KECERDASAN MAGNETIK MAGNETIC INTELLIGENCE
O LE LE H :
LILIK HENDRAJAYA
Diterbitkan oleh:
Kedeputian Perkembangan Riset Imu Pengetahuan Penge tahuan dan Teknologi Jakarta, April 2005
ATA
NGANTAR
Pembaca yang terhormat, Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan tentang “Magnetisasi“ tubuh manusia dalam latihan pernafasan dan kemanfaatannya, adalah suatu untaian upaya penulis dalam menjelaskan berbagai fenomena yang berkaitan dengan “tenaga dalam“ ataupun hal-hal lain yang sifatnya “aneh“ atau “misteri“. Sebagai seseorang yang mempelajari fisika, berbagai hal tersebut karena fenomenanya ada di alam ini, maka harus memenuhi hukum - hukum fisika yang ada. Untuk merasakan fenomena tersebut, penulis mengikuti latihan pernafasan dan berbagai fenomena dan terasakan atau teralami. Maka mulailah “teori“ disusun dan pembuktian secara “empirik“ dalam arti kesaksian orang lain dan orang lain dapat melakukannya. Untuk sementara, itu adalah sebagai rujukan kebenaran teori tersebut. Pada pengkuran secara konvensional, peralatan haruslah suatu rancangan benda mati yang disusun dalam sistem tertentu agar memenuhi hukum fisika yang berlaku, tampaknya belum dapat dilakukan, karena diperlukan keakuratan yang tinggi dan untuk itu diperlukan biaya yang mahal. Walaupun demikian upaya untuk itu selalu dilakukan. Seiring dengan pembuktian teori, kemanfaatan fenomena yang terjelaskan terus dilakukan. Sampai saat ini, beberapa teori yang dirujuk adalah : i
a. Magnetisasi tubuh manusia terjadi karena kita menahan nafas dan bernafas halus yang dapat mempolarisasikan magnetik darah merah (hemoglobin). b. Olah raga menahan nafas adalah dalam upaya memantapkan proses magnetisasi dan meningkatkan intensitas energi (tenaga) nya c. Bahwa magnetisasi tubuh manusia dapat membentuk sistem syaraf magnetik yang terpadu dengan sistem syaraf biasa, sinerginya membentuk sistem kecerdasan magnetik dan menguatkan sistem kecerdasan yang ada. Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa rekan dari Departemen Biologi FMIPA Institut Teknologi Bandung, Dra. Sri Utami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung dan rekanrekan dari Kedeputian Bidang Perkembangan Riset Iptek, Kementerian Riset dan Teknologi Selamat Membaca.
Jakarta, April 2005
Penulis, Lilik Hendrajaya
ii
KECERDASAN MAGNETIK (MAGNETIC INTELLIGENCE) KATA PENGANTAR 1.
PENDAHULUAN
2. 2.1 2.2 2.3 2.4
SIFAT MAGNETIK TUBUH MANUSIA Penyebab Dasar Imbas Magnetik Medan Bio magnetik dalam Tubuh Manusia Tenaga Magnetik
3. 3.1 3.2 3.3
FENOMENA TUBUH SEBAGAI INSTRUMEN Kekuatan Kehendak (Power of Mind) Menerima dan memancar “Benda Magnetik “
4. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
KECERDASAN MAGNETIK Penginderaan Biomagnetik Membangun Kecerdasan Magnaetik Aspek Spiritual Kecerdasan Magnetik Sistem Syaraf dari Kecerdasan Magnetik
5.
PENGALAMAN KHUSUS
6.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A. Dasar-dasar Umum Teori Kemagnetan
iii
1. PENDAHULUAN
A
pa itu “Kecerdasan Magnetik “ ? Untuk menjawab pertanyan ini perlu kita melihat makna “kecerdasan“ dan “magnetik “.
Kecerdasan dalam hal ini bagi manusia, adalah pola pikir dan pola tindak yang berdasarkan alur urutan logis yang sesuai bagi dirinya, tentang sesuatu yang harus dia tanggapi. Seseorang dikatakan cerdas jika dari informasi masuk yang ia peroleh dengan tanggapan tadi cukup cepat dan benar bagi kepentingannya atau benar secara pengertian umum. “Magnetik“ adalah kata sifat dari magnet, sifat inilah yang menjadi hal yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adalah sifat magnetik pada manusia? Jadi “kecerdasan magnetik” adalah suatu kecerdasan manusia dimana ia dapat mengolah dan menanggapi informasi magnetik dan atau ia mempunyai sistem magnetik yang dapat berproses dalam dirinya. Telah dijelaskan bahwa kecerdasan terukur melalui bagaimana kecepatan informasi diproses dan menghasilkan jawab yang tepat. Melalui saluran mana informasi masuk kedalam diri manusia?. Informasi masuk kedalam diri manusia melalui indera (sensor) yang ada pada dirinya. Ilmu biologi dan kedokteran mengindentifikasi secara baku terdapat lima indera (panca indera) yaitu indera-indera : penglihatan (pada mata) pendengaran (pada gendang suara telinga) 1
penciuman (pada hidung untuk membeda-beda-
kan bau-bauan) perasa (pada lidah untuk merasakan makanan dan minuman) peraba (pada kulit untuk merasakan sifat mekanik benda) Kelima indera tersebut secara fisika menanggapi sinyal (isyarat) yang masuk kedalam manusia melalui besarbesaran (entitas) fisika yang dapat langsung atau tak langsung melalui sistem fisika yang dipunyai manusia. Indera penglihatan menerima sinyal cahaya (gelombang) elektromagnetik visual melalui sistem optik yang ada didalam mata : lensa yang akomodatif dan bintik kuning tempat terjadinya bayangan yang kemudian ditafsirkan oleh otak, sehingga benda sebagai informasi dalam cahaya tersebut dapat dilihat. Indera pendengaran menerima sinyal akustik (getaran suara yang melalui udara kemudian menggetarkan membran (gendang telinga). Getaran tersebut ditafsirkan oleh otak sehinga kita mendengar suara dan informasi didalam suara itu. Indera penciuman menerima udara yang masuk kehidung dan otak menafsirkan bau-bauan yang ada diudara itu. Indera perasa menerima sinyal dari cairan yang masuk kemulut, sensor dilidah “mengukur“ dan otak menafsirkan rasa zat (kimia) tersebut. Indera peraba pada kulit menerima sinyal mekanik dalam bentuk sifat kasar-halus. Runcing-tumpul, panasdingin, basah-kering termasuk sengatan listrik, api, dan sebagainya. Pertumbuhan kepekaan indera bergantung pada kondisi lingkungan hidupnya. Masyarakat pantai akan peka dengan suara, dan debur ombak. Kondisi lingkungan 2
hidup akan “melatih paksa“ manusia untuk mempunyai indera-indera yang lain, baik merupakan pengembangan yang tadi atau diluar tersebut: indera keenam, ketujuh dan seterusnya. Telah dijelaskan bahwa kecerdasan manusia tadi adalah kecepatan tanggapan, terhadap informasi yang masuk, maka para ahli kedokteran dan psikologi mencoba memilah kecerdasan yang dimaksud dalam berbagai jenis antara lain : kecerdasan rasional (membandingkan dan kelogisan) kecerdasan emosional (mengembangkan rasa psikis) kecerdasan berbahasa (memilih ungkapan verbal dan mempelajari bahasa) kecerdasan estetika (seni) kecerdasan olah raga (aksi motorik) kecerdasan berpolitik Seluruh kecerdasan itu ada dan dapat dikembangkan oleh manusia, meskipun masing-masing mempunyai kapasitas atau keterbatasan dalam mencapainya. Untuk menuju ke fenomena kecerdasan magnetik manusia, berikut akan diuraikan penjelasan munculnya sifat magnetik dan mekanismenya terhadap pertumbuhan kecerdasan manusia. •
•
•
•
•
•
3
2. SIFAT MAGNETIK TUBUH MANUSIA 2.1. PENYEBAB DASAR ubuh manusia berbentuk dari molekul-molekul protein yang mengandung unsur-unsur antara lain C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), Cl (chlor), N (Nitrogen), I (yodium), P (Fosfor) dan mengandung unsur logam seperti Fe (besi) Sifat magnet unsur material (atom) terletak pada searahnya spin (rotasi) elektron (muatan negatif) dikulit atom atau proton (muatan positif) di inti atom. Sifat material, magnet dasar terletak pada sifat magnetik inti dari unsur-unsur pembentuk tubuh manusia, hidrogen, molekul H 20 dan besi. MRI (Magnetik Resionance Imaging) adalah teknologi memetakan organ tubuh memanfaatkan sifat magnetik inti hidrogen dan inti unsur lainnya. Citra organ tesebut dihasilkan oleh pancaran sinar elektromagnetik dari magnet inti yang tereksitaksi akibat pengaktivan oleh alat, sehingga pancaran sinar inti ini dapat direkam di film foto atau secara digital. Sifat magnetik yang lebih statik yaitu terdapat pada ion Fe, karena sifat spin elektron dikulit atomnya searah. Sifat magnetik ini membesar jika atomnya menyusun diri sehingga elemen magnetnya searah (disebut terpolarisa-
4
si). Ditubuh manusia Fe, terdapat pada butir darah merah (hemoglobin). Data empirik menunjukkan bahwa hemoglobin merupakan rantai protein yang panjang dimana dari beberapa pasangan posisi di kedua ujung rantai terdapat penyambung (jembatan) dalam struktur datar “heme“ dimana ion Fe terikat (lihat Gambar 1). Melalui ion Fe ini darah merah dapat mengikat oksigen setelah melewati paru-paru. Dengan menyerap sari makanan dari alat-alat pencernaan makanan dan oksigen ini, darah merah mengganti sel-sel yang rusak dengan mengoksidasinya (membakarnya dengan oksigen) dan membentuk sel baru. Jika dalam darah, molekul-molekul hemoglobin berposisi acak maka kekuatan magnetik tubuh kecil, karena sifat vektor medan magnet yang dapat saling meniadakan. Manusia dapat mengarahkannya dengan melakukan latihan, yaitu dengan memfungsikan kekuatan pikiran dan mengatur nafas secara lambat.
5
6
Hipotesis : Jika kita manahan nafas maka jumlah oksigen didalam paru-paru tidak akan bertambah dan karena diambil oleh hemoglobin yang mengalir maka pada suatu waktu tertentu hemoglobin merasakan bahwa cadangan oksigen berkurang, sebagai reaksinya molekul akan membentuk antrian sedemikian sehingga aliran darah mempunyai energi yang terendah dalam mengambil dan melepas oksigen. Kondisi ini dapat dicapai dengan molekul-molekul hemoglobin itu terpolarisasi magnetik : magnetiknya searah, sebangun dan saling melekat erat, karena gaya magnet. Akibat molekul-molekul membentuk banjar (yang saling melekat), sedangkan antar banjar terdapat gaya magnetik tolakan dari berbagai arah sehingga seimbang antar banjar. Gaya tolakan ini mempertahankan darah masih tetap cair. Dalam posisi baris banjar yang teratur, maka terjadi manfaat berikut : 1. Molekul-molekul oksigen ketika diikat ion Fe akan dalam posisi yang sama simetris yang mudah dilepas untuk mengoksidasi sel-sel yang rusak. 2. Terdapat ruang sempit antar banjar hemoglobin berupa lorong terbuka, yang memungkinkan bakteri penyakit terjebak dan mudah dikenali, kemudian dapat dibunuh oleh darah putih dan dioksidasi oleh oksigen. 3. Sari makanan : protein (asam amino), glukosa dan lain-lain akan dibawa oleh molekul darah dalam posisi sama dan mudah dilepas ketika harus mangganti sel yang rusak. Dalam struktur ini darah menjadi komponen tubuh yang sehat karena dapat memfungsikan “bela dirinya“ 7
(selfdefense) secara baik, Jadi terpolarisasinya darah secara magnetik adalah dasar penjagaan kesehatan dari serangan mikroba penyakit didalam darah. Zat lain yang mempunyai sifat magnetik tetapi tidak sekuat Fe didalam hemoglobin adalah molekul air (H20). Posisi atom hidrogen dalam molekul air tidaklah simetris dan dalam posisi ini, dua elektron dikulit luar oksigen (oksigen mempunyai 6 elektron) mempunyai spin pararel dan ini menyebabkan air bersifat sedikit magnetik (paramagnetik). Molekul air mudah diarahkan menjadi terpolarisasi magnetik. (lihat Gambar 2). Selanjutnya masih terdapat zat-zat lain yang juga magnetik mengingat molekul air terikat secara molekuler dengan senyawa organik didalam tubuh manusia.
2.2. IMBAS MAGNETIK uatu benda magnet akan memancarkan suatu medan yang disebut medan magnetik. “Medan“ adalah suatu medium pengaruh yang 8
dipancarkan sumber dimana dalam medium pengaruh ini dapat dilakukan (ditransmisikan) dinamika (gerakan). Dengan tubuh bersifat magnetik maka tubuh akan dapat dipengaruhi atau mempengaruhi medan magnetik lainnya. Menurut hukum imbasan magnetik, dimana : Kutub magnet sejenis akan tolak-menolak, sedangkan yang berlawanan jenis tarik-menarik. Karena magnet selalu dalam bentuk dipol (dwikutub) maka interaksi kutub dua buah dipol dapat menghasilkan tarikan, tolakan atau satu memutar yang lain jika tidak segaris. Gerakan putar (rotasi) terjadi , karena satu kutub menerima tarikan dan tolakan dari dwikutub (lihat Gambar 3) Dengan pengaruh imbasan ini maka beberapa fenomena berikut dapat terangkan dengan imbasan magnetik. a. Dalam latihan beladiri tenaga dalam tampak bahwa orang dapat tertolak, atau terputar oleh orang lain yang tenaganya lebih besar, tanpa terjadi kontak tubuh. Alasan ilmiah fisika yang paling mungkin untuk menerangkan gerakan tersebut adalah jika keduanya berinteraksi secara magnetik. b. Seseorang merasa pusing mual, terasa ada getaran atau dingin jika berada dibawah bangunan kubah logam (kubah masjid atau gereja) atau kubah solenoid (yang mempunyai kerangka besi berbentuk spiral). Kubah berfungsi sebagai sangkar Faraday, sehingga tidak tertembus medan magnet bumi, sehingga tubuh merasakan rasa aneh. Solenoid menyerap garis gaya magnetik, sehingga dibawah solenoid seseorang merasakan pengaruh aneh. 9
(lihat Gambar 3). Kedua contoh diatas sering dijumpai dan ini mengindikasikan bahwa terjadi hubungan peka antara alat keseimbangan manusia dengan magnet diluar tubuh.
c. Pada umumnya imbasan ini terasa dengan melalui konsentrasi khusus, memang dapat dipahami bahwa kepekaan magnetik tidak pernah diajarkan atau dilatihkan dalam kehidupan kita Contoh : 1. Seseorang dengan mata ditutup dengan konsentrasi merasakan perbedaan “rasa“ sebuah benda logam (besi) atau bukan logam 2. Dengan konsentrasi seseorang dapat merasakan adanya rasa lain jika ada dibawah SUTET 10
(Saluran Udara Tegangan Ekstra tinggi) (lihat gambar 4). Jadi dapat dimengerti bahwa SUTET akan mengganggu hemoglobin darah dan secara kumulatif mempunyai dampak mengganggu kesehatan. Dari contoh-contoh diatas sebetulnya merasakan medan magnetIk merupakan ciri bahwa seseorang mempunyai “kecerdasan magnetik“
2.3. MEDAN BIOMAGNETIK TUBUH MANUSIA udah diketahui sejak lama bahwa aktivitas sel dan jaringan manusia menghasilkan medan biolistrik yang dapat dideteksi dipermukaan kulit sebagai potensial listrik spontan. Adanya arus listrik ini secara hukum fisika akan menimbulkan medan biomagnetik. 11
Gerhard Baule dan Richard McFee pada 1963 dari Departement of Electrical Engineering, Syracuse University, New York mendeteksi medan biomagnetik dari hati manusia dengan menggunakan dua kumparan yang mempunyai 2 juta putaran lilitan yang dihubungkan dengan amplifier yang sangat sensitive. Pada tahun 1970, David Cohen dari MIT dengan menggunakan magnetometer SQUID dapat mengukur medan biomagnetik dari hati manusia, kemudian di 1972 dengan menambah kepekaan magnetometer itu ia berhasil mengukur medan magnetik disekitar kepala yang dihasilkan oleh kegiatan otak. Selanjutnya pengamatan empirik menunjukan bahwa penyakit pada jaringan tubuh mengubah medan biomagnetik normal. Sebaliknya medan biomagnetik yang diberikan kepada jaringan organ dapat menghindarkan organ tersebut dari penyakit. Pengamatan dari 1980 sampai 1992 yang dilakukan di Amerika Serikat dan Jepang menunjukan bahwa dari tangan seorang penyembuh tenaga dalam (prana) terpancar medan biomagnetik dengan frekuensi dari 0,3 – 30 hz dengan rata-rata kegiatan disekitar 7-8 hz. Seorang ahli Q-Gong dapat memancarkan medan cukup besar yang dapat deteksi melalui dua kumparan dengan 80.000 putaran lilitan. Pengamatan berkembang ke pengamatan medan akustik (suara) dan medan panas, selanjutnya melalui temuan-temuan ini mendorong ilmu kedokteran mulai mempelajarinya. Banyak kemanfaatan dalam penyembuhan dengan medan biomagnetik ini baik yang dihasilkan oleh praktisi prana ataupun yang dihasilkan oleh peralatan magnetik.
12
Sedang berkembang hipotesis bahwa gelombang biomagnetik otak tidak hanya bekerja diotak saja tetapi memancar keseluruh tubuh melalui sistem syaraf tepi, ke sistem jaringan sel sekeliling syaraf. Gelombang biomanetik otak (otak kecil) terpancar dan tertangkap oleh “antene“ pada sistem syaraf untuk kemudian dilakukan tanggapan dari isi perintah otak tersebut. (Uraian perkembangan diatas dirangkuman oleh Jim & Nora Oscman, Nature’s Own Research Association in Dover, New Hampshire, USA). Dengan tambahan pengetahuan polarisasi magnetik dari hemoglobin, maka sebenarnyalah sistem peredaran darah dan syaraf manusia merupakan sistem gabungan yang saling mendukung dalam percepatan proses berfikir realisasi kekuatan kehendak, penyembuhan diri dan penyembuhan dengan tenaga prana biomagnetik. Jika darah (hemoglobin) menjadi dasar dari sifat magnetik tubuh dan ditunjang dengan molekul air didalam tubuh, maka media ini dapat menjalankan informasi yang sifatnya perubahan sifat medan magnet, dari satu tempat ketempat lain, maka pertanyaannya adalah Apakah ini akan membentuk system syaraf magnetik manusia? Secara fisiologis system syaraf manusia atau hewan bertulang belakang dapat meneruskan informasi motorik dari panca-indera ke system pusat syaraf, Central Nervous System (CNS) kemudian dipadukan, ditafsirkan, dirumuskan maknanya dan memerintahkan syaraf motorik untuk melakukan tanggapan. Sitem pembawa informasi disebut “neuron motorik “ yang secara fisik berupa pipa membran (meninge) yang disebut “axon“ (lihat Gambar 5) 13
Didalam axon terdapat konsentrasi ion negatif dan diluar terdapat ion positif, disini ion Na + dan K+ mengambil peranan dalam membentuk potensial dasar elektrokimia dan merespon informasi yang masuk sebagai perubahan potensial (potensial aksi/picuan). Adanya potensial aksi akan membuka saluran Na + untuk menyalurkan Na + ke dalam axon, secara bersamaan terjadi penyaluran ion K + keluar mengimbangi aliran Na +. Proses terbuka Na + kedalam dan penambahan K + keluar akan menjalarkan gerakan ini ke segmen axon didekatnya kearah kemana informasi harus berjalan. Proses ini seperti penjalaran gelombang elastik dimana terjadi proses penerusan dorongan atau tarikan. Demikianlah penjalaran informasi merupakan penjalaran pembukaan potensial elektrokimia dalam pipa membran yang merupakan penjalaran (gelombang) kepadatan ion. Dalam pengertian teori gelombang ini dapat diikatakan sebagai gelombang ionik. Merujuk proses tersebut maka untaian magnet elementer yang berupa molekul hemoglobin dapat berfungsi seperti ion dalam pipa membran tadi. Jika pada satu posisi molekul hemoglobin merasakan informasi magnetik (ada tambahan atau pengurangan medan) maka akan secara berantai menjalar kepusat syaraf (CNS) magnetik dan setelah itu akan mengirim tanggapannya ke organ lain untuk melakukan gerakan tanggapan (motorik). CNS magnetik juga terletak di otak, karena kedalam otak juga mengalir darah. Didalam otak informasi jenis manapun dapat dipadukan dan ditafsirkan.
14
15
Disistem syaraf biasa (sistem yang membran ionik) bisa juga menjalarkan informasi magnetik, karena perubahan medan magnetik akan memberikan gangguan pada gerakan ion. Diduga pengaliran kedalam Na + dan pengaliran keluar K + sepertinya menghasilkan medan magnetik melingkar didalam kulit (membran) pipa dan ini bersebab akibat dengan penjalaran kepadatan ion didalam pipa. Medan magnet akibat pengerakan polarisasi magnetik akan menghasilkan arus yang mendorong konduksi ion, terjadilah percepatan arus informasi. Dalam sistem penyaluran informasi magnetik, hemoglobin dalam pembuluh darah melakukan proses dukungan (back-up) pada pembuluh syaraf.
2.4. TENAGA MAGNETIK
A
pakah medan magnet dari tubuh manusia juga dapat membawa tenaga atau energi yang dihasilkan tubuh?. Tenaga didalam tubuh manusia berasal dari glukosa dan lemak. Otak mendapat energi dari glukosa dan oksigen yang dibawa dari darah. Jaringan lain dari glukosa dan lemak . Didalam sel tubuh terdapat organ yang berfungsi mengubah glukosa dan lemak menjadi energi yang disebut mitokondria (mitocondria). Didalam mitokondria terjadi proses dimana glukosa dan lemak berubah menjadi senyawa mengandung energi yang siap dialirkan kedalam otot-otot, syaraf dan pembuluh darah. Senyawa ini disebut Adenosine Triposphate (ATP). ATP terbentuk kemudian langsung berubah menghasilkan energi secara bertahap melalui Adenosine Biphosphate dan Adenosine 16
Monophasphate menghasilkan asam fosfat, air dan energi, dimana asam fosfat mendaur membentuk ATP kembali dengan glukosa dan lemak yang akan diproses. Energi yang dihasilkan masuk ke hemoglobin dan membuat medan magnetiknya berintensitas tinggi mengandung energi untuk dipancarkan. Menurut ilmu fisika, energi yang dipancarkan melalui medan magnet sebanding dengan kuadrat kuat medannya. Adanya tenaga magnetik akan memperkuat proses kerja medan magnetik yang terpancar ketika berinteraksi dengan medan magnet lain. Kalau dalam proses tersebut seseorang (yang mempunyai) medan lain sangat peka di syaraf kesetimbangannya, maka ia mempunyai “kelembaman“ kecil, sehingga akan merasakan dorongan atau tarikan yang kuat menjadi terpelanting misalnya. Uraian berikut adalah membahas tubuh manusia atau tubuh sendiri menjadi suatu Instrumen untuk merasakan dan bahkan menera suatu gejala magnetik.
17
3. FENOMENA TUBUH SEBAGAI INSTRUMEN
D
alam sistem ilmiah yang umum dipelajari, fenomena ilmiah diukur oleh alat atau instrumen, yang pada umumnya benda mati yang berfungsi menurut sistem mekanik atau elektronik tertentu, dimana pengamat dan pengukur ada diluar alat tersebut. Dalam masalah fenomena magnetik ini tubuh pengamat akan berfungsi sebagai instrumen pengukur. Dan kemampuan tubuh sebagai instrumen pengukur termasuk kecerdasan magnetik juga dari orang tersebut.
3.1. KEKUATAN KEHENDAK (PIKIRAN) DAN SYARAF MOTORIK
K
ekuatan kehendak adalah kekuatan dari keinginan seseorang untuk terjadinya sesuatu. Jika yang diinginkan itu terjadi didalam tubuhnya maka pada umumnya akan terlaksana (terjadi), karena perintah itu dilaksanakan melalui syaraf motorik dan syaraf ini akan menggerakkan organ tubuh sesuai yang diperintahkan. Perintah ini adalah sangat mudah jika organ tersebut yang memang melakukan gerak motorik seperti tangan, kaki, gerak mata, hidung, pinggang, panggul dan dsb. Tetapi juga dapat berfungsi (dengan latihan) untuk misalnya mengalirkan panas tubuh ke bagian yang terasa dingin, mengatasi rasa gatal tanpa menggaruk, meredakan peristaltik usus dan sebagainya.. 18
Terdapat fenomena lain, bahwa pelaksanaan perintah kehendak dapat dilaksanakan diluar tubuh oleh syaraf motorik kita, ini merupakan perluasan (ekstensi) syaraf motorik. Ekstensi ini hanya dapat terjadi jika dari tubuh dimana syaraf motorik ada memancar medan yang dapat menstransmisikan gerakan dinamik motorik tersebut Berikut dapat dicoba fenomena bandul motorik dibawah ini (lihat Gambar 6)
1. Buat bandul dari seutas, tali rafia tipis (yang tidak memilin/melintir) sekitar 30 cm dengan benda pemberat apa saja sebagai bandulnya. 2. Pegang ditangan kanan atau kiri anda dengan siku tidak bertumpu. Kemudian sedikit menahan napas agar tangan tidak naik turun, Lakukan konsentrasi (perhatian sungguh-sungguh) dan perintahkan dalam hati atau diucapkan agar bandul bergerak maju
19
mundur. Tunggu sebentar, akan terjadi gerak maju mundur tanpa tangan bergerak. 3. Setelah itu coba perintahkan gerak kiri-kanan, putar kiri, putar kanan, serong kanan dan sebagainya. Seluruh gerakan akan terjadi selama didaerah derajat kebebasan bandul itu dengan tali rafia bertegangan. Karena tegangan tali adalah medan penyambung perluasan perintah motorik tersebut. Terbukti bandul dapat menampilkan gerakan respon tubuh. Kalau demikian kita dapat praktekan teori berikut : Setiap sistem mekanik pasti punya gerak karakteristik atau fungsi respon. Maka untuk sistem mekanik tubuh manusia, melalui bandul ini dapat dicari gerak khas yang dikaitkan dengan kekuatan kehendak dan syaraf motoriknya. Untuk maksud itu bandul dipegang tergantung dengan berkonsentrasi dan pikiran mengatakan “Ya” dan dilihat respon gerakannya . Bandul akan bergerak dan untuk seseorang akan bersifat khas tidak berubah. Selanjutnya dilihat respon bandul untuk pernyataan “Tidak”, dan respon ini juga khas. Dengan dua gerak “Ya” dan “Tidak” ini sebetulnya telah mengubah diri kita melalui gerakan motorik tubuh menjadi instrumen yang responnya dapat dilihat oleh orang lain. Instrumen ini dapat mengukur suatu keadaan atau peristiwa yang sudah atau sedang terjadi yang informasinya masuk ke sistem syaraf pemegang bandul melalui panca indera atau melalui medan magnet yang dapat diterima syaraf. Pengukur sebaiknya tidak mengharapkan jawab tertentu, karena harapan jawab akan menjadi “noise” (gangguan) pada sistem ini.
20
Selanjutnya alat (scanner) ini akan ditera dengan suatu pernyataan nyata yang dibuktikan oleh gerakannya. Misalnya seorang (X) diminta memegang kunci di tangan kanan, pemegang bandul menanyakan “Apakah kunci di tangan kanan X ?Bandul akan bergerak “Ya”, kemudian pertanyaan dibalik “Apakah kunci ditangan kiri X ?. Bandul akan bergerak “Tidak”. Jika tidak terjadi seperti itu maka gerakan “Ya” dan “Tidak” pemegang bandul belum mantap/stabil perlu dicari lagi. Permainan selanjutnya dapat diteruskan dengan para pemegang bandul beristirahat sebentar agar tidak lelah, kemudian orang yang pegang kunci tadi menyembunyikan kedua tangannya dibelakang tubuh. Kunci digenggam disalah satu tangannya, tetapi tidak telihat oleh para pemegang bandul. Para pemegang bandul disilahkan menebak dengan mengajukan pertanyaan “Apakah kunci di tangan kanan X? Gerakan bandul para peserta akan menjawab pertanyaan itu.Jika langkah-langkah sebelumnya telah mantap dan baik, posisi kunci akan dapat diindera secara benar. Pada kejadian terakhir ini kecerdasan magnetik mulai berfungsi disini. Si X yang memegang kunci sebetulnya memancarkan berita tentang posisi kunci melalui pikirannya sebagai informasi yang terkandung di medan magnet yang dipancarkannya. Selain itu posisi kunci sendiri juga memberikan medan magnet yang berbeda. Pancaran ini sebenarnyalah diterima oleh para pemegang bandul dan kebenarannya dikonfirmasikan atau diukur oleh gerakan bandulnya. Kecerdasan magnetik telah berfungsi pada para pemegang bandul
21
3.2. MENERIMA DAN MEMANCAR
U
ntuk selanjutnya akan digunakan istilah medan magnetik yang dapat dirasakan orang atau medan magnetik yang dipancarkan manusia sebagai medan biomagnetik. Beberapa bagian tubuh tertentu peka pada medan biomagnetik. Yang paling mungkin adalah telapak tangan yang punya fungsi peraba mekanik. Hal ini disebabkan medan biomagnetik luar akan mempengaruhi medan magnet pembuluh darah pada telapak tangan dan menghasilkan gerakan mekanik dorongan, tarikan atau getaran dan ini dapat dirasakan oleh telapak tangan (dengan sendirinya perlu melalui latihan). Bagian tubuh lainnya yang dapat dilatih kepekaannya terhadap medan biomagnetik adalah indera penglihatan. Perlu diketahui bahwa medan biomagnetik dapat 22
memantulkan atau memancarkan cahaya, sehingga dapat dilihat kelainannya melalui penglihatan. Tentang kepekaan ini akan dibicarakan lagi ketika membahas kecerdasan magnetik. Medan magnetik tubuh yang berasal dari hemoglobin adalah menjadi medan dasar (rujukan) dari variasi perubahan medan. Medan ini lebih bersifat dekat dengan statik karena frekuensi amat rendah atau gelombang panjang. Pada posisi medan dasar ini perubahan medan magnetik dapat terjadi karena perubahan harmonik (getaran) atau perubahan tambahan yang sifatnya kejutan. Secara fisika perubahan medan magnet terhadap waktu akan menimbulkan gelombang elektromagnetik yang mempunyai komponen magnetik dan listrik. Dengan adanya sifat elektromagnetik ini maka informasi magnetik dapat terpancar jauh, apalagi jika penerima dapat melakukan “tuning” atau resonansi secara baik sehingga akan terbentuk gelombang koheren yang memudahkan proses transmisi informasi. Frekuensi gelombang bioelektromagnetik ini diduga dibawah 10 hZ .
3.3. “Benda Magnetik” ang termasuk benda magnetik adalah sesuatu yang bersifat magnetik dan memancarkan medan magnet, tetapi juga yang menolak medan magnet (diamagnetik) dan gerakan-gerakan yang menghasilkan perubahan medan magnet.
23
Berikut adalah, contoh benda yang termasuk “benda magnetik”: 1. Benda mengandung logam atau Fe dan Mg logam secara umumnya khususnya yang mengandung Fe dan Mg atau unsur transisi di susunan berkala, batu-batuan berwarna gelap (basalt, andesit, dasit, gabro, cadangan mineral). 2. Benda yang menolak medan magnet luar (magnet bumi) seperti : kayu, plastik, kaca, dsb. 3. Benda yang dapat menyimpan energi seperti kristal, batu mulia , permata, kumparan, kubah, benda-benda runcing. 4. Benda yang mengandung air seperti, sumur, sungai sumber air bawah tanah , barang lembab, pohon-pohonan. 5. Makhluk hidup : manusia dan binatang. 6. Dengan gerakan tertentu orang dapat menghasilkan medan magnet atau perubahan magnet. 7. Sumber medan magnet seperti : daerah konvergensi medan (karena mangandung benda magnet), mahkluk halus (gumpalan medan magnet hidup), gumpalan pada pembuluh darah, pembuluh syaraf, membran-membran penyaring dsb.
24
4. KECERDASAN MAGNETIK esuai dengan pengertian kecerdasan magnetik , di bab ini akan dibahas: Bagaimana penginderaan biomagnetik. Membangun kecerdasan magnetik Pengalaman empirik kecerdasan magnetik. •
•
•
4.1. PENGINDERAAN BIOMAGNETIK
D
engan memahami makna kemagnetikan tubuh manusia, maka yang amat penting adalah bagaimana penginderaan biomagnetik dapat terjadi. Dari uraian sebelumnya tampak yang sangat utama adalah kekuatan kehendak untuk agar dapat mengindera isyarat (sinyal) biomagnetik. Konsentrasi pada bagian tubuh yang bersifat magnetik, diarahkan ke obyek yang diduga memancarkan isyarat tersebut. Memejamkan mata adalah upaya agar energi tidak terbuang melalui indera penglihatan dan ini dapat meningkatkan konsentrasi pemikiran, demikian juga dengan indera pendengaran dan penciuman. Telah disinggung sebelumnya bahwa telapak tangan secara naluri dapat diaktifkan sebagai alat pengindera karena berbagai fenomena magnetik dapat dikonversikan menjadi fenomena mekanik yang dapat dirasakan oleh kulit telapak tangan.
25
Selanjutnya yang dapat difungsikan dengan baik adalah indera penglihatan, mengingat pembuluh darah dan syaraf sangat rapat dimata untuk merespon cahaya yang tidak lain juga gelombang elektromagnetik. Konsentrasi dan keinginan mengindera medan magnet dengan latihan akan melebarkan selang frekuensi spektra elektromagnetik yang dapat diindera oleh mata. Bantuan kepekaan magnetik dipembuluh darah membentuk proses peningkatan kepekaan ini. Demikian juga yang terjadi pada indera pendengaran, getaran-getaran frekuensi rendah yang biasanya tak terdengar dapat didengar. Berikut beberapa “citra” hasil penginderaan karena adanya peningkatan kepekaan (hasil pengalaman beberapa orang). Seseorang dapat melihat pancaran bioelektromagnetik dari tubuh seseorang (ini disebut “aura“ ) dalam warna dan kombinasi warna tertentu. Seseorang yang dapat melakukan terapi magnetik dapat melihat seseorang dalam citra seperti foto rontgen hitam putih. Yang normal berwarna putih dan yang sakit berwarna gelap (hitam). Seseorang dapat merasakan adanya benda logam atau bukan logam dengan merasakan adanya getaran atau, rasa seperti tertusuk jarum pada telapak tangannya. Seseorang dapat mendengar seseorang bersuara secara jelas padahal orang tersebut berada ditempat jauh. Seseorang dapat melihat bayang-bayang atau citra “makhluk halus”. Seseorang ditutup matanya tetapi dia dapat mengenal jalan dan tidak menabrak barang-barang •
•
•
•
•
•
26
yang ada didepannya (seakan akan seperti tidak ditutup matanya).
4.2. MEMBANGUN KECERDASAN MAGNETIK
D
ari uraian sebelumnya maka latihan dasar kecerdasan magnetik terdiri dari latihan-latihan sebagai berikut: Latihan agar dapat mempolarisasikan (magnetik) darah dengan: Melancarkan gerakan organ tubuh dengan olah raga menahan napas (anaerob). Bernapas pelan dan halus secara tidak tergesa gesa. Olahraga anaerob adalah untuk membakar lemak dan sel-sel yang rusak dengan oksigen yang diambil oleh darah, dan karena napas ditahan maka molekul hemoglobin akan mempolarisasikan diri searah. Olahraga ini akan menghasilkan gerakan ekstra pada organ internal untuk berfungsi lebih aktif memanfaatkan oksigen. Demikian juga gerakan ekstra terjadi pada kelenjar-kelenjar hormonal. Keteraturan olahraga ini akan menyehatkan organ internal. Olah raga anaerob ini akan melengkapi olah raga aerob, Olah raga aerob (aerobik) adalah melatih otot-otot agar paru-paru dapat menghirup oksigen sebanyakbanyaknya, sedangkan olahraga anaerob adalah memanfaatkan oksigen yang terserap seefektif mungkin.
27
Bersama latihan ini rasa (emosi) diarahkan secara berkonsentrasi mengikuti arah gerakan.Dalam proses ini orang dilatih sabar dan perhatian pada gerakan akan meningkatkan efektivitas proses oksidasi dan metabolisme organ - organ internal. Kembali lagi “flushing” (pembilasan) melekul-melekul darah dan syaraf, THT (telinga, hidung, tenggorokan) dsb. Polarisasi hemoglobin terjadi lebih baik dan dapat “stabil” serta terjadi proses pembiasaan dirinya. Untuk penyempurnaan latihan dasar ini, perlu dilakukan bantuan ahli fisiologi ataupun syaraf (dalam hal ini pelatih) melakukan kejutan pada otot dan simpul-simpul syaraf tertentu agar proses “pengaliran” darah dan isyarat pada syaraf menjadi lancar. Perlu diberikan catatan : Bahwa latihan ini karena dengan menahan nafas perlu diawasi oleh pelatih (guru) yang memahami olah raga ini agar tidak terjadi kesalahan dalam menahan nafas dan gerakan. Latihan ini dilakukan secara teratur tidak terlalu sering, tetapi setiap latihan harus berkonsentrasi. Kemanfaatan muncul karena rajinnya latihan. Olah raga ini biisa diajarkan oleh kelompok senam pernafasan dan kelompok olah raga beladiri Setelah melalui latihan dasar dihasilkan dasar kekuatan dan kepekaan yang stabil, mulailah dibangun kecerdasan magnetik yaitu memanfaatkan kemampuan menerima isyarat biomagnetik untuk membangunnya menjadi suatu kecerdasan yang bermanfaat. Berikut adalah langkahlangkah yang dapat dirujuk : a. Memfungsikan kekuatan kehendak misalnya untuk: 28
mengalirkan
b.
c.
d.
e.
f.
hawa hangat yang terbentuk ketika menahan nafas ke berbagai bagian pada tubuh. Mengencangkan otot pada organ tubuh. Mengeluarkan tenaga dan “meletakkannya“ disuatu titik untuk diindera oleh orang lain. Memusatkan tenaga fisik di tangan atau jari, kemudian digunakan untuk mematahkan atau membengkokan benda padat (tenaga dalam fisik). Memfungsikan kekuatan kehendak dan logika untuk menafsirkan informasi magnetik yang masuk, dengan menghasilkan “citra magnetik“ dari informasi tersebut sehingga mudah penafsirannya secara logik. Melatih menggabungkan beberapa hal yang berlogika yang saling terkait dengan menahan nafas, agar gabungan pengertiannya mudah dan cepat dipahami serta cepat pula logika gabungan ini dapat digunakan untuk analisis. Melatih kepekaan dan mengindera benda dengan mata tertutup untuk mencirikan : warna, bentuk keseluruhan, tulisan dsb. Ini adalah mengembangkan kemampuan “mata magnetik “ Melatih suatu proses otomatis penafsiran, dimana tanpa kondisi sadar kita mengolah informasi, dan secara tak sadar kita mendapat pengetahuan atau kesimpulannya, yang jika kita ungkapkan ternyata betul. Ini memang seperti proses tidak sengaja (kebetulan), tetapi beberapa pengalaman “kebetulan“ tersebut sering terjadi Inilah latihan mengembangkan “firasat“ atau “intuisi“ Melatih sinkronisasi dengan kawan (tuning) untuk latihan : 29
merasakan tenaga kawan - memahami informasi yang dikirim (telepati) - mencoba melakukan perlakuan terapi pada sakit yang sifatnya metabolisme; pusing, mual, pegal dsb Dengan konsentrasi melatih organ-organ internal pencernaan kita untuk menolak (tidak mencerna) makanan-makanan yang tidak baik bagi kesehatan. Melatih mengeluarkan tenaga (energi) atau medan untuk perlindungan diri, melindungi orang lain atau melindungi kawasan. Melatih mengeluarkan tenaga dalam untuk mempolarisasikan molekul air ( yang paramagnetik ). Air terpolarisasi ini biasanya untuk terapi kesehatan. Bagi olahragawan adalah berlatih untuk memusatkan tenaga pada otot dan organ , serta memancarkan medan untuk perlindungan diri agar tidak terjadi kecelakaan. Berlatih mentransfer “ keinginan “ ke orang lain, ini adalah jenis hipnotisme. -
g.
h.
i.
j.
k.
4.3. ASPEK SPIRITUAL KECERDASAN MAGNETIK
K
ecerdasan magnetik dalam pengertian diatas, dapat diperoleh melalui cara-cara spiritual, karena Tuhan-lah yang mengabulkan dan membuatnya terbentuk. Ketika seseorang berdoa dengan konsentrasi dan khusu’, maka ia melakukan : 30
penahanan nafas atau pernafasan pelan dan halus - menutup pancaindera (untuk tidak mengindera sesuatu) agar konsentrasinya bagus. Disinilah ia memfungsikan dan melatih indera magnetiknya. Dimasyarakat beragama dan budaya timur (Budha, Hindu ) cara ini dikenal dengan istilah meditasi. Dikompleks - kompleks sekolah agama : pesantren , padepokan kuil, seminari dsb, biasanya selain latihanlatihan ritual, para warganya juga dilatih untuk olah raga kesehatan tubuh internal seperti olah raga pernafasan dan bahkan olah raga beladiri Kesemuanya ini penulis persepsikan sebagai salah satu latihan untuk memfungsikan kecerdasan magnetik, kekuatan kehendak dan berkonsentrasi agar medan biomagnetik (bioelektromagnetik) makin kuat dan bebas “noise“ (gangguan) sehingga menjadikan (doa permohonan) makin kuat (jelas), jadi dapat dimengerti kalau cepat dikabulkan. -
Dalam konteks spiritual ini kecerdasan magnetik banyak digunakan atau dikembangkan kearah kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan mahkluk halus. Ini dapat dimengerti seperti yang dijelaskan bahwa mahkluk halus adalah sumber atau gumpalan medan bioelektromagnetik yang dinamik (selfdynamic). Mahkluk halus dapat diindera. Mereka dapat ber-ubahubah frekuensi, maka kalau mereka masuk kedalam spektra visual, mereka memantulkan atau memendarkan cahaya sehingga dapat dilihat oleh mata atau terekam oleh alat fotografi. Fakta menunjukkan bahwa orang-orang tertentu dapat melihat dan atau berkomunikasi dengan mereka. Ini arti31
nya manusia dan mereka mempunyai “bahasa bersama“ dimana komunikasi dapat berlangsung. Kecerdasan magnetik dalam spiritual akan meningkatkan kecerdasan dalam pemahaman masalah agama dan kepercayaan. Informasi kadang-kadang diyakini datang dari yang Maha Kuasa, karena muncul secara intuitif, cepat (otomatis) dan pada umunya sangat jelas dipahami : dikabulkan, ditolak atau diberikan alternatif lain. Iman atau keyakinan kepada Yang Maha Kuasa membuat kecerdasan magnetik manusia dapat memahami aspek ghaib (yang tidak dapat kelihatan mata), sebagai sesuatu yang ada. Walaupun demikian dapat terjadi sebaliknya jika kecerdasan magnetik ini digunakan untuk memahami atau meyakini sisi buruk dari kehidupan, maka kesana pula arahnya. Disinilah manusia diberi kebebasan untuk memilih “jalan“ baik atau “jalan“ buruk bagi dirinya.
32
4.4. SISTEM SYARAF DALAM KECERDASAN MAGNETIK
D
ari pengertian dan hal-hal praktikal yang telah diuraikan maka magnetisasi dari hemoglobin akan menambah jangkauan pancaindra atau indera lain dalam menerima dan mengirim informasi ke otak baik kebagian sadar atau bawah sadar. Informasi magnetik dapat masuk tanpa disadari dan masuk kebawah sadar (lihat Gambar 7). Didalam otak informasi tersebut diolah untuk menghasilkan “kesimpulan dan solusi” yang harus ditindak lanjuti oleh syaraf motorik ke anggota tubuh. Sistem gelombang biomagnetik otak dan penguatan medan hemoglobin menghasilkan proses yang lebih cepat. Selain itu waktu syaraf motorik menjalankan aksi akan dibarengi kekuatan kehendak yang juga perintah otak memancar rmelalui medan biomagnetik keluar tubuh. Sesuai dengan fungsi medan (seperti tegangan tali pada bandul) maka medan biomagnetik ini akan menjalankan “perintah ” otak. Jika seseorang “tuning” (menerima secara baik) gelombang pancaran ini, maka syarafnya akan menerima “perintah” dan menjalankannya baik perintah tersebut yang sifatnya gerakan ataupun proses-proses mikro yang terjadi di syaraf-syaraf organ, termasuk reaksi-reaksi elektrokimia yang harus terjadi dalam tubuh. Ketaatan pada perintah akan memberikan nilai keberhasilan dari kekuatan kehendak melalui media medan biomagnetik ini. Demikianlah kecerdasan biomagnetik berfungsi dalam mempengaruhi orang lain. 33
Dalam contoh ini dapat dijalankan proses terapi biomagnetik, hipnotisme (membuat orang menurut perintah) dan telepati.
34
5. PENGALAMAN KHUSUS 5.1. TERAPI BIOMAGNETIK
B
erikut disajikan beberapa pengalaman tentang terapi biomagnetik. Terapi biomagnetik dilakukan oleh seseorang yang ahli dalam tenaga magnetik dan pengolahan kekuatan kehendaknya pada pasien yang sakit. Penyakit metabolistik pada umumnya dapat disembuhkan dengan terapi ini. Penyembuh (terapist) dan pasien saling “tuning” dengan pasien dan harus menerima perlakuan terapi padanya. Secara mekanistik terjadi proses berikut: a. Medan biomagnetik terpancar (kuat) dan diterima oleh pasien terjadilah gelombang interferensi tegak (standing wave) sebagai gelombang pembawa dan upaya terapi sebagai gelombang modulasi yang membawa perintah terapist masuk ke pasien. Demikianlah kecerdasan magnetik terapist berfungsi, gelombang tegak pembawa adalah medan yang dapat melalukan perintah motorik (lihat kasus bandul) gerakan motorik). b. Didalam medan gabungan pada pasien dimana sipasien relax menerima, terjadi pengambil alihan perintah motorik terapi. Perintah dari terapist diturut oleh syaraf-syaraf motorik pasien untuk melakukan gerakan-gerakan atau reaksi-reaksi elektrokimia untuk penyembuhan penyakit. 35
Berikut contoh terapi pada beberapa penyakit metabolistik. SIMPTON SAKIT 1
2
Rasa kaku pada tengkuk dan pundak disertai pusing Sumbatan pada hidung dan pendengaran
PERINTAH TERAPI • • •
• • • •
3
4
Mual dilambung, tidak dapat kebelakang, agak pusing
Deman berdarah
Pijat otot dan syaraf Alirkan terapi (flush) Luruskan syaraf yang “keriting”
Alirkan tenaga (flush) Pijat dan “kerok” tenggorokan Tarik sumbatan pendengaran Luruskan syaraf yang keriting
Aliran tenaga (flush) Menetralisasi asam lambung Pijatan lambung dan punggung
GEJALA PENYEMBUHAN • • •
• • • •
•
•
•
•
•
Alirkan tenaga (flush) disepanjang tulang belakang sambil dipijat apakah ada rasa sakit. Alirkan tenaga pada alat-alat pembuangan: ginjal, paru-paru, usus besar, lambung. Sirkulasi tenaga melalui kaki kiri dan kanan. Beri minum air yang telah dipolarisasikan. •
•
•
• • •
•
Berkeringat Kaku dan pusing hilang Langsung minum air hangat Berkeringat Tenggorokan akan ringan Hidung beringus Langsung minum air hangat Berkeringat Mual hilang dapat bersendawa Muncul rasa lapar, segera makan dan minum air hangat Agak ringanan Berkeringat Biasanya ngantuk terus tertidur Amati berupa trombosit
•
•
5
Sakit ketika menstruasi
Alirkan tenaga (flush) proses yang terganggu Hancurkan gumpalan darah di indung telur Beri minum air terpolarisasi •
• •
Sakit berkurang Menstruasi lancar
•
•
36
c. Terapi melalui air minum Air minum (H2O) dapat dipolarisasikan dengan mengalirkan energi kedalamnya. Kekuatan kehendak terapist mengalirkan tenaga dari tangan kanan (misalnya) dan menariknya dengan tangan kiri, atau kedua tangan kanan kiri mengalirkan tenaga (mungkin keduanya berbeda jenis tenaganya) kedalam air. Air akan terpolarisasi dan akan menyimpan informasi (perintah) atau doa penyembuhan. Air kemudian diminum oleh pasien. Dalam waktu kurang dari 30 menit pasien akan merasa relax mengantuk dan tertidur. Tidur nyenyak terjadi dan didalam kondisi tidur terapi. Ketika bangun 1-2 Jam kemudian sakit-sakit metabolistik berkurang dan menuju sembuh. d. Terapi jarak jauh Terapist dan pasien tidak perlu harus kontak tapi dapat jarak jauh dan proses dapat berjalan, tergantung pada media komunikasi yang dilakukan. Jika melalui telepon dapat langsung, tetapi jika melalui SMS akan ada keterlambatan. e. Proses terapi sendiri Proses penyembuhan sendiri dapat dilakukan dengan berkonsentrasi dan mengalirkan tenaga sendiri dengan kekuatan kehendak. Proses ini perlu kesabaran. Cara spiritual sangat dianjurkan untuk terapi ini. Proses penyembuhan sendiri dengan memanfaatkan tenaga terapist lebih terasa, sehingga meningkatkan rasa optimistik.
37
Terapi magnetik tidak dapat menyembuhkan segala penyakit. Sifatnya lebih komplementer. Pengobatan penyakit secara kimia yaitu minum obat atau diberi suntikan itu relatif lebih cepat. Walaupun demikian dalam beberapa hal pengobatan magnetik dianjurkan jika pengobatan secara medis (kimia) kurang berhasil.
5.2. Mendianogsis penyakit dengan bandul motorik
P
erhatikan bab. 3 dalam contoh bandul motorik. Pendianogsis dengan bandul berhadapan dengan pasien dan melakukan “tuning” Pendiagnosis mulai menanyakan tanpa dijawab oleh pasien : Apakah pasien sering pusing-pusing? Apakah ada sakit di lambung? Apakah ada kelainan di ginjal? Dan seterusnya Bandul motorik akan bergerak “ya” atau “tidak” sesuai kebenaran sakit yang ada di pasien. Pertanyaan yang lebih rinci merujuk anatomi, fisiologis, syaraf dan sebagainya akan memberikan informasi yang lebih tepat tentang penyakit tersebut.
38
5.3. “HOLOGRAM” ILUSI uatu saat seorang Bapak harus meninggalkan rumah karena suatu tugas yang agak lama (sekitar 7 hari) sedangkan dirumah tingal istri dan anakanak yang wanita semua. Ada sedikit khawatir baik di diri si Bapak ataupun keluarga. Mereka sekeluarga berdoa semoga keadaan di rumah baik-baik saja selama si Bapak keluar kota. Si Bapak kemudian berkonsentrasi “melakukan pemagaran rumah“ dengan tenaga dalam dan ”berkehendak” melakukan pengawasan khusus. Ketika kembali dari tugas berbagai ceritera terjadi : Anggota keluarga dirumah merasa seakan-akan si Bapak ada dirumah. Memang ini membuat anakanak menjadi takut Tetangga dan hansip melihat si Bapak ada dirumah, sedang menutup pintu atau jalan-jalan dihalaman. Demikianlah kekuatan kehendak dan energi biomagnetik dapat menghasilkan “hologram ilusi”. •
•
39
6. PENUTUP Mengakhiri tulisan ini beberapa hal dapat disimpulkan antara lain : 1. Bahwa kecerdasan magnetik perlu mendapat pengkajian sungguh-sungguh dan pendekatan ilmiah selalu perlu dilakukan agar berbagai hal yang masih belum jelas atau “ misteri “segera dapat dijelaskan atau dibuktikan secara ilmiah. 2. Bersama dengan pertumbuhan keyakinan para kaum terpelajar, sebaiknya latihan-latihan dasar untuk menumbuhkan kecerdasan magnetik sejak umur muda dapat dilaksanakan . Seiring dengan pembelajaran ini, pendidikan keimanan dan agama perlu diberikan agar manfaat kecerdasan magnetik dan kecerdasan lainnya adalah bagi kemanfaatan manusia. 3. Bahwa jenis kecerdasan magnetik yang berupa kemampuan antara lain o menyehatkan darah dan organ internal tubuh o menerima dan mengindera informasi dan fenoma biomagnetik o mengembangkan intuisi o terapi kesehatan orang lain o melakukan komunikasi telepati o mempengaruhi perhatian orang lain o kepekaan terhadap kejadian-kejadian yang memancarkan medan bioelektromagnetik 40
4. Kemampuan tersebut dapat diarahkan untuk mendeteksi awalan (precursor) terjadinya bencana alam, khususnya yang dapat memancarkan medan elektrostatik, medan magnetik sesaat, dan medan elektromagnetik seperti : o erupsi gunung api o gempa bumi magnitudo besar o tanah longsor o jebolnya tanggul atau bendungan Dan jika ini mungkin, maka akan menghasilkan kemanfaatan. 5. Selanjutnya jika ada yang akan melakukan studi atau kajian, beberapa hal berikut dapat dilakukan, yaitu : Bidang biofisika medis : o Mempelajari lebih lanjut sistem syaraf kecerdasan magnetik o Pengukuran-pengukuran medan biomagnetik dalam latihan olahraga pernafasan. o Melakukan pengukuran pada seseorang yang sedang memfungsikan kecerdasan magnetiknya. 6. Bidang Sosial Budaya dan Agama : Perlunya sosialisasi penjelasan tentang kecerdasan magnetik ini sebagai suatu upaya menjelaskan secara ilmiah berbagai fenomena yang dikenal dengan sebutan “misteri “ Demikianlah berbagai hal yang dapat penulis sampaikan dalam tulisan ini
41
DAFTAR PUSTAKA Campbell, N.A.L.G. Mitchell, J.B. Reece, 1999 Biology Concept and Connection, Addison Wesley Longman Inc , San Fransisco Hendrajaya L, 2003, Penjelasan fisika tentang magnetisasi tubuh manusia dalam latihan pernafasan dan memanfaatannya (dicetak khusus dan disebarluaskan) Sheeler, Philips, Donald E, Bianchi, 1987, Cell and Molecular Biology, 3 rd ed, John & Wiley & Son, Inc
42
LAMPIRAN A DASAR - DASAR UMUM TEORI KEMAGNETAN a. Satu arus listrik (I) searah akan menghasilkan medan magnet statik (B) yang merupakan vektor (mempunyai arah) yang arahnya tegak lurus arah arus berputar seperti putaran pembuka gabus tutup botol yang majunya sama dengan majunya arus.
I B Besarnya B berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r) dari sumbu arus listrik penyebab (Hukum Bio-Savart) b. Sebuah arus listrik didalam medan magnet akan mengalami gaya dorong / tarik (F) yang tegak lurus pada arus dan medan magnet (H) tersebut dan arahnya searah majunya pembuka tutup botol jika diputar dari arah arus (I) ke arah medan magnet (H) (Hukum Lenz) c. Sebuah magnet dipol (U-S) elementer adalah dihasilkan oleh arus listrik (I) yang melingkar (Hukum Ampere). 43