BAB I Learning Curve
A. Tujuan Pratikum 1. Tujuan Umum
1) Mahasiswa mampu mengukur waktu siklus / proses untuk menyelesaikan satu proses produksi 2. Tujuan Khusus
1) Praktikan dapat memahami aplikasi kurva belajar dalam pengukuran kerja. 2) Praktikan mampu menggambarkan dan menjelaskan perkembangan kemajuan pelatihan dalam bentuk kurva belajar.
B. Landasan Teori 1. Pengertian Learning Curve
Learning curve adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh T.P. Wright untuk menandai suatu gejala yang terjadi bila orang mengerjakan pekerjaan yang sama berulang kali. Semakin banyak unit pekerjaan yang dikerjakan, semakin cepat waktu rata – rata – rata rata per unit untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Sebenarnya, dalam kehidupan sehari – hari, gejala semacam itu seringkali kita alami. Namun demikian, secara alamiah gejala learning curve tersebut mulai diamati pada tahun 1925 dan kemudian baru dilaporkan pada tahun 1936. Pada awalnya orang percaya bahwa bila seseorang melakukan suatu pekerjaan yang sama secara berulang – ulang, maka karyawan tersebut akan menjadi semakin lancar dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut sejalan dengan pengalamannya. Dengan semakin lancarnya pelaksanaan pekerjaan tersebut, maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya pun semakin cepat atau pendek. Dengan kata lain, bila suatu pekerjaan diulag secara tetap, maka waktu yang digunakan akan menjadi lebih pendek dibanding dengan saat pertama kali
B-1
dikerjakan secara ajeg pula akan turun dengan tingkat tertentu sesuai dengan tingkat pengalaman, adaptasi, dan belajarnya. Gejala ini menunjukkan adanya adaptasi pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapinya. Adaptasi terhadap pekerjaan tersebut didorong oleh keinginan setiap individu pekerja untuk melaksanakan gerakan ekonomis. Gejala tersebut dapat dijelaskan melalui “Kurva Belajar” atau “Kurva Pengalaman”. Gejala Learning Curve terjadi pada setiap macam organisasi usaha manusia Learning Curve adalah sebuah gejala yang universal. Selagi di situ ada manusia yang terlibat dalam kegiatan, maka di situ pasti ada proses belajar betapa pun kecil kadarnya. Belajar adalah produk pengalaman. Belajar hanya dapat terjadi melalui usaha untuk menyelesaikan suatu persoalan dan oleh karena itu hanya terjadi selama kegiatan. Bagaimanapun juga, pengalaman sebelumnya adalah ‘a significant role’ yang yang mengubah persepsi seseorang
2. Kurva Belajar
Kurva belajar atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis yang menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah komulatif unit yang diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara luas di dunia bisnis. Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk mengestimasikan waktu untuk mendesain produk dan produksi, serta biayanya. Pengalaman/ pembelajaran individual akan berdampak pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Kurva belajar juga berarti kurva yg menggambarkan perkembangan kemajuan belajar, baik disebabkan oleh proses kemajuan dl belajar maupun disebabkan oleh pelatihan Di
dunia
manufaktur,
kurva
pengalaman
dapat
digunakan
untuk
mengestimasi waktu untuk mendisain produk dan produksi, serta biayanya. Kurva pengalaman penting dan menjadi bagian yang integral integral dalam perencanaan strategi perusahaan. Keputusan harga, investasi dan biaya operasi didasarkan pada kurva pengalaman. Kurva pengalaman juga diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level organisasi. Pengalaman/pembelajaran individual akan berdampak ber dampak
B-2
pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Dengan demikian “practice makes perfect”. Sementara pengalaman atau pembelajaran organisasional merupakan hasil dari latihan sebagaimana dalam pengalaman atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari perubahan administrasi, peralatan, dan disain produk. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja individu berdasarkan kurva pembelajaran yakni : -
Perekrutan / pemilihan pekerja yang memadai. Sebuah tes harus diberikan untuk membantu memilih pekerja. Tes ini harus mewakili pekerjaan yang direncanakan : tes ketangkasan untuk perakitan kerja, tes kemampuan mental untuk pekerjaan mental, dan sebagainya.
-
Pelatihan yang memadai, semakin efektif pelatihan, semakin cepat laju pembelajaran.
-
Motivasi. Peningkatan produktivitas berdasarkan kurva pembelajaran tidak tercapai kecuali ada hadiah atau reward. Hadiah dapat berupa uang (individu atau kelompok rencana insentif) atau nonmeneter (karyawan penghargaan bulan,dll).
-
Spesialisasi pekerjaan; sebagaimana diketahui bahwa semakin sederhana tugas, semakin cepat belajar. Sejauh faktor kebosanan tidak mengganggu. Namun, jika faktor kebosanan telah berubah menjadi faktor yang bersifat mengganggu, maka mendesain ulang tugas perlu dilakukan.
-
Hanya
melakukan
satu
atau
sedikit
pekerjaan
pada
satu
waktu.
Pembelajaran akan lebih cepat untuk pekerjaan yang dilakukan satu per satu hingga selesai pada satu waktu daripada melakukan banyak pekerjaan secara simultan secara bersamaan. -
Gunakan alat atau peralatan yang membantu atau mendukung kinerja.
-
Menyediakan akses cepat dan mudah untuk bantuan. Manfaat pelatihan diwujudkan
dan
dilanjutkan
dengan
senantiasa
menyediakan
pendampingan.
B-3
-
Mengijinkan pekerja untuk membantu mendesain ulang tugas – tugas mereka
Konsep learning curve (kurva pembelajaran) menyatakan bahwa: -
Bertambahnya pengalaman sampai pada batas tertentu dapat meningkatkan efisiensi.
-
Bila jumlah produksi meningkat dua kali maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan satu satuan unit produk berkurang dengan tingkat konstanta tertentu.
3. Learning Curve
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja individu dan tingkat pembelajaran. Setidaknya ada dua unsur yakni : 1)
Tingkat pembelajaran.
2)
Tingkat kinerja atau performance awal
Sebagai ilustrasi, misalnya ada dua pelamar A dan B. keduanya menjalani tes mekanis sederhana yang diberikan oleh departemen personalia sebagai bagian dari aplikasi mereka untuk bekerja di perakitan bidang manufaktur. A memiliki titik awal performance waktu jauh lebih cepat dari B tetapi memiliki tingkat belajar lebih lambat dari B. meskipun B memiliki performace awal yang lebih rendah dari A. tetapi jelas merupakan pilihan yang baik karena memiliki tingkat belajar yang lebih cepat daripada A. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembelajaran merupakan hal penting selain tingkat kinerja awal. Studi Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman pada perusahaan pesawatan terbang untuk pekerjaan perakitan dan pekerjaan mesin menemukan bahwa :
Apabila konsep belajar dikaitkan dengan orang, maka semakin kecil proporsi manusia, maka semakin berkurang kapasitas untuk belajar,
Learning curve pada akhir kontrak menunjukkan kurva belajar yang justru menaik (memburuk). Hal ini dapat terjadi bila pekerja dipindahkan ke bagian lain dan menyebabkan kegiatan menjadi tidak efisiensi.
B-4
Gejala kurva menaik (memburuk) dapat terjadi di tengah kontrak. Gejala
tersebut terjadi karena pemberhatian kegiatan sementara, sebagai misal karena disebabkan oleh pengenalan perubahan model, atau memindahkan kegiatan pada tempat yang baru. Segera setelah kegiatan tersebut dimulai lagi, kurva akan menurun dengan cepat dan mendekati slope kurva yang lama.
4. Konsep Learning Curve
Rumusnya adalah sebagai berikut : Yx = K.Xⁿ
Dimana -
Y : waktu rata – rata atau jam kerja langsung rata – rata untuk x unit pekerjaan
-
x : banyaknya unit yang dikerjakan
-
a : waktu untukn mengerjakan unit yang pertama
-
b : nilai eksponen yang berkaitan dengan learning rate
Pada bagian aritmatik, dengan koordinat linier, hubungan antara waktu ratarata dengan banyaknya unit yang diproduksi berupa sebuah kurva yang menurun dengan cepat dan kemudian agak landai.
B-5
5. Estimasi Presentase Learning Curve
Jika produksi telah dilakukan beberapa kali maka presentase learning dapat dengan mudah diperoleh dari catatan – catatan produksi. Semakin panjang atau banyak data historis yang tersedia, maka estimasi dapat dapat lebih akurat. Oleh karena berbagai variasi masalah mungkin saja terjadi selama tahapan produksi, maka banyak perusahaan tidak mengumpulkan data untuk kepentingan analisis learning sampai semua unit selesai diproduksi. Lain dari itu penggunaan analisis statistik juga dimungkinkan. Misalnya dengan mencari bentuk model yang paling cocok untuk data – data historis yang ada apakah exponensial atau garis lurus. Jika diproduksi belum pernah dilakukan, maka mengestimasi. Presentase learning menjadi hal yang sedikit memerlukan pengamatan langsung, atau dengan salah satu cara berikut : 1)
Mengasumsikan presentase learning sama dengan presentase learning pada industri sejenis.
2)
Mengasumsikan bahwa presentase learning sama dengan yang digunakan untuk pembuatan produk yang sama atau mirip.
3)
Menganalisis kemiripan dan perbedaaan antara saat permulaan produksi yang diusulkan dan yang terjadi dan mengembangkan presentase learning yang sesuai dengan situasi.
B-6
6. Asumsi Learning Cur ve Teori kurva pengalaman didasarkan pada tiga asumsi: 1.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu atau unit produk tertentu akan berkurang setiap kali tugas tersebut dilakukan.
2.
Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas ter tentu akan menurun pada suatu tingkat penurunan.
3.
Pengurangan waktu akan mengikuti pola yang dapat diprediksi.
7. Gejala Kurva Belajar Mesin – Manusia
Studi Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman pada perusahaan pesawatan terbang untuk pekerjaan perakitan dan pekerjaan mesin menemukan bahwa.
Apabila konsep belajar dikaitkan dengan orang, maka semakin kecil proporsi manusia, maka semakin berkurang kapasitas untuk belajar,
Learning Curve pada akhir kontrak menunjukkan kurva belajar yang justru menaik (memburuk). Hal ini dapat terjadi bila pekerja dipindahkan ke bagian lain dan menyebabkan kegiatan menjadi tidak efisien.
Gejala kurva menaik (memburuk) dapat terjadi di tengah kontrak. Gejala tersebut terjadi karena pemberhentian kegiatan sementara, sebagai misal karena disebabkan oleh pengenalan perubahan model, atau memindahkan kegiatan pada tempat yang baru. Segera setelah kegiatan tersebut dimulai lagi, kurva akan menurun dengan cepat dan mendekati slope kurva yang lama.
8. Gejala Kurva Belajar Dari Pengalaman
Penelitian Blankenship & Taylor pada tahun 1938 di pabrik tekstil dan kemudian penelitian E.N. Corlett & V.J. Marcombe tentang Gejala kurva belajar dalam pelatihan Gejala belajar dari pengalaman yang memungkinkan seseorang memperbaiki kinerjanya tampak dengan jelas di dalam proses pelatihan. Pada 10 minggu pertama, terjadi peningkatan kinerja yan sangat tajam, dan hal itu terjadi pada setiap keompk baik covering, trimming maupun hemming. Setelah 10
B-7
minggu yang pertama, peningkatan kinerja lebih rendah dibanding sebelumnya. Dan, pada minggu ke-30 dan seterusnya, relatif tidak ada perbaikan kinerja lagi pada ketiga kelompok tersebut, dan bahkan pada minggu setelah ke-40, tidak ada lagi perbaikan kinerja. Kiranya gejala inilah yang umum terjadi bila seoran melaksanakan suatu kegiatan. Semakin lama seseorang mengerjakan pekerjaan yang sama, semakin ahli ia mengerjakan pekerjaan itu, dan semakin sedikit waktu yang ia butuhkan untuk mengerjakan setiap unitnya. Atau dengan kata lain, semakin sering seseorang menghadapi suatu masalah, semakin berpengalaman ia menangani masalah tersebut.
9. Gejala Kehilangan Pedoman
Penelitian ini didasarkan pada laopran Cochran pada bulan Januari, 1969[14] Sebuah kelas dengan 18 gadis yang belajar mengetik selama periode satu tahun,
menunjukkan bagaimana pengaruh tidak ada kegiatan selama
beberapa hari berturut-turut terhadap adaptasi seseorang. Apakah tingkat kecepatan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan berubah bila dia berhenti untuk sementara waktu? Hasil penelitian tersebut mampu menjawab pertanyaan tersebut. Hal yang dapat kita pelajari dari penelitian yang telah dilakukan oleh Cochran pada bulan Januari 1969 ini adalah bahwa proses belajar dari pengalaman bagi seseorang yang mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan suatu pekerjaan yang kurang dikenalnya. kehilangan pedoman, yaitu istilah untuk menandai peristiwa tersebut, akan menyebabkan produktifitas menurun, namun, itu tidak berlangsung lama karena kecepatan akan kembali seperti sebelumnya, dan proses belajar dari pengalaman tersebut akan berlanjut. Semakin sering seseorang mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, semakin kecil pengaruh tahap kehilangan pedoman baginya.
B-8
10. Pengalaman Organisasi
Tidak
hanya
individu,
Organisasi
juga
belajar.
Bagaimanapun,
pembelajaran organisasi adalah penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Untuk individu, relatif mudah untuk menjelaskan konsep bagaimana pengetahuan diperoleh dan dipertahankan dan bagaimana hal ini menghasilkan efek belajar individu. Sedikit berbeda dalam konteks organisasi, sumber utama pembelajaran organisasi adalah pembelajaran individu karyawan. Sebuah organisasi memperoleh pengetahuan dalam teknologi, struktur, dokumen yang mempertahankan, dan prosedur operasi standar. Dengan demikian, dalam konteks organisasi, diharapkan dua jenis pembelajaran terjadi secara simultan dan sering memberikan efek kombinasi dengan kurva pembelajaran tunggal. Misalnya, sebagai unit manufaktur menjadi berpengalaman, pengetahuan tertanam dalam perangkat lunak dan perkakas yang digunakan untuk produksi. Pengetahuan juga dapat tertanam dalam struktur organisasi. Sebagai contoh, ketika sebuah organisasi menggeser kelompok teknik industri dari sebuah organisasi fungsional terpusat dalam satu daerah ke sebuah organisasi terdesentralisasi di mana individu-individu dikerahkan pada bagian tertentu dari lantai pabrik, maka pengetahuan tentang bagaimana menjadi lebih produktif tertanam distruktur organisasi. Pengetahuan dapat terdepresiasi jika individu meninggalkan organisasi. Misalnya,
sebuah perusahaan mempekerjakan beberapa karyawan baru untuk
menggantikan karyawan lama yang keluar. Agar tidak mengganggu proses dalam mencapai target produksi, karyawan baru tersebut ditempatkan melalui program pelatihan empat minggu. Hal ini menyebabkan biaya awal naik selama produksi karena para pekerja belum berpengalaman. Pengetahuan juga dapat terdepresiasi jika teknologi menjadi tidak dapat diakses atau sulit untuk digunakan. Contoh dari hal ini adalah kesulitan dalam mengakses data yang dikumpulkan dan disimpan dalam floopy disk. Sekarang, data tersebut sulit diakses karena data yang direkam oleh peralatan yang lama tidak dapat dibaca dengan peralatan yang baru atau peralatan yang lama sudah tidak dapat dioperasikan lagi.
B-9
Pengetahuan dapat juga terdepresiasi jika catatan perusahaan dan proses rutin hilang. Misalnya ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk memproduksi kembali produk-produk yang sudah lama dihentikan, perusahaan tidak dapat menemukan catatan atau cetak biru produks tersebut. Peneltian Dr. S.A. Billon, College of Busniness, Michigan State University.memberikan informasi bahwa bahwa dalam “confidence limits” tertentu, Learning Curve linier bisa digunakan untukmemprediksi kebutuhan waktu produksi. Namun, ditemukan pula bahwa ; 1) Learning Rate cenderung berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lain untuk pembuatan produk yang sama. 2) Learning Rate cenderung berbeda untuk pembuatan produk yang berbeda meskipum oleh satu perusahaan yang sama. 3) Learning Rate cenderung berbeda untuk pembuatan produk yang sama dengan model yang berbeda yang dibuat-buat oleh satu perusahaan yang sama.
B-10
C. Pengumpulan Data 1.
Data Pengamatan Ivan
PERCOBAAN IVAN LAMALOUK PERCOBAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
WAKTU 56 111 161 210 269 311 365 404 450 500 550 597 645 705 740
RATA-RATA WAKTU 56 55.5 53.66666667 52.5 53.8 51.83333333 52.14285714 50.5 50 50 50 49.75 49.61538462 50.35714286 49.33333333
LEARNING RATE 0.991071429 0.966966967 0.97826087 1.024761905 0.963444857 1.00597152 0.968493151 0.99009901 1 1 0.995 0.997294163 1.014950166 0.979669031 0.991141648 99.11416477
prosentase hasil Percobaan Total Time CAT 1 56 56 2 67.2 33.6 3 60.48 20.16 4 48.384 12.096 5 36.288 7.2576 6 26.12736 4.35456 7 18.289152 2.612736 8 12.5411328 1.5676416 9 8.46526464 0.94058496 10 5.64350976 0.564350976 11 3.724716442 0.338610586 12 2.437996216 0.203166351 13 1.584697541 0.121899811 14 1.023958411 0.073139886 15
0.658258978
Y = b =
ln( 0,9911 ) ln2
= -0,012
y = 56 . 15 -0.012 = 54,2
0.043883932
B-11
2.
Data Pengamatan Heri
PERCOBAAN HERI PERCOBAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
WAKTU 69 136 197 261 325 386 444 497 553 612 667 730 792 845 888
RATA-RATA WAKTU 69 68 65.66666667 65.25 65 64.33333333 63.42857143 62.125 61.44444444 61.2 60.63636364 60.83333333 60.92307692 60.35714286 59.2
LEARNING RATE 0.985507246 0.965686275 0.993654822 0.9961324 0.98977743 0.9859732 0.9795732 0.989065 0.996032 0.9907321 1.003322 1.001475237 0.990710678 0.980828402 0.989176428 98.91764279
prosentase hasil PERCOBAAN
TOTAL TIME
CAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
69 82.8 74.52 59.616 44.712 32.19264 22.534848 15.4524672 10.43041536 6.95361024 4.589382758 3.003959624 1.952573755 1.261663042
69 41.4 24.84 14.904 8.9424 5.36544 3.21926 1.93156 1.15894 0.69536 0.41722 0.25033 0.1502 0.09012
15
0.811069098
0.05407
Y = b =
ln( 0,9891 ) ln2
=-0.01
y = 69. 15-0.01 = 67,15
B-12
3.
Data Percobaan Michael
PERCOBAAN MICHAEL PERCOBAAN WAKTU 1 69 2 125 3 183 4 241 5 298 6 354 7 417 8 463 9 516 10 570 11 624 12 674 13 734 14 781 15 830
RATA-RATA WAKTU 69 62.5 61 60.25 59.6 59 59.57142857 57.875 57.33333333 57 56.72727273 56.16666667 56.46153846 55.78571429 55.33333333
LEARNING RATE 0.905797101 0.976 0.987704918 0.989211618 0.989932886 1.00968523 0.971522782 0.990640749 0.994186047 0.995215311 0.990117521 1.005249943 0.988030362 0.991890738 13.78518521
PROSENTASE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
TOTAL TIME 69 82.8 74.52 59.616 44.712 32.19264 22.534848 15.4524672 10.4304154 6.95361024 4.58938276 3.00395962 1.95257376 1.26166304
69 41.4 24.84 14.904 8.9424 5.36544 3.219264 1.9315584 1.15893504 0.695361024 0.417216614 0.250329969 0.150197981 0.090118789
15
0.8110691
0.054071273
PERCOBAAN
98.46560862
CAT
Y = b =
ln( 0,9846 ) ln2
= -0,02
y = 69. 15-0.02 = 65,36
B-13
4.
Data Pengamata Ilham
PERCOBAAN Ilham PERCOBAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
WAKTU 54 107 164 216 272 325 372 421 473 523 580 634 683 729 782
RATA-RATA WAKTU 54 53.5 54.66 54 54.4 54.16 53.14 52.62 52.55 52.3 52.72 52.83 52.53 52.07 52.13
LEARNING RATE 0.99 1.02 0.98 1.007 0.995 0.981098901 0.990255376 0.998680391 0.995137421 1.008169651 1.002011494 0.99441883 0.991110646 1.001188843 13.96554222
PROSENTASE TOTAL TIME
CAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
54 64.8 58.32 46.656 34.992 25.19424 17.635968 12.0932352 8.16293376 5.44195584 3.591690854 2.350924923 1.5281012 0.987388468
54 32.4 19.44 11.664 6.9984 4.19904 2.519424 1.5116544 0.90699264 0.544195584 0.32651735 0.19591041 0.117546246 0.070527748
15
0.634749729
0.042316649
PERCOBAAN
99.75387298
Y = b =
ln( 0,9975 ) ln2
= -0,036
y = 54. 15-0.036 = 48,98
B-14
D. Pengolahan Data 1.
Analisa Data dan Grafik Pengamatan Ivan Lamlouk a. Analisa data dan grafik learning rate 99,11%
CAT 60
50
40
30 CAT 20
10
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Berdasarkan data yang telah di hitung didapatkan rata-rata learning rate 99,3%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pembelajaran untuk mengerjakan pekerjaan tersebut rendah karena semakin besar nilai learning rate menunjukkan tingkat pembelajarannya rendah, tetapi sebaliknya jika nilai learning ratenya kecil artinya tingkat pembelajaran seseorang tinggi. Berdasarkan grafik yang telah di buat dapat di analisa bahwa ada dua titik yang menunjukkan bahwa praktikan merasa kehilangan momen sehingga pada titik tersebut kerja praktikan membutuhkan waktu yang lebih lama. Dari data dan grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa hasilhasil tersebut dapat di pengaruhi beberapa faktor, yaitu:
Praktikan kurang kosentrasi pada saat mengerjakan pekerjaan.
Terlalu banyak bahan baku yang dikerjakan pada satu praktikan.
Kebosanan pada pekerjaan yang dilakukan
Karena faktor kelelahan
B-15
b. Analisa data dan grafik learning rate 60%
CAT 60
50
40
30 CAT 20
10
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dengan menggunakan learning rate 0,6 dapat di tentukan CAT ( dan total time yang bisa digunakan untuk membandingkan keadaan sebenarnya dan perhitungan dengan lerning rate tersebut yang kurva berbentuk eksponensial yang berarti bahwa semakin sering seseorang melakukan pekerjaan tersebut maka akan semakin cepat waktu rata-rata per unit untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. c. Perbandingan learning rate 99,11% dan 60 % 60
50
40
CAT
30
WR 20
10
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
B-16
Setelah membandingkan data dan grafik learning curve 99% dan 60% maka dapat dianalisa bahwa terjadi perbedaan yang sangat jelas pada grafik learning rate 99.3%. Grafik tidak stabil dan cenderung tidak beraturan yang menuntukkan waktu pengerjaan yang berbeda-beda terkadang lambat dan diwaktu tertentu cepat yang disebabkan faktor-faktor sebagai berikut :
2.
-
Belum terbiasa dengan pekerjaan yang di berikan.
-
Praktikan kurang kosentrasi pada saat mengerjakan pekerjaan.
-
Kebosanan pada pekerjaan yang dilakukan.
Analisa Data dan Grafik Pengamatan Heri
a. Analisa data dan grafik learning rate 98,91%
CAT 80 70 60 50 40 CAT 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Berdasarkan data yang telah di hitung didapatkan rata-rata learning rate 98,91%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pembelajaran untuk mengerjakan pekerjaan tersebut rendah karena semakin besar nilai learning rate menunjukkan tingkat pembelajarannya rendah, tetapi sebaliknya jika nilai learning ratenya kecil artinya tingkat pembelajaran seseorang tinggi. Nilai Learnning Rate yang tinggi yaitu 98.91% dan grafik yang tidak stabil tersebut terjadi karena adanya beberapa faktor, yaitu
B-17
kurangnya konsentrasi saat pengerjaan perakitan dimana masih sering di selingi dengan tertawa ataupun bercerita satu sama lain sehingga proses perakitan semakin lambat selesai. b. Analisa data dan grafik learning rate 60%
CAT 80 70 60 50 40 CAT 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dengan menggunakan learning rate 60% dapat di tentukan CAT dan total time yang bisa digunakan untuk membandingkan keadaan sebenarnya dan perhitungan dengan lerning rate tersebut yang kurva berbentuk eksponensial yang berarti bahwa semakin sering seseorang melakukan pekerjaan tersebut maka akan semakin cepat waktu rata-rata per unit untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. c. Perbandingan learning rate 98,91% dan 60 % 80 70 60 50 40
WR
30
CAT
20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
B-18
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh learning rate sebesar 98,91% hal ini menunjukkan bahwa tingkat belajar terhadap produk yang dikerjakan sangatlah rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya konsentrasi saat pengerjaan perakitan dimana masih sering di selingi dengan tertawa ataupun bercerita satu sama lain sehingga proses perakitan semakin lambat selesai. Tetapi dari semua faktor diatas, faktor manusialah yang paling mempengaruhi sehingga learning rate terhadap perakitan yang dilakukan mencapai 98,91%. Sedangkan dengan menggunakan learning rate 60% yang merupakan learning rate untuk pekerjaan dengan keseluruhan menggunakan tangan berdasarkan data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan lebih baik dan grafik yang dihasilkan juga membentuk grafik berbentuk eksponensial yang sesuai dan berarti bahwa tingkat belajar dari setiap perakitan semakin sering dilakukan maka tingkat belajar akan semakin baik.
3.
Analisa Data dan Grafik Pengamatan Michael
a. Analisa data dan grafik learning rate 98,46%
WR 80 70 60 50 40 WR 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Berdasarkan data yang telah di hitung didapatkan rata-rata learning rate 98,46%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pembelajaran untuk
B-19
mengerjakan pekerjaan tersebut rendah karena semakin besar nilai learning rate menunjukkan tingkat pembelajarannya rendah, tetapi sebaliknya jika nilai learning ratenya kecil artinya tingkat pembelajaran seseorang tinggi. Nilai Learnning Rate yang tinggi yaitu 98.46% dan grafik yang tidak stabil tersebut terjadi karena adanya beberapa faktor, yaitu kurangnya konsentrasi saat pengerjaan perakitan dimana masih sering di selingi dengan tertawa ataupun bercerita satu sama lain sehingga proses perakitan semakin lambat selesai. b. Analisa data dan grafik learning rate 60%
CAT 80 70 60 50 40 CAT 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dengan menggunakan learning rate 60% dapat di tentukan CAT dan total time yang bisa digunakan untuk membandingkan keadaan sebenarnya dan perhitungan dengan lerning rate tersebut yang kurva berbentuk eksponensial yang berarti bahwa semakin sering seseorang melakukan pekerjaan tersebut maka akan semakin cepat waktu rata-rata per unit untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
B-20
c. Perbandingan learning rate 98,46% dan 60 % 80 70 60 50 WR
40
CAT
30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh learning rate sebesar 98,46% hal ini menunjukkan bahwa tingkat belajar terhadap produk yang dikerjakan sangatlah rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya konsentrasi saat pengerjaan perakitan dimana masih sering di selingi dengan tertawa ataupun bercerita satu sama lain sehingga proses perakitan semakin lambat selesai. Tetapi dari semua faktor diatas, faktor manusialah yang paling mempengaruhi sehingga learning rate terhadap perakitan yang dilakukan mencapai 98,46%. Sedangkan dengan menggunakan learning rate 60% yang merupakan learning rate untuk pekerjaan dengan keseluruhan menggunakan tangan berdasarkan data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan lebih baik dan grafik yang dihasilkan juga membentuk grafik berbentuk eksponensial yang sesuai dan berarti bahwa tingkat belajar dari setiap perakitan semakin sering dilakukan maka tingkat belajar akan semakin baik.
B-21
4.
Analisa Data dan Grafik Pengamatan Ilham
a. Analisa data learning rate 99,75 %
WR 55
54
53 WR
52
51
50 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Berdasarkan data yang telah di hitung didapatkan rata-rata learning rate 99,75 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pembelajaran untuk mengerjakan pekerjaan tersebut rendah karena semakin besar nilai learning rate menunjukkan tingkat pembelajarannya rendah, tetapi sebaliknya jika nilai learning ratenya kecil artinya tingkat pembelajaran seseorang tinggi. Nilai Learnning Rate yang tinggi yaitu 99,75% dan grafik yang tidak stabil tersebut terjadi karena adanya beberapa faktor, yaitu kurangnya konsentrasi saat pengerjaan perakitan dimana masih sering di selingi dengan tertawa ataupun bercerita satu sama lain sehingga proses perakitan semakin lambat selesai. b. Analisa data learning rate 60%
CAT 60 50 40 30 CAT 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
B-22
Dengan menggunakan learning rate 60% dapat di tentukan CAT dan total time yang bisa digunakan untuk membandingkan keadaan sebenarnya dan perhitungan dengan lerning rate tersebut yang kurva berbentuk eksponensial yang berarti bahwa semakin sering seseorang melakukan pekerjaan tersebut maka akan semakin cepat waktu rata-rata per unit untuk mengerjakan pekerjaan tersebut c. Perbandingan learning rate 99,75 % dan 60% 60
50
40
WR
30
CAT 20
10
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh learning rate sebesar 99,75% hal ini menunjukkan bahwa tingkat belajar terhadap produk yang dikerjakan sangatlah rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya konsentrasi saat pengerjaan perakitan dimana masih sering di selingi dengan tertawa ataupun bercerita satu sama lain sehingga proses perakitan semakin lambat selesai. Tetapi dari semua faktor diatas, faktor manusialah yang paling mempengaruhi sehingga learning rate terhadap perakitan yang dilakukan mencapai 99,75%. Sedangkan dengan menggunakan learning rate 60% yang merupakan learning rate untuk pekerjaan dengan keseluruhan menggunakan tangan berdasarkan data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan lebih baik dan grafik yang dihasilkan juga membentuk grafik
B-23
berbentuk eksponensial yang sesuai dan berarti bahwa tingkat belajar dari setiap perakitan semakin sering dilakukan maka tingkat belajar akan semakin baik.
E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa learning rate adalah kurva yang menunjukkan tingkat belajar seseorang terhadap produk yang akan dikerjakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi learning rate adalah ;
Belum terbiasa dengan pekerjaan yang di berikan.
Kebosanan pada pekerjaan yang dilakukan
Kurangnya konsentrasi saat pengerjaan perakitan dimana masih sering di selingi dengan tertawa ataupun bercerita satu sama lain sehingga proses perakitan semakin lambat selesai.
Suasana dalam laboraturium yang kurang ergonomis
Masih ada rasa malas
Kelelahan
2. Saran
Saran-saran mengenai praktikum yang telah dilakukan : -
Pada saat memulai praktikum lebih tepat waktu.
-
Praktikan harus lebih matang dalam penguasaan materi yang akan di sampaikan.
-
Buat suasana praktikum lebih nyaman agar praktikan lebih menikmati praktikum yang dilaksnakan.
-
Mohon alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum lebih diperhatikan agar tidak ada alat atau bahan yang rusak yang dapat menyulitkan dalam proses praktikum.
-
Suasana ruangan yang panas membuat tidak nyaman moho agar di buat senyaman mungkin.
B-24
DAFTAR PUSTAKA
Go-phelz.blogspot.com/pengukuran-kerja/ di akses pada tanggal 10 april 2015 jam 18.30 WIB. http://www.kamusbesar.com/53657/kurva-belajar di akses pada tanggal 10 april 2015 jam 18.00 WIB. Id.wikipwdia.org/wiki/learning-curve/ di akses pada tanggal 10 april 2015 jam 19.00 WIB. Modul learning curve, praktikum Analisis dan Pengukuran Kerja. Ochimblogs.blogspot.com di akses pada tanggal 10 april 2015 jam 17.00 WIB
B-25
B-26