Metode Analisa Struktur dengan Menggunakan Balok Konjugasi, hak cipta kepada penulis terkait, pengupload cuma berusaha berbagi summary yang telah dib...
Metode Analisa Struktur dengan Menggunakan Balok Konjugasi, hak cipta kepada penulis terkait, pengupload cuma berusaha berbagi summary yang telah dibuat oleh penulis terkait, hak cipta meng…Deskripsi lengkap
Conjugate Beam
Beam
beamFull description
analisis
Bodybuilding programFull description
Full description
Bodybuilding programFull description
JKR MALAYSIA BEAMFull description
Wagner beam
Deep beam Aci
Full description
this is how to learn about beam deflections..
Beam FormulaeFull description
Full description
Beam Deflection
BAB I CONJUGATE BEAM
Conjugate beam (balok konjugasi) adalah penggunaan bidang momen yang dijadikan sebagai beban untuk mengetahui defleksi pada balok. Cara penentuannya : -
Bidang momen diperlukan sebagai beban EI
-
Momen pada suatu titik pada conjugate beam merupakan lendutan dititik tersebut. Perhatikan balok dengan tumpuan sederhana dibebani dengan beban-beban sebagai
berikut :
Kondisi 1 Bentang sederhana dibebani dengan beban terpusat ditengah bentang
A
yc
B
2
Menghitung gaya lintang dan momen :
MA 0 PL L L -VB . L + =0 4 EI 2 2
PL3 -VB.L + =0 16EI
PL2 VB 16EI V 0 VA
PL2 16EI
A
M C 0
-MC + VA.
L PL L L - = 0 2 4 EI 4 6
PL2 L PL3 . -MC + =0 16EI 2 96EI MC =
PL3 PL3 32EI 96EI
MC =
PL3 48EI
3
ΣV = 0 VA - DA = 0 VA = DA
PL2 DA = 16EI DB = -
PL2 16EI
jadi, MC = yc
yc=
PL3 48EI
DA = GA
θA =
PL2 16EI
DB = GB
θB = -
PL2 16EI
Kondisi 2 Bentang sederhana dibebani dengan beban terpusat tidak tepat ditengah bentang
A
B
4
ΣMC = 0 VA.a – MC = 0 MC = VA.a MC =
Pb .a L
MC =
Pab L
MC =
P.a.b LEI
maka:
ΣMA = 0
Pab 1 Pab 2 b 3 b a 1 2 a . 3 b = 0 LEI LEI
-VB.L +
1
-VB.L +
Pab 2 2LEI
VB =
2
Pab 6 L2 EI
1
13 b a Pa
3
b =0 3LEI
3
b 2 ab 2 3 a 2
ΣMB = 0 1
VA.L -
3 Pa 2 b 1 3 a b Pab = 0 2LEI 3LEI
Pab 2 L2 EI
2
Pa 2 b 2L2 EI
VA = VA =
Pab 1 Pab 2 a 3 a b 1 2 b . 3 b = 0 LEI LEI
VA.L -
1
3
13 a b
a 2 ab 2 3 b 2
Pab 3 3L2 EI
5
DA = θA =
Pab 2 L2 EI
Pab 2 L2 EI
DB = θB = -
1
3
1
a 2 ab 2 3 b 2
3
b 2 ab 2 3 a 2
Pembuktian dengan beban terpusat. Mis : a b 12 L θA =
Kondisi 5 Beban merata yang terletak mulai dari tumpuan. a1 = 0 a2 = ½ L A
Maka :
A
=
B
q 3 qL3 384 EI
7 qL3 B= 384 24EI Untuk kondisi beban-beban merata yang lain dapat ditentukan sendiri dengan menggunakan persamaan (1) & (2).
Kondisi 6: Bentang sederhana dibebani dengan beban momen pada tiap-tiap tumpuan -
Beban momen di tumpuan A
A
B
11
MA 0 MA -VB . L + ½L . . 1/3 L = 0 EI VB =
MA.L2 6 LEI
VB =
MA.L 6 EI
MA 0 MA VA . L - ½L . . 2/3 L = 0 EI VA =
MA.L 3EI
A
MA.L 3EI
Jadi,
B -
MA.L 6 EI
Kondisi7: Bentang sederhana dibebani dengan beban momen pada tiap-tiap tumpuan -
Beban momen di tumpuan A
12
A
MA 0 MB -VB . L + ½L . . (2/3 L) = 0 EI VB =
MB.L 3EI
MA 0 MA VA . L - ½L . . (1/3 L) = 0 EI VA =
MB.L 6 EI
Jadi,
A
MB.L 6 EI
B -
MB.L 3EI
B
13
Untuk mempermudah pembaca, seluruh bentuk perputaran sudut (θ) akibat dari berbagai kondisi beban, maka nilai θ secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
FIXED END MOMEN (FEM) / MOMEN PRIMER FEM adalah momen-momen tumpuan terjepit dengan berbagai kondisi beban. Nilai-nilai FEM untuk berbagai kondisi beban dapat dilihat pada tabel berikut ini :
15
No
Kondisi beban
Momen Primer (FEM)
1. M0AB = PL 8
,
M0BA = - PL 8
2.
Pl1l 22 M AB 2 L Pl 2 l M 0 BA 12 2 L 0
3. M0AB =
qL2 12
M0BA = -
,
qL2 12
4.
M
0
AB
M 0 BA
l12 l 23 2 2 1 4 6 L 8l1 L 3l1 4 4 L 3l 2 L L 3 2 2 l2 qL l1 2 2 1 4 4 L 3l1 4 6 L 8l 2 L 3l 2 12 L L qL2 12