Laporan Praktikum Analisis Biomedik dan Forensik
Penentuan Kadar Iodin dalam Urine Menggunakan Metode Mikroplate Senin, 20 Maret 2017 Kelompok 2, Shift D Pukul 10.00 – 13.00 WIB
NPM 260110140126 260110140127 260110140128 260110140129 260110140130 260110140132 260110140133 260110140134
Nama Aisyah Nadila P. Adil P. Budiman Fitriani Jati Rahmania Aulia Alfiana Ike Susanti Aliya Azkia Maulida Aguslestari Kelvin Aldrin
Tugas Teori Dasar Teori Dasar Abstrak, Editor Data Pengamatan Pembahasan Pembahasan Pembahasan Metode
LABORATORIUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2017
Penentuan Kadar Iodin Dalam Urine Menggunakan Metode Microplate Abstrak Iodium merupakan unsur vital pada sintesis hormon tiroid yang kemudian akan menghasilkan
hormon T3 dan T4. Bila asupan iodium tidak terpenuhi, kelenjar tiroid tidak akan mampu mensintesis hormon tiroid dalam jumlah yang cukup sehingga menyebabkan kadarnya dalam darah menjadi rendah (hipotiroid) yang berpengaruh pada gangguan perkembangan otak dan efek berbahaya lainnya. Kecukupan asupan iodium dapat diukur berdasarkan ekskresi iodium urin (EIU). Pengujian secara kuantitatif ini didasarkan pada reaksi Sandell – Kolthoff, dengan menggabungkan reaksi tersebut dan proses digesti dalam format microplate. Metode yang dilakukan pada praktikum ini dengan meletakkan sampel dan standar iodium pada well microplate, kemudian dilakukan digesti pada suhu 110 oC selama 60 menit dengan penambahan ammonium persulfat. Setelah itu, reaksi Sandell – Kolthoff terjadi pada suhu 25 oC selama 30 menit. Iodin dalam urin terukur oleh microplate reader pada panjang gelombang 405 nm. Kata Kunci: Iodium, Urin, Sandell – Kolthoff, Digesti, Microplate.
Abstract Iodine is a vital element in the synthesis of thyroid hormone, which then produces the hormones T3 and T4. When the intake of iodine is not met, the thyroid gland will not be able to synthesize the thyroid hormone in an amount sufficient to cause the levels in the blood is low (hypothyroid) that affect the brain development disorder and other harmful effects. Adequate intake of iodine can be measured by urinary iodine excretion (UIE). Quantitative testing is based on the reaction Sandell - Kolthoff, by combining the reaction and the process of digestion in a microplate format. The method used in this lab by putting iodine in the sample and standard microplate well, then do digestion at a temperature of 90 ° C for 90 minutes with the addition of ammonium persulfate. After that, reaction Sandell - Kolthoff occurs at a temperature of 25 ° C for 30 minutes. Iodine in urine measured by microplate reader at 405 nm. Keywords: Iodine, Urine, Sandell – Kolthoff, Digestion, Microplate.
Pendahuluan
dapat menyebabkan hipertiroid yang dapat
Iodine merupakan elemen yang penting dalam proses sintesis hormon tiroid. Jika
menyebabkan
penyakit
seperti
Grave
disease (Preedy,et al.,2009).
bermasalah dalam konsumsi iodine maka
Kadar kecukupan iodium tubuh dapat dinilai
akan mengalami gangguan pada tubuh.
dari iodium yang masuk lewat makanan dan
Kekurangan iodine dapat menyebabkan
minuman, sebab tubuh manusia tidak dapat
hipotiroid
mensintesis
yang
dapat
menyebabkan
kekerdilan. Sedangkan jika kelebihan iodine
dalam
urin
iodium. sangat
Pemeriksaan penting
iodin
dilakukan
mengingat hampir seluruh iodium (90%)
untuk uji bioassay (uji berbasis biokimia dan
diekskresikan melalui urin, dengan demikian
sel
iodin dalam urin dapat menggambarkan
perkembangan obat baru. Setiap microplate
asupan iodin seseorang. Indikator utama
terdiri dari beberapa lubang dengan volume
untuk
penanganan
tertentu yang disesuaikan dengan uji coba
terhadap kekurangan iodin ada dua, pertama
yang akan dilakukan. Jumlah umum untuk
untuk melihat nilai asupan iodium dipakai
lubang di microplate adalah 96, 384, 1536
kadar iodium dalam garam, kedua untuk
well setiap lempeng (Jones,et al.,2012).
melihat
kemajuan
melihat impak adalah dengan pemeriksaan iodin dalam urin (Gatie,2006).
assay)
yang
digunakan
dalam
Reaksi yang umumnya digunakan dalam analisis iodin yang ada dalam urin. Dimana
Urin adalah hasil ekskresi dari metabolisme
reaksi yang terjadi adanya perubahan yang
beberapa produk di dalam tubuh terutama
terjadi antara ion ceric menjadi ion cerous.
urea dan senyawa nitrogen lainnya. Dimana
Perubahan berupa perubahan warna dari
dihasilkan dengan cara memfilter darah di
kuning
organ ginjal. Urin disimpan di kantung
(Rachmawati,1997).
kemih dan dikeluarkan dari tubuh denga uretra (Baig,2011).
menjadi
tidak
berwarna
Metode Alat
Pengukuran konsentrasi iodine pada urin
Labu ukur, microplate reader, mikropipet,
baik urin segar atau setelah penyimpanan 24
mikropipet
jam merupakan metode yang paling umum
(PP)
digunakan dalam investigasi intake iodine di
mikropipet.
suatu daerah. Metode ini lebih mudah dibandingkan dengan menganalisis makanan
plate,
multichannel, sealing
polypropylene
cassette,
dan
tip
Bahan
yang sering dikonsumsi di suatu daerah.
Asam klorida, amonium persulfat, asam
Ekskresi iodin pada urin menunjukan status
arsenik, seri amonium sulfat, dan kalium
iodin di dalam tubuh. Akan tetapi, penyakit
iodat.
tiroid harus ditinjau juga dengan iodin intake
Prosedur
setiap orang (Kim dan Kyung rae,2000). Microplate adalah lempeng yang umum digunakan miniaturisas dan otomatisasi
Pembuatan larutan Asam Klorida (3.3 mol/L)
Larutkan 500 gram kalium klorida dalam
Larutkan
1000 ml aquadest menggunakan erlenmeyer
menggunakan air dalam labu ukur 100 mL
dan
menit
untuk membuat larutan stok 7.88 mmol/L
menggunakan waterbath. Tambahkan 375
atau setara dengan 1000 mg/L iodin),
ml asam perklorat secara perlahan sambil
kemudian larutan stok diencerkan 100 dan
diaduk. Larutan disimpan pada suhu 25°C
10000 kali lipatnya sehingga dihasilkan
selama satu malam. Suspensi yang terbentuk
larutan stok 0.039-4.73 µL atau setara
disaring menggunakan glass filter. Filtrat
dengan 5-600 µg/L iodin.
panaskan
selama
60
disimpan pada suhu 4°C sebelum digunakan
Metode
168,6
Amonium
mg
KIO3
dengan
Persulfat
Digest
Larutan amonium persulfat (1.31 mol/L)
Microplate (APDM)
Larutkan 30 gram ammonium persulfat
Memipet kalirator dan sampel urin masing-
dalam aquadest hingga 100 ml. Larutan ini
masing sebanyak 50 µL ke dalam well pada
harus dibuat segar sebelum digunakan
plat
Larutan asam arsenic (0.05 mol/L)
polipropilen
amonium
persulfat
(PP).
Menambahkan
sebanyak
100
µL.
Masukan plat polipropilen kedalam sealing
Larutkan arsen trioksida sebanyak 5 gram
cassette. Tutup kaset dengan rapat dan
dalam 0.875 mol/L NaOH. Pekatkan dengan
masukan kedalam oven selama 60
menggunakan asam sulfat sebanyak 16 mL,
selama 110oC. Dinginkan bagian bawah
kemudian dinginkan menggunakan ice bath.
kaset
Setelah suhu menjadi normal, tambahkan
menghidari kondensasi dari uap pada bagian
12,5 gram NaCl kedalam larutan dan
atas well dari plat dan untuk menghentikan
encerkan dengan menambahkan 500 ml
reaksi. Pindahkan 50 µL dari well tersebut
aquadest dan saring.
ke dalam plat mikropipet polistiren 96-well.
Amonium seri sulfat (0.019 mol/L)
dengan
menggunakan
air
menit untuk
Masukan 50 µL larutan asam arsenik ke dalam well. Tambahkan seri aminum sulfat
Larutkan 6 gram tetraammonium ceri (IV)
sebanyak 50 µL dalam waktu 1 menit.
sulfat dihidrat dengan menggunakan 1.75
Diamkan selama 30 menit pada suhu 25oC.
mol/L asam sulfat dan tambahkan dengan
Hitung absorbansi pada panjang gelombang
asam yang sama hingga tanda batas 500 mL
405 nm dengan microplate reader.
Kalibrator Iodine
Prosedur Dan Hasil Perlakuan Hasil No 1
Pembuatan Larutan Amonium Persulfat (1.31 mol/L) Metode Hasil Larutkan ammonium persulfat sebanyak 30 g Ammonium persulfat dalam 100 mL aquadest. Larutan dibuat secara yang ditimbang massa 1000 M= x fresh sebelum digunakan. MR V ( mL ) 1,31=
massa 1000 x 228,18 25
Massa = 7,4729 gram Dilarutkan dalam 100 mL aquadest dalam labu ukur No 1
Pembuatan Larutan Asam Arsenat (0.05 mol/L) Prosdedur Hasil Larutkan 5 gram arsen trioksida dalam 100 mL Arsen Trioksida yang larutan NaOH 0.875 mol/L
ditimbang : massa 1000 M= x MR V ( mL ) 0,05=
massa 1000 x 197,841 25
Massa = 0,2473 gram NaOH yang ditambahkan sebanyak 5 mL NaOH yang ditimbang : massa 1000 0,875= x 40 5 mL 2
Masaa = 0,175 gram Tambahkan asam sulfat pekat sebanyak 16 mL Asam sulfat yang dalam wadah es. Dinginkan .
ditambahkan :
16 mL x = 500 mL 25 x=0,8 mL 3
Setelah dingin, tambahkan sebanyak 12.5 g NaCl yang ditambahkan NaCl kemudian aduk.
:
12.5 g x = 500 mL 25 x=0,625 g
4
Encerkan larutan hingga 500 mL dengan air Arsen trioksida dibuat dingin kemudian disaring
No 1
0,05 M
Pembuatan Larutan Ceri amonium sulfat (0.019 mol/L) Prosdedur Larutkan tetramoniuum cerium (IV) sulfat Massa
Hasil tetramoniuum
dihidrat 6 gram dalam 1.75 mol/L asam sulfat cerium (IV) sulfat massa 1000 M= x hingga 500 mL. MR V ( mL ) 0,019=
massa 1000 x 632,56 25
Massa = 0,300 gram Perhitungan
Molaritas
H2SO4 ρ x 10 x M= BM M=
1,84 x 10 x 96 98,08
M =18,76 Pengenceran H2SO4 V 1 x M 1=V 2 x M 2 V 1 x 18,76=25 x 1,75 V 1=2,3 mL H 2 SO 4 96
Volume Aquadest = 22,7 mL No 1
Pembuatan Kalibrator iodin Prosedur Hasil Larutkan sebanyak 168.6 mg Kalium iodat Ditimbang 168,6
mg
dalam 100 mL aquadest dalam labu ukur (7.88 kalium iodat dalam 50 mmol/L, 1000 mg/L iodin). Larutkan larutan stok 100-10000
mL (2000 ppm iodin) kalinya, Variasi konsentrasi 2000 ppm; 1000 ppm; kemudian buat larutan kerja 0.039-4.73 µg/L 500 ppm; 250 ppm, 125 iodine) ppm; 62,5 ppm; 31,25
2
ppm;
15,
625
ppm;
7,8125 ppm. No 1
Prosedur analisis (APDM metode ) Prosedur Hasil Pipet kalibrator dan urin masing-masing 50 µL Sampel urine npm 129 dan
2
masukkan
kedalam
well
pada
plat dimasukkan
kedalam
polipropilen. well B5-B6 Tambahkan 100 µL larutan amonium persulfat Ammonium
persulfat
(konsentrasi akhir 0.87 mol/L)
sebanyak
ditambahkan 100µL
3 4
Plat PP kemudian di set pada kaset Tutup kaset dan simpan selama 60 menit di oven Disimpan pada suhu 110 o C
5
selama
90
menit di oven pada suhu
900C Setelah didigest, dinginkan bagian bawah kaset Larutan disimpan dalam hingga suhu ruang dengan mengalirkan air keran wadah berisi air dingin. untuk menghindari kondensasi di bagian atas
6
well Buka kaset, kemudian pipet 50 µL aliquot Tidak kedalam polystyrene 96-well microtiter plate
pengenceran
dilakukan
7
Tambahkan asam arsenik 100 µL kedalam well Asam arsenit 100 µL
8
kemudian campur kedalam well Tambahkan dengan segera 50 µL larutan ceri Ceri amonium amonium sulfat (dalam 1 menit) menggunakan ditambahkan multichannel pipet. Diamkan selama 30 menit pada suhu 25 o C
9
kemudian
5 31,25 125 2000
didiamkan
Kurva Kalibrasi t = 0
Kurva Kalibrasi pada t= 0’
15,62
absorbansinya
405 nm.
Data Pengamatan Pada Saat t = 0’
7,813
µL
selama 30 menit. Ukur absorbansi pada 405 nm menggunakan Absorbansi diukur pada microplate reader.
C
50
secara cepat Pada 0 menit, sampel diukur
10
sulfat
Log C
A1 0,81
0,89282 5 0,81 1,19382 8 0,78 1,49485 2 0,79 2,09691 3 0,23 3,30103 5
A2 0,858 0,901 0,903 0,826 0,206
Ratarata A 0,836
Absorbansi
f(x) = - 0.26x + 1.18 R² = 0.82 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Log C
5 0,859 5 0,842 5 0,809 5 0,220 5
Absorbansi Sampel Pada t = 0
No plat G3-G4 H3-H4 A5-A6 B5-B6 C5-C6 D5-D6 E5-E6 F5-F6
A1 0,603 0,506 0,521 0,495 0,54 0,395 0,538 0,577
A2 0,51 0,549 0,487 0,528 0,59 0,407 0,589 0,626
Rata-rata A 0,5565 0,5275 0,504 0,5115 0,565 0,401 0,5635 0,6015
Data Pengamatan Pada Saat t = 30
Kurva Kalibrasi pada t= 30’ C 7,813 15,62 5 31,25 125 2000
Log C 0,8928
A1 0,12
2 1,1938
7
2 1,4948 5 2,0969 1 3,3010 3
A2
Rata-Rata A
0,111
0,118 0,103 0,10 3 0,09 0,06 1
0,11 0,096 0,057
0,119 0,1105 0,1065 0,093 0,059
Kurva Kalibrasi t = 30 0.15 0.1 Absorbansi
0.05
f(x) = - 0.02x + 0.14 R² = 0.99
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Log C
Absorbansi Sampel Pada t = 30
No plat G3-G4 H3-H4 A5-A6
A1 0,29 7 0,06 4 0,06 4
A2
Rata-rata A
0,124
0,2105
0,07
0,067
0,066
0,065
0,09 Perhitungan Kadar B5-B6 0,096 0,0935 Kadar 1 yang dihitung hanya pada T=30 0,07 + 0,1418 y = -0,0246x C5-C6 0,07 0,0735 7 y= Absorbansi , X= Log Konsentrasi ( Dalam ppm atau µg/mL) 0,06 D5-D6 0,084 0,075 0,21056 = -0,0246x + 0,1418 0,0735 = -0,0246x + 0,1418 x 10,06 = -2,8 µg/mL E5-E6 0,084 0,0765 Antilog -2,89= 0,001584 µg/mL
x 5 = 2,77 µg/mL Antilog 2,77 = 588,84 µg/mL
= 0,0016 µg/mL 0,06 0,1418 F5-F6 0,067 = -0,0246x 0,072 +0,069 6 x 2 = 3,04 µg/mL Antilog 3,04 = 1096,48 µg/mL 0,065 = -0,0246x + 0,1418 x3 =
x6
x7
x 8 = 2,96
µg/mL
Antilog 2,96 = 912, 01 µg/mL
Pembahasan
yang terdiri dari 95% air dan sisanya zat
Yodium merupakan zat yang dibutuhka tubuh dalam jumlah tertentu , defisiensi urin dapat mengakibatkan penyait dalam tubuh . urin merupakan
= 2,65 µg/mL
Antilog 2,65 = 446,7 µg/mL 0,069 = -0,0246x + 0,1418
1,96 µg/mL
Antilog 1,96 = 91,2 µg/mL
= 2,72 µg/mL
Antilog 2,72 = 524,8 µg/mL 0,0765 = -0,0246x + 0,1418
3,12 µg/mL
Antilog 3,12 = 1318,25 µg/mL 0,0935 = -0,0246x + 0,1418 x4 =
0,075 = -0,0246x + 0,1418
hasil metabolisme tubuh
terlarut. pemeriksaan kadar yodium dalam urine sebagai indikator terbaik atau accurate marker karena
sebagian yodium yang
masuk kedalam tubuh diekskresikan dalam urine sehingga pengukuran ekskresi iodium
urine (EIU) memberikan perkiraan yang
Mesikupun sebagian besar iodium dalam
akurat dari asupan yodium yang berasal dari
urin berbentuk organik tetapi ada juga yang
makanan. Salah satu metodenya adalah
terikat sebagai T3 dan T4 dan kemungkinan
dengan pengukuran spektrofotometri atau
lain adalah sebagai senyawa kompleks
pembacaan microplate dari reaksi Sandell-
dengan kation-kation lain. Oleh karena itu
Kolthoff . Penetapan iodium dapat dilakukan
pada penentuan kadar iodin dalam urin perlu
dengan cara reaksi redosk Cu-AS (sandell –
dilakukan destruksi terlebih dahulu untuk
kolthoff) . cara ini lebih sensitif karena dapat
memperoleh iodin seluruhnya dalam bentuk
mengukur kadar iodium dibawah 10 ppm
I2.
(Dahro dkk, 1996) sehingga tepat digunakan untuk memeriksa urin dalam jumlah sedikit . pda kali ini digunakan sampel urin dari 8 orang . urin segar yang digunakan adalah urin
middle
stream
yang
tidak
terkontasminasi
bakteri
yang
dapat
mengganggu
absorbansi
dari
spektrofotometer . Kadar iodium dalam sampel dianalisis menggunakan Persulfate
metode
Digestion
Ammonium on
APDM merupakan suatu metode destruksi basah dengan pereaksi amonium persulfat sebagai
reduktor.
mengubah
iodat
Digesti menjadi
ini
untuk
iodida
yang
berfungsi sebagai katalis dalam reaksi redoks
Cu-As
(Sandell-Kolthoff)
(Noegrohati et al, 1981). KIO3 + (NH4)2S2O8 → I2 + (NH4)2SO4 + K2SO4
Microplate
Penetapan iodium dilakukan dengan cara
(APDM). Iodium dalam makanan sebagian
reaksi Cu-As (Sandell-Kolthoff). Cara ini
-
besar dalam bentuk ion iodida (I ) atau IO3
-
digunakan karena lebih sensitif serta dapat
dan sedikit iodium yang terikat sebagai
mengukur kadar iodium dibawah 10 ppm.
senyawa organik. Di dalam usus semua
Metode
bentuk senyawa iodium diubah menjadi
Sandell-Kolthoff prinsipnya menggunakan
iodida dan bentuk inilah yang diserap oleh
iodium sebagai katalis reduksi dari Ce+4
usus untuk selanjutnya diangkut oleh darah
menjasi Ce+3 oleh arsen (III) dalam medium
ke kelenjar tiroid dan organ tubuh yang lain.
asam . Reaksi dipantau sebagai penurunan
Di dalam urin iodium juga berada dalam
penyerapan cahaya pada 405 nm akibat
-
bentuk I dan iodium yang terikat sebagai hormon tiroid.
yang
didasarkan
pada
reaksi
konversi Ce+4 (kuning) menjadi Ce+3 (tak
dan
berwarna) (Dyrka,2011). Semua preparasi baik sampel maupun baku
lemari asam (Pino et.al, 1996). Digesti menggunakan metode APDM lebih
dilakukan
wells.
baik daripada menggunakan metode digesti
Keuntungan menggunakan microplate wells
dengan asam klorida. Metode digesti dengan
ialah tidak terlalu banyak menggunakan
asam klorida dapat menekan efek katalitik
bahan hanya membutuhkan kisaran 50 – 100
iodium
µL.
persulfat
sehingga membutuhkan faktor koreksi untuk
dimaksudkan untuk memperoleh iodium
perhitungan (Pino et.al, 1996). Namun,
seluruhnya dalam bentuk I- (iodium dalam
metode ini juga memakan waktu, dan
urin berbentuk I- dan iodium yang terikat
jumlah limbah beracun yang dihasilkan
sebagai T3 dan T4). Sebagai baku digunakan
tidak dapat diabaikan. Untuk mempercepat
kalium
amonium
prosedur dan untuk meminimalkan jumlah
persulfat pada kalium iodat akan mereduksi
beracun limbah, semua prosedur dilakukan
bentuk iodat (IO3-) menjadi bentuk iodin (I-)
pada PP microplate serta reaksi Sandell-
yang sesuai dengan bentuk iodium dalam
Kolthoff. PP microplate ini sangat cocok
urin (bentuk I- ). Selain sebagai baku kalium
untuk digunakan pada proses digesti karena
iodat juga berfungsi untuk melihat apakah
tahan panas dan tidak bereaksi dengan bahan
dengan penambahan amonium persulfat
kimia (inert). Dapat mencegah kebocoran
dapat diperoleh iodium dalam bentuk (I).
uap karena terdapat penutup berupa cassette
pada
microplate
Penambahan
iodat,
amonium
penggunaan
Amonium persulfat harus digunakan dalam keadaan segar. Amonium persulfat memiliki sifat oksidator kuat sehingga akan mudah terurai menjadi tidak stabil. Amonium persulfat digunakan karena tidak berbahaya, tidak berpotensi meledak, ekonomis, sangat larut dalam air (yang membuatnya mudah untuk mempersiapkan lebih terkonsentrasi solusi), sebuah senyawa oksidator yang lebih kuat, menghindari radiasi ultraviolet,
menghilangkan
dalam
kebutuhan
Reaksi
knalpot
Sandell-Kolthoff
dan mencegah kontaminasi silang antara lubang satu dengan lubang lainnya (Ohashi, 2010). Proses pemanasan pada suhu 90o C selama 90 menit dilakukan guna memutuskan ikatan antara iodium dengan senyawa organik lain seperti protein. Keadaan ini juga diperlukan untuk mencapai kondisi optimum reaksi oksidasi oleh amonium persulfat. Oksidasi yang optimal didefinisikan sebagai (a) dapat menghilangkan warna jerami sampel urin untuk pengukuran reaksi melalui warna, (b)
menghilangkan zat mengganggu, dan (c)
Pengukuran dilakukan pada menit ke-0
memiliki recoveries yang sesuai untuk
setelah penambahan ceri amonium sulfat
iodium (Pino et.al, 1996). Setelah proses digesti, berlanjut ke proses
dan pada menit ke-30. Pengukuran ini
penambahan
asam
arsenik
dan
ceric
amonium sulfat. Arsen berperan sebagai reduktor
dengan
mengalami
oksidasi.
Sedangkan ceric berperan sebagai oksidator dengan mengalami reduksi. Reaksi SandellKolthoff sebagai berikut.
dilakukan untuk melihat pengaruh waktu inkubasi.
Pada menit ke-0 diperoleh
persamaan garis y = -0.2624x + 1.1849 dengan R2= 0,817, sedangakan pada menit ke-30 y = -0.0246x + 0,1418 dengan R2= 0,9924. Kurva kalibrasi ini menghubungkan konsentrasi iodin dengan log absorbansi Ce4+.
Absorbansi
dibuat
dalam
log
(Sokolik, 2011) Reaksi Sandell-Kolthoff merupakan reaksi
dikarenakan jika menggunakan konsentrasi
kinetik, idealnya interval antara penambahan
tidak linear sehingga absorbansi dibuat
ceric
pembacaan
dalam log. Y=ax+b di mana y adalah log
absorbansi harus sama bagi setiap lubang.
absorbansi, a adalah slope, x adalah
Maka dari itu penambahan ceric amonium
konsentrasi dan b adalah kosntanta. Slope
sulfat
yang
amonium
harus
sulfat
dengan
cepat,
penambahan
ceric
memiliki nilai negatif, hal ini menunjukan
amonium sulfat yaitu 1 menit. Setelah penambahan ceric amonium sulfat,
bahwa nilai kosentrasi iodine berbanding
maksimal
dilakukan
dan
dengan absorbansi, grafik yang diperoleh
waktu
campuran didiamkan selama 30 menit pada suhu ruangan (min 25o C). Reaksi SandellKolthoff merupakan reaksi kinetik yang proses reaksinya berjalan ideal selama 30 menit (Ohashi, 2010). Diukur absorbansi pada panjang gelombang 405 nm untuk melihat penurunan penyerapan cahaya kibat konversi Ce+4 (kuning) menjadi Ce+3 (tak berwarna).
diperoleh
terbalik
dari hasil
dengan
log
pengamatan
absorbansi
Ce4+.
Semakin banyak iodin dalam urin maka akan semakin banyak Ce4+ yang bereaksi sehingga niali Ce4+ dalam larutan menjadi rendah.
Nilai
R2
merupaka
koefisien
kolerasi, nilai ini menandakan liniearitas suatu
metode.
Linearitas
menunjukan
kemampuan suatu metode analisis untuk memeperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam sampe pada kirasaran
konsentrasi
tertentu.
Nilai
koefisien
korelasi
yang
memenuhi
Menurut
WHO/UNICEF/ICCIDD,
kadar
persyaratan adalah lebih besar dari 0,9970
iodin dalam urin sebesar 100-199 µg/L
(Chan, et al., 2004). Nilai koefisien kolerasi
sedangkan kadar yang diperoleh diatas dan
pada kurva kalibrasi menit ke-0 dan menit
dibawah normal. Hal ini dapat dikarenakan
ke-30 tidak memenuhi persyaratan karena
nilai kolerasi yang diperoleh kurang dari
<0,9970. Tetapi untuk menit ke-30 nilai r2
<0,997, pemipetan cerium ammonium sulfat
tidak terlalu jauh sedangkan untuk menit ke-
yang tidak sesuai (kurang dari seharusnya)
0 nilai r2 adalah 0,817. Nilai r2 yang terlalu
yang menyebabkan absorbansi lebih kecil.
rendah disebabkan karena semua bereaksi secara sempurna sehingga belum stabil. Dari
Simpulan
data yang diperoleh bahwa masa inkubasi
Kadar iodin dalam urin dapat dianalisis
sangat berpengaruh terhadap hasil yang
menggunakan
diperoleh.
Persulfate Digestion (APD) dengan teknik
metode
Ammonium
microplate. Reaksi yang terjadi pada proses Kadar iodine dalam sampel dapat ditentukan
ini adalah reaksi Sandell-Kholtof, reaksi ini
dengan menggunakan persamaan garis yang
berdasarkan pada reaksi redoks pada Ce4+
diperoleh. Kadar iodine yang dihitung hanya
dan As3+ dengan katalis Iodida. Sisa dari
kadar iodine pada t=30, karena pada t=30
Ce4+
nilai koefisien kolerasi yang cukup baik.
microplate
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentras i µg/mL 0,0016 1096,48 1318,25 91,2 588,84 524,8 416,7 912,01
diukur
dengan
reader,
menggunakan
absorbansi
Ce4+
Konsentrasi
berbanding terbalik dengan log konsentrasi
µg/L
iodin. Kadar iodin dari 8 sampel iodine yang
1,6 1.096.480 1.318.250 91.200 588.840 524.800 416.700 912.010
diperoleh adalah 0,0016; 1096,48; 1318,25;
Kadar iodium dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Kelebihan
91,2; 588,84; 524,8; 416,7; 912,01 ppm dengan nilai r2 : 0,992. Daftar Pustaka Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Baig,Atif
Amin.
2011.
Biochemical
iodium akan dikeluarkan melalui urine dan
Composition of Normal Urine. Available
sedikit melalui faeses (Almatsier, 2002).
online
at
https://www.researchgate.net/publicatio
n/273821932_Biochemical_Compositio
Equipment and Instrimentation for High
n_of_Normal_Urine
Throughput Screening. Tersedia online
[Diakses
pada
tanggal 5 Maret 2017].
di
Chan, C. C,. Lam, Herman. Lee, Y. C. and Zhang, Xue-Ming. (2004). Analytical Method Validation and Instrument Performance
Verification.
Canada:
John Wiley & Sons. K,.Wiludjeng; Yenita;
Rosmalina.Gunawan.
Yulia,
St. F.
1996.Kestabilan iodium dalam garam pada berbagai tipe dan resep masakan di
Indonesia.
K92014/ [Diakses pada tanggal 5 Maret 2017]. Kim, Jung Yeon dan Kyung rae Kim. 2000. Dietary Iodine Intake and Urinary
Dahro, A, Murdiana,. Sukati, S.; Tati, H,. Lestari,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NB
Bogor:
Iodine Excretion in Patient with Thyroid Disease. Journal Yonsei Medical . Vol 41 (1) : 22-28 Noegrohati, Sri; Mustofa F, A; dan Sukanto, L. 1981. Penetapan Kadar Iodium
Jurnal
dalam Makanan Berprotein. Seminar
PenelitianGizi dan Makanan
Nasional
Dyrka,A dkk. 2011. Assay Of Iodine In Edible Salt Using Sandell-Kolthoff Catalytic
Method.
Journal
of
Laboratory of Diagnostocs. Vol. 47(4): 425-429. Gatie AL. 2006. Validasi total goiter rate (TGR)
berdasar
ultrasonografi
palpasi
(USG)
terhadap
tiroid
serta
kandungan yodium garam dan air di Kecamatan Brebes.
Sirampog Semarang:
Kesehatan
Masyarakat
Kabupaten Prodi
Ilmu
Universitas
Eric.,Sam
Analisa
Kimia.
Bandung. Ohashi.2002. Simple Microplate Method for Determination
of
Urinary
Iodine.
Clinical chemistry. Vol 46(2). Hal: 529536Preedy,Victor Burrow.,dan
Ronald
R.,Gerard
N.
Watson.
2009.
Comprehensive Handbook of Iodine : Nutritional, Biochemical, Pathological and Therapeutic Aspects. London : Elsevier. Pino,
Sam;
Fang,
Shih-Lieh;
and
Braaverman, L.E. 1996. Ammonium
Diponegoro. Jones,
Metoda
Michael.,dan
G.Sitta
Sittampalam. 2012. Basic of Assay
persulfate: a safe alternative oxidizing reagent for measuring urinary iodine. Clinical Chemistry. Vol. 42(2): 239-243.
Rachmawati B. 1997. Pengaruh Waktu
Small
Volumes
of
Microprinted
Penyimpanan dalam Suhu Ruang (26-
Solutions. Anal Chem Insights. Vol. 6:
34 derajat celcius) terhadap Kadar
61–66.
Iodium dalam Urin. Semarang: Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Sokolik, Charles W, Walker, Annie S, Nishioka, Gary M. 2011. A Simple and Sensitive Assay for Measuring Very
WHO, UNICEF, ICCIDD. 1999. Progress towards the elimination of Iodine Deficiency Disorders (IDD). Geneva: World Health Organization;. WHO Document WHO/NHD/99.4.