ANALISA PERBANDINGAN PLAT RUSUK ( HOURDI POUTREL POUTRELLE LE) DENGAN PLAT BETON KONVENSIONAL (Studi Kasus: Villa Asas, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia)
.
Disusun oleh: ERZA RAIHANZA
PPCP PPCP 72
PT. WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK. DEPARTEMEN LUAR NEGERI JAKARTA AGUSTUS 2017
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kebaikan serta tiada henti memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul:
“ Analisa Per bandingan Plat Rusuk ( Hourdi Poutrelle) dengan Plat Beton Konvensional” Penyelesaian penelitian ini dilakukan berdasarkan kasus yang ada di tender proyek Villa Asas, Riyadh, Kerajaan Arab Saudi. Penulis dipercaya untuk ikut serta sebagai anggota tim tender hingga proyek tersebut dikumpulkan. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Bimo Prasetyo, selaku mentor dan atasan langsung penulis, yang terus memberikan bimbingan, motivasi, pembelajaran serta terus memacu penulis untuk memberikan kemampuan terbaik dalam segala situasi. 2. Tria Lestari Putri, yang selalu memberikan support secara rutin dan memberikan perhatianya setiap hari kepada penulis 3. Rekan-rekan tim Proyek Bateen Al Samr Residential Complex (Phase I) yang senantiasa membantu serta memberikan dukungan dan bantuan terhadap penulis. 4. Rekan-rekan Departemen Luar Negeri yang saya banggakan. 5. Rekan-rekan PPCP 72 seperjuangan dalam program On Job Training ini. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaa, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terbaik bagi penulis dan seluruh pembaca.
Jakarta, 26 Juli 2017
Penulis
I
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
ABSTRAK
Nama
: Erza Raihanza
Judul : Analisa Perbandingan Plat Rusuk ( Hourdi Poutrelle ) dengan Plat Beton Konvensional
Dalam pembangunan suatu bangunan untuk berbagai kegunaan (gedung dan infrastruktur) struktur bangunan merupakan salah satu komponen terbesar dalam pembangunan suatu bangunan. Plat lantai yang berfungsi untuk menopang aktivitas yang ada dalam suatu bangunan memiliki fungsi yang vital serta volume yang cukup besar dalam komponen struktur suatu bangunan. Pada proyek villa Asas yang berlokasi di Riyadh, Saudi Arabia, plat lantai didesain menggunakan sistem hourdi poutrelle atau plat rusuk. Sistem ini menggunakan gabungan antara bata hourdi degan balok rusuk hingga menjadi suatu kesatuan plat yang padat. Berdasarkan penelitian terdahulu, sistem hourdi poutrelle memiliki keunggulan secara thermal sehingga umum digunakan pada area timur tengah, namun belum banyak diketahui bahwa sistem ini apakah dapat memberikan efisiensi secara biaya dibandingkan dengan metode beton bertulang konvensional atau tidak. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan perbandingan antara sistem plat lantai hourdi poutrelle dengan sistem plat lantai beton bertulang konvensional sebagai alternatif penggunaan sistem plat lantai konvensional. Sistem plat lantai hourdi poutrelle yang ada pada desain tender proyek Villa Asas dipergunakan sebagai objek penelitian yang selanjutnya dimodelkan dan didesain suatu plat lantai berbahan beton bertulang yang memiliki kekuatan yang sama dengan sistem hourdi poutrelle. Plat lantai hourdi poutrelle kemudian dibandingkan secara biaya dan waktu terhadap sistem plat lantai konvensional untuk kemudian diketahui secara mutu, biaya dan waktu mana yang lebih unggul. Dari hasil analisa, diperoleh desain plat beton konvensional yang setara dengan sistem plat lantai hourdi poutrelle villa asas yang memiliki ketebalan 70mm (untuk plat atas) dan 200mm (untuk balok rusuk) setara dengan plat beton konvensional yang memiliki ketebalan 115mm. Dari kedua desain tersebut, kemudian ditentukan metode kerjanya masing-masing. Setelah dibentuk, dilakukan analisa biaya dan durasi pekerjaan. Setelah dianalisa, diperoleh efisiensi sebesar 24.8% secara biaya dan 34% secara durasi pekerjaan.
Kata Kunci: Plat Lantai, Slab, Hourdi Poutrelle, perbandingan, komparasi, plat rusuk
II
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
ABSTRACT
Name
: Erza Raihanza
Title : Comparison Study between Conventional Reinforced Concrete Slab
Ribbed
Slab
(Hourdi
Poutrelle)
and
In the construction of a building for various uses (building and infrastructure) the structure of the building is one of the largest components in the construction of a building. Floor slabs that serve to sustain existing activities in a building has a vital function and large volumes in structural components of a building. At villa Asas project located in Riyadh, Saudi Arabia, floor slabs is designed using hourdi poutrelle system or ribbed slab. This system uses a combination of hourdi brick and beam ribs to become a solid slab unity. Based on previous research, the hourdi poutrelle system has a thermal advantage so it is commonly used in the middle east region, but it is not known whether this system can provide cost efficiency compared to conventional reinforced concrete methods. Therefore, the authors conducted a study with the comparison between hourdi poutrelle floor slab systems and conventional reinforced concrete floor slab systems as an alternative to conventional floor slab systems. The hourdi poutrelle floor slab system in the design of Villa Asas project is used as a research object which is further modeled and used as design parameters to a floor slab made of reinforced concrete that has the same capacity as the hourdi poutrelle system. The hourdi poutrelle floor slabs are then compared for cost and time against conventional floor slab systems with the same load capacity, which later found that cost and time for hourdi poutrelle system are superior to conventional one. From the analysis results, the conventional concrete slab design is equivalent to the hourdi poutrelle floor slab system villa asas project. Villa asas’s hourdi poutrelle which has a thickness of 70mm (for top slab) and 200mm (for beam ribs) equivalent to conventional concrete slab having 115mm thickness. From both the design, then determined the working method respectively. After the formation, later conducted cost analysis and duration of work. Once analyzed, efficiency is then obtained at 24.8% for cost and 34% for duration of work.
Keywords: Floor slab, Slab, Hourdi Poutrelle, Comparison Study, ribbed slab
III
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN MENTOR ..................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................. iii KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I ABSTRAK ............................................................................................................................... II
ABSTRACT .............................................................................................................................III BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................1 BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................................................7 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................................15 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................................23 BAB 5 MANAJEMEN RISIKO ...........................................................................................45 BAB 6 SISTEM MANAJEMEN WIKA ..............................................................................51 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................57 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................59 LAMPIRAN............................................................................................................................60
IV
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Ilustrasi Sistem Plat Hourdi Poutrelle ...................................................................2 Gambar 1.2 Model Operasional Penelitian ................................................................................5 Gambar 2.1 Tipe-tipe bata hourdi ..............................................................................................8 Gambar 2.2 Spesifikasi Teknis Bata Hourdi..............................................................................9 Gambar 2.3 Balok hourdi berbahan dasar polystyrene............................................................10 Gambar 2.4 Prestress poutrelle ................................................................................................10 Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ...............................................................................................15 Gambar 3.2 Pembuatan Layout Struktur .................................................................................16 Gambar 3.3 Pendefinisian Properti Komponen Struktur .........................................................17 Gambar 3.4 Pendefinisian Kombinasi Pembebanan ................................................................17 Gambar 3.5 Pengaplikasian Pembebanan................................................................................18 Gambar 3.6 Penetapan Jenis Perletakkan ................................................................................18 Gambar 3.7 Menjalankan analisa.............................................................................................19 Gambar 3.8 Kontrol Defleksi...................................................................................................19 Gambar 3.9 Respon Pembebanan ............................................................................................20 Gambar 4.1 Gambar Tampak dan Potongan ............................................................................23 Gambar 4.2 Site Layout ...........................................................................................................24 Gambar 4.3 Layout untuk Penelitian .......................................................................................25 Gambar 4.4 Properti Penampang Poutrelle .............................................................................27 Gambar 4.5 Layout Pemodelan Struktur Hourdi Poutrelle .....................................................27 Gambar 4.6 Reaksi Pembebanan pada Komponen Plat Hourdi Poutrelle ..............................28 Gambar 4.7 Reaksi Tegangan Geser akibat Pembebanan tehadap Struktur ............................29 Gambar 4.8 Reaksi Momen Tekuk pada Balok Rusuk Hourdi Poutrelle ...............................29 Gambar 4.9 Properti Penampang Analisis Komposit ..............................................................31 Gambar 4.10 Reaksi Tegangan Geser Analisis Komposit.......................................................32 Gambar 4.11 Reaksi Momen Tekuk Analisis Komposit .........................................................32 Gambar 4.12 Denah dan Potongan Plat Beton Konvensional Komparasi...............................35 Gambar 4.13 Pembebanan dan Reaksi akibat pembebanan plat beton konvensional .............36 Gambar 4.14 Metode Kerja Plat Beton Konvensional.............................................................37 Gambar 4.15 Metode Kerja Plat Beton Hourdi Poutrelle .......................................................38 Gambar 6.1 Diagram Alir Prosedur Value Engineering PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.....56
V
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persyaratan Kontrol Defleksi...................................................................................12 Tabel 4.1 Tabel Data Teknis Material .....................................................................................26 Tabel 4.2 Input untuk Desain Plat Konvensional ....................................................................33 Tabel 4.3 Tipe-tipe posisi plat beton........................................................................................33 Tabel 4.4 Hasil perhitungan desain plat lantai komparasi konvensional .................................34 Tabel 4.5 Analisa Harga Satuan 1m3 Beton 350 Kg/cm2 .......................................................39 Tabel 4.6 Analisa Harga Satuan 1m2 Bekisting Balok............................................................39 Tabel 4.7 Analisa Harga Satuan 1 Kg Besi Beton U-24/U-40 ................................................40 Tabel 4.8 Analisa Harga Satuan 1m Tulangan ........................................................................40 Tabel 4.9 Analisa Harga Satuan 1m2 Hourdi Poutrelle ..........................................................41 Tabel 4.10 Analisa Harga Satuan 1m2 Bekisting Lantai Konvensional..................................41 Tabel 4.11 Analisa Harga Satuan 1kg Besi Beton U-24/U40 Konvensional ..........................42 Tabel 4.12 Analisa Harga Satuan 1m3 Beton SRC 350 Kg/Cm2 Konvensional ....................42 Tabel 4.13 Analisa Harga Satuan 1m3 Plat Beton Bertulang..................................................42 Tabel 4.14 Rekapitulasi Komparasi Harga Satuan ..................................................................43 Tabel 4.15 Analisa Penjadwalan Hourdi Poutrelle vs Plat Beton Bertulang Konvensional...44 Tabel 5.1 Matriks Analisa Risiko ............................................................................................47 Tabel 5.2 Kriteria rating berhubungan biaya ...........................................................................48 Tabel 5.3 Kriteria rating probabilitas.......................................................................................48 Tabel 5.4Nilai Risiko sebelum RTL ........................................................................................49 Tabel 5.5Rencana Tindak Lanjut Proaktif ...............................................................................50 Tabel 5.6 Rencana Tindak Lanjut Proaktif ..............................................................................50
VI
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
pembangunan
suatu
bangunan
untuk
berbagai
kegunaan
(gedung
dan
infrastruktur) struktur bangunan merupakan salah satu komponen terbesar dalam pembangunan suatu bangunan.Berfungsi untuk menopang berdirinya bangunan tersebut, serta berfungsi untuk melayani kebutuhan akan aktivitas manusia didalamnya, struktur bangunan memiliki keunikanya masing-masing karena didesain sesuai dengan peruntukannya yang berbeda-beda. Untuk mengakomodir kekuatan dan keawetan, struktur bangunan harus didesain dengan material yang memiliki kekuatan serta keawetan yang tinggi sehingga dapat bertahan lama sesuai dengan kriteria umur bangunan. Kriteria material yang digunakan harus memiliki kekuatan serta keawetan yang tinggi dan dapat bermacam-macam, mulai dari penggunaan kayu, baja, beton hingga beton dengan tulangan baja (beton bertulang). Selain pertimbangan akan kekuatan dan keawetan, struktur yang digunakan harus memiliki kemudahan dalam pemasangan, sehingga mudah dipasang dalam proses konstruksi. Struktur bangunan sangat dipengaruhi oleh faktor alam (terutama kegempaan), untuk itu setiap negara memiliki standar dan kode-kode tersendiri dalam melakukan desain suatu bangunan. Perbedaan ini dapat melahirkan model-model struktur yang berbeda-beda antar regional. Berdasarkan hal itu, penulis terdorong untuk melakukan pembahasan lebih dalam mengenai studi komparasi antara model plat lantai yang cukup banyak diterapkan di timur tengah yait komposit menggunakan bata hollow (hourdi block ) dengan rusuk beton bertulang dibandingkan dengan penggunaan plat lantai beton bertulang konvensional yang didesain menggunakan standar ACI. Kedua model ini kemudian di analisa secara biaya, mutu, dan waktu pekerjaan sehinga dapat memperoleh biaya, mutu dan waktu pekerjaan yang lebih baik. Melalui studi ini, diharapkan dapat menambah laba perusahaan (dengan efisiensi dari pekerjaan pemasangan hourdi) serta tetap mengedepankan kepentingan dan kepuasan pelanggan (owner satisfaction ).
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 1
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
1.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang diangkat pada makalah ini terkait desain rencana pelat lantai bangunan yang umum digunakan pada daerah timur tengah menggunakan hourdi poutrelle yang merupakan kombinasi antara bata hourdi dengan rusuk beton bertulang. Penulis ingin melakukan perbandingan antara model plat lantai beton bertulang konvensional yang umum ditemukan pada dunia konstruksi di Indonesia dengan plat lantai menggunkan sistem rusuk/ hourdi poutrelle yang terdapat pada proyek Villa Asas dengan menggunakan analisis perbandingan pada aspek biaya, mutu dan waktu serta manajemen risikonya.
Gambar 1.1 Ilustrasi Sistem Plat Hourdi Poutrelle
Sumber : http://www.nyatislabs.co.za/slab-design-tables/conventional-rib-block-system/
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang ingin diangkat antara lain: 1. Perbandingan kekuatan struktural plat lantai hourdi poutrelle dengan plat lantai konvensional. 2. Perbandingan biaya plat lantai hourdi poutrelle dengan plat lantai konvensional. 3. Perbandingan waktu plat lantai hourdi poutrelle dengan plat lantai konvensional. 4. Risiko dari pemanfaatan sistem hourdi poutrelle .
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 2
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
1.4 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui perbandingan kekuatan struktural plat lantai hourdi poutrelle dengan plat lantai konvensional. 2. Untuk mengetahui perbandingan biaya plat lantai hourdi poutrelle dengan plat lantai konvensional. 3. Untuk mengetahui perbandingan waktu plat lantai hourdi poutrelle dengan plat lantai konvensional. 4. Untuk mengetahui risiko dari pemanfaatan sistem hourdi poutrelle.
1.5 Manfaat Makalah
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, sebagai berikut: a.
Bagi Penulis Melatih kemampuan penulis dalam membuat analisa terstruktur secara ilmiah yang dapat menambah dan memperluas skill dan juga ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis serta beajar membuat inovasi yang akan berguna dalam dunia kerja kelak.
b.
Bagi PT. Wijaya Karya Sebagai bahan pengetahuan yang dapat menjadi pendukung perusahaan dalam melakukan operasi pekerjaan terkait pekerjaan-pekerjaan yang memiliki potensi pemanfaatan hourdi poutrelle.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 3
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
1.6 Batasan Makalah
Adapun batasan makalah ini dibatasi pada pembahasan: 1. Perhitungan beban yang digunakan mengacu kepada dokumen tender proyek Villa Asas. 2. Analisa pembebanan dilakukan dengan menggunakan bantuan piranti lunak SAP2000. 3. Standar desain yang digunakan aadalah SNI/ACI. 4. Desain plat beton bertulang konvensional didesain didasarkan beban maksimum yang dapat dipikul oleh hourdi poutrelle villa asas. 5. Plat beton bertulang yang didesain sebatas pada one-way slab/two-way slab sederhana. 6. Perhitungan biaya pekerjaan diperhitungkan secara manual. 7. Perhitungan waktu pekerjaan diperhitungkan berdasarkan master schedule tender proyek. 8. Perhitungan mutu yang dihasilkan, antara lain: a. Perhitungan analisa struktur akibat beban vertikal yang diberikan. b. Data-data engineering terkait hasil pemodelan 9. Manajemen Risiko pada Proyek Villa Asas, Riyadh, Saudi Arabia.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 4
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
1.7 Model Operasional Penelitian
Mulai
Data Plat Rusuk Villa Asas Analisa pembebanan vertikal Desain plat dua arah konvensional dengan beban maksimum plat rusuk Villa Asas Dimensi model plat dua arah konvensional Tidak Sesuai
Cek kriteria pada standard
Sesuai
Analisa Biaya
Analisa Waktu
Metode kerja plat rusuk
Metode kerja plat konvensional
Komponen biaya
Komponen penjadwalan
Analisa komparatif biaya pemasangan plat rusuk dan plat konvensional
Analisa komparatif biaya pemasangan plat rusuk dan plat konvensional
Analisa risiko
Kesmpulan dan Saran
Selesai
Gambar 1.2 Model Operasional Penelitian
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 5
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah secara garis besar, sebagai berikut: · BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penulisan makalah, batasan makalah, manfaat makalah, serta sistematika penulisan makalah. · BAB II LANDASAN TEORI Membahas mengenai dasar teori yang digunakan dalam makalah · BAB III METODOLOGI PENELITIAN Membahas metode penelitian serta tahapan dari penelitian. · BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Berisikan tentang temuan-temuan yang diperoleh penulis serta analisis untuk memperoleh hasil yang dapat menjawab rumusan masalah awal. · BAB V MANAJEMEN RISIKO Berisikan tentang manajemen risiko serta cara memitgasinya. · BAB VI RESUME SISTEM MANAJEMEN WIKA Berisikan mengeanai resume Sistem Manajemen Wika yang berlaku di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. · BAB VII PENUTUP Berisikan kesimpulan akhir yang diperoleh penulis serta menjawab tujuan penelitian sehingga dapat memberikan saran terkait pembahasan makalah.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 6
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori dan literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Teori-teori ini diambil dari berbagai sumber antara lain textbook, jurnal ilmiah, prosiding seminar, tesis dan disertasi. Pertama, bab ini akan membahas secara detail tentang karakteristik serta jenis-jenis dari plat lantaibeton bertulang, kemudian membahas mengenai sistem plat ber-rusuk (hourdi poutrelle) yang dilanjutkan pembahasan pemodelan struktur dan model kegagalan.
2.2 Sistem Plat Beton Bertulang
Struktur adalah sistem yang terbentuk dari anggota struktur interkoneksi atau bentuk atau Bentuk yang mencegah bangunan tidak roboh. Struktur mendukung bangunan dengan menggunakan a Susunan berbingkai yang dikenal sebagai Struktur. Beton dan beton bertulang sendiri digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi di setiap bangunan negara. Di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Kanada, beton bertulang merupakan material struktural yang dominan dalam rekayasa konstruksi. Sifat universal dari konstruksi beton yang berasal dari ketersediaan bahan material tulangan beton dan material penyusun beton (kerikil atau batu pecah, pasir, air, dan semen), serta kebutuhan Keterampilan yang cenderung sederhana untuk konstruksi beton, dan dari nilai ekonomi beton bertulang dibandingkan dengan bentuk konstruksi lainnya. Beton polos dan beton bertulang Digunakan di bangunan dalam segala jenis, mulai struktur bawah tanah, tangki air, pondasi turbin angin dan menara, struktur eksplorasi dan produksi minyak lepas pantai, Bendungan, jembatan, dan bahkan kapal
1
Beton bertulang merupakan salah satu material utama yang umum dipergunakan untuk material konstruksi bangunan. Beton bertulang merupakan gabungan antara beton dan tulangan dari baja. Masing-masing dari material ini memiliki kontribusi akan kekuatan dari beton bertulang yang didesain. Beton kuat dalam kompresi, namun lemah dalam ketegangan. Akibatnya, retak dapat terbentuk kapanpun dan beban, penyusutan, atau perubahan suhu dapat menimbulkan tegangan tarik yang berlebihan.
1
James K, Reinforced Concrete Mechanics and Design 6E. Page 1
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 7
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Lantai plat beton memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu bangunan gedung. Plat beton memberikan daya dukunng terhadap peruntukan bangunan serta aktivitas yang berada didalam gedung tersebut. Lantai pelat beton datang dalam berbagai bentuk dan d apat digunakan untuk memberikan kenyamanan thermal yang besar dan gaya hidup yang lebih baik. Plat bisa diletakkan di atas tanah, menggantung, atau gabungan dari keduanya. Dapat dibuat secara terisolasi, baik pada bagian bawah maupun di tepinya. Beton konvensional sendir telah memiliki faktor penyimpanan energi yang cukup tinggi.
2.3 Sistem Plat Lantai Ber-Rusuk ( Hourdi Poutrelle)
Sistem plat lantai rusuk ( Hourdi Poutrelle) merupakan sistem plat lantai yang terdiri dari tiga elemen yang berbeda, yaitu bata Hourdi, balok rusuk pracetak dan juga beton bertulang sebagai lapisan penutupnya. Instalasi sistem hourdi poutrelle dilakukan dengan memasang rusuk sebagai penyangga utama bata hourdi dan beban-beban lain. Terlepas dari kemudahan dalam pemasangan, sistem plat lantai hourdi poutrelle juga memiliki kapasitas terhadap pembebanan yang cukup tinggi.
2.3.1 Bata Hourdi Bata hourdi merupakan suatu material berbahan dasar campuran beton (dapat pula dibentuk dengan keramik) yang memiliki dimensi tertentu. Dipergunakan sebagai bahan pengisi untuk sistem hourdi poutrelle sekaligus penahan beban selama masa konstruksi berjalan. Bata hourdi secara teknis memiliki kemampuan untuk menahan beban, akan tetapi dalam proses desain bata hourdi tidak dimasukkan sebagai salah satu komponen struktural. Hal ini mengingat karena kuat tekan serta bentuk bata hourdi yang tidak mampu menahan beban struktural secara berat.
Gambar 2.1 Tipe-tipe bata hourdi
Sumber: http://www.alnoorsaudiarabia.com/apps/photos/photo?photoid=57977218
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 8
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Hasil tes tekan bata bata hourdi menunjukkan bahwa bata bata hourdi memiliki kuat tekan tekan sebesar 9.3-9.5 KN (lihat Lampiran 1). Hasil kuat kuat tekan ini tidak sebanding dengan beban struktural yang ada pada bangunan. Selain itu, beban sendiri yang dimiliki oleh bata hourdi juga menambah beban beban mati yang ada secara keseluruhan keseluruhan pada sistem hourdi poutrelle. Untuk itu, bata hourdi pada pada umumnya tidak tidak dipergunakan dipergunakan sebagai sebagai komponen komponen struktural sistem hourdi poutrelle .
Gambar Gamb ar 2.2 Spes Spesifika ifikasi si Teknis Bata Hourdi Hourdi
Sumber: http://www.amaarblock.com/hourdi.html
Selain berbahan berbahan dasar dari beton tanpa tulangan, bata hourdi juga juga dapat dibentuk dari material berbahan dasar polystyrene. polystyrene.Penggunaan bata hourdi berbahan dasar polystyrene polystyrene ini khususnya mempertimbangkan besaran beban saat konstruksi, dimana material polystyrene polystyrene memiliki kuat tekan yang lebih kecil dari material beton. Walau lebih rendah secara mutu, dalam pelaksanaanya penggunaan bata hourdi dengan material polystyrene polystyrene sangat mempermudah proses proses konstruksi serta memiliki efisiensi biaya yang lebih baik dari beton.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 9
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gamb Ga mbar ar 2.3 Ba Balo lok k hourdi berbahan dasar polystyrene
Sumber: http://www.archiexpo.com/prod/kp1/product-56982-253085.html
2.3. 2.3.2 2 Rusu Rusuk k (Poutrelle ) Balok rusuk ( poutrelle) merupakan salah satu komponen struktural utama pada sistem hourdi poutrelle . Balok rusuk menjadi penyangga utama dari sistem hourdi poutrelle . Balok
rusuk yang dipergunakan pada sistem ini dapat berupa beton bertulang pracetak yang dapat dibuat secara normal atau prestress (untuk memberikan kekuatan tambahan pada konstruksi beban beban berat berat). ).
Gambar Gam bar 2.4 Pre Prestr stres esss poutrelle
Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Poutrelle.png
Balok rusuk selain harus dapat menahan beban desain, namun juga harus dapat menahan beban semasa konstruksi. Desain yang memadai serta pemberian support pada tengah bentang perlu dianalisa pada masa konstruksi sehingga tidak menimbulkan kegagalan pada fase konstruksi.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 10
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
2.4 Pemodelan Pemodelan Struktu Strukturr dengan Metode Elemen Elemen Hingga
2.4.1 2.4.1 Metode Metode Elemen Elemen Hingga Hingga Metode elemen hingga atau yang biasa disingkat disingkat dengan (MEH) merupakan salah salah satu metode perhitungan struktur yang menggunakan analisis numerik untuk memecahkan mekanika kontinu, contohnya mekanika struktur, mekanika tanah, aliran fluida, transfer panas, dan lain-lain. Dalam proses perhitungannya karena menggunakan prosedur numerik, metode ini menggunakan menggunakan sistem komputerisasi. MEH merupakan merupakan suatu metode metode pendekatan secara numerik yang yang dibagi dibagi kedalam elemen struktur 1D, 2D, 2D, dan 3D. juga menjelaskan menjelaskan bahwa pada dasarnya perilaku semua tipe struktur 1D, 2D, dan 3D dapat dijabarkan dijabarkan dalam bentuk persamaan persamaan diferensial. Konsep dasar dasar dari MEH yaitu yaitu dengan memodelkan struktur kontinu menjadi menjadi elemen-elemen elemen-elemen kecil yang yang ukurannya masih berhingga dengan dengan bentuk geometri geometri yang lebih sederhana sederhana daripada struktur asalnya. Elemen-elemen kecil kecil ini dihubungkan dihubungkan satu sama lain pada titik-titik yang disebut 2
dengan nodal. MEH memiliki persamaan umum yang biasanya dipakai , yaitu aitu::
[k] {u} = {F} Dimana: [ K]
= matriks kekakuan
{u} {u}
= vekt vektor or kolo kolom m deng dengan an komp kompon onen en matr matrik ikss deng dengan an degree of freedom pada nodal
{F}
= ga gaya ya yang bekerja pa pada no nodal
2.4.2 Pemodelan Plat Lantai Lantai dengan dengan SAP 2000 SAP2000 adalah perangkat lunak teknik sipil tujuan umum yang ideal untuk analisis dan perancangan semua jenis sistem struktur. Sistem dasar dan lanjutan, mulai dari 2D sampai 3D, geometri sederhana hingga kompleks, dapat dimodelkan, dianalisis, dirancang, dan dioptimalkan dengan menggunakan menggunakan pemodelan berbasis objek yang praktis dan intuitif 3
serta menyederhanakan proses rekayasa . Untuk urutan proses pemodelan yang akan dilakukan selengkapnya akan dibahas secara detail pada BAB 3.
2 3
Katili I., Metode Elemen Hingga untuk Analisis Analisis Tegangan www.csiamerica.com,, Introducing to SAP2000 www.csiamerica.com
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 11
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
2.5 Model Kegagalan pada Plat Beton
2.5.1 Analisis kegagalan pada plat beton konvensional Analisis kegagalan pada beton yang didesain diperlukan untuk penelitian ini dikarenakan material yang digunakan pada beton bertulang salah satunya adalah beton. Untuk menganalisa kegagalan (failure) pada beton yang ditinjau dari kondisi tarik dan tekan. Kegagalan pada beton ini menggunakan nilai tegangan tarik ijin dan tegangan tekan ijin berdasarkan berdasarkan SNI 2847:2013/ACI 318M-11 mengenai Persyaratan Beton Struktural untuk bangunan Gedung dimana nilai tegangan tekan ijin dan tegangan tarik ijin : Analisis kegagalan pada tulangan baja perlu dilakukan karena material yang digunakan pada beton bertulang salah satunya adalah baja. Untuk menganalisis kegagalan ( failure) pada baja ditinjau dari kondisi tarik dan tekan profil beton, maka kegagalan pada beton dapat menggunakan nilai tegangan tarik ijin berdasarkan berdasarkan SNI 2847:2013/ACI 318M11 mengenai Persyaratan Beton Struktural untuk bangunan Gedung : a.
Kontrol Defleksi Untuk menganalisis kegagalan yang dapat timbul pada plat beton maupun plat hourdi,
maka harus dianalisis setiap komponen strukturnya berdasarkan persyaratan defleksi maksimum sebagai berikut: Tabel 2.1 Persyaratan Kontrol Defleksi
Sumber: SNI 2847;2013:Pasal 9.5
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 12
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
b.
Tulangan Minimum Selain defleksi, jumlah tulangan juga sangat menentukan kekuatan dan persyaratan
daktilitas dari sistem plat yang dianalisis. Berikut adalah syarat tulangan minimum untuk komponen struktur lentur:
2.5.2 Analisis kegagalan pada sistem hourdi poutrelle Analisis kegagalan pada balok hourdi perlu dilakukan karena material yang digunakan pada sistem plat hourdi poutrelle salah satunya adalah balok hourdi. Untuk menganalisis kegagalan ( failure) pada balok hourdi ditinjau dari kondisi kuat tekan bata hourdi berdasarkan literature serta data empiris hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan. Selain itu, analisis kegagalan juga dilakukan pada struktur balok rusuk.Balok rusuk yang berfungsi sebagai penyangga utama beban pada fase konstruksi maupun fase layan perlu dianalisis reaksinya terhadap pembebanan yang terjadi sehingga dapat memenuhi kriteria desain. Pada komponen plat beton sistem hourdi poutrelle , perlu dicek kesesuaianya terhadap batas maksimum untuk tebal plat beton sistem hourdi poutrelle . Hal ini dikarenakan faktor pembebanan yang dapat terjadi pad fase kontruksi. Tebal plat pada sistem hourdi poutrelle 4
maksimum adalah 700mm . Nilai ini harus dipenuhi dengan mempertimbangkan beban maksimum fase konstruksi yang dapat ditopang oleh bata hourdi, dimana semakin tebal plat lantai yang dikonstruksi, semakin besar beban yang harus dipikul bata hourdi pada fase konstruksi.
2.6 Analisis Biaya dan Waktu (PMBOK)
2.6.1 Manajemen Waktu Proyek Dalam pengelolaan waktu proyek, perlu dilakukan proses-proses untuk mengelola proyek agar selesai tepat waktu. Langkah yang perlu dilakukan untuk mengelola waktu proyek sebagai berikut: · Merencanakan Manajemen Jadwal · Mendefinisikan Kegiatan
4
Egyptian code for design and construction of reinforcement concrete structures
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 13
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
· Mengurutkan Kegiatan · Mengestimasi Sunber Daya Kegiatan · Mengestimasi Durasi Kegiatan · Membentuk Jadwal · Mengontrol Jadwal 5 Setiap tahapan tersebut dilakukan secara urutan prosesnya yaitu secara PDCA ( Plan Do-Check-Act ).
Untuk keperluan penelitian, tahapan yang dilakukan penulis untuk menganalisis durasi pekerjan plat beton dan plat hourdi adalah dari pendefinisian kegiatan hingga membentuk jadwal (tahap perencanaan).
2.6.2 Manajemen Biaya Proyek Selain secara waktu, pekerjaan juga dinilai berdasarkan efisensi biaya yang dapat timbul, untuk itu diperlukan tahapan-tahapan manajemen biaya proyek antara lain: · Perencanaan Manajemen Biaya · Mengestimasi Kebutuhan Biaya · Mengalokasikan Anggaran · Mengontrol Biaya
6
Dari tahap-tahap tersebut, untuk keperluan penelitian pada makalah ini, akan digunakan tahap dari pengestimasian kebutuhan biaya hingga pengalokasian anggaran (tahap perencanan).
5 6
th
Project Management Book of Knowledge (PMBOK) 5 version, Page 141 th Project Management Book of Knowledge (PMBOK) 5 version, Page 193
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 14
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Pada bab 3, akan dibahas secara detail mengenai metodologi penelitian dan bagaimana proses penelitian dalam makalah ini dilakukan. Subbab yang dibahas mengenai bagaimana tahapan-tahapan dalam penelitian ini dibahas secara detail.
3.2 Tahapan Penelitian
Berikut adalah diagram alir yang digunakan dalam penelitian ini: Mulai
Tinjauan Literatur
Penentuan Variabel
Analisa plat rusuk terhadap beban vertikal
Desain model plat dua arah dengan pembebanan maksimum yang sama dengan beban maksimum plat rusuk
Dimensi pl at konvensional dengan beban maksimum setara beban plat rusuk
Analisa komparatif plat rusuk terhadap plat dua arah konvensional
Kesimpulan
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 15
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
3.3 Studi Literatur
Data yang akan digunakan pada makalah ini terdiri dari data primer dan sekunder yang meliputi data proyek Villa Asas,Riyadh, jurnal harga bahan material, serta data dari vendor dan sub-kontraktor. Studi literatur yang dilakukan meliputi penelitian mengenai sifat-sifat mekanika dari beton bertulang, sistem hourdi poutrelle, pemodelan menggunakan SAP2000 dan standarstandar serta kriteria desain yang digunakan.
3.4 Pemodelan Model Hourdi Poutrelle pada aplikasi SAP2000
Plat berusuk dianalisis dengan metode tradisional sesuai kode Mesir sebagai Plat padat Dalam metode "tradisional" ini, sistem struktur tulang rusuk dianggap sebagai balok didukung pada balok utama yang dianggap sebagai tumpuan yang kaku. Balok pendukung diasumsikan balok sederhana jika ada satu area plat dan berlanjut menjadi lebih dari satu area plat. Pada prinsip ini momen tekuk ditentukan Dalam melakukan pemodelan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan pemodelan pada aplikasi SAP2000. Berikut adalah langkah-langkah pemodelan menggunakan aplikasi SAP2000:
· Membuat layout pemodelan
Gambar 3.2 Pembuatan Layout Struktur
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 16
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
· Mendefinisikan properti dari komponen struktur
Gambar 3.3 Pendefinisian Properti Komponen Struktur
· Mendefiniskan kombinasi pembebanan
Gambar 3.4 Pendefinisian Kombinasi Pembebanan
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 17
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
· Mengaplikasikan pembebanan
Gambar 3.5 Pengaplikasian Pembebanan
· Menetapkan jenis perletakkan
Gambar 3.6 Penetapan Jenis Perletakkan
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 18
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
· Menjalankan analisa
Gambar 3.7 Menjalankan analisa
· Melakukan pengecekan Defleksi
Gambar 3.8 Kontrol Defleksi
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 19
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
· Memeriksa respon akibat pembebanan
Gambar 3.9 Respon Pembebanan
3.5 Disain Plat Beton Bertulang Konvensional
Langkah-langkah dalam perancangan plat dua arah adalah sebagai berikut: 1. Pilih layout dan jenis plat yang akan digunakan. Pilihan jenis plat Sangat dipengaruhi oleh pertimbangan arsitektur dan konstruksi. 2. Pilih ketebalan pelat. Umumnya ketebalan pelat dipilih untuk mencegah defleksi yang berlebihan dalam umur layanya. Sama pentingnya, ketebalan pelat yang dipilih harus memadai. 3. Pilih metode untuk menghitung momen desain. a. Metode kerangka ekivalen Gunakan analisis kerangka elastis untuk menghitung momen positif dan negatif. b. Metode direct-design menggunakan koefisien untuk menghitung momenmomen yang terjadi pada plat. 4. Hitung distribusi momen melintasi lebar plat. Distribusi momen lateranl dalam panel tergantung pada geometri plat dan kekakuannya. Prosedur ini sama untuk momen negatif maupun positif. Dihitung dengan metode direct-design atau dengan metode ekivalenkerangka. 5. Jika ada balok, tetapkan sebagian momen strip kolom kepada balok.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 20
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
6. Rancang perkuatan untuk momen dari langkah 4 dan 5. (Catatan: langkah 3 sampai 6 Perlu dilakukan untuk dua arah utama.) 7. Periksa kekuatan geser pada bagian kritis di sekitar kolom.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini diawali dengan data-data terkait proyek Villa Asas, Riyadh, Saudi Arabia. Data-Data yang sudah dihimpun kemudian dianalisis berdasarkan batasan dari makalah yang telah ditentukan di awal proses penelitian. Tiga hal utama yang akan dianalisis terkait biaya, mutu dan waktu. Pada subbab sebelumnya, mutu dari hourdi poutralle telah dibahas mengenai bagaimana mekanika struktur dari plat lantai menggunakan hourdi poutralle. Pada subbab selanjutnya akan dijelaskan mengenai analisis waktu dan biaya.
3.6.1 Menentukan Metode Kerja Sebelum melakukan analisis secara detail, perlu ditetapkan metode kerja untuk suatu pekerjaan. Pembentukan metode kerja akan memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana suatu pekerjaan akan dieksekusikan sehingga urutan pekerjaan dapat dibentuk dan disesuaikan dengan metode kerja. Metode kerja dan urutan pekerjaan harus didetailkan hingga sub-sub pekerjaan terkecil, dimana komponen sub pekerjaan tersebut dapat diukur kebutuhan sumber dayanya secara rinci.
3.6.2 Analisis waktu Untuk
menganalisa
waktu
pelaksanaan,
perhitungan
dilakukan
dengan
memperhitungkan besaran produktivitas untuk setiap pekerjaan. Kombinasi produktivitas setiap kegiatan kemudian dikalikan dengan besaran simulasi volume yang sama untuk plat hourdi poutrelle dengan plat beton konvensional. Dari setiap besaran volume yang dibagi
dengan faktor produktivitas untuk setiap kegiatan akan diperoleh durasi kegiatan. Waktu pelaksanan dilapangan hanya meliputi besaran kegiatan yang dilaksanakan secara langsung di lapangan. Untuk itu, durasi dari pre-fabrikasi tidak masuk kedalam analisa waktu yang dilakukan.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 21
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
3.6.3 Analisis biaya Dalam menganalisa biaya, setiap sumber daya yang dipergunakan untuk setiap kegiatan yang menjadi bagian dari pekerjaan plat beton konvensional dan plat hourdi poutrelle harus didefinisikan terlebih dahulu. Setelah itu, dapat ditentukan berapa besar kebutuhan untuk masing-masing pekerjaan yang selanjutnya dapat diuraikan menjadi biaya secara satuan pekerjaan. Dalam menentukan biaya secara satuan pekerjaan, konversi antar satuan harus dibentuk secara teliti agar total biaya tidak bias dari kebutuhan sumberdaya yang seharusnya.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 22
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Detail Proyek
Gambar 4.1 Gambar Tampak dan Potongan
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 23
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Analisa perbandingan ini dilakukan pada Proyek Villa Asas, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia. Proyek ini merupakan proyek perumahan dari ASAS yang merupakan pengembang sekaligus pemilik proyek. Adapun beberapa data proyek Villa Asas, sebagai berikut: 1. Pemilik Proyek
: ASAS
2. Lokasi Proyek
: Timur laut dari Riyadh, Jalan Dammam Arab Saudi
3. Durasi Proyek
: 36 Bulan
4. Total Unit
: 7.540 Unit Villa, 4.855 Unit Apartemen
5. Luas Villa
: Villa A (250 m2), Villa B (350m2) dan Apartemen (180m2)
Gambar 4.2 Site Layout
Dari setting area, dapat dilihat lokasi proyek berada di pinggir kota Ri yadh dan berada di tengah gurun pasir. Beberapa pertimbangan lingkungan seperti suhu dan lokasi yang bergaram tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi proyek Villa Asas ini. Untuk keperluan penelitian ini, dipergunakan Layout salah satu lantai yang menggunakan sistem Hourdi Poutrelle yaitu pada lantai 1, dimana salah satu segmen yang diambil merupakan segmen yang memiliki kriteria dimensi panjang dan lebar yang memadai untuk mendapatkan beban dua arah (Panjang < 2x Lebar).
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 24
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 4.3 Layout untuk Penelitian
Segmen tersebut kemudian dijadikan dasar acuan untuk pemodelan serta dimensi acuan untuk plat beton konvensional yang didesain.
4.2 Standar-Standar & Best Practice
Penggunaan hourdi poutrelle di beberapa negara telah menjadi suatu praktik yang umum. Di beberapa negara seperti Arab Saudi, Mesir dan Aljazair sistem hourdi poutrelle telah banyak dipergunakan dan bahkan telah dijadikan sebagai salah satu standar bangunan di Mesir ( Egyptian code for design and construction of reinforcement concrete structures ECP 203,2007). Selain memiliki kekuatan struktur yang memadai, sistem hourdi poutrelle juga
memiliki sifat sebagai isolator thermal yang baik sehingga dapat mengurangi efek dari suhu yang ekstrim dari lingkungan. Hal ini yang mendorong terus berkembangnya sistem hourdi poutrelle di area utamanya yaitu Timur Tengah.
Di Indonesia sendiri, penggunaan sistem plat berrusuk masih cukup jarang ditemui. Terdapat beberapa kontraktor spesialis dan juga supplier yang membidangi penggunaan sistem hourdi poutrelle / plat berrusuk. Salah satu merk dagang yang cukup terkemuka adalah Keraton. Keraton sendiri merupakan penyuplai balok hourdi yang berbahan dasar tanah liat serta mempelopori sistem plat rusuk di Indonesia. Beberapa tahun kebelakang, keraton disebut-sebut sebagai salah satu alternatif plat/dak beton yang menjadi solusi alternatif yang
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 25
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
lebih murah dari dak beton konvensional. Namun, pemanfaatanya sejauh ini hanya digunakan untuk perumahan yang cenderung tidak terlalu besar.
4.3 Data-Data Engineering
Untuk keperluan penelitian, perlu dikumpulkan data-data teknis yang meliputi material yang digunakan. Berikut data yang digunakan untuk keperluan penelitian: Tabel 4.1 Tabel Data Teknis Material
Balok Hourdi Dimensi Kuat Tekan Berat Beton Kuat Tekan Baja Diameter Kuat Tarik Wiremesh Dimensi Spesifikasi
= =
400/350 x 200 x 20 ~9.3-9.5 Mpa (N/mm2) (Lihat lampiran 1) 16.5-28.5Kg
=
4000 Psi / ~28 Mpa
= =
D 8 mm A – 615 Grade 60 Fy = 4200 Kg/Cm2
= =
D 8 mm A – 615 Grade 60 Fy = 4200 Kg/Cm2
4.4 Pemodelan
Syarat-Syarat Pemodelan, standar-standar, Mutu Pemodelan dilakukan dengan membuat layout dari sistem hourdi poutrelle . Sesuai dengan standar desain hourdi poutrelle yang diacu yaitu Egyptian Building Code , maka plat dimodelkan sebagai plat padat dan balok rusuk dimodelkan sebagai balok sederhana. Kemudian, diantara plat dimodelkan struktur plat beton dengan ketebalan yang sesuai gambar yaitu 70 mm.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 26
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 4.4 Properti Penampang Poutrelle
Gambar 4.5 Layout Pemodelan Struktur Hourdi Poutrelle
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 27
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Setelah dilakukan pemodelan dan penyetelan layout , langkah berikutnya adalah memberikan definisi kepada setiap komponen struktur. Pendefinisian meliputi mutu beton dan mutu baja. Setelah dilakukan pendefinisian pada profil, kemudian dilakukan pendefinisian pada kombinasi pembebanan yang digunakan. Beban yang digunakan meliputi beban desain sebesar 2 KN/m2 pada struktur plat lantai, dan beban bata hourdi sebagai beban mati yang tersebar pada plat lantai sebesar 356 Kg/m2 yang ekivalen dengan 3.5 KN/m2. Dalam pemodelan, beban balok hourdi dapat dinihilkan dengan tidak mengakomodir kekuatan struktural balok hourdi (diasumsikan balok hourdi hanya menahan beban sendiri) . Setelah diberikan pembebanan dengan koefisien pembebanan menggunakan LRFD, maka model struktur dapat dianalisa reaksinya terhadap pembebanan.
Gambar 4.6 Reaksi Pembebanan pada Komponen Plat Hourdi Poutrelle
Gambar diatas menunjukkan bahwa komponen plat yang dipergunakan memiliki rasio pembebanan layan yang kecil, sehingga kegagalan yang dapat terjadi akibat lendutan pada tengah bentang hampir pasti dapat diminimalisir. Selanjutnya, komponen struktur yang dilihat respon akan pembebananya adalah balok rusuk.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 28
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 4.7 Reaksi Tegangan Geser akibat Pembebanan tehadap Struktur
Gambar diatas menunjukkan besar gaya geser yang didapat balok rusuk akibat respon pembebanan struktur yang dialami. Besar tegangan geser yang didapat senilai 62.87 Kn. Selanjutnya, respon yang dilihat adalah besaran momen tekuk pada balok rusuk.
19,18 KNM Gambar 4.8 Reaksi Momen Tekuk pada Balok Rusuk Hourdi Poutrelle
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 29
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar diatas, terlihat besar momen tekuk pada bagian tengah bentang sebesar 19.18 Kn/m2. Umumnya sebuah balok sederhana mendapatkan kegagalan utama yang diakibatkan oleh besarnya beban momen tekuk, hal ini tidak luput terhadap model yang balok rusuk yang diuji, namun jika dilihat secara seksama, bentuk kurva sepanjang bentang tidak hanya memiliki momen positif, namun juga memiliki momen negatif. Hal ini diakibatkan oleh titik perletakkan yang merupakan fix end/jepit. Pembebanan serta perletakkan yang diberikan memungkinkan balok untuk mengalami momen tekuk positif dan negatif, akan tetapi momen yang dipergunakan adalah momen positif karena memiliki kontribusi terbesar terhadap kegagalan balok rusuk. Selanjutnya, besar momen tekuk positif pada tengah bentang adalah 19 Kn/m2. Selanjutnya, akan plat hourdi akan dianalisis sebagai balok T, dimana poutrelle bersifat sebagai web dan plat diatasnya berfungsi sebagai flange dari balok. Untuk menganalisa sistem hourdi poutrelle sebagai suatu balok komposit, maka sistem plat dan balok dianggap sebagai sebuah kesatuan. Sistem kemudian dibagi menjadi komponen balok T dengan dimensi dari poutrelle sebagai dimensi dari web balok T dan dimensi dari plat diatasnya menjadi dimensi flange balok T. Analisis kemudian dilakukan dengan pemberian beban yang sama, namun pembebanan yang dilakukan memiliki perbedaan pada jenis beban hidup yang diberikan. Beban yang diberikan merupakan konversi dari beban per luasan yang dikalikan terhadap lebar flange menjadi beban per meter Berikut adalah analisisnya.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 30
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 4.9 Properti Penampang Analisis Komposit
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 31
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 4.10 Reaksi Tegangan Geser Analisis Komposit
3,17 KNm
Gambar 4.11 Reaksi Momen Tekuk Analisis Komposit
Berdasarkan hasil analisis, terdapat perbedaan reaksi momen tekuk yang terjadi dengan analisis non komposit dan analisis secara komposit. Hal ini mengindikasikan adanya kekuatan tekuk tambahan dari plat beton yang berada di atas poutrelle. Sehingga dari hasil analisis secara komposit, plat hourdi poutrelle memiliki tambahan kekuatan akan Momen Tekuk yang bersumber dari penambahan luas penampang plat beton diatasnya.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 32
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
4.5 Desain Plat Konvensional
Berdasarkan hasil analisis, diketahui besar momen ultimate yang dapat dipikul oleh sistem hourdi poutrelle. Selanjutnya, plat konvensional didesain dengan besaran beban yang sama dengan hourdi poutrelle. Dalam mendisain dimensi serta tulangan slab konvensional, diperlukkan beberapa data teknis sebagai berikut: Tabel 4.2 Input untuk Desain Plat Konvensional
Tabel 4.3 Tipe-tipe posisi plat beton
Dimana, jenis plat yang digunakan merupakan plat dalam/interior yang berada diantara 4 arah perletakkan. Dari data-data tersebut, kemudian persyaratan ketebalan plat dan kebutuhan tulangan dengan metode ACI. Berikut adalah perhitungan desain plat beton bertulang.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 33
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Tabel 4.4 Hasil perhitungan desain plat lantai komparasi konvensional
ly/l x
Bending Moment Coefficients
α x(ve)
α 1.15 0
x(+v e)
α y(ve)
α y(+v e)
CalculatedOv erall Depth (mm)
Design ed overall depth (mm)
Total Load (KN/m 2)
Calculated Moments(KN/m2 )per metre of width
Effecti ve Depth s (mm)
Mu,li m (KN/m 2)
Design Mome nt (KN/m 2)
j
Nominal Steel Area(m m2)
Area of steel provided(m m2)
Spacing Betwee n Bars(m m)
0.04001 64
Short Dir. (ve)
-4.567
85
19.941
- 4.567
0.962245 681
155
300
0.03001 09
Short Dir. (+ve)
3.425
85
19.941
3 .425
0.971968 794
138
300
114.375
115.00 0
5.68
138
0.032
Long Dir. (ve)
-3.652
75
15.525
- 3.652
0.961178 164
140
300
0.024
Long Dir. (+ve)
2.739
75
15.525
2 .739
0.971183 588
138
300
Dari perhitungan, diperoleh bahwa ketebalan plat yang dipersyaratkan adalah 115 mm dengan momen maksimum sebesar 19.941 Kn/m2. Nilai momen tekuk maksimal yang didapat memiliki kesamaan hasil analisis non komposit plat hourdi sebesar 19,18KNM, sehingga dapat dikatakan bahwa desain plat beton konvensional ini adalah memiliki kekuatan struktur yang sama dengan plat hourdi poutrelle secara kekuatan layan, namun berdasarkan hasil analisis komposit hourdi poutrelle memiliki kekuatan ultimate yang lebih besar dari plat konvensional.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 34
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
4.2 M
3.6 M
Gambar 4.12 Denah dan Potongan Plat Beton Konvensional Komparasi
Berdasarkan kepada analisa tersebut, maka dimensi plat dan tulangan plat dapat direncanakan. Gambar diatas merupakan gambar plat dari atas, dimana memiliki luasan yang sama dengan plat hourdi yang akan dibandingkan.
Setelah didesain, plat beton konvensional yang akan digunakan sebagai objek penelitian bersama dengan plat hourdi, plat beton bertulang hasil desain kemudian di modelkan kembali untuk mengetahui respon struktur akibat pembebanan yang dilakukan.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 35
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 4.13 Pembebanan dan Reaksi akibat pembebanan plat beton konvensional
Setelah dilakukan pemodelan, diketahui bahwa beban yang dipikul oleh desain plat konvensional terbagi secara merata kepada seluruh area plat beton. Kesesuaian terhadap standar ACI/SNI juga dibahas apakah memenuhi syarat-syarat daktilitas dan defleksi.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 36
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
4.6 Metode Kerja
Langkah pelaksanaan beton konvensional adalah sebagai berikut:
Gambar 4.14 Metode Kerja Plat Beton Konvensional
Pekerjaan diawali dengan melakukan instalasi perancah yang dilanjutkan kepada fabrikasi bekisting plat. Kemudian dilakukan instalasi besi beton dan ditutup dengan pengecoran. Pelaksanaan sangat dipengaruhi oleh pemakaian alat dan keahlian tukang yang mengerjakan. Dalam mengerjakan plat hourdi, metode kerja yang digunakan pada pelaksanan adalah sebagai berikut:
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 37
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 4.15 Metode Kerja Plat Beton Hourdi Poutrelle
Langkah pelaksnaan plat hourdi dimulai dari melakukan prefabrikasi balok rusuk, dilanjutkan dengan pemasangan balok rusuk dan bata hourdi dan diakhiri dengan pemasangan wiremesh serta ditutup denga pengecoran plat tipis diatas balok rusuk dan bata hourdi. Hal ini memudahkan dalam pelaksanaan dikarenakan menimalisir penggunaan bekisting dan fabrikasi baja, sehingga memiliki tingkat efisensi yang cukup tinggi dibandingkan dengan plat beton konvensional. Selain itu, tingkat kesulitan pada pemasangan di lapangan lebih kecil, dikarenakan banyaknya komponen yang telah di fabrikasi terlebih dahulu. Hal ini mengurangi tingkat risiko yang diakibatkan oleh tingkat keahlian para tukang yang rendah.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 38
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
4.7 Analisa Harga Satuan
Berikut adalah analisa harga satuan Pre-Fabrikasi balok rusuk: Tabel 4.5 Analisa Harga Satuan 1m3 Beton 350 Kg/cm2
1 m3 Beton 350 kg/cm2 SRC ATAU 20 Mpa Concrete SRC 350 kg/cm2 Test & curing beton Concrete Pump Upah pasang Jumlah
1.03 1 1 1
m3 LS m3 m3
Rp Rp Rp Rp
930,000 9,286 4,875 11,815
Rp Rp Rp Rp Rp
957,900 9,286 4,875 11,815 983,876
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
16,146 4,007 3,005 2,050 1,000 17,250 43,458
Tabel 4.6 Analisa Harga Satuan 1m2 Bekisting Balok
1 m2 Bekisting Balok Plywood multiplex 18 mm 13 ply (1.22 m x 2.44 m) [3x] Timber 2.5 cm x 10 cm, 3.3 m [3x] Timber 2.5 cm x 10 cm, 3.3 m [3x] Paku Alat bantu / material bantu Upah pasang Jumlah
Erza Raihanza |PPCP 72
0.33 0.001 0.001 0.08 1.00 1.00
m2 m3 m3 Kg LS m2
Rp 48,438 Rp 3,005,000 Rp 3,005,000 Rp 24,600 Rp 1,000 Rp 17,250
Halaman 39
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Tabel 4.7 Analisa Harga Satuan 1 Kg Besi Beton U-24/U-40
1 Kg Besi beton U-24 / U - 40 Besi beton U24 Kawat beton Peralatan bantu Upah pasang Jumlah
1.03 0.03 1.00 1.00
Kg Kg LS Kg
Rp Rp Rp Rp
7,614 25,000 200 420
Rp Rp Rp Rp Rp
7,843 750 200 420 9,213
Tabel 4.8 Analisa Harga Satuan 1m Tulangan
1 m Tulangan Rusuk Beton Bekisting Besi Beton Jumlah
Erza Raihanza |PPCP 72
0.03 m3 0.55 m2 1.58 Kg
Rp Rp Rp
983,876 43,458 9,213
Rp Rp Rp Rp
29,516 23,902 14,534 67,952
Halaman 40
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sehingga, diperoleh untuk 1m2 plat hourdi poutrelle sumber daya yang diperlukan adalah sebagai berikut: Tabel4.9 Analisa Harga Satuan 1m2 Hourdi Poutrelle
1m2 Hourdi Poutrelle Rusuk beton bertulang Stegger Baja Balok Hourdi Wiremesh Concrete SRC 350 kg/cm2 [70mm] Upah Pasang Balok Rusuk Upah Pasang Bata Hourdi Upah Pasang Wiremesh Upah Cor Jumlah
1.00 1.00 10.00 0.43 0.07 1.00 1.00 0.25 0.07
M No No Lbr m3 m m2 m2 m3
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
67,952 5,000 9,000 480,000 930,000 8,900 8,350 2,340 11,815
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
67,952 5,000 90,000 206,400 65,100 8,900 8,350 585 827 453,114
Sedangkan, untuk analisa plat beton bertulang kovensional adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Analisa Harga Satuan 1m2 Bekisting Lantai Konvensional
1m2 Bekisting Lantai Plywood multiplex 18 mm 13 ply (1.22 m x 2.44 m) [3x Pakai] Timber 2.5 cm x 10 cm, 3.3 m [3x pakai] Timber 2.5 cm x 10 cm, 3.3 m [3x pakai] Paku Alat bantu / material bantu Upah pasang Jumlah
Erza Raihanza |PPCP 72
0.33 0.001 0.001 0.08 1.00 1.00
m2 m3 m3 Kg LS m2
Rp 48,438 Rp 3,005,000 Rp 3,005,000 Rp 24,600 Rp 1,000 Rp 17,250
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
16,146 4,007 3,005 2,050 1,000 17,250 43,458
Halaman 41
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Tabel 4.11 Analisa Harga Satuan 1kg Besi Beton U-24/U40 Konvensional
1 Kg Besi beton U-24 / U - 40 Besi beton U24 Kawat beton Peralatan bantu Upah Pasang Jumlah
1.03 0.03 1.00 1.00
Kg Kg LS Kg
Rp Rp Rp Rp
7,614 25,000 200 420
Rp Rp Rp Rp Rp
7,843 750 200 420 9,213
957.900 9.286 4.875 11.815 983.876
Tabel 4.12 Analisa Harga Satuan 1m3 Beton SRC 350 Kg/Cm2 Konvensional
1 m3 Beton 350 kg/cm2 SRC ATAU 20 Mpa Concrete SRC 350 kg/cm2 Test & curing beton Concrete Pump Upah pasang Jumlah
1,03 1,00 1,00 1,00
m3 LS m3 m3
Rp Rp Rp Rp
930.000 9.286 4.875 11.815
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp
43.458 9.213 983.876
Rp 95.606,50 Rp 1.151.606,38 Rp 983.875,71 Rp 2.231.088,60
Tabel 4.13 Analisa Harga Satuan 1m3 Plat Beton Bertulang
1m3 Plat Beton Bertulang Bekisting Lantai Besi beton U-24 / U-40 Beton 350kg/cm2 SRC ATAU 20Mpa Jumlah
Erza Raihanza |PPCP 72
2,20 m2 125 Kg 1 m3
Halaman 42
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Tabel 4.14 Rekapitulasi Komparasi Harga Satuan
1m3 Plat Beton Bertulang Bekisting Lantai Besi beton U-24 / U-40 Beton 350kg/cm2 SRC ATAU 20Mpa
1m2 Hourdi Poutrelle 2,20
m2
Rp
43.458
125
Kg
Rp
9.213
1
m3
Rp 983.876
Jumlah
Rp
95.606,50
Rp 1.151.606,38 Rp
983.875,71
Rp 2.231.088,60
Rusuk beton bertulang
1,00
m
Rp
67.952
Rp
67.952
Stegger Baja
1,00
No
Rp
5.000
Rp
5.000
Balok Hourdi
10,00
No
Rp
90.000
Wiremesh
0,43
Lbr
Erza Raihanza |PPCP 72
Rp 2.231.088,60
Rp 206.400
0,07
m3
Rp
930.000
Rp
65.100
Upah Pasang Balok Rusuk
1,00
m
Rp
8.900
Rp
8.900
Upah Pasang Bata Hourdi
1,00
m2
Rp
8.350
Rp
8.350
Upah Pasang Wiremesh
0,25
m2
Rp
2.340
Rp
585
Upah Cor
0,07
m3
Rp
11.815
Rp
827
1m2 Hourdi Poutrelle 1m3 Hourdi Poutrelle =
9.000 480.000
Concrete SRC 350 kg/cm2 [70mm]
Jumlah
1m3 Plat Beton Bertulang
Rp Rp
1m3 Hourdi Poutrelle
Rp 453.114
= = = =
0,27 m3 Hourdi Poutrelle 3,70 m2 Hourdi Poutrelle Rp 453.114 x 3,70 Rp 1.678.198,34
Halaman 43
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
4.8 Analisa Durasi
Berikut adalah analisa durasi pelaksanaan 1m2 hourdi poutrelle vs 1m3 plat beton bertulang: Tabel4.15 Analisa Penjadwalan Hourdi Poutrelle vs Plat Beton Bertulang Konvensional
Prefabrikasi Ribs
Productivity Rate
1 m3 Beton 350 kg/cm2 SRC ATAU 20 Mpa 1 m2 Bekisting Balok 1 Kg Besi beton U-24 / U - 40 1m2 Hourdi Poutrelle (durasi x 1/0.27) Rusuk beton bertulang Balok Hourdi Wiremesh Concrete SRC 350 kg/cm2 [70mm] 1m3 Plat Beton Bertulang 1m2 Bekisting Lantai 1 Kg Besi beton U-24 / U - 40 1 m3 Beton 350 kg/cm2 SRC ATAU 20 Mpa
80 4 125 24 12 125 80 4 125 80
Satuan
M3/Alat/Hari M3/Orang/Hari Kg/Orang/Hari Total Durasi M/Orang/Hari M2/Orang/Hari Kg/Orang/Hari M3/Orang/Hari Total Durasi M2/Orang/Hari Kg/Orang/Hari M3/Orang/Hari Total Durasi
Volume (10 M3)
Durasi (Hari)
0.3 5.5 15.78
0.00375 1.375 0.126203 1.504953 1.54321 2.469136 3.44 0.162037 7.614383 5.5 6 0.125 11.625
10 8 116.1 3.5 22 750 10
Dari hasil kalkulasi durasi, diketahui terdapat perbedaan dari durasi pelaksanaan lapangan hourdi poutrelle vs plat beton bertulang sebesar 34%.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 44
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
BAB 5 MANAJEMEN RISIKO
5.1 Pengertian dan Prinsip Risiko
Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa dengan membawa akibat yang tidak diinginkan atas tujuan strategi, sasaran / target.
5.2 Level Risiko
Level risiko adalah tingkat tinggi rendahnya suatu kejadian/peristiwa menimbulkan akibat negatif yang terjadi jika risiko ini benar-benar terjadi.
5.3 Referensi Manajemen Risiko
WIKA mengacu pada ISO 31000 sebagai dasar dalam penentuan manajemen resiko yang diambil. ISO31000 suatu standar implementasi manajemen risiko yang ditujukan untuk dapat diterapkan dan disesuaikan untuk segala jenis organisasi dengan memberi struktur dasar dan pedoman yang berlaku generik terhadap semua operasi yang terkait dengan manajemen risiko.
Menurut ISO 31000, manajemen risiko harus mengikuti 11 prinsip utama:
1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah 2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi 3. Manajemen risiko merupakan bagian dari pengambilan keputusan 4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian 5. Manajemen risiko bersifat sistematis terstruktur dan tepat waktu 6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia 7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan 8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya 9. Manajemen risiko brsifat transparan dan inklusif 10. Manajemen risiko bersifat dinamis iteratif dan responsif terhadap perubahan 11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan perkembangan berkelanjutan
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 45
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
5.4 Pelaksanaan Manajemen Risiko
Dalam pelaksanaannya, manajemen resiko memiliki tahapan-tahapan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kejadian-kejadian yang mungkin terjadi. Berikut akan dijelaskan secara rinci tahapan-tahapan pada manajemen risiko.
5.5 Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah suatu usaha untuk menemukan atau mengetahui kejadiankejadian yang mungkin timbul dan dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan oleh perusahaan ataupun perorangan. Selain itu juga menganalisis besarnya probabilitas terjadinya resiko tersebut. Identifikasi risiko dapat mencakup risiko-risiko yang berasal dari sumber internal maupun dari sumber eksternal. Untuk dapat mengidentifikasi risiko dengan baik, kita dapat memanfaatkan berbagai sumber, misalnya dari studi literatur, informasi dari pakar terkait, pemodelan, bahkan pengalaman dari pihak lain yang mungkin pernah melakukan hal yang sejenis, dan lain sebagainya.
5.6 Penilaian Risiko
Penilaian Risiko atau dapat disebut juga pengukuran risiko adalah tahapan selanjutnya setelah identifikasi. Penilaian dilakukan dengan cara melihat kemungkinan seberapa besar kerusakan yang akan ditimbulkan dan seberapa besar probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penilaian risiko sebenarnya hanya berdasarkan pengalaman, cukup subjektif, tetapi sangat sulit apabila kejadian kejadian yang akan di identifikasi sangat jarang terjadi, apalagi jika risiko tersebut merupakan kemungkinan yang dapat terjadi pada pekerjaan baru. Oleh karena itu, penilaian dan pengukuran resiko membutuhkan identifikasi yang baik sehingga dapat berjalan dengan sesuai rencana.
Ada 4 tingkatan risiko, sebagai berikut: 1. Resiko Rendah (R) 2. Resiko Moderat (M) 3. Resiko Tinggi (T) 4. Resiko Ekstrim (E)
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 46
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Seperti dikutip diatas, untuk dapat mengetahui di tingkat mana suatu risiko yang akan terjadi harus ditentukan seberapa besar akibat risiko, dan seberapa besar probabilitas terjadinya. Ada 5 tingkatan (rating) akibat yang ditimbulkan jika suatu resiko terjadi, dari yang terendah, yaitu: 1. Tidak Berat 2. Agak Berat 3. Berat 4. Sangat Berat 5. Malapetaka
Lalu probabilitas seberapa besar suatu risiko dapat terjadi juga digolongkan menjadi 5 tingkatan, yaitu sebagai berikut:
1. Sangat Kecil 2. Kecil 3. Sedang 4. Besar 5. Sangat Besar
Dari poin-poin di atas dapat dibuat Matriks Analisa Risiko, yang ditampilkan pada tabel berikut ini: Tabel 5.1 Matriks Analisa Risiko
Akibat
Probabilitas
Tidak Berat
Berat
Sangat Berat
Malapetaka
1
2
3
4
Sangat Besar
4 4
T
8
T
12
E
16
E
Besar
3 3
M
6
T
9
E
13
E
Sedang
2 2
R
4
M
6
T
8
E
Kecil
1 1
R
2
R
3
M
4
E
Sumber: Prosedur Manajemen Risiko PT. WIKA
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 47
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Kriteria untuk masing-masing rating yang ditunjukkan pada tabel diatas adalah sebagai berikut: Tabel 5.2 Kriteria rating berhubungan biaya
Akibat Risiko
1
2
3
4
Ringan
Berat
Sangat Berat
Malapetaka
Masih bisa
Harus ada
Mitigasi
diterima
mitigasi
strategi
Eskalasi
Sumber: Prosedur Manajemen Risiko PT. WIKA Tabel 5.3 Kriteria rating probabilitas
1
2
3
4
Sangat kecil
Kecil
Besar
Sangat Besar
Terjadi setiap
Terjadi setiap
Terjadi setiap
enam bulan
tiga bulan
satu bulan
Kemungkinan
Mungkin
Mungkin
kecil terjadi
terjadi
terjadi
Terjadi sekali Probabilitas
dalam
Risiko
setahun Ada kemungkinan tidak terjadi
Sumber: Prosedur Manajemen Risiko PT. WIKA 5.7 Penanganan Risiko
· High Probability, High Impact Risiko ini umumnya dihindari atau dipindahkan. · Low Probability, High Impact Respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah dihindari dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi resiko serta kembangkan contingency plan .
· High Probability, Low Impac Mitigasi risiko dan kembangkan contingency plan. · Low Probability, Low Impact Efek risiko ini dapat dikurangi, namun biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 48
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
5.8 Rencana Pelaksanaan Manajemen Risiko
Setelah dilakukan identifikasi analisis resiko dari masing masing tahapan pekerjaan yang telah disampaikan, didapat beberapa hal yang akan menjadi risiko. Untuk mengurangi risiko yang dapat terjadi, berikut dilampirkan pelaksanaan manajemen risiko: Tabel 5.4Nilai Risiko sebelum RTL
No
Area
Kategori
Subkategori
Risiko
Penyebab
Akibat
Nilai Risiko Sebelum RTL
1
Departemen Luar Negeri
Engineering
Penelitian dan Pengembangan
Review design ditolak owner
Tidak sesuai dengan keinginan owner
Tidak ada penambahan nilai kontrak
108,685,188.91
Diperkirakan nilai risiko sebelum RTL adalah 108 Juta rupiah.Berikut adalah rencana tindak lanjut (RTL) proaktif dan reaktif:
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 49
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Tabel 5.5Rencana Tindak Lanjut Proaktif
Analisa
Probilitas
Evaluasi
Rencana Tindak Lanjut Proaktif
Konsekuensi Kontrol Score Prioritas Prioritas Prioritas (Akibat) Eksisting
3
3
9
2
2
Tingkat Efektifitas Kontrol
Prosedur Good Engineering
RTL
Biaya
Menunjuk konsultan engineering untuk melakukan review design
Sisa Resiko
54,342,594.45 54,342,594.45
Tabel 5.6 Rencana Tindak Lanjut Proaktif
Rencana Tindak Lanjut
Rencana Tindak Lanjut Reaktif
Proaktif
Sumber
Evaluasi Kontrol Konsekuensi Probilitas Score (Akibat)
2
2
Erza Raihanza |PPCP 72
Penanggungjawab
4
Eksisting
Prosedur Engineering
Tingkat Efektifitas
RTL
Kontrol
Good
Melakukan design ulang
Biaya
Daya
Responsible Accountable Person
108,685,188.91Engingeering Kasie Teknik
Person
MP
Halaman 50
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
BAB 6 SISTEM MANAJEMEN WIKA
6.1 Visi WIKA 2020
Menjadi salah satu perusahaan terbaik di Asia Tenggara pada tahun 2020, dengan parameter Net Profit (nilai absolut), Price Earning Ratio (PER), dan Market Capitalization .
6.2 Misi WIKA
a.
Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang EPC dan investasi untuk Infrastruktur, Gedung bertingkat, Energi, Industrial Plant , Industrial Beton, dan Property .
b.
Memenuhi harapan pemangku kepentingan utama.
c.
Menjalankan praktik etika bisnis untuk menjadi warga usaha yang baik dan memelihara keberlanjutan perusahaan.
d.
Ekspansi strategis ke luar negeri.
e.
Mengimplementasikan “Praktek - praktek terbaik” Sistem Manajemen Terintegrasi.
6.3 Nilai-nilai WIKA
Nilai-nilai yang dimiliki oleh WIKA adalah CIBERTI yang kemudian ditransformasikan menjadi ACE yang memiliki arti sebagai berikut. a. Agility Berbuat secara lincah dan tangkas (merupakan transformasi nilai Commitment & Inovation).
b.
Caring
Peduli (merupakan tranformasi nilai Balance, Relationship & Teamwork ). c. Excellence Unggul, memberikan hasil lebih baik. Dimana, semua nilai itu dibalut dengan Integritas / Integrity.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 51
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
6.4 Kebijakan Sistem Manajemen WIKA
Dokumentasi SMW dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: a.
Pedoman SMW yang memuat kebijakan SMW, sasaran, organisasi, dan ringkasan kelompok proses.
b.
Prosedur yang menguraikan kebijakan perusahaan dan ringkasan kelompok proses yang ada dalam pedoman SMW dan menggambarkan penanggung jawab sesuai organisasi yang berlaku.
c.
Dokumen pendukung meliputi Instruksi Kerja, Manual Teknik, Surat Keputusan Direksi, dan/atau KaKomrah dan panduan yang merupakan kelengkapan dari prosedur.
Terdapat dua garis besar kebijakan Sistem Manajemen WIKA yang dicanangkan Manajemen Puncak, yaitu: a.
Kebijakan Sistem Manajemen Mutu, Resiko, dan Pengamanan WIKA Kebijakan Sistem Manajemen Mutu, Resiko, dan Pengamanan WIKA memiliki tujuan pengembangan bagi setiap individu secara terus-menerus dan menghasilkan produk sesuai bidang tugasnya yang mendukung tercapainya sasaran kinerja di unit kerja maupun perusahaan WIKA secara keseluruhan dan mengelola keamanan.
b.
Kebijakan SHE WIKA Kebijakan SHE WIKA bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
penyakit akibat kerja, dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan sesuai dengan bidang tugasnya. Kebijakan SHE WIKA memiliki sasaran zero accident, efisiensi penggunaan sumber daya, dan pencegahan environment incident. Sistem Manajemen WIKA memiliki beberapa bagian, antara lain: a.
Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001: 2008)
b.
Sistem Manajemen K3 (OHSAS 18001: 2007)
c.
Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001: 2004)
d.
Sistem Manajemen Pengamanan (Perkap 24: 2007)
e.
Sistem Manajemen Resiko (ISO 31000) Berikut ini penjelasan mengenai Sistem Manajemen WIKA.
a.
Sistem Manajemen Mutu WIKA
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 52
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sistem Manajemen WIKA didasari oleh ketentuan ISO 9001 :2008 yang terdiri dari: ·
Prosedur Mandatory sebanyak 4 buah:
Prosedur Pengendalian Dokumen dan Rekaman (WIKA-PEM-PM05.02)
Prosedur Audit Internal (WIKA-PEM-PM-04.01)
Prosedur Catatan Penyimpangan Permintaan Tindakan Korektif dan Preventif (WIKA-PPE-PM-01.01)
Prosedur Umum Pelaksanaan Tinjauan Manajemen PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA-PPE-PM-02.01)
·
Prosedur, Instruksi Kerja, Surat Keputusan Direksi dan/atau Ka Komrah dan kebijakan Perusahaan
·
Penanggung Jawab yang ditunjuk (Tim Pengembangan Sistem Manajemen).
·
Dokumen referensi atau standar resmi.
·
Sistem Manajemen SHE ( Safety, Health & Environment ) Sistem Manajemen SHE PT Wijaya Karya (Persero) Tbk didasarkan atas ketentuan yang terdapat pada OHSAS 18001:2007, ISO 14001: 2004, dan Sistem Manajemen K3 Permenaker No. 5 tahun 1996. Sebagai komitmen WIKA serta untuk memastikan bahwa Sistem Manajemen SHE dapat berjalan baik, maka manajemen puncak membentuk struktur organisasi SHE yang ditetapkan melalui SK Direksi No. SK. 1.01/A.DIR.0148/2008 serta diberi nama Panitia Pembina Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (P2K3L).
Perusahaan menetapkan kebijakan maupun prosedur yaitu:
Prosedur Komunikasi, Konsultasi dan Partisipasi K3L dan Pengamanan (WIKA-PEM-PM-03.04)
Prosedur Inspeksi Pelaksanaan K3L (WIKA-PEM-PM-03.10) Prosedur Persiapan, Penanganan, dan Pemulihan Keadaan Darurat (WIKA-PEM-PM-03.09)
Prosedur Penyelidikan (Investigasi) Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja dan Laporan Kinerja SHE (WIKA-PEM-PM-03.11)
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 53
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Prosedur Permintaan Tindakan Korektif dan Preventif (WIKA-PPEPM-01.01)
c.
Sistem Manajemen Pengamanan Sistem Manajemen Pengamanan WIKA didasarkan pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sistem
Manajemen
Pengamanan
Organisasi,
perusahaan
dan/atau
Instasi/Lembaga Pemerintah. Untuk Mengelola ancaman terhadap asset WIKA (intangible asset dan tangible asset), maka WIKA melakukan pengelolaan risiko, strategi dan melakukan mitigasi risiko. Hal ini diatur dalam Prosedur Manajemen Pengamanan WIKA-PEM-PM-07.01
6.5 Pengelolaan Manajemen
Berikut ini penjelasan mengenai pengelolaan Manajemen WIKA. 1. Manajemen Kebijakan SMW Untuk memastikan bahwa penerapan SMW dilaksanakan secara terkendali dan efektif maka diperlukan manajemen kebijakan SMW yang ringkas, terukur dan mudah untuk diimplementasikan. Acuan terkait: WIKA-PEMPM-01.01 (Prosedur Penerapan & Pemeliharaan Kebijakan Sistem Manajemen PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk).
2. Perencanaan SMW Langkah awal sebelum memulai aktivitas konstruksi adalah penyusunan rencana kerja pelaksanaan yang memuat rencana mutu (Quality Plan), rencana lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja (SHE plan), dan manajemen risiko pengamanan.
Dalam rencana mutu antara lain ditetapkan: a.
Urutan pekerjaan, mulai kontrak ditandatangani, penyediaan material, pelaksanaan pekerjaan sampai dengan penyerahan
b.
Personil bertanggung jawab untuk setiap pekerjaan
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 54
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
c.
Dokumen kerja yang digunakan (prosedur atau instruksi kerja)
d.
Peralatan atau mesin yang digunakan
e.
Metoda pengendalian atau mesin yang digunakan.
Sementara untuk SHE dan pengamanan, dibuat perencanaan terhadap proses-proses mana saja yang kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja cukup kritis, aspek-aspek lingkungan dan pengamanan asset perusahaan.
3. Pelaksanaan, pemeriksaan dan pemantauan SMW Pelaksanaan, pemeriksaan dan pemantauan SMW dilakukan oleh petugas yang ditunjuk senantiasa dimonitor dan direview pimpinan unit kerja serta diukur secara mandiri menggunakan Quality Management System Level (QMSL), Safety Implementation Level dan Enviroment Management System Level. Petugas di tingkat korporat dan PjPU secara berkala
melakukan klinik dan audit untuk memastikan bahwa SMW telah diimplementasikan dengan baik
6.6 Review Prosedur SMW (Value Engineering)
Dalam rangka penerapan pertambahan nilai, pada saat ini diketahui bahwa dibutuhkan banyak inovasi dalam proses kontruksi. Namun, tidak semua inovasi memiliki nilai tambah yang sesuai dengan usaha yang dikeluarkan. Untuk itu, dalam pelaksanaan value engineering , perubahan pekerjaan menjadi memiliki nilai tambah harus dipermudah. Namun, kemudahan harus berdasarkan suatu analisis yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka, dengan prosedur saat ini, perlu diberikan suatu percepatan dengan penambahan diagram alir seperti berikut:
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 55
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 6.1 Diagram Alir Prosedur Value Engineering PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Untuk mempersingkat prosedur value engineering oleh tim VE, perlu ada pemotongan prosedur dengan penerapan analisis VE yang pernah diterapkan sebelumnya yang diambil dari knowledge management PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Sehingga, prosedur 2-7 dapat dipangkas dengan menggunakan hasil analisis VE terdahulu yang sudah valid dan terverifikasi dengan sedikit penambahan/modifikasi tersendiri.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 56
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Setelah dilakukan analisa struktural, hourdi poutrelle dapat disandingkan dengan plat beton bertulang konvensional. Untuk kekuatan layan plat beton dengan sistem hourdi poutrelle dengan ketebalan komponen plat 70mm ditambah dengan 200mm balok
rusuk setara dengan plat beton bertulang konvensional setebal 115mm. Namun, apabila ketebalan plat sistem hourdi poutrelle diperhitungkan, hourdi poutrelle memiliki kekuatan ultimate yang lebih besar dari konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada fase konstruksi, sistem plat hourdi poutrelle memiliki kekuatan yang sama dengan plat konvensional, namun pada fase layan, sistem plat hourdi poutrelle memiliki kekuatan ultimate (momen tekuk) yang lebih besar dari plat
konvensional (kekuatan struktural lebih baik). 2. Secara biaya dengan komparasi untuk kapasitas beban yang sama, plat beton hourdi poutrelle memiliki efisiensi biaya sebesar 24.8% dibandingkan dengan plat beton
bertulang konvensional. 3. Secara durasi pekerjaan, sistem plat lantai hourdi poutrlle memiliki efisiensi waktu sebesar 34% dibandingkan dengan plat beton bertulang konvensional. Hal ini dikarenakan oleh pengurangan durasi untuk fabrikasi bekisting dan tulangan yang cukup signifikan. 4. Dari tinjauan risiko, diketahui bahwa pekerjaan hourdi poutrelle memiliki risiko untuk ditolak oleh pemilik proyek, sehingga dengan risiko tersebut diperlukan perencanaan dan desain yang matang untuk memanfaatkan hourdi poutrelle agar dapat meyakinkan owner proyek.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 57
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil saran sebagai berikut: 1. Secara umum, hourdi poutrelle memiliki kelebihan dibandingkan dengan plat beton bertulang konvensional. Namun kajian secara lebih mendalam mengenai respon sistem plat lantai hourdi poutrelle perlu dikaji terutama mengenai respon akibat kegempaan dengan area gempa yang berbeda-beda (terutama untuk Indonesia). 2. Untuk penggunaan di Indonesia, sistem plat lantai hourdi poutrelle masih harus dikaji secara feasibilitasnya. Faktor penyuplai material yang masih sangat sedikit membutuhkan perencanaan yang lebih detail terkait pengadaan material bata hourdi dan balok rusuk (fabrikasi balok rusuk dan atau bata hourdi secara sendiri/ mencari substitusi material untuk bata hourdi). 3. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui besar pengaruh dari shoring terhadap reaksi akibat pembebanan pada plat hourdi poutrelle.
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 58
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed M. H., Y. et. al. (2011) , Mathematical structural analysis of one way ribbed slabs, Journal of Engineering Sciences, Assiut University, Vol. 39, No. 4, pp.761-780 July 2011 Ahmed M. H., Hassaneen Y. A., Abd El Shafy. Z. E. And Farouk M. A. ( The Effect Of Solid Parts On Non-Linear Of One Way Ribbed Slabs) journal of engineering sciences Assiut , October 2010. Ahmed M. H., Hassaneen Y. A., Abd El Shafy. Z. E. And Farouk M. A. ( The Effect Of Spaces And Reinforcements Of The Ribs On The Non-Linear Behavior Of One Way Ribbed Slabs) The Seventh Alexandria International Conference , December 2010 Egyptian code for design and construction of reinforcement concrete structures ECP 203,2007
James, K. Reinforced Concrete : Mechanics and Design 6E, Pearson Katili I., Metode Elemen Hingga untuk Analisis Tegangan, Depok, Universitas Indonesia Manychova, Monika (2010), Nondestructive integrity testing of Sandwiches made of hurdis ceiling slabs, Czech Society for Nondestructive Testing, November 10-12, 2010, Czech Republic Reddy, J.N. ‘ An Introduction to the finite Element Method’ International student Edition, McGraw-Hill Book Company, (1984). Saudi Building Code for Concrete Structures SBC 304, 2007
SAP2000 ‘ Linear and nonlinear Static and Dynamic Analysis and Design of ThreeD imensi on Str uctures ‘ Computer and Str uctures, I nc. Ber keley, California , USA August 2004 Shabbar, Rana et. al. (2010), Comparison between Ribbed Slab Structure using Lightweight Foam Concrete and Solid Slab Structure using Normal Concrete, Concrete research Letters, Vol 1(1) – March 2010 Standar Nasional Indonesia, 2847;2013. Badan Standarisasi Nasional, Indonesia 2013 Soghair H.M, Aly. A.G , Ahmed M.H and Farouk M.A, ( Structural Analysis Of Ribbed Slabs) journal of engineering sciences Assuit , march 2008
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 59
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
LAMPIRAN 1. Hasil Tes Tekan Hourdi Block
Erza Raihanza |PPCP 72
Halaman 60