MAKALAH KOMUNITAS I ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPOTENSI
Oleh :
M. Robieth Alhady W.
(10215008)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI KEDIRI 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah- Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipotensi.”
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Komunitas I Ditya Ari., S.Kep., Ns. dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.
Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kediri, 09 November2017
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan di Indonesia masih buruk, buktinya Indonesia menjadi salah satu negara terburuk dalam bidang kesehatan di Asia. Tidak hanya dipandang dari keadaan jasmaninya saja tetapi juga dilihat dari keadaan
yang lain seperti
keadaan
rohani,ekonomi dan sosial dan itulah definisi kesehatan menurut WHO bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera seseorang baik jasmani, rohani, ekonomi maupun sosial. Semua hal itu harus seimbang, artinya semuanya terkontrol dengan baik. jika salah satu nya timpang (tidak dalam keadaan baik/sejahtera), maka kondisinya tidak sehat (sakit). Lihat kondisi Indonesia sekarang, selain jasmani rakyatnya lemah, iman mereka lemah, pergaulan remaja pun semakin jauh dari kategori generasi negeri yang berpendidikan.
Tidak hanya itu, pendapatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berada dibawah rata-rata. Kemudian keharmonisan sesama penduduk Negara Indonesia pun masih jauh dari kategori baik. Banyaknya demo, tawuran antar pelajar, perang saudara itu menunjukkan bahwa keadaan penduduk Indonesia tidak sehat. Kita kesulitan mendeteksi sumber penyakit yang telah menular kemana-mana sehingga sudah dirasa sebagai kebiasaan.
Hal yang paling menonjol adalah bebasnya pola hidup masyarakat yang akhirnya mengakibatkan masyarakat itu sendiri menjadi sakit. Penyakit yang tersebar di Negara kita di jaman kekinian, mayoritasnya diakibatkan pola hidup mereka sendiri yang tidak sehat. ternyata dibalik zaman yang semakin modern, mencari info tentang segala hal pun mudah, masih saja mereka belum berperilaku sehat. Seringkali masyarakat mengetahui dirinya sakit setelah tubuh mereka terjangkit dan terasa gejalanya. Seperti hal nya penyakit hipotensi. Biasanya, orang yang terkena hipotensi tidak merasa dan tidak menyadari kalau dia terkena penyakit. Hal itu terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan akan ruang lingkup penyakit itu.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari hipotensi? 2. Apa saja jenis-jenis hipotensi?
3. Apa gejala dari hipotensi? 4. Apa penyebab dari hipotensi? 5. Bagaimana cara mencegah penyakit hipotensi 6. Bagaimana pengobatan farmakologis untuk hipotensi?
1.3 Tujuan 1.1.1
Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan hipotensi 1.1.2
Khusus
Mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan pengertian dari hipotensi 2. Menjelaskan apa gejala dari hipotensi 3. Menjelaskan pa penyebab dari hipotensi 4. Menjelaskan bagaimana cara mencegah penyakit hipotensi 5. Menjelaskan bagaimana pengobatan farmakologis untuk hipotensi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Keluarga 2.1.1
Definisi Keluarga
Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi dari pada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.
Maka dapat difahami bahwa Pengertian Keluarga adalah sekumpulan orang (rumah tangga) yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan.
Fitzpatrick
(2004),
memberikan
pengertian
keluarga
dengan
cara
meninjaunya berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu.
1.
Pengertian Keluarga secara Struktural: Keluarga didefenisikan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota dari keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Defenisi ini memfokuskan pada siapa saja yang menjadi bagian dari sebuah keluarga. Dari perspektif ini didapatkan pengertian tentang keluarga sebaga asal-usul (families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of procreation), dan keluarga batih (extended family).
2.
Pengertian Keluarga secara Fungsional: Defenisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga, Keluarga didefenisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, juga pemenuhan peran-peran tertentu.
3.
Pengertian Keluarga secara Transaksional: Defenisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya. Keluarga didefenisikan
sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan.
Pengertian lainnya tentang definisi keluarga menurut para ahli tentang keluarga 1. Duvall dan Logan ( 1986 ) : Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan,
kelahiran,
dan
adopsi
yang
bertujuan
untuk
menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. 2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) : Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi . Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. 3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) : Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 4. Narwoko dan Suyanto, (2004) : Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu”
2.1.2
Tipe Keluarga
-
The Nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
-
The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
-
Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
-
The childless family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
-
The extended family
-
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
-
The single parent family Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak
2.1.3
Fungsi Keluarga
1. Fungsi reproduksi. Dalam keluarga, anak-anak merupakan wujud cinta kasih dan tanggung jawab suami-istri meneruskan keturunannya. 2. Fungsi proteksi (perlindungan) Fungsi perlindungan sangat dibutuhkan anggota keluarga, terutama anak, sehingga anak akan merasa aman hidup di tengah-tengah keluarganya. 3. Fungsi sosialisasi Keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakatnya. 4. Fungsi ekonomi Keluarga, terutama orang tua, mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan ekonomi anak-anaknya. Pada masyarakat tradisional, kewajiban ini dipikul oleh suami. Namun, pada masyarakat modern yang menganggap peran laki-
laki dengan wanita kian sejajar, suami dan istri memikul tanggung jawab ekonomi yang sama terhadap anak-anak mereka. 5. Fungsi afeksi Dalam keluarga, diperlukan kehangatan, rasa kasih sayang, dan perhatian antaranggota keluarga yang merupakan salah satu kebutuhan manusia. 6. Fungsi pengawasan social Setiap anggota keluarga, pada dasarnya, saling melakukan kontrol atau pengawasan karena mereka memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga nama baik keluarga. 7. Fungsi pemberian status Melalui perkawinan, seorang akan mendapatkan status atau kedudukan yang baru di masyarakat, yaitu sebagai suami atau istri. Secara otomatis, ia akan diperlakukan sebagai orang yang telah dewasa dan mampu bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-anak, dan masyarakatnya.
2.1.4
Pendekatan dalam Keperawatan Keluarga
1.
Keluarga sebagai kontek (Family as Context): Karakteristik pendekatan 1) Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga yang kedua. 2) Fokus pelayanan keperawatan: individu 3) Individu/anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi . 4) Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
2.
Keluarga sebagai klien (Family as Client): Karakteristik pendekatan 1)
Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua
2)
Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu anggota keluarga
3)
Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu berdampak pada keluarga secara keseluruhan
3.
Keluarga sebagai sistem (Family as System) Karakteristik pendekatan 1)
Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem yang berinteraksi.
2)
Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga secara bersamaan.
3)
Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi keperawatan (seperti: hubungan orang tua dan anak, antara hirarki orang tua).
4.
Keluarga sebagai komponen sosial (Family as Component of Society) Karakteristik pendekatan 1) Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan, spiritual, ekonomi, dan kesehatan. 2) Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan membentuk sistem yang lebih besar yaitu masyarakat 3) Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima, bertukar dan saling memberi layanan.
2.2 Konsep Hipotensi 2.2.1
Definisi
Penyakit darah rendah atau Hipotensi ( Hypotension) merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang turun di bawah angka normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg. Adapun nilai normal tekanan darah seseorang secara umum adalah 120/80 mmHG. Namun beberapa orang mungkin memiliki nilai tekanan darah (tensi) berkisar 110/90 mmHg atau bahkan 100/80 mmHg, tapi mereka tidak/belum atau jarang menampakkan beberapa keluhan berarti, sehingga hal itu dirasakan biasa saja dalam aktivitas kesehariannya.
Tekanan darah rendah berarti kondisi dimana kurangnya hantaran nutrisi dan oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
Untuk mengetahui seseorang dalam kondisi tekanan darah rendah maupun tekanan darah tinggi seorang harus melakukan pemeriksaan tensi darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah dengan memperlihatkan angka systolic (bagian atas) dan angka bawah diastolic.
Tekanan darah systolic (angka bagian atas) mewakili tekanan diarteri-arteri ketika otot jantung berkontraksi dan memompa darah keseluruh bagian tubuh sedangkan tekanan darah diastolic (angka bagian bawah) mewakili tekanan
diarteri-arteri ketika otot jantung mengendur (relax) dan menerima kmbali darah dari seluruh tubuh setelah berkontraksi.
2.2.2
Klasifikasi
Ada tiga jenis utama hipotensi: -
Hipotensi Ortostatik : Hipotensi ortostatik disebabkan oleh perubahan tiba-
tiba posisi tubuh, biasanya ketika beralih dari berbaring ke berdiri, dan biasanya hanya berlangsung beberapa detik atau menit. Hipotensi jenis ini juga dapat terjadi setelah makan dan sering diderita oleh orang tua, orang dengan tekanan darah tinggi dan orang dengan penyakit Parkinson. -
Hipotensi Dimediasi Neural ( NMH dalam singkatan bahasa Inggris) : NMH
paling sering mempengaruhi orang dewasa muda dan anak-anak dan terjadi ketika seseorang telah berdiri untuk waktu yang lama. -
Hipotensi Akut : Penyebab hipotensi akut adalah turunnya tekanan darah
secara tiba-tiba yang disebabkan antara lain: perdarahan berat akibat kecelakaan atau trauma, dehidarsi akibat diare atau muntah yang hebat, pengaruh obat tertentu sampai infeksi sistemik hebat (sepsis). Hipotensi ini biasanya berlanjut menjadi syok akibat kurangnya aliran darah menuju ke otak, jantung, ginjal maupun kulit. Penanganannya sesuai dengan penyebabnya masing-masing.
2.2.3
Etiologi
Banyak orang memiliki tekanan darah sistolik di bawah 100, tetapi beberapa orang mengalami gejala dengan tekanan yang rendah. Gejala tekanan darah rendah terjadi karena satu atau lebih dari organ tubuh tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup. (Benjamin C. Wedro, MD, FAAEM 2015).
Jika tekanan darah rendah menyebabkan gejala klinis, penyebabnya akan berada di salah satu dari tiga kategori umum. Entah jantung tidak memompa dengan tekanan yang cukup, dinding arteri terlalu melebar, atau tidak ada cukup cairan intravaskular (pembuluh intra = dalam + vaskular = darah) dalam sistem (Benjamin C. Wedro, MD, FAAEM 2015).
Beberapa faktornya yaitu : 1. Jantung Jantung adalah pompa listrik. Masalah dengan baik pompa atau listrik dapat menyebabkan masalah dengan tekanan darah rendah. Jika jantung berdetak terlalu cepat, tekanan darah bisa turun karena tidak ada cukup waktu bagi jantung untuk mengisi di antara setiap denyut (diastole). Jika jantung berdetak terlalu lambat, mungkin ada terlalu banyak waktu yang dihabiskan di diastol ketika darah tidak mengalir. Jika otot jantung telah rusak atau jengkel, mungkin tidak ada cukup kekuatan memompa untuk mempertahankan tekanan darah. Dalam serangan jantung (infark miokard), otot jantung cukup mungkin akan terkejut sehingga jantung terlalu lemah untuk memompa secara efektif. Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah. Jika katup gagal, darah dapat memuntahkan mundur, meminimalkan jumlah yang akan mengalir ke tubuh. Jika katup menjadi menyempit (stenosis), maka aliran darah dapat menurun. Kedua situasi dapat menyebabkan hipotensi.
2. Cairan intravascular Ruang cairan di dalam pembuluh darah terdiri dari sel-sel darah dan serum ( air , faktor pembekuan , bahan kimia , dan elektrolit ) a. Dehidrasi , hilangnya air , mengurangi total volume dalam ruang intravaskular ( dalam pembuluh darah ) . Hal ini dapat dilihat pada penyakit dengan peningkatan kehilangan air . Muntah dan diare adalah tanda-tanda kehilangan air . 1)
Pasien dengan pneumonia atau infeksi saluran kemih , terutama orang tua , rentan terhadap dehidrasi .
2)
Korban Kebakaran bisa kehilangan sejumlah besar cairan dari luka bakar mereka.
b. Perdarahan mengurangi jumlah sel darah merah dalam aliran darah dan menyebabkan penurunan jumlah cairan di ruang intravaskular dan tekanan darah rendah.
3. Efek samping obat
seperti alkohol, anxiolytic, beberapa antidepresan,
diuretik, obat-obatan untuk tekanan darah tinggi dan pen yakit jantung koroner, analgesik. 4. Kejutan emosional, misalnya syok yang disebabkan oleh infeksi yang parah, stroke, anafilaksis (reaksi alergi yang mengancam nyawa dan trauma hebat. 5. Diabetes tingkat lanjut 6. Hormonal, misalnya pada hipotiroid dan hipertiroid adrenal insufisiensi (Penyakit Addison)
2.2.4
Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa manifestasi dari beberapa Hipotensi : 1. Hipotensi, (Alo, 2014) Jantung berdebar kencang dan tidak teratur, pusing, lemas, mual, pingsan, pandangan buram dan kehilangan keseimbangan 2. Hipotensi Interadialisis, asympomatik hingga syok (Burton Etal, 2009) Perasaan tidak nyaman pada perut, mual, muntah, menguap, otot terasa kram, gelisah, pusing kecemasan. 3. Hipotensi Ortostatik, (Jeffrey B. Lanier,dkk, 2014) Pusing hingga pingsan.
2.2.5
Patofisiologi
Tekanan Pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri maka tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Pada orang dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah 180-200 mmHg. Tekanan darah arterisetinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0. Pada dasarnya, darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior 650 hingga 750 ml darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan jantun gakan berkurang, dengan sendirinya curah jantung juga berkurang sehingga pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan darah sistolik hingga 25mmHg, sedang tekanan diastolic tidak berubah atau meningkat ringan hingga 10mmHg (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan arteri kepala akan
turun mencapai 20-30mmHg. Penurunan tekanan ini akan diikuti kenaikan tekanan persial CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan persial O2 (pCO2) serta pH jaringan otak (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang terdapat didalam dinding dan hamper setiap arteri besar didaerah dada dan leher, namun dalam jumlah banyak didapatkan dalam diding arteri karotis interna, sedikit di atas bifurcation carotis, daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Respon yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Sekresi zat vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan system Renin-Angiostensin Aldosteron, pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan fungsi reflex autonomy inilah yang menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik, selain oleh factor penurunan curah jantung akibat berbagai sebab dan kontraksi volume intravascular baik yang relative maupun absolute. Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia lanjut berkaitan dengan : (Andhini Alfiani Putri F, 2012). a. Penurunan
sensitivitas
atheroskleosis
sekitar
baroreseptor sinus
karotikus
yang dan
diakibatkan arkus
aorta,
oleh
proses
hal
iniakan
menyebabkan tak berfungsinya reflex vasokontriksi dan peningkatan frekuensi denyut jantung sehingga mengakibatkan kegagalan pemeliharaan tekanan arteri sistemik saat berdiri. b. Menurunnya daya elastisitas serta kekuatan otot eksremitas inferior
2.2.6
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika gejala-gejala hipotensi terus menerus berulang namun sulit untuk mendokumentasikan kelainan-kelainan dalam pembacaan tekanan darah.Tes mungkin berguna dalam membedakan hipotensi ortostatik dari gangguan lain yang hadir dengan gejala orthostasis,seperti sinkop neurocardiogenic dan juga mengevaluasi bagaiman tubuh bereaksi terhadap perubahan posisi.
Langkah-langkah yang dilakukan saat dilakukan pemeriksaan : 1. Tes ini dilakukan diruangan yang tenang dengan suhu 680F hingga 750F(200C sampai 240C). 2. Pasien harus beristirahat sementara terlentang selama lima menit sebelum tes dimulai. 3. Sewaktu tes pasien diikat diatas meja yang rata,kemudian meja secara berangsur-angsur dimiringkan kesudut 70/80 deraj at,pembacaan tekanan darah dan denyut jantung terus menerus diambil. 4. Pasien dibiarkan diatas meja selama lebih dari 10 menit untuk mencari perubahan-perubahan orthostatic tachycardia syndrome. Tes ini dianggap positif jika tekanan darah sistolik turun 20mmHg bawah dasar atau jika tekanan darah diastolik turun 10mmHg bawah baseline.Jika gejala terjadi selama pengujian,pasien harus dikembalikan ke posisi terlentang segera. 2.2.7
Komplikasi
-
Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang mengalir ke otak, sel-sel otak tidak meneri,a cukup oksigen dan nutrisi-nutrisi. Sehingga mengakibatkan pening bahkan pingsan.
-
Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen yang menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak. Sehingga menimbulkan kematiain pada jaringan otak karena arteri otak tersumbat (infark serebral) atau arteri pecah (pendarahan).
-
Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan produksi sel darah merah yang minimal atau produksi sel darah merah yang rendah sehingga mengakibatkan anemia.
-
Serangan jantung : hipotensi yang mengakbatkan kurangnya tekanan darah yang tidak cukup untuk menyerahkan dara ke arter-arteri koroner (arteri yang menyuplai darah ke otot jantung) seingga menyebabkan nyeri dada yang mengakibatkan serangan jantung.
-
Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke ginjal-ginjal, ginjal-ginjal akan gagal untuk mengeliminasi pembuangan-pembuangan dari tubuh yaitu urea, dan creatin, dan peningkatan pada tingkat-tingkat hasil eliminasi didarah terjadi (contohnya : kenaikan dari blood urea nitrogen atau BUN,dan serum keratin.
-
Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk memompa darah lebihbanyak, kondisi tersebut yang mengancam nyawa dimana tekanan darah yang gigih menyebabkan organ-organ seperti ginjal , hati, jantung, dan otak untuk secara cepat.
2.2.8
Penatalaksanaan
Perawatan untuk penderita hipotensi tergantung penyebabnya yaitu : 1. Hipotensi Kronik
Hipotensi kronik jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang tak bergejala pada orang-orang sehat biasanya tak memerlukan perawatan. Dalam mengatasi hipotensi
berdasarkan
penyebabnya
yaitu
dengan
mengurangi
atau
menghilangkan gejalanya. a.
Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi, maka klien dianjurkan
untuk
mempengaruhi
pemulihan
atau
kepada
mengurangi
kebutuhan
volume
cairannya,
darah,
yang
mengakibatkan
menurunnya tekanan darah. b.
Kecelakaan
atau
luka
yang
menyebabkan
pendarahan,
akan
mengakibatkan kurangnya volume daran dan menurunkan aliran darah, untuk itu yang dibutuhkan oleh penderita adalah transfusi darah sesuai dengan yang dibutuhkan. c.
Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup, maka penderita harusmenjalani operasi jantung sesuai indikasi dokter, ataupun menjalani pengobatan yang intensif untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.
2. Hipotensi Ringan
Cara lain untuk mengatasi hipotensi, yaitu Menambahkan elektrolit. Penambahan elektrolit untuk diet dapat meringankan gejala dari hipotensi ringan. a.
Minum kopi. Dosis kafein dipagi dapat memberikan efek karena kafein dapat memacu jantung untuk bekerja lebih cepat
b.
Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi rendah dimana pasien masih merespon dengan meletakkan posisi kaki lebih tinggi dari pada punggung ( posisi trendelenburg.) posisi itu akan meningkatkan
aliran balik vena, sehingga membuat banyak darah memenuhi organ-organ yang membutuhkan seperti bagian dada dan kepala. c.
Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak istirahat, dan membatasi aktifitas fisiknya selama keadaan ini.
d.
Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempunyai pola makan yang teratur dan mempunyai makanan pelengkap , seperti susu untuk meningkatkan stamina. Karena pada umumnya penderita hipotensi cukup lemah dan mudah lelah.
e.
Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia maka klien harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi ataupun suplemen zat besi untuk meningkatkan sel-sel darah merah darah yang menambah volume darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah penderita.
f.
Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan, misal jogging, untuk melatih kerja jantung secara teratur, dan melancarkan aliran darah keseluruh tubuh.
3. Hipotensi Simtomatik
Hipotensi postural simtomatik dapat ditangani dengan mengatur posisi tidur pasien dengan kepala lebih tinggi. Fludrokortison, suatu mineralokortilkoid dapat juga berguna tapi banyak pasien tidak mempunyai respon yang baik terhadap obat ini dan obat obatan yang lain yang telah dicoba seperti indometasin
Penanganan
hipotensi
yang
dilakukan
sendiri
(lionel
ginsberg,2005). a.
Perbanyak asupan cairan terutama air minum.
b.
Tambahkan lebih banyak garam pada makanan, kecuali sudah konsisi lain yang tidak memperbolehkannya.
c.
Terarur berolahraga untuk membuat kondisi jantung dan pembulu darah menjadi lebih sehat .
d.
Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain ( Dr.Indra k.Muhtadi,2013)
DAFTAR PUSTAKA
Pearce,
C
Evelyn
PARAMEDIS”.Jakarta
“ANATOMI
DAN
FISIOLOGI
UNTUK
: PT. Gramedia Pustaka Utama
Zuhdi, L Hakim (2009) Pearce,C
.2010.
“PEMBULUH DARAH”,
Evelyn.2010. ANATOMI
Tanggerang Selatan : Laras adv DAN
FISIOLOGI
UNTUKPARAMEDIS .Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3. Jakarta : EGC
Carpenito LD.1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta : EGC
Doengoes, M.E.,2000. Penerapan Proses Kperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.
Donna, D.Et Al.1991. Medical Surgical Nursing : A. Nursing Prosess Approch. St. Louis : The C.V. Mosby Co.
NANDA, 2007. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2007
–
2008,
NANDA International, Philadephia.
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarata : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
PRE PLANNING PENGKAJIAN PERTAMA PADA KELUARGA DENGAN HIPOTENSI A. LATAR BELAKANG
Asuhan
Keperawatan
keluarga
merupakan
proses
yang
kompleks
dengan
menggunakan pendekatan sitematis untuk bekerjasama dengan keluargadan individu sebagai
anggota
keluaraga.
Dalam
memeberikan
asuhan
keperawatan
keluarga
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari, pengkajiaan, perencanaan, observasi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian dan observasi merupakan langkah awal yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang status kesehatan dan permasalahan yang di hadapi klien. Data yang telah terkumpul kemudian di analisa dapat di rumuskan masalah kesehatan yang ada pada keluarga Bpk. Imam Jadi berdasarkan hal tersebutsebelum membuat perencanaan untuk mengatasi masalah yang di hadapai klien harus di lakukan observasi . pengkajiaan baik dari anemnase, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lainya.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum Setelah di lakukan pengkajiaan 30 menit , di harapkan keluarga Bpk. Imam menjelaskan tentang data keluhan, riwayat dan tahap perkembangan keluarga serta di harapkan memperoleh data melalui observasi b. Tujuan Khusus Setelah di lakukan pengkajiaan, terkumpulnya data umum, riwayat dan perkembangan keluarga.
C. METODE PELAKSANAAN
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
D. SASARAN DAN TARGET
Sasaran
: Keluarga
Target
: klien atau keluarga klien dengan masalah Hipotensi
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Minggu/19 November 2017 Waktu
: 08.00 WIB
No.
Tahap
Kegiatan
1.
Prainteraksi
a. Menyampaikansalam.
( 5 menit )
b. Memperkenalkandiri. c. Menyampaikan maksud dan tujuan.
2.
Interaksi ( 30 menit )
a. Wawancara dengan keluarga tentang data yang diperlukan. b. Melakukan
pemeriksaan
fisik
pada
keluarga Bpk. Imam dengan masalah kesehatan Hipotensi.
3.
Terminasi ( 5 menit )
a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terimakasih. b. Kontrak waktu kembali untuk melengkapi data yang kurang. c. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.
G. SETTING TEMPAT
Rumah keluarga Bpk. Imam Dsn. Mipitan RT/RW 001/004 Ds. Plosolor Kec. Plosoklaten Kab.Kediri - Jawa timur
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur a. Menyiapkan pre planning. b. Kontrak waktu dengan keluarga. c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisi k. 2. Evaluasi Proses a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati. b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik. d. Wawancara berjalan dengan lancar. 3. Evaluasi hasil Didapatkan kurang lebih 75% data tentang data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.