MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
I. PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA Standar Kompetensi Peserta mampu membuat peta bahaya berdasarkan parameter-parameter yang digunakan. Tujuan Pembelajaran Peserta dapat membuat salah satu peta bahaya dengan menggunakan aplikasi GIS Durasi Waktu 2 x 60 menit
1.1. Pengantar Bahaya adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis, geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. Bahaya atau hazard merupakan salah satu komponen penyusun risiko (risk) bencana. Bahaya dipetakan berdasarkan penyusunan beberapa parameter yang berpengaruh pada tiap-tiap jenis bahaya. Masing-masing parameter memiliki nilai/skor yang akan menentukan tingkat bahaya menjadi rendah, sedang, dan tinggi (lihat Perka BNPB No. 2 Tahun 2012). Penentuan parameter penyusun bahaya harus mengacu kepada instansi/lembaga pemerintah yang berwenang yang telah mengkaji dan mengeluarkan (standarisasi) peta tematik untuk masing-masing jenis bahaya, misalnya pembuatan peta tanah longsor harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh Badan Geologi-ESDM, pembuatan peta bahaya letusan gunungapi harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh PVMBG-ESDM, pembuatan peta bahaya kekeringan harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh BMKG, dll. Di dalam modul pelatihan ini, peta bahaya yang disusun sebagai contoh praktek adalah Peta Bahaya Tsunami. Tsunami adalah fenomena alam yang terjadi akibat aktivas tektonik di dasar laut yang mengakibatkan pemindahan volume air laut dan berdampak pada masuknya air laut ke daratan dengan kecepatan tinggi. Potensi kejadian tsunami dapat dipetakan melalui beberapa komponen seperti yang dijelaskan dalam pedoman umum pengkajian risiko bencana yang dikeluarkan oleh BNPB. Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah pemodelan numerik
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
1
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
genangan tsunami sederhana berdasarkan ketinggian gelombang dari garis pantai, kemiringan lereng, dan koefisien kekasaran permukaan yang dibuat oleh Berryman (2006) dengan persamaan: π»πππ π = (
167 π2 π»01/3
) + 5 ππππ
dimana: Hloss : kehilangan ketinggian tsunami per 1 m jarak inundasi n
: koefisien kekasaran permukaan
H0 : ketinggian gelombang tsunami di garis pantai S
: besarnya lereng permukaan
Parameter ketinggian gelombang tsunami di garis pantai mengacu pada hasil kajian BNPB yang merupakan lampiran dari Perka No. 2 BNPB Tahun 2012 yaitu Panduan Nasional Pengkajian Risiko Bencana Tsunami. Dengan menggunakan data SRTM 30 dan tutupan lahan (landcover), parameter kemiringan lereng dan koefisien kekasaran permukaan dibuat sebagai parameter tambahan untuk menyusun Peta Bahaya Tsunami. Studi kasus dalam praktek ini dilakukan untuk wilayah Provinsi Bali.
1.2. Kebutuhan Data Data-data yang digunakan dalam penyusunan peta bahaya tanah longsor dalam praktek ini adalah berupa data spasial yang terdiri dari: No.
Jenis Data
Bentuk Data
Sumber
1.
Batas Adminsitrasi
Vektor (Polygon Shapefile)
BPS
2.
Tutupan Lahan
Vektor (Polygon Shapefile)
BIG/Kemenhut
3.
Garis Pantai
Vektor (Polygon Shapefile)
BIG/Kemenhut
3.
SRTM 30 m
Raster
LAPAN
Data-data tersebut telah disiapkan di dalam satu format geodatabase: yang dapat dibuka melalui program aplikasi ArcGIS β ArcMap
,
.
1.3. Penyusunan Peta Setiap peserta dapat mengikuti langkah-langkah berikut: 1) Buka aplikasi ArcGIS β ArcMap dengan meng-klik ikon Dekstop
yang berada di Start Menu atau di
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
2
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
2) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data pada
dari Standard Toolbar atau klik kanan
yang ada di Table Of Contens (TOC), kemudian pilih Add Data.
3) Pilih file Tutupan_Lahan_Bali di dalam file
, kemudian klik Add.
4) Periksa dan perhatikan isi atribut file tersebut dengan melakukan klik kanan pada layer aktif: Tutupan_Lahan_Bali, kemudian klik Open Attribute Table
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
3
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
5) Tambahkan kolom baru (Add Field) di dalam atribut tabel. Klik Tabel Option, kemudian pilih Add Field.
Beri nama KOEFISIEN untuk Field yang baru dengan type dapat berupa Double atau Float (masing-masing tipe memiliki fungsi yang berbeda-beda untuk analisis lanjutan). 6) Isilah atribut field βKOEFISIENβ dengan nilai koefisien kekasaran permukaan untuk setiap kelas tutupan lahan dengan mengacu pada tabel berikut:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
4
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Jenis Penggunaan / Penutupan Lahan Badan Air Belukar/Semak Hutan Kebun/Perkebunan Lahan Kosong/Terbuka Lahan Pertanian Pemukiman/Lahan Terbangun Mangrove Tambak/Empang
Nilai Koefisien Kekasaran 0.007 0.040 0.070 0.035 0.015 0.025 0.045 0.025 0.010
Sumber: Dimodifikasi dari Berryman (2006)
Selanjutnya, klik ikon Select By Attribute untuk melakukan seleksi terhadap setiap jenis tutupan lahan.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
5
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Cara ini merupakan langkah penyeleksian suatu field dengan nilai/kelas tertentu. Contoh pada gambar merupakan langkah untuk menyeleksi nilai pada field KELAS yaitu Badan Air. Klik Apply.
Hasil pada langkah tersebut menunjukkan bahwa terdapat 94 polygon atau baris data untuk field KELAS dengan kategori Badan Air. 7) Klik kanan pada judul field KOEFISIEN, kemudian pilih Field Calculator
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
6
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Isikan nilai koefisien untuk Badan Air dengan melihat Tabel koefisien kekasaran permukaan pada Langkah 6. Nilai koefisien kekasaran permukaan untuk Badan Air adalah 0.007 8) Lakukan sesuai Langkah 7 untuk kelas tutupan lahan lainnya. 9) Perhatikan Tabel Referensi Potensi Kejadian dan Genangan Tsunami untuk wilayah Bali berikut (Lampiran dari Perka BNPB No. 2 Tahun 2014): Provinsi
Ketinggian Tsunami Maksimum (meter)
Waktu Kedatangan Tsunami (menit)
Badung
Bali
10
30
Gianyar
Bali
10
41
Klungkung
Bali
10
30
Kota Denpasar
Bali
10
37
Buleleng
Bali
9
20
Tabanan
Bali
8
40
Karang Asem
Bali
7
30
Jembrana
Bali
6
37
Kabupaten/Kota
Berdasarkan Tabel tersebut, praktek pembuatan peta bahaya tsunami akan dibuat berdasarkan daerah yang memiliki ketinggian tsunami yang sama yaitu Kabupaten Badung, Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
7
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, dan Kota Denpasar yang masing-masing memiliki ketinggian tsunami maksimum 10 meter. Pada daerah yang memiliki ketinggian tsunami yang berbeda, hasil peta bahaya tsunami telah disediakan di dalam folder BIMTEK_BALI. 10) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data pada
dari Standard Toolbar atau klik kanan
yang ada di Table Of Contens (TOC), kemudian pilih Add Data.
Pilih file Admin_kabupaten_bali_bps2010 di dalam file
, kemudian klik
Add.
11) Pada menu Toolbar, pilih Select Features
12) Pilih dengan meng-klik daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Klungkung.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
8
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
13) Potong data Tutupan_Lahan_Bali berdasarkan daerah yang dipilih. Klik Geoprocessing pada Menu Bar, kemudian pilih Clip.
Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
9
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
14) Konversi data polygon Tuplah_Denpasar_Badung_Gianyar_Klungkung1 menjadi sebuah data raster. Gunakan fasilitas Search untuk mencari tool Polygon to Raster. Klik Geoprocessing pada Menu Bar, kemudian pilih Search For Tools.
Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
10
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
15) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data file
. Kemudian pilih file
di dalam
, kemudian klik Add.
16) Buat lereng dengan menggunakan tool Slope. Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya.
Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
11
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
17) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster Calculator.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
12
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Raster Calculator digunakan untuk menyelesaikan persamaan SinS dimana S adalah besarnya lereng permukaan. π»πππ π = (
167 π2 π»01/3
) + 5 ππππ
Tuliskan sintaks seperti pada gambar di bawah ini untuk menghasilkan data berdasarkan persamaan tersebut.
Penyelesaian SinS dimana nilai slope (lereng) dalam bentuk satuan derajat (degree), maka data Slope_deg harus dikonversi kedalam bentuk radian. Konversi dilakukan dengan data Slope_deg dikalikan dengan 0.01745 (hasil dari pi/180). Proses ini berlaku didalam prinsip trigonometri spasial untuk suatu data dengan satuan derajat.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
13
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
18) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Extract By Mask.
Fungsi tool ini untuk memotong suatu data raster berdasarkan batasan daerah tertentu. Potong data Sin_slope dengan menggunakan data Admin_kabupaten_bali_bps2010. Pilih daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Klungkung seperti pada Langkah 11 dan 12 dengan menggunakan Select Feature
.
Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
14
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
19) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster Calculator.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
15
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Raster Calculator digunakan untuk menyelesaikan persamaan keseluruhan. π»πππ π = (
167 π2 π»01/3
) + 5 ππππ
Tuliskan sintaks seperti pada gambar di bawah ini untuk menghasilkan data berdasarkan persamaan tersebut.
Nilai 10 pada sintaks tersebut merupakan nilai H0 yaitu ketinggian tsunami maksimum berdasarkan tabel referensi dari lampiran Perka BNPB No. 2 Tahun 2012.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
16
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
20) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster Calculator.
Agar diperoleh nilai kehilangan ketinggian tsunami per 1 meter jarak inundasi (genangan) berdasarkan persamaan dari Berryman (2006) untuk setiap sel-nya, maka data Hloss_DBGK1 dibagi dengan ukuran sel yaitu 30 meter.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
17
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
21) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster Calculator.
Hasil dari persamaan Berryman (2006) merupakan nilai pengurangan (kehilangan) ketinggian gelombang tsunami disetiap sel raster Hloss_DBGK1 dimana ketinggian gelombang tsunami di garis pantai setinggi 10 meter akan terus berkurang berdasarkan nilai kemiringan lereng dan nilai koefisien kekasaran permukaan. Pengaruh ketinggian (elevasi) belum dimasukkan di dalam persamaan tersebut sehingga dapat terjadi overestimate akibat pengaruh lereng. Masalah tersebut disolusikan dengan membatasi nilai ketinggian gelombang tsunami yang hilang hingga pada ketinggian 10 meter dari permukaan laut. Tuliskan sintaks berikut pada Raster Calculator.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
18
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
22) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data dalam file
. Kemudian pilih file
di
, kemudian klik Add.
23) Pilih garis pantai daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Klungkung seperti pada Langkah 11 dan 12 dengan menggunakan Select Feature
.
24) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Cost Distance. Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
19
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
20
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
25) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster Calculator.
Ketinggian genangan tsunami dapat dihitung dengan proses pengurangan antara ketinggian gelombang tsunami terhadap hasil pada Langkah 24 (data Bahaya_tsunami_DBGK1). Tuliskan sintaks sebagai berikut:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
21
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Perhatikan bahwa semakin menjauhi pantai maka nilai ketinggian genangan tsunami akan berkurang (berwana semakin gelap) 26) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster Calculator.
Lakukan pengskoran terhadap nilai Bahaya_tsunami_DBGK1_inundasi sebagai berikut: ο·
Ketinggian genangan tsunami <1 meter, diberi nilai skor 0.3333
ο·
Ketinggian genangan tsunami 1 β 3 meter, diberi nilai skor 0.6667
ο·
Ketinggian genangan tsunami >3 meter, diberi nilai skor 1
Tuliskan sintaks sebagai berikut:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
22
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
27) Lakukan
simbolisasi/pewarnaan
pada
data
output
Langkah
26
(Bahaya_tsunami_DBGK1_inundasi_skor). Klik 2 kali atau klik kanan pada layer Bahaya_tsunami_DBGK1_inundasi_skor kemudian pilih Properties. Pilih tab Symbology.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
23
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
28) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data dalam file
. Pilih file peta bahaya yang telah dibuat di
, kemudian klik Add.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
24
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Pilih semua file dengan menekan tombol Shift. 29) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Mosaic To New Raster
Gabungkan semua data bahaya tsunami Provinsi Bali yang telah dibuat. Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
25
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
30) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster Calculator. Buat nilai indeks bahaya dari tipe float menjadi integer. Lakukan seperti langkah berikut:
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
26
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
31) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data pada
dari Standard Toolbar atau klik kanan
yang ada di Table Of Contens (TOC), kemudian pilih Add Data.
Pilih file Admin_desa_bali_bps2010 di dalam file
, kemudian klik Add.
32) Buka isi atribut layer aktif Admin_desa__bali_bps2010 dengan melakukan klik kanan, kemudian klik Open Attribute Table. Tambahkan kolom baru (Add Field) di dalam atribut tabel. Klik Tabel Option, kemudian pilih Add Field. Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
27
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Beri nama ID_DESA untuk field yang baru dengan type Text. Isi setiap kolom pada field ID_DESA dengan nilai dari kolom field KODE_DESA dengan menggunakan Field Calculator.
33) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Tabulate Area. Fungsi dari tool ini untuk menghitung luas masing-masing kelas bahaya (hektar) di setiap desa. Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
28
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:
Luas kelas bahaya yang dihasilkan adalah dalam bentuk satuan meter persegi (m2). 34) Buka isi atribut layer aktif tabulasi_luas_bahaya_desa dengan melakukan klik kanan, kemudian klik Open
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
29
MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA
Penanda Desa
Luas Bahaya Rendah
Luas Bahaya Sedang
Luas Bahaya Tinggi
35) Ubah masing-masing luas kelas bahaya dari meter persegi menjadi hektar. Gunakan Field Calculator dengan klik kanan pada masing-masing nama field kelas bahaya.
36) Ekspor atribut tabel tabulasi_bahaya_desa menjadi tabel baru yang dapat dibuka di Excel. Klik ikon Table Option β Export. Beri nama dan simpan di dalam forlder BIMTEK_BALI β TABULAR. Selesai.
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)
30