ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Perkemihan
Disusun Oleh :
SUJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes ) CIREBON PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
CIREBON 2012
KATA PENGANTAR
Segala Segala puji puji bagi Allah SWT yang yang telah telah melimp melimpahka ahkan n rahma rahmatt dan karuni karuniany anyaa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makala Makalah h dengan dengan judul judul “ Asuhan Asuhan Keperaw Keperawata atan n Hemodi Hemodiali alisa sa “ disusu disusun n untuk untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ″ Sistem Perkemihan ″, Program Studi S1 Keperawatan STIKes Cirebon. Penulis Penulis menguca mengucapkan pkan terima terima kasih kasih kepada kepada semua semua pihak pihak yang yang telah telah membant membantu u terselesaikanya tugas makalah ini tepat pada waktunya, Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua, terutama mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Cirebon, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Cirebon, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA PENGANTAR........................................................... R.............................................................................................. ................................... i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii BAB I
PENDAHULUA PENDAHULUAN....................................................... N...................................................................................1 ............................1
BAB II
TINJAUAN TINJAUAN TEORITIS................................................................... TEORITIS................................................................... ......2 2.1. Definisi Hemodialisa..................................................................... Hemodialisa..................................................................... 2 Hemodialisa ................................................. .................. 3 2.2. Indikasi Hemodialisa
2.3. Kontra Indikasi Indikasi Hemodialisa....................................................... 4 Hemodialisa................................................................ ......4 2.4. Tujuan Hemodialisa................................................................
2.5. Proses Hemodialisa....................................................................... Hemodialisa....................................................................... 4 2.6. Komplikasi Komplikasi Hemodialisa.............................................................. Hemodialisa.............................................................. 8 2.7. Peritoneal Peritoneal Dialisa.......................................................................... 9 2.8. Teknik Hemodialisa...................................................................... Hemodialisa...................................................................... 11 BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN.............................................. .............................................. 16
Pengkajian................................................................... Pengkajian................................................................... ..................
16
Diagnosa Diagnosa Keperawatan................................................................. Keperawatan................................................................. 19 Focus Intervensi................................................................ Intervensi............................................................................ ............ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
19
BAB I PENDAHULUAN
Dewasa ini penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit yang telah ditemukan pengobatanya meskipun pada tahap terminal. Penurunan Pen urunan fungsi ginjal dapat disebabkan oleh berbagai penyebab dan penurunan fungsi ginjal ini dapat bersifat sementara atau dikenal dengan gagal ginjal akut (GGA), maupun secara kronis yang sifatnya permanen atau dikenal dengan gagal ginjal kronis (GGK). Dalam mengatasi gagal ginjal baik gagal ginjal akut (GGA) atau gagal ginjal kronik kronik (GGK) (GGK),, langkah langkah pertam pertamaa yang yang diberi diberikan kan dengan dengan terapi terapi konser konservat vatif, if, dan bila bila langkah ini tidak berhasil selanjutnya dengan terapi ginjal pengganti (TGP) atau renal replacement therapy yaitu usaha untuk mengganti fungsi ginjal penderita yang telah menurun. Terapi Terapi ginjal ginjal penggan pengganti ti bisa bisa dilakuk dilakukan an secara secara alamia alamiah h yaitu yaitu cangkok cangkok ginjal ginjal (transplantasi) atau secara artificial (buatan) misalnya hemodialisa dan peritoneal dialisa, yang hanya mengambil alih fungsi eksokrin saja, sedangkan fungsi endokrin tidak dapat diambil alih. Hemodialisa adalah tindakan yang dilakukan untuk membentu beberapa fungsi ginjal yang terganggu atau saat ginjal tidak lagi mampu melaksanakan fungsinya atau rusak. Hemodialisa membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pada tubuh, juga membantu mengekresikan zat-zat sisa atau buangan. Saat ini dengan teknologi medis yang semakin berkembang, pemenuhan kebutuhan dan pemahaman yang lebih baik tentang gagal ginjal dan proses dialisa, pasien dapat menjalani gaya hidup yang sehat. Pasien dalam keseharian dapat menjalani aktivitas secara normal dengan pengobatan hemodialisa secara rutin dan teratur.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Definisi Hemodialisa
Menurut Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (diali (dializer zer)) kedala kedalam m dialis dialisat. at. Diali Dializer zer juga juga dapat dapat diperg diperguna unakan kan untuk untuk meminda memindahka hkan n sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana teka tekana nan n hidr hidros osta tati tik k meny menyeb ebab abka kan n alir aliran an yang ang besa besarr dari dari air air plas plasma ma (den (denga gan n perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskul vaskuler, er, antiko antikoagul agulans ansii dan produks produksii diali dializer zer yang yang dapat dapat diperc dipercaya aya dan efisie efisien, n, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat. (Tisher & Wilcox, 1997) Hemodi Hemodiali alisa sa memerl memerlukan ukan sebuah sebuah mesin mesin dialis dialisaa dan sebuah sebuah filter filter khusus khusus yang yang dina dinama maka kan n
dial dializ izer er
(sua (suatu tu
membr embran an
semi semipe perm rmea eabe bel) l)
yang ang
digu diguna naka kan n
untu untuk k
membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suat suatu u hubun hubungan gan buat buatan an antar antaraa arte arteri ri dan vena vena (fis (fistu tula la arte arteri riove oveno nosa sa)) mela melalu luii pembedahan. (NKF, 2006)
2.2
Indikasi Hemodialisa
Price Price dan Wilso Wilson n (1995) (1995) menera menerangka ngkan n bahwa bahwa tidak tidak ada petunj petunjuk uk yang yang jelas jelas berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan seharihari tidak dilakukan lagi. Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang kurang dari dari 10 mL/meni mL/menitt dengan dengan gejala gejala uremi uremia/m a/malnu alnutri trisi si dan LFG kurang kurang dari dari 5 mL/menit mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani menjalani dialisis. dialisis. Selain Selain indikasi indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik. Kemudian Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara ment mental al
dapat dapat memb membah ahay ayaka akan n
diri diriny nyaa
juga juga
dianj dianjur urkan kan dila dilaku kukan kan hemod hemodia iali lisa sa..
Selanjutnya Thiser dan Wilcox (1997) juga menyebutkan bahwa indikasi relatif dari hemodialisa hemodialisa adalah azotemia azotemia simtomatis simtomatis berupa ensefalopati ensefalopati,, dan toksin toksin yang dapat didial didialisi isis. s. Sedangka Sedangkan n indika indikasi si khusus khusus adalah adalah perika perikardi rditis tis uremia uremia,, hiperk hiperkale alemia mia,, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.
2.3
Kontra Indikasi Hemodialisa
Menuru Menurutt Thiser Thiser dan Wilcox Wilcox (1997) (1997) kontra kontra indika indikasi si dari dari hemodi hemodiali alisa sa adalah adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak tidak mungki mungkin n didapat didapatkan kan akses akses vaskul vaskuler er pada pada hemodi hemodiali alisa, sa, akses akses vaskul vaskuler er sulit, sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra Kontra indikasi indikasi hemodialis hemodialisaa yang lain diantaranya diantaranya adalah penyakit penyakit alzheimer, alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut.
2.4
Tujuan Hemodialisa
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain : 1.
Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain. 2.
Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3.
Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4.
Menggantikan
fungsi
ginjal
sambil
menunggu
program
pengobatan yang lain.
2.5
Proses Hemodialisa
Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa berfungsi mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran darah melewati suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk dialisat dan sirkuit darah darah korpor korporeal eal.. Pemberi Pemberian an hepari heparin n meleng melengkapi kapi antiko antikoagu agulas lasii siste sistemi mik. k. Darah Darah dan
dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh efisiensi maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan ukuran membran dalam alat diali dialisa, sa, dan kecepat kecepatan an aliran aliran darah darah dan laruta larutan n mempeng mempengaru aruhi hi pemind pemindahan ahan laruta larutan. n. (Tisher & Wilcox, 1997) Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu saringan sebaga sebagaii ginjal ginjal tirua tiruan n yang yang disebut disebut dializ dializer, er, yang yang diguna digunakan kan untuk untuk menya menyarin ring g dan member membersih sihkan kan darah darah dari dari ureum, ureum, kreati kreatinin nin dan zat-za zat-zatt sisa sisa metabol metabolism ismee yang yang tidak tidak diperlukan diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanaka melaksanakan n hemodialisa hemodialisa diperlukan diperlukan akses vaskuler seba sebaga gaii temp tempat at supl suplai ai dari dari darah darah yang yang akan akan masu masuk k ke dala dalam m mesi mesin n hemo hemodia diali lisa sa.. (NKF, 2006) Suatu mesin ginjal ginjal buatan atau hemodializer hemodializer terdiri dari membran membran semipermea semipermeabel bel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah dialisat ataupun dalam arah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan ribuan serabut serabut kapiler kapiler halus yang tersusun tersusun pararel. Darah mengalir mengalir melalui melalui bagian bagian tengah tabung-tabung tabung-tabung kecil ini, dan dialisat dialisat membasahi bagian luarnya. Diali Dializer zer ini sangat sangat kecil kecil dan kompak kompak karena karena memili memiliki ki permuk permukaan aan yang yang luas luas akibat akibat adanya banyak tabung kapiler. (Price & Wilson, 1995) Menurut Menurut Corwin Corwin (2000) hemodialisa hemodialisa adalah dialisa yang dilakukan dilakukan di luar tubuh. Selama Selama hemodi hemodiali alisa sa darah darah dikelu dikeluark arkan an dari dari tubuh tubuh melalu melaluii sebuah sebuah katete kateterr masuk masuk ke dalam dalam sebuah sebuah mesin mesin yang yang dihubu dihubungka ngkan n dengan dengan sebuah sebuah membra membran n semiper semipermeab meabel el (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah darah selesai dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan ke dalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt). Selanjutnya Price dan Wilson (1995) juga menyebutkan bahwa suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi untuk dialisat. Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan
kembal kembalii ke pasien pasien melalui melalui jalur jalur vena. vena. Diali Dialisat sat membent membentuk uk salura saluran n kedua. kedua. Air kran kran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan cairan diali dialisa. sa. Diali Dialisat sat kemudi kemudian an dimasu dimasukan kan ke dalam dalam dializ dializer, er, dimana dimana cairan cairan akan akan mengal mengalir ir di luar luar serabut serabut berong berongga ga sebelu sebelum m keluar keluar melalu melaluii draina drainase. se. Keseim Keseimbang bangan an antara darah dan dialisat terjadi sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Kemudian menurut Price dan Wilson (1995) komposisi dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-unsur yang umum terdiri dari Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl-, asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat dialisat karena unsur-unsur unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. dialisat. Natrium asetat yang lebih ting tinggi gi kons konsen entr tras asin inya ya dala dalam m dial dialis isat at,, akan akan berd berdif ifus usii ke dala dalam m dara darah. h. Tuju Tujuan an menamba menambahka hkan n asetat asetat adalah adalah untuk untuk mengor mengoreks eksii asidos asidosis is pender penderita ita uremi uremia. a. Asetat Asetat dimetabolis dimetabolisme me oleh tubuh pasien menjadi menjadi bikarbonat. bikarbonat. Glukosa dalam konsentrasi konsentrasi yang rendah ditambahkan ke dalam dialisat untuk mencegah difusi glukosa ke dalam dialisat yang dapat menyebabkan kehilangan kalori dan hipoglikemia. Pada hemodialisa tidak dibutuhkan glukosa dalam konsentrasi yang tinggi, karena pembuangan cairan dapat dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat. Ultraf Ultrafil iltra trasi si teruta terutama ma dicapa dicapaii dengan dengan membuat membuat perbeda perbedaan an tekanan tekanan hidros hidrostat tatik ik antara antara darah darah dengan dengan dialis dialisat. at. Perbeda Perbedaaan aan tekana tekanan n hidros hidrostat tatik ik dapat dapat dicapa dicapaii dengan dengan mening meningkat katkan kan tekana tekanan n positi positiff di dalam dalam kompar kompartem temen en darah darah dializ dializer er yaitu yaitu dengan dengan meningkatkan resistensi terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat dengan memainkan memainkan pengatur tekanan tekanan negatif. negatif. Perbedaaan Perbedaaan tekanan tekanan hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan kecepatan difusi solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl 0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi penderita. Tekanan darah pasien mungkin cukup untuk
mengalirkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk membantu aliran dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan aliran kecepatan yang baik. Heparin secara terusmenerus dimasukkan pada jalur arteri melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan dara darah. h. Pera Perang ngka kap p beku bekuan an dara darah h atau atau gele gelemb mbun ung g udar udaraa dala dalam m jalu jalurr vena vena akan akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien, maka hemodializer modern dilengkapi dengan monitormonitor yang memiliki alarm untuk berbagai parameter. (Price & Wilson, 1995) Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuh kebutuhan an indivi individu. du. Tiap Tiap hemodi hemodiali alisa sa dilakuk dilakukan an 4–5 jam dengan dengan frekue frekuensi nsi 2 kali kali seminggu. seminggu. Hemodialisa Hemodialisa idealnya idealnya dilakukan dilakukan 10–15 jam/minggu jam/minggu dengan QB 200–300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3–5 jam dan dilakuk dilakukan an 3 kali kali seming seminggu. gu. Pada Pada akhir akhir interv interval al 2–3 hari hari dianta diantara ra hemodia hemodiali lisa, sa, keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa. Price Price dan Wilson Wilson (1995) (1995) menjel menjelask askan an bahwa bahwa diali dialisat sat pada pada suhu tubuh akan akan meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemolisis sel-se sel-sell darah darah merah merah sehing sehingga ga dapat dapat menyebab menyebabkan kan pasien pasien mening meninggal gal.. Robeka Robekan n pada membran dializer yang mengakibatkan kebocoran kecil atau masif dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran keluar dialisat. Hemodialisa rumatan biasanya dilakukan tiga kali seminggu, dan lama pengobatan berkisar dari 4 sampai 6 jam, tergantung dari jenis sistem dialisa yang digunakan dan keadaan pasien. Gambar 2.1 Skema Proses Hemodialisa
2.6
(National Kidney Foundation, 2001) Komplikasi Hemodialisa Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain : 1.
Kram otot Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi
2.
Hipotensi Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dial dialis isat at natri natrium um,, peny penyaki akitt jant jantun ung g ater ateros oskl kler erot otik ik,, neur neurop opat atii oton otonom omik ik,, dan dan kelebihan tambahan berat cairan.
3.
Aritmia Hipoks Hipoksia, ia, hipote hipotensi nsi,, penghent penghentian ian obat antiar antiaritm itmia ia selama selama dialis dialisa, a, penurun penurunan an kalsiu kalsium, m, magnes magnesium ium,, kalium kalium,, dan bikarb bikarbona onatt serum serum yang yang cepat cepat berpeng berpengaru aruh h terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4.
Sind Sindro rom m keti ketida daks ksei eim mbang bangan an dial dialis isaa Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari dara darah, h, yang yang meng mengaki akibat batkan kan suat suatu u grad gradie ien n osmo osmoti tik k diant diantar araa kompa kompart rtem emenenkompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam
otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat. 5.
Hipoksemia Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6.
Perdarahan Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7.
Ganguan pe pencernaan Gang Ganggu guan an penc pencer erna naan an yang yang seri sering ng terj terjad adii adal adalah ah mual mual dan dan munt muntah ah yang ang disebabkan disebabkan karena hipoglikemia. hipoglikemia. Gangguan Gangguan pencernaan pencernaan sering sering disertai disertai dengan sakit kepala.
8.
Infe Infeks ksii atau atau pera perada danga ngan n bisa bisa ter terja jadi di pada pada aks akses es vas vasku kule ler. r.
9.
Pemb Pembek ekua uan n dara darah h bisa bisa dise diseba babk bkan an kare karena na dosi dosiss pem pemberi berian an hepa hepari rin n yang ang tida tidak k adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
2.7
Peritoneal Dialisa
2. 7 . 1
Definisi Dialisis peritoneal adalah salah satu bentuk dialisis untuk membantu penenganan pasien GGA (gagal ginjal akut) maupun GGK (gagal ginjal kronik), menggunakan membran peritoneum yang bersifat bersifat semipermiabel. Melalu Melaluii membra membran n terseb tersebut ut darah darah dapat dapat difilt difiltras rasi. i. Keuntu Keuntungan ngan diali dialisis sis peritoneal (DP) bila dibandingkan dengan hemodialasis, secara teknik lebih sederhana, cukup aman serta cukup efisien dan tidak memerlukan fasilitas
khusus, sehingga dapat di lakukan di pati kedudukan cukup penting untuk menengani kasus–kasus tertentu dalam rumah sakit besar dan modern. 2. 7 . 2
Indikasi Dialisis peritoneal dapat digunakan pada pasien :
2.7. 2.7.3 3
1.
Gagal Gagal ginj ginjal al akut akut (dia (diali lisa satt perit periton onea eall akut akut )
2.
Gangg Ganggua uan n kesei keseimb mban anga gan n caira cairan n , elekt elektro roli litt atau atau asam asam basa basa
3.
Into Intoks ksik ikas asii obat obat atau atau baha bahan n lain lain .
4.
Gagal Gagal ginj ginjal al kro kroni nik k (di (dial alis isat at per perit iton oneal eal kron kronik ik))
5.
Keada Keadaan an klin klinis is lain lain di mana mana DP DP tel telah ah terb terbuk ukti ti manf manfaat aatny nyaa
Kont Kontra ra Indi ndikasi kasi 1.
Kontra indikasi absolute : tidak ada
2.
Kontra
indikasi
relative
:
keadaan–
keadaan yang kemungkinan secara teknik akan mengalami kesulitan atau memudahkan terjadinya komplikasi seperti gemuk berlebihan, perlengketan peritoneum, perotinitis local, operasi atau trauma abdomen yang baru saja terjadi, kelainan intra abdomen yang belum di ketahui sebabnya, luka bakar dinding abdomen yang cukup luas terutama bila disertai infeksi atau perawatan yang tidak adekuat, salah satu cara yang sering digunakan untuk menilai efisiensi peritoneal dialisa adalah dengan menentukan peritoneal clearance dengan rumus : Cp = U Cp : peritoneal : peritoneal clearance U: konsentrasi konsentrasi zat tersebut dalam cairan cairan dialisat dialisat yang keluar dari kavum peritoneal (mg%) (mg%) P: konsentrasi zat tersebut dalam darah atau plasma (mg%) V: volume cairan dialisat tiap menit (mL)
Faktor yang mempengaruhi klirens peritoneal adalah ada lah besar kecilnya melekul, kecepatan cairan dialisat, equilibration-time(dwell time yaitu lamanya cairan dialisat berada dalam kavum peritoneum), suhu cairan dialisat, dialisat, tekanan tekanan osmosis osmosis cairan cairan dialisat, dialisat, permeabilit permeabilitas as peritoneum, peritoneum, dan aliran darah dalam kapiler peritoneum. 2.7.4 7.4
Kompli plikasi asi
Komplikasi Mekanis Perfo Perfora rasi si
o
orga organ n
abdo abdome men n
(usus, aorta, kandung kencing atau hati) Perdar Perdarah ahan an
o
yang yang
kadan kadangg-
kadang menyumbat kateter Gangguan drainase (aliran
o
cairan dialisat) o
Bocornya cairan dialisat
o
Per Perasaan
tidak
enak nak
dan
sakit dalam perut Komplikasi metabolik o
Gang Ganggu guan an
kese keseim imba bang ngan an
Gang Ganggu guan an
metab etabol oliisme sme
cairan,elektrolik dan asam basa . o
karbohidrat karbohidrat perlu diperhatika diperhatikan n terutama terutama pada penyandang penyandang DM berupa hiperglikemia post dialisis. Kehi Kehila lang ngan an
o
prot protei ein n
yang ang
terbuang lewat cairan dialisat o
2.8
Sindrom disequilibrium. Teknik Hemodialisa
Persiapan Mesin dan Perangkat HD
1.
Pipa Pipa pem pembua buanga ngan n suda sudah h masu masuk k dala dalam m sal salur uran an pem pembu buan angan gan
2.
Samb Sambun ungk gkan an kab kabel el mes mesin in den denga gan n stop stop kon konta tak k
3.
Hidu Hidupk pkan an mes mesin in ke ke rins rinsee sela selama ma 1515-30 30 men menit it
4.
Pind Pindah ahka kan n ke posi posisi si dial dialy yze lal lalu sam sambung bungka kan n slan slang g dial dialis isat at ke jaringan tempat dialisat yang telah disiiapkan.
5.
Tunggu ggu sa sampai la lampu hi hijau
6.
Tes Tes cond conduc ucttivi ivity dan dan tem tempe perratur atur
7.
Gant Gantun ungka gkan n salin salinee norma normall sebany sebanyak ak 4 flatb flatbot oth h yang yang telah telah dibe diberi rika kan n heparin sebanyak 25-30 unit dalam masing-masing flatboth
8.
Siap Siapkan kan ginja ginjall buat buatan an ses sesuai uai denga dengan n kebut kebutuh uhan an pas pasie ien n
9.
Siap Siapkan kan blood blood lines lines dan dan AV fisk fiskul ulaa seba sebany nyak ak bany banyakn aknya ya
10.
Ginjal Ginjal buata buatan n dan blood blood lines lines diisi diisi sali saline ne normal normal (pri (primin ming) g)
11.
Sambun Sambungkan gkan dialis dialisate ateli lines nes pada pada ginjal ginjal buatan buatan
12.
Sambil Sambil mempe mempersi rsiapka apkan n pasien pasien slang inlet inlet dan dan outlet outlet disambu disambungka ngkan n lalu jalankan blood pump (sirkulasi tertutup) Persiapan Penderita
Indikasi hemodialisa : 1.
Seger Segera/ a/in indi dika kasi si mutl mutlak ak : over hidr hidras asii atau atau edema edema paru, paru, hiperk hiperkal alem emi, i, oliguri berat atau anuria, asidosis, hipertensi maligna.
2.
Dini Dini/p /pro rofi fila laks ksii : geja gejala la urem uremia ia (mua (muall munt muntah ah)) peru peruba baha han n ment mental al,, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan seks, perubahan kualitas hidup. Bila penderita baru yang datang di ruang HD, sebelum kita mela melaku kuka kan n
HD
terl terleb ebih ih
dahu dahulu lu
peri periks ksaa
kemb kembal alii
hasi hasill-ha hasi sill
pemeriksaan yang penting (Hb, hematokrit, ureum, kreatinin, dan HbsAg), hal ini perlu untuk menentukan tindak lanjut suatu HD. Langkah-langkah HD : 1.
Timbang dan catat berat badan
2.
Ukur dan catat tekanan darah (dapat digunakan untuk menginterpretasikan kelebihan cairan)
3.
Tentukan akses darah yang akan ditusuk
4.
Bersihkan da daerah ya yang ak akan di ditusuk de dengan be betadine 10 10% la lalu alcohol 70% kemudian ditutup pakai duk steril
5.
Sed Sediakan alat-alat ya yang steril didalam bak spuit kecil cil : spui puit 2,5 cc sebanyak 1, spuit 1 cc 1 buah, mangkok kecil berisi saline 0,9% dan kasa steril
6.
Sed Sediakan obat-obatan yang perlu yaitu lidon donest dan hep heparin
7.
Pakai masker dan sarung tangan steril
8.
Lakukan kan anestesi local didaerah ak akses darah yang ang aka akan n ditusuk
9.
Tusuk de dengan AV AV fi fistula la lalu ber berikan hep heparin seb sebanyak 200 2000 unit pada inlet sedangkan outlet sebanyak 1000 unit
10. 10.
Siap Siap sam sambung bungka kan n ke ke sirk sirkul ulas asii tertu ertuttup yang ang tel telah ah dis disedi ediakan akan
11.
Aliran da darah pe permulaan sa sampai 7 me menit nit 75 75 ml ml/menit nit ke kemudian dinaikkan perlahan sampai 200 ml/menit
12. 13.
Tentukan TM TMP se sesuai de dengan ke kenaikkan be berat ba badan Seger Segeraa ukur ukur kembal kembalii teka tekana nan n dara darah, h, nadi, nadi, pern pernap apas asan an,, akses akses darah darah yang digunakan dicatat dalam status yang telah tersedia.
Perawatan Pasien Hemodialisa Terbagi 3 yaitu : 1.
Perawatan sebelum hemodialisa o
Mempersiapkan perangkat HD
o
Mempersiapkan mesin HD
o
Mempersiapkan cara pemberian heparin
Mempersiapkan pasien baru dengan memperhatikan factor
o
bio psiko sosial, agar penderita dapat bekerja sama dalam hal program HD o
Mempersiapkan akses darah
o
Menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, nadi,
pernapasan
2.
o
Menentukan berat badan kering
o
Mengambil pemeriksaan rutin dan sewaktu
Perawatan Selama Hemodialisa Selama HD berjalan ada 2 hal pokok yang diobservasi yaitu penderita dan mesin HD a.
Observasi terhadap pasien HD o
Tekanan darah, nadi diukur setiap 1 jam lalu dicatat dalam
status o
Dosis pemberian heparin dicatat setiap 1 jam dalam status
o
Cairan yang masuk perparenteral maupun peroral dicatat
jumlahnya dalam status o
b.
Akses darah dihentikan
Observasi terhadap mesin HD o
Kecepan Kecepan aliran aliran darah darah /Qb, /Qb, kecepat kecepatan an aliran aliran diali dialisat sat/Qd /Qd
dicatat setiap 1 jam o
Tekanan negatif, tekanan positif, dicatat setiap jam
o
Suhu dialisa, conductivity diperhatikan bila perlu diukur
o
Jumlah cairan dialisa, jumlah air diperhatikan setiap jam
o
Ginjal buatan, slang darah, slang dialisat dikontrol setiap 1
jam. 3.
Perawatan Sesudah Hemodialisa
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu cara menghentikan HD pada pasien dan mesin HD. a.
Cara mengakhiri HD pada pasien o
Ukur tekanan darah dan nadi sebelum slang inlet dicabut
o
Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium
o
Kecilkan aliran darah menjadi 75 ml/menit
o
Cabut Cabut AV fistul fistulaa intel/ intel/ lalu lalu bilas bilas slang slang inlet inlet memakai memakai
saline normal sebanyak 50-100 cc, lalu memakai udara hingga semua semua darah darah dalam dalam sirkul sirkulasi asi ekstra ekstrakor korpor poreal eal kembal kembalii ke sirkulasi sistemik o
Tekan pada bekas tusukan inlet dan outlet selama 5-10
menit, hingga darah berhenti dari luka tusukan
b.
o
Tekanan darah, nadi, pernapasan ukur kembali lalu catat
o
Timbang berat badan lalu dicatat
o
Kirimkan darah ke laboratorium
Cara mengakhiri mesin HD o
Kembalikan tekanan negative, tekanan positif, ke posisi
nol o
Sesudah darah kembali ke sirkulasi sistemik cabut selang
dialisat lalu kembalikan ke Hansen connector o
Kembalikan tubing dialisat pekat pada konektornya
o
Mesi Mesin n ke posi posisi si rins rinse, e, lalu lalu berik berikan an cair cairan an desi desife fekt ktan an
(hipoclhoride pekat) sebanyak 250 cc, atau cairan formalin 3% sebanyak 250 cc o
Bila formalin dibiarkan selama 1-2 x 24 jam, baru mesin
dirinsekan kembali. Gambar 2.2 Proses Hemodialisa
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
A.
Biodata 1. Nama
:
2. Umur
: Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun
3. Jenis Kelamin
:
4. Pekerjaan
:
5. Agama
:
6. Alamat
:
7. Pendidikan
:
B.
Riwayat Kesehatan 1. Kel Keluhan uhan utam utamaa Pada pasien GGK yang akan dilakukan hemodialisa biasanya mengeluh mual, mual, muntah muntah,, anorexi anorexia, a, akibat akibat peningka peningkatan tan ureum ureum darah darah dan edema edema akibat retensi natrium dan cairan. 2. Riwa Riwaya yatt keseh kesehat atan an yang yang lal lalu u Perlu Perlu ditany ditanyaa penyakit penyakit-pe -penya nyakit kit yang yang pernah pernah dideri diderita ta klien klien sebaga sebagaii penyebab terjadinya GGK, seperti DM, glomerulonefritis kronis, pielonefritis. Selain itu perlu ditanyakan riwayat penggunakan analgesik yang lama atau menerus. 3. Riwa Riwaya yatt keseh kesehat atan an kelu keluar arga ga Perlu ditanyakan apakah orang tua atau keluarga lain ada yang menderita GGK erat kaitannya dengan penyakit keturunannya seperti GGK akibat DM.
C.
Data Biologis 1. Maka akan & minum
Biasanya Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan keluhan mual muntah akibat peningkatan ureum dalam darah. 2. Eliminasi Biasan Biasanya ya terjad terjadii ganggua gangguan n pengel pengeluar uaran an urine urine sepert sepertii oligur oliguri, i, anuria, anuria, disuria, dan sebagainya akibat kegagalan ginjal melakukan fungsi filtrasi, reabsorsi dan sekresi. 3. Aktivitas Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan penurunan gerak sebagai akibat dari penimbunan ureum dan zat-zat toksik lainnya dalam jaringan. 4. Istra straha hat/ t/ti tidu dur r Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat keluhankeluhan sehubungan dengan peningkatan ureum dan zat-zat toksik seperti mual, muntah, sakit kepala, kram otot dan sebagainya. D.
Pemeriksaan Fisik Kead Keadaan aan umum umum
: lema lemah h dan penur penuruna unan n ting tingka katt kesa kesada dara ran n akiba akibatt terjadinya uremia
Vital sign
: biasanya terjadi hipertensi akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistim renin
BB
: Biasanya meningkat akibat oedema
1. Inspeksi o
Tingkat kesadaran pasien biasanya menurun
o
Biasanya timbul pruritus akibat penimbunan zat-zat toksik pada kulit o
Oedema pada tungkai, acites, sebagai akibat retensi cairan dan
natrium 2. Auskultasi
Perlu dilakukan untuk mengetahui edema pulmonary akibat penumpukan cairan dirongga pleura dan kemungkinan gangguan jantung (perikarditis) akibat akibat irita iritasi si pada pada lapisa lapisan n perica pericardi rdial al oleh oleh toksik toksik uremi uremik k serta serta pada tingkat yang lebih tinggi dapat terjadi gagal jantung kongestif. 3. Palpasi Untuk memastikan oedema pada tungkai dan acietas. 4. Perkusi Untuk memastikan hasil auskultasi apakah terjadi oedema pulmonar yang apabil apabilaa terjad terjadii oedema oedema pulmon pulmonary ary maka maka akan akan terdeng terdengar ar redup redup pada perkusi. E.
Data Psikologis Pasi Pasien en bias biasany anyaa meng mengal alam amii kece kecema masa san n akiba akibatt perub perubaha ahan n body body image image,, perubahan peran baik b aik dikeluarga maupun dimasyarakat. Pasien juga biasanya merasa sudah tidak berharga lagi karena perubahan peran dan ketergantungan pada orang lain.
F.
Data Sosial Pasien Pasien biasany biasanyaa mengal mengalami ami penuru penurunan nan aktivi aktivitas tas sosial sosial akibat akibat penurun penurunan an kondisi kesehatan dan larangan untuk melakukan aktivitas yang berat.
G.
Data Penunjang 1. Rontge Rontgen n foto dan USG USG yang akan mempe memperli rlihatk hatkan an ginjal ginjal yang yang kecil dan atropik 2. Labor aborat ator oriu ium m: o
BUN dan kreatinin, terjadi peningkatan ureum dan kreatinin dalam darah.
o
Elektr Elektroli olitt dalam dalam darah darah : terjad terjadii peningka peningkatan tan kadar kadar kalium kalium dan penurunan kalium.
3.2
Diagnosa Keperawatan
1.
Kele Kelebi biha han n volu volume me caira cairan n berh berhubu ubunga ngan n dengan dengan penur penuruna unan n pengel pengeluar uaran an urin, urin, diet berlebihan dan retensi air.
2.
Peru Peruba baha han n nut nutrisi isi kura kurang ng dar dari kebu kebutu tuha han n tubu tubuh h berh berhub ubun unga gan n deng dengan an anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membram mukosa mulut.
3.
3.3
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penangananya
Fokus Intervensi
1.
Kelebihan
volume
cairan
berhubungan
dengan
penurunan pengeluaran urin, diet berlebihan dan retensi air. Intervensi : a.
Kaji status pasien o
Timbang berat badan tiap hari
o
Keseimbangan masukan dan keluaran
o
Turgor kulit dan adanya oedema
o
Tekanan darah, denyut nadi dan irama
nadi Rasionalisasi : Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi b.
Batasi masukan cairan
Rasionalis Rasionalisasi asi :Pembatasan :Pembatasan cairan akan menentukan menentukan berat tubuh ideal, kelu keluar aran an urin urin dan resp respon on terh terhada adap p tera terapi pi dan dan sumb sumber er kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi c.
Bantu
pasien
dalam
menghadapi
ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan Rasionalisasi : Pemahaman
meningkatkan kerja
keluarga dalam pembatasan cairan.
sama
pasien dan
2.
Perubahan nu nutrisi ku kurang da d ari ke k ebutuhan tu tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membram mukosa mulut. Intervensi : a.
Kaji faktor berperan dalam merubah masukan
nutrisi o
Anoreksia, mual, muntah
o
Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
o
Depresi
o
Kurang memahami pembatasan diet
o
Stomatis
Rasionalisasi :
Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
b.
Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam
batas diet Rasionalisasi : c.
Mendorong peningkatan masukan diet. Tingkatkan masukan protein yang mengandung
nilai biologis tinggi, telur, produk susu, daging. Rasionalisasi : Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitr nitrog ogen en yang yang dipe diperl rluk ukan an untu untuk k pert pertum umbu buha han n dan dan penyembuhan Kurang
3.
penangananya Intervensi :
pengetahuan
tentang
kondisi
dan
•
Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami
berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya. Rasionalis Rasionalisasi asi : Pasien Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Price Price dan Wilso Wilson. n. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta : EGC, 1991.
2.
UNPAD Bandung. Asuhan Bandung. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Perkemihan Bagi Dosen Dan Instruktur Klinik Keperawatan. Keperawatan. Bandung : UNPAD Bandung, 2000.