah atas (SMA). Untuk program yang setara dengan SMP dapat diikuti dengan penyelesaian waktu minimal satu setengah tahun, sedangkan program yang setara dengan SMA dapat diikuti dengan penyelesaian waktu minimal satu setengah tahun pula. No Nama Program Waktu Minimal Setara Dengan 1 Kampanye Pemberantasan Buta Ditentukan Kelas 2 SD Aksara Kelompok 2 Pendidikan Baca Tulis Fungsional Ditentukan Kelas 4 SD Kelompok 3 Pendidikan Dasar Berkelanjutan: a. Tingkat Dasar 1,5 Tahun Kelas 6 SD b. Tingkat Menengah Pertama 1,5 Tahun Kelas 9 (3 SMP) c. Tingkat Menengah Atas 1,5 Tahun Kelas 12 (3 SMA) B. Perbandingan Antara Thailand dan Indonesia
PERBANDINGAN PENDIDIKAN THAILAND DAN INDONESIA NO 1. 2.
3. 4.
5.
THAILAND Negara yang tidak pernah dijajah Perkembangan ekonomi bidang perdagangan, industri, pertanian dan pertambangan Awal pemerintahan dengan sistem kerajaan atau monarki absolut Penduduk mayoritas beragama Katolik, kecuali bagian selatan 4 propinsi mayoritas Islam. Sekolah terbagi dua yaitu Negeri (umumnya) dan Swasta (Islam ) khusus di bagian Selatan
INDONESIA Pernah dijajah lebih 350 tahun Perkembangan sektor ekonomi dalam bidang industri dan pertanian Sejak kemerdekaan sistem pemerintahan dengan negara republik Penduduknya padat dan mayoritas agama Islam Sekolah negeri dan swasta secara umum dan sekolah agama (khususnya Islam)
11
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pendidikan mulai prasekolah/taman kana-kanak 2-3 tahun, sekolah dasar 6 tahun, dan sekolah menengah 6 tahun (pertama dan atas) Gratis selama 12 tahun, serta wajib belajar 9 tahun. Sekolah Islam swasta ada tiga yaitu, subsidi penuh, setengah subsidi, dan sebagian kecil disubsidi oleh pemerintah (Thailand Selatan) Pendidikan formal minimal 12 tahun dari tkt pendidikan dasar s.d pendidikan tinggi Pendidikan nonformal (pendidikan orang dewasa terbaik Asia Tenggara) diselenggarakan oleh pemerintah (sekolah mandiri), berkontribusi sediakan infrastruktur pendidikan Struktur pendidikan dasar (sebelum PT) 4 tkt, yaitu 1) kelas awal 1-3 umur 6-8 th, 2) kelas 4-6 umur 9-11 th, 3) tkt SMP umur 1214 th, dan 4) tkt SMA umur 15-17 th, tkt ini ada tiga jalur yaitu kejuruan, akademik, dan komprehensif. Biaya pendidikan prioritas di kotakota dari pada di desa, artinya biaya lebih besar di kota dari pada di desa. Anggaran pendidikan dari APBN sebesar 20,1% Tahun ajaran baru sekolah dasar dan sekolah menengah Mei sampai Maret tahun berikutnya. Berbeda dengan pendidikan tinggi mulai Juni sampai Maret tahun berikutnya Pendidikan dasar dan menengah ditangani oleh Menteri Pendidikan dan Pendidikan tinggi ditangani oleh Menteri Urusan Universitas
Jenjang pendidikan sama, jaminan gratis masih relatif sekolah menengah pertama serta wajib belajar 9 tahun sejak 1980-an
Sekolah Islam ada dua negeri dan swasta. Negeri subsidi pemerintah dan swasta sebagian subsidi pemerintah
Pendidikan formal 16 tahun dari pendidikan dasar s.d pendidikan tinggi Pendidikan nonformal oleh pemerintah dan swasta sebagai lanjutan pendidikan formal (keterampilan khusus) tidak berkontribusi ketersediaan infrastruktur pendidikan Struktur pendidikan dasar hanya sampai pada 9 tahun, yaitu sekolah dasar 6 tahun dan SMP 3 tahun, termasuk sekolah taman kanak-kanak (selama 2-3 tahun) dan play group (kelompok bermain) 1-2 tahun
Biaya pendidikan masih kecil dari anggaran pendapatan dan belanja negara (belum sampai pada 10% APBN), tetapi cenderung lebih merata walaupun masuk di pelosok-pelosok Tahun ajaran baru sekolah dasar sampai Pendidikan Tinggi tidak berbeda, yaitu bulan Juli sampai dengan bulan Juni tahun berikutnya
Pendidikan formal mulai pra-sekolah sampai dengan Pergurusn Tinggi baik negeri maupun swasta dan pendidikan non formal atau pendidikan masyarakat
12
14.
dalam hal administrasi dan pengawasan baik negeri maupun swasta Bidang pendidikan yang terkenal yaitu ilmu sosial dan kedokteran, urutan dunia ke 46 dan 60 (Times Higher Education Supplement: 2004). Terdapat 41 PT negeri, dan 38 pendidikan swasta dengan jumlah penduduk 64 juta lebih dengan angka melek huruf 92,6% (2006).
hanya ditangani oleh Menteri Pendidikan
Terdapat 43 perguruan tinggi negeri dan ratusan perguruan tinggi swasta dengan jumlah penduduk dua ratus juta lebih, Perbandingan jumlah perguruan tinggi negeri jauh masih lebih rendah bila dilihat dari segi jumlah penduduk