LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA UJI PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS SEDIAAN SE DIAAN TABLET TABLET PARASETAMOL SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN UJI DISOLUSI
Disusun oleh : AINUN NIHAAH
!"##!$!$!$"%
NADA DINI LESTARI
!"##!$!$!$"&
FENI PUSPTA DE'I
!"##!$!$!$&%
LAURENSIA JEAN
!"##!$!$!$&(
RI)KA ILLA CHASSANA
!"##!$!$!$*&
MILA NUR A)I)AH
!"##!$!$!$(%
MONICA CNURADHA A+S
!"##!$!$!$(&
ADINDA NADIA NAUFALIA
!"##!$!$!$(,
BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER #$!(
TUJUAN PERCOBAAN
a. Mahasiswa Mahasiswa dapat melakukan melakukan uji disolusi disolusi sediaan sediaan obat sesuai dengan farmakope farmakope Indonesia Indonesia ED IV b. Mahasiswa dapat membandingkan bioavailabilitas antara obat paten dan bukan paten DASAR TEORI
Laju disolusi atau waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarutkan dalam cairan pada tempat absorbsi merupakan tahap yang menentukan laju proses absorbsi. !ji ini digunakan untuk obat"obat yang diberikan secara oral bentuk padat seperti tablet. #kibatnya laju disolusi dapat mempengaruhi onset intensitas dan lama respons serta kontrol bioavailabilitas obat tersebut keseluruhan dari bentuk sediannya. !ji ini digunakan untuk menentukan kesesuian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing"masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsulkecuali pada etiket tablet harus dikunyah. $ersyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing"masing monografi. Disolusi Disolusi merupakan salah satu kontrol kualitas yang dapat digunakan untuk memprediks memprediksii bioavailabilitas dan dalam beberapa kasus dapat sebagai pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalen. %ubungan kecepatan disolusi in vitro dan bioavailabilitasnya dirumuskan dalam bentuk IVIV& 'in vitro"in vivo corelation(. )inetika uji disolusi in vitro memberikan informasi yang sangat penting untuk meramalkan availabilitas obat dan efek teraupetiknya secara secara in vivo. vivo. )ompone )omponen n pentin penting g dalan dalan melakuk melakukan an peruba perubahan han disolu disolusi si adalah adalah wadah wadah pengadukan suhu dan medium. Dua produk disebut disebut bioekivalen bioekivalen jika keduanya keduanya memberikan memberikan ekivalensi farmasetik farmasetik atau merupakan alternatif farmasetik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama dalam hal efikasi maupun keamanan. *ika bioavailabilitasnya tidak memenuhi kriteria bioekivalen maka kedua produk obat tersebut disebut bioinekivalen. #lasan utama dilakukannya studi bioekivalensi karena produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita. $erban $erbandin dingan gan dua produk produk atau atau formul formulasi asi atau atau bentuk bentuk sediaa sediaan n adalah adalah secara secara in vitro vitro menggunakan disolusi terbanding. $erbandingan in vito disolusi profil dapat menggunakan faktor persamaan dan faktor perbedaan. +aktor kesamaan f, dihitung menggunakan rumus -
+aktor perbedaam f dihitung menggunakan rumus -
)eterangan f, / similarity factor 'faktor kesamaan( f / difference factor 'faktor perbedaan( 0t / dissolution value of the reference batch at time t '1 rata"rata 2at terlarut dalam waktu t untuk sediaan pembanding( 3t / dissolution value of test batch at time t '1 rata"rata 2at terlarut dalam waktu t untuk sediaan uji( n / jumlah titik sampel $ada percobaan ini akan membandingkan bioavailabilitas parasetamol paten dan generik. $arasetamol merupakan obat golongan 45#ID yang memiliki efek analgesik 'pereda nyeri( dan antipiretik 'penurun panas(. 0!M!5#4 M#5#L#% #dapun rumusan masalah pada percobaan adalah sebagai berikut a. #pa tujuan dilakukan uji disolusi terbanding6 b. #pakah kriteria penerimaan uji disolusi parasetamol sudah memenuhi persyaratan 6 c. 7agaimana bioavailabilitas parasetamol paten dan generik 6
ALAT DAN BAHAN
#. #lat . Dissolution tester ,. 5pektrofotometer !V 8. )uvet 9. $ipet volume :. $ro pipet
;. Labu takar <. =elas beaker 7. 7ahan . 3ablet parasetamol generik :>> mg ,. 3ablet panadol paten :>> mg 8. Dapar fosfat 9. #?uades
&ara )erja #. $embuatan Dapar +osfat p% :@ '+armakope Indonesia Edisi IV(
Membuat kalium fosfat monobasa >, M dengan melarutkan ,<,, gram kalium fosfat monobasa dalam air dan mengencerkannya hingga >>> mL
Mengambil :> mL kalium fosfat monobasa >, M dan memasukkan ke dalam labu ukur ,>> mL
Menambahkan 8; mL natrium hidroksida >, M sampai tanda
Membuat dapar fosfat ph :@ sebanyak ; Liter
7. $embuatan )urva )aliberasi )adar $arasetamol dalam Dapar +osfat p% :@
Membuat larutan induk parasetamol >>> ppm sebanyak :>> mL dalam dapar fosfat p% :@
Membuat larutan dengan seri kadar , 9 ; @ > dan , ppm sebanyak >> mL yang dibuat dari penganceran larutan induk
Mengukur absorbansi ; larutan tersebut pada panjang gelombang maksimum ,98 nm dengan menggunakan dapar fosfat p% :@ sebagai blanko
Menentukan persamaan kurva kaliberasi yang digunakan menggunakan regresi linear 'y / bA B a(
&. !ji Dissolusi 3ablet $arasetamol
Memasukkan masing"masing C>> mL dapar fosfat ke dalam enam chamber disolusi dan menurunkan pengaduk alat tipe , 'dayung( sampai jarak antara dasar chamber dengan batas bawah dayung ,: , mm
Membiarkan sampai suhu medium disolusi mencapai 8< >: & ˚
Memasukkan tablet ke dalam masing"masing chamber menghilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan dan menyalakan rotor pengaduk dengan kecepatan :> putaran per menit 'toleransi 91(
Mengambil larutan disolusi dari dalam chamber sebanyak : mL menggunakan pipet volume : > ,> dan 8>
Menambahkan larutan dapar fosfat p% :@ yang baru sebanyak : mL ke dalam chamber setelah pengambilan larutan disolusi
Menentukan serapan larutan disolusi dengan hasil sampling pad a waktu tertentu tadi menggunakan alat spektrofotometer !V pada panjang gelombang ,89 nm dan memelakukan pengenceran jika diperlukan
Menghitung nilai '1( DE f, f dan menganalisis data
D.
Monografi 5ediaan 3ablet $arasetamol untuk !ji Disolusi dalam +armakope Indonesia Edisi IV 'hal ;:>( Media disolusi #lat Faktu $rosedur
- C>> mL larutan dapar fosfat p% :@ - tipe , kecepatan :> rpm - 8> menit - Lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut d engan mengukur serapan filtrat larutan uji jika perlu diencerkan dengan media disolusi dan serapan larutan baku parasetamol 7$+I dalam media yang sama pada panjang gelombang serapan maksimum
3oleransi
lebih kurang ,98 nm. - Dalam waktu 8> menit harus larut tidak kurang dari @>1 '( parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket.
HASIL PENGAMATAN
#. $embuatan Dapar +osfat p% :@ '+armakope Indonesia Edisi IV( Dalam resep menghasilkan ,>> mL dapar fosfat yang terdiri dari )alium fosfat monobasa >, M G ,<,, gram dalam air >>> mL • )alium fosfat monobasa >, M kemudian diambil G :> mL • $enambahan 4aH% >, M sebanyak G 8; mL dan diencerkan ad ,>> mL • Didapatkan dapar fosfat p% :@ sebesar ,>> mL • 5edangkan yang dibutuhkan sebanyak ,> Liter atau ,>>>> mL sehingga harus membuat dapar fosfar sebanyak >> kali resep dengan perhitungan )alium fosfat monobasa >, M G ,<,, gram : / 8; gram dalam air :>>> • • •
mL )alium fosfat monobasa >, M kemudian diambil G :> mL >> / :>>> mL $enambahan 4aH% >, M sebanyak G 8; mL >> / 8;> mL dan diencerkan
ad ,>>>> mL / ,> Liter Didapatkan dapar fosfat p% :@ sebesar ,>>>> mL / ,> Liter • 7. $erhitungan )urva 7aku 3eoritis Larutan Induk ,>> ppm G ,> mgJ >> mL A >>> / ,>> ppm $engenceran , ppm G mLJ >> mL A ,>> ppm / , ppm • 9 ppm G , mLJ >> mL A ,>> ppm / 9 ppm • ; ppm G 8 mLJ >> mL A ,>> ppm / ; ppm • @ ppm G , mLJ :> mL A ,>> ppm / @ ppm • > ppm G : mLJ >> mL A ,>> ppm / > ppm • , ppm G 8 mLJ :> mL A ,>> ppm / , ppm • $ercobaan Larutan Induk ,>> ppm G ,>C mgJ >> mL A >>> / ,>C ppm $engenceran , ppm G mLJ >> mL A ,>C ppm / ,>C ppm • 9 ppm G , mLJ >> mL A ,>C ppm / 9@ ppm • ; ppm G 8 mLJ >> mL A ,>C ppm / ;,< ppm • @ ppm G , mLJ :> mL A ,>C ppm / @8; ppm • > ppm G : mLJ >> mL A ,>C ppm / >9: ppm • , ppm G 8 mLJ :> mL A ,>C ppm / ,:9 ppm • #bsorbansi
)onsentrsi
>8:
,>C
>,:;
9@
>9>
;,<
>:8:
@8;
>;<@
>9:
>@,;
,:9
K / bA B a K / >>;;9A >>8< 0 / >CCC; &. )urva )aliberasi $arasetamol dalam Dapar +osfat p% :@ )adar $aracetamol 'ppm(
#bsorbansi
,>C
>8:
9@
>,:;
;,<
>9>
@8;
>:8:
>9:
>;<@
,:9
>@,;
$ersamaan 0egresi
y / >>;;9A >>< 0 / >CCC: %asil !ji Disolusi 3ablet $anadol :>> mg Faktu
G
'menit(
#bsorbansi
:
>
,>
8>
#
>98:
>;;;
><8C
>@9
#,
>8C9
>;@9
>
>@,>
#8
>9<@
><,,
><;8
><<;
#9
>9,9
>;>
><:<
><<,
#:
>:>:
>;C@
><8;
><:
#;
><
>;:8
><;@
>
>.9C
>;<,
><;@
>
:98:
:@@;:
;><9:
89,,>>
9;9<:
:,:,@8
:9;<>:
>
C:>
,:@,
,C98
89,>>>
9;;;:
:8,8;<
:9>;9@
0erata )adar $&3
'g(
'gJmL(
&N /
&N
#(J7 &N A C>>
+k tot
'K" 8@>>>
B +k
1 terlepas
totJdosis
;,9>>1
@88,81
>;9<81
>CC8>1
:
>
,>
8>
#
>::
>;9
>;C8
><>@
#,
>:C
>;:<
>;C<
><,;
#8
>:;9
>;;C
><>,
><<
#9
>:,C
>;>:
>;@>
><>8
#:
>:@@
><<<
>.;,C
><,
#;
>:>C
>;88
>;C;
>;C
>:9;
>;88
>;>:
><
:,C>
:8;<:
;:@8C
8@@,:
9;;>
9@8><:
:C,:9<
>
,,,:
,;@8<:
8,CC8
DE %asil !ji Disolusi 3ablet $arasetamol :>> mg Faktu
'menit(
#bsorbansi
0erata )adar $&3
'gJmL(
&N /
&N
#(J7
'g(
'K" 9,9,:
&N A C>>
+k tot
B +k
8@@,:
9;8<<,:
9@:<::<:
:C:C@C8
1 terlepas
totJdosis
<;8;:1
<,<9;1
C8,1
>;@1
DE %asil $erhitungan +aktor )emiripan 'f,( dan +aktor $erbedaan 'f( !ji Disolusi 3ablet $anadol :>> mg dengan 3ablet $arasetamol :>> mg Faktu
1 $elepasan 0
1 $elepasan 3
0"3
'0"3(,
:
;@9>>
<;8;:
"<C;:
;899
>
C88,8
C,<9;
>8<<
>8@8
,>
>;9<8
C<:,
C8,
@;@@>
8>
>CC8>
C;@
"C,8@
@:89>
f, f,
/ :> log OP B Jn Q '0t 3t(,R">: A >>S / :> log OP B J9 A ,8:CC9R">: A >>S
f
/ :> log OP B :@CC@:R">: A >>S / :> log OP:CCC@:R">: A >>S / :> log O<<9:@ log A ,@@C / 999: / >> OPQ'0t 3t(RJPQ'0t(RS / >> OP<8>:RJP8<@,;RS / >> A >>C8 / C8
PEMBAHASAN
3ujuan Melakukan !ji Disolusi 3erbanding 7anyak masyarakat yang masih beranggapan jika obat generik memiliki mutuJkualitas yang rendah dibandingkan obat bermerkJpaten. %al ini disebabkan karena harga obat generik lebih murah selain itu informasi mengenai mutu obat generik serta bukti pemeriksaan laboratorium mengenai uji disolusi dan penetapan kadar 2at khasiat masih kurang. 5ehingga pada praktikum kali ini dilakukan uji disolusi obat parasetamol bermerk dengan generik untuk membandingkan biovailabiltas serta bioekuivalensi dari kedua produk tersebut. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan suatu medium. !ji disolusi digunakan untuk mengetahui persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada sediaan tablet kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau tidak memerlukan uji disolusi 'Ditjen $HM CC:(. Disolusi suatu tablet adalah jumlah atau persen 2at aktif dari suatu sediaan padat yang larut pada suatu waktu tertentu dalam kondisi baku misal pada suhu kecepatan pengadukan dan komposisi media tertentu. Dari uji disolusi ini dapat dilihat kualitas dan bioavailabilitas suatu obat karena bioavailabilitas merupakan kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik '7anakar CC,(. Dua produk obat yang mempunyai dosis yang sama disebut bioekivalen apabila jumlah dan kecepatan obat aktif yang dapat mencapai sirkulasi sistemik dari keduanya tidak mempunyai perbedaan yang signifikan '5hargel et al. ,>>:(. 4amun obat yang memiliki kandungan 2at aktif yang sama bisa saja memiliki ketersediaan hayati yang berbeda bila formula dan bentuk sediaannya berbeda yang akan berpengaruh pada efikasiJkemanjuran suatu obat '#bdou C@C(. !ji disolusi terbanding dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui pengaruh dari proses formulasi dan fabrikasi terhadap profil disolusi dalam memperkirakan bioavailabilitas dan bioekivalensi antara produk uji dan pembanding. !ntuk produk"produk tertentu uji disolusi terbanding dilakukan sebagai pengganti uji ekivalensi in vivo sehingga apabila suatu produk telah lolos uji disolusi terbanding ini produk tersebut sudah dianggap ekivalen dengan produk pembandingnya. Hleh karena itu perlu dilakukan uji bioekivalensi '7E( melalui disolusi terbanding terhadap obat beredar yang akan dibandingkan tersebut. 7ioavaibilitas '7#( dapat ditunjukkan dengan fakta yang diperoleh secara in vitro yang dilakukan dalam lingkungan yang
seperti in vivo 'uji disolusi( dalam berbagai p% yang mempresentatifkan suasana lambung dan usus halus '5hargel et al. ,>>:(. )riteria $enerimaan !ji Disolusi Dalam melakukan uji disolusi terdapat persyaratan disolusi yang harus diperhatikan persyaratan dipenuhi bila jumlah 2at aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaaan seperti di bawah ini-
%arga merupakan jumlah 2at aktif seperti yang tertera pada masing"masing monografi dinyatakan dalam persen dalam etiket kecuali dinyatakan lain. Dalam uji disousi tablet parasetamol toleransi dalam waktu 8> menit harus larut tidak kurang dari @>1 '( parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket. $ada uji disolusi yang dilakukan dalam praktikum yang menggunakan , sampel yaitu panadol sebagai paten dan parasetamol sebagai generic. 7erdasarkan toleransi untuk uji disolusi digunakan waktu 8> menit sebagai acuan pengujian. !ntuk sampel panadol selama 8> menit obat terdisolusi sebanyak >C.C8>1 sedangkan untuk sampel parasetamol obat terdisolusi sebanyak C.;@ 1. 7erdasarkan hasil tersebut bahwa kedua sampel baik paten maupun generic memenuhi criteria penerimaan yakni dengan ; sampel tidak kurang dari B:1.
$roses $erlakuan dan 3ujuannya $ada percobaan kali ini dilakukan uji disolusi sediaan tablet paracetamol generic dengan pembanding obatparacetamol paten yakni panadol. !ji disolusi dilakukan untuk mengetahui estimasi laju absorbs dari suatu obat dan data farmakokinetika serta untuk mengetahui apakah suatu obat telah memenuhi persyaratan
dengan membandingkannya dengan obat lain
'bioekivalensi(. $ada praktikum ini menggunakan dapar fosfat dengan p% :@ . larutan dapar yang di buat sebanyak ,> liter. Larutan dapar dibuat dengan cara menimbang kalium fosfat monobasa >, M sebanyak 8; gram dan natrium hidroksida sebanyak 9 gram. )emudian melarutkan fosfat monobasa menggunakan a?uadest a?uadest yang di gunakan sebanyak :>>> ml kemudian melarutkan natrium hidroksida sebanyak 8;> ml. setelah itu di aduk sampai larut dan di campurkan ad homogeny serta tambahkan dengan a?uadest sampai ,> L kemudian cek p%. p% yang diinginkan adalah :@. #kan tetapi ada praktikum kali ini larutan dapar telah disediakan oleh laboran. Langkah selanjutnya yakni membuat kurva baku kaliberasi paracetamol dalam dapar fosfat. Larutan induk dibuat dengan konsentrasi ,>> ppm dari larutan induk dibuat seri kadar , ppm 9 ppm ; ppm @ ppm > ppm , ppm kemudian diukur absorbansi ada anjang gelombang ,98 nm dengan dapar fosfat p% :@ sebagai blanko. Didapatkan persaan y/ >>;;9A >>8 dengan nilai r / >CCC;. 3ujuan dari pembuatan kurva baku ini adalah untuk memperoleh persamaan larutan baku dalam penentuan kadar sampel. 4ilai 0 yang diperoleh dari kurva baku harus mendekati yang menunjukkan terbentuk garis lurus linear pada rentang konsentrasi yang dibuat. $engujian dilakukan dengan cara memasukkan masing masing C>> ml larutan dapar fosfat kedalam ; chamber disolusi kemudian alat pengaduk diturunkan 'alat pengaduk tipe dayung( sampai jarak antara dasar chamber dengan batas bawah dayung ,:mm,mm. sebelum dimasukkan tablet tunggu terlebih dahulu sampai suhu medium disolusi mencapai 8 putaran per menit. 3ablet yang kelompok kami gunakan merupakan tablet paracetamol generic. $ada menit ke : > ,> dan 8> menit larutan di ambil sebanyak : ml kemudian letakkan dalam tabung reaksi. 5etelah larutan di ambil :ml segera ganti dengan volume
yang sama sebanyak : ml kedalam chamber di asumsikan bahwa cairan dalam tubuh itu tetap sehingga setiap selesai pengambilan harus langsung diganti. Larutan yang sudah diambil sesuai waktu yang telah ditentukan kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometri !V dengan panjang gelombang ,98 nm. 5ebelum diukur serapannya larutan :ml tadi di encerkan terlebih dahulu dalam labu ukur. 5etelah itu di ukur serapnnya masing masing larutan mulai dari menit ke : sampai menit ke 8>. hasil serapan yang diperoleh kemudian di gunakan untuk menghitung nilai '1( DEf, dan f kemudian hasil yang diperoleh nilai yang diperoleh antara tablet paracetamol generic dan paten 'panadol( kemudian hasilnya dianalisis. +aktor )oreksi dan Efisiensi Disolusi !ji disolusi memberikan gambaran perubahan jumlah 2at aktif yang terlarut di dalam medium. Efisiensi disolusi J dissolution efficiency 'DE( adalah perbandingan luas dibawah kurva disolusi dengan luas segi empat seratus persen 2at aktif larut dalam medium pada saat tertentu. $enggunaan efisiensi disolusi 'DEt 1( dalam pengungkapan hasil uji disolusi 2at aktif dalam suatu medium mempunyai banyak keuntungan yaitu dengan satu ekspresi dapat mengungkapkan semua titik yang ada didalam kurva uji disolusi sehingga dapat digunakan untuk membandingkan hasil uji disolusi antara banyak formula uji
hasilJdata identik dengan data
secara in vivo. Dasar pertimbangannya adalah diasumsikan bahwa tingkat absorbsi obat yang terjadi secara in vivo sebandingan dengan konsentrasi obat yang terlarut dalam medium gastrik dan tingkat absorbsi obat yang terjadi secara in vivo sebanding dengan waktu kontak larutan 2at aktif dalam medium gastro intestinal . Metode #rea bawah kurva disolusi"waktu digunakan dalam menghitung efsiensi disolusi 'DE( dan dihitung dalam waktu 8> menit. Efsiensi disolusi 'DE( tertinggimerupakan efsiensi terbaik dari 2at aktif dari suatu tablet untuk lepas. $ada percobaan diperlukan penambahan faktor koreksi kecuali pada waktu pengambilan sampel yang pertama ' : menit (. %al ini dikarenakan setelah pengambilan sampel yang pertama atau setiap pengambilan sampel ' : ml ( akan ditambahkan larutan dapar ' : ml ( untuk tetap menjaga volume dan konsentrasi obat. +aktor koreksi dihitung dengan volume pengambilan ': ml( dibagi volume medium disolusi 'C>> ml( dikali dengan sebelumnya. $ada uji disolusi baik obat generik maupun paten paracetamol memenuhi persyaratan dimana dalam waktu 8> menit harus larut tidak kurang dari @> 1. Dalam waktu 8> menit obat generik dan paten '$anadol( memiliki persentase pelepasan sebesar >; 1 dan >C>C9 1. 4ilai DE paracetamol didapat
dari perhitungan #!& terlebih dahulu. #!& dihitung menggunakan metode trapesium. DE paracetamol generik pada pengambilan : > ,> dan 8> menit adalah ,<<@ 1 :>:, 1 >@>9, 1 >>,C 1. DE paracetamol paten '$anadol( pada pengambilan : > ,> 8> adalah ,<<<@ 1 9@C 1 ><<@,1 dan >@@>;1. #da banyak faktor yang dapat menjadi penyebab perbedaan profil disolusi antara obat inovator dan generiknya antara lain formulasi cara pembuatan tablet jumlah dan jenis eksipien yang dipakai '#ini ,>:(. Hleh sebab itu sifat akhir suatu sediaan seperti ketersediaan hayati dan stabilitasnya sangat bergantung pada eksipien yang dipilih jumlah eksipien yang dipakai dan interaksinya dengan 2at aktif atau sesama eksipien. Disolusi tablet generik yang lebih lambat juga dapat dikaitkan dengan bobot eksipien yang lebih banyak dibandingkan dengan yang digunakan dalam tablet inovator dan tablet generik bernama dagang sehingga sifat dan kualitas eksipien akan sangat berpengaruh pada waktu hancur dan disolusi yang akhirnya memengaruhi pelepasan 2at aktif. $erbandingan , produk J formulasi yaitu paracetamol generik dan paten '$anadol( dilakukan dengan uji disolusi terbanding. $erbandingan profil disolusi in vitro dapat dinyatakan dalam faktor persamaan dan perbedaan. !ntuk menyatakan kesamaan profil disolusi antara tablet paracetamol dan inovatornya digunakan perhitungan faktor perbedaan 'f ( dan faktor kesamaan profil 'f ,(. $erbedaan disolusi tampak jelas pada sampel generik dikonfirmasi menggunakan perhitungan f dan f , dan didapat hasil bahwa nilai f dan f , sampel generik terhadap inovator secara berturut"turut adalah C8, dan 999:9. $rofil disolusi kedua sampel dapat dinyatakan serupa jika nilai f berada antara > dan : serta f , berada di antara :> dan >> '#ini ,>:(. 4ilai f memenuhi rentang sedangkan f , melebihi rentang persyaratan. 4ilai tersebut berada di luar syarat kesamaan sehingga dapat dinyatakan bahwa profil disolusi sampel generik berbeda dari sampel inovator. Interpretasi +aktor )esamaan '+,( dan +aktor $erbedaan '+( $ada praktikum ini dilakukan pengujian untuk melihat bioekivalensi antara produk obat generik dengan produk referen. !ntuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan perbandingan profil disolusi antara tablet paracetamol generik dengan tablet paracetamol merk $anadol 'produk referen(. $ada uji bioekivalen paracetamol pengujian yang dilakukan cukup uji disolusi terbanding tanpa dilakukan uji bioavailabilitas in vivo. %al ini disebabkan karena $aracetamol merupakan senyawa obat dengan klasifikasi 7&5 kelas III namun telah diklasifikasi ulang oleh komite ahli F%H menjadi 7&5 kelas I '$harmacin ,>8(. 7erdasarkan hal ini maka untuk uji
bioekivalensi parasetamol yang terklasifikasi 7&5 kelas I hanya perlu mengguna kan uji disolusi terbanding saja ' BCS-based biowaiver ( 'Emea ,>>(. $erbandingan ini menggunakan model independen di mana akan digunakan faktor perbedaanJdifference
factor 'f(
dan
faktor
persamaanJ similarity
factor 'f,(
untuk
membandingkan profil disolusi. Difference factor 'f( akan mengukur persentase '1( perbedaan antara dua kurva pada tiap waktu dan merupakan pengukuran relative error antara dua kurva profil disolusi. Similarity factor 'f,( merupakan pengukuran tingkat kemiripan dari persentase '1( disolusi antara dua profil disolusi '+D# CC<(. $ada praktikum ini nilai difference factor 'f,( antara tablet parasetamol generik :>> mg dengan $anadol :>> mg adalah sebesar C8,1. )urva profil disolusi akan dinyatakan mirip jika nilai f mendekati > di mana toleransi penerimaan maksimal :1 'rentang > ":1( '+D# CC<(. 7erdasarkan hasil praktikum nilai f atau faktor perbedaan 'difference factor ( antara tablet parasetamon generik dengan produk referen memenuhi rentang toleransi. 4ilai similarity factor 'f,( antara tablet parasetamol generik :>> mg dengan $anadol :>> mg pada praktikum ini adalah sebesar 999:91. 5uatu kurva profil disolusi dikatakan mirip jika nilai f, mendekati >> di mana toleransi penerimaan berada pada rentang :>">>1 '+D# CC<(. 7erdasarkan hasil praktikum maka nilai f, atau faktor persamaan ' similarity factor ( antara tablet parasetamol generik dengan produk referen tidak memenuhi rentang toleransi. 7eberapa faktor yang memungkinkan gagal terpenuhiya nilai f, antara lain usia produk pemilihan produk inovatorJproduk referen perbedaan kelarutan karena ukuran partikel efek matriks eksipien dan profil disintegrasinya ')anfer ,>>(.
KESIMPULAN
7erdasarkan
praktikum
“UJI
PEB!"DI"#!"
BI$!%!I&!BI&I'!S
SEDI!!" '!B&E' P!!SE'!($& SEC!! I" %I'$ (E"##U"!)!" UJI DIS$&USI * dapat diambil kesimpulan antara lain •
!ji disolusi terbanding dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui pengaruh dari proses formulasi dan fabrikasi terhadap profil disolusi dalam memperkirakan
•
bioavailabilitas dan bioekivalensi antara produk uji dan pembanding. $ada uji disolusi yang dilakukan dalam praktikum yang menggunakan , sampel yaitu panadol selama 8> menit obat terdisolusi sebanyak >C.C8>1 sebagai paten dan parasetamol sebagai generic terdisolusi sebanyak C.;@ 1. 7erdasarkan hasil tersebut bahwa kedua sampel baik paten maupun generic memenuhi kriteria
•
penerimaan yakni dengan ; sampel tidak kurang dari B:1. 4ilai similarity factor 'f,( antara tablet parasetamol generik :>> mg dengan $anadol :>> mg pada praktikum ini adalah sebesar 999:91. 5uatu kurva profil disolusi dikatakan mirip jika nilai f, mendekati >> di mana toleransi penerimaan berada pada rentang :>">>1. 7erdasarkan hasil praktikum maka nilai f, atau faktor persamaan ' similarity factor ( antara tablet parasetamol generik dengan produk referen tidak memenuhi rentang toleransi. 7eberapa faktor yang memungkinkan gagal terpenuhiya nilai f, antara lain usia produk pemilihan produk inovatorJproduk referen perbedaan kelarutan karena ukuran partikel efek matriks eksipien dan profil disintegrasinya.
DAFTAR PUSTAKA
#bdou %.M. 'C@C(. Dissolution+ Bioavailability and Bioe,uivalence. $ennsylvania- Mack $rinting &ompany 7anakar !.V. CC,. Parmaceutical Dissolution 'esting Marcel Dekker Inc. 4ew Kork Ditjen $HM CC:. .arma/o0e Indonesia Ed 1. *akarta - Depkes 0I Emea ,>>. #uideline on te investigation of bioe,uivalence European Medicines #gency. +D# CC<. #uidance for Industry Dissolution 'esting of Immediate. Evaluation 9 :,,. )anfer $.I. ,>>. 2or/so0 e0ort3Callenges in Dissolution 'esting4 E,uivalence and Surrogates Dissolution 3echnologies. $harmacin 7. V. ,>8. Decentralised Procedure (S Day 56 Preliminary !ssessment e0ort Paracetamol Parmacin 7666mg tablets8 5hargel L. dan Ku. ',>>:(. Biofarmaseti/a dan .arma/o/ineti/a 'era0an8 Edisi 9 . 5urabaya#irlangga !niversity $ress
SURAT PERNATAAN
Kang bertanda tangan dibawah kelompok #8 praktikum biofarmasetika menyatakan bahwa laporan ini kami buat berdasarkan hasil sendiri tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang sesuai.Demikian surat pernyataan ini kami buat sebenar" benarnya sesuai dengan keterangan yang tercantum. *ember , #pril ,><
AINUN NIHAAH
NADA DINI LESTARI
!"##!$!$!$"%
!"##!$!$!$"&
FENI PUSPTA DE'I
LAURENSIA JEAN
!"##!$!$!$&%
!"##!$!$!$&(
RI)KA ILLA CHASSANA
MILA NUR A)I)AH
!"##!$!$!$*&
!"##!$!$!$(%
MONICA CNURADHA A+S
ADINDA NADIA N+
!"##!$!$!$(&
!"##!$!$!$(,