BAB II DASAR TEORI
2.1. Batuan
Batuan, Batuan, merupakan merupakan agregasi (kumpulan (kumpulan)) dari berbagai macam mineral ataupu ataupun n mineral mineral sejeni sejenis. s. Andes Andesit it (serin (sering g disebu disebutt batu batu candi) candi) tersus tersusun un oleh oleh mineral-mineral plagioklas, piroksin, hornblende dan sedikit kuarsa. Sedangkan marmer marmer termasu termasuk k batuan batuan metamo metamorf rf yang yang oleh oleh mineral mineral kalsit kalsit yang yang mengal mengalami ami perubahan (Ansori (Ansori,, 2008). Berdasarkan proses pembentukannya batuan dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan: 1. Batuan beku (igneous rocks)
Igneous Rocks atau sering disebut Batuan Beku terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. 2. Batuan sedimen (sedimentary rocks) disebut Batuan Sediment. Sediment. Batuan sedimen Sedimentary rocks atau sering disebut terbentuk terbentuk secara alamiah alamiah di permukaan Bumi dari fragmen-fragmen fragmen-fragmen batuan yang kembali kembali memadat memadat dan mengeras menjadi batuan. Contohnya Contohnya adalah batu pasir, batu gamping dan batu lempung. 3. Batuan malihan (metamorphic rocks)
Metamorphic Metamorphic Rock atau Batuan Malihan terbentuk terbentuk dari batuan-batu batuan-batuan an
sebelumnya yang mengalami perubahan mineral dan struktur akibat pengaruh tekana tekanan n dan temper temperatu atur. r. Pemben Pembentuk tukan an batuan batuan metamo metamorf rf berlan berlangsu gsung ng dalam dalam keadan keadan padat padat (tanpa (tanpa memben membentuk tuk larutan larutan batuan batuan). ). Contoh Contohnya nya adalah adalah marmer marmer (marble ), sekis ( schist ), ), serpentinit, eklogit dan filit. (Ansori (Ansori,, 2008). Andesit mampunyai kenampakan fisik berwarna abu-abu sampai hitam, trakit berwana abu-abu, abu-abu, kompak, kompak, porfiritik porfiritik sedangkan sedangkan basalt mempunyai mempunyai sifat fisik, berwarna abu-abu tua, struktur kompak, tekstur afanitik (Takdir, 2007). Adapun siklus batuan dapat ditunjukkan paga gambar 2.1 sebagai berikut:
0100090000037800000002001c00000000000400000003010800050000000b0200 000000050000000c02c305b40 000000050000000c02c305b408040000002e01 8040000002e0118001c000000fb0 18001c000000fb021000070000 2100007000000 00 0000bc020000000001020222 0000bc02000000000102022253797374656 53797374656d0005b408000 d0005b40800003ad80000fc5b11 03ad80000fc5b110004 0004 ee833990b3ea0d0c0200000400000 ee833990b3ea0d0c020000040000002d01000004 02d01000004000000020101 000000020101001c000000fb02 001c000000fb029 9 cff000000000000900100000000 cff000000000000900100000000044000125469 0440001254696d6573204e657 6d6573204e657720526f6d616e0 720526f6d616e00 0 00000000000000000000000000000000040000002d010100050000000902000000 020d000000320a5900ffff010004000 020d000000320a5900ffff0100040000000000b108c3 0000000b108c30520692d0004 0520692d00040000002d010 0000002d010 000030000000000
Gambar.2.1. Siklus Siklus batuan (Bowles, 1989) Batuan candi yang selama ini telah terekskavasi mempunyai karakteristik yaitu jenis batuannya adalah andesit. Nilai suseptibilitas magnetik adalah 0.0135 emu yang terdapat pada candi Plaosan Lor (Arafah, 2006). Nilai resistivitasnya adalah 102 – 10 4 Ohm m. Selama ini sebagian besar batuan yang digunakan untuk membuat bangunan candi adalah ada tiga tipe, yaitu batu hitam (batuan beku), batu batuan an puti putih h (kap (kapur ur)) dan dan batu batu merah merah (bat (batu u bata bata). ). Batu Batuan an beku beku yang yang serin sering g ditemukan pada bangunan candi adalah andesit seperti pada situs candi Plaosan Lor (Arafah, 2006). Untuk batuan kapur ditemukan pada situs candi kalasan dan untuk batu bata ditemukan di daerah Jawa Timur.
2.2. Kemagnetan batuan
Sifat magnetik pada mineral alamiah dikaji secara mendalam dalam bidang paleomagnetisme atau kemagnetan purba. Stabil tidaknya magnetisasi pada suatu batuan sangat tergantung tergantung pada jenis mineral mineral dan ukurannya. Sifat magnetik pada batuan ini juga berperan dalam metode geomagnetik untuk eksplorasi. Ditinjau dari sifat magnetiknya, mineral umumnya dikelompokan menjadi diamagnetik, paramagnetik paramagnetik dan feromagne feromagnetik tik (termasuk (termasuk ferimagn ferimagnetik etik dan
antiferomagn antiferomagnetik). etik).
Namun istilah mineral magnetik biasanya digunakan bagi mineral yang tergolong feromag feromagneti netik k dalam dalam batuan batuan dan tanah tanah ( soils keluarga ga besi-t besi-tita itaniu nium m oksid oksida, a, soils ), keluar sulfida-besi, dan hidrooksida besi (Bijaksana, 2002). Contoh mineral-mineral magnetik yang termasuk keluarga besi-titanium oksida oksida antara antara lain lain magnetite (Fe3O4 ) atau atau kara karatt (α Fe2O3) dan maghemite (γ Fe2O3). Mineral-mineral magnetik dari keluarga sulfida-besi antara lain pyrite (FeS2) dan pyrrhotite (Fe7S8), (Fe7S8), sementara sementara yang tergolong hidroksida hidroksida besi antara lain goethite (α FeOOH). Dahulu, hanya mineral magnetite dan maghemite yang dikaji secara luas, khususnya dalam bidang paleomagnetisme, karena keduanya pembawa magnetisasi yang stabil. Namun demikian, akhir-akhir ini kajian yang mendal mendalam am juga juga dilaku dilakukan kan pada pada minera mineral-mi l-miner neral al magnet magnetik ik karena karena inform informasi asi tentang fasa dan kelimpahannya ( abundance) dapat digunakan sebagai indikator masalah-masalah lingkungan (Bijaksana, 2002). Dari segi kuantitas, kelimpahan mineral magnetik pada batuan dan tanah sangat sangat kecil. kecil. Umumny Umumnya, a, kuanti kuantitas tas mineral mineral magnet magnetik ik hanya hanya sekitar sekitar 0,1% 0,1% dari dari massa total batuan atau tanah. Namun demikian, sifat magnetik batuan terkadang cukup rumit karena batuan atau tanah dapat mempuyai beberapa jenis mineral magnet magnetik ik secara secara sekali sekaligus gus.. Kerumit Kerumitan an juga juga bertam bertambah bah karena karena sifat sifat dari dari suatu suatu minera minerall magnet magnetik ik juga juga dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh bentuk bentuk dan ukuran ukuran dari dari bulir-b bulir-buli ulir r ( grains grains) mineral tersebut, aspek bentuk dan ukuran bulir disebut dengan istilah granulomet granulometri. ri. Misalnya, Misalnya, bentuk bentuk mineral mineral magnetik magnetik akan berpengaruh berpengaruh terhadap medan demagnetisasi pada mineral tersebut. Singkat kata, bulir berbentuk lonjong akan mempunyai sifat- sifat yang berbeda dengan bulir berbentuk bola. Di lain pihak pihak,, bentuk bentuk minera minerall magnet magnetik ik sangat sangat dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh proses proses genesa genesa dari dari
5
mineral tersebut (Bijaksana, 2002). Ukuran bulir mejadi penting karena berkaitan dengan apa yang disebut domain magnetik. Bulir magnetik yang kecil akan cenderung untuk memiliki satu domain dan karenanya disebut bulir berdomain tunggal atau single domain (SD). Bulir yang lebih besar, sebaliknya, akan mempunyai domain yang banyak dan karenanya disebut bulir berdomain jamak atau multi domain (MD). Bulir-bulir SD mempunyai sifat magnetik yang sangat berbeda dengan bulir-bulir MD. Stabilitas magnetisasi pada bulir-bulir SD, misalnya, jauh lebih baik dibanding hal yang sama pada bulir- bulir MD. Selain bulir- bulir SD dan MD, ada juga bulir-bulir yang berukuran transisi. Mereka mempunyai 2- 3 domain saja, tetapi kelakuannya lebih mirip SD dibanding MD. Bulir-bulir ini disebut sebagai bulir berdomain tunggal semu atau pseudo- single domain ( PSD) (Bijaksana, 2002). Melalui Melalui serangkaian serangkaian metode magnetik dan non magnetik, magnetik, mineralogi mineralogi dan granulometri dari mineral magnetik batuan dapat dianalisis dan dikaitkan dengan masalah masalah lingkungan lingkungan maupun arkeologi arkeologi yang ingin dipecahkan. dipecahkan. Metode-metod Metode-metodee magnetik magnetik tersebut tersebut antara lain pengukuran pengukuran suseptibilitas suseptibilitas magnetik, magnetik, pengukuran pengukuran kurva histerisis, histerisis, pengukuran pengukuran magnetisasi magnetisasi,, pengukuran pengukuran temperatur temperatur Curie serta pengukuran anisotropi magnetik (Bijaksana, 2002).
Tabel 2.1. Sifat magnetik dari sejumlah batuan dan mineral magnetik (Hunt dkk., dkk., 1995)
Batuan/ Mineral
Massa Jenis (10 3 kg m-3)
Suseptibilitas Magnetik Tc (0C) Volume (k) (10-6 SI)
Massa ( χ ) (10-8m3kg-1)
Batuan beku
Andesite
2,61
170.000
6.500
Basalt
2,99
250-180.000
8,4-6.100
Diorite
2,85
630-130.000
22-4.400
Gabbro
3.03
24-30.000
Granite
2,64
1.00090.000 0-50.000
Batuan Beku Asam (rata-rata) Batuan Beku Basa ( rata-rata) Batuan Sedimen
2,61
38-82.000
1,4-3.100
2,79
550-120.000
20-4.400
Lempung
1,70
170-250
Batu Bara
1,35
25
1,9
Gamping
2,11
2-25.000
0,1-1.200
Batu Pasir
2,24
0-20.900
0-931
Batu Sedimen (ratarata) Batuan Malihan
2,19
0-50.000
0-2.000
Amphibolite
2,96
750
25
Gneiss
2,80
0-25.000
0-900
0-1.900
Quartzite
2,60
4.400
170
Schist
2,6
26-3.600
1-110
Slate
2,79
0-35.000
0-1.00
Batuan Malihan (rata-rata) Mineral Magnetik
2,76
0-73.000
0-2.600
Magnetite (Fe3O4;
5.18
1.000.000-
20.000-
575-
5
Ferimagnetik)
Hematite (Fe2O3;canted antiferomagnetik) Maghematite (Fe2O3 ; ferimagnetik) Ilmenite (FeTiO3; antiferomagnetik) Pyrite (FeS2)
5.700.000
140.000
5.26
500-40.000
10-760
675
4.90
2.000.0002.500.000 2.0003.800.00035-5.000
40.00050.000 45-80.000
-600
3.200.000
69.000
320
1.10012.000
26.280
-120
4.72 5.02
4.62 Pyrrhotite (Fe7S8; ferimagnetik) 4.27 Goethite (FeOOH; antiferomagnetik) Mineral non- magnetik
585
-233
1-100
Kuarasa(SiO2)
2.65
-(13-17)
-(0.5-0.6)
Kalsit(CaCO3)
2.83
-(7.5-39)
-(0.3-1.4)
Halite (NaCl)
2.17
-(10-16)
-(0.48-0.75)
Galena(PbS)
7.50
-33
-0.44
Dalam bidang arkeologi kemagnetan batuan memberi peran penting untuk menentukan jenis batuannya. Dewasa ini telah banyak dilakukan eksplorasi situs arkeologi dengan metode magnetik terutama situs candi. Dengan menggunakan metode metode magnetik ini dapat mengetahui mengetahui adanya adanya anomali medan medan magnetik pada daerah yang dieksplorasi. Seperti yang dilakukan pada situs candi Plaosan Lor desa Bugisan, Prambanan Klaten menemukan anomali berupa pagar dan dinding parit. parit. Dari hasil penelitian ini jenis batuan dari situs candi Plaosan Plaosan Lor adalah Andesit Andesit (Arafah , 2006). 2006). Menurut Menurut Arafah penelitian penelitian juga dilakukan dilakukan oleh Brainer Brainer dan Coe (1972) di situs olmec san Lorenzo, Veracruz, Mexico. Anomali yang dipero diperoleh leh yaitu yaitu sebuah sebuah altar altar yang yang berben berbentuk tuk perseg persegii panjan panjang g dengan dengan medan medan magnet yang besar dan tugu dengan Medan magnet kecil yang diduga sebagai tempat upacara bangsa olmec 1200-400 SM. Suseptibilitas magnetik juga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi batuan, masih utuh atau sudah mengalami kerusakan. Kerusakan batuan yang
sering terjadi adalah berupa retak dan pelapukan yang menyebabkan kemagnetan kemagnetan batuan berkurang. Sifat kemagnetan batuan dapat berkurang ini ditunjukkan pada candi Siwa Prambanan yaitu pengukuran pada puncak stupa pada gapura yang meng mengha hada dap p ke Barat Barat yang yang sala salah h satu satuny nyaa reta retak. k. Pada Pada stup stupaa yang yang retak retak nila nilaii suseptibilitasnya 2591 x10 -5 SI dan stupa yang utuh sebesar 3178 x10 -5 SI. Stupa yang retak nilai suseptibilitasnya lebih rendah dari stupa yang utuh, kemungkinan dise diseba babk bkan an masu masukn knya ya air pada pada celah celah reta retaka kan n sehi sehing ngga ga meny menyeb ebab abka kan n nila nilaii kemagn kemagnetan etannya nya berkur berkurang ang.. Apabil Apabilaa terjadi terjadi terus terus meneru meneruss akan akan menyeb menyebabk abkan an ankor ankor besi besi pengai pengaitny tnyaa berkar berkarat at dan batu-b batu-batu atunya nya akan akan mudah mudah lepas. lepas. Hal ini membuktikan pada batuan yang retak nilai suseptibilitasnya rendah (Sudarmaji dan Siswanto, 2005).
2.3. Suseptibilitas Magnetik
Atom-atom memiliki momen dipol magnetik akibat gerak elektronnya. Di samping itu setiap elektron memiliki suatu momen dipol magnetik intrinsik yang dikaitkan dengan putarannya. Momen magnetik total suatu atom bergantung pada susunan elektron di dalam atomnya atomnya (Tipler, 2001). Elektron Elektron yang bergerak mengelilingi mengelilingi inti akan menimbulk menimbulkan an adanya adanya arus listrik I (A) yang besarnya adalah sebagai berikut:
I =
dq dt
(2.1)
I = e
ω 2π
(2.2)
ω dengan e adalah muatan elektron dan 2π adalah frekuensi sudut dari gerak elektron mengelilingi inti atom.
µ yang ditimbulkan oleh elektron tersebut adalah: Momen magnetik µ
µ = IA
(2.3)
Dengan A adalah adalah luasan luasan yang yang disapu disapu oleh oleh elektr elektron on ketika ketika mengel mengelili ilingi ngi inti, inti, sehingga persamaan tersebut menjadi
µ =
er 2ω 2
(2.4)
Apabil Apabilaa suatu suatu bahan bahan ditemp ditempatk atkan an dalam dalam medan medan magnet magnetik ik kuat, kuat, seperti seperti medan medan magnet magnetik ik solen solenoid oida, a, medan medan magnet magnetik ik soleno solenoida ida terseb tersebut ut cender cenderung ung menyearahkan momen dipol magnetik ( permanen atau induksi) di dalam bahan itu, itu, dan bahann bahannya ya disebu disebutt dimagn dimagnetk etkan. an. Bahan Bahan yang yang dimagn dimagnetk etkan an diurai diuraikan kan dengan pemagnetan M, yang didefinisikan sebagai momen dipol magnetik m per volume satuan bahan:
M =
dm dV
(2.5)
Suatu solenoida panjang dengan n lilitan per panjang satuan, menyalurkan arus I. Medan magnetik akibat arus dalam solenoida tersebut disebut sebagai medan yang dikerahkan, Bapp.. Bahan berbentuk silinder kemudian ditempatkan di dalam solenoida. Medan yang dikerahkan solenoida ini akan memagnetkan bahan tersebut sehingga bahan tersebut memiliki magnetisasi M . Medan magnet resultan solenoida dan di tempat yang jauh dari ujung-uju ujung-ujungny ngnyaa B di suatu titik di dalam solenoida akibat arus dalam solenoida ditambah bahan yang dimagnetkan ini ialah
B = Bapp + µ 0 M
(2.6)
B
= µ 0 H + µ 0 M
(2.7)
Untuk bahan paramagnetik dan feromagnetik, M mempunyai arah yang yang sama dengan Bapp. Untuk bahan paramagnetik dan feromagnetik pemagnetan adala adalah h berb berban andi ding ng luru luruss deng dengan an meda medan n magn magnet etik ik yang yang dike dikerah rahka kan n untu untuk k meng mengha hasi silk lkan an peny penyear earah ahan an dipo dipoll magn magneti etik k dalam dalam baha bahan n ters terseb ebut ut.. Deng Dengan an demikian dapat ditulis
Bapp M = χ m µ 0
(2.8)
Dengan
χ m
merupakan bilangan tanpa dimensi yang disebut suseptibilitas
magnetik. Persamaan 2.6 dengan demikian dapat dituliskan
B = Bapp + µ 0 M = Bapp (1 + χ m )
(2.9)
(Tipler, 2001). Suseptibili Suseptibilitas tas magnetik magnetik adalah ukuran dasar bagaimana sifat kemagnetan kemagnetan suatu bahan yang merupakan sifat magnet bahan yang ditunjukkan dengan adanya respon terhadap induksi medan magnet yang merupakan rasio antara magnetisasi dengan intensitas medan magnet. Dengan mengetahui nilai suseptibilitas magnetik suatu bahan, maka dapat diketahui sifat-sifat magnetik lain dari bahan tersebut.
M = κ H Kuantitas
(2.10)
κ
adalah suseptibilitas suseptibilitas magnetik magnetik volume. volume. Karena M dan H
memi memilik likii satu satuan an yang yang sama sama (Am (Am-1), maka maka
κ
tidak tidak mempun mempunyai yai dimens dimensi. i.
Suseptibilitas magnetik sebagian besar material tergantung pada temperatur, tetapi beberapa beberapa material material (feromagneti (feromagnetik k dan ferrite ) tergantung pada H . Secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
B = µ 0 ( H + M ) = µ 0 H (1 + κ ) = µ 0 µ H
(2.11)
Kuatitas µ = (1 + κ ) adalah permeabilitas magnetik dari material, tidak memiliki dimensi, µ 0 adalah permeabilitas ruang hampa (4π x10-7). Logam feromagnetik memilik memilikii permea permeabil bilita itass magnet magnetik ik sangat sangat tinggi tinggi,, mineral mineral dan batuan batuan memilik memilikii suseptibiltas kecil dan permeabilitas magnetik magnetik µ ≈ 1 .
Untuk Untuk bahan bahan parama paramagne gnetik tik,,
χ m
ber berup upaa bila bilang ngan an posi positi tiff keci kecill yang yang
bergantun bergantung g pada temperatur. temperatur. Untuk bahan diamagnetik, diamagnetik,
χ m
berupa berupa konstanta konstanta
negatif kecil yang tidak bergantung pada temperatur. Persamaan (2.8) dan (2.9) tidak terlalu berguna untuk bahan feromagnetik karena
χ m
bergantung pada Bapp
dan pada keadaan pemagnetan pemagnetan bahan itu sebelumnya sebelumnya (Tipler, 2001).
Di dalam sistem cgs dan SI konstanta χ tidak berdimensi tetapi berbeda nilainya sebesar 4 π . Suseptibilitas dalam cgs adalah 4 π kalinya dari suseptibilitas dalam SI. Dalam sistem cgs.
B = H + 4π M
= H + 4π H χ
= (1 + 4π
χ ) H
B
= µ H
µ = 1 + 4π Dalam SI
(2.12)
B
= µ 0 ( H + M )
= µ 0 ( H + χ H )
= µ 0 (1 + χ ) H
B
= µ H
µ = µ 0 (1 + χ )
(2.13)
(Telford dkk., 1976) Dari Dari sini sinila lah h lant lantas as baha bahan n yang yang ada ada di alam alam dapa dapatt dikl diklas asif ifik ikas asik ikan an berdasarkan tinggi-rendahnya nilai suseptibilitas magnetik dari bahan tersebut.
2.4. Kemagnetan Bahan
Berdasarkan perilaku molekulnya di dalam Medan magnetik luar, bahan terdir terdirii atas atas tiga tiga katego kategori, ri, yaitu yaitu parama paramagne gnetik tik,, feromag feromagnte nteik ik dan diamag diamagnet netik. ik. Sebagian Sebagian besar mineral mineral di alam bersifat diamagnetik diamagnetik atau paramagnetik. paramagnetik. Namun, ada bebera beberapa pa minera minerall yang yang bersif bersifat at feromag feromagneti netik. k. Minera Mineral-mi l-miner neral al ini yang yang umumnya tergolong dalam oksida besi- titanium, sulfide besi dan hidrooksida besi yang disebut sebagai mineral magnetik. Dari segi kuantitas keberadaan mineralminera minerall ini sangat sangat kecil. kecil. Meskip Meskipun un demiki demikian, an, keberad keberadaan aan mineral mineral-- mineral mineral ters terseb ebut ut pada pada tana tanah h atau atau batu batuan an,, fasa fasany nya, a, ukur ukuran an dan dan bent bentuk uk buli bulirn rnya ya erat erat kaitannya dengan ganesa serta perubahan lingkungan yang dialami oleh tanah atau batuan tersebut.
2.4. 2.4.1. 1. Fero Feroma magn gnet etik ik
Feroma Feromagne gnetik tik magnetik
χ m
merupa merupakan kan bahan bahan yang yang memili memiliki ki nilai nilai suseptib suseptibili ilitas tas
positif, yang sangat tinggi. Dalam bahan ini sejumlah kecil medan
magnetik magnetik luar dapat menyebabka menyebabkan n derajat derajat penyearahan penyearahan yang tinggi pada momen dipol dipol magnetik magnetik atomnya. Dalam beberapa beberapa kasus, kasus, penyearahan penyearahan ini dapat bertahan sekalipun Medan pemagnetannnya telah hilang. Ini terjadi karena momen dipol magnetik atom dari bahan- bahan feromagnetik ini mengerahkan gaya- gaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit momen ini disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi. Daerah ruang tempat momen dipol magnetik disearahkan ini disebut daerah magnetik. Dalam daerah daerah ini, ini, semua semua momen momen magnet magnetik ik diseara disearahka hkan, n, tetapi tetapi arah penyea penyearah rahann annya ya beragam dari daerah ke daerah sehingga momen magnetik total dari kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah nol dalam keadaan normal (Tipler, 2001). Pada temperatur tertentu bahan feromagnetik akan berubah menjadi bahan param paramagn agnetik etik,, temper temperatu aturr transis transisii ini dinama dinamakan kan temper temperatu atur r curie. Diatas temperatur curie orientasi momen magnetik akan menjadi acak, dan suseptibilitas magnetiknya diberikan oleh persamaan:
χ =
C T − T f
(2.14)
Dimana C adalah tetapan Curie dan T f adalah temperatur Curie. Persamaan 2.14 merupakan hukum Curie- Weiss , besar tetapan Curie adalah
C =
T f
λ
(2.15)
µ 0 N ( g µ B ) 2 C = k B
(2.16)
Dimana λ adalah konstanta Weiss yang besarnya
λ = −
k BT f
µ 0 N ( g µ B )
2
(2.17)
0100090000037800000002001c00000000000400000003010800050000000b0200 000000050000000c02c305b40 000000050000000c02c305b408040000002e01 8040000002e0118001c000000fb0 18001c000000fb021000070000 2100007000000 00 0000bc020000000001020222 0000bc02000000000102022253797374656 53797374656d0005b408000 d0005b40800003ad80000fc5b11 03ad80000fc5b110004 0004 ee833990b3ea0d0c0200000400000 ee833990b3ea0d0c020000040000002d01000004 02d01000004000000020101 000000020101001c000000fb02 001c000000fb029 9 cff000000000000900100000000 cff000000000000900100000000044000125469 0440001254696d6573204e657 6d6573204e657720526f6d616e0 720526f6d616e00 0 00000000000000000000000000000000040000002d010100050000000902000000 020d000000320a5900ffff010004000 020d000000320a5900ffff0100040000000000b108c3 0000000b108c30520692d0004 0520692d00040000002d010 0000002d010 000030000000000 Gambar 2.2.Grafik hubungan antara magnetik χ terhadap temperatur T pada bahan feromagnetik (Kittel, 1996) 2.4. 2.4.2. 2. Feri Ferima magn gnet etik ik
Pada bahan yang bersifat, dipole yang berdekatan memiliki arah yang berlawanan tetapi momen magnetiknya tidak sama besar. Bahan ferrimagnetik memiliki nilai suseptibilitas tinggi tetapi lebih rendah dari bahan feromagnetik, beberapa contoh dari bahan ferimagnetik adalah ferriete dan magnetite . Dalam aplikasi modern ferriete lebih berguna dibanding semua jenis bahan magnetik, karena selain dari sifat magnetiknya, bahan ini juga merupakan isolator yang baik (Omar, 1993).
2.4. 2.4.3. 3. Anti Antife fero roma magn gnet etik ik
Jika
jumlah jumlah momen magnetik magnetik dari sub-doma sub-domain in paralel dan antiparale antiparalell
mengga mengganti nti satu satu sama sama lain lain pada pada materia materiall yang yang seharu seharusny snyaa feroma feromagne gnetik tik,, nilai nilai susept suseptibi ibilita litasny snyaa sangat sangat kecil, kecil, mendek mendekati ati subtan subtansi si parama paramagne gnetik tik.. Materia Materiall ini disebut antiferomagnetik dan contohnya hematite (Telford dkk.,1976 ).
2.4. 2.4.4. 4. Diam Diamag agne neti tik k
Bahan diamagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas negatif negatif dan sangat kecil. Sifat diamagneti diamagnetik k ditemukan ditemukan oleh Faraday Faraday pada tahun 1846 1846 keti ketika ka seke sekepi ping ng bism bismut uth h dito ditola lak k oleh oleh kedu keduaa kutu kutub b magn magnet et,, hal hal ini ini