S U MB E R B E L A J A R P E N U N J A N G P L P G 20 2 016
MATA P E L AJ A R AN/ AN /P A K E T K E A HL IAN B IMB ING AN DAN K ONS E L ING
BAB IV PENDEKATAN KONSELING
M. R amli Nur Hidayah E lla F aridat aridatii Ze n E lia lia F lurentin urentin B las ius B oli oli L as an Imam Imam H ambali
KE ME NTE R IAN P E NDIDI NDIDIKAN KAN DAN KE BUDAYAAN D IR IR E K T O R AT A T J E N D E R A L GDAN DA U RNUTE NAG NAG A KE P E NDI ND IDIKAN DIKAN
2016 1
D AF A F T A R IS I
Halaman K O MP MP E T E N S I I N T I
3
K O MP MP E T E N S I D A S A R
3
U R A I A N MA T E R I P E MB E L A J A R A N A . P sikoan sikoanal aliisis
3
B . K onseling onseling B erpus erpus at P ribadi ibadi
7
C . K onseli onseling ng Behavior Behavior
10
D . KonselingR KonselingR as ional ional E motif motif B ehavior
14
E . K onseli seling R eali ealitas
20
F . K onseli seling Trai Traitt & F acto actor
33
DAFTAR R UJUKAN
42
2
BABIV BABIV PENDEKATAN KONSELING
KOMPETENSI INTI Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling
K O MP MP E T E N S I D AS AS A R Mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
UR AIAN AIAN MATE R I P EBM ELAJARAN T erdapat berbag ai pendeka tan kons eling eling yang dapat diguna diguna kan kons elor dalam memberikan layanan konseling individua l dan kelompok kepada konseli . Pendekatan tersebut antara lain psikoanalisis, konseling berpusat pribadi, konseling be havior, konseling i ng rasional-emotif behavior, konseling realitas, dan konseling ringkas be rfokus solusi, dan konseling trait & factor.
A. Psikoanalisis Psikoanalisis merupakan ancangan konseling yang ikembangka d n S igmund F reud s ejak akhir aba d ke-19 -19 s ampai amp ai de ka de awa l aba d e-20. e-20. k P endeka tan ini merupakan das ar dari kons eling eling
dan ps ikoterapi ikoterapi modern. modern. K onse ling ling ini berkembang dari has il penelitian penelitian
F reud terhada terhada p konflik konflik yang dia dia lami se ndiri, ndiri, int interaks i denga n orang tuanya, dan konflik konflik yang dialami para pasien yang dibantunya.daPaumumnya, pendekatan konseling yang muncul setelah psikoanalisis adalah pengembangan pendekatan tersebut atau modifikasi konsep dan prosedur psikoanalisis atau penentangan terhadap pendekatan tersebut (C orey, orey, 2013).
1. H akikat Manus Manus ia Pada dasarnya manusiaditentukan oleh energi psikis dan pengalaman aaw l kehidupannya, terutama masa lima atau enam tahun pertama dalam kehidupan. Motif motif dan konflik yang tidak disadarinya memiliki peran utama dalam perilaku individu 3
saat ini. Kekuatan irasional sangat kuat dan individu diarahkan oleh dorongan -dorongan s eks ual dan ag res if. P enga laman awal kehidup kehidupan an memili memiliki peran peran ya ng s anga t menentukan menentukan karena masalah -masalah kepribadian selanjutnya berakar pada konflik -konflik masa kana k-kanak y ang dit diteka n ke a lam tid tidak ak s ada r (C orey, orey, 2013) .
2. S truktur ruktur kepribadian S truktur uktur kepribadian kepribadian terdir terdirii atas atas id, eg o, dan s uperego (C orey, orey, 2013) . Id adalah komponen biologis kepribadian yang merupakan sumber energi psikis dan tempat instink. Id memiliki k i fungsi primer yang dalam bekerjanya men ggunakan prinsip kepuasan. K es elur eluruhan aspek id berada berada dalam dalam lapis lapis an ketidaksa ketidaksa daran. daran. E go merupakan merupakan komponen komponen ps ikologis ikologis indivi individu du yang berfungs berfungs i s eba ga i eks ekutif ekutif kepribadian kepribadian deng an meng g unaka n prin prinss ip realit realitas dalam be kerjanya kerjanya . E go merupakan tempat int in gensi tele dan aspek ras ionali ionalittas . S ebag ian bes bes ar as pek eg o berada berada dalam lapisa n kes adaran. S upereg upereg o adalah komponen sosial yang berfungsi sebagai hakim kepribadian yang merupakan tempat kode-kode moral sosial masyarakat dengan menggunakan prinsip kesempurnaa dalam n kerj kerjanya. S ebagian besar as pek supere super go e berada dalam lapisan ketidak sadaran.
3. K ecemas an dan Mekani Mekanisme sme P ert ertahanan E go Kecemasan merupakan perasaan takut yang berasal dari perasaan, ke nangan, keinginan, dan pengalaman yang ditekan, tetapi muncul dalam alam ke s ada ranC orey, orey, 2013 ). K ec ema s an muncul seba g ai akibat perebutan perebutan energi psikis a ntara ntara id, eg o, dan superego. Kecemasan demikian berfungsi sebagai peringatan adanya bahaya yang mengancam individu. Kecemasan terdiri dari kecemasan realitas, kecemasan eurotik, n dan kecema s an moral. moral. Mekanisme pertahanan ego/diri membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah ego dari kewalahan/kekalahan secara psikologis (C orey, orey, 2013) . Mekanisme ini normal selama tidak menjadi gaya hidup yang membuat individu menghind ar dari menghadapi kenyataan. kenyataan. C ara kerja kerja mekanisme pertahanan pertahanan eg o ialah ialah menolak atau mengaburkan kenyataan dan terjadinya tidak disadari oleh individu. Mekanisme pertahanan
diri
terdiri
dari
represi,
penolakan,
pembentukan
reaksi,
proyeksi,
, ras ras ionalisa ionalisa s i, sublimas sublimas i, reg reg res i, int introyeks royeks i, ident identif ifikas ikas i, dan kompens as i. displacement 4
4. Perkembangan Kepribadian Individu berkembang melalui tahap oral (lahir 18 bulan), anal (18 bulan 36 bulan), fallis (3 tahun 6 tahun), latensi (6 tahun tal (12 tahun ke atas). 12 tahun), dan geni Tahap oral merupakan tahapan perkembangan di mana mulut merupakan daerah utama pemuas an kebutuhan. P emenuha n kebutuhan das ar pada taha p in diperoleh da ri menghisap dan mengigit. Pada tahap anal, daerah anus merupakan daerah utama pemenuhan k ebutuhan. P emenuha n kebutuhan da s ar pada taha p ini diperoleh me lalui menahan atau membuang fes es .
P ada tahap fallis, orga n kelamin merupakan daerah
utama pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan dasar pada tahap ini diperoleh melalui fantasi seks ual dan manipulasi organ kelamin. Tahap latensi merupakan tahap di mana energi psikis diarahkan untuk aktivitas sebaya dan peningkatan kompetensi diri dalam bidang fisik dan kognitif. Pada tahap genital, individu melanjutkan perkembangan tahap fallis dan e pmbentukan pola interaks i yang s ehat dengn lawan jenis (C orey, 2013) . Perkembangan normal kepribadian berdasarkan penyelesaian dan integras i tahap perkembangan, sedangkan perkembangan kepribadian salah suai merupakan akibat penyelesaian beberapa tahap
rkembanga pe n
yang tidak memadai. K ece masan
merupakan akibat represi konflik dasar dan proses yang tidak disadari berkait an erat deng an perilaku s aa t ini apaka h s eha t maupun malas uai. K arakteris tik pribadi s ehat: eg o berfungsi efektif sebagai pelaksana kepri badian, da n pengg unaan mekanisme pertahanan diri secara proporsional, sedangkan karakteristik pribadi salah suai: ego tidak berfungsi efektif sebagai pelaksana kepribadian, dan penggunaan mekanisme pertahanan diri secara berlebihan sebagai gaya hidup (C orey, 20 13).
5. ProsesKonseling K onseling pada das arnya adalah prose s rekonstruks i kepribadian konseli dengan tujuan membantu konseli menjadikan materi yang tidak disad ari menjadi disadari, memfungsikan ego secara efektif, menghidupkan kembali pengalaman awal dan menangani konflik yang direpresi, dan mencapai kesadaran intelektual dan emosional (C orey, 2013) . Pencapaian tujuan konseling dicapai melalui tahap pembukaan, pengembangan transferensi, tahap penanganan, dan resolusi transferensi (G illiland, J ames , & Bowman, 5
1989 ). T aha p pembukaa n merupaka n taha p penentuan kelaya kan ma s alah kons eli untuk ditangani
psikoanalisis.
Tahap
pengembangan
transferensi
adalah
tahap
untuk
mengembangkan dan menganalisis hubungan konseling yang menyadarkan perilaku masa lalu kons eli yang mempeng aruhi perilakunya s aa t ini se hingg a ia mampu membuat working through) adalah proses keputusan yang lebih layak. Tahap penanganan (
pemecahan konflik -konflik dasar yang termanisfestasi dalam hubungan konseli dengan kons elor melalui peng ulang aninterpretas i dan e ks ploras i bentuk -bentuk resistensi konseli. T aha p R es olusi T rans ferensi yaitu tahap y ang dimaks udkan untuk menga tas i ketergantungan konseli kepada konselor setelah konflik utama terselesaikan dalam konseling. J ika konse li s iap menghada kenya pi taan, maka kons eling diak hiri. D alam proses konseling, konselor anonym dan konseli mengembang kan proyeks i terhadap konselor; fokus konseling ialah mengurangi resistensi yang berkembang dalam penanganan transferensi dan kendali yang lebih rasional; onseli k menjalani konseling jangka panjang , melak s ana ka n as os ias i beba s untuk me ng ung ka p -konflik konflik da n memperoleh tilikan insight ( ) melalui pembicaraan; dan konselor membuat interpretasi untuk mengajar konseli tentang arti perilaku saat ini sebagaiman a terkait dengan ma s a lalunya (C orey, 2013) .
6. T eknik-Teknik K onseling T eknik-teknik kons eling diranc ang untuk memba ntu kons eli memperoleh aks es terhada p konflik-konflik yang tidak dis ada ri ya ng dapa t meng has ilkan tilikan dan a s imilas i materi-materi baru ole h ego. Teknik -teknik pokok yang digunakan psikoanalisis adalah interpretasi, asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi,dan analisis transferensi (C orey, 2013) . Interpretasi adalah penjelasan dan bahkan pembelajaran kepada konseli tentang makna perilaku yang
ditampakkan dalam mimpi, as osias i bebas , res is tens i, dan
trans ferens i. As os ias i bebas ada lah teknik yang digunak an untuk mendorong konse li ag ar melaporkansemua yang terjadi pad any a tanpa penilaian da n s ens or. A nalisis mimpi ada lah teknik ya ng digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan materi dan simbol simbol mimpi konseli. Analisis transferensi adalah teknik yang digunakan untuk membantu konseli menyadari motif, penyebab, dan dinamika hubungan konseling dengan mengungkapkan dan menjelas kan manifes tas i interaks i kons eli deng an konselor 6
dalam relasi konseling. Analisis resistensi adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan alasan -alas an res is tens i kons eli s ehingg a menyadarinya dan mampu menanga ninya.
B . Konseling Berpus at Pribadi P endekatan konse ling ini didirikan dan dikembang kan oleh C arl R ans om R ogers pada
tahun
1940 - an.
E mpat periode
perkembanga pe n rs on-centered
couns eling
(konseling berpusat pribadi), yaitu periode pertama: tahun 1940 -an. P ada pe riode ini pende katan ini be rnama kons eling nondirektif: a lternatif bag i pen deka tan direktif dan interpretif. P endeka tan ini lebih meneka nkan pe nciptaa n s uas ana
permis if dan
nondirektif dalam proses konseling. Periode kedua: Tahun 1950 -an, pendekatan ini ed Therapy yang Merefleksikan penekanan pada konseli daripada bernama C lien t-C en ter
metode
nondirektif.
P ada
periode
ini,
R og ers
meneka nkan
perubahan dari
klarifikasi/refleksi perasaan ke penekanan pada dunia fenomenologi konseli. Periode K etig a: 1950-an s .d 1970 -an, pende ka tan ini menek ank an pa da k ondis -kondisi i konseling yang diperlukan dan mencukupi bagi perubahan konseli. Periode keempat: 1980 -an da n 1990-an merupakan peng embang an pendeka tan ini s ec ara meluas dalam bidang pendidikan, industri, kelompok, resolusi konflik, ndapencarian perdamaian dunia. P endeka tan ini memiliki peng aruh/aplikas i yang s ang at luas da lam berbag ai bidang P ers on-C entered App roach kehidupan. Maka pendek atan ini menjadi ( C orey, 2013).
1. Hakikat Manus ia Pendekatan konseling berpusat pribadi (KBP) didasa rkan pada pandangan bahwa manus ia adalah makhluk ya ng baik dan dapat dipercaya ,
lebih bijak dari inteleknya ,
makhluk yang mengalami, makhluk yang bersifat subjektif, dan manusia memiliki doronga n ke arah a ktualis as i diri (B urk & S tefflre, 1979 ).
2. K arakteristik K B P K BP
memiliki karakteristik:
(1)
memusa tkan
pada
tangg ung
jawab
dan
kemampuan konseli untuk menemukan cara -cara yang lebih tepat dalam menghadapi kenyataan, (2) Menekankan pada dunia pengalaman atau dunia subjektif konseli, (3) 7
menerapkan prinsip - prinsip yang sama pada semua pribadi normal, neurotik, dan psikotik, (3) konseling dan psikoterapi hanyalah salah satu contoh hubungan yang konstruktif, dan (4) sikap -sikap konselor genuineness, nonpossessive acceptance, dan disi ya ng mutlak diperlukan da n men cukupi bag i accurate empathy merupaka n kon efektivitas kons eling, (5) teori K B P berkembang melalui penelitian tentang pros es dan hasil konseling, dan (6) menekankan pada kekuatan dari dalam diri individu dan dampak revolusioner dari kekuatan tersebut.
3. S truktur dan P erkembang an K epribadian K epribadian terdiri atas org anisme , medan fenomena , dan s elf.
O rga nis me
merupakan suatu kebulatan diri: Pikiran, perasaan, tingkahlah laku, wadah fisik baik disadari maupun tidak, mereaksi sebagai kebulatan terhadap edan m fenomena untuk memuaskan kebutuhannya, dan dalam menghadapi pengalaman, organisme mungkin melambangkan dalam kesadaran, menolak atau mengabaikannya (Ha nse n, S tefic, & Warner, 1982) . Medan fenomena adalah semua yang dialami individu yang disebut dunia pribadi dan menjadi sumber kerangka acuan internal dalam memandang kehidupan, da n dunia pengalaman individu tersebut terus berubah baik internal maupun eksterna l, dan beberapa peris tiwa a da ya ng diamati sec ara s adar dan a da y ang tidak. S elf (Diri) adalah o k ns ep paling penting dalam teori kepribadian R oge rs. D iri
merupakan bagian terdeferensiasi dari medan fenomena yang terdiri dari serangkaian S elf tersebut selalu dalam proses yang persepsi dan nilai -nilai yang berkaitan dengan diri.
terus be rubah da n berke mbang karena interaksi dengan dunia pengalaman. R ogers tidak menge mukakan tahap -tahap perkembangan secara rinci, namun ia menekankan
pentingnya
penilaian
orang
lain
terhadap
anak
dalam
proses
perkembang annya . J ika penilaian orang lain s ema -mata ta pos itif terhada p ana k, maka kesenjangan antara organisme dan self tidak aka n terjadi. J ika individu hanya menerima conditions ofworth tidak akan berkembang penghargaan positif tanpa syarat, maka pos itive s elfregard sehingga self regard menjadi tidak bersyarat, kebutuhan terhadap organismic eva luation tidak akan berbeda dengan s ehingga individu berkembang menjadi fully func tion ing pe rs on . S eba liknya jika individu hanya menerima pe ngha rg aa n positif 8
bersyarat, makaconditions of worth akan berkembang sehingga menjadi self regard po s itive s elfreg ard akan berbeda denganorganismic bersyarat, kebutuhan terhadap
psikologis. evaluationsehingga individu berkembang menjadi individu malasuasecara i
4. ProsesKonseling Konseling pada dasarnya bertujuan mereorganisasi konsep diri konseli melalui fasilitasi sikapgenuineness, emphaty, dan unconditional positive regard . Konseling akan psnyc ho logical maladjus tme nt, efektif jika K onse li (1) berada da lam kea ada (2) sukarela
untuk memperoleh layanan konseling, (3) mampu mengungkapk an kondisi ps yc ho logical maladjustment, (4)b ebas dari ketidakstabilan organis yang parah, (5) mempunyai tingkat
intelegensi yang memadai, dan (6) mengalami kondisi fasilitatif walaupun taraf minimal, dan (7) aktif mengeksplorasi dirinya. Tujuan konseling tercapai yang ditandai dengan kondisi hubungan konseling yang fasilitatif: konselor dan konseli berada dalam kontak psikologis, konseli berada dalam ketidakserasian, konselor berada dalam keadaan keserasian, konselor memberikan penghargaan positif tanpa arat, sy konselor memaha mi dunia internal kons eli dan
meng komunikas ikannnya kepa da kons eli, dan konseli
menyadari kongruensi, penerimaan, dan empati konselor walau pada tingkat minimal (C orey, 2013) . K onseling berlangs ung melalui (1) penc iptaan hubungan k: bai Penciptaanrapport , bersikap permissive, bebas ancaman, adanya core condition: congruence, emphatic understanding, unconditional positive regard; (2) pembebasan ungkapan: terdiri dari
penciptaan suasana rileks, memperhatikan respons emosional, menanggap i perasaan negatif, menanggapi perasaan ambivalen, dan memandang sikap konseli sebagai tanggapan
terhadap
proses
konseling;
(3)
tercapainya
Insight
yang
tercapainya pemahama n spontan tentang mas alah dan penyebabnya pemecahannya;dan (4) P enga khiran
merupakan
s erta -cara ca ra
merupakan penangana n ambivalensi peras aa n
konseli, pemberian keyakinan bahwa konseli mampu mengahadapi kehidupan, dan pemberian kebebasan sepenuhnya untuk mengarahkan jalan hidupnya (Dahlan, 1985) .
5. T eknik-teknik K ons eling P endekatan B K P lebih meneka nkan pentingny a s ikap dan filos ofi konselor daripada penggunaan teknik -teknik dalam proses konseling. Dalam proses konseling, 9
konselor mendengarkan secara aktif ungkapan konseli baik yang tersurat maupun yang tersirat melalui pemantulan pera saan dan klarifikasi ungkapan tersebut, hadir bersama konseli dalam proses konseling, dan memusatkan pada pengalaman -ke-menit menit konseli. Konselor tidak menggunakan teknik prob ing, tes diagnostik, interpretasi, dan nasihat dalam pelayanan konseling (C orey, 2013).
C . Konseling Behavior Konseling behavior dikembangkan sejak 1950 -an dan 1960 - an. K onse ling terse but merupakan pemisahan yang radikal dari psikoanalisis yang berlaku saat itu. Disamping itu, konseling ini banyak beda dari konseling lain karena peng gunaan pembiasaan klasik dan pembiasaan operan terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah (C orey. 2013) . K onse ling be havior saa t ini dapat dipaha mi denga n memperhatikan empat bidang classical conditioning pokok perkembangan: , operant conditioning , social learning theor ,y
dan cognitive behavior counseling (C orey, 2013) . K ondis ioning klas ik S utu jenis belajar dimana stimulus netral dikemukakan secara berulang dengan stimulus yang dapat menimbulkan respons tertentu s ec ara na luriah s ehingg a s timulus lne tersebut tra akhirnya respondent conditioning).T okoh kondisioning menimbulkan respons yang diharapkan (
klasik adalah Ivan Pavlov yang mengilustrasikan m elalui percobaan classical conditioning dengan anjing.Operant conditioningadalah J enis belajar dimanaerilaku p s emata-mata dipengaruhi oleh akibat yang menyertainya. T okohnya a dalah B. F . S kinner. K edua jenis belajar tersebut tidak memasukkan konsep -konsep mediasi (proses berpikir, sikap, dan nilai). P endeka tan
belajar
s os ial
dikembangk an
B andura
bersifat nteraksional, i
interdes ipliner, da n multimodal. P erilak u dipeng aruhi oleh pe ris-peristiwa tiwa stimulus, pengaruh eksternal, dan proses mediasi kognitif. Konseling kognitif behavior bersama porer. S ejak tahun social -learning theory mewakili arus utama konseling perilaku kontem 1970-an gerakan behavior meyakini peran pikiran, bahkan menempatkan faktor kognitif sebagai peran pokok dalam memahami dan menangani masalah -masalah emosional dan perilaku. S ec ara umum, konse ling beha vior meng ac u pada praktik yang rkan didas a utamanya pada teorisocial cognitive dan mengakomodasi seperangkat prinsip dan 10
pros edur kognitif. K onse ling behav ior s aa t ini cenderung terpadu deng an kons eling cognitive behavior counseling kognitif dan disebut konseling kognitif behavior ( ).
1. HakikatManus ia Manusia adalah penghasil dan sekaligus hasil dari lingkungannya (C orey, 2013) . Tingkah laku manusia merupakan hasil belajar baik tingkah laku yang baik maunpun yang tidak baik. Manus ia tidak dikataka n baik atau buruk, tetapi netral.
2. K arakteristik Da s ar K onseling B havior C orey (2013) mengemukaka n karakteris tik dasa r konseling behavior s ebag ai berikut. a. K onseling behavior (K B ) didas arkan pada prinsip -prinsip dan prosedur metode ilmiah. b. Perilkau tidak terbatas pada tindakan terbuka yang dilakukan vidu indi yang dapat diama ti tetapi juga menca kup prose s internal s eperti kognis i, imajinas i, keya kinan, dan emosi. c. Konseling behavior menangani masalah -masalah konseli saat ini dan faktor -faktor yang mempengaruhinya sebagai lawan dari analisis penentu historis . d. Konseli yang terlibat dalam konseling behavior diharapkan untuk berperan aktif dalam melaks anaka n tindakan s pes ifik untuk menang ani mas-mas alahalah mereka. e. Konseling behaviormengasumsikan bahwa perubahan dapat terjadi tanpa adanya tilikan terhadap dinam ika ya ng mendas arinya dan pe maha man penye bab ma s alah yang dialminya . f. Asesmen merupakan proses observasi dan swapantau yang terus menerus belangsung yang memusatkan pada penentu perilaku saat ini, termasuk mengenali masalah dan menilai perubahan kons eli. g . Intervensi K onseling behavior
dis es uaikan dengan mas alah s pesifik konseli se cara
individual.
11
3. Teori Kepribadian a. KB tidak mengembangkan teori kepribadian. b. Tingkah laku itu merupakan hasil belajar baik tingkah laku yang normal maupun tingka h laku yang malasua i. c. Tingkah laku normal berkembang karena dalam interaksinya dengan lingkungan mendapatkan penguatan. d. Tingkah laku malasuai berkembang karena dalam interaksinya dengan lingkungan mendapatkan penguatan.
4.
ProsesKonseling S eca ra umum, konseling behav ior memban tu konseli menghilangkan perilaku
malas uai dan mempelajari tingk ah laku ya ng lebih efektif. T ujuan khus us ialah memba ntu konseli mempelajari tingkah laku spesifik sesuai dengan keunikan konseli. Dalam proses konseling, konselor berfungsi sebagai guru/pela tih yang aktif dan direktif dala m membantu konseli belajar tingkah laku yang lebih efektif, sedangkan konseli akti f dalam proses mempelajari tingkah laku yang baru dan aktif pula menetapkan tujuan ko nseling dan mengevaluasi ketercapaian tujuannya. Adapun ubungan h konselor dan konseli penting tetapi tidak mencukupi bagi terjadinya perubahan tingkah laku k onseli. P erubahan ting kah laku terse but memerlukan peng guna an teknik -teknik konseling. P ros es kons eling berlang s ung melalui taha pan s ebag ai berikut: (1)binaan pem hubungan konseling: konselor membina hubungan baik dengan konseli melalui penerimaan kondisi konseli apa adanya sebagai individu berharga, penampilan diri konselor secara tulus di hadapan konseli, dan memahami kondisi konseli secara empatik; (2) penetapa n ma s alah da n pe netapa n tujuan kons eling: me ngg ali informas i tentang mas alah konseli dan menentukan hakikat mas alah konseli, yang ke mudian menentukan data das ar mas alah konse ling: frekuens i, lamanya, intens itas nya. B erdas arkan data das ar terse but kons elor bersa ma kons eli menetapka n tujuan k onse ling s ec ara s pes ifik; (3) pemilihan teknik konseling: konselor menentukan teknik yang sesuai dengan tujuan dan masalah yang dialami konseli; (4) penilaian keberhasilan: pembandingan antara perilaku setelah konse l ing dengan data dasar sebelum konseling; dan (5) pengakhiran dan tindak
12
lanjut: jika tujuan konseling tercapai maka layanan konseling diakhiri dan kemudian diikuti perkemba ng anny a (B urks & S tefs lre, 1 979) .
5. T eknik-Teknik K onseling Ada banyak teknik konseli ng yang telah berkembangpada konseling behavior . B eberapa diantaranya a dalah s ebag ai berikut (C orey, 2013) . a. D es ens itisas i sistematis Teknik spesifik yang digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi gyan menimbulkan kecemasan yang bertambah s eca ra bertahap. b. Teknik relaksasi Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot -ototnya
dan
pembayangan
situasi
yang
menyenangkan saat pelemasan ot-ototnya ot sehingga tercapai kondisi rileks baik fisik maupun mentalnya. c. Teknik Flooding
T eknik ya ng digunaka n kons elor untuk membantu kons eli meng atas i kec emasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan s ituas i/o bjek y ang menimbulkan ke ce mas an ters ebut s ec ara berulang -ulang sehingga berkurang kec ema s annya terhadap s ituas i/objek terse but. d. R einforcem ent tec hnique
T eknik ya ng diguna kan kons elor untuk membantu meningkatkan perilaku ya ng dikehendaki dengan c ara me mberikan penguatan terhadap perilaku tersebut. e. Modeling
T eknik untuk memfas ilitas i perubahan ting kah laku kons eli deng an meng guna kan model. f. As s ertive training
T eknik membantu kons eli meng eks pres ikan peras aa n dan pikiran yang diteka n terhadap orang lain eca s ra lugas tanpa ag res if. g. S elf- manageme nt 13
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilakunya sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri. h. B ehavioral rehearsal
T eknik pengg unaan pengulanga n atau latihan gan den tujuan agar konseli belajar keterampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak. i. Kontrak S uatu kes epa katan tertulis atau lisa n antara kons elor dan kons eli s ebag ai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberika n batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas -tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaks ana kan antarpertemuan kons eling. j. P ekerjaan R umah Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas/aktivitas yang dirancang agar dilakukan onseli k antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan masalah yang dihadapinya.
D . K onseling R as ional E motif Behavior R ational P endeka tan ini dikemba ngka n Albert E llis tahun 1955 deng n nama a Therapy karena ke tidakpuas an E llis terhadap efektivitas ps ikoanalis is. Awa lnya E llis
mengembangkan pendekatannya dengan mengabungkan konseling humanistik, filosofis, Rational dan behavior.Pada tahun1961, E llis mengubah nama pendekatannya menjadi E motive T herapy (R E dan T) tahun 1993 mengubah nama R E T me njadi R ational E motive Behavior Therapy (REBT)P . endeka tan ini ba nyak dipeng aruhi oleh fils afat Y unani kuno,
an
oleh peristiwa yang dihadapi, melainkan oleh pandangan yang dimiliki berkaitan dengan Di samping pendekatan itu, tersebut dipengaruhi oleh Adler yang
berpandangan bahwa reaksi emosi dan gaya hidup manusia berkaitan dengan keyakinan dasar karena itu bersifat kognitif.
14
1.
Hakikat Manusia P endeka tan konse ling ras ional emotif behav ior didas arkan pada panda nga n
bahwa manusia adalah (1) makhluk yang memiliki potensi berpikir rasional dan irrasional, dan (2) makhluk yang memiliki kecenderun gan mengembangkan dan sekaligus menghambat diri.
2.
Teori Kepribadian
T eori AB C tentang kepribadian s ang at pokok dalam teori dan praktik kons eling rasional emotif behavior.
t adanya fakta, peristiwa, atau tingkah laku/sikap individu. A (ac tivating e ven):
B (belief ) : keyakinan seseorang tentang peristiwa yang dialami. Keyakinan/pandangan dapat ras ional atau iras ional.
C (e motional and behavioral consequence ): konsekuensi emosi dan tingkah laku atau reaks i individu. R ea ks i terse but dapat se hat dan tidak s ehat.
A tidak menyebabkan C , melainkan B ya ng merupakan keyakinan ses eorang tentang reaction). A ya ng menyebabkan timbulnya emotional C (
S eca ra s kematis hubungan ketiga as pek teori AB C adalah se baga i berikut: A
B
C
Pada dasarnya penyebab gangguan emosional dan perilaku berasal dari dalam diri individu karena itu ia bertanggung jawab atas gangguan dan reaksi emosi dan perilakunya.
3. Perkembangan Kepribadian S etiap orang normal berkemba ng berdas arkan einginan, k harapan, dan pilihannya, demikian pula setiap orang normal berkembang berdasarkan tahap -tahap perkembangan secara regular. Adapun perilaku malasuai merupakan akibat dari sejumlah pandangan yang tidak rasional yang didapat manusia dari proses embangannya. perk P andangan yang tidak rasional tersebut terus -menerus dipropagandakan orang tersebut terhadap dirinya melalui kalima t/ka ta-kata ya ng merus ak dirinya .
15
Pandangan irasional yang merupakan sumber perilaku dan emosi irasional adalah sebagai berikut;(a) orang harus selalu dicintai dan diterima oleh setiap orang di lingkungannya agar berharga, (b) Orang harus memiliki kemampuan sempurna lam da segala hal agar berharga, c) (Orang yang jahat, keji, dan kejam harus dicela dan dihukum s ebe rat-beratnya , (c)S uatu benca na be s ar bila s uatu peristiwa terjadi tidak s epe rti yang dikehendaki s es eorang, (d) K etidakbaha giaa n itu beras al dari luar diri individu karena itu individu tersebut tidak punya kemampuan untuk mengendalikan ketidakbahagiaan ters ebut, (e) orangharus terus-menerus me ngeluhka n dan me mikirka n peris tiwa ya ng berbahya atau merugikan, ebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab daripada menghadapinya, (f) orang perlu bergantung pada orang lain yang lebih kuat daripada dirinya, (g) masa lalueseorang s menentukan perilaku saat ini dan tidak dapat diubah, (h) orang harus prihatin dan gelisah dengan masalah dan kondisi orang lain, dan (i) hanya ada satu jawaban yang sempurna untuk setiap masalah, dan bencana besar jika jawaban tersebut tidak ditem ukan. Pada
dasarnya
penyebab
gangguan
perilaku
dan
emosi
tersebut
dapat
rus be rkarya dikelompokka n me njadi tigakey ak inan iras ional , ay a ha deng an
baik dan kinerja saya harus diterima orang lain. J ika tidak, maka s aya bukan lah orang (2) Orang lain harus memperlakukan saya dengan adil dan baik sebagaima ya ngna un s ay a kehenda ki. J ika tidak, mereka tidak baik dan pantas
dan
(3) aya harus mendapatkan apa yang saya inginkan saat menginginkannya dan saya tidak ha rus mendapa tkan apa ya ng tidak s ayinginkan.J a ika s aya tidak mendapatkan apa saya inginkan maka hal tersebut mengerikan, saya tidak tahan, dan hidup tidak baik
4. ProsesKonseling K onseling pada asarnya d merupakan proses reorganisasi/restrukturisasi pemikiran Konseli, yaitu membantu konseli mengubah pikiran yang irasional kearah yang rasional sehingga tindakan dan emosi konseli menjadi rasional. Teori -B-C-D-E-F A merupa kan teori yang dapat digunak an untuk menjelasakan proses konseling rasional emotif behavior sebagaimana diagram berikut.
16
A (ac tiviting ev en ts)
B (belief)
D (disputing)
C (e motional and behavioral cons equenc ) es
E (effect )
F (new fee ling)
K onse ling berada pa da titik D. K ons elor membantu kons eli untuk mengubah pikiran/keyakinan yang irasional nya deng an teknik kog nitif, a fektif, da n be hav ioris tk. J ika konseling berhasil, maka efeknya konseli memiliki pikira n yang rasional/postif sehing ga tindaka n dan perasa annya juga ras ional/pos itif. Tugas Konselor: (a) menjelaskan bahw a konseli mengadopsi pikiranasional, ir (b) menyadarkan konseli bahwa ia memelihara gangguan emosi secara aktif dengan terus mene rus berpik ir s ec ara tidak log is da n tidak rea lis tis, (c) me nya darka n kons eli ba hwa ia bertanggung jawab terhadap gangguan emosi yang dialami, (d) membantu konseli mengubah pikiran irrasional dan mengganti pikiran tersebut dengan yang rasional, dan (e)membantu konse li untuk mengembangkan falsafah hidup rasional sehingga pada masa depan ia dapat menghindari menjadi korban pikiran irrasional. T uga s K onse li : (a) A ktif terlibat dalam kons eling dalam mene mukan pikiran tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran rasion al , (b) Aktif di luar kons eling dalam melaksanakan tugas -tugas pekerjaan rumah bagi pemecahan masalah dan perubahan emosi dan perilaku yang merusak diri. Hubungan konseling yang ditandai ketulusa n, pemahaman, dan penghargaa n positif penting bagi pencapai an tujuan konseling tetapi tidak mencukupi bagi terjadinya perubahan tingkah laku bagi konseling. Dalam hal ini diperlukan teknik -teknik konseling 17
untuk membantu konseli mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan yang merusak diri dengan pikiran, perasaan,an d tindakan yang produktif bagi pengembangan dirinya secara optimal. P rose s K onseling berlang s ung melalui tahapan berikut: (a) P embinaan hubunga n konseling. Pada tahap ini, konselor menciptakan suasana kondusif bagi konseling yang ditandai adanya penerima an, pemahaman, dan ketulusan sehingga timbul rasa percaya konseli kepada konselor, (b) pengungkapan masalah: tahap ini terdiri atas kegiatan pengungkapan gangguan emosional, dan penjelasan hubungan pikiran dan gangguan emosional konseli, (c) penetapan piki ran irasional: pada tahap ini konselor membantu konseli menidentifikasi pikiran irasional dan menyadarkannya tentang tanggung jawab bahwa karena masalah disebabkan oleh pikiran irasional konseli maka tanggung jawab dalam mengubahnya adalah ada konselingngan de dampingan konselor, (d) reorganisasi pikiran
irrasional:
pada
tahap
reorientasi
pikiran
irasional
terdiri
atas
penentangan/pengubahan pikiran irasional dengan teknik kognitif, emotif,
dan
behavioral, dan Penguatan pikiran rasional dengan teknik kogni tif, emotif, dan behavioral jug a, dan da n (e ) pe ng akhiran: pada taha p pe ng akhiran, kons elor memba ntu konseli melakukan penyimpulan kemajuan konseli serta memberikan dorongan pengem bangan pikiran dan falsafah hidup rasional untuk pengembangan optimal ya dirin .
5. T eknik-Teknik Kons eling T eknik-teknik kons elingras ional e motif behav iordapa t dikelompokka n ke da lam teknik-tek nik kog nitif, teknik-teknik behavioristik, da n tekni k-teknik emotif sebagai berikut (C orey, 2 013). a. T eknik-Te knik K ognitif T eknik-teknik kog nitif ada lah ke lompok teknik ya ng diguna ka n untuk mengubah/menggempur pikiran/keyakinan irasional/tidak logis/negatif konseli agar berkembang ke arah pikiran/keya kinan ras ional/logis /pos itif. T eknik -teknik tersebut : dis kusi: menjelajah dan membahas masalah untuk membongkar keyakinan irasional; tuga s-tuga s pekerjaan rumah: membias aka n dan meng internalis as ikan pola pikir ras ional dalam kehidupan s ehari -hari di luar konseling; bacaan terarah: membongkar keyakinan irasional dengan memberikan bacaan terpi lih ses uai permas alahan konse li; pengubahan pernyataan konseli: mengubah pernyataan konseli yang irasional dengan pernyataan 18
yang lebih rasional; penentangan pragmatis: mengubah pikiran irasional dengan membandingkanny adeng an ke nyataan y ang ras ional; cog itive n res tructuring: teknik ya ng menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis. b. T eknik-Te knik E motif T eknik-teknik emotif ada lah ke lompok teknik yang diguna kan untuk meng ubah perasaan yang iras ional/tidak logis/negative/merusak diri konseli agar berkembang ke arah
peras aa n ras ional/logis/pos itif/produktif. T eknik -teknik terse but: P embay ang an
emosi rasional: membayangkan sesuatu terburuk yang mungkin terjadi pada diri konseli kemudian diminta me n gembangkan perasaan yang lebih rasional tentang peristiwa tersebut; Permainan peran: pemeranan karakter di luar dirinya dengan tujuan untuk mema hami diri dan hubungan deng an orang lain; S os iodrama : meng ungka pkan berbaga i perasaan dalam kaitan dengan orang lain s ehingg a memaha mi dan me mperjelasktorfa faktor sosial ya ng mempe ngaruhi perilak u. c. T eknik-Tek nik B ehav ioral T eknik-teknik be havioral ada lah k elompok teknik
ya ng
diguna kan
untuk
mengubah tindakan irasional/tidak logis/negative/tidakproduktif/merusak iri dsendiri konseli agar berkembang ke arah tindakan/perilaku rasional/logis/positif/pr oduktif . T eknik-teknik terse butada lahpe ngua tan: peng uatan perilaku ya ng dikehenda ki deng an memberikan ganjaran yang memuaskan; desensitisasi sistematik : mengurangi pekaan ke konseli kepada stimulus yang tidak menyenangkan setahap demi setahap memaparkan dengan stimulus yang menyenangkan; relaksasi: mengurangi ketegangan fisik dan psikologis konselimelalui pelemasan otot -ototnya dalam suasana menyenangkan ; Pemberian mod el: membentuk perila k u dengan cara memberikan contoh; P elatihan keterampilan: melatih dan membiasakan konseli dengan keterampilan yang diperlukan; P elatihan as ertivitas : melatih dan membias aka n kons eli untuk rperilku be sebagaimana diinginkantanpa agresif.
19
E . KONSELING REALITAS P endeka tan kons eling realitas dikembangk an terutama oleh William G las s er dengan namaR eality T herapy (terapi realitas) sejak tahun 1950 -an da n 60-an (G las s er, 1984a, Nelson -J ones , 2001). Anc anga n ini berkembang ka rena ketidakpuasa asser n Gl terhadap pelaksanaan praktik ancangan tradisional yang berlaku saat itu, terutama ancangan Psikoanalisis. Berdasarkan pengalaman praktik dengan para konselinya, Glasser menemukan bahwa ancangan Psikoanalisis kurang efisien dan kurang efektif dalam membantu
konse li
menca pai
peubahan
y ang
diinginkan.
K arena
itulah
ia
mengembangkan ancangan baru yang lebih efektif dan efisien dalam membantu konseli mengubah perilakunya sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara bertang gung jawab (Burks & S teffl re, 1979; P arrot, 2003; S harf, 2004). D alam pengg unaannya, ancang an konseling R ealitas dapat digunkan untuk membantu konseli dengan beragam masalah psikologis. Dari masalah emosional yang sifatnya ringan hingga masalah emosional yang berat. Demikian ancangan pula tersebut berguna bagi penanganan gangguan perilaku pada orang -orang yang sudah lanjut u sia dan ana k-anak, dan ma s alah -masalah yang berhubungan dengan kecanduan alkohol dan obat-obatan (G las s er, 1984b; C orey, 19 96).
1. Hakikat Manus ia P ada dasa rnya,G lasser memiliki pandangan yang positif dan dinamis tentang hakikat
manusia.
Ia
berkeyakinan
bahwa
manusia
memiliki
kemampuan
untuk
menentukan dan mengarahkan dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan mendasarkan diri pada keputusan -keputusan yang dibuatnya, manusia memilih perilaku untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup bertanggung jawab, berhasil, dan memuaskan daripada bergantung pada situasi dan lingkungannya (Burks & S tefflre, 197 9; Nels on -J ones , 2001).
2. T eori P ilihantentang P erilaku P ada tahun 1996 G lass er mengubah nama teori ya ng mendas ari konseling realitas theory theory dari teori kendali control ( ) ke teori pilihan choice ( ). Glasser sangat
menekankankan pentingnya perbedaan antara psikologi kendali luar yang ak merus
20
teori pilihan yang me mberikan kebe bas an pada individu untuk melangg eng kan hubungan yang sehat dan mengarahkan kepada kehidupan yang prdoduktif (Nelson -J ones , 2001). T eori pilihan menjelas kan bahwa s eg ala s es uatu yang kita lakukan ada lah pilihan kita. Apa yang kita lakukan adalah kita yang memilihnya/memutuskannya untuk melakuka n hal terse but (G lass er, 2000). S etiap perilaku kita me rupaka n upaya terbaik untuk mencapai apayang ding inkan untuk memua s kan ke butuhan kita. S etiap pe rilaku utuh (total beha vior ) kita terdiri dari empat komponen yang tidak dapat dipisahkan tetapi berbeda yaitu bertindah (acting), berpikir (thinking), merasakan fee ( ling), fisiologi ( ph ys iolog y ) yang diperlukan untuk menyertai semua tindakan, pikiran, dan perasaan kita. P erilaku itu bertujuan ka rena pe rilaku terse but diranc a ng untuk menutup kes enjanga n antara apa y ang k ita inginkan dan apa y ang kita perse ps i kita dapa ti. P erilaku kita berasal darid alam diri kita dan dengan demikian maka kita memilih arah hidup kita (C orey, 2005). B erdas arkan penjelas an di atas , maka s etiap perilaku bahka n termas uk perilaku yang sangat malasuai pun adalah sebuah pilihan. Karena itu maka Glasser b ersikeras bahwa kons eli mengung kapka n g ejala -gejala perilaku bermasalahnya dalam bentuk aktif. Mis alnya, alih-
-
untuk marah.
perilaku yang menyakitkan karena itulah perilaku terbaik yang dapat dia gunakan saat itu dan perilaku ters ebut seringka li membuat dia me mperoleh a pa y ang diinginkan (S ciarra, 2004; C orey, 2004 ). Pandangan
bahwa
suatu
perilaku bagaimanapun
selalu patologisnya
merupakan pilihan adalah suatu penolakan yang mendasar terhadap model medis. Hal ini jug a menunjukkan ba hwa individu da pat me milih untuk meng uba h s ua tu perilaku bermas alah (C orey, 2001). Agar perubahan terjadi maka dua syarat harus ada. Pertama, individu harus menyadari bahwa perilakunya saat ini tidak efektif untuk memenuhi kebeutuhan dasarnya, dan kedua ia harus yakin bahwa ia mampu memilih perilaku lain ya ng lebih e fektif untuk me muas n kakebutuhan das arnya (S ciarra, 2004).
21
3. K arakteristik K onseling R ea litas Dalam proses konseling, konselor tidak menggunakan waktu yang lama untuk mendengarkan dan memperhatikan keluhan, cacian, dan kritikan karena hal tersebut merupakan perilaku yang pa ling tidak efektif dalam khasanah perilaku manusia. Oleh karena konselor realitas memberikan perhatian yang sangat sedikit terhadap perilaku yang merusak diri tersebut maka perilaku tersebut cenderung menghilang dari konseling. Lalu apa yang menjadi fokus K onse ling R ea litas ? B erikut beberapa ka rakteris tik ya ng mendas ari K onse ling R ealitas (C orey, 2005). Konseling realitas: (a)m enekanakan pada pilihan dan tanggung jawab , (b) mengadakan penolakan terhadap transferensi , (c) menekanka n pentingnya konsep ba hwa konseling terjadi pada saat sekarang, (d) menghindarkan diri dari pemusatan pada- gejala gejala perilaku bermasalah, (e) menentang pandangan tradisional tentang penyakit mental.
4. Kebutuhan Dasar dan Identitas P ada awalnya, G las s er berkeyakinan bahwa aps etiinidividu memiliki dua theng need kebutuhan das ar psikologis, ya itu kebutuhan aka n rasa kas ih saya ( to love a nd to be loved)dan kebutuhan akan rasa berharga the( need to be worthwhile ) (Glasser &
Zunnin, 1973). Kebutuhan akan rasa kasih sayang merupaka n kebutuhan individu untuk mengasihsayangi dan dikasihsayangi orang lain. Adapun kebutuhan akan rasa berharga merupakan kebutuhan individu untuk memperoleh ras a keberhargaa n diri
s eba ga i
manusia baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. P ada perk e mbangan selanjutnya, (Glasser,1984a & 1985a; Nelson -J ones , 2001) G las s er memperluas uraian tentang kebutuhan das ar manusia. D alam hal ini G las s er berpandangan bahwa manusia selalu berupaya mengendalikan dunia dan dirinya untuk memuaskan kebutuhan dasarnya . K ebutuhan da s ar terse but ada lah kebutuhan untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunanthe ( need to survive and reproduce ), kebutuhan untuk m emilikithe ( need to belong ) , kebutuhan untuk memperoleh kekuasaan (the need for power ), kebutuhan untuk memper oleh kebebasanthe ( need for freedom ), the( need for fun). dan kebutuhan untuk memperoleh kesenangan
22
P emenuha n (terpenuhi dan tidaknya ) kebutuhan da s ar terse but mempeng aruhi kondisi identitas seseorang individu. Individu yang dapat memenuhi kebutuhanrnya dasa akan memiliki identitas suksessuccess ( ). Identitas sukses merupakan citra diri identity positif (Gray & Gerrard, 1977). Orang demikian akan bertingkah laku yang bertanggung jawab (me menuhi ke butuha n da s ar tanpa
meng gangg u orang -orang lain dalam
memenuhi kebutuhan das ar mereka), realis tis (ke s ediaan meng hadapi kenya taa n dan menerima konsekuensi logis dari pilihannya), dan layak secara moral (standar -nilai nilai dan norma yang berlaku) sehingga ia merasa mampu, optimistis, berhubungan dengan orang lain s ec ara s ehat, mampu mempe nga ruhi lingkung an, da n dapa t membuat keputusa n untuk mas a depannya. S ebaliknya, individu ya ng ga ga l memenuhi kebutuhan failure ide ntity ). Identitas gagal merupakan dasarnya akan mengalami identitas gagal (
citra diri negatif. Individu demikian akan bertingkah laku yang tidak bertanggung jawab, tidak realistis, dan tidak layak secara moral sehingga ia merasa kurang mampu, pesimes, kurang terlibat deng an orang lain, berg antung pada ora ng lain, dan me ras a tidak b erharga se bagai manusia ( G las s er & Zunnin, 1973; G ray & G errard, 1977; B urks & S tefflre, 1 979). Individu yang beridentitas ga ga l merupakan individu yang bermas alah (Glasser, 1965; 1969a; 1969b). Hal yang demikian dapat dialami siswa di sekolah (Gray & Gerrard, 1977). Oleh karen a itu merupakan tanggung jawab konselor dan staf sekolah ya ng lain untuk mencegah siswa -siswa mereka mengembangkan identitas gagal dengan cara membantu
siswa - siswa
tersebut
merasa
diperhatikan
dan
disayangi
melalui
keterlibatannya dengan mereka. Disamping itu, konselor dan seluruh staf sekolah yang lain bertanggung jawab membantu para siswa mencapai rasa berharga sebagai manusia melalui pemberian kesempatan kepada mereka belajar berpikir dan memecahkan masalah, memperoleh pengetahuan dan keterampilan, serta memperoleh kepercayaan kepada ke mampuan yang dimilikinya (G las s er, 1969a; G ray & G errard, 1977). Mesk ipun kons elor dan komunitas s ekolah ya ng lain telah berupay a mence g ah terjadinya siswa bermasalah atau mengembangkan identitas gagal di sekolah, namun dalam
kenyataan mungkin
ada
dan
bahkan
banyak
siswa -siswa
mereka
yang
bermasalah. Lalu bagaimana cara memberikan bantuan terhadap -siswa siswa tersebut? Untuk itu di bawah ini dikemukakan prinsip -prinsip dan tahap - tahap pemberian bantuan
23
kepada siswa - sis wa yang meng alami mas alah ag ar mereka dapa t meng atas inya s ec ara bertanggung jawab, realistis, dan layak secara moral.
5. P roses K onseling Menurut ancang an K onseling R ealitas , konseling pada das arnya merupakan proses belajar yang menekankan dialog rasional anta ra konselor dan konseli dengan tujuan agar konseli mau memikul tanggung jawab bagi dirinya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (B urks & S tefflre, 1 979 ) . Individu yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya akan success identity mengembangkan identitas sukses ( ) dan sebaliknya individu yang gagal failure( dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan mengembangkan identitas gagal identity ).
Dalam proses konseling, konselor aktif secara verbal, yakni aktif mengajukan pertany aa n-pertany aa n meng ena i kehidupan kons eli s aai,t in sehingga konseli tersebut bertambah
sadar
akan
tingkah
lakunya
dan
mau
membuat
penilaian
tentang
ketidake fektifan tingk ah laku ters ebut se rta meng embang kan tindaka n ya ng berta nggung jawab untuk me ng uba h ting ka h laku ya ng kura ng efektif dalam penc apa keinginan ian ba gi pemuas an kebutuhan das arnya. Agar proses konseling berlangsung secara efektif dan efisien maka konsel or perlu berpedoman pada prinsip -prinsip pelaksa naan lay anan K onseling R ealitas (G las s er, 1984a; G las s er & G lass er, 1985b; Gilliland, J s, ame & Browman, 1989). Prinsip -prinsip tersebut adalah sebagai berikut. 1. Keterlibatan involvement ( ) Glasser menkankan pentingnya konselor untuk mengkomunikasikan perhatian kepada konseli. Perhatian tersebut diwujudkan dalam bentuk kehangatan hubungan, penerimaa n, pengha ya tan, dan pema hama n terhadap kons eli. S alah s atu ca ra terbaik untuk menunjukkan pe rhatian kons elor terhadap kons eli ialah tingk ah laku kons elor yang mau mendengarkan ungkapan konseli tersebut sepenuh hati. 2. Pemusatan pada tingkah laku tsaa sekarang, bukan pada perasaan foc(us on pre s ent behavior rather than on feeling )
P emus atan pada tingkah laku s aa t s eka rang bertujuan untuk membantu kons eli agar sadar terhadap apa yang dilakukan yang menjadikannya mengalami perasaan atau 24
masalaah sepert i yang diras akan a tau dialami sa at s ekarang. G las se r menyadari bahwa tingkah laku manusia itu terdiri atas apa yang ia lakukan, pikirkan, rasakan, dan alami s eca ra fis iologis. K eempatnya berkaitan, namun G las s er lebih menekankan pada apa y ang dilakukan dandipikirkan individu daripada apa yang dirasakan dan dialami secara fisiologis. Hal ini terjadi karena sukar bagi kita untuk mengubah perasaan dan pengalaman fisiologis seseorang tanpa mengubah apa yang dilakukan dan dipikirkan terlebih da hulu. 3. P ertimbang an nilai V ( alue J udgement ) K onse li perlu dibantu menilai kualitas apa yang dilakuka nnya da n menentukan apakah tingkah laku tersebut bertanggung jawab atau tidak. Maksudnya, setelah konseli menyadari tingkah lakunya yang menyebabkan ia mengalami masalah seperti yang dihadapinya sekarang, kemudian ia hendaknya dibantu oleh konselor untuk menilai apakah yang dilakukan itu dapat mencapai tujuan hidupnya dan memenuhi kebutuhan dasarnya. Tanpa adanya kesadaran konseli mengenai ketidakefektifan tingkah lakunya dalam mencapai tujuan hidupnya maka tidak mungkin ada perubahan pada diri konseli tersebut. P lanning res ponsible behavior 4. P erencanaan tingkah laku bertangg ung jawab ( )
Konselor bersama -sama dengan konseli membuat rencana tindakan efektif yang aka n meng u b ah tingk ah laku ya ng tidak bertang gung jawab ke arah tingkah laku ya ng bertanggung jawab sehingga konseli tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan. R enca na tindakan ya ng efektif berupa renc ana y ang s ederhana, da pat dicapa i, terukur, segera, dan terk endalikan oleh konseli. 5. Pembuatan komitmenC(ommitment ) Glasser yakin bahwa suatu rencana akan bermanfaat jika konseli membuat suatu komitmen khusus untuk melaksanakan rencana yang telah disusunnya atau dibuatnya. K omitmen ters ebut dapa t dibuat se calisan ra dan/atau secara tertulis. 6. Tidak menerima alasan -alas an kegag alanNo ( excuses ) Karena tidak semua rencana dapat berhasil, maka konselor tidak perlu mengeksplorasi alasan -alasan mengapa konseli gagal dalam melakukan rencana yang dibuatnya . Alih -alih, kons elor memus atkan perhatian pa da peng emba ng an renca na ba ru yang lebih cocok pada konseli untuk mencapai tujuan. 25
7. Peniadaan hukumaneliminate ( ) punishme nt K onse lor ya ng berorientas i K onse ling R ea litas tidak akan memberikan hukuman pada konseli yang g agal melaksanakan rencananya sebab hukuman tidak akan mengubah tingk ah laku melainkan aka n memperkuat identitas g ag al konse li. S ebag ai ga nti hukuman, G las s er menekankan pentingnya konselor memberikan kes empatan ba gi kons eli untuk mengalami konsekuensi ala miah atau akibat logis dari keg ag alannya (C ooper, 1977). Untuk itu, konselor mendorong konseli untuk bertanggung jawab atas rencananya sendiri (G eorge & C ristiani, 1990). give up 8. Pantang menyerahNever ( )
Konselor yang menggunakan konseling realitasaktidpernah berputus asa. Ia adalah konselor yang ulet dan terus -menerus berupaya mencari cara atau rencana yang lebih baik dan lebih efektif dalam membantu konselinya mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, konselor tetap berkeyakinan bahwa konseli memiliki kemampua n untuk berubah, apapun keadaannya. Intinya konselor yang bertanggung jawab adalah konselor yang pantang menyerah dalam memberikan bantuan kepada konselin B ilaya. satu cara gagal, cari cara berikutnya yang lebih efektif. Mungkin cara but terse pun masih gagal, coba cari cara yang lain lagi atau evaluasi-cara cara yang gagal tersebut untuk menemukan penyelesaiannya. Berdasrkan prinsip -prins ip ters ebut, Wubbolding(C orey, 2013 ) meng emba ngkan praktik konseling sebagai suatu siklus konselinggyan terdiri atas (1) lingkungan konseling: s uas ana hubungan kons eling dan keterlibatan kons elor dan kons eli dan (2) pros edur , D oing an dD irec tion, S elf -E valuation, konselingspesifikyang berisi strategiWDEP: Wants P lanning (s amic= simple, attainable, easurable, m immediate, consistent) . W berarti W , konselor mengidentifikasi apa keinginan, kebutuhan, dan persepsi konseli. Pada tahap
teman -tema n, dan lain -lain). D berarti apa rga,
ya ng dilakuka n konse li dan a rah yang d ipilih dalam hidupnya . P ada tahap terse but, konselor membantu konseli mengidentifikasi apa yang dilakukannya dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengajukan perta
kamu terus menerus melakukan apa yang kamu lakukan sekarang, akan ke mana -kirakira 26
evaluasi terhadap apang yadilakukan akhir -akhir ini. E berarti melakukan
P ada taha p ini, kons elor memba ntu kons eli mela kukan penilaian diri untuk mene ntukan keefektivan apa yang dilakukan bagi pencapaian kebutuhannya. P berarti membuat rencana perubahan perilaku. P ada taha p ini, kons elor membantu onseli k merencanakan pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab bagi pencapaian kebutuhannya. Perencanaan dibuat berdasarkan hasil evaluasi perilaku pada tahap sebelumnya harus s ederhana, muda h dica pai, terukur, s eg era, da n k onsisdengan ten keingi nan konseli . Berdasarkan prinsip -prins ip dan s iklus kons elingdi atas , maka disus unlah tahap tahap atau urut-urutan kegiatanpraktis ya ng aka n dilakuka n kons elor dalam me mbantu konseli memecahka n masalah yang dihadapinya. Adapun tahap -tahap tersebut adal ah sebagai berikut. 1. P enciptaa n hubungan baik P ada taha p ini kons elor membina hubunga n ps ikologis bag i terciptanya s uas ana rapport dengan cara mengkomunikasikan perhatian, penerimaan, pengahyata n dan
pemahaman terhadap konseli. Hal ini semua dilakukan ecara s tulus oleh konse lor s ehingg a ke tulus an terse but teramati oleh konse li. 2. Identifikas i keinginan s aa t ini P ada taha p ini, kons elor membantu kons eli menjelajah keinginan dan pers epsinya dalam hidupnya. Apa yang diinginkannya dari keluarganya, sekola hnya, masyarakatanya, tema n-tema nnya, dan be lajarnya. K einginan terse but s eba ga i tujuan ya ng a kan dicapa inya dalam upaya pemuas an kebutuhan das arnya. 3. Identifikasi tingkah laku saat ini P ada taha p ini, kons elor membantu kons eli meng enali ting kah lakuny a saat sekarangapa yang dilakukan dan dipikirkan akhir -akhir ini berkaitan dengan masalah dengan c ara ya ng tidak mengukum. yang dihadapinya
4. Penilaian tingkah laku saat ini S etelah kons eli menya dari apa ya ng dilakukan akhir -akhir ini kemudian konselor membantu konseli tersebut untuk menilai apakah tingkah lakunya itu efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya. 5. P erencanaan tingkah laku yang bertangg ung jawab 27
Berdasarkan penilaian konseli terhadap tingkah lakunya, kemudian konselo r membantu konseli tersebut mengidentifikasi dan memilih alternatif tindakan/rencana yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6. Komitmen P ada taha p ini, kons elor membantu kons eli membuat komitmen atas rencana tindakan yang telah dip ilihnya dengan cara membuat perjanjian secara lisan dengan berjabat tangan dan/atau tertulis dalam wujud kontrak. 7. Terminasi Hubung an kons eling memiliki batasa -batasan, n oleh karena itu jika komitmen telah terpenuhi berarti proses bantuan telah berakhir . Namun, seorang konselor harus terus memantau perkembangan konseli yang dibantunya.
6. T eknik-T eknik Kons eling K onselor yang
berorientas i K onseling
R ealitas
cenderung
eklektik
dalam
menggunakan teknik -teknik konseling. Namun, ada beberapa teknik yangapkali ac digunakan konselor tersebut untuk membantu konseli dalam proses konseling. -Teknik teknik tersebut adalah (1) melakukan permainan peran dengan konseli, (2) mengg unakan humor, (3) mengajukan pertanyaan -pertanyaan, (4) tidak menerima alasan -alas an tingka h laku yang tidak bertanggung jawab, (5) berperan sebagai model dan gu ru, (6) menentukan struktur dan batasan -batasan pertemuan konseling, (7) melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup yang lebih efektif, (8) mengkonfrontasikan tingk ah laku kons eli ya ng tidak realis tis, (9) memberikan pekerjaan rumah untuk dilaksanakan konseli pada waktu antara pertemuan satu dengan lainnya, (10), meminta konseli
membaca
artikel/bacaan
tertentu
yang
relevan
dengan
masalah
yang
dihadapinya, (11) membuat kesepa katan sebagai kontrak antara konselor dan konseli, (12) memberikan tekanan tentang pentingnya tanggung jawab konseli dalam membuat pilihan perilakunya dalam mencapai keinginannya, (13) debat konstruktif, (14) dukungan terhadap pelaksa naan renca na konseli, dan (15) pe ngungka pan diri konselor dalam pros es konseling,
(C orey, 1986; Nelson -J ones , 1995; Nelson -J ones , 2001; P arrot III, 2003; S harf,
2004).
28
F . K onseling R ingkas B erfokus S olusi r K onseling ringka s berfokus solusi (K R B S ) berasaSl olution dari -foc us ed bief counseling(S F B C ) yang merupakan salah satu model konseling po s tmodernyang paling
penting (C orey, 20 13). Model ini didirikan da n dikembang kan terutama oleh S teve de S hazer dan Insoo K im B erg sejak dekade 1980 - an di Brief F amily T herapy C enter di Milwaukee Wisc onsin Amerika S erikat (C apuzz & i Gross, 2009;de S hazer, S . & Dolan, Y. 2007; S harf, 2004). Dalam perkembanga nnya, S F B C dipengaruhi-model model pemberian brief the rapy y angdikembangkan bantuan ya ng telah be rkembang s aa t itu, diantaranya
Milton E ricks on (G ladding, 2009) , model perilaku, model kognitif-perilaku, dan sistem family therapy ( S eligman, 2006).
Model K R B S tersebut banyak dibutuhkan pada e ra para kons eli dan lembaga lembaga pemberian bantuan psikologis menuntut layanan konseling yang ngkatsidan efektif. D emikian pula, keterampilan konse ling s ingkat diperlukan kons elor yang bekerja dalam latar pemberian bantuan yang diharapkan memberikan layanan yang lebih b anyak dengan waktu yang lebih singkat (Gladding, 2009).
1. Hakikat Manus ia Pada das a rnya, K R B S didas arkan pada pandangan ya ng positif dan optimis tik tentang hakikat manus ia (C orey, 201 ; G3ladding, 2009). Manus ia adalah makhluk yang s ehat dan kompeten. S F B C merupakan model konse ling ya ng nonpatologis ya ng menekankan pentingnya kompetensi manusiadaripada kekurangmampuan, dan kekuatan daripada kelemahannya. D isamping itu, Manusia ma mpu membangun s olusi ya ng dapat meningkatkan kehidupannya. Manusia memiliki kemampuan menyelesaikan tantangan dalam hidupnya. Bagaimanapun pengaruh lingkungan rhadap te manusia, konselor meyakini bahwa saat dalam layanan konseling, konseli mampu mengonstruksi (membangun) solusi terhadap mas alah yang dihadapinya. K arena itu, konseli juga mampu mengonstruksi solusi terhadap masalah -mas alah yang dihadapinya.
2. T eori K epribadian , S F B C tidak menggunakan teori Dalam pelaksanaan bantuan terhadap konseli kepribadian dan psikopatologi yang berkembang saat Kini. onselor S F BC berkeyakinan bahwa kita tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu. Oleh karena itu, konse lor perlu tahu a pa y ang membuat orang memas uki mas a depa n ya ng 29
lebih baik dan lebih s ehat, yaitu tujuan yang lebih ba ik dan lebih s ehat. Individu tidak bisa mengubah masa lalu tetapi ia dapat mengubah tujuannya. Tujuan yang lebih baik dapat meng atas i mas alah dan me nga ntarkan ke mas a depa n yang lebih produktif. Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif: positif, proses, saat sekarang, praktis, spesifik, kendali konseli, bahasa konseli. S ebag ai ganti teori kepribadian dan ps ikopatologi, mas alah dan masa lalu, K R B S berpokus pada s aat seka rang yang dipandu oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli yang berada di bawah kendalinya ( P rochas ka & Norcross , 2007).
3. As umsi dan Aturan Dsar a P elayanan K R B S didas ari oleh as umsi dan aturan das ar s ebag ai berikut. Ada empat asumsi dasar yang penting diperhatikan konselor, yaitu (a) konseling hendaknya memusatkan pada solusi daripada masalah bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat, (b)
s uatu s trategi
kons eling
yang
efektif
ialah
menemuka n
da n
me nguba h
eksepsi/pengecualian (saat -sa at individu bebas da ri belitan mas alah) menjadi solusi, (c) perubahan kecil mengarahkan pada perubahan yang lebih besar, (d) konseli memiliki s umber-sumber ya ng dipe rlukan untuk menyelesaikan masalah, (e) konselor hend aknya memusatkan pada pengembangan tujuan bermakna yang dibangun konselor dan konseli dengan tekanan pada apa yang diharapkan konseli daripada ide/pendapat k onselor (C harles worth, J .R . & J acks on, 2004). Adapun aturan dasar sebagai pengarah konselor dalam melaksanakan konseling, yaitu konselor hendaknya (a) menghindari penjelajahan/ekplorasi masalah, (b) efisien dalam pelayanan konseling, yaitu konselor hendaknya mencapai tujuan secara optimal dengan jumlah pertemuan intervensi yang paling sedikit, (c) menyadari bahwa tilikan/pemahaman masalah dan penyebabnya tidak memberikan solusi karena itu konselor hendaknya memusatkan pada tindakan daripada pembahasan masalah yang dialami konseli, dan (d) memusatkanada p s aat s ekarang dan mendatang. J ika konse li menyadari bahwa saat ini solusi itu sudah ada pada dirinya maka dapat meningkatkan rasa percaya dirinya . J ika kons eli berpikir tentang apa y ang aka n terjadi di mas a depa n dan sadar bahwa solusi tersedia maka pat da membangun keyakinan bahwa segala sesuatu akan lebih baik (C harles worth & J acks on, 2004).
30
4.
ProsesKonseling Dalam prosesnya, konseling berfokus pada solution talk daripada proble m talk .
Proses konseling diorientasikan bagi peningkatan kesadaran eksepsi terhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan secara sadar. Peningkatan kes adaran eks epsi terhadap pola mas alahnya dapat menciptakan sPemilihan olusi. proses
. Beberapa petunjuk pil perubahan dapat menentukan masa depan kehidupan konseli ihan
little, choose to build on it, (3) if nothing seems to be working, choose to experiment, including imagining miracles, dan (4) choose to approach each sion sesas if it were the last. C hange starts now, not nex t week de S haz er & D olan, 2007; P rochaska & Norcross ,
2007). Hubung an K onse ling memiliki peran penting dalam konse ling berfokus s olus i. H ubungan
kons eling
merupakanK olaboras i antara
kons elor dankonseli
dalam
membangun solusi bersama. Kolaborasi menekankan solusi masalah konseli dan teknik konseling yang digunakan konselor. Konselor sebagai ahli tentang proses dan struktur konseling yang membantu konseli membangun tujuannya menuju solusi yangasbil.erh Konseli sebagai ahli mengenai diri dan tujuan yang ingin dibangun. K onse lor aktif dalam memindahkan fokus secepat mungkin dari masalah pada solusi. Konselor mengarahka n konseli mengeksplorasi kelebihan dan membangun solusi. Konselor mendorong inisiat if konseli dan membantu melihat dan menggunakan tanggung jawabnya dengan lebih baik (Prochaska & Norcross, 2007). P ros es kons eling terdiri atastaha pan pembinaan hubunga n ba ik, penetapa n tujuan, penetapan dan pelaks anaa n s olusi, dan peng akhiran s ebagikut. ai ber a. Pembinaan Hubungan P ada taha p ini kons elor melakukan a ktivitas s ebag ai berikut: (a) penc iptaa n kondis i fas ilitatif, (b) pe mbicaraan topik netral, dan (c ) penjelas an p ros es kons eling. b. Penetapan Tujuan P ada taha p ini dilakukan a ktivitas s ebag ai berik ut: (a) penentuan tujuan konseling, (b) pengajuan pertanyaan keajaiban yang diikuti dengan pertanyaan penanda keajaiban dan kemudian dise rtai pertanya an res iprokal berka itan denga n penanda kea jaiban
31
terse but, dan (c) peng ajuan pertanya an penanda kea njaiba lainnya ya ng diikuti denga n pengajuan pertanyaan resiprokal berkaitan dengan penanda keajaiban tersebut (dua atau tiga kali). c. P enetapan dan P elaks anaan S olusi P ada tahap ini kons elor melakuka n aktivitas s ebag ai berikut (a) meng ajukan pertanyaan ekseps i untuk mencapai tujuan yang diikuti dengan pertanyaan peneguhan cara konseli menerapkan solusi untuk mencapai tujuan tersebut, (b) mengajukan pertanyaan eksepsi lainnya untuk mencapai tujuan yang diikuti dengan pertanyaan peneguhan cara konseli menerapkan solusi untuk mencapai tujuan tersebut (dua/tiga kali) dan (c) mengajukan pertanyaan yang dapat membekali konseli dengan solusi dalam menghadapi hambatan dalam pencapaian tujuan. d. Pengakhiran Ak tivitas konse lor pada taha p ini ada lah (1) meng ajukan perta nyaan berskala untuk menilai kemajuan yang dialami konseli, (2) memberikan balikan kepada kon seli, (3) menye paka ti pertemuan s elanjutnya, dan (4) men utup pertemuan
5. T eknik-Teknik K onseling B erfokus S olusi Terdapat berbagai teknik yang digunakan konselorrfokus be solusi. Bebera pa teknik yang pada umumnya digunakan adalah sebagai berikut Prochaska ( & Norcross, 2007; G ladding, 2009 ; C orey, 2013 ). a. E xc ep tion-finding que s tions(P ertanya an penemuan peng ec ualian): pertanya an tentang s aa t- sa at dimana kons eli beba s dari masalah.P enemuan eks eps i membantu konseli memperjelas kondisi perubahan, memiliki kekuatan dan kemampuan menyelesiakan masalah, memberikan bukti nyata penyelesaian dan membantu konseli menemukan kekuatan dirinya yang terlupakan yang dapat diguankan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. b. Miracle que stions(P ertanyaa n kea jaiban): pertanya an yang menga rahkan konseli berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah yang dialami secara ajaib terselesaikan. Teknik ini membantu memperjelas juan tu da n me nyoroti eks es ps i masalah dengan merangsang konseli untuk mengimajinasikan suatu solusi dan memberantas hambatan dalam penyelesaian masalah serta membangun harapan terhadap terjadinya perubahan y ang diharapka n. 32
c. S caling ques tion s (Pertanyaan erskala): b pertanyaan yang meminta konseli membuat yang abstrak menjadi konkret, yang samar menjadi jelas dengan mengangkakan kekuatan, mas alah, keadaa n, atau perubahan k onseli. Umumnya, pertanyaa n berska la terse but diguna kan untuk memba ntu kons eli meng etah ui kemajuan ya ng dicapa inya. ): pesan tertulis atau lisan yang dirancang untuk d. C ompliments (Penghargaan/Pujian
memberikan penghargaan dan pujian atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi pencapaian tujuan konseli. Teknik ini digunakanelum seb konseli diberi tugas menjelang akhir pertemuan konseling. ) ialah pertanyaan e. Presession change question (P ertanya an perubahan pra pertemuan
yang dimaksudkan untuk menemukan eksepsi atau mengeksplorasi solusi yang telah diupayakan konseli sebelum per temuan konseling.Tujuannya ialah menciptakan harapan terhadap perubahan, menekankan peran aktif dan tanggung jawab konseli dan menunjukkan ba hwa perubaha n bisa terjadi di luar ruang kons eling . k f. F ormula first ses s ion tas(Formula tugas pertemuan pertam a): Format tugas rum ah
yang diberikan konselor kepada konseli untuk dikerjakan antara pertemuan p ertama dan pertemuan kedua. g. P emberian balikan adalah teknik yang diguna ka n konse lor untuk menyampa ikan pesan kepada konseli agar termotivasi mencapai tujua n yang diharapkan. Balikan terdiri atas tiga unsur yaitu komplimen, pernyataan penghubung, dan tugas yang diberikan kepada kons eli. K omplimen berisi kema juan yang dilak ukan kons eli untuk menc apa i tujuan s ec ara efektif. P ernyataa n peng hubung beris i kalimat yang menghubungkan tujuan dengan tugas yang diberikan. Tugas berisi apa yang perlu dilakukan konseli untuk mencapai tujuan yang diharapkan yang terdiri atas pengamatan atau tindakan yang dilakukan untuk me nca pai tujua nnya.
G . K onse ling T rait & F ac tor Anc angan K ons eling T rait & F ac tor
merupakan anc ang an kons eling ya ng
dikembangkan E . G . Williams on se jak tahun 1930 -an (P atterson, 19 80; P atterson & Welfel, 1994). Ancangan konseling tersebut juga dinamakan Ancangan Konseling Direktif (D irec tive C ounse ling ). Dala m perkembangannya, ancangan konseling ini dapat dilacak 33
pada F rank P arsons yang mendirikan B iro Voka s ional B oston 1908 (Ivey, Ivey, -& S imek Morgan, 1993). Disamping itu, ancangan tersebut berasal dari upaya -upaya pemberian bantuan dalam pembuatan keputusa n pekerjaan/vokasional. Kemudian berkembang menjadi ancangan konseling pendidikan baik untuk mahasiswa di tingkat universitas maupun untuk para s is wa di s ekolah menenga h. Namun demikian, pada perkembanga n s elanjutnya anca ngan K onseling T rait & F actor puti meliberbagai bidang topik konseling mulai dari konflik ke luarga , mas alah -mas alah yang berkaitan deng an finansial hingg a pada mas alah-mas alah y ang berhubunga n deng an peningka tan motivas i dan disiplin (G illiland, J ames, & Bowman, 1989). P ema hama n Anc ang anK onse ling T ra it & F ac tor ini s ec ara tuntas
tentu
memerlukan waktu yang tidak sedikit. Bahan Diklat tersebut hanya dimaksudkan sebagai rangs anga n dan penyeg aran pengetahun pes erta Diklat tentang ancang an K onseling T rait & F ac tor. Untuk itu, s ec ara be rturut -turut akan dikemukakan secara singkat tentang pandangan dasar menganai hakikat manusia, hakikat konseling, dan proses da n teknik konseling. 1. Hakikat Manus ia P andanga n das ar tentang hakikat manusia melandas i pelaks anaa n konseling. Oleh karena itu, hakikatmanus ia menurut Anc ang anl K onse ling T rait & F ac tor perlu dipahami oleh kons elor. S eca ra umum, manus ia menurut ahli kons eling T ra it & F ac tor dapa t dikemukakan sebagai berikut. a. Manusia adalah pribadi unik yang merupakan suatu kesatuan sifat atau faktortiseper kemampuan, bakat, minat, kepribadiaan, dan prestasi. b. Manusia adalah makhluk rasional yang memiliki kemampuan membuat pilihan -pilihan yang memuaskan baik bagi diri, keluarga, maupun masyarakatnya bilamana tersedia data yang diperlukan bagi pembuatan kepu tusan tersebut. c. Manusia adalah makhluk yang s elalu berupaya untuk menge mbangkan dirinya s eca ra optimal untuk mencapai kehidupan yang baik dan mencegah atau mengendalikan berkembangnya s ifat -sifat buruknya.
2. Hakikat Konseling B erdas arkan
pandanga n
das ar tang ten
hakikat
manusia
tersebut,
Williams on (P atterson, 1980 ) memanda ng ha kikat kons eling s eba ga i berikut. 34
maka
a.
Konseling merupakan suatu proses belajar yang menekankan hubungan rasional antara
konselor
dan
konseli.
Namun
demikian,
hubungan
tersebut
tetap
memperhatikan kes eluruhan a s pek pribadi kons eli. b. Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli yang dimaksudkan untuk membantu konseli tersebut memahami diri, menerima d iri, menga rahka n diri, dan meng aktualis as ikannya. diri c. Konseling
sebagaimana
halnya
pendidikan
diupayakan
membantu
konseli
mengembang kan dirinya s es uai denga n -nilai nilai masyarakatnya. d. Konsep
konseling
lebih
luas
daripada
konsep
psikoterapi
karena
konseling
memperhatikan keseluruhan aspek individu sebaga i pribadi yang menghadapi masalah penemuan jati -dirinya dan menyadari potensinya yang besar dalam keseluruhan bidang hidupnya. Adapun psikoterapi seringkali memandang individu hanya dari sudut masalah yang dihadapinya, seperti masalah pendidikan atau pekerjaan; konflik diri dipandang terlepas dari kehidupan ny ata kons eli; disamping itu, psikoterapi seringkali terbatas pada penilaian konseli terhadap pengal-aman pengalaman pribadinya dan bukan pada perilaku aktualnya dalam ling kungan sosialnya.
3. P roses Konseli ng P ros es K onse ling T rait & F ac tor terdiri atas ena m taha p, yaitu (1) ana lis is, (2) sintesis, (3) diagnosis, (4) prognosis, (5) konseling/treatment, dan (6) tindak lanjut (Williams on & Biggs , 1979; P atterson & Welfel, 1994; S chmidt, J .J ., 1999).-tahap Ta hap tersebut merupakan suatu urut -urutan kegiatan yang logis dan menggambarkan tahap tahap
yang
biasa
dilaksanakan
dalam
dunia
ilmiah
dan
kedokteran.
Dalam
pelaksanaannya, urut -urutan tahap tersebut tidak perlu diikuti secara kaku tetapi hendaknya digunakan s ecara luwes dan bahkan dapat tumpang tindih antara satu tahap dengan yang lain. Ada kemungkinan konselor kembali ke tahap analisis setelah sampai pada tahap diag nosis ka rena a da data yang perlu diungka pkan untuk menemukan- s ebab sebab masalah konseling nga de n tepat. Tahap kesatu hingga tahap keempat dari keenam tahap konseling tersebut dapat dilakukan konselor sebelum pertemuan secara tatap muka dengan klien yang akan dibantu. Dalam hal ini konselor mempelajari data konseli melalui catatan kumulatif dan 35
hasil-has il teknik peng umpulan data lainnya. S etelah itu, data ters ebut dirangkum (sintesis) dan diadakan diagnosis untuk menentukan masalah yang dihadapi konseli dan penyebabnya. Kemudian konselor mengadakan pertemuan dengan konseli dalam tahap konseling/treatment dengan tujuan membantu konseli tersebut memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, pelaksanaan tahap -tahap itu dapat dilaksanakan sebagai berikut.Pertama, semua tahap konseling dilaksanakan dalam pertemuan tatap muka dengan konseli. Ked ua, empat tahap pertama dari keenam tahap konseling itu dilaksanakan sebelum bertatap muka dengan konseli. Ketiga, perpaduan antara cara pertama dan kedua, yaitu empat tahap pertama dari keenam tahap konseling itu dilaksanakan di luar pertemuan konseling, kemudian pada saat wawancara konseling berlangsung konselor melengkapi kekurangan -kekurangan yang ada pada tahap -tahap sebelumnya. Keenam tahap konseling tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut. a. Analis is Analis is merupakan tahap pengu mpulan data atau informasi tentang diri kon seli dan lingkungannya. Data yang dikumpulkan adalah data vertikal dan horisonta l. Data vertikal (data diri konseli) berupa data tentang fisik dan data psikologis. Data fis ik klien antara lain terdiri atas ciri -ciri dan penampilan fiisik, kesehatan, dan stamina. Ad apun data horisontal (data lingkunga n konse li) antara lain data ke luarga , pergaulan di se kolah, teman-teman sepermainan, keadaan tempat tinggal, dan nilai -nilai yang dianut mas yarakat s ekitarnya. T ujuan tahap analis is ialah memperoleh pemahaman mengenai konseli dalam hubungannya dengan persyaratan yang diperlukan bagi penyesuaian diri konseli baik saat sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu data yang dikumpulkan harus valid, dapat dipercaya, elevan, r dan komprehensif. Data tersebut dapat dikumpulkan dengan alat-alat pengumpul data antara lain catatan kumulatif konseli, wawancara, otobiografi, observasi, tes psikologis, dan format distribusi waktu. Disamping-alat alat analisis terse but, P atterson (1980) meng emuka kan s tudi kas us s ebag ai alat analisis data yaitu suatu metode untuk memadukan semua data konseli yang terdiri atas catatan komprehensif yang mencakup sejarah kehidupan keluarga, sejarah kesehatan, sejarah
36
pendidikan, sejarah pekerjaan dan jabatan, minat s os ial da n rekrea s i s erta ke bias-aan kebias aan kons eli. b. S intes is S intes is merupakan tahap merangkum dan mengorga nis as ikan data has il tahap ana lis is. R ang kuman terse but dibuat s edemikian rupa s ehingg a dapa t menunjukkan gambaran diri konse li yang terdiri atas kelemahan dan kelebihannya serta kemampuan sekaligus ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri. R angkuman data tersebut dirumuskan secara singkat dan padat. c. D iagnosis D iag nosis merupakan tahap untuk menetapkan hakikat mas alah yang dihadapi konseli serta sebab -sebabnya . Untuk itu tahap diagnosis terdiri atas dua langkah sebagai berikut. a. Identifikasi masalah Identifikas i mas alah merupakan langka h penetapan hakikat mas alah yang d ihadapi konseli. Penentuan masalah yang dihadapi seli kon tersebut dapat mengguna kan klas ifikas i mas alah yang dikembangka n
B ordin dan P epins ky (R obinson, 1978). Bordin
mengklasifikasikan masalah ke dalam lima kelompok yaitu (1) bergantung pada or ang lain (dependence) , (2) kurang menguasai keterampilan yang diperlukan (lack of skills), (3) konflik diri (s elf-co nflict ), (4) kecemasan menentukan pilihan ), dan (5) (choice anxiety masalah
yang
tidak
dapat
diklasifikasikanno ( problems) .
Adapun
Pepinsky
mengemukakan klasifikasi masalah sebagai berikut: (1) kurang percaya diri lack ( of ), (2) kurang informasilack ( of information), kurang menguasai keterampilan assurance of skills) , (4) bergantung pada orang laindependence yang diperlukan lack ( ( ) , dan (5)
konflik diri(s elf-co nflict ). d. Penemuan seba -sebab mas alah (E tiolog i) P enemuan sebab -sebab masalah merupakan langkah penentuan sumber -sumber penyebab timbulnya ma s alah yang dihadapi konseli yang mencakup penca rian hubunga n antara masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang yang dapat mengarahkan konselor memah a mi s ebab-se bab ma s alah kons eli. P enemuan sebab -sebab masalah yang dialami konseli menuntut konselor mempelajari data dan informasi diri dan lingkungan konseli sehingga ditemukan -faktor 37
faktor penyebabnya. S eca ra ga ris bes ar, penyebab mas alah konseli s albera dari dalam dan luar dirinya. Penyebab yang berasal dari dalam diri konseli antara lain gangguan kesehatan,
kebiasaan -kebiasaan
buruk,
sikap
negatif,
kurang
keterampilan
yang
diperlukan dan kemampuan intelektual rendah. Adapun penyebab yang berasal luar dari diri konseli antara lain berupa sikap orang tua/guru yang tidak menunjang perkembangan konseli, lingkungan rumah atau sekolah yang kurang sesuai dengan karakteristik konseli, dan dukungan sosial -ekonomi yang kurang menunjang. e. Prognosis
Prognosisadalah tahap pembuatan prediksi tentang kemungkinan -kemungkinan
yang akan terjadi pada diri konseli berdasarkan keadaan konseli saat ini. Misalnya, jika konseli sering tidak masuk kelas, maka kemungkinan ia akan ketinggalan pelajaran dan nilai-nilai mata pelajarannya a kan rendah. O leh karena itu, kons elor hendak nya membantu konseli agar ia menyadari kemungkinan -kemungkinan yang akan terjadi atau dialam i jika ke aa daa n s aa t ini terus berlanjut dan tidak diatas i. f. Konseling K onseling
merupakan
prose s
pember ian bantuan
terhadap
konseli
y ang
dimaksudkan agar konseli tersebut menemukan sumber -sumber ya ng ada dalam dirinya sendiri,
lembaga,
dan
masyarakat
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
penc apaian
penyesuaian diri yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Untuk u, konselor it hendaknya membantu konseli (1) mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya, (2) menguji dan memilih alternatif pemecahan masalah, dan (3) melaks ana kan a lternatif pemec aha n mas alah terpilih. 1) Identifikasi alternatif pemecaha n masalah P ada langka h ini, kons elor meng identifikas i berbaga i alternatif pemec aha n masalah yang dapat membantu konseli mengatasi masalah yang dihapinya. Alternatif tersebut disesuaikan dengan faktor -faktor penyebab yang berpengaruh besar bagi timbulnya mas alah k onse li. J ika faktor yang paling berpeng aruh beras al dari dalam diri konseli maka alternatif pemecahannya hendaknya ditujukan pada faktor yang berada dalam diri konseli. S eba liknya jika faktor penyeba bnya be rada di lua r diri konse li, maka alternatif peme ca hanny a dia rahka n pada faktor di luar diri konse li ters ebut. J ika faktor
38
penyebabnya beras al dari luar dan s ekaligus dalam diri kons eli maka pemecaha nnya juga diarahka n ke pada kedua faktor terse but. 2) P eng ujian dan pe milihan alternatif pemec aha n alah mas S etelah s ejumlah a lternatif pemec aha n mas alah k onse li terkumpul kemudian dilakukan pengujian pada setiap alternatif tersebut baik dari segi kelebihan maupun kekuranga nnya bag i pemeca han mas alah konseli. S etelah kelemahan dan ke lebihan setiap alternatif jelas maka tinggal menetapkan pemecahan masalah mana yang akan dipilih untuk dilaks ana kan kons eli. D alam pe milihan a lternatif hendakny a didas arkan pa da banya knya keuntunga n dan s edikitnya kerugian. J adi alternatif pemec aha n mas alah yang dipilih ialah yang paling ba nya k ke untungann ya /s eg i positifnya dan pa ling s edikit kelemahannya/s eg i nega tifnya s erta dapat memecahkan ma s alah ya ng dihadapi konseli. 3) pelaksa naan pemecaha n mas alah terpilih S etelah ditetapka n alternatif pemec aha n mas alah ya ng aka n dilaks anakan, kemudian
konselor
membantu
konseli
menetapkan
kapan
pemecahan
m asalah
dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya, apa saja yang diperluk an bagi pelaksanaan pemecahanmasalah tersebut, dan siapa saja yang akan terliba t dalam pelaksanaannya. P elaksana an pemec aha n mas alah kons eli tersebut mungkin hanya melibatkan konseli dan konselor dan/atau melibatkan berbagai pihak sebagai tim bagi keberhasilan pemberian layanan kons eling kepada konseli. Ag ar kons elor dapat membantu kons eli meng emba ngka n alternat if pemecahan masalah yang dihadapinya, maka konselor tersebut menggunakan strategi pemecahan masalah sebagai pedoman, strategi ters ebut (P atterson, 198)0 adalah (1) mengadakan changing perubahan lingkungan konseli yang tidak menunjang perkembangan optimal ( environment ), (2)
mengubah sikap negatif konseli baik terhadap diri maupun
attitude), (3) membantu kons eli mendapa tkan ling kunga n yang lingkunga nnya changing (
sesuai dengan dirinyaselecting ( ), (4) membantu konseli the appropriate environment memperoleh keterampilan yang
the needed skills diperlukan learning ( ), dan (5)
forc ing membantu konseli menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya ( conformity ).
39
g. T inda k-lanjut/ follow-up T indak-lanjut ada lah tahap pe nilaian tingka t kebe rhas ilan pe mberian yanan la bantuan konseling terhadap konseli dan penentuan kegiatan lanjutannya berdasarkan has il penilaian ters ebut. J ika berhas il, maka kebe rhas ilan ters ebut perlu dipelihara da n dikembangkan dan sebaliknya jika belum berhasil perlu diidentifikasi penyebab ketidakberhasilannya dan kemudian ditentukan bantuannya yang lebih tepat sehingga konseli dapat berkembang secara optimal baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
4. T eknik-Teknik K onseling D alam pengg unaan teknik -teknik konseling, Konseling Tra it & F ac tor sang at luwes dan eklektik. Hal ini disebabkan oleh keunikan konseli yang dibantu dalam proses konseling. Oleh karena itu, konselor menggunakan teknik -teknik kons eling s es uai dengan karakteristik konseli dan masalah yang dihadapinya. T eknik-teknik kons eling ya ng dikemuka kan Williams on (B urks & S tefflre, 1979; P atterson, 1980) a dalah se bag ai beriukut. a. P enciptaan hubungan baik ) (es tablis hing rapport P enciptaa n hubungan baik perlu dilaks ana kan kons elor ag ar konseli meras a aman, nyaman, s egeraerlibat t dalam hubung an kons eling. b. P enumbuhan pemaha man diri kons eli ( ) cultiviting s elf -understanding K onse lor hendakny a me mbantu kons eli memahami dirinya ya ng terdiri atas kelemahan dan kelebihannya serta membantu konseli tersebut untuk mau menggunakan kelebihannya dan menga tas i kelemahannya. advising or planning c. P emberian nas ihat atau bantuan perenca naa n program keg iatan ( program of a ction)
Konselor dapat memberikan nasihat/saran kepada konseli dalam perencanaan dan pelaksanaan rencana tindakan kon seli berdasarkan kelemahan dan kelebihan pilihan, tujuan, panda nga n, atau s ikap kons eli. Untuk pembe rian nas ihat ini ada tiga ca ra: 1) Nas ihat langs ungdirec ( tive ad vice ) Konselor secara jelas dan terbuka mengemukakan pendapatnya/nasihatnya kepada konseli jika kons eli tersebut bena-benar r tidak tahu apa yang akan dilaksanakan 40
atau konseli tersebut akan mengalami kegagalan dengan pilihan atau kegiatan yang akan dilaksanakan. 2) Metode pe rsuas if pe ( rs ua s ive me tho)d Nasihat yang diberikan bilamana konseliah telmengemukakan alasan -alasan logis dari renca na y ang aka n dilakuka n tetapi ia belum mampu membua t keputus an. 3) Metode eksplanatoriex ( planatory me thod ) Nasihat yang diberikan setelah klien mengemukakan kelebihan dan kelemahan setiap alternatif tindakan.Dalam hali ini, konselor memberikan nasihat dengan cara memberikan penjelasan mengenai implikasi setiap pilihan yang akan diambil konseli. carrying out the plan d. pelaks anaan renca na tindakan ( )
S etelah konse li menetapkan pilihan atau keputus an ya ng a kan ilaksanakan d maka konselor dapat memberikan bantuan secara langsung dalam pelaksanaan keputusan tersebut. Bantuan tersebut, misalnya, berupa program remediasi atau program pendidikan dan pelatihan yang dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan ke putusan konseli. Agar konseli dapat melaksanakan rencana tindakannya dengan berha sil maka konselor perlu membantu konseli memperjelas pelaksanaan rencana tersebut dengan membahas hal -hal sebagai berikut: kapan, di mana, bagaimana, dan dengan siapa rencana terse buta kan dilaksanakan. e. Perujukan konseli kepada ahli lain yang lebih berwenang dalam penanganan masalah konseli (referral to other personnel workers ). Konselor adalah tenaga professional yang memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga tidak ada konselor yan g ahli dalam segala hal. Oleh karena itu, konselor harus menyadari kelemahan dan kelebihannya. Implikasinya, bilaman konselor menghadapi masalah klien di luar kewenangannya maka hendaknya ia merujuk konseli kepada ahli lain yang berwenang.
41
D AF T A R R U JKUAN
of C ounseling B urks , H.M. & S tefflre, B . 1979Theories . . New Y ork: McG raw - Hill Book C ompany. Introduction to the C ouns eling P rofes s.ion C apuzz i, D. & Gross , D.R . 2009.
C olumbus, O hio: P earson. C harles worth, J .R . & J acks on, C .M. 2004.tion-F S olu ocused B rief C ounseling: A n Approach for P rofes s ional S chool C ouns elors . Da lam E rford, B.T . (ed.). C orey, G. 2013 . T heory and P ractice of C ounseling and P syc hotherapy . B elmont, C alifornia: B rooks/C ole P ublis hing C ompany. T heo ry andP ractice of G roup C ouns eling C orey, G. 2012. . B elmont, C A: B rooks/C ole. More T han Miracles : Th e S tate ofthe Art of S olution de S hazer, S . & Dolan, Y . 2007. F ocuse d B rief Therapy . L ondon: R outledge .
G eorge, R .L. & C ristiani, T.S . 1990. T heory, Method, and P rocess of C ouns eling and . Needham Heights, MA: Allyn & P syc hotherapy: S kills, theories , and P ractice Bacon. G illiland, B.E ., J ames, R .K ., & Bowman, J .T. 1989. T heories and S trategies in C ouns eling . Boston: Allyn & Bacon. and Psychotherapy C ounseling: A C om pre he ns ive P rofes s.ion G ladding, S .L. 2009. New J ers ey: Pea rson E ducation, Inc. R eality T herapy: A Ne w Approach to P syc hiatry Glasser, W. 1965. . New Y ork: Ha rper & R ow P ublishers. S ch ool Without F ailure G las ser, W. 1969a. . New Y ork: Harper & R ow P ublishers . Guidelines for Glasser, W.1969b. R eality and C ounseling. Da lam Beck, C .E . (ed.). G uidance: R eading in the P hilosophy of G uidance (hlm. 378-387). D ubuques , Iowa: WM. C . Brown C ompany P ublishers .
G las s er, W. & Zunnin, L .M. 1973. R eality T herapy. Dalam C ors ini, R . (ed.) . C urrent ( hlm. 287-315). Itas ca , Illinois: F .E . P ea cock P ublis hers. Psychotherapies Iden tity S oc iety G las ser, W. 1975. . New Y ork: Ha rper & R ow Publis hers .
G las s er, W. 1984a. C ontrol Theory: A New E xplanation of How We C ontrol Our L ives . New Y ork: H arper &R ow P ublis hers. Glasser, W. 1984b. R eality T herapy. D alam C ors ini, R . (ed.). (hlm. C urrent Ps ychotherapies 320 - 333). Itas ca, Illinois : F .E . P eac ock P ublishers . C ontrol T heory in the C lassroom G las ser, W. 1985a. . New Y ork: Harper & R ow Publis hers . 42