CONTOH KRITIK JURNAL
POSTED BY SUARDIABANG ⋅ FEBRUARI 29, 2012 ⋅ TINGGALKAN KOMENTAR Kritik Jurnal
Juddul
: Model Inklusi dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa SLTP
Penulis
: Cucu Hidayat, Drs., M.Pd
Sumber
: http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_contact
1. Jenis penelitian yang tepat untuk menggambarkan penelitian ini adalah penelitian penelitian experimental dengan rancangan (disain) faktorial 2×2. 2×2. Hal ini sudah tepat menjawab permasalahan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. 2. The Problem 1. Masalah dalam jurnal ini hanya mengutarakan persoalan siswa yang memiliki sikap yang positif dengan siswa yang mempunyai sikap negatif namun tidak memberikan batasan dan kriteria apa saja yang tergolong siswa yang m emiliki sikap positif dan sikap negatif. 2. Dalam jurnal ini terdapat Hipotesis, rumusan masalah, dan tujuan penelitian secara konsisten 3. Latar belakang masalah dalam jurnal ini tidak terdapat landasan teori padahal idealnya sebuah penelitian harus mempunyai landasan teori karena landasan teori tersebut merupakan penguatan dari statemen dari penulis. 4. Variabel bebas dalam jurnal ini ada dua variabel bebas diantaranya variabel variabel bebas pertama adalah gaya pembelajaran kemudian variabel bebas yang kedua adalah sikap siswa terhadap pendidikan jasmani. hal ini sudah tepat karena sudah sesuai dengan judul jurnal 5. Variabel terikat dalam jurnal ini adalah hasil belajar pendidikan jasmani, hal ini sudah tepat karena sudah sesuai dengan judul jurnal 6. The Design 1. Desain dalam penelitian ini sudah te pat dalam menjawab rumusan masalah dalam jurnal ini. 2.
Populasi dalam jurnal ini adalah siswa putera kelas tujuh tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 128 orang di SMPN 8 Kota Tasikmalaya Jawa Barat
3. Sampel dalam jurnal ini dijelaskan secara spesifik yaitu dalam pengambilan sampel ada 5 tahap diantaranya tahap pertama menentukan populasi yang
terjangkau sebanyak 128, tahap kedua secara random atau acak sebanyak 80 orang siswa putera kelas tujuh, tahap ketiga dari 80 orang tersebut dibagi menjadi 2 kelompok dengan cara random terdiri dari 4 0 0rang setiap kelompok dengan sistem pembelajaran inklusi dengan pembelajaran latihan. Tahap keempat setelah diberikan perlakuan kepada masing-masing kelompok kemudian diberikan tes motivasi berprestasi. Tahap kelima menempatkan sampel yang terpilih berdasarkan sikap siswa. Tahapan tersebut sudah tepat dalam penelitian ini. Namun dalam pengkategorian dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan belum tepat karena dalam mengukur sikap positif siswa dan sikap negatif siswa digunakan tes motivasi berprestasi padahal instrumen sikap dan instrumen motivasi terdapat perbedaan. 4. Dalam jurnal ini dilakukan kelompok ko ntrol dan kelompok perlakuan sudah jelas dan tepat. 5. Kelompok dalam jurnal ini dilakukan secara random dalam penentuan kelompok dan sistem random tersebut sudah tepat 6.
Dalam penelitian ini tidak ada informasi yang jelas apakah penelitian ini masuk dalam penelitian replikasi atau bukan
7. Terdapat Tingkat spesifikasi secara apriori dalam penelitian ini, tingkat kepercayaan dalam penelitian ini 95% dan tingkat margin errornya 0,5% yang ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. 8. The Procedure 1. Perlakuan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini sudah digambarkan secara jelas. 2.
Penggambaran karakteristik pensampelan dalam penelitian ini tidak terjelaskan secara jelas sehingga pembaca kurang memahami karakter pensampelan.
3. Kelompok perlakuan dan kelompok latihan dalam penelitian ini dilakukan kontrol akan tetapi tidak dijelaskan variabel-variabel apa saja yang dikontrol padahal idealnya kontrol tersebut harus terjelaskan secara terperinci misalnya pengaruh karakteristik subyek penelitian, pengetahuan awal, tes, pre tes, pos tes yang merupakan pengaruh variabel luar, dan pengaruh interaksi pelaksana 4. The Measurement 1. Alat bukti reliabilitas yang diberikan dalam penelitian ini tidak ada sehingga tingkat realibilitasnya kurang akurat.
2. Alat bukti validitas yang diberikan dalam penelitian ini tidak ada sehingga tingkat validitasnya kurang akurat. 3. The Interpretation 1. Kesimpulan dan hasil penelitian dalam jurnal ini konsisten sehingga pembaca dapat memahaminya secara jelas. 2. Dilakukan Generalisasi populasi dalam penelitian ini sehingga hasilnya berlaku secara umum karena tiddak dijelaskan lagi siswa-siswa sekolah tertentu. 3. General Penelitian ini merupakan penelitian yang tidak signifikan karena dalam pembelajaran pendidikan jasmani menekankan aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh baik kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, tindakan moral, dan keterampilan gerak yang lain. Namun pada intinya kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani ini lebih banyak dilapangan bagaimana mengembangkan daya kreatifitas siswa sehingga proses dalam pengembangan kemampuan siswa tersebut guru hanya memberikan metode, pemahaman dan memberikan bimbingan tanpa mengikat daya kkreatifiitas siswa sehingga hasil penelitian ini tidak memberikan pengaruh secara signifikan, hasil penelitian ini bukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang dinanti-nantikan hasilnya, dikatakan demikian karena penelitian ini tidak memberikan e fek bagi tenaga pengajar pada khususnya dalam penggunaan metode pembelajaran pendidikan jasmani. MODEL INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
Ditulis oleh Cucu Hidayat
Cucu Hidayat, Drs., M.Pd. adalah dosen Kopertis Wilayah IV yang dipekerjakan pada Program Studi Pendidikan Olah
Raga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.Abstract: The purpose of the research is to find out the effects of teaching style and student attitude toward the physical education learning outcome. The research was conducted to the students at the eigth Secondary School Tasikmalaya, in period of 2007/2008 with samples 40 students of the seventh grade selected randomly. The result of the research conclusion that there are: (1) The students physical education learning outcome by using inclution teaching style is better than those by practice teaching style (2) The students who have positif attitude, and used inclution teaching style is better than t hose using practice teaching style of physical education learning outcome (3) The students who have negative attitude, and used practice teaching style is better than those using inclution teaching style of physical education laarning outcome (4) There is an interaction between teaching style
and student attitude toward of students physical education learning outcome. So the students physical education learning outcome who have positif attitude can be improved by using inclution teaching style. Keywords: inclution teaching style, practice teaching style
A. Pendahuluan 1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan, yang bertujuan untuk me ngembangkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, pertumbuhan dan perkembangan intelektual, sosial dan emoslonal anak sebagian besar terjadi melalui aktivitas gerak atau motorik yang dilakukan anak. Pendidikan jasmani menekankan aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh antara lain kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral, yang merupakan tujuan pendidikan pada umumnya. Atau secara spesifik melalui pembelajaran pendidikan jasmani, siswa melakukan kegiatan berupa permainan (game), dan berolahraga yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Meskipun demikian unsur prestasi dan kompetisi juga terdapat di dalamnya dan dimanfaatkan sebagai alat pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
(1) mengembangkan kepribadian yang kuat, mengembangkan sikap cinta damai, mengembangkan sikap
sosial dan mengembangkan sikap toleransi dalam kontek kemajemukan budaya, etnis dan agama. (2) Mengembangkan sikap sportif, sikap jujur, sikap disiplin, sikap bertanggung jawab, sikap kerja sama, sikap percaya diri, dan melatih demokrasi melalui aktivitas jasmani, melalui aktivitas permainan, dan m elalui aktivitas olahraga. (3) Mengembangkan keterampilan-keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga (aktivitas luar sekolah atau alam bebas). (4) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri untuk mengembangkan dan memelihara kebugaran melalui aktivitas jasmani dan olahraga. (5) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan orang lain atau lingkungannya. (6) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, untuk memelihara kebugaran, dan membiasakan pola hidup sehat. Dan (7) Mampu memanfaatkan waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. Berdasarkan tujuan pendidikan jasmani di atas, maka Skolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), me rupakan tempat mengembangkan dan membina anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, serta tempat pembelajaran keterampilan gerak cabang olahraga secara harmonis. Karena masa anak-anak mer upakan masa yang sangat penting untuk memperbaiki dan menyelaraskan gerakan-gerakan mendasar, sehingga untuk pengembangan keterampiIan olahraga selanjutnya mereka tidak mengalami hambatan yang berarti ketika mempelajari keterampilan motorik pada tingkat yang lebih sulit.
Sejalan dengan tujuan pendidikan jasmani di atas, maka pendidikan jasmani merupakan suatu sarana pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian siswa dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya dan pelaksanaan pendidikan jasmani tersebut berhubungan erat dengan usaha-usaha pendidikan yang teratur, terencana dan berkelanjutan dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Tujuan pelaksanaan pendidikan jasmani di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), apabila dilihat dari perkembangan gerak anak, maka tujuan pelaksanaan pendidikan jasmani mengarah pada proses berlangsungnya gerakan. Sehubungan dengan tujuan pendidikan jasmani tersebut di atas, maka titik berat t ujuan pendidikan jasmani di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terletak pada proses jalannya gerakan. Sehingga hasil pembelajarannya dapat diukur dengan menilai hasil unjuk kerja anak saat mempelajari gerakan. Hal ini berarti bahwa hasiI pembelajaran siswa dalam pendidikan jasmani yang berhubungan dengan keter ampilan olahraga dapat dinilai dengan kebenaran gerak. Adapun ruang lingkup mata pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dijabarkan melalui lembar kerja siswa pada kelas VII pada semester satu meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) aktivitas permainan dan cabang olahraga sepak bola, (2) aktivitas permainan dan cabang olahraga atletik, (3) aktivitas permainan dan cabang olahraga pilihan, (4) aktivitas pengembangan cabang olahraga senam, (5) aktivitas cabang olahraga uji diri (cabang olahraga senam lantai), (6) aktivitas ritmik (senam kesegaran jasmani 2000), (7) aktivitas cabang olahraga air (renang), dan (8) aktivitas luar sekolah (out door education), (a) orientasi lingkungan olahraga dan (b) orientasi lingkungan rekreasi ). Dalam upaya mencapai hasil belajar yang baik, dalam pembelajaran pendidikan jasmani, dan khususnya pembelajaran teknik gerakan lompat tinggi gaya straddle, maka guru pendidikan jasmani perlu mengupayakan model pembelajaran yang efektif dan atraktif. Untuk itu guru pendidikan jasmani harus berusaha seoptimal mungkin untuk mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, yaitu dengan cara menyajikan bentuk-bentuk pembelajaran keterampilan gerak yang baik dan benar, agar dapat mendorong siswa untuk memahami, mengerti, dan mampu melakukannya. Peran guru dalam proses pendidikan jasmani di antaranya adalah menentukan dan memilih gaya pembelajaran yang tepat dan efektif agar siswa dapat mengerti dan memahami materi pembelajaran yang disajikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kemampuan guru memilih dan menyajikan materi pembelajaran ditentukan olen kemampuan dan pengalamannya dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu, maka untuk melakukan proses pembelajaran pendidikan jasmani, dipilih gaya pembelajaran yang tepat dan mudah diterapkan kepada siswa, sehingga berbagai aktivitas gerak pendidikan jasmani dapat dikuasai dengan baik dan benar. Gaya pembelajaran tersebut adalah gaya pembelajaran inklusi dan gaya pembelajaran latihan yang khusus hanya digunakan dalam pembelajarankan peraktek pendidikan jasmani. Gaya pembelajaran inklusi dan gaya pembelajaran latihan merupakan dua gaya pembelajaran yang jarang dipergunakan oleh guru, dalam praktek pembelajaran pendiddikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Padahal gaya pembelajaran ini sangat cocok diterapkan pada siswa SMP yang menuntut perkembangan kreativitas, fisik dan mental yang optimal.
Gaya pembelajaran inklusi, adalah suatu gaya pembelajaran yang digunakan oleh guru, dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan t ingkat-tingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan, yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak, juga siswa diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan pada tingkat kesulitan mana? untuk memulai belajar suatu gerakan. Serta diberi kebebasan dan keleluasaan pula untuk menentukan berapa kali siswa harus mengulangi gerakan, dalam mempelajari suatu teknik gerakan dalam setiap pertemuan. Sedangkan gaya pembelajaran latihan adalah merupakan suatu gaya pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa terhadap bentuk gerak. Dengan cara memberi tugas untuk melakukan latihan sebanyak-banyaknya dengan cara mengulang-ulang, sehingga terjadi peningkatan dalam mempelajari suatu teknik gerakan. Efisiensi dan efektivitas pembelajaran pendidikan jasmani juga terkait dengan masalah konsep diri, motivasi, sikap, minat, dan aktivitas belajar siswa. Seorang siswa yang telah meraih keber hasilan belajar secara dini dan cepat akan lebih terpacu dan menyenangi kegiatannya daripada seorang siswa yang belajar lama apalagi tidak berhasil. Pengalaman gagal menyebabkan seorang siswa cenderung akan menghindari dan tidak menyenangi kegiatan belajarnya. Oleh karena itulah untuk mengakomodir adanya perbedaan individual pada diri siswa, dimasukkan sikap siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani sebagai variabel atribut dalam penelitian ini. 2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Secara keseluruhan, apakah terdapat perbedaan hasil belajar pendidikan jasmani antara kelompok siswa yang
menggunakan gaya pembelajaran inklusi dengan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan ? b.
Bagi siswa yang memiliki sikap positif terhadap pendidikan jasmani, apakah terdapat perbedaan hasil belajar
pendidikan jasmani antara kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran inklusi dengan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan? c.
Bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pendidikan jasmani, apakah terdapat perbedaan hasil belajar
pendidikan jasmani antara kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran inklusi dengan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan? d.
Apakah terdapat pengaruh interaksi antara gaya pembelajaran dan sikap terhadap hasil belajar pendidikan
jasmani? 3.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya pembelajaran dan sikap siswa te rhadap pendidikan jasmani terhadap hasil belajar pendidikan jasmani siswa Sekolah Menengah Pertama. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a.
perbedaan hasil belajar pendidikan jasmani antara kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran
inklusi dengan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan, secara keseluruhan? b.
perbedaan hasil belajar pendidikan jasmani antara kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran
inklusi dengan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan, bagi siswa yang memiliki sikap positif terhadap pendidikan jasmani? c.
perbedaan hasil belajar pendidikan jasmani antara kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran
inklusi dengan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan bagi siswa yang memiliki bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap pendidikan jasmani? d.
pengaruh interaksi antara gaya pembelajaran dan sikap siswa terhadap hasil belajar pendidikan jasmani?
4.
Kegunaan Penelitian
a.
Hasil penelitian yang diperoleh berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani. b.
Bagi Para Guru Pendidikan Jasmani, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pilihan cara pembelajaran
pendidikan jasmani yang efektif dan efisien. c.
Bagi Pengembangan kurikulum, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk menyempurnakan
kurikulum pendidikan jasmani yang sudah ada. B. 1.
Metodologi Penelitian Metode dan Disain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan (disain) faktorial 2X2. Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pendidikan jasmani. Variabel bebas pertama sebagai perlakuan (Variabel eksperimen) adalah gaya pembelajaran, yaitu gaya pembelajaran inklusi sebagai eksperimen dan gaya pembelajaran latihan sebagai kontrol. Variabel bebas kedua sebagai atribut adalah sikap siswa terhadap pendidikan jasmani, yang dibedakan menjadi sikap yang positif, dan sikap negatif. 2.
Populasi dan Sampel
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMPN 8) Kota Tasikmalaya Jawa Barat. Sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa putera kelas tujuh tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 128 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: Pertama, menentukan populasi terjangkau, yaitu siswa putera kelas tujuh S ekolah Menengah Pertama (SMPN 8) Kota Tasikmalaya Jawa Barat. sebanyak 128 orang. Kedua, secara random mengambil sampel sebanyak 80 orang siswa putera kelas tujuh Sekolah Menengah Pertama (SMPN 8) Kota Tasikmalaya dari kerangka sampel (sampling frame). Ketiga, dari 80 orang siswa tersebut dibagi dua kelompok dengan cara dirandom untuk ditempatkan pada kelompok siswa yang diajar dengan gaya pembelajaran inklusi dan kelompok siswa yang diajar dengan gaya pembelajaran latihan, sehingga masing-
masing kelompok terdiri dari 40 orang. Keempat, sete lah diberi perlakuan kepada masing-masing kelompok kemudian diberikan tes motivasi berprestasi. Hasilnya, dari masing-masing kelompok kemudian diranking mulai dari skor terbesar sampai yang terkecil, untuk menentukan kelompok siswa yang memiliki kategori motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Atas dasar hasil tes tersebut, diperoleh jumlah subjek dari masing-masing kelompok sebanyak 20 orang, yakni 27 % sebagai kelompok atas, yang dikategorikan sebagai siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi masing-masing sebanyak 10 orang (27% dari 40 = 10,8 diambil 10 orang), dan 27 % sebagai kelompok bawah, yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah juga masing-masing sebanyak 10 orang (27% dari 38 = 10,8 diambil 10 orang), sehingga secara keseluruhan jumlah subjek yang ter libat dalam penelitian ini adalah berjumlah 40 orang yang tergabung dalam empat ke lompok perlakuan. Bagi subjek yang skor sikapnya berada di antara kedua kategori tersebut tetap diikutsertakan dalam penelitian. Kelima, menempatkan sampel yang terpilih berdasarkan sikapnya, sehingga terbentuk kelompok A1 (kelompok yang diajar dengan menggunakan gaya pembelajaran inklusi) dan kelompok A2 (kelompok yang diajar dengan menggunakan gaya pembelajaran latihan). 3.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis varians (ANAVA) dua jalur, dan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey, setelah terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis varians (ANAVA), yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors dengan taraf signifikansi α = 0,05. Sedangkan untuk uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartllet dengan taraf signifikansi α = 0,05. C.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa, secara keseluruhan terdapat perbedaan hasil belajar pendidikan jasmani yang berarti antara kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran inklusi dengan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan. Gaya pembelajaran inklusi memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan gaya pembelajaran latihan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII (tujuh). Pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan gaya pembelajaran inklusi memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai pote nsi masing-masing individu. Setiap individu diberi kebebasan menentukan kegiatan belajar dalam hal memulai pembelajaran, pelaksanaan melakukan tugas-tugas gerak, penilaian hingga menentukan target kegiatan belajar berikutnya, sehingga akan membangkitkan motivasi dan merangsang kreativitas siswa. Di samping itu peran guru tidak terlalu dominan, karena guru tidak langsung menuntun siswa seperti yang dilakukan dalam gaya pembelajaran latihan. Sedangkan dalam gaya pembelajaran latihan siswa dilatih berbagai keterampilan, tahap demi tahap atau bagian demi bagian (tidak langsung pada sasaran), sehingga peran guru di sini sangat dominan, karena harus memberi contoh, di samping itu suasana pembelajaran atau suasana berlatih juga monoton serta kurang variatif sehingga ada kecenderungan membosankan, sehingga pada akhirnya hasil belajar pendidikan jasmani yang diharapkan kurang
maksimal. Hasil pengujian hipotesis kedua menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pendidikan jasmani yang berarti, antara kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran inklusi dan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan, bagi kelompok siswa yang memiliki sikap positif. Gaya pembelajaran inklusi memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani. Pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan gaya pembelajaran inklusi, dilakukan dengan memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajarnya secara mandiri, dari mulai menentukan awal kegiatan belajar, pelaksanaan belajar hingga penilaian kemajuan belajar serta menentukan keg iatan belajar berikutnya. Hal ini memungkinkan manakala siswa memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran pendidikan jasmani. Sikap positif siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani biasanya diiringi kesediaan siswa untuk merespon setiap rangsang yang disediakan guru. Dengan demikian siswa akan senantiasa melakukan kegiatan belajar secara aktif walau tanpa diawasi secara ke tat oleh guru. Kondisi ini akan terjadi sebaliknya bila siswa memiliki sikap yang negatif terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, yang biasanya ditandai dengan sikap tak acuh siswa terhadap program yang ditawarkan guru. Kurangnya pengawasan guru, arahan dan bimbingan yang dilakukan secara ketat akan mengakibatkan siswa tidak bergairah dan malas belajar. Sedangkan hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti hasil belajar pendidikan jasmani siswa antara yang me nggunakan gaya pembelajaran inklusi dan yang menggunakan gaya pembelajaran latihan, bagi kelompok siswa yang memilik sikap negatif. Kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan lebih baik dari pada kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran inklusi, bagi siswa yang memiliki sikap negatif. Gaya pembelajaran latihan menuntut guru lebih aktif, baik dalam hal menentukan kegiatan awal belajar siswa, mengontrol secara ketat pelaksanaan tugas gerak siswa, menilai hasil belajar siswa, serta menentukan kegiatan belajar siswa berikutnya. Dengan demikian bagi siswa yang memiliki sikap negatif gaya pembelajaran sepertiini lebih cocok karena siswa dipaksa untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan kehendak guru. Se baliknya bagi siswa yang memiliki sikap positif pengawasan yang terlalu ketat cenderung menghambat terhadap kreativitas dan kemajuan belajarnya. Maka dengan demikian gaya pembelajaran latihan kurang diminati oleh siswa yang memiliki sikap yang positif, akan tetapi dianggap cocok bagi siswa yang memiliki sikap negatif. Atau dengan kata lain, gaya pembelajaran latihan lebih cocok digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa yang mem iliki sikap negatif dari pada menggunakan gaya pembelajaran inklusi. Hasil pengujian hipotesis keempat melalui analisis varians (ANAVA) diperoleh hasil, bahwa terdapat pengaruh interaksi antara gaya pembelajaran dengan sikap siswa terhadap hasil belajar pendidikan jasmani siswa SMP kelas tujuh. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, selain dipengaruhi oleh gaya pembelajaran yang digunakan, juga dipengaruhi oleh kontribusi faktor internal siswa seperti sikap siswa
terhadap,pembelajaran pendidikan jasmani. Interaksi keduanya dapat dilihat dari pelaksanaan gaya pembelajaran yang melibatkan komponen fisik, teknik, taktik dan mental di dalam pelaksanaannya. Aspek fisik dan teknik digunakan di dalam melaksanakan berbagai aktivitas gerak dalam pendidikan jasmani. Sedangkan aspek mental dipergunakan untuk menjaga motivasi dalam pembelajaran. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun gaya pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi. Dalam aplikasinya, gaya pembalajaran apapun yang digunakan, semua harus tetap mempertimbagkan kondisi-kondisi tertentu, baik faktor internal maupun eksternal siswa untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan jasmani. D. Kesimpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: Pertama, secara keseluruhan hasil belajar pendidikan jasmani kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran ingklusi lebih baik dari pada kelompok siswa yang menggunakan gaya pembelajaran latihan. Kedua, bagi siswa yang memiliki sikap positif, hasil belajar pendidikan jasmani siswa yang menggunakan gaya pembelajaran inklusi lebih baik dari pada yang menggunakan gaya pembelajaran latihan. Ketiga, bagi siswa yang memiliki sikap negatif, hasil belajar pendidikan jasmani yang menggunakan gaya pembelajaran latihan lebih baik dari pada yang menggunakan gaya pembelajaran inklusi. Keempat, terdapat interaksi antara gaya pembelajaran dengan sikap siswa terhadap hasil belajar pendidikan jasmani. E. Saran 1. Kepada guru pendidikan jasmani disarankan untuk menggunakan gaya pembelajaran inklusi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani Selain menggunakan gaya pembelajaran, guru pendidikan jasmani juga disarankan untuk mempertimbangkan sikap siswa dalam menentukan gaya pembelajaran yang akan digunakannya. 2. Penelitian ini hanya meneliti tentang salah satu gaya pembelajaran dan faktor internal siswa, oleh karena itu disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang gaya-gaya pembelajaran yang lain dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor internal siswa lainnya, seperti motivasi, minat, konsep diri, bahkan faktor fisik seperti kamampuan motorik siswa. Daftar Pustaka
Adisasmita, Yusuf. Strategi Instruksional Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: PPS IKIP Jakarta, 1997. Ateng, Abdul Kadir. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani . Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti, 1992. Anon. Pedoman Mendeteksi Potensi Peserta Didik . Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2004.
Anon. Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2003. Badan Standar Nasional Pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas, 2006. Cratty, Bryant J. Psychology in Contemporary Sport. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs Inc., 1998. Crowl, Thomas K. Sally Kaminsky and David M. Podell. Educational Psychology Windows on Teaching. Madison: Brown & Benchmark Publishers, 1997. Coker, Cheryl A. Motor Learning and Control for Practitioners. Boston: Mc Graw Hill, 2004. Depdiknas. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan
Jasmani Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas, 2004. Dick, Walter and Lou Carey. The Systematic Design of Instruction. USA: Harper Collins College Publishers, 1996. Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga, 1991. D.C. Phillips & Jonas F. Soltis, Perspectives on Learning, p.1, 2006 (http://www.funderstanding.com/piaget.cfm). Depdiknas, Pengaruh Gaya Mengajar dan Umpan Balik, p. 1, 2006 (http://www, .go.id/Jurnal/38/ 20.htm). Freeman, William H. Physical Education and Sport in a Changing Society. Boston: Allyn and Bacon, 2001. Gallahue, David L. e, Ozmun John C. Understanding Motor Development. Boston: McGraw-Hill, 1998. Good, Thomas L., Brophy Jere E. Educational psychology: A Realistic Approach. New York: Longman, 1990. Harrison, Joyce M., and Connie L. Blakmore. Instructional Strategies for Secondary School Physical Education. Iowa: Wm. C. Brown Publisher, 1989. Irawan, Prasetya, Suciati, Wardani IGAK. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikbud, 1994. Kelly, Luke E., Melograno Vincent J. Developing the Physical Education Curiculum An Achievement-Based Approach.Champaign: Human Kinetics, 2004.
Lefton, Lester A. Psychology. Boston: Allyn and Bacom, 1997. Lutan, Rusli. Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Indonesia. Jakarta: Depdiknas Ditjen Dikdasmen, 2004. Lutan, Rusli. Asas-asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Olahraga Depdiknas, 2001. Mosston, Muska and Sara Ashworth. Teaching Physical Education. USA: Mac Millan College Publishing Company, Inc., 1994. Mutohir, Toho Cholik. Gagasan-gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Surabaya: Unesa University
Press, 2002. Russeffendi. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Press, 1998. Siedentop, Darly. Introduction to Physycal Education, Fitnes and Sport. California: Mayfield Publishing Company, 1994. Setyobroto, Sudibyo. Psikologi Kepelatihan. Jakarta: CV. Jaya Sakti, 1993. Setyobroto, Sudibyo. Mental Training. Jakarta: “Solo”, 2001. Supandi. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti PPTK, 1992. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 1996. Thomas Jerry R., Nelson Jack K. Research Methods in Physical Activity. Champaign: Human Kinetics, 1996. Tilaar, H.A.R. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002. Woolfolk, E. Anita. Educational Psychology. Boston: Allyn and Bacon A Division of Simon and Schuster, I nc., 1993.
Contoh cara membuat resume dan kritisi jurnal
Alamat Jurnal ;http://www.ichn.ie/uploads/The%20Role%20of%20PHN%20in%20a%20changing%20society.pdf (BukaJ urnal Resume di situs ini) RESUME JURNAL
Judul Penelitian
: The Role of Public Health Nurse in Changing Society
liti
: ona Aine Nic Philibin, Colin Griffiths, Gobnait Byrne, Paul Horan, Anne Brady & Cecily Begley er
: al of Advanced Nursing , volume 66, halaman 743-752 Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perawat kesehatan masyarakat (Perkesmas) di sebuahwilayah di Irlandia yang menemui ke sulitan dalam mendefinisikan/menentukan batas-batas peranmereka ( This study is a report of a study to clarify the role of the public health nurse inone Irish community care area in the light of acknowledged problems in defining boundaries of the role ). Latar Belakang :
Perkembangan demografi dan perencanaan reorientasi terhadap pelayanan kesehatan primer di Irlandiatelah mengubah beban kerja perawat kesehatan masyarakat yang lebih unik dibanding negara lain.Namun, kurangnya kejelasan menyebabkan timbulnya masalah dalam menempatkan peran perawatkesehatan masyarakat di Irlandia (Demographic developments and planned reorientation towards primary care of the health service in Ireland have changed the workload of public health nurses, which isunique compared with other countries. However, there is a lack of clarity and consequent problems in defining the role of the Irish public health nurse
Metodologi :
Dilakukan melalui studi deskriptif kualitatif terhadap 25 perawat kesehatan masyarakat. 21 diantaranyamerupakan perawat kesehatan masyarakat, satu asisten direktur dan satu mahasiswa keperawatan.Penelitian dilakukan melalui tape recorder, wawancara semi terstruktur se lama 15 bulan dari tahun 2002-2004. (A descriptive qualitative study was conducted with 25 represe ntatives of communitynursing from one county in Ireland with a population of 209,077 and a complement of 65 full-timeequivalent public health nurses. Purposive sampling was used and 21 public health nurses, tworegistered ge neral nurses, one assistant director and one school nurse participated. Tape-recorded,individual semi-structured interviews were conducted over a 15-month period from 2002 to 2004)
Hasil :
Didapatkan empat tema : peran perawat didefinisikan digambarkan sebagai ‘ jack of all trades’ (orangyang melakukan pekerjaan yang bermacam-macam), ‘the essence of the role’ ( pokok/inti dari peran) , ‘challenges to the role of PHN’ (merupakan tantangan terhadap perkesmas) , dan ‘communication’
(komunikasi) Kesimpulan ;
Perawat kesehatan masyarakat perlu mendefenisikan dengan jelas dan menyusun kembali peranmereka sehingga mereka tidak berfikir untuk melaksanakan semua pelayanan di masyarakat. Hal inimemungkinkan mereka untuk menyelesaikan perubahan demografi, sosial dan kultural yang cepatdalam sebuah populasi. Kata Kunci
; Perawat komunitas, perawat umum/generalis, perawat kesehatan masyarakat, penelitiankualitatif KRITISI JURNAL
Latar Belakang ;
-
Walaupun dijelaskan pada bagian pembahasan, tetapi pada bagian abstrak, peneliti tidak memberikangambaran secara ringkas tentang konflik peran yang dialami perawat pada masyarakat yang mengalami perubahan, penulis hanya mengatakan “ Demographic developments and planned reorientation towards primary care of the health service in Ireland have changed the workload of public health nurses, which isunique compared with other countries ”, harusnya peneliti memberikan gambaran ringkas tentang keunikan yang dimaksud, sehingga pembaca jauh lebih tertarik.-
Terlepas dari abstrak, penjelasan ringkas dari latar belakang penelitian telah digambarkan secara jelasdan terstruktur, mulai dari fenomena masyarakat dan perawat di Irlandia, , hal ini tertuang dalamstatement berikut ; “First, the socio demographical profile
of the Irish population is changing, manifestedmostly in an unprecedented increase in asylum seekers coming to Ireland. This number has increased from 39 in 1992 to 4766 in 2004 (Migration Policy Institute 2009). There has also been an the increase inthe age profile of the population, those over 45 having increased by 30% between 1986 and the latest census in 2006 (Government of I reland 2007). The increase in immigrants, the majority of w hom are ofchildbearing age, has had an effect on t he number of births in Ireland, which increased from 48,255 in 1994 to 70,620 in 2007 *Central Statistics Office (CSO) 2009+, an increase that is forecast to continue. Second, shorter hospital stays and earlier discharge from hospitals have= resulted in increasinglydependent clients being discharged to the community. This overall increase in caseloads, together with the increased complexity of care for some and the greater communication difficulties experienced when caring for recently arrived people from different cultures (Romeo 2007), has resulted in an increase inworkload for PHN . -
Penelti juga membandingkan dengan fenomena perawat kesehatan masyarakat dinegara lain, sertamenjelaskan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitan sebelumnya, lalumengangkat mengapa penelitian kualitatif lebih lanjut terkait penelitiannya harus dilakukan, hal initertuang dalam statement “A qualitative study of Irish public health nursing showed that PHNs have a dual role, which is both preventive and therapeutic (O’Sullivan 1995); however, questions remained as to whether or not such a comprehensive role is feasible in the future. The key theme to emerge from the literature is the capacity of the PHN to see the ‘big picture’ regarding the needs of clients in the community (Reutter & Ford 1996)
Tujuan :
Peneliti telah menuliskan secara jelas t ujuannya yakni untuk menjernihkan peran perawat kesehatanmasyarakat, yang mengalami masalah dalam menjelaskan batas-batas atau lingkup peran mereka, hal initertuang dalam kalimat : “The aim of the study was to clarify the role of the PHN in one Irish communitycare area in the light of acknowledged problems in defining boundaries of the role.”
Metode:
Peneliti menjelaskan bahwa desain pene litian yang digunakan adalah desain kualitatif deskriptif untukmenggambarkan lebih jauh peran perawat di komunitas Irlandia, dengan melalui wawancara terstrukturterhadap 25 perawat. Pendekatan yang digunakan tidak dicantumkan di bagian abstrak, tetapi kemudiandibagian analisis data peneliti baru menjelaskan bahwa analisis yang digunakan berdasarkan pendekatangrounded theory. Sampel
Peneliti menggunakan metode purposive sampling untuk mengidentifikasi perawat dari daerah urban,rural maupun dari daerah pulau .Metode ini tepat digunakan dengan pertimbangan agar semuaperawat yang diambil mewakili perawat di daerah geografis yang berbeda ( Purposive sampling was usedto identify 25 volunteers from urban, rural and island areas in one county. The sample consisted of 21PHN, two RGN, one assistant director and one school nurse. These were deemed by the steering group tobe representative of the differing roles of community nurses across the various geographicalareas of thecountry). Hanya saja perawat tidak mencantumkan berapa perawat masing-masing di daerah rural,urban maupun daerah pulau-pulau kecil. Hanya saja dibandingkan dengan pendekatan grounded theor y yang digunakan, sampel masih terbatasyakni hanya 25 responden, sedangkan untuk membangun sebuah grounded theory membutuhkansampel yang jauh lebih besar. Pengumpulan Data ;
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap perawat di klinik,yang terdiri dari 20pertanyaan, kemudian direkam dengan menggunakan tape recorder, hal ini sangat membantu,mengingat manusia, dalamhal ini peneliti memiliki ingatan yang terbatas, sehingga perlu adanya alatperekam untuk membantu peneliti menganalisa secara jelas hasil wawancara. Pertanyaan wawancaradiambil sebagai hasil dari pertemuan konsultatif dengan sebuah grup/asosiasi
pembimbing PHN yangdikombinasikan dengan berbagai literature yang ada, sehingga validitas dan reliabilitasnya terjamin. Analisis Data
Pengumpulan data menggunakan metode komparatif, metode ini sesuai dengan pendekatan groundedtheory yang digunakan. Langkah analisis data cukup jelas digambarkan, dimana langkah awal analisisdata melibatkan pengujian data baris ke baris, mengidentifikasi setiap segmen/bagian kemudian melabelinya dalam proses yang disebut dengan ‘open coding’. Baris/kalimat yang sama kemudian diberi tanda dan dikelompokkan sebagai sebuah ‘konsep’. Konsep ini kemudian dikelompokkan menjadi kategori-kategori, dimana dalam penelitian ini didapatkan empat tema : peran perawat didefinisikan digambarkan sebagai ‘ jack of all trades’ (orang yang melakukan pekerjaan yang bermacam-macam), ‘theessence of the role’ ( pokok/inti dari peran) , ‘challenges to the role of PHN’ (merupakan tantanganterhadap perkesmas) , dan ‘communication’ (komunikasi). Hasil Penelitian
Hasil penelitian cukup digambarkan dengan jelas, di mana berdasarkan hasil wawancara didapatkan empat tema : peran perawat didefinisikan digambarkan sebagai ‘ jack of all trades’ (orang yangmelakukan pekerjaan yang bermacam-macam), ‘the essence of the role’ ( pokok/inti dari peran) , ‘challenges to the role of PHN’
(merupakan tantangan terhadap perkesmas) , dan ‘communication’ (komunikasi). Peneliti juga mencantumkan kalimat-kalimat dalam wawancara yang dikoding yangmenjadi dasar peneliti menetapkan tema. Seperti tampak dalam beberapa kutipan kalimat berikut untuk tema ‘jack of all trades’ : -
‘my main job is the nursing care of everyone in the area’, -
‘The PHN is very general family nurse, as it were, covering …the frail to the baby’ -
‘Regarding the elderly at risk..particularly in bad weather, you know there is a lot of flooding so they’d actually be cut off from maybe other households and I would go to visit them on a regular basis to make sure they are OK’. -
‘We have to visit the babies five days post delivery, so t hat inclues examining the mums and the babies and giving health promotion education and talking them through any problrms such as feeding’ Keterbatasan Penelitian
Dalam jurnalnya, peneliti menjelaskan bahwa kete rbatasan dari penelitiannya yakni kurangnya jumlahsampel, dan studi hanya dilaksanakan di sebuah Negara yakni di Irlandia, tidak dapat digeneralisasikan,karena wilayah geografi yang lebih luas ataupun negara lain mungkin saja dapat memberikan hasil yangberbeda.
Kesimpulan dan rekomendasi
Kesimpulan dari penelitian cukup menjelaskan tuj uan dari penelitian, yakni untuk me njelaskanperan perawat kesehatan masyarakat (Perkesmas) di sebuah wilayah di Irlandia yang menemui kesulitandalam mendefinisikan/menentukan batas-batas peran mereka, hanya saja perlu ditambahkan peran apasaja yang dijalankan perawat kesehatan masyarakat di Irlandia tersebut. Penulis telah menjelaskan secar a rinci implikasi dari terhadap praktik dan kebijakan kesehatan,seperti tampak dalam kutipan berikut ini : Untuk menangani berbagai masalah dalam pe layanankeperawtan kesehatan masyarakat, dalam praktiknya harus didasarkan pada manajemen kasus. Tujuandari manajemen kasus ini yakni untuk memberikan pelayanan yang berkualitas, biaya yang efektif yangdisesuaikan dengan kebutuhan pasien. Rekomendasi lainnya yakni, perlu penjelasan/pendefinisian kembali terhadap peran perawat dalam lingkup peran sebagai ’generalis’ vs ‘spe sialis’ dan perlunya pengakuan dan pengenalan terhadap peran tersebut dalam pelayanan kesehatan masyarakat, perlunyaperan dan posisi yang jelas dari perawat spesialis di komunitas. Daftar Pustaka
Tehnik penulisan daftar pustaka telah disusun dan ditulis sesuai dengan kaidah, yakni menggunakanmetode APA, peneliti menggunakan 56 referensi. Ikhsanuddin Ahmad
[email protected] Staff Dosen Departemen Kep. Medikal bedah dan Kep. DasarFakultas Keperawatan USUPanduan ini diperuntuk bagi kalangan akademi di lingkungan Fakultas Keperawatan USU dalammelakukan kritik yang sistematis pada sebuah artikel pada jurnal ilmiah. Panduan ini perlulatihan dan latihan agar supaya lebih kritis dan efisien dalam mengkritik sebuah artikel. Adapuntahapannya adalah sebagai berikut:A. Tahap Pe ngumpulan Informasi AwalPada tahap awal ini, perlu dikumpulkan informasi-informasi yang paling mendasar pada sebuahartikel penelitian ilmiah, seperti1. Nama penulis2. Judul artikel3. Nama jurnal, nomor volume, tanggal, bulan dan nomor halaman 4. Tujuan penelitian5. Hasil/ temuan utama6. Kesimpulan umumB. Tahap Pemberian KritikPada tahap pengkritikan sebuah artikel ilmiah, hal yang terpenting adalah kualitas opini pengkritik atas artikel tersebut. Sebelum mulai mengkritik, terlebih dahulu membaca keseluruhanartikel guna mendapatkan gambaran atas isi artikel. Kemudian baca kembali dan mulailahmenganalisa dan mengkritik, pada tahapa ini diperlukan lembar catatan atas point point kritikan.Beberapa pertanyaan dibawah ini dapat menjadi acuan dalam mengkritik sebuah artikel ilmiah,antara lain:1. Apakah judul artikel sesuai dan jelas?2. Apakah isi abstrak tergambarkan dengan spesifik? representatif dengan isi artikel? dandibuat dengan format yang benar?3. Apakah tujuan penelitian/ artkel dipaparkan dengan jelas?4. Apakah ide/ isu yang diangkat rele van dan penting?5. Apakah desain dan metode penelitian sesuai dengan tujuan penelitian?6. Jika penelitian menggunakan desai eksperimen/ quasi eksperimen, apakah metodetergambarkan dengan jelas? Apakah cukup detail jika sewaktu-waktu penelitian tersebutdiulang?7. Apakah ditemukan kesalahan/ error atas fakta dan interpretasi hasil penelitian?8. Apakah pembahasan terhadap hasil/ temuan relevan
?9. Apakah penulis/ peneliti me nggunakan kepustakaan yang berkaitan dengan topik pe nelitian?Apakah peneliti menggunakan kepustakaan yang tidak relevan? Bila ditemukan, sarankan untukdi hilangkan!10. Apakah ditemukan ide yang terlalu dilebihlebihkan atau sebaliknya tidak ter paparkan?Bila ditemukan, saranakn untuk revisi yang lebih spesifik?11. Apakah beberapa bagian artikel yang masih dapat dipaparkan lebih lanjut? Atau perludisederhanakan dan dipadatkan? Atau mungkin dihapus?12. Apakah pernyataan penulis/ peneliti jelas? Atau chalenging? Atau malah ambigous? Bilaada, sarankan bagaimana cara membuatnya agar lebih jelas. Hati-hati, jangan sekedar mengganti pernyataan penulis dengan pernyataan anda!13. Apakah asumsi yang mendasari pemikiran penulis/ pen liti?14. Apakah penulis/ peneliti telah objektif pada pembahasan hasil?15. Apakah kesimpulan jelas? Sin gkat dan padat? Serta merefleksikan temuan/ hasil penelitian?C. Tahap Penulisan laporan kritik artikel ju rnal.Pada tahap ini, pengkritik dapat menulis laporan hasil kritiknya terhadap sebuah artikel ilmiah berdasarkan tahapan sebelumnya. Laporan dapat diketik hanya pada 23 halaman dan apabiladipresentasikan, memakan waktu kurang lebih hanya 10 menit.Demikian panduan ini, semoga dapat membantu rekan-rekan sejawat dan mahasiswa di FakultasKeperawatan USU. Untuk saran perbaikan, dapat disampaikan ke email penulis.Sumber: berbagai sumber serta pengalaman penulis