BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Saat ini, tanaman Daun Dewa sangat populerr di kalangan masyarakat , terutama kare na khasiatnya sebagi obat antikanker. Tanaman tersebutbanyak sekali tumbuh di sekitar kita, bahkan sering kali tumbuh secara liar di pekarangan. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang belum mengenal tanaman itu. Kadang-kadang ada pula yang mengalami kesulitan dalam membedakan tanaman tersebut dengan yang lainnya. Daun Dewa termasuk dalam marga yaitu Gynura. Namun, tanaman ini mempunyai perbedaan dengan tanaman yang lainya. Hal ini dapat dilihat pada ciri makroskopisnya, misalnya pada bentuk daun, adatidaknya umbi, dan ada tidaknya bunga. Dalam bidang kesehatan, tanaman tersebut sering dimanfaatkan sebagai obat antikanker, terutama berdasarkan pengalaman para pemakai. Dalam makalah ini dijelaskan mengenai manfaatnya untuk kesehatan, serta beberapa ramuan untuk mengobati penyakit,baik dalam bentuk jamu rebusan maupun dalam bentuk makanan atau minuman. Tidak lupa kami sertakan pula beberapa pengalaman para pemakai ramuan tanaman tersebut. Untuk itulah kami tertarik membuat makalah dengan judul “Khasiat dan Manfaat Daun Mahkota Dewa”.
1
1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang Daun Mahkota Dewa 2. Meninjau klasifikasi Daun Mahkota Dewa 3. Mengetahui deskripsi dari tanaman Mahkota Dewa 4. Mengetahui kandungan kimia dan sifat kimiawi pada tanaman Mahkota Dewa 5. Mengetahui keamanan pemakaian Daun Dewa 6. Membudidayakan Daun Dewa 7. Menegtahui penanganan pasca panen 8. Mengetahui pengalaman pemakaian ramuan daun dewa
1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana klasifikasi dari tanaman Mahkota Dewa? 2. Bagaimana Budi daya dan pasca panen Tanaman Mahkota Dewa? 3. Apa khasiat Daun Dewa dalam bidang kesehatan? 4. Bagaimana pengalaman pemakaian Daun Mahkota Dewa ?
2
BAB II ISI
2.1 Mengenal Daun Mahkota Dewa A. Sekilas mengenai Daun Dewa Daun Dewa (Gynura pseudochina) merupakan tumbuhan semak semusim dengan tinggi sekitar 30-50 cm dan jika umurnya sudah agak tua bercabang banyak. Bentuk daunnya variatif, dari yang lonjong sampai lanset memanjang. Pangkalnya membulat dan ujungnya sedikit meruncing dengan tepi bertoreh. Bunganya majemuk dan buahnya kecil. Setelah berumur 6 bulan akan keluar umbi dan daunnya mengecil. Di Sumatera daun dewa disebut beluntas cina. Sementara itu, sebuatan atau bahasa Cinanya samsit dan san qi cao. Bagian tanaman yang dimanfaatkan untuk pengobatan adalah daun dan umbinya.
Dari penelitian diketahui bahwa tanaman diatas mengandung saponin dan flavonoida. Di samping kandungan tersebut, daun dewa juga mengandung alkaloida.
3
B. Botani Daun Dewa termasuk suku compositae/asteraceae. Kedua tanaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi
: Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae. Bangsa
: Asterales.
Suku
: Compositae/asteraceae.
Marga
: Gynura.
Jenis
: Gynura pseudochina (daun dewa).
Nama umum : Daun Dewa C. Deskripsi Tanaman Daun dewa merupakan semak semusim, dengan tinggi antara 3050 cm. berbatang lunak dengan penampang bulat, berwarna ungu kehijauan dan akar membentuk umbi. Berdaun tunggal, bentuk daun variatif dari yang lonjong sampai lanset memanjang, tersebar mengelilingi batang, tangkai pendek, berwarna hijau, dan tepi bertoreh. Panjang daun bisa mencapai 30 cm dan lebar mencapai 10 cm. Daun berdaging, berbulu halus dan lebat, ujung tumpul dan pangkal meruncing, pertulangan menyirip, serta permukaan bawah berwarna hijau atau ungu. Bunga majemuk berbentuk bongkol, berbulu, panjang tangkai bunga antara 20-30 cm, serta kelopak berwarna hijau dan berbentuk cawan. Panjang mahkota bunga antara 1-1,5 cm dan benang sari berbentuk jarum berwarna kuning. Berbuah kecil berwarna cokelat. Biji berbentuk jarum berwarna cokelat dengan panjang sekitar 0,5 cm, dan berakar serabut.
4
D. Kandungan Kimia Tanaman daun dewa mempunyai kandungan kimia yang bermanfaat bagi manusia. Berbagai kandungan yang diketahui di antaranya saponin dan flavonoida( berupa asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat, dan asam vanilat). Di samping kandungan tersebut, daun dewa juga mengandung alkaloida. E. Sifat Kimiawi Daun dewa bersifat manis, tawar, dingin, dan sedikit toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan menyejukkan. Tawar atau tanpa rasa bersifat sebagai peluruh kencing atau diuretik. Sifat dingin dipakai untuk pengobatan pada sindroma panas, misalnya demam, rasa haus, lidah berwarna merah, atau air seni atau air kencing berwarna kuning tua. Bersifat sedikit toksik (racun), sehingga pemakaiannya sebaiknya tidak berlebihan.
F. Efek Farmakologi dan Hasil Penelitian Secara tradisional daun dewa telah banyak digunakan sebagai antikanker. Beberapa penelitian eksperimental di laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak Gynura procumbens mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit (tikus) karena benzopirena. Metode yang digunakan adalah metode new born mice. Anak mencit yang baru lahir disuntik secara intraperitonial dengan bahan yang bersifat karsinogen, yaitu benzopiren pada
hari pertama, ke-8, dan ke-15
setelah kelahiran. Pemberian daun dewa dimulai saat mencit berumur 8 minggu dan pemeriksaan nodul paru dimulai setelah mencit berumur 6 bulan. Pemeriksaan hispatologi terhadap beberapa organ juga dilakukan
dan
sebagai
data
pendukung
dilakukan
pula
uji
antimutagenesis terhadap Salmonella typhymurium JCM 6977. Hasil yang diperoleh adalah ekstrak etanol Gynura pseudochina memiliki efek
5
penghambatan pertumbuhan tumor paru oleh benzopiren, terbukti dengan lebih sedikitnya jumlah nodul dalam kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok control (Sugianto,dkk.,1997). Bagian daun dari daun dewa dapat digunakan untuk mengatasi demam. Ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa pemberian infuse daun dewa sebanyak 8ml/kg BB dengan konsentrasi 5%,10%,dan15% b/v per oral (berat/volume, misalnya infuse daun dewa 5% b/v berarti 5 gram daun dewa dalam 100 ml infuse ) pada marmut yang dibuat demam dapat memberikan pengaruh sebagai antipiretik. Dalam penelitian ini digunakan pembanding parasetamol (Marmuwati, Jurusan Farmasi FMIPA unhas,1993). Sebagai penurun kadar gula darah (kencing manis), Nurul Hidayah dari Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia (1991), telah melakukan penelitian yang hasilnya adalah pemeberian sari daun dewa dengan dosis setara 100 mg daun/100 gram berat badan (BB) tikus dapat menurunkan kadar glukosa
darah 1 jam setelah perlakuan.
Sementara itu, Pujiastuti dan kawan-kawan telah melakukan penelitian tentang khasiat daun dewa yang dapat memberikan efek analgesik (mengatasi rasa nyeri ) lebih baik dibandingkan sengan asetosal. Penelitian dilakukan dengan cara member sari daun dewa segar kepada mencit dengan dosis 0,01 ml/10 g BB yang diberikan secara oral (diminum). Dosis 2,32 mg/0,2 ml dan 4,64mg/0,2 ml dari ekstrak heksan daun dewa yang diberikan secara intraneoplasma pada mencit yang diinduksi dengan zat yang bersifat karsinogen, yakni benzopirena, mampu menghambat pertumbuhan kanker. Hal ini juga didukung dengan data histipatologi yang menunjukkan adanya nekrosis dari selsel kanker (Sukardiman,IGP Santa, dan N. Wied Aris R.K, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga).
6
G. Keamanan Pemakaian Daun Dewa Keamanan pemakaian dalam pengobatan kanker diamati dengan cara menentukan LD50 terhadap mencit. LD50 adalah angka yang menunjukkan bahwa pada suatu perlakuan menggunakan dosis/takaran tertentu, megakibatkan 50% hewan yang digunakan untuk percobaan (objek)mati. Dengan menggunakan metode perhitungan secara ReedMuench diketahui bahwa LD50 ekstrak etanol daun dewa sebesar 5,556 gram per kg BB ( Sudiarso etal,1997). Jika dikonsumsi berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg, LD50 tercapai jika mengkonsumsi sebanyak 27,78gram ekstrak atau lebih kurang sama dengan daun dewa segar sejumlah 277 gram (lebig dari ¼ kg). padahal, kita hanya menggunakan daun dewa segar sehari 2 kali, masing-masing 2 lembar. Jadi, jika kita mengkonsumsi daun dewa 6-15 lembar sehari, kondisinya masih aman.
2.2 Budidaya dan Pasca Panen Daun Dewa A. Budi Daya Daun Dewa Budi daya tanaman obat, termasuk daun dewa dilakukan untuk tujuan melestarikan lingkungan hidup dan untuk memenuhi bahan baku obat tradisional. Untuk keperluan tersebut perlu diperhatikan kualitas produk bahan baku yang dihasilkan dan keaslian varietas tanaman. Dalam budi daya tanaman obat, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Setiap tahap mempunyai cirri tersendiri dan memerlukan perhatian khusus. Selain itu, lingkungan tumbuh merupakan factor yang cukup penting karena berkaitan dengan peningkatan produksi tanaman, biaya produksi, dan sifat genetic dari tanaman yang dapat dipertahankan. Berkaitan dengan lingkungan , iklim dan tanah merupakan factor yang memungkinkan tanaman dapat berkembang secara baik. Masalah penanganan pascapanen juga ikut berperan
7
dalam menentukan mutu atau kualitas bahan atau simplisia yang dihasilkan.
a. Lokasi Tumbuh Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan laut). Di dataran tinggi, daun dewa bisa berbunga dengan warna kuning, tetapi jika ditanam di dataran rendah jarang yang berbunga. Di samping itu, daun dewa tumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan antara 1.500-3.500 mm/ tahun dengan tanah yang agak lembab sampai lembab dan subur. b. Persiapan Lahan Lahan yang akan ditanami bisa disiapkan dengan membuat bedengan-bedengan selebar 2 m dan panjangnya disesuaikan dengan lahan. Di bedengan tersebut dibuat lubang tanam dengan ukuran sekitar 20x20x20 cm. c. Pembibitan Memperbanyak tanaman daun dewa sangat mudah dilakukan, yakni dengan cara stek cabang sekunder, umbi, atau tunas anakan. Penyiraman harus dilakukan setiap hari. Lama persemaian sekitar 3 bulan. 8
d. Penanaman Penanaman daun dewa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Umbi tanaman bisa langsung ditanam. Dalam beberapa hari, di atas umbi akan tumbuh anakan. 2. Jika tingginya sudah mencapai 15-20 cm, anakan bisa dipisahkan dari umbinya, selanjutnya anakan tanpa akar tersebut dapat di tanam kembali. 3. Jika tanaman sudah tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai anakan. Jika tingginya sudah mencapai 15 cm, dipotong dan ditanam kembali. 4. Daun dewa sebaiknya ditanam di tempat yang agak teduh (idealnya mendapat 60% sinar matahari), dengan menggunakan penaung berupa paranet. Hal ini dilakukan agar tidak menghasilkan daun yang keras. e. Pemupukan Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organic, berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk tersebut diberikan sekitar 5 gram untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman dengan cara diaduk dengan tanah di dalam lubang tanam. Pemupukan selanjutnya dapat menggunakan pupuk daun jika tanaman tampak
9
kekurangan unsure hara, yakni jika tampak kurus dan daun berwarna kekuningan.
f. Perawatan Tanaman Penyiraman
sangat
memegang
peranan
penting
terhadap
penampilan daun. Jika kekurangan air, daunnya kecil-kecil dan tebal, sedangkan jika cukup mendapat air, daunya lebar dan panjang. Karena itu, penyiraman dalam jumlah yang cukup harus secara rutin setiap hari. g. Penanggulangan Hama dan Penyakit Hama utama yang menyerang daun dewa addalah ulat jengkal ( Nyctemera coleta) dan kumbang Psylliodes sp. Ulat jengkal memakan daun sampai habis dan yang tersisa hanya tulang daun. Sementara itu, serangan kumbang mengakibatkan daun menjadi berlubang-lubang. Untuk
mengurangi
serangan
hama
tersebut
harus
dilakukan
pemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh tanah. Jika terjadi ledakan hama, perlu digunakan insektisida sintetis, seperti Dikhlorvos atau Fentrotion dengan dosis 1 ml atau 1 gram per liter sebanyak 4-5 helai kea rah pucuk. h. Panen Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4-5 helai daun kearah puncak. Di batang bekas pangkasan akan tumbuh tunas –tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap.
10
B. Penanganan Pascapanen Jika tidak digunakan dalam bentuk segar, tanaman obat yang sudah dipanen harus segera ditangani (pascapanen), karena jika dibiarkan dalam waktu yang lama, tanaman akan busuk atau kualitasnya akan menurun. Pascapanen merrupakan suatu tahap pengolahan dari bahanbahan yang telah dipanen. Pengolahan pascapanen harus dilakukan dengan benar, karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung dalam tanaman obat yang akan digunakan. Jika pengolahan tidak dilakukan secara baik dan benar, akan dihasilkan simplisia yang tidak memenuhi persyaratan. Hasil akan dikatakan baik jika memenuhi criteria, seperti penampakan menarik, bersih, dan memenuhi standart mutu yang berhubungan dengan zat berkhasiat.
2.3 Daun Dewa Untuk Pengobatan Sebagai tanaman obat, daun dewa berkhasiat mengobati beberapa penyakit selain kanker. Untuk pengobatan, daun dewa dapat diminum tanpa campuran bahan-bahan lain atau diramu dengan bahan lain, seperti temulawak, benalu teh, dan daun deruju sesuai dengan tujuan pengobatan. Di samping dikonsumsi dalam bentuk ramuan, daun dewa bisa juga dikonsumsi dalam bentuk makanan atau minuman, misalnya untuk lalapan atau dibuat urap-urap. Namun, harus diperhatikan , jika mengkonsumsi dalam bentuk makanan , jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan,
11
apalagi bagi orang yang tidak menderita penyakit, karena baik daun dewa adalah tumbuhan yang berkhasiat obat.
A. Khasiat Daun Dewa Khasiat daun dewa banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara. Biasanya digunakan untuk mengobati demam, rash, atau ruam di kulit, dan
kelainan
dimanfaatkan
ginjal.
Akhir-akhir
ini
tanaman
untuk
mengontrol
penyakit
tersebut
kencing
banyak
manis
dan
hiperlipidema atau kadar kolesterol tinggi. Berdasarkan pengalaman, daun dewa ternyata dapat mengatasi beberapa jenis penyakit dan gangguan kesehatan sebagai berikut. a. Kanker dan Tumor Kanker adalah suatu penyakit akibat terjadinya pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Jika tidak diobati, sel kanker akan terus berkembang dan menyusup, baik ke jaringan sekitarnya (invasive) maupun ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Akibatnya, tumbuh kanker baru di tempat lain, hingga menyebabkan kematian penderita. Tumor
adalah
istilah umum
yang digunakan
untuk segala
pembengkakan atau benjolan yang disebabkan oleh apa pun, baik pertumbuhan jaringan baru maupun adanya pengumpulan cairan, seperti kista atau benjolan yang berisi darah akibat benturan. Karena itu, ada
12
istilah
tumor
jinak
maligna,malignant )
(benigna,benign)
dan
tumor
ganas
(
yang berarti kanker. Tumor jinak tumbuhnya
lambat, setempat (local), tidak menyebar ke bagian yang lain dari tubuh, serta jarang mengganggu kesehatan. b. Prostat Kelenjar prostat adalah bagian penting dari system reproduksi lakilaki. Kelenjar prostat sebenarnya bukan kelenjar, melainkan merupakan organ yang terdiri dari sekitar 70% jaringan kelenjar dan 30% jaringan fibromuskular. Pada laki-laki dewasa, ukurannya adalah sebesar kacang kenari dan berbobot sekitar 20 gram. Prostat terletak tepat di bawah kandung kencing dan didepan rectum dan diselimuti kapal berserat ynag tebal. Umumnya, ukuran prostat konstan atau tetap selamat 30 tahun setelah pubertas. Pada beberapa laki-laki , prostat bahkan tidak mengalami pertumbuhan lebih lanjut. Sayangnya, ini tidak dialami semua laki-laki. Ada laki-laki menderita pembesaran prostat tetapi tidak ganas. Secara medis, pembesara ini disebut dengan pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia atau BPH). Pembesaran prostat ini dapat menghalangi pengeluaran urin dari kandung kemih, sehingga penderita mengalami kesulitan buang air kecil. Hal ini menyebabkan jumlah urin dalam kandung kemih berlebihan dan menimbulkan peradangan sehingga timbul rasa nyeri, panas, atau bahkan mengeluarkan darah sewaktu kencing. c. Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah dianggap normal jika mempunyai tekanan antara 100-140 mm Hg untuk tekanan sistolik dan 60-90 mm Hg untuk tekanan diastolic. Tekanan sistolik menunjukkan tekanan jantung saat memompa
darah
ke
seluruh
tubuh,
sedangkan
tekanan
13
diastolikadalah tekanan jantung saat tidak memompakan darah ke seluruh tubuh (istirahat memompa). Hipertensi sebetulnya merupakan akibat dari kerja keras jantung untuk dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Juka saluran darah di jaringan seluruh tubuh sudah mengalami penebalan dan pengurangan elastisitas, system dalam tubuh berupaya menaikkan tekanan jantung agar distribusi darah dapat berjalan normal. Hal ini dapat menimbulkan jantung mudah lelah sehingga fungsinya sebagai alat pompa darah akan menurun. d. Kencing Manis Diabetes
mellitus
atau
penyakit
kencing
manis
disebabkan
menurunnya produksi hormone insulin oleh kelenjar pancreas. Akibatnya, seluruh gula yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna menjadi tenaga. Hal ini menyebabkan kandungan
di
dalam
darah
meningkat.
Kondisi
seperti
ini
mengakibatkan penderita merasa lesu, selalu merasa haus, lapar, sering buang air kecil, dan penglihatan kabur. Penyakit diametes mellitus dapat dialami setiap orang sebagai akibat dari kelainan di kelenjar pancreas atau kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut sangat erat kaitannya dengan proses metabolisme dalam tubuh. e. Penyakit lain Bebrapa penyakit lain yang bisa diatasi dengan daun dewa diantaranya masuk angin, luka bakar dan luka teriris, bisul, koreng, kutil, cantengan, serta akibat digigit binatang berbisa.
14
B. Ramuan Daun Dewa untuk Pengobatan a. Obat Dalam 1. Tumor atau Kanker Bahan : Daun dewa segar 2 lemba, benalu the 5 gram, temulawak segar 25 gram, dan air 2 gelas. Cara Pembuatan : Setelah dicuci bersih, daun dewa dan temulawak diiris tipis-tipis. Kedua bahan dicampur benalu the dan ditambah 2 gelas air, kemudian direbus hingga mendidih. Pemanasan dilanjutkan, sambil sesekali diaduk hingga diperoleh 1 gelas cairan. Cairan didinginkan, kemudian disaring. Aturan Pemakaian : Diminum 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas. 2. Kencing Manis atau Diabetes Mellitus` Bahan : Daun dewa 10 lembar dan air 2 gelas Cara Pembuatan : Daun dewa dicuci bersih, kemudian diranjang, selanjutnya ditambah 2 gelas air dan direbus hingga mendidih. Pemanasan dilanjutkan hingga diperoleh 1 gelas cairan. Cairan didinginkan , kemudian disaring Aturan Pemakaian :
15
Ramuan diminum 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas. 3. Hipertensi atau Tekanan Darah Bahan, takaran, cara pembuatan ramuan , dan aturan pemakaian ramuan sama dengan ramuan untuk kencing manis. 4. Masuk Angin Umbi daun dewa sebanyak 6-9 gram dibersihkan , dicuci, ditambah air 1 gelas, dan direbus sampai mendidih hingga diperoleh ½ gelas cairan. Cairan diminum sekaligus saat badan terasa tidak enak atau terserang masuk angin. b. Obat Luar
1. Luka Bakar dan Luka Teriris
Setelah dicuci bersih, umbi daun dewa dipipis atau dihaluskan menggunakan cobek. Ditambahkan daging atau lendir lidah buaya, kemudian dilumatkan sampai rata, hingga menyerupai salep. Ramuan tersebut dibalurkan di bagian tubuh yang sakit, lalu di balut. 2. Kutil dan Kuku Cantengan Daun dewa segar secukupnya , dicuci bersih lalu dipipis. Selanjutnya dibubuhkan di kutil atau bagian kuku yang terkena cantengan, lalu di balut. Pengobatan dilakukan (diganti) 2 kali sehari. 3. Bisul dan Koreng Daun dewa dan daun cocor bebek segar dengan ukuran yang sama banyak. Kedua bahan dicuci bersih dan dipipis. Ramuan ini ditempelkan di bisul atau koreng yang sebelumnya sudah dibersihkan dengan rebusan air sirih, lalu dibalut.
16
4. Digigit Binatang Umbi daun dewa secukupnya ditumbuk sampai halus. Cara pemakaiannya dibubuhkan di bagian tubuh yang tergigit binatang berbisa, lalu dibalut. c. Pemakaian Daun Dewa dalam Bentuk Makanan dan Minuman a. Makanan 1. Lalapan Bahan : Daun dewa yang tidak terlalu tua, daun kemangi , mentimun, dan buah pare yang sudah dibuang bijinya. Cara pembuatan : Semua bahan dicuci berulang-ulang sampai bersih. Jika tidak langsung dikonsumsi, sebaiknya dimasukkan dalam kulkas atau lemari pendingin. Cara penyajian : Disajikan dan dikonsumsi bersam sambal saat makan nasi. b. Minuman
17
Jus Daun Dewa Bahan : Daun dewa sebanyak 7 lembar, wortel 1 buah, tomat 2 buah, gula pasir 2 sendok makan, dan air masak 200 cc. Cara pembuatan Wortel dikupas kulitnya, kemudian dicuci bersih dan diiris tipistipis. Daun dewa dan tomat dicuci bersih Semua bahan ditambah dan air masak, kemudian diblender. Dituangkan kedalam gelas dan siap diminum.
2.4 Pengalaman Pemakai Ramuan Daun Dewa A. Tumor Mengecil Setelah 2 Minggu Minum Ramuan Daun Dewa DI, 21 Tahun, Solo, Jawa Tengah Saya seorang mahasiswi, berusia 21 tahun. Seperti kebanyakan remaja lain, saya paling senang makan makanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna, misalnya bakso atau siomai. Namun, sejak mengetahui adanya benjolan di Payudara saya, saya merasa khawatir. Terlebih lagi ketika saya memeriksakan hal tersebut pada salah satu rumah sakit, ternyata saya disuruh operasi. Hal ini yang paling saya takutkan, meskipun menurut dokter, operasi yang harus dilakukan bukan termasuk operasi besar, karena saya hanya terkena tumor. Selama berhari-hari saya memikirkan hal tersebut, sampai suatu hari ibu saya menyampaikan keluhan ini kepada salah seorang tantenya yang ada di Surabaya. Oleh tantenya, ibu diberi saran agar saya mencoba pengobatan alternative yang ada di dekat rumahnya, karena suaminya pernah mendapatkan ramuan tradisional yang terdiri dari daun dewa, benalu teh, dan kunir putih selama 2 minggu, keluhan yang saya alami, seperti nyeri, berangsur-angsur berkuang dan benjolan yang ada mulai mengecil. Untuk memastikannya secara medis, saya kembali
18
memeriksakan payudara saya ke rumah sakit, dan ternyata menurut keterangan dokter yang memeriksa, tumor saya memang mengecil dan untuk sementara tidak perlu dioperasi.
B. Rasa Nyeri Akibat Kanker Rahim Berkurang dan Berat Badan Berangsur Naik Mm, 59 tahun, Surabaya, Jawa Timur Saya seorang ibu rumah tangga dengan 4 orang anak yang sudah besar-besar, bahkan 2 orang sudah berumah tangga. Dari segi materi, keluarga kami bisa dikatakan lebih dari cukup, tetapi ada satu persoalan yang membuat saya bersedih karena saya dinyatakan menderita kanker kandung rahim stadium 2 oleh dokter yang memeriksa saya. Sejak mengetahui hal tersebut, saya jadi sering termenung sendiri, sampai badan saya berkurang lebih dari 5 kg. Saya harus disinar dan minum obat-obatan. Akibat tindakan tersebut, rambut saya menjadi rontok. Di samping menjalani pengobatan tersebut, saya berusaha mencari pengobatan yang lain. Sampai pada suatu hari ada saudara saya yang dating menjenguk dan menyarankan agar saya mengkonsumsi daun dewa. Saudara saya menyarankan kepada saya agar tidak bosan. Tanaman tersebut saya konsumsi dalam bentuk lalapan saat makan, masing-masing 3 lembar pada pagi dan malam hari. Alhamdulillah, setelah melakukan hal tersebut, rasa nyeri yang bisa saya rasakan berangsur-angsur berkurang dan berat badan saya juga ada kenaikan , meskipun baru 2 kg. C. Buang Air Kecil Menjadi Lancar Tk, 61 tahun, Sidoarjo, Jawa Timur Saya seorang purnawirawan yang menikmati masa tua bersama istri dan anak bungsu. Ketiga anak saya yang lain sudah berkeluarga dan memberikan 6 orang cucu yang lucu –lucu. Namun, akhir-akhir ini saya
19
mengalami gangguan pada malam hari, yakni jika saya buang air kecil. Saya merasa ada hambatan saat buar air kecil, sehingga setiap buang air kecil pada malam hari tidak tuntas, meskipun tidak ada rasa nyeri. Pada suatu hari, seorang teman mengajak berobat di salah satu poliklinik tradisional di Surabaya. Saya diberi ramuan yang berisi daun dewa, benalu teh, temulawak, dan kumis kucing. Setelah minum ramuan tersebut selama 7 hari, keluhan yang say rasakan menjadi berkurang dan buang air kecil menjadi lancar. D. Menghilang Rasa Nyeri setelah Operasi kanker Payudara Ibu Dn, 45 tahun, Surabaya Saya seorang ibu rumah tangga dengan 1 orang anak berusia 10 tahun. Satu tahun yang lalu saya menjalani operasi tumor payudara di salah satu rumah sakit di kota kami. Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar. Setelah operasi tersebut, saya masih dianjurkan untuk melakukan kontrol dan diberi obat untuk penghilang rasa nyeri yang bisa diminum sewaktu-waktu jika terasa nyeri. Suatu hari saya bertemu dengan teman yang kebetulan mempunyai keluhan yang sama. Dia mengatakan bahwa dia tidak lagi menggunakan obat-obat kimia, tetapi menggunakan daun dewa. Karena dia tidak senang dengan minum jamu, daun dewa tersebut dikonsumsi dalam bentuk lalapan, dan dimakan jika rasa nyeri dirasakan olehnya. Dengan pengalaman teman saya tersebut, saya jadi ikut-ikutan. Sekarang saya jarang minum obat penghilang rasa nyeri, sebagai gantinya saya menggunakan daun dewa sebagai lalap.
20
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi literature yang saya lakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman daun dewa merupakan tanaman obat yang mempunyai banyak manfaat. Selan itu, tidak jarang juga banyak orang yang tidak mengetahui manfaat dari tanaman tersebut. 3.2 SARAN Tanaman obat berupa daun dewa banyak tumbuh di Asia tenggara terutama di Indonesia. Maka dari itu, “marilah kita jaga agar tanaman obat tetap lestari sampai anak cucu kita “
21
Lembar Pengesahan Demikianlah makalah ini kami susun sebagai pemenuhan tugas sejarah. Yang berjudul : “Khasiat dan Manfaat Daun Mahkota Dewa” Yang disusun oleh Badrut Tamam Ibnu Ali, Erlin Puspadewi, Fadilia Jalal, Firandha Ajeng dari kelas XII A-1. Dan telah dipersentasikan dihadapan siswa SMAN 2 Situbondo, Guru pengajar PKLH. Penandatanganan bermaksud bahwa makalah ini telah mendapat persetujuan dan telah disahkan oleh pihak yang bersangkutan.
Guru Pembimbing
Kepala Sekolah SMA N 2 Situbondo
Bpk. Cahyo, Spd
Dra. Endang Wiji Lestari
22
DAFTAR PUSTAKA A. Buku dan Majalah Asmino, Pengobatan Alternatif terhadap Kanker, (tidak diterbitkan) Dalimartha, Setiawan, Atlas Tumbuhan Obat, Jilid 1, Jakarta: Trubus Agriwidya,1999 Departemen Kesehatan RI, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan,1989 Departemen Kesehatan RI, Cara Pembuatan Simplisia, Jakarta, 1985 Harmanto, Ning, Menaklukkan Penyakit Bersama Mahkota Dewa, Jakarta: AgroMedia Pustaka,2003 Hutapea,Johnny R dan Sri Suganti S., Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 1991 Maat, Suprapto, Tanaman Obat untuk Kanker, disampaikan pada seminar kanker, penanggulangan dan Pengobatan alternative, dalam Rangka Lustrum IX Universitas Airlangga, Surabaya: 20 November 1999 Soegijono,KR.,dkk., Resep Masakan Toga, surabay: Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Pengobatan Obat Tradisional Syukur, Cheppy dan Hernani, Budi Daya Tanaman Obat Komersial, Cetakan II, Jakarta: Penebar swadaya,2002
B. Internet http://www.sma.org.sg/smj/4101/articles/4101a2.htm http://www.idionline.org/obat/tradisional/d.htm http://www.iptek.net.id/ind/cakraobat/tanaman obat.php/id=34 http://www.sinar harapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/042/kes3.html
23