NAMA: NURUL MUFITDHAH MUFITDHAH NIM: 101810401018 101810401018
BIOLOGI KONSERVASI (Tugas 5W+1H)
1. Apa yang dimaksud dengan Biologi Konservasi? (What)
Biologi Konservasi merupakan gabungan dari berbagai bidang ilmu sebagai tanggapan terhadap adanya krisis keanekaragaman hayati. Secara umum Biologi Konservasi bertujuan untuk mempelajari dampak yang ditimbulkan dari aktivitas manusia, mengembangkan cara untuk mencegah adanya kepunahan spesies, dan untuk mengembalikan spesies tersebut ke dalam ekosistemnya (Primack, 1998). Prinsip-prinsip Etika dalam Biologi Konservasi yaitu: Keanekaragaman spesies dan komunitas biologi harus dilindungi, Kepunahan species dan populasi yang terlalu cepat harus dihindari, Kompleksitas ekologi harus dipelihara, Evolusi harus berlanjut, dan Keanekaragaman hayati memiliki nilai i ntrinsik (Ahira,2012).
2. Kapan biologi Konservasi muncul? (When)
Menurut Primack (1998), biologi konservasi muncul seiring dengan maraknya munculnya ancaman terhadap keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Adanya ancaman-ancaman seperti adanya hujan asam, penebangan hutan, dan perburuan bebas yang mengakibatkan meledaknya kepunahan spesies. Sehingga dengan adanya permasalahan ini beberapa orang ada yang merasa tertantang untuk melakukan tindakan penghentian kerusakan tersebut. Sehingga muncullah biologi konservasi yang merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari alam dan keanekaragaman hayati di bumi dengan tujuan untuk melindungi spesies, habitat, dan ekosistem dari kepunahan. Istilah biologi konservasi pertama kali dikenalkan pada konferensi di Universitas California oleh ahli biologi bernama Bruce Wilcox dan Michael Soule
pada tahun 1978. Konferensi tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap penggundulan hutan, punahnya spesies berikut kerusakan habitat dan ekosistem. Biologi konservasi berkaitan erat dengan konsep keanekaragaman hayati, penyebaran dan migrasi, demografi, populasi, dan pembudidayaan (Apriana, 2007). Ahli biologi
konservasi bekerja
di
laboratorium,
kantor,
lapangan,
pemerintahan, universitas, industri, dan organisasi nonprofit. Mereka didanai untuk meneliti, mengawasi, melaporkan setiap detail yang berkaitan dengan bidangnya. Untuk melakukan konservasi, mereka harus menjawab tiga pertanyaan dasar.
3. Dimanakah kawasan konservasi di Indonesia? (Where)
Di Indonesia kawasan konservasi dan hutan lindungnya pada tahun 1996 mencapai 49,3 juta ha dengan jumlah kawasan mencapai 357. Jumlah kawasan hutan konservasi lebih dari 16 juta ha atau lebih 8% dari luas seluruh daratan Indonesia. Selain kawasan konservaasi daratan yang cukup luas, Indonesia juga memiliki kawasan konservasi perairan laut dan pesisir yang berjumlah lebih dari 3 juta ha. Kawasan-kawasan konservasi di Indonesia ini dikelola oleh Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan (Primack, 1998).
4. Mengapa Biologi Konservasi bisa muncul? (Why)
Biologi Konservasi muncul karena belum adanya disiplin ilmu lain yang secara terpadu mampu mengatasi ancaman kritis terhadap keanekaragaman hayati. Baik itu biologi pertanian, kehutanan, pengelolaan kehidupan liar, dan perikanan, secara umum belum mengemukakan perlindungan spesies dan hanya membahas mengenai metode pengembangan spesies untuk kepentingan pasar dan rekreasi. Sehingga biologi konservasi muncul sebagai ilmu yang memiliki pendekatan teoritis terhadap perlindungan keanekaragaman hayati dengan prioritasnya adalah pelestarian seluruh komunitas biologi dalam jangka panjang, sedangkan aspek ekonomi sebagai faktor skunder (Primack, 1998).
5. Siapa saja yang harus ikut serta dalam upaya biologi konservasi? (Who)
Tidak hanya para peneliti yang dapat melakukan konservasi. Kita pun dapat turut berperan, misalnya dengan cara-cara berikut ini (Ahira,2012).
Menghentikan pengambilan sumber daya alam yang berlebihan.
Menghentikan penebangan hutan secara liar.
Mengurangi polusi dengan cara menggunakan transportasi umum ketika bepergian, tidak membuang limbah sembarangan, dan lain sebagainya.
Menghemat energi, antara lain dengan mematikan lampu ketika tidak digunakan, mematikan keran saat bak sudah penuh, dan lain sebagainya.
Menggunakan produk yang dapat didaur ulang.
6. Bagaimana strategi biologi konservasi di Indonesia? (How)
Strategi Biokonservasi Alam Indonesia sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (sekarang UU No. 23 Tahun 1997). Strategi konservasi sumber daya alam disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman kepada para pengelolaan sumber daya alam dalam menggunakan sumber daya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pembangunan (Ahira,2012). Selain itu, menurut Apriana (2007) perlu adanya pendidikan konservasi dan lingkungan untuk meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam. Seperti telah tercantum dalam Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi keanekaragaman hayati, termasuk pengelolaan sumber daya alam hayati dengan tiga hal, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Berlandaskan undang-undang tersebut diharapkan masyarakat peduli akan pentingnya keanekaragaman hayati di sekitarnya. Namun masyarakat Indonesia rasanya kurang peduli akan lingkungan sekitar. Penebangan hutan adalah contoh paling nyata bahwa masyarakat tidak peduli dengan lingkungannya tersebut. Padahal hutan merupakan benteng terakhir untuk melindungi flora dan fauna,
disamping fungsinya untuk mencegah banjir dan kekeringan serta dapat mengurangi gas emisi rumah kaca penyebab global warming.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira,
Anne.
2012.
Menyelamatkan
Bumi
Dengan Biologi
Konservasi.
www.anneahira.com/biologi-konservasi.htm (Diakses Tanggal 20 Februari 2013) Apriana, Evi. 2007. Pengintegrasian Konsepbiokonservasi dalam Pembelajaran Biologi sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi dan Kesadaran Lingkungan di Kalangan Siswa. http://fkip.serambimekkah.ac.id/jurnal/evi-apriana.pdf (Diakses Tanggal 20 Februari 2013). Primack, Richard B. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.