5
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Keadaan Umum SEAMEO BIOTROP 2.1.1 Sejarah SEAMEO BIOTROP
SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) adalah Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara yang didirikan pada tahun 1965 melalui SEAMEO Charter yang ditandatangani oleh 7 (tujuh) negara di Asia Tenggara. Dengan terbentuk SEAMEO, maka dibentuklah pusat-pusat di Negara-negara Asia Tenggara yang saat ini berjumlah 17 pusat dan 3 network termasuk SEAMEO BIOTROP. Negara-negara anggota SEAMEO adalah Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippina, Singapura, Thailand dan Vietnam serta 6 negara sahabat (Associate Member Countries) yaitu Australia, Selandia Baru, Canada, Belanda, Jerman dan Prancis. SEAMEO BIOTROP merupakan Pusat Regional Asia Tenggara untuk Biologi Tropika dan merupakan salah satu pusat (center) di bawah SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) yang didirikan pada tanggal 6 Februari 1968 berlokasi di lingkungan Kebun Raya Bogor. SEAMEO BIOTROP memiliki tugas dan mandat dari Dewan Pembina yang meliputi pembinaan sumber daya manusia di Asia Tenggara khususnya. Kegiatan tersebut terdiri dari penelitian, pelatihan, kerjasama, dan penyebaran informasi dalam lingkup Biologi Tropika serta salah satu yang tertua dan terbesar disamping SEARCA dan INNOTECH di Philippina. Pada tahun 1997, melalui SK Menteri Pendidikan
dan
Kebudayaan
No.
0186/9/1997
SEAMEO
BIOTROP
6
dikelompokkan menjadi salah satu Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Tropika di Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Keputusan tersebut diperkuat dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 099/O/1997 tentang Penunjukkan Insitut Pertanian Bogor sebagai Institusi Induk bagi The Southeast Asian Ministers of Education Organization for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP). Services Laboratory SEAMEO BIOTROP (SL-SEAMEO BIOTROP) merupakan salah satu bagian dari organisasi SEAMEO BIOTROP yang mempunyai tugas sebagai pelayanan jasa laboratorium pengujian. SL-SEAMEO BIOTROP terdiri atas laboratorium pengujian dan laboratorium kultur jaringan untuk produksi bibit tanaman. Selain itu laboratorium ini melayani aktivitas penelitian Biologi Tropika. Didalam perkembangannya, pada tahun 2000 SL-SEAMEO BIOTROP ditetapkan menjadi salah satu bagian dari SEAMEO BIOTROP yang mempunyai tugas sebagai pelayanan jasa laboratorium pengujian berdasarkan keputusan Sidang Dewan Pembina ( Governing Board ) SEAMEO BIOTROP yang beranggotakan 10 negara anggota Asia Tenggara, di Phnon Phen, Kamboja pada tanggal 3-5 Oktober 2000. Keberadaan Laboratorium ini diperkuat dengan SK Direktur SEAMEO BIOTROP No. 212.1/Dir-SK/SL/V/2003 tentang Penetapan Struktur Organisasi dan Susunan Personalia Services Laboratory SEAMEO BIOTROP. Saat ini SL-SEAMEO BIOTROP telah memperoleh Sertifikat Akreditasi sebagai laboratorium pengujian sesuai dengan SNI 17025 : 2005 dari Komite Akreditasi Nasional dengan nomor Sertifikat Akreditasi Laboratorium :
7
LP-221-IDN. Dalam rangka meningkatkan pelayanan yang sesuai standar internasional, SL-SEAMEO BIOTROP telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium sesuai standar ISO/IEC 17025 : 2005 melalui akreditasi KAN (Komite Akreditasi Nasional) dengan SK No: 4638/3.a2/LP/12/08 tanggal 19 Desember 2008 dan Nomor Akreditasi : LP-221-IDN. Akreditasi tersebut berlaku selama 4 tahun (19 Desember 2008 sampai dengan tanggal 18 Desember 2012). Services Laboratory SEAMEO BIOTROP berusaha mengimplementasikan, memelihara dan meningkatkan Sistem Manajemen yang ditetapkan dalam SNI 17025 : 2005. Seluruh kegiatan tenaga pelaksana dilakukan dalam kondisi independen, bebas dari pengaruh tekanan komersial, keuangan dan tekanan lainnya yang dapat mempengaruhi mutu kerja. Sedangkan untuk manajemen laboratorium kultur jaringan sudah mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2008. Untuk mencapai Sasaran dan Kebijakan Mutu, Pimpinan Puncak menerapkan kualifikasi dan fungsi personal managerial dan teknis, disamping tanggungjawab pokok yang lain, memiliki kewenangan dan sumberdaya yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Tugas tersebut antara lain: implementasi, pemeliharaan dan peningkatan sistem manajemen. Selain itu harus mampu mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem manajemen dan memulai tindakan pencegahan penyimpangan tersebut ( http://sl.biotrop.org).
8
2.1.2
Visi, Misi dan Tujuan
2.1.2.1 Visi
Visi SEAMEO BIOTROP yaitu menjadi pusat yang bermutu dalam penelitian, pelatihan dan penyediaan informasi di bidang biologi tropis. 2.1.2.2 Misi
Untuk mewujudkan hal tersebut misi SEAMEO BIOTROP adalah : 1. Mendukung pembangunan berkelanjutan 2. Mendukung konservasi keaneakaragaman hayati 2.1.2.3 Tujuan
1) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang bijak dalam pengelolaan bidang biologi tropis untuk mencapai pembangunan berkelanjutan 2) meyediakan
informasi
yang
berkaitan
dengan
penelitian
dan
pengembangan dibidang biologi tropis 3) menyediakan layanan prima bagi para pihak 4) terlibat dalam program pemberdayaan masyarakat 2.1.3
Letak dan Lokasi SEAMEO BIOTROP
SL-SEAMEO BIOTROP berlokasi di Jalan Raya Tajur Km. 6, Bogor (16720), Telpon : +62 0251 8357175, 8323848, Fax. +62 0251 8357175. Website : http://sl.biotrop.org, Email :
[email protected].
9
2.1.4
Struktur Organisasi
SEAMEO BIOTROP dipimpin oleh Direktur yang juga bertugas sebagai Governing Board SEAMEO di Indonesia. Direktur membagi tugas kepada dua deputi yaitu Deputi Program dan Pemasaran dan Deputi Management Penelitian dan Komunikasi. Kedua Deputi ini mengkoordinasikan tugas kepada kepala bagian (Lampiran 1). Kepala bagian Laboratorium mengkoordinasikan tugas kepada Manager Mutu setiap laboratorium. Manager Mutu Services Laboratory mengkoordinasikan tugas kepada Manager Laboratorium Kultur Jaringan dan Manager Teknis Laboratorium Pengujian (Lampiran 2). Struktur organisasi Services Laboratory SEAMEO BIOTROP yang diterapkan pada prinsipnya merupakan fungsi struktural Laboratorium Penelitian SEAMEO BIOTROP yang dimodifikasi dengan penambahan struktur lain sesuai SNI 17025 : 2005. Untuk memperkuat pengelolaan laboratorium yang bebas tekanan komersial, keuangan dan tekanan lain yang mengganggu obyektifitas hasil pengujian maka dibentuk struktur organisasi serta fungsi Services Laboratory SEAMEO BIOTROP yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur SEAMEO BIOTROP. 2.1.5
Fasilitas
2.1.5.1 Laboratorium
Laboratorium riset terdiri dari 5 laboratorium, yaitu : 1. Laboratorium Mikrobiologi 2. Laboratorium Penginderaan Jauh 3. Laboratorium Entomologi
10
4. Laboratorium Akuatik 5. Laboratorium Terpadu 6. Herbarium 7. Rumah Kaca dan Kebun Percobaan 2.1.5.2 Perpustakaan
Unit Sumberdaya Informasi (Information Resource Unit, IRU) SEAMEO BIOTROP berperan penting dalam penyediaan informasi di bidang biologi tropis. Seksi Perpustakaan, Dokumentasi dan Publikasi merupakan bagian di bawah IRU. Koleksi perpustakaan SEAMEO BIOTROP meliputi buku, peta-peta, laporan, pamflet, newsletter, tesis dan informasi lainnya seperti bibliografi, abstrak, dan database internal serta CD-ROM. Bidang studi yang tersedia antara lain ilmu lingkungan, perikanan, ekologi hutan, kultur jaringan, mikoriza, GIS & penginderaan jauh, keanekaragaman hayati, manajemen hama, limnologi, budidaya perairan, dan kualitas air. Koleksi khusus dalam bidang gulma juga merupakan bagian dari koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan SEAMEO BIOTROP terdiri dari lebih dari 18,000 judul buku dan jurnal, 1,200 judul serial, 2,100 laporan internal, dan 9,000 file khusus pada bidang yang spesifik. Koleksi database internal memiliki lebih dari 9,000 data bibliografi mengenai gulma dan bidang yang terkait. Koleksi CD Rom juga tersedia sebagai bagian dari koleksi. Katalog online dan perpusatakaan digital juga disediakan untuk diakses oleh masyarakat umum melalui: Online Public Access Catalog dan BIOTROP Digital Library.
11
2.1.5.3 Asrama (dormitory)
SEAMEO BIOTROP berlokasi di atas tanah seluas 10 ha dan terdiri dari gedung kantor dan delapan laboratorium penelitian. Untuk mendukung kegiatan SEAMEO BIOTROP, beberapa fasilitas terus dikembangkan dan fasilitas tersebut juga dapat digunakan oleh masyarakat umum. Asrama terdiri dari 13 rumah yang dilengkapi dengan penyejuk ruangan (AC) dan kamar mandi dan air panas. Telepon dan koneksi internet nirkabel juga disediakan untuk pengguna.. 2.1.5.4 Aula/gedung
Aula konferensi SEAMEO BIOTROP dimaksudkan untuk konferensi, seminar atau pertemuan ilmiah tujuan dengan kapasitas 500-700 orang. AC dan sound system juga disediakan. Aula konferensi SEAMEO BIOTROP umum digunakan untuk : pameran, wisuda, dan upacara pernikahan di akhir pecan atau hari kerja jika tidak ada kegiatan ilmiah serta disewakan. 2.1.5.5 Ruang Kelas
SEAMEO BIOTROP terletak di 10 hektar lahan yang terdiri dari bangunan kantor dan delapan laboratorium penelitian. Dalam rangka mendukung kegiatan SEAMEO BIOTROP, beberapa fasilitas telah dibentuk dan ditingkatkan selama bertahun-tahun. Fasilitas ini juga tersedia untuk penggunaan umum. Kelas dalam kompleks BIOTROP dapat digunakan untuk pertemuan tujuan dengan sejumlah peserta. Ada beberapa kelas dan laboratorium komputer yang tersedia.
12
2.1.5.6 Lahan Percobaan
Lapangan eksperimental SEAMEO BIOTROP memiliki luas 4,57 Ha. Bidang eksperimental digunakan untuk percobaan lapangan dan koleksi tanaman, terutama untuk penelitian dukungan, bidang pembibitan dan pentingnya program pelatihan yang diselenggarakan oleh SEAMEO BIOTROP. Berdasarkan pada penggunaan sekarang ini dibagi menjadi: 1. Pohon koleksi : Jati, Duabanga, Albizzia (Cepu), Kuku (Sulawesi), Gaharu, Shorea, pohon-pohon penghijauan, dan lain-lain 2. Arboretum untuk pohon hutan : Shorea, Pinus, vetiver root, dan lain-lain 3. Eksperimental lapangan untuk tanaman tahunan : aplikasi herbisida, insektisida, pupuk dan lainnya agro-kimia; penelitian tentang Pogostemon cablin, vetiver akar aromatik, saitomo, dan lain-lain 4. jarak kebun 5. Koleksi tanaman obat, tanaman hias, dan lain-lain 6. kamar anak 7. Gudang dan unit pengolahan untuk lumpur kompos 2.1.5.7 Rumah Kaca
Fasilitas rumah kaca SEAMEO BIOTROP terdiri dari : 11 unit, menempati 2
bangunan seluas 1.788 m . Rumah kaca adalah unit pendukung penting untuk melakukan penelitian di bawah kondisi dikontrol untuk kepentingan dalam melakukan penelitian, aklimatisasi bibit kultur jaringan dan kursus pelatihan yang dilakukan oleh SEAMEO BIOTROP (http://www.biotrop.org).
13
2.2 Jati 2.2.1
Klasifikasi Jati
Gambar 1. Bibit Jati Berumur Tiga Bulan Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia, awalnya berasal dari India. Nama ilmiah Tectona grandis L.f. secara historis ”tectona” berasal dari bahasa Portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang mempunyai kualitas tinggi. Jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet yang tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan sampai 500 tahun. Adapun klasifikasi tanaman jati dapat dilihat di bawah ini (menurut ipni.org) : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Verbenales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Tectona
Spesies
: Tectona grandis Linn. f.
14
2.2.2
Morfologi Jati
Morfologis tanaman jati, memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30-45 m. Batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15-20 m bila dilakukan proses pemangkasan. Pohon jati yang tumbuh baik diameter batangnya dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu jati berwarna kecoklat-coklatan atau abu-abu dan sifatnya mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan pendek dan dapat bercabang. Daun jati berbentuk opposite (bentuk jantung membulat dengan ujung meruncing), berukuran panjang sekitar 20-50 cm dan lebar 15-40 cm, permukaan daun berbulu. Daun muda jati berwarna kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau keabu-abuan. Tanaman jati yang tumbuh di alam dapat mencapai diameter batang 220 m, namun umumnya jati dengan diameter 50 cm sudah di tebang karena tingginya akan permintaan terhadap kayu jati. Bentuk batang pohon jati tidak teratur serta mempunyai alur. Warna kayu teras (bagian tengah), coklat muda, coklat merah tua, atau merah coklat, sedangkan warna kayu gubal (bagian luar teras hingga kulit) putih kelabu kekuningan. Tekstur kayu agak kasar dan tidak rata. Arah serat kayu jati lurus dan agak terpadu. Permukaan kayu jati licin dan agak berminyak serta memiliki gambaran yang indah. Kambium jati memiliki sel-sel yang menghasilkan perpanjangan vertikal dan horizontal, dimulai berkembangnya inti sel berbentuk oval secara memanjang, kemudian akan membelah menjadi 2 sel dan demikian seterusnya. Pada sekitar bulan JuliSeptember (musim kemarau) tanaman akan mengalami gugur daun dan pada saat itu kambium akan tumbuh lebih sempit dari pertumbuhan musim penghujan.
15
Daya risistensi yang tingi kayu jati terhadap serangan jamur dan rayap disebabkan karena zat extraktif tectoquinin 2- metiol antraqinon. Selain itu, kayu jati masih mengandung kandungan lain, seperti tripoliprena, penil naphtalhena, antraquinin dan komponen lain yang belum terditeksi. Kayu jati memiliki kadar selulosa 46,5%, lignen 29,9%, pentosan 14,4%, abu 1,4%, dan silika 0,4%, serta nilai kalor 5,081 kal/gr. Kekuatan kayu sesuai uji terhadap rayap dan jamur tergolong kelas II. Dengan demikian, kayu jati dapat terserang rayap dengan kapasitas rendah pada kondisi kayu yang dipengaruhi oleh umur pohon, semakin tua umur kayu semakin sulit terserang rayap. Tanaman jati muda, batang berbentuk segi empat. Perubahan dari bentuk segi empat ke bentuk bulat umumnya terjadi pada umur 3-4 tahun. Di tanah yang subur, dengan penutupan tajuk cukup rapat menyebabkan pertumbuhan batang yang meninggi lebih dominan dan percabangannya dimulai pada ketinggian 18-20 m. Pohon jati memiliki daun yang kurang lebat tetapi karena daunnya yang lebar, tajuk memberi naungan yang lebat dan merata, bentuk tajuk tidak beraturan sampai bulat telur pada tegakan yang kurang rapat tinggi tajuk agak rendah, dahan jati umumnya bengkok dan memiliki banyak tangkai dengan ranting berbentuk penampang segi empat dan berbulu halus ( Rachmawat, Henny, Djoko Iriantono dan Christian P. Hansen, 2002.) Perkembangan ilmu dan teknik budidaya tanaman, saat ini telah tersedia bahan tanaman jati hasil rekayasa teknis, baik melalui pengembangan benih dari pohon maupun teknologi kultur vegetatif. Hasilnya berupa klon atau kultivar tanaman jati dengan daur produksi ekonomis sekitar 15 tahun sehingga dalam
16
kurun waktu relatif singkat dapat diperoleh nilai produksi yang cukup menjanjikan. Perbanyakan atau pengembangan secara kultur jaringan atau kultur tunas merupakan upaya pengembangan tanaman melalui pembiakan sel-sel meristematis dari jaringan tanaman, seperti pucuk/tunas, ujung akar, embrio benih, atau bunga. 2.2.3
Habitat dan Daerah Penyebaran
Areal penyebaran alaminya terdapat di India, Myanmar, Thailand dan bagian barat Laos. Batas utara pada garis 25 °LU di Myanmar, batas selatan pada garis 9 °LU di India. Jati tersebar pada garis 70-100 °BT. Penyebarannya ternyata terputus-putus. Hutan jati terpisah oleh pegunungan,tanah-tanah datar, tanah-tanah pertanian dan tipe hutan lainnya. Di Indonesia, jati bukan tanaman asli, tetapi sudah tumbuh sejak beberapa abad lalu di P. Kangean, Muna, Sumbawa dan Jawa (Direktorat Perbenihan Hutan, 2003). Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26 °C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam. 2.2.4
Manfaat
Manfaat dari masing-masing bagian tubuh tanaman jati, yaitu : ( Siregar, Edy Batara Mulya. Potensi Budidaya Jati) 1)
Kayu jati digunakan sebagai bahan baku furniture, bangunan dan kerajinan
17
2)
Kulit jati digunakan sebagai dinding rumah
3)
Getah jati dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit tenggorokan
4)
Daun dapat digunakan sebagi obat kolera dan pembersih luka
5)
Abu pohon jati ditumbuk dengan daun jambu batu dapat menghentikan diare
6)
Daun muda dapat digunakan sebagai pewarna (warna merah)
7)
Daun jati dapat dimanfaatkan untuk pembungkus makanan dan berbagai peralatan karena lebar dan sebagainya.
2.3 Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat
18
yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah :
Pembuatan media
Inisiasi
Sterilisasi
Multiplikasi
Pengakaran
Aklimatisasi
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botolbotol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
19
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar. Pengakaran adalah fase eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke paranet/bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup
20
dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik , bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat ( Sukmadjaja, Deden dan Ika Mariska, Perbanyakan Bibit Jati melalui Kultur Jaringan). Adapun keunggulan Kultur Jaringan, yaitu sebagai berikut di bawah ini :
Pengadaan bibit tidak tergantung musim
Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)
Bibit yang dihasilkan seragam
Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya.
21
Beberapa gambaran dan potensi yang bisa dimunculkan dalam kultur jaringan diantaranya adalah :
Kultur meristem, dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus, sehingga sangat tepat digunakan pada tanaman spesies langka yang telah terinfeksi oleh hama penyakit, termasuk virus.
Kultur anther, bisa menghasilkan tanaman dengan genetik haploid (1n), sehingga bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan tanaman diploid (2n). Dengan demikian sangat dimungkinkan untuk menghasilkan tanaman mini, selain itu dengan kultur anther berpeluang memunculkan sifat resesif unggul yang pada kondisi normal tidak akan muncul karena tertutup oleh yang dominan.
Dengan tekhnik poliploid dimungkinkan untuk mendapatkan tanaman ‘giant’ atau besar. Teknik ini salah satunya dengan memberikan induksi bahan kimia yang bersifat menghambat (cholchicine).
Kloning, teknik ini memungkinkan untuk dihasilkan tanaman dengan jumlah banyak dan seragam.
Mutasi, secara alami mutasi sangat sulit terjadi. Beberapa literatur peluangnya 1 : 100 000 000. Dengan memberikan induksi tertentu melalui kultur jaringan hal tersebut lebih mudah untuk diatur. Tanaman yang mengalami mutasi permanen biasanya memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Bank plasma, dengan meminimalkan pertumbuhan secara ‘in-vitro’ kita bisa mengoleksi tanaman langka tanpa harus memiliki lahan yang luas dan
22
perawatan intensif. Baik untuk spesies langka Indonesia maupun dari luar negeri untuk menjaga keaslian genetis yang sangat penting dalam proses pemuliaan tanaman.