BAHAN MATERI EKSPOR IMPOR
OLEH:
NILUH AYU NOVY SAJJANA WEDHANA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah
Negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan
maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha
dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari
negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang
tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya.
Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu
Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan
dan saling mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik
sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur
sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan,
komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara
langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan
atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara
negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan
perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.
Transakasi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah
ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak
lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang
bertempat tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda. Namun
dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini
tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha
yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-
beda.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekspor dan impor?
2. Bagaimana strategi ekspor dan impor?
3. Bagaimana strategi perdagangan luar negeri?
3. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan ekspor dan
impor
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana strategi dalam ekspor dan
impor
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana strategi perdagangan luar
negeri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ekspor dan Impor
2.1.1 Pengertian Ekspor
Yang dimaksud dengan kegiatan ekspor adalah perdagangan
dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah Pabean
suatu Negara dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
2.1.2 Ketentuan Ekspor
Ketentuan-ketentuan ekspor adalah sebagai berikut:
1) Eksportir memiliki surat ijn usaha perdagangan
2) Eksportir wajib mengetahui barang yang dilarang di Ekspor
oleh Pemerintah atau harus seijin pemerintah
3) Eksportir harus mengetahui ekspor barang ke suatu Negara yang
dilarang oleh Pemerintah.
2.1.3 Risiko-risiko Eksportir
a) Risiko Transportasi / Pengangkutan
Risiko transportasi terdiri dari :
- Pengangkutan barang menggunakan kapal laut/pesawat udara.
- Lamanya waktu pengangkutan. Jarak dari satu Negara ke Negara
lainnya.
- Berpindah tangannya barang dan penyimpanan digudang
menyebabkan risiko kerusakan dan kehilangan barang.
b) Risiko Kredit dan Non Payment
Yang diperhatikan disini pada saat pembukaan Letter of Credit
menuntut dengan syarat pembukaan L/C Irrevocable Documentary
of Credit. Untuk menghndari risiko ditipu, terlabat dibayar
dan tidak dibayar.
c) Risiko Mutu Barang
Masing-masing pihak harus berpegang teguh kepada Sales
Contract yang telah disepakati bersama, khususnya bagi
eksportir dalam pengiriman barang sesuai apa yang diminta
pihak importer.
d) Risiko Nilai Tukar
Untuk harga ditetapkan dengan mata uang tertentu, dan yang
ideal mata uang standard internasional Dolla Amerika (US.$).
Biasanya Eksportir berusaha untuk melndungi dirinya terhadap
nlai tukar ini dengan cara membeli Valuta Asing dengan
penyerahan lemudian (Forward/Option Contract), yang dikena;
dengan istilah Hedging / Swap.
e) Risiko Hukum
Peraturan dan hukum di Negara asing yang tentunya slit kita
ketahui, yang mungkin saja merugikan pihak eksporitr. Dan
jika ada problem dalam transaksi dagang, tentunya harus ada
perwasitan internasional seperti yang diatur oleh {eradilan
Arbitrasi Internasional dari Kamar Dagang Internasional.
f) Risiko Bonafiditas
Umumnya eksportir tidak dapat engetahui secara pasti atau
mengukur tingkat kemampuan calon imortir/buyer. Dan untuk
mencegah risiko jika terjadi wan prestasi dikemudain hari,
dapat dilakukan tindakan preventif sebagai berikut :
1. Minta bantuan / referensi dari Bank, Atase Perdagangan RI
di KBRI.
2. Membuta kontrak dagang ekspor yng rapi, teliti dan memuat
etentuan hukum yang menyangkut keamanan pembayaran dan mutu
barang.
3. Mempergunakan syarat perdagangan sesuai Inconterms-1990
secara tepat.
4. Dalam kontrak dagang memuat ketentuan tentang penalty serta
proses penyelesaian sengketa, apakah melalui cara amcable
solution – arbitrations atau melalui Court (pengadilan)
atau Arbitrative Dispute Solution (ADS).
2.1.4 Definisi Impor
Yang dimaksud dengan kegiatan impor adalah suatu kegiatan
dalam Perdagangan dengan cara membeli/mendatangkan barang dari
luar negeri untuk dimasukkan ke dalam negeri.
2.1.5 Syarat-syarat menjadi Importir
Untuk memperoleh APIS (Angka Pengenal Impor Sementara). Hal-
hal yang perlu dipenuhi antara lain :
1. Perusahaan wajib mengajukan permohonan ntuk mendapatkan APIS
pada Kantor Wilayah Departemen Perndustrian Perdagangan
Setempat.
2. Wajib memilki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).
3. Mempunyai bukti adanya kewajiban pajak (NPWP).
4. Mempunyai hubungan dagang luar negeri.
2.2 Strategi Ekspor dan Impor
1. Strategi Ekspor
Strategi ekspor dapat dilakukan dengan menggunakan strategi dalam
bauran pemasaran yaitu dengan empat unsur. Keempat unsur atau
variabel bauran pemasaran (marketing mix) tersebut atau yang
disebut 4P adalah sebagai berikut :
a. Strategi Produk Ekspor
Pengertian produk adalah sesuatu yang dibuat/dihasilkan untuk
memenuhi suatu tujuan/kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk
merupakan elemen yang paling penting. sebab dengan inilah
perusahaan berusaha untuk memenuhi "kebutuhan dan keinginan" dari
calon buyer (importir), namun keputusan itu tidak berdiri sendiri
sebab produk sangat erat hubungannya dengan target market yang
dipilih. Agar suatu produk/komoditi tersebut dapat bersaing dengan
para kompetitornya, apalagi produk tersebut diekspor ke berbagai
negara maka suatu perusahaan harus memiliki strategi produk ekspor
supaya mempunyai keunggulan daripada produk – produk lainnya.
Dengan demikian strategi produk ekspor, yaitu cara untuk
menentukan jenis, spesifikasi, ukuran dan kemasan prosuk yang tepat
untuk memasuki pasar tujuan ekspor. Dalam menentukan strategi
produk yang tepat dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu :
1. Riset pasar untuk mengetahui situasi dan karateristik pasar
yaitu spesifikasi permintaan pelanggan, daya beli dan perilaku
pelanggan, situasi persaingan, trend, peluang pasar, dan lain –
lain.
2. Mempelajari sejauh mana kemampuan internal perusahaan dalam
menghasilkan produk yang diminati pelanggan ekspor.
3. Mendesign produk sesuai spesifikasi permintaan pelanggan dan
kemampuan perusahaan.
b. Strategi Harga Ekspor
Strategi harga ekspor adalah cara untuk menentukan tingkat harga
yang sesuai dengan kondisi internal perusahaan dan situasi pasar
yang dihadapi agar penjualan dapat berhasil sehingga perusahaan
dapat meraih keuntungan serta manfaat yang diharapkan. Harga
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan penjualan dalam
usaha perdagangan ekspor. Pola penentuan harga jual ekspor sangat
bervariasi, hal itu tergantung dari kekutatan produk yang
dihasilkan di pasar internasional serta politik dagang yang
diterapkan oleh Negara pengekspor maupun pengimpor. Ada 4 metode
untuk menentukan harga jual ekspor produk , yaitu:
1) Cost Plus Mark Up ( Seller's Market Price )
Penentuan harga jual ekspor dengan metode ini yaitu jika
penetapan harga jual untuk ekspor didasarkan atas perhitungan
biaya total (penjumlahan semua biaya yang dikeluarkan mulai dari
pengadaan bahan, tenaga kerja, freight dan lain-lain dalam
rangka ekspor) ditambah dengan prosentase laba yang diinginkan.
2) Current Market Price ( Buyer's Market Price )
Metode ini merupakan kebalikan dari cost plus mark up yaitu bila
penetapan harga jual ekspor disesuaikan dengan harga jual di
pasar internasional pada saat itu atau harga yang ditentukan
oleh pembeli. Laba diperoleh dari selisih harga jual di pasar
internasional dengan total biaya.
3) Susidized Price
Penentuan harga jual ekspor yang didasarkan pada total biaya
sebagaimana pada cost plus mark up dikurangi dengan komponen
biaya tertentu (overhead cost, draw back system of
generalizedsystem of preference). Tujuannya adalah untuk menekan
harga pokok produksi sehingga memperkuat daya saing di pasar
internasional.
4) Dumping
Harga dumping adalah Harga Jual (HJ) Ekspor ditetapkan lebih
rendah dari Harga Jual Komoditi yang sama untuk pasar dalam
negeri. Hal ini dimungkinkan bila di dalam negeri produsen
komoditi itu memegang monopoli, sehingga dapat menjual komoditi
itu dengan harga tinggi di dalam negeri dan harga yang wajar
untuk pasar luar negeri.
Cara memperoleh data / info harga dan situasi pasar yaitu :
1) Riset pasar, marketing intelligence
2) Sumber informasi pasar :
a. Media informasi : internet, koran, majalah, yellowpages/bussines
directory, press release, brosur, katalog.
b. Instansi pemerintah, kamar dagang, perwakilan dagang, kedutaan
besar, atase perdagangan, konsul.
c. Konsultan dan perusahaan riset dagang, trade event organizer,
lembaga – lembaga perdagangan internasional.
d. Relasi, teman, keluarga di luar negeri.
c. Strategi Distribusi Ekspor
Distribusi Ekspor adalah aliran barang secara fisik melewati
saluran organisasi jaringan kerja yang terdiri dari agensi dan
lembaga, yang bersama melakukan semua kegiatan yang diperlukan
untuk menghubungkan produsen dengan pemakai dalam menyelesaikan
tugas pemasaran (Kumpulan Makalah PPEI, 2008). Tujuan distribusi
ekspor adalah dapat mencapai usaha maksimum dalam menentukan
kebutuhan serta pilihan pasar sasaran yang tepat sesuai dengan
kemampuan eksportir. Antara lain salah satunya dengan cara memahami
karateristik dari pelaku ( komponen distributor ekspor ) dalam
melakukan distribusi, sehingga dapat menjadi acuan sukses dalam
penyusunan strategi saluran distribusi ekspor.
Jalur distribusi dalam pemasaran diidentifikasi menjadi dua
bagian yaitu membeli barang langsung dari eksportir (direct
cutomer) dan membeli barang produk tidak langsung dari eksportir
tetapi melalui perantara impor di luar negeri. Dalam memilih
saluran distribusi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu sebagai berikut :
1) Sifat pasar dan lokasi pembeli.
2) Lembaga – lembaga pemasaran terutama pedagang – pedagang
perantara.
3) Pengendalian perusahaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan
yang ekonomis.
4) Jaringan pengangkutan.
d. Strategi Promosi Ekspor
Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan
meningkatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli
produk tersebut. Selain itu promosi juga merupakan salah satu
factor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.Ada beberapa
strategi promosi ekspor yang dapat dilakukan yaitu :
1) Personal Selling
Adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon
pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk
sehingga mreka kemudian akan mencoba dan membelinya.
2) Periklanan
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak
digunakan perusahaan untuk mempromosikan produknya. Iklan adalah
bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi
tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan
mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian melaui
berbagai media cetak maupun elektronik, seperti papan reklame
(bill board), spanduk (banner), koran, radio, televisi,
internet, dan lain-lain. Iklan memiliki empat fungsi utama,
yaitu menginformasikan khalayak mengenai seluk beluk produk
(informative), mempengaruhi khalayak untuk membeli (persuading),
dan menyegarkan informasi yang telah diterima khalayak (remin-
ding), serta menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu
khalayak menerima dan mencerna informasi (entertaiment).
3) Promosi Penjualan ( Sales Promotion )
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera dan/atau meningkatkan jumlah
barang yang dibeli pelanggan. Cara yang digunakan bisa dengan
memberikan potongan harga (diskon), pameran, pembagian brosur,
katalog, dan lain-lain.
4) Hubungan Masyarakat ( Public Relation )
Public relation merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu
perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan
sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut. Kelompok –
kelompok tersebut bisa terdiri atas karyawan dan keluarganya,
pemegang saham, pelanggan, khalayak/orang - orang yang tinggal
di sekitar
5) Direct Marketing ( Pemasaran Langsung )
Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat
interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan
untuk menimbulkan respon yang terukur dan atau transaksi di
sembarang lokasi. Dalam direct marketing, komunikasi promosi
ditujukan langsung kepada konsumen yang bersangkutan, baik
memalui telepon, pos atau dengan dating langsung ke tempat
pasar.organisasi, pemasok, perantara, pemerintah, serta media
massa.
2. Strategi Impor
a. Strategi Substitusi Impor
Strategi substitusi impor (import substitution) adalah
kebijakan memproduksidi dalam negeri terhadap barang-barang yang
tadinya diimpor. Kebijakan ini paling sering ditempuh pada tahap
awal pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan
industri.Substitusi Impor dimaksudkan untuk menghasilkan
pekerjaan, mengurangi permintaan devisa, menstimulasi inovasi,
dan membuat negara memberikan di daerah kritis seperti makanan,
pertahanan, dan teknologi canggih.Gagasan substitusi impor mulai
popular pada tahun 1950 sampai 1960 sebagai strategi untuk
memajukan kebebasan ekonomi dan mengembangkan ekonomi di negara
berkembang.
Todaro & Smith (2006:143) menyatakan bahwapara penganjur
strategi subtitusi impor(import subtitution/IS) percaya bahwa
dalam menjalankan proses pembangunan, negara-negara Dunia Ketiga
harus memulainya lewat penggantian berbagai macam produk
kebutuhan yang sebelumnya mereka impor dengan produk-produk
buatan dalam negeri.
Langkah ini bisa diawali dengan penggantian produk-produk
konsumen yang sederhana (inilah subtitusi pertama), hingga produk-
produk manufaktur yang menggunakan teknologi tinggi (subtitusi
impor tahap kedua).Untuk memperlancar usaha-usaha tersebut,
pemerintah dari negara-negara berkembang yang bersangkutan harus
melindungi sektor-sektor domestiknya dengan pengenaan tarif yang
tinggi dan kuota untuk membendung masuknya produk impor yang
berpotensi menyaingi produk-produk domestik.
Dalam jangka panjang, para penyokong subtitusi impor
menonjolkan manfaat dari diversifikasi industri domestik
("pertumbuhan yang seimbang") yang lebiih luas dan kemampuan
mengekspor produk-produk manufaktur yang semula diproteksi.
Kemampuan itu sendiri mereka yakini bertolak dari telah
tercapainya skala ekonomis yang memadai, tingkat upah buruh yang
murah, adanya eksternalitas positif dari proses belajar dan
bekerja secara bersamaan sehingga produsen domestik bisa
menghasilkan output dengan harga yang lebih bersaing dengan harga-
harga dunia.
Pada tahap awal, yang dikembangkan biasanya adalah industri
ringan yang menghasilkan barang-barang konsumtif. Untuk
memungkinkan menjadi besar, industri-industri yang masih bayi
(infant industry) biasanya dilindungi oleh pemerintah atau
diproteksi, sehingga tidak terlalu berat bersaing dengan produk
impor, misalnya dengan pengenaan tarif khusus/pajak impor (tariff
barrier). Sehingga harga barang impor mahal tak dapat bersaing
dengan harga barang sejenis buatan dalam negeri. Walaupun dalam
praktik, industri yang diproteksi ini bukannya membesar dan
dewasa malah manja hingga tak maju-maju. Ada beberapa manfaat
positif yang diperoleh dan strategi substitusi impor,antara lain:
1. Mengurangi ketergantungan pada impor. Terutama untuk barang-
barangkebutuhan pokok atau yang menghasilkan produk antara.
2. Memperkuat sektor industri. Pengembangan sektor industri
diperlukan untuk memperkuat perekonomian. Salah satu jalan untuk
mempercepat pembangunan industri adalah SI, di mana pemerintah
memberikan fasilitas yang memperbesar minat dan kemampuan swasta
untuk berinvestasi. Industri-industri yang dibangun berdasarkan
kebijakan SI pada tahap awaln umumnya adalah yang bersifat
padatkarya dan atau berteknologi rendah. Lagipula industri-
industri tersebut dapat menghasilkankeunggulan komparatif.
3. Memperluas kesempatan kerja. Bertumbuhnya sektor industri juga
dapatmemperluas kesempatan kerja. Dengan demikian tenaga kerja
yang melimpah disektor pertanian akan diserap oleh sektor
industri tanpa mengurangi output sektor pertanian.
4. Menghemat devisa. Penghematan devisa berarti memperbaiki neraca
pembayaran. Perbaikan neraca pembayaran umumnya dilihat dan
surplus neraca perdagangan atau menurunnya defisit neraca
perdagangan, karena impor makin mengecil. Atau dapat juga
dilihat dalam neraca modal, dimana modal masuk lebih besar
daripada modal keluar. Perbaikan neraca pembayaran ini akan
memberikan efek multiplikasi perekonomian domestik, sekaligus
memperbaiki posisi diperekonomian dunia.
2.3 Strategi Perdagangan Luar Negeri
Perdagangan internasional atau perdagangan luar negeri adalah
bentuk pertukaran barang dan jasa yang dilakukan masyarakat dunia atau
antar negara. Pertukaran ini menunjukan bahwa interaksi dalam
perdagangan sangat luas seiring dengan pesatnya kebutuhan akan barang
dan jasa. Strategi yang dapat dilakukan dalam perdagangan luar negeri
adalah dengan melakukan proteksi. Proteksi dalam perdagangan
internasional menunjukan kebijakan suatu negara dalam perdagangan
internasional dengan mempertimbangkan aspek perlindungan atas kemajuan
perekonomian nasional. Melalui proteksi, negara yang bersangkutan bisa
mengendalikan arus barang dan jasa dari dan ke luar negeri. Alasan
adanya proteksi dalam perdagangan internasional adalah :
a. Melindungi industri dalam negeri yang masih baru
b. Melindungi tenaga kerja dalam negeri
c. Mencegah politik dumping dari produsen luar negeri
d. Mengurangi defisit neraca pembayaran
e. Melindungi industri-industri strategis dalam negeri
Ada beberapa jenis-jenis proteksi yaitu :
1) Penetapan Tarif
Tarif (bea) adalah suatu pembebanan atas barang yang melintasi
daerah pabean. Pungutan tarif diadakan untuk membatasi kebebasan
perdagangan dan mengisi kas negara, dengan alasan untuk melindungi
industri-industri yang baru tumbuh. Jenis-jenis tarif, di antaranya
terdiri atas tarif bea ekspor, bea transito, dan bea impor.
a. Bea ekspor, dikenakan terhadap barang yang diangkut ke negara
lain. Di Indonesia, pemerintah menetapkan tarif ekspor sebesar
0% tujuannya tidak lain untuk meningkatkan ekspor, agar harga
barang ekspor dapat bersaing dengan produk sejenis di luar
negeri.
b. Bea transito, dikenakan terhadap barang yang melalui wilayah
suatu negara dengan ketentuan barang tersebut tujuan akhirnya
adalah negara lain. Contoh ekspor tekstil dari Indonesia ke
Jepang, diangkut melalui Singapura.
c. Bea impor, dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dari
negara lain.
Berdasarkan Kurva 1, kebijakan tarif dapat dijelaskan sebagai
berikut. Sebelum tarif diberlakukan, harga berada pada titik OP,
produksi dalam negeri pada titik OQ1, jumlah permintaan pada
titik OQ4, dan jumlah yang harus diimpor adalah Q1Q4.
" "
"Gambar 1. Kurva Tarif Impor. "
Jika negara mengenakan tarif impor terhadap suatu barang, akan
berpengaruh pada hal-hal sebagai berikut.
a. Pengaruh tarif terhadap harga berdampak pada naiknya harga barang
yang dikenakan tarif, yaitu dari OP menjadi OP1 (Price Effect).
b. Pengaruh tarif terhadap konsumsi mengakibatkan berkurangnya
konsumsi masyarakat yang ditunjukkan oleh daerah DEF
atau OQ4 menjadi OQ3 (Consumption Effect).
c. Pengaruh tarif terhadap produksi dalam negeri mengakibatkan
bertambahnya produksi dalam negeri, yaitu dari
titik OQ1 menjadi OQ2 atau daerah ABC (Protective/Import
Substitution Effect).
d. Pengaruh tarif terhadap pendapatan negara mengakibatkan
bertambahnya pendapatan negara yang ditunjukkan kotak (b) atau
daerah BCED (Revenue Effect).
e. Pengaruh tarif terhadap redistribusi mengakibatkan bertambahnya
ekstra pendapatan yang dibayar konsumen dalam negeri kepada
produsen dalam negeri. Besarnya pengaruh ini ditunjukkan oleh
daerah (a) atau titik PP1BA (Redistribution Effect).
2) Kuota
Kuota merupakan kebijakan dalam perdagangan internasional dengan
cara membatasi terhadap barang yang masuk (kuota impor) dan keluar
(kuota ekspor). Selain untuk melindungi produk dalam negeri, kuota
juga bertujuan memperbaiki kondisi neraca pembayaran.
a. Kuota Impor
Kuota impor terdiri atas empat macam, yaitu absolut atau
unilateral quota, negotiated atau bilateral quota, tariff quota,
dan mixing quota.
Absolut atau unilateral quota, adalah kuota yang
besar/kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa
persetujuan dengan negara lain.
Negotiated atau bilateral quota, adalah kuota yang
besar/kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian antara
dua negara atau lebih.
Tariff quota, adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk
jumlah tertentu, barang diizinkan masuk (impor) dengan tarif
tertentu, tambahan impor masih diizinkan, tetapi dikenakan
tarif yang lebih tinggi.
Mixing quota, adalah membatasi penggunaan bahan mentah yang
diimpor dalam proporsi tertentu dalam produksi barang akhir.
b. Kuota Ekspor
Seperti halnya kuota impor, kuota ekspor juga dapat dibatasi
jumlahnya dengan tujuan:
1) mencegah barang-barang yang penting jatuh atau berada di
tangan musuh;
2) menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam proporsi
yang cukup;
3) mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga
guna mencapai stabilisasi harga.
Untuk memahami lebih lanjut, perhatikan gambar berikut :
" " " "
" " " " "
" " " " "
" " " " "
" " " " "
Keterangan :
3) Subsidi
Subsidi, yaitu kebijakan pemerintah melalui bantuan kepada produsen
dalam negeri agar dapat menekan biaya produksi sehingga bisa
bersaing dengan produk asing. Subsidi ini bisa berupa tambahan dana
modal, subsidi bahan baku dan lain-lain.
Gambar 2. Pengaruh Kebijakan Subtitusi
4) Larangan Impor
Larangan impor, kebijakan pemerintah yang melarang masuknya barang
impor atas pertimbangan kepentingan nasional. Tujuan kebijakan ini
adalah :
1) Mengurangi pesaing
2) Meningkatkan harga produk dalam negeri
3) Meningkatkan penjualan produk dalam negeri
4) Mengurangi kemungkinan larinya devisa ke luar negeri
.
Gambar 3. Kebijakan Pelarangan Impor
5) Dumping
Dumping, yaitu kebijakan suatu negara dengan cara menjual barang
ke luar negeri lebih murah dibandingkan di dalam negeri. Tujuan
kebijakan ini diantaranya adalah :
a. Menguasai pasar luar negeri
b. Mencapai target penjualan suatu barang
c. Menghabiskan sisa barang
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
a. Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar
negeri, sehingga kurva permintaan di dalam negeri lebih
inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
b. Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri
tidak dapat membeli barang dari luar negeri.
Gambar 4. Kebijakan Dumping
Keterangan:
Seperti diketahui bahwa laba maksimum diperoleh pada saat kurva MC
sama dengan kurva MR. MC sama dengan MR di pasar dalam negeri yang
dicapai pada kuantitas produksi OQ1, dan pasar luar negeri dicapai
pada kuantitas produksi OQ2. Oleh karena kurva permintaan di kedua
pasar memiliki kecuraman yang berbeda, di mana harga pasar dalam
negeri adalah OP2 sementara harga di pasar luar negeri setinggi
OP1, sehingga permintaan di pasar dalam negeri relatif lebih
inelastis dibandingkan dengan pasar di luar negeri, karena kurvanya
lebih curam.
6) Larangan Ekspor
Larangan ekspor, yaitu kebijakan pemerintah dengan melarang
ekspor barang tertentu ke luar negeri. Alasan kebijakan ini
diantaranya bisa karena barang tersebut tergolong langka dan
strategis bagi kepentingan nasional.
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Dari penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah
perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah
Pabean suatu Negara dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Sedangkan
impor adalah suatu kegiatan dalam Perdagangan dengan cara
membeli/mendatangkan barang dari luar negeri untuk dimasukkan ke
dalam negeri.
Didalam kegiatan ekspor dan impor terdapat berbagai strategi
yang dapat dilakukan. Adapun strategi ekspor yang dapat dilakukan
yaitu :
a. Strategi Produk Ekspor
b. Strategi Harga Ekspor
c. Strategi Distribusi Ekspor
d. Strategi Promosi Ekspor
Didalam kegiatan impor dapat dilakukan strategi subsidi impor.
Perdagangan internasional atau perdagangan luar negeri adalah
bentuk pertukaran barang dan jasa yang dilakukan masyarakat dunia
atau antar negara. Didalam perdangan internasional atau luar negeri
ini perlu dilakukan adanya proteksi yaitu dengan cara sebagai berikut
:
a. Penetapan Tarif
b. Kuota
c. Subsidi
d. Larangan Impor
e. Dumping
f. Larangan ekspor
2. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan pada perusahaan yang telah
beroperasi secara internasional sehingga telah berhubungan dalam
perdagangan internasional didalam melakukan kegiatan perdagangan
harus memperhatika strategi yang dilakukannya. Agar dapat memperoleh
keuntungan yang besar dan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.
Dan untuk pemerintah harus terus memperhatikan proteksi-proteksi
terhadap produk dalam negeri dari produk-produk impor yang masuk ke
dalam Negara. Sehingga pemerintah dapat menjalankan perannya sebagai
regulator yang baik dan tegas terhadap bentuk-bentuk proteksi yang
telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ahsjar, Djauhari.H. & Amirullah. 2002. Teori dan Praktek Ekspor-Impor.
Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kusumaningrum, Diana Dewi. 2009.Strategi Pemasaran Ekspor Dalam Memasuki
Pasar Internasional. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Todaro, M.P. & Smith, S. C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan.
Jilid 2. Alih Bahasa: Andri Yelvi. Jakarta: Erlangga.
PPEI, BPEN & DEPPERINDAG. 2008. Kumpulan Makalah Strategi Pemasaran Ekspor
Widjajanta, B., A. Widyaningsih, dan H. Tanuatmojo. 2009. Mengasah
Kemampuan Ekonomi 2 : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah
Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta. p. 146.