PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN PADA KINERJA PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI PEMODERASI (studi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Manajemen Minat Utama: Manajemen Keuangan
Diajukan oleh: Puspito
NIM: NIM : S 4109061 4109 061
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
PERNYATAAN
Nama : Puspito NIM
: S 4109061
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Pada Kinerja Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI)” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberikan tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.
Surakarta, 5 April 2011 Yang menyatakan,
Puspito
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Barangsiapa bersungguh- sungguh, maka dapatlah ia. Barangsiapa bersabar maka beruntunglah ia. Sesungguhnya sesudah ada kesulitan ada kemudahan Sungguh dalam kesulitan itu ada kemudahan !!
”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orangorang yang sabar” (Q.S. Al-Baqarah : 153)
Sahabat paling baik dari kebenaran adalah waktu musuhnya yang paling besar adalah prasangka dan pengiringnya yang paling setia adalah kerendahan hati (Tonni Limbong)
Jadikan.. Motivasi diri sebagai bahan bakarmu Percaya diri sebagai gas penggerakmu Tahu diri sebagai rem kendalimu (Solikhin Abu Izzuddin)
Kupersembahkan tulisan ini kepada: §
Bapak dan ibu terhormat
§
Istriku tercinta
§
Kakak dan adikku
§
Temen-temanku semua
ABSTRAK PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN PADA KINERJA PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI PEMODERASI (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI) Puspito S4109061
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal sebagai pemoderasi : studi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan eksternal. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang terdaftar di BEI, dengan periode penelitian 2005-2009. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dan menghasilkan 85 sampel perusahaan dalam tahun pengamatan. Alat analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Penelitian ini menemukan bahwa variabel Struktur Kepemilikan Manajerial dan variabel Struktur Kepemilikan Eksternal tidak berpengaruh terhadap variabel Kinerja Perusahaan. Sedangkan untuk variabel pemoderasi yaitu struktur modal memperkuat pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya variabel pemoderasi struktur modal memperlemah pengaruh antara struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan. Kata Kunci : struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan eksternal, struktur modal dan kinerja perusahaan.
ABSTRACT THE EFFECT OF OWNERSHIP STRUCTURE ON THE COMPANY PERFORMANCE WITH CAPITAL STRUCTURE AS MODERATING VARIABLE (A Study on Food and Beverage Companies Listed in IDX) Puspito S4109061
This research aims to find out the effect of ownership structure on the company performance with capital structure as moderating variable: a study on food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange. The ownership structure in this research is categorized into managerial and external. Population used in this research is the companies operating in food and beverages that are listed in Indonesia Stock Exchange in 2005-2009. The sampling technique is purposive sampling, obtaining 85 companies sample in observation time. The data analysis instrument used is a multiple linear regression. This research shows that the Managerial and External Ownership Structure variables do not affect Company Performance variable. Meanwhile the moderating variable, capital structure, strengthens the effect between the managerial ownership structure and the company performance. The capital structure attenuates the effect between the external ownership structure and the company performance. Keywords: managerial ownership structure, external ownership structure, capital structure, and company performance
KATA PENGANTAR
Tiada pernah terputus untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kesempatan dan kasihNya bagi kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas
tesis
dengan
judul
“PENGARUH
STRUKTUR
KEPEMILIKAN PADA KINERJA PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI PEMODERASI (studi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI)”. Penyusunan tesis ini bukanlah karena penulis seorang. Begitu banyak doa dipanjatkan, bantuan dalam berbagai bentuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas tesis ini, khususnya kepada: 1. Bapak/Ibu Pimpinan dan Pembantu Pinpinan di Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, atas segala kebijakan yang telah diterapkan khususnya kebijakan akademik yang sangat menunjuang keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi di Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Bapak Prof. Dr. Hartono, MS, selaku dosen pembimbing I dan Direktur Program Studi Magister Manajemen. Terima kasih atas waktu, dukungan dan bimbingannya. 3. Bapak Drs. Atmaji, MM, selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas bantuan baik dalam bentuk dukungan dan bimbingannya. 4. Bapak DR. Bandi, Msi, Ak, selaku ketua tim penguji. Terima kasih atas bantuan baik dalam bentuk dukungan dan pengujianya.
5. Dosen dan karyawan Program Studi Magister Mananjemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6. Istriku tercinta Fitraningtyas Yuliarsanti, S.ST, yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis hingga terselesaikan tesis ini. 7. Dan kepada seluruh pihak yang oleh penulis tidak dapat disebutkan satu per satu dalam kata pengantar ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik yang membangun, sekaligus membangun harapan semoga tesis ini memberikan wacana baru dan referensi bagi penelitian berikutnya.
Surakarta,
April 2011
Penulis
(Puspito)
DAFTAR ISI
HALAMAN HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii PERNYATAAN ........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v ABSTRAK ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ............................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Permasalahan Penelitian.................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 BAB II. TELAAH PUSTAKA ................................................................... 9 A. Landasan Teori ............................................................................... 9 1. Teori Keagenan ..........................................................................
9
2. Struktur Kepemilikan .................................................................
11
3. Struktur Modal ...........................................................................
15
4. Kinerja Perusahaan ....................................................................
21
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 22 C. Kerangka Pemikiran ......................................................................
25
D. Hipotesis ......................................................................................... 26 BAB III. METODE PENELITIAN ...........................................................
31
A. Objek Penelitian ............................................................................ 31 B. Sumber Data ................................................................................... 31 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................
31
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
33
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................................... 33 F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 34 G. Pengujian Normalitas Data ............................................................. 36 H. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 37 I. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 38 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................. 40 A. Deskripsi Data ............................................................................... 40 B. Uji Normalitas Data dan Uji Asumsi Klasik .................................. 42 C. Analisis Regresi Berganda ............................................................. 50 1. Analisis Regresi Berganda Model Pertama ................................. 51 2. Analisis Regresi Berganda Model Kedua .................................. 53 3. Analisis Regresi Berganda Model Ketiga ................................. 56 D. Pengujian Hipotesis …………………... ........................................ 58 E. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Penelitian ..…………………... 60 BAB V. PENUTUP .................................................................................... 62 A. Kesimpulan ...................................................................................... 62 B. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 63 C. Saran ..... ........................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 66
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel III.1
Populasi dan Sampel ........................................................... 32
Tabel IV.1
Deskripsi Statistik ............................................................... 41
Tabel IV.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Model Pertama ................ 43
Tabel IV.3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Model Kedua .................. 44
Tabel IV.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Model Ketiga ................... 44
Tabel IV.5
Hasil Statistik Uji Multikolinearitas Model Pertama .......... 46
Tabel IV.6
Hasil Statistik Uji Multikolinearitas Model Kedua ...........
Tabel IV.7
Hasil Statistik Uji Multikolinearitas Model Ketiga ............. 47
Tabel IV.8
Hasil Analisis Regresi Model Petama ................................. 51
Tabel IV.9
Hasil Analisis Regresi Model Kedua .................................. 54
Tabel IV.10
Hasil Analisis Regresi Model Ketiga .................................. 57
46
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
II. I Kerangka Pemikiran............................................................. 25 IV.1 Uji Heterokedastisitas Model Pertama ....………………... 49 IV.2 Uji Heterokedastisitas Model Kedua ................................... 49 IV.3 Uji Heterokedastisitas Model Ketiga................................... 50
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Tujuan dari setiap pengelolaan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemiliknya (Brigham, 1996). Perkembangan perusahaan menuju pada tingkatan yang lebih besar mendorong perusahaan untuk menggunakan suatu strategi pengelolaan perusahaan yang baru, dimana para pemilik perusahaan harus berani mengambil keputusan untuk menyerahkan manajemen pengelolaan perusahaannya kepada pihak lain yang lebih profesional. Pihak yang dianggap profesional atau insiders ini dalam perusahaan sering disebut sebagai agent atau manajemen. Manajemen diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepat agar perusahaan tetap survive dengan laba tinggi sehingga kemakmuran pemilik menjadi maksimal. Para manajer dalam menjalankan perusahaan, seringkali tindakannya bukan memaksimumkan kemakmuran shareholder , melainkan justru tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external shareholder dengan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan sering disebut sebagai konflik keagenan (agency conflict). Jensen dan Meckling (1976) pemberian kepercayaan oleh pemilik perusahaan kepada manajer dianggap sebagai bentuk pemisahan fungsi decision making. Bentuk pemisahan fungsi ini akan menimbulkan adanya
konflik antara pemilik perusahaan sebagai prinsipal dan manajer selaku agent . Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan merupakan pihak yang menyediakan dana dan fasilitas operasional perusahaan. Sedangkan manajer merupakan pihak yang mengelola dana dan fasilitas yang disediakan oleh prinsipal dengan kemampuan profesionalnya. Dengan adanya perbedaan
posisi, jelas akan menghadirkan bentuk kepentingan-kepentingan yang bertolak belakang diantara kedua belah pihak. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa pemegang saham mempunyai kepentingan untuk mengamankan dana yang diinvestasikan serta mendapatkan keuntungan dari dana yang diinvestasikan tersebut, sedangkan manajer sebagai pihak agent berkepentingan terhadap gaji dan bentuk-bentuk kompensasi yang lain sebagai imbalan terhadap pengelolaan perusahaan yang telah dilakukannya. Adam Smith dalam Jensen dan Meckling (1976) pada kenyataannya, manajer akan lebih mengutamakan kepentingan untuk mencapai tingkatan gaji dan kompensasi yang tinggi dibanding berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan. Salah satu tindakan manajer adalah dengan membebankan biaya-biaya untuk kepentingan manajer di luar usaha untuk memaksimalkan kemakmuran pemilik terhadap perusahaan sehingga akan membawa dampak penurunan dividen yang akan diperoleh perusahaan. Kondisi ini merupakan bentuk adanya agency conflict . Agency conflict merupakan hal yang merugikan bagi pencapaian tujuan dari masing-masing pihak. Kondisi ini menuntut adanya suatu bentuk tindakan berupa suatu mekanisme yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan dari kedua
pihak. Mekanisme ini akan menimbulkan adanya bentuk biaya baru yang disebut agency cost . Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial dapat digunakan untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan
yang
menyebar,
masalah
keagenan
terjadi
antara
pihak
manajemen dengan pemegang saham. Hal ini menyebabkan kekuasaan pemegang saham menyerahkan kepada manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut kompensasi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya keagenan. Pada kondisi ini, konflik keagenan di atasi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Sementara itu pemegang saham dari kalangan publik memiliki karakteristik dengan tujuan investasi. Adapun tujuan investasi tersebut biasanya hanya berupaya memperoleh capital gain dan deviden. Namun dalam kenyataanya sering terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham pengendali atau pengelola perusahaan dengan pemegang saham publik. Konflik antara pengelola perusahaan dengan pemegang saham telah menjadi bidang studi yang menarik perhatian para peneliti (Himmelberg, Hubbard dan Palia, 1999). Ketika pemegang saham kesulitan memonitor pengelola perusahaan, maka aset perusahaan dapat saja digunakan untuk kepentingan pengelola daripada memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini menunjukan bahwa cara untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan memberikan sebagaian kepemilikan pada pengelola. Cara ini akan turut pula membantu memecahkan masalah moral hazard dengan melakukan menyelaraskan antara kepentingan pengelola dengan kepentingan pemegang saham. Namun kebanyakan pengelola perusahaan merupakan pemegang saham pengendali yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Hutcheson dan Sharpe (1998) mengemukakan apabila pemegang saham pengendali lebih tertarik pada keuntungan jangka pendek perusahaan maka hal tersebut dapat saja membahayakan nilai perusahaan yang pada akhirnya akan merugikan pemegang saham minoritas atau publik. Hal ini menunjukan bahwa pemegang saham pengendali memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja perusahaan. Demlesetz dan Lehn (1995) menemukan adanya hubungan linier yang searah antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan. Sementara itu Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial dari suatu perusahaan maka akan semakin meningkat pula kinerja perusahaan tersebut. Pemegang saham publik, meskipun merupakan pemegang saham minoritas dalam suatu perusahaan juga memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Perusahaan saham publik ini berupaya untuk memonitor perilaku pengelola perusahaan dalam menjalankan perusahaannya, bahkan menuntut adanya good corporate governance dari suatu perusahaan. Short dan Keasey (1999) menemukan bahwa prosentase pemegang saham publik yang besar akan turut pula meningkatkan nilai perusahaan karena adanya campur tangan agar suatu perusahaan menerapkan pengelolaan perusahaan yang baik.
Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Sebagai kosekuensinya dari kebijakan ini perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang dan risiko kebangkrutan (Crutchley dan Hansen, 1989). Jensen dan Meckling (1976) pada kenyataannya pendanaan dalam perusahaan dapat didanai dengan modal yang berasal dari modal milik eksternal atau institusi lain yang diinvestasikan ke perusahaan, modal dari pemilik internal perusahaan, serta berasal dari hutang perusahaan terhadap pihak lain, maka kombinasi ini dapat digunakan untuk meminimkan adanya agency cost. Alternatif tindakan untuk mereduksi agency cost yang terjadi akan
lebih efektif jika didukung oleh kondisi yang tepat. Salah satu kondisi tersebut adalah struktur kepemilikan terhadap suatu perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa prosentase kepemilikan oleh institusi dan manajemen
akan
menentukan
penggunaan
hutang
untuk
membiayai
operasional perusahaan. Grossman dan Hart (1982) menyatakan bahwa tingkat kepemilikan saham oleh manajemen dan hutang yang terlalu tinggi dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Tingkat kepemilikan saham oleh manajemen yang tinggi menyebabkan manajemen mempunyai posisi yang kuat untuk melakukan pengawasan dan pengelolaan terhadap perusahaan. Kondisi ini akan mempersulit bagi pihak eksternal untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan karena berada pada pihak yang lemah. Kim dan Sorenson (1986) menjelaskan bahwa pada perusahaan-perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh sebagian
besar oleh manajemen, membutuhkan hutang yang lebih banyak karena insider dengan mudah mempertahankan kontrol efektifnya jika kepemilikan mereka tidak digantikan. Moh’d et al. (1998) menemukan bahwa struktur kepemilikan saham mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio.
Dengan mencermati hasil-hasil dari penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur secara keseluruhan. Hal ini menjadi dasar bahwa penelitian dengan tema ini masih perlu untuk dikaji kembali, terutama jika diterapkan pada perusahaan perusahaan dengan bidang yang lebih spesifik. Bertolak dari uraian di atas maka perlu adanya penelitian mengenai Pengaruh Struktur Kepemilikan Pada Kinerja Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai Pemoderasi : Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di BEI.
B.
PERMASALAHAN PENELITIAN
Dari uraian mengenai latar belakang, dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam pernyataan masalah sebagai berikut. 1.
Apakah ada pengaruh struktur kepemilikan manajerial pada kinerja perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI?
2.
Apakah
ada
pengaruh
struktur
kepemilikan
eksternal
pada
kinerja
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI? 3.
Apakah struktur modal memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI?
4.
Apakah struktur modal memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI?
C.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan manajerial pada kinerja perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI.
2.
Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan eksternal pada kinerja perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI.
3.
Untuk mengetahui struktur modal memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI.
4.
Untuk mengetahui struktur modal memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan
D.
minuman yang terdaftar pada BEI.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah s ebagai berikut. 1.
Manfaat bagi perusahaan Keputusan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja dan struktur kepemilikan bagi perusahaan yang bersangkutan sehingga dapat dijadikan suatu bahan masukan dalam melakukan aktivitas usaha, sebagai dasar pengambilan keputusan atau penentuan kebijaksanaan mengenai keuangan
perusahaan dan bagi perusahaan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mempunyai otoritas untuk meregulasi seberapa besar seharusnya kepemilikan suatu perusahaan yang seharusnya ditawarkan kepada masyarakat luas. 2.
Manfaat bagi investor Hasil penelitian ini dapat diharapkan bagi investor dapat dijadikan sebagai
dasar
acuan
dalam
penilaian
perusahaan
untuk
membeli,
mempertahankan atau menjual saham perusahaan. 3.
Manfaat bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan khasanah keilmuan untuk penelitian selanjutnya terutama di bidang keuangan perusahaan khususnya tentang hubungan antara stuktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman di BEI
BAB II TELAAH PUSTAKA
A.
LANDASAN TEORI 1.
TEORI KEAGENAN ( AGENCY THEORY ) Agency Theory adalah teori yang menjelaskan agency relationship dan
masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1976). Agency relationship merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama
bertindak sebagai prinsipal/pemberi amanat dan pihak kedua disebut agen yang bertindak sebagai perantara yang mewakili prinsipal dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan disebut principal. Maksimalisasi kekayaan principal akan diserahkan kepada pihak-pihak yang dianggap profesional untuk mengelola perusahaan. Pihak profesional tersebut dalam perusahaan disebut sebagai manajemen, yang dalam teori keagenan disebut sebagai agent. Dalam
perusahaan
yang
telah
go
public,
agency relationship
dicerminkan oleh hubungan antara investor dan manajemen perusahaan, baik board of directors maupun board of commissioners. Persoalannya adalah
diantara kedua pihak tersebut seringkali terjadi perbedaan kepentingan. Perbedaan tersebut mengakibatkan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan kurang mengakomodasi kepentingan pihak pemegang saham. Hal inilah biasa dikenal dengan agency problem. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh principal, maka agent akan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh laba yang sebesar-
besarnya dengan biaya yang kecil, karena manajemen tidak menyukai adanya resiko (risk averse). Jensen dan Meckling (1976) agency conflict akan terjadi jika proporsi kepemilikan manajemen atas saham perusahaan kurang dari 100%. Kondisi ini akan menimbulkan kecenderungan manajemen untuk bertindak
mementingkan
kepentingan
sendiri
dan
tidak
berdasarkan
maksimalisasi kemakmuran principal lagi. Konflik kepentingan, dapat mendasari orang bertindak untuk memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan orang lain. Hal ini juga berlaku dalam manajemen perusahaan. Dalam agency theory menurut Weston dan Copeland (1992) sangat sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agent ) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham ( principal), sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham. Jensen (1986) agency problem timbul karena orang cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri dan konflik akan timbul ketika beberapa kepentingan yang berbeda bertemu dalam aktivitas bersama. Konflik menciptakan masalah (agency cost ) sehingga masing-masing pihak akan berusaha untuk mengurangi besarnya agency cost yang terjadi. Penyebab lain terjadinya agency conflict menurut Fama (1980) adalah bagian substantif dari kekayaan manajemen didalam specific human capital perusahaan, yang membuat manajemen non diversifiable dan manajer akan terancam reputasinya apabila kemampuan menghasilkan earning yang negatif dan atau bahkan menuju arah kebangkrutan perusahaan. Pengertian agency cost menurut Jensen dan Meckling (1976) merupakan tindakan-tindakan yang
menjadi cost bagi principal untuk melakukan monitoring dan pengawasan
positif termasuk biaya perilaku pada agent , pengeluaran atas adanya perikatan dengan agent , dan sisa kerugian residual dari adanya perikatan tersebut. Untuk mengurangi adanya agency conflict yang mendorong timbulnya agency cost maka salah satu alternatif yang dapat diambil oleh perusahaan
adalah dengan meningkatkan pendanaan perusahaan dengan hutang. Peningkatan hutang ini akan menurunkan penggunaan free cash flow yang ada perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan yang menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantara keduanya. Hal tersebut disebabkan
manajer
mengutamakan
kepentingan
pribadi,
sebaliknya
pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan menambah kos perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima. Pemegang saham menginginkan agar kos tersebut dibiayai oleh utang, tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa utang mengandung risiko yang tinggi. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan (monitoring) yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait tersebut.
Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu kos yang disebut agency cost . 2.
STRUKTUR KEPEMILIKAN.
Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan
dengan
suatu
mekanisme
pengawasan
yang
dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut
sebagai
agency
cost.
Perusahaan
yang
memisahkan
fungsi
pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana ( financing decision) dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost diantaranya adalah, pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan (insider ownership) atau kepemilikan manajerial oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Kedua, dengan cara mengaktifkan monitoring melalui investorinvestor institusional. Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan
keagenan
dan
pendekatan
informasi
asimetri.
Menurut
pendekatan keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur
kepemilikan
ketidakseimbangan
sebagai
informasi
suatu
antara
cara
untuk
insiders dan
mengurangi
outsiders melalui
pengungkapan informasi di dalam pasar modal. Jensen dan Mecking (1976) istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukan bahwa variabel-variabel yang penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi juga ditentukan oleh prosentase kepemilikan saham oleh manajemen dan institusi. Salah satu bentuk mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk menyamakan kepentingan principal dan agent adalah konsentrasi kepemilikan. Demsets dan Lehn (1985) terkonsentrasinya kepemilikan, maka principal mempunyai cara untuk memonitor agent , agar agent bertindak
sesuai dengan kepentingan principal. Persentasi kepemilikan saham terhadap suatu perusahaan akan menentukan tingkat pengendalian terhadap manajemen perusahaan. Menurut Shleifer
dan
Vishny
(1997)
pemilik
perusahaan
yang
persentasi
kepemilikannya besar dapat melakukan pengawasan karena bisa memperoleh informasi dan mempunyai hak suara yang dapat mengendalikan manajemen. Khusus bagi pemegang saham dengan tingkat kepemilikan 51% maka secara langsung akan mempunyai hak pengendalian langsung atas perusahaan dan manajemen, termasuk dalam menentukan kebijakan hutang perusahaan.
Wahidahwati (2002) kepemilikan manajerial (managerial ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris. Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam persentasi. Mahadwartha dan Hartono (2002) semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri. Argumentasi di atas menjustifikasi
perlunya
managerial
ownership.
Program
managerial
ownership termasuk ke dalam program kebijakan remunerasi untuk
mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Smith dan Watts (1992) menjelaskan bagaimana paket kompensasi fixed (gaji) dan contingent (bonus) terbukti dapat digunakan sebagai insentif untuk menyamakan kepentingan manajemen dan pemegang saham. Short and Keasey [1999] dalam Journal of Corporate Finance melakukan penelitian terhadap 225 perusahaan di Inggris tepatnya di London Stock Exchange periode 1988-92. Variabel kepemilikan yang digunakan: 1) % saham yang dimiliki direktur, 2) % saham yang dimiliki lembaga yang lebih dari 5% kepemilikan, 3) % kepemilikan eksternal. Variabel performansi menggunakan: 1) Return on equity, 2) Tobin’s Q by market value to book value. Mereka juga menggunakan variabel independen lainnya seperti: 1) Size by sales, 2) Growth by sales growth , 3) Leverage by debt to total assets, 4)
R&D / total assets. Model yang digunakan dalam penelitian tersebut ialah Heteroskedasticity corrected OLS regression . Performansi di regres terhadap
kepemilikan direktur dengan derajat polinomial tingkat tiga. Kesimpulan dari penelitian ini ialah bahwa kepemilikan direktur dan kepemilikan tingkat tiga signifikan dan positif mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur
kepemilikan
sangat
penting
dalam
menentukan
nilai
perusahaan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan ialah: (1) konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar ( outsider ownership concentration ) dan, (2) kepemilikan perusahaan oleh manajer ( manager ownership). Pemilik perusahaan
dari
pihak
luar
berbeda
dengan
manajer
karena
kecil
kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam urusan bisnis perusahaan sehari-hari (Widyastuti, 2004). Pada penelitiannya Crutchley (1999) juga membuktikan bahwa kepemilikan institusional merupakan subtitusi kepemilikan manajerial. Chen (2000)
menemukan
hubungan
negatif
antara
analyst coverage
dan
kepemilikan manajerial, hal ini mendukung hasil penelitian Crutchley (1999). Kemungkinan suatu perusahaan berada pada posisi tekanan keuangan juga banyak dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan tersebut. Struktur kepemilikan
tersebut
menjelaskan
komitmen
dari
pemiliknya
untuk
menyelamatkan perusahaan. 3.
STRUKTUR MODAL
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Dengan kata lain seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya).
Husnan dan Enny (2002) modal yang dipergunakan perusahaan selalu mempunyai biaya. Biaya tersebut bisa bersifat eksplisit (artinya nampak, dan dibayar oleh perusahaan), tetapi bisa juga bersifat implisit (tidak nampak bersifat opportunistic, atau disyaratkan oleh pemodal). Lebih lanjut dikatakan bahwa bagi dana yang berbentuk hutang, maka biaya dana mudah diidentifikasikan yaitu biaya bunganya, sedangkan modal sediri biaya dananya tidak tampak. Namun demikian tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam bentuk hutang. Biaya dana untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana sebelum mereka menyerahkan dananya ke perusahaan. Kemudian tingkat keuntungan yang dicapai nantinya belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman. Dalam membicarakan struktur modal tidak akan lepas dari kapitalisasi. Kapitalisasi menekankan pada artian “kuantitatif” sedangkan struktur modal menekankan pada artian “kualitatif”. Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa kapitalisasi itu merupakan jumlah modal yang terikat pada perusahaan yang meliputi jumlah utang jangka panjang dan modal sendiri, sedangkan struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dengan modal sendiri. a.
Model Modigliani dan Miller (MM) Menurut Weston dan Brigham (1983), Franco Modigliani dan Merton Miller menerbitkan artikel "The Cost of Capital, Corporation Finance and the theory of investment" American Economic Review 48
(1958) yang dikenal dengan Model MM tanpa pajak menyimpulkan
bahwa tidak adanya pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan dan WACC dalam dunia tanpa pajak. Hal ini disebabkan karena bertambahnya
penggunaan hutang
maka
risiko
perusahaan
juga
bertambah sehingga biaya modal sendiri atau tingkat keuntungan yang disyaratkan pada modal sendiri juga bertambah. Jadi semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal tidak akan meningkatkan nilai perusahaan, karena manfaat dari biaya hutang yang lebih murah ditutup dengan meningkatnya biaya modal sendiri. b.
Model Miller Model ini memasukkan unsur pajak yang terdiri dari pajak perusahaan, pajak pribadi atas penghasilan saham dan pajak pribadi dari penghasilan hutang (Husnan, 2000). Pada dasarnya model ini ingin menunjukkan bagaimana leverage mempengaruhi nilai perusahaan apabila memperhitungkan pajak pribadi dan pajak perusahaan. Teori ini menunjukkan
bahwa
adanya
pajak
pribadi
menutupi
beberapa
keuntungan penggunaan hutang perusahaan, sehingga keunggulan pajak atas penghasilan obligasi adalah lebih kecil dari pada yang ditunjukkan oleh model Modigliani dan Miller dimana hanya pajak perusahaan yang dipertimbangkan. c.
Model Trade – Off Ekawati (2004) model ini sebenarnya hanya menyempurnakan model MM dan Miller, yaitu dengan memasukkan unsur kesulitan keuangan (financial distress) dan biaya keagenan (agency cost). Kesulitan keuangan adalah suatu keadaan dimana perusahaan sedang
mengalami
kesulitan
keuangan,
bahkan
terancam
mengalami
kebangkrutan. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan akan timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual aktiva di bawah harga pasar, rusaknya aktiva tetap yang terrnakan waktu dan sebagainya. Kesulitan keuangan biasanya dialami oleh perusahaan yang memiliki hutang. Semakin besar hutang yang dimiliki maka semakin besar pula peluang akan terjadinya kesulitan keuangan. Sedang biaya keagenan adalah biaya yang muncul karena adanya problem keagenan yang terjadi antara pemegang saham dan kreditur. Problem yang muncul biasanya karena perusahaan menggunakan hutang untuk investasi pada proyekproyek yang berisiko tinggi. Hal ini tentu akan merugikan
kreditur,
untuk
menghindarinya
maka
harus
dilakukan
pengawasan. Biaya ini dibebankan pada perusahaan dan termasuk biaya keagenan. Menurut model ini penggunaan hutang selain menguntungkan juga bisa menimbulkan biaya keagenan. Ekawati (2004) penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai titik tertentu, dan setelah itu justru akan menurunkan nilai perusahaan, karena kenaikan keuntungan tidak sebanding dengan kenaikan biaya kesulitan keuangan dan biaya keagenan. Kebijakan perusahaan
hutang
yang
akan
perusahaan mendanai
merupakan operasional
tindakan
manajemen
perusahaan
dengan
menggunakan modal yang berasal dari hutang. Hal ini berkaitan erat dengan struktur modal yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pemilik perusahaan
lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang pada tingkat tertentu agar harapan pemilik perusahaan dapat tercapai. Disamping itu perilaku manajer dan komisaris perusahaan juga dapat dikendalikan. Berdasarkan
teori
pecking
order
manajer
keuangan
tidak
memperhitungan tingkat hutang secara optimal. Kebijakan pendanaan ditentukan oleh tingkat kebutuhan investasi. Jika perusahaan memperoleh kesempatan untuk investasi maka perusahaan akan mencari dana untuk mendanai inevestasi tersebut. Manajemen perusahaan akan menentukan kebijakan pendanaan itu dengan dana internal, baru kemudian dengan dana eksternal termasuk hutang. Jika dana internal sudah mencukupi maka manajemen tidak perlu menggunakan kebijakan hutang untuk memperoleh dana dari luar. Namun sebaliknya jika investasi yang dilakukan tidak cukup jika hanya menggunakan sumber dana dari internal, maka manajemen perusahaan harus menggunakan kebijakan hutang sebagai salah satu alternatif untuk memperoleh dana dari luar disamping dengan menerbitkan saham. Berdasarkan pendekatan teori keagenan, struktur modal perusahaan harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi konflik antara berbagai kelompok yang memiliki kepentingan dalam perusahaan. Pemegang saham lebih menyukai tindakan perusahaan yang akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar, sehingga mereka akan memperoleh deviden atas saham yang mereka miliki juga akan meningkat. Namun pemegang hutang perusahaan
tidak
memperdulikan
berapa
besar
tingkat
keuntungan
perusahaan, karena pay-off pemegang hutang perusahaan akan tetap sebesar bunga yang telah ditentukan.
Kebijakan utang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui utang yang sering diukur dengan debt ratio. Rasio ini menunjukkan besarnya utang yang digunakan untuk perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditor) dan semakin besar biaya utang (biaya bunga) yang harus dibayar perusahaan. Hal ini akan berdampak pada profitabilitas perusahaan karena sebagian pendapatan digunakan untuk membayar utang. Kepemilikan manajerial menunjukan adanya peran ganda seorang manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang manajer sekaligus pemegang saham, ia tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesulitan keuangan atau kebangkrutan usaha akan merugikan ia baik sebagai manajer atau sebagai pemegang saham. Sebagai manajer akan kehilangan insentif dan sebagai pemegang saham akan kehilangan return bahkan dana yang diinvestasikanya. Cara untuk menurunkan resiko ini adalah dengan menurunkan tingkat debt yang dimiliki perusahaan (Friend dan Lang dalam Brailsford 1999). Debt yang tinggi akan meningkatkan resiko kebangkrutan perusahaan, karena perusahaan akan mengalami financial distress. Karena itulah maka manajer akan berusaha menekan jumlah debt serendah mungkin. Tindakan ini disisi lain tidak menguntungkan karena perusahaan hanya mengandalkan
dana
dari
pemegang
saham.
Perusahaan
tidak
bisa
berkembang dengan cepat, dibandingkan jika perusahaan juga menggunakan dana dari kreditor.
4.
KINERJA PERUSAHAAN
Kinerja perusahaan adalah hasil kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan operasional di dalam laporan keuangan ditunjukan oleh pencapaian laba bersih. Laba merupakan selisih antara revenue dengan expenses. Sehingga
manajer
dalam
mengelola
perusahaan
akan
berusaha
memaksimalkan revenue dan menekan expenses . Kegiatan memaksimalkan revenue disebut juga peningkatan profitabilitas, sedangkan menekan expenses
disebut
juga
peningkatan
efisiensi.
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan. Kinerja persahaan akan lebih baik jika saham perusahaan dimiliki oleh manajer. Manajer akan merasa lebih memiliki perusahaan, sehingga manajer tidak lagi sebagai tenaga professional yang digaji, tetapi juga sebagai pemilik perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan berdampak pada deviden yang akan diterima pemegang saham, karena deviden selalu didasarkan pada laba bersih tahun berjalan dan laba bersih adalah ukuran perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan akan menikmati pembagian deviden ini. Penelitian Mudambi (1995) menunjukan bahwa kepemilikan saham oleh manajer mampengaruhi kinerja perusahaan. bahkan penelitian ini berhasil membuktikan arah hubungannya yaitu tidak selalu sama (nonmonotonic). Arah hubungan akan berbeda untuk setiap rentang persentase
kepemilikan. Sedangkan penelitian Kumar (2004) dan Coles (2002) menunjukan terdapat hubungan antara kepemilikan manajerial dan kinerja perusahaan
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers (1984) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti pembiayaan dengan hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian hubungan yang ada antara profitabilitas dengan kebijakan hutang adalah bersifat negatif, dimana jika profitabilitas perusahaan meningkat maka tingkat hutang perusahaan akan menurun dan sebaliknya jika profitabilitas perusahaan menurun maka hutang perusahaan akan meningkat. Hasil studi Moh’d et al. (1998) dan Jensen et al. (1992) juga menemukan bahwa profitabilitas perusahaan mempunyai hubungan negatif dengan kebijakan hutang Melalui peningkatan kinerja perusahaan akan menurunkan biaya modal, sementara itu investasi terhadap perusahaan akan meningkat dan harga saham akan meningkat pula. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain
terkonsentrasi
atau
tidak
terkonsentrasinya
kepemilikan,
manipulasi laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan.
B.
PENELITIAN TERDAHULU
Hasil penelitian Chen dan Steiner (1999) hubungan antara kebijakan hutang dengan kepemilikan, hutang memiliki hubungan kausal terbalik dengan kepemilikan manajerial. Hubungan kausalitas ini menunjukkan hubungan substitusi antara kebijakan hutang dengan kepemilikan manajerial dalam
mengurangi konflik keagenan. Penggunaan hutang tinggi meningkatkan risiko kebangkrutan sehingga manajer mengurangi proporsi kepemilikan saham . Hasil penelitian Friend dan Lang (1988), Crutchley dan Hansen (1989) dan Jensen, et al. (1992) hubungan antara kebijakan hutang dengan kepemilikan, terdapat hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Sedangkan hasil penelitian Brailsford, et al. (2002) hubungan antara struktur kepemilikan dengan struktur modal, secara empiris terdapat hubungan antara struktur kepemilikan eksternal dengan sturktur modal, dan hubungan non linier antara struktur kepemilikan manajemen dengan sturktur modal. Hasil penelitian Ping (2004) hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja perusahaan: suatu analisis dari perusahaan terdaftar di heilongjiang, secara empiris terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Ping dan Hsien (2008) hubungan antara kepemilikan insider dan kinerja perusahaan, menunjukkan terbalik "berbentuk U" hubungan antara kepemilikan insider dan kinerja perusahaan. Kelembagaan Pemerintah kepemilikan
dan
kepemilikan
perusahaan
tergabung
yang
ditemukan
mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kepemilikan insider yang lebih tinggi manajer akan mengalami kerugian, jika kinerja perusahaan memburuk. Oleh karena itu, ada insentif yang lebih besar untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Syafruddin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh struktur kepemilikan perusahaan pada kinerja: faktor ketidakpastian lingkungan sebagai
pemoderasi. Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan oleh manajer tidak berpengaruh terhadap kinerja, tetapi untuk variabel struktur kepemilikan dari pihak luar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja. Maman (2006) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh struktur kepemilikan, karakteristik perusahaan, dan karakteristik tata kelola korporasi terhadap kinerja perusahaan: studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan yang dilihat dari proporsi kepemilikan publik mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Joshua dan Nicholas (2007) tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan dan kinerja UKM di Ghana, memberikan bukti bahwa struktur kepemilikan dalam (inside) memiliki dampak signifikan pada kinerja UKM. Tingkat kepemilikan inside yang tinggi dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi kubu manajerial. Akibatnya, akan mengurangi kemampuan pemilik di pihak luar untuk memantau dan mengontrol perilaku kepemimpinan perusahaan, yang mengurangi nilai perusahaan. Randoy dan Goel (2003) menemukan bahwa tingkat kepemilikan insider yang tinggi memiliki dampak positif pada kinerja perusahaan pada perusahaan pendiri yang dipimpin, tetapi efek performa negatif dalam perusahaan non-pendiri. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang pernah dilakukan oleh Joshua dan Nicholas (2007), yaitu tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan dan kinerja UKM di Ghana, hubungan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan pada 120 perusahaan di Ghana dan penelitian Syafruddin (2006),
yaitu pengaruh struktur kepemilikan perusahaan pada kinerja: faktor ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi pada 46 perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEJ.
C.
KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk memperjelas penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti perlu menyusun kerangka pemikiran mengenai konsepsi tahap-tahap penelitian secara teoritis. Kerangka pemikiran yang berupa skema sederhana ini menggambarkan secara singkat proses pemecahan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: STRUKTUR MODAL STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL
KINERJA PERUSAHAAN
STRUKTUR KEPEMILIKAN EKSTERNAL Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
Keterangan : 1.
Variabel dependen (Y) adalah adalah Kinerja Perusahaan.
2.
Variabel independen (X1) adalah managerial share ownership (struktur kepemilikan manajerial).
3.
Variabel independen (X2) adalah external block ownership (struktur kepemilikan eksternal).
4.
Variabel moderasi adalah Struktur Modal (rasio ekuitas hutang). Struktur kepemilikan manajerial (persentasi saham biasa yang dimiliki
semua direktur eksekutif terhadap total saham) dan struktur kepemilikan eksternal (persentasi pemegang saham publik terhadap pemegang saham selain publik) akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur modal akan memoderasi pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial dan kepemilikan eksternal pada kinerja perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah (Y) adalah Kinerja Perusahaan, dan variabel independen (X) adalah managerial share ownership (struktur kepemilikan manajerial) dan external block ownership (struktur kepemilikan eksternal). Variabel Moderasi adalah
Struktur Modal (rasio ekuitas hutang).
D.
HIPOTESIS
Berdasarkan temuan-temuan penelitian terdahulu seperti Ping dan Hsien (2008)
hasil
menunjukkan
terbalik
"berbentuk
U"
hubungan
antara
kepemilikan insider dan kinerja perusahaan. Kelembagaan Pemerintah kepemilikan
dan
kepemilikan
perusahaan
tergabung
yang
ditemukan
mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kepemilikan insider yang lebih tinggi manajer akan mengalami kerugian, jika kinerja perusahaan memburuk. Oleh karena itu, ada insentif yang lebih besar untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Joshua dan Nicholas (2007) tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan dan kinerja UKM di Ghana, memberikan bukti bahwa struktur kepemilikan dalam (inside) memiliki dampak signifikan pada kinerja
UKM. Tingkat kepemilikan inside yang tinggi dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi kubu manajerial. Akibatnya, akan mengurangi kemampuan pemilik di pihak luar untuk memantau dan mengontrol perilaku kepemimpinan perusahaan, yang mengurangi nilai perusahaan. Randoy dan Goel (2003) menemukan bahwa tingkat kepemilikan insider yang tinggi memiliki dampak positif pada kinerja perusahaan pada perusahaan pendiri yang dipimpin, tetapi efek performa negatif dalam perusahaan non-pendiri. Hasil penelitian Ping (2004) hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja perusahaan : suatu analisis dari perusahaan terdaftar di heilongjiang, secara empiris terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Syafruddin (2006) pengaruh struktur kepemilikan perusahaan pada kinerja: faktor ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi. Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan oleh manajer tidak berpengaruh terhadap kinerja, tetapi untuk variabel struktur kepemilikan dari pihak luar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. H1
: Struktur kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif pada kinerja perusahaan.
Kepemilikan oleh pihak luar yang semakin terkonsentrasi akan memberikan insentif atau kesempatan yang juga semakin meningkat bagi pihak luar ini untuk memonitor aktifitas manajemen. Konsekuensi dari hal ini adalah semakin terbatasnya keleluasaan mananajemen dalam menjalankan aktifitas
perusahaan. Dengan demikian manajemen akan semakin konsisten dengan kepentingan pemilik dalam menjalankan perusahaan. Argumentasi ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hart (1983) yang menyatakan bahwa monitoring merupakan salah satu alat untuk memotivasi manajemen agar bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik. Hasil penelitian Syafruddin (2006) pengaruh struktur kepemilikan perusahaan pada kinerja: faktor ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi . Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan oleh manajer tidak berpengaruh terhadap kinerja, tetapi untuk variabel struktur kepemilikan dari pihak luar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil
penelitian
Maman
(2006)
pengaruh
struktur
kepemilikan,
karakteristik perusahaan, dan karakteristik tata kelola korporasi terhadap kinerja perusahaan: studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan yang dilihat dari proporsi kepemilikan publik mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. H2
: Struktur kepemilikan eksternal mempunyai pengaruh positif pada kinerja perusahaan.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian terdahulu seperti Chen dan Steiner (1999) hutang memiliki hubungan kausal terbalik dengan kepemilikan manajerial. Hubungan kausalitas ini menunjukkan hubungan substitusi antara
kebijakan hutang dengan kepemilikan manajerial dalam mengurangi konflik keagenan. Penggunaan hutang tinggi meningkatkan risiko kebangkrutan sehingga manajer mengurangi proporsi kepemilikan saham. Pada kondisi ini diperlukan pembatasan terhadap penggunaan hutang untuk mengurangi masalah keagenan antara stockholder dan bondholder . Bersamaan dengan berbagai studi tentang hubungan antara kepemilikan oleh manajer dan kinerja perusahaan ini terdapat beberapa studi yang menunjukkan
bahwa
variabel
kontekstual
merupakan
variabel
yang
mempunyai kontribusi dalam menjelaskan hubungan dua variabel tersebut. Seperti studi yang dilakukan oleh Zajac dan Westphal (1994) yang menunjukkan bahwa resiko spesifik perusahaan merupakan variabel yang memoderasi keefektifan insenstif manajerial dan program monitoring yang digunakan untuk mengkontrol berbagai masalah keagenan. Studi lain yang menunjukkan adanya variabel kontekstual yaitu yang dilakukan oleh Kesner (1987) yang menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdapat di dalam industri dengan pertumbuhan rendah, hubungan antara kepemilikan oleh manajer dengan kinerja perusahaan tidak signifikan. Sebaliknya perusahaan perusahaan yang terdapat di dalam industri dengan pertumbuhan tinggi, hubungan antara kepemilikan oleh manajer dengan kinerja perusahaan menunjukkan hubungan positif yang signifikan. Hasil penelitian Syafruddin (2006) pengaruh struktur kepemilikan perusahaan pada kinerja: faktor ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi . Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan oleh manajer tidak berpengaruh terhadap kinerja, tetapi untuk variabel struktur
kepemilikan dari pihak luar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. H3
: Struktur modal memperkuat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan.
struktur
H4
: Struktur modal memperkuat pengaruh antara kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan.
struktur
BAB III METODE PENELITIAN
A.
OBJEK PENELITIAN
Obyek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI.
B.
SUMBER DATA
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2005 sampai tahun 2009. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi dan neraca.
C.
POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini terdiri dari perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.
2.
Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengembilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang merupakan bagian dari metode non probability sampling.
Peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (judgment sampling). Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (judgment sampling), merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasi atau datanya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Dalam pengambilan sampel penelitian ini, kriteria pengambilan sampel sebagai berikut. 1.
Perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI tahun 2005-2009.
2.
Perusahaan–perusahaan
tersebut
telah
menyampaikan
laporan
keuangannya secara rutin dan mempunyai data keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 3.
Perusahaan memiliki informasi struktur kepemilikan saham. Dari keseluruhan populasi perusahaan makanan dan minuman go
public di Indonesia yang mengeluarkan laporan keuangannya, menghasilkan
85 unit observasi sebagai sampel dalam penelitian ini. Data populasi dan sampel akan ditampilkan secara ringkas dalam tabel III.1.
Tahun
Tabel III.1 Populasi dan Sampel Populasi Perusahaan Makanan dan Minuman
Sampel
2005 2006 2007 2008 2009
19 19 19 19 19
17 17 17 17 17
Jumlah
95
85
Sumber : Data ICMD 2005 – 2009
D.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan data historis yang diambil selama kurun waktu 2005-2009. Data yang akan diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan yaitu laporan keuangan tahun 2005-2009 dari perusahaan yang menjadi sampel yang diakses di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tercantum dalam Indonesian Capital Market Directory dan internet dengan situs www.idx.co.id. Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut dilakukan pembahasan dan penganalisaan secara sistematis dan obyektif.
E.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diuji secara sistematik sebagai berikut. 1.
Variabel dependen (Y) : Kinerja Perusahaan (ROE) Ukuran variabel ini mengukur perbandingan laba bersih terhadap total ekuitas. Variabel ini mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan kontribusi pemilik dan atau seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber–sumber lain untuk kepentingan pemilik. ROE
2.
LabaBersih =
TotalEkuit as
Variabel independen (X) a.
Variabel X1 : Struktur Kepemilikan Manajerial (SKM) Ukuran variabel ini mengukur perbandingan saham biasa yang dimiliki semua direktur eksekutif terhadap total saham. Variabel ini merupakan cerminan besarnya saham yang dimiliki manajerial.
SKM
b.
SahamBiasa YangDimilikiEksekuti f =
TotalSaham
Variabel X2 : Struktur Kepemilikan Eksternal (SKE) Ukuran variabel ini mengukur perbandingan pemegang saham publik terhadap pemegang saham selain publik. Variabel ini merupakan cerminan besarnya saham yang dimiliki publik. SKE
3.
PemegangSahamPublik =
PemegangSahamSelainPublik
Variabel moderasi : Struktur Modal (SM) Ukuran variabel ini mengukur perbandingan hutang jangka panjang dibanding dengan modal sendiri. Debt/Equity adalah rasio dari nilai buku hutang dibagi nilai buku ekuitas. SM
F.
Debt =
Equity
TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan pada kinerja perusahaan adalah menggunakan analisis Regresi Linier Berganda. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel-varibel independen (struktur kepemilikan manajerial) dan (struktur kepemilikan eksternal) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (kinerja perusahaan) dan struktur modal memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen terhadap dependen. Rumus yang dipergunakan adalah (Ghozoli, 2005).
1.
Persamaan Regresi Berganda Model Pertama ROE = a + β1SKM + β2SKE + e Keterangan: ROE = Kinerja perusahaan, SKM = Persentasi saham biasa yang dimiliki semua direktur eksekutif terhadap total saham, SKE = Persentasi pemegang saham publik terhadap pemegang saham selain publik, a = konstanta, β1, β2 = koefisien regresi, dan e = error term.
2.
Persamaan Regresi Moderasi Model Kedua *
ROE = a + β1SKM + β2SM + β3SKM SM + e Keterangan: ROE = Kinerja perusahaan, SKM = Persentasi saham biasa yang dimiliki semua direktur eksekutif terhadap total saham, *
SKM SM = Bentuk interaksi moderasi dari struktur modal terhadap pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan, Struktur modal (SM) memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan yang terlihat dalam interaksi *
moderasi (SKM SM), a = konstanta,
β1, β2, β3 = koefisien regresi, dan e = error term. 3.
Persamaan Regresi Moderasi Model Ketiga *
ROE = a + β1SKE + β2SM + β3SKE SM + e Keterangan: ROE = Kinerja perusahaan, SKE = Persentasi pemegang saham publik terhadap pemegang saham selain publik, *
SKE SM = Bentuk interaksi moderasi dari struktur modal terhadap pengaruh antara struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan, Struktur modal (SM) memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan yang terlihat dalam interaksi moderasi *
(SKE SM), a = konstanta, β1, β2, β3 = koefisien regresi, dan e = error term.
G.
PENGUJIAN NORMALITAS DATA
Pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Dengan uji ini dapat mengetahui apakah nilai sampel yang diamati sesusai dengan distribusi tertentu. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah yaitu dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikasi
yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai p>0,05 maka data berdistribusi normal.
H.
UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti data time series) atau ruang (seperti data cross sectional). Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah uji Durbin-Watson. Panduan angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat dalam tabel D-W. Namun demikian kriteria pengujiannya sebagai berikut. a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positi f. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 2. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah salah suatu hubungan yang sempurna antara beberapa variabel bebas dalam model regresi. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF melebihi angka 10, maka disimpulkan telah terjadi multikolinieritas sedangkan bila VIF di bawah 10 disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas. 3. Uji Heterokedastisitas Asumsi ini adalah varian residual yang bersifat homokedastis atau bersifat konstan
(disebut
heteros)
dan
apabila
model
yang
mengandung
heterosdiestimasi, varian estimasi tidak lagi minimum, kendatipun estimator
itu sendiri tidak bias. Ghozali (2005) dalam Permadi (2007) menerangkan cara mendeteksi gangguan heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar residual. Ada dua keputusan, yaitu sebagai berikut. a. Jika diagram pancar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur, maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. b. Jika diagram pencar tidak membentuk pola-pola atau acak serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
I.
PENGUJIAN HIPOTESIS
1.
Uji t Nilai t digunakan untuk mengetahui signifikansi secara parsial pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependen. Jika nilai probalitas ( p value) < 0,05 maka Ho ditolak berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dan sebaliknya jika nilai probabilitas ( p value)>0,05 maka Ho diterima berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2.
Uji F Nilai f digunakan untuk mnegetahui signifikansi secara bersama-sama pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas ( p value) < 0,05 maka Ho ditolak berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel indepeden
terhadap variabel dependen dan sebaliknya jika nilai probabilitas ( p value) > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara varibael independen dan variabel dependen. 3.
2
Uji R
Koefisien determinasi adalah nilai yang menujukan proporsi pengaruh variabel independen yang dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi dinyatakan dalam prosentase. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keterikatan atau keeratan untuk variabel dependen yaitu Y dari variabel dependennya. Koefisien korelasi berganda biasanya 2
2
2
diberi simbol R . Nilai koefisiensi determinasi majemuk (R ) berkisar 0 ≤ R 2
≤1 , jika semakain mendekati maka model semakin baik, dan jika R = 1 berati
variabel
independen
berpengaruh
sempurna
terhadap
veriabel
2
dependen, tetapi jika R = 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh 2
sempurna terhadap variabel dependen. R yang digunakan adalah yang telah memperhitungkan jumlah variabel independen dalam suatu model regresi 2 atau disebut R yang telah disesuiakan (Adjusted-R ). Adjusted-R diperoleh 2
dengan rumus sebagai berikut Gujarati (1991): 2
2
Adjusted R = 1-(1-R )
n 1 -
n
-
k
Keteranagan: 2
Adjusted R = koefisien determinasi disesuiakan, R = koefisien determinasi, N = jumlah sampel pengamatan, dan K = jumlah variable.
2
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan analisis terhadap data penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang telah ditentukan. Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan dan struktur modal memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Hipotesis masih bersifat sementara yang memerlukan pengujian secara empiris. Pengujian hipotesis menggunakan uji Regresi Linier Berganda dan diproses dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 15.00 for Windows.
A. Deskripsi Data
Pada sub bab ini akan diberikan gambaran secara umum mengenai data Struktur Kepemilikan Manajerial, Struktur Kepemilikan Eksternal, Struktur Modal, dan Return On Equity. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel IV.2.
Tabel dibawah ini memberikan informasi secara ringkas mengenai nilai rata-rata, median, standar deviasi, serta nilai maksimum dan minimum dari data yang menjadi obyek penelitian.
Tabel IV.1 Deskripsi Statistik Minimum Maximum -21,640 5,300 0,020 3,670 0,210 0,970 -0,217 635,411
N ROE 85 SKE 85 SKM 85 SM 85 Valid N (listwise) 85 Sumber : Hasil olahan data (lampiran 2)
Mean 0,00141 0,42059 0,77788 9,02686
Std. Deviation 2,502383 0,696136 0,202438 68,971670
Dari tabel IV.1 tersebut dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Return On Equity yaitu sebesar 0,00141. Nilai Return On Equity terkecil dicapai oleh PT. Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk, yaitu sebesar -21,640 pada tahun 2006. Sedangkan nilai Return On Equity terbesar dicapai oleh PT. Sekar Laut Tbk, yaitu sebesar 5,300 pada tahun 2005. Variabel Struktur Kepemilikan Eksternal memiliki nilai rata-rata sebesar 0,42059. Nilai Struktur Kepemilikan Eksternal terkecil dicapai oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, yaitu sebesar 0,020 pada tahun 2006.
Sedangkan nilai
Struktur Kepemilikan Eksternal terbesar dicapai oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry & Traiding Company Tbk, yaitu sebesar 3,670 pa da tahun 2006. Variabel Struktur Kepemilikan Manajerial memiliki nilai rata-rata sebesar 0,77788. Nilai Struktur Kepemilikan Manajerial terkecil dicapai oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry & Traiding Company Tbk, yaitu sebesar 0,210 pada tahun 2006. Sedangkan nilai Struktur Kepemilikan Manajerial terbesar dicapai oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry & Traiding Company Tbk, yaitu sebesar 0,970 pada tahun 2009.
Nilai Struktur Modal memiliki nilai rata-rata sebesar 9,02686. Nilai Struktur Modal memiliki nilai terkecil dicapai oleh PT. Akasha Wira International Tbk, yaitu sebesar -0,217 pada tahun 2005. Sedangkan nilai Struktur Modal terbesar dicapai oleh PT. Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk, yaitu sebesar 635,411 pada tahun 2006.
B. Uji Normalitas Data dan Uji Asumsi Klasik
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 15.00 for Windows. Sebelum melakukan regresi untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dan pengujian asumsi klasik yang merupakan persyaratan untuk melakukan regresi. 1.
Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan model kolmogorov-smirnov. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang sudah ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai signifikansi ( p-value) lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05, maka data berdistribusi normal. Hasil pengujian dengan menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov dapat ditunjukan pada tabel dibawah ini.
a.
Uji Normalitas Model Pertama Dalam uji normalitas sebelumnya, diketahui nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05, sehingga data tidak berdistribusi normal. Untuk menormalkan data, maka dilakukan transformasi data dalam bentuk logaritma natural. Hasil pengujian normalitas data setelah dilakukan transformasi data dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel IV.2 Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov Unstandardized Residual N 83 a,b Normal Parameter Mean 0,0000000 Std. Deviation 1,19989598 Most Extreme Absolute 0,090 Differences Positive 0,090 Negative -0,080 Kolmogorov-Smirnov Z 0,824 Asym. Sig. (2-tailed) 0,505 a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil olahan data (lampiran 2)
Dari tabel IV.2 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,824 dan signifikan pada 0,505. Hal ini berarti Ho diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. b.
Uji Normalitas Model Kedua Dalam uji normalitas sebelumnya, diketahui nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05, sehingga data tidak berdistribusi normal. Untuk menormalkan data, maka dilakukan transformasi data dalam bentuk logaritma natural. Hasil pengujian normalitas data setelah dilakukan transformasi data dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel IV.3 Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov Unstandardized Residual N 83 a,b Normal Parameter Mean 0,0000000 Std. Deviation 1,01371749 Most Extreme Absolute 0,080 Differences Positive 0,080 Negative -0,036 Kolmogorov-Smirnov Z 0,726 Asym. Sig. (2-tailed) 0,667 a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil olahan data (lampiran 2)
Dari tabel IV.3 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,726 dan signifikan pada 0,667. Hal ini berarti Ho diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. c.
Uji Normalitas Model Ketiga Dalam uji normalitas sebelumnya, diketahui nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05, sehingga data tidak berdistribusi normal. Untuk menormalkan data, maka dilakukan transformasi data dalam bentuk logaritma natural. Hasil pengujian normalitas data setelah dilakukan transformasi data dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel IV.4 Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov
N a,b Normal Parameter Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asym. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil olahan data (lampiran 2)
Unstandardized Residual 83 0,0000000 1,01163913 0,079 0,079 -0,058 0,721 0,676
Dari tabel IV.4 tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,721 dan signifikan pada 0,676. Hal ini bererti Ho diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.
2.
Pengujian Asumsi Klasik a.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji ada hubungan yang
sempurna atau hubungan yang hampir sempurna diantara variabel bebas pada model regresi. Cara yang digunakan untuk mendeteksi gejala ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Untuk mengetahui ada tidakanya multikolinearitas dengan
mendasarkan pada nilai tolerance dan VIF. Apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas dalam penelitian ini. Sebaliknya apabila nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih besar dari 10 maka terdapat multikolinearitas. Model persamaan regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu SKM dan SKE terhadap variabel dependen yaitu ROE. Pada model persamaan ini diperoleh nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) sebagai berikut.
1)
Uji Multikolinearitas Model Pertama Tabel IV.5 Hasil Statistik Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Kesimpulan
SKM
0,217
4,618
Tidak terjadi multikolinearitas
SKE
0,217
4,618
Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Hasil olahan data (lampiran 3)
Dari tabel IV.5 tersebut terlihat bahwa nilai tolerance untuk semua variabel independen bernilai lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF bernilai kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas. 2)
Uji Multikolinearitas Model Kedua Tabel IV.6 Hasil Statistik Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Kesimpulan
SKM LNSM
0,985 0,748
1,015 1,337
Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas
MODERAT
0,747
1,339
Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Hasil olahan data (lampiran 4)
Dari tabel IV.6 tersebut dapat dilihat nilai tolerance untuk semua variabel independen bernilai lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF bernilai kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas.
3)
Uji Multikolinearitas Model Ketiga Tabel IV.7 Hasil Statistik Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Kesimpulan
SKE LNSM
0,987 0,684
1,013 1,462
Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas
MODERAT
0,689
1,452
Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Hasil olahan data (lampiran 5)
Dari tabel IV.7 tersebut dapat dilihat nilai tolerance untuk semua variabel independen bernilai lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF bernilai kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas. b.
Uji Autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidakanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai
Durbin Watson. Jika hasil penelitian menunjukan angka D-W berada di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi (Santosa, 2001) dalam Erwestri (2007). 1)
Uji Autokorelasi Model Pertama Berdasarkan perhitungan SPSS (lampiran 3) diperoleh nilai D-W
(Durbin Watson) sebesar 1,549. Maka dapat disimpulkan dalam regresi tidak terdapat adanya autokorelasi, karena nilai D-W berada diantara -2 sampai +2.
2)
Uji Autokorelasi Model Kedua Berdasarkan perhitungan SPSS (lampiran 4) diperoleh nilai D-W
(Durbin Watson) sebesar 1,493. Maka dapat disimpulkan dalam regresi tidak terdapat adanya autokorelasi, karena nilai D-W berada diantara -2 sampai +2. 3)
Uji Autokorelasi Model Ketiga Berdasarkan perhitungan SPSS (lampiran 5) diperoleh nilai D-W
(Durbin Watson) sebesar 1,507. Maka dapat disimpulkan dalam regresi tidak terdapat adanya autokorelasi, karena nilai D-W berada diantara -2 sampai +2. c.
Uji Heterokedastisitas Asumsi ini adalah varian residual yang bersifat homokedastis atau
bersifat konstan (disebut heteros) dan apabila model yang mengandung heterosdiestimasi, varian estimasi tidak lagi minimum, kendatipun estimator itu sendiri tidak bias. Ghozali (2005) dalam Permadi (2007) menerangkan cara mendeteksi gangguan heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar residual. Ada dua keputusan: Pertama, jika diagram pancar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur, maka re gresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. Kedua, jika diagram pencar tidak membentuk pola-pola atau acak serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
1)
Uji Heterokedastisitas Model Pertama Dependent Variable: LNROE 4
a u d i s e R2 d e z i t n e d u t 0 S n o i s s e r g-2 e R
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Hasil olahan data (lampiran 3) Gambar IV.1 Hasil Statistik Uji Heterokedastisitas
Dari gambar IV. 1 dapat dilihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas . 2)
Uji Heterokedastisitas Model Kedua
Sumber : Hasil olahan data (lampiran 4) Gambar IV.2 Hasil Statistik Uji Heterokedastisitas
Dari gambar IV. 2 dapat dilihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas . 3)
Uji Heterokedastisitas Model Ketiga
Sumber : Hasil olahan data (lampiran 5) Gambar IV.3 Hasil Statistik Uji Heterokedastisitas
Dari gambar IV. 3 dapat dilihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas .
C. Analisis Regresi Berganda
Setelah melalui proses uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas, maka model persamaan regresi layak untuk diuji lebih lanjut, untuk menguji hipotesis diantara variabel-variabelnya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier
berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 1. Analisis Regresi Berganda Model Pertama Persamaan regresi yang digunakan untuk melihat pengaruh struktur kepemilikan pada kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: Y = -2,493 + 0,054SKM - 0,423SKE Y = Kinerja perusahaan, SKM = Struktur Kepemilikan Manajerial (persentase saham biasa yang dimiliki semua direktur eksekutif terhadap total saham), dan SKE = Struktur Kepemilikan Eksternal (persentase pemegang saham publik terhadap pemegang saham selain publik). Hasil analisis regresi untuk pengujian, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel IV.8 Hasil Analisis Regresi
Variabel
Koefisien
(konstanta) LNSKE LNSKM
-2,493 -0,423 0,054
Std.Error
T
Sig.
0,664 0,246 0,874
-3,755 -1,715 0,061
0,000 0,090 0,951
R Square 0,171 Adjusted R Square 0,150 Std. Error of The Estimate 1,206142 F 8,230 F ( Sig. ) 0,001 Variabel Dependen : LNROE Sumber : Hasil olahan data (lampiran 3)
a. Pengujian Koefisien Regresi secara Bersama-sama (Uji F) Pengujian ini dilakukan untuk menguji variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi dari tabel IV.8 diperoleh nilai Fhitung sebesar 8,230 dengan tingkat signifikansi 0,001. Karena nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan model ini layak memprediksi Kinerja Perusahaan. Artinya ada pengaruh simultan antara variabel SKM dan SKE terhadap ROE. b. Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial (uji t) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui variabel independen secara parsial atau individu mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen atau tidak (Gujarati, 2003). Variabel SKM memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,951. Dengan tingkat signifikansi 0,951 yang lebih besar dari 0,05 disimpulkan bahwa secara parsial struktur Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan. Variabel SKE memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,090. Dengan tingkat signifikansi 0,090 yang lebih besar dari 0,05 disimpulkan bahwa secara parsial struktur Kepemilikan Eksternal tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan. 2
c. Uji Koefisien Determinasi ( R ) Uji ini digunakan untuk mengetahui persentasi variabel dependen 2
yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai R besarnya antara 0
2
dan 1. R dikatakan baik jika mendekati 1, sedangkan jika R-square 1 berarti variabel independen berpengaruh sempurna pada variabel dependen, sedangkan jika R-square 0, maka tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 2
Hasil uji regresi dari tabel IV.8 diperoleh nilai Adj. R sebesar 0,150 atau 15%. Hal ini menunjukan bahwa 15% dari nilai variabel dependen yaitu Kinerja Perusahaan dapat dijelaskan oleh Struktur Kepemilikan Manajerial, dan Struktur Kepemilikan Eksternal
sedangkan sisa nilai
variabel dependen yaitu sebesar 85% tidak dapat dijelaskan oleh persamaan regresi atau dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model analisis. 2.
Analisis Regresi Moderasi Model Kedua Persamaan regresi yang digunakan untuk melihat pengaruh struktur modal memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: *
Y = -3,145 + 1,998 SKM + 0,294 SM + 0,004 SKM SM Y = Kinerja perusahaan, SKM = Struktur Kepemilikan Manajerial (persentasi saham biasa yang dimiliki semua direktur eksekutif terhadap total saham), SM = Memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan yang terlihat dalam interaksi moderasi *
(SKM SM), dan
*
SKM SM = Bentuk interaksi moderasi dari struktur modal terhadap pengaruh
antara
struktur
kepemilikan
manajerial
terhadap
kinerja
perusahaan. Hasil analisis regresi untuk pengujian, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel IV.9 Hasil Analisis Regresi
Variabel
Koefisien
(konstanta) SKM LNSM MODERAT
-3,145 1,998 0,294 0,004
Std.Error
T
Sig.
0,466 0,564 0,078 0,002
-6,744 3,542 3,790 2,014
0,000 0,001 0,000 0,047
R Square : 0,400 Adjusted R Square : 0,377 Std. Error of The Estimate : 1,032786 F : 17,520 F ( Sig. ) : 0,000 Variabel Dependen : LNROE Sumber : Hasil olahan data (lampiran 4)
Hasil uji regresi dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa dari 3 variabel bebas memberikan nilai koefisien regresi positif. Dalam hal ini nilai koefisien dari masing-masing variabel tidak dapat diinterpretasi sebagai elastisitas mengingat variabel persamaan regresinya bukan dalam bentuk logaritma (Gujarati, 2003). Uji parsial dalam penelitian ini hanya dilihat dari tandanya saja. Secara parsial (uji t) semua variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel dependennya (Kinerja Perusahaan). Secara keseluruhan model ini nampak sudah baik karena nilai uji F nya adalah signifikan dengan probabilitas 0,000.
Hasil uji regresi sebelum moderasi diperoleh nilai koefisien determinasi atau nilai yang menunjukan proporsi pengaruh variabel independen yang dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 0,150 atau 15%, yang berarti bahwa variasi variabel Kinerja Perusahaan dapat diterangkan oleh variabel Struktur Kepemilikan Manajerial hanya sebesar 15%, sedangkan setelah moderasi nilai koefisien determinasinya meningkat sebesar 0,377 atau 37,7%, yang berarti setelah moderasi variasi variabel Kinerja Perusahaan dapat diterangkan oleh Struktur Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, dan Variabel Pemoderasi *
(SKM SM) sebesar 37,7%. Berdasarkan hasil analisis data ternyata ada pengaruh yang signifikan *
antara variabel moderasi (interaksi SKM SM) pada kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar
di BEI. Dari Tabel IV.9,
diketahui bahwa interaksi antara variabel struktur kepemilikan manajerial dan struktur modal memberikan nilai probabilitas sig. sebesar 0,047 < 0,5 (signifikan pada α=5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel struktur modal merupakan variabel pemoderasi, yang memperkuat pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan. Menurut Ghozali (2003) variabel moderating adalah variabel independen yang akan memperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependennya. Dengan
demikian
penggunaan
hutang
dalam
perusahaan
akan
memperkuat pengaruh antara kepemilikan saham oleh manajerial terhadap kinerja perusahaan, yang berarti bahwa penggunaan hutang akan menimbulkan biaya hutang dan biaya keagenan yang muncul karena adanya problem keagenan
yang terjadi antara pemegang saham dan kreditur, sehingga pihak manajerial memiliki tanggung jawab yang lebih untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Struktur kepemilikan manajerial menjelaskan komitmen dari pemiliknya untuk menyelamatkan perusahaan. 3.
Analisis Regresi Moderasi Model III Persamaan regresi yang digunakan untuk melihat pengaruh struktur modal memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan terhadap Kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: *
Y = -1,349 -0,625 SKE + 0,280 SM + 0,138 SKE SM Y = Kinerja perusahaan, SKE = Struktur Kepemilikan Eksternal (persentasi pemegang saham publik terhadap pemegang saham selain publik), SM = Memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan yang terlihat dalam interaksi moderasi *
(SKM SM), dan *
SKM SM = Bentuk interaksi moderasi dari struktur modal terhadap pengaruh
antara
perusahaan.
struktur
kepemilikan
manajerial
terhadap
kinerja
Hasil analisis regresi untuk pengujian, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel IV.10 Hasil Analisis Regresi
Variabel
Koefisien
(konstanta) SKE LNSM MODERAT
-1,349 -0,625 0,280 0,138
Std.Error
T
Sig.
0,157 0,163 0,081 0,065
-8,596 -3,831 3,458 2,107
0,000 0,000 0,001 0,038
R Square : 0,402 Adjusted R Square : 0,379 Std. Error of The Estimate : 1,030668 F : 17,700 F ( Sig. ) : 0,000 Variabel Dependen : LNROE Sumber : Hasil olahan data (lampiran 5)
Hasil uji regresi dari tabel IV.10 menunjukkan bahwa dari 3 variabel bebas terdapat 1 varibel yang memberikan nilai koefisien regresi negatif yaitu variabel Struktur Kepemilikan Eksternal. Sedangkan variabel Struktur Modal dan Variabel Moderate memberikan tanda yang positif. Uji parsial dalam penelitian ini hanya dilihat dari tandanya saja. Secara parsial (uji t) semua variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel dependennya (Kinerja Perusahaan). Secara keseluruhan model ini nampak sudah baik karena nilai uji F nya adalah signifikan dengan probabilitas 0,000. Hasil uji regresi sebelum moderasi diperoleh nilai koefisien determinasi atau nilai yang menunjukan proporsi pengaruh variabel independen yang dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 0,150 atau 15%, yang berarti bahwa variasi variabel Kinerja Perusahaan dapat diterangkan oleh variabel Struktur Kepemilikan Manajerial hanya sebesar 15%, sedangkan setelah moderasi nilai
koefisien determinasinya meningkat sebesar 0,379 atau 37,9%, yang berarti setelah moderasi variasi variabel Kinerja Perusahaan dapat diterangkan oleh Struktur Kepemilikan Eksternal, Struktur Modal, dan Variabel Pemoderasi *
(SKE SM) sebesar 37,9%. Berdasarkan hasil analisis data ternyata ada pengaruh yang signifikan *
antara variabel moderasi (interaksi SKE SM) terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Dari Tabel IV.10 model ketiga, diketahui bahwa interaksi antara variabel struktur kepemilikan eksternal dan struktur modal memberikan nilai probabilitas sig. sebesar 0,038 < 0,5 (signifikan pada α=5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel struktur modal merupakan variabel pemoderasi, yang memperlemah pengaruh antara struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian penggunaan hutang dalam perusahaan akan memperlemah pengaruh antara kepemilikan saham oleh publik terhadap kinerja perusahaan, yang berarti bahwa penggunaan hutang akan menimbulkan biaya hutang dan biaya keagenan yang muncul karena adanya problem keagenan yang terjadi antara pemegang saham dan kreditur, selain itu pihak publik berbeda dengan manajer karena kecil kemungkinannya pemilik dari pihak publik terlibat dalam urusan bisnis perusahaan sehari-hari.
D. Pengujian Hipotesis
1.
Hipotesis Pertama Dari Tabel IV.8 model pertama, diketahui bahwa nilai t hitung dari variabel SKM memiliki probability significancy (0,951) > 0,05 (α=5%) maka
Ho diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel SKM tidak ada pengaruh terhadap variabel Kinerja Perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Struktur Kepemilikan Manajerial mempunyai pengaruh positif pada Kinerja Perusahaan adalah ditolak. 2.
Hipotesis Kedua Dari Tabel IV.8 model pertama, diketahui bahwa nilai t hitung dari variabel SKE memiliki probability significancy (0,090) > 0,05 (α=5%) maka Ho diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel SKE tidak ada pengaruh terhadap variabel Kinerja Perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Struktur Kepemilikan Eksternal mempunyai pengaruh positif pada Kinerja Perusahaan adalah ditolak.
3.
Hipotesis Ketiga * Dari Tabel IV.9, diketahui bahwa interaksi (SKM SM) memberikan
nilai probability significancy sebesar 0,047 < 0,5 (α=5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Struktur Modal merupakan variabel pemoderasi, yang memperkuat pengaruh antara Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Perusahaan. Sedangkan hasil uji regresi sebelum moderasi diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,150 atau 15%, dan setelah moderasi nilai koefisien determinasinya meningkat sebesar 0,377 atau 37,7%, yang berarti setelah moderasi variasi variabel Kinerja Perusahaan dapat diterangkan oleh Struktur Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, dan Variabel Moderasi *
(SKM SM) sebesar 37,7%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Struktur
Modal
memperkuat
pengaruh
antara
Struktur
Manajerial terhadap Kinerja Perusahaan adalah diterima.
Kepemilikan
4.
Hipotesis Keempat * Dari Tabel IV.10, diketahui bahwa interaksi (SKE SM) memberikan
nilai probability significancy sebesar 0,038 < 0,5 (α ( α=5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Struktur Modal merupakan variabel pemoderasi, yang memperlemah pengaruh antara Struktur Kepemilikan Eksternal terhadap Kinerja Perusahaan. Sedangkan hasil uji regresi sebelum moderasi diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,150 atau 15%, setelah moderasi nilai koefisien determinasinya meningkat sebesar 0,379 atau 37,9%, yang berarti setelah moderasi variasi variabel Kinerja Perusahaan dapat diterangkan oleh Struktur Kepemilikan Eksternal, Struktur Modal, dan Variabel Moderasi *
(SKE SM) sebesar 37,9%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Struktur Modal memperkuat pengaruh antara Struktur Kepemilikan Eksternal terhadap Kinerja Perusahaan adalah ditolak.
E. Interprestasi dan Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil perhitungan uji t variabel Struktur Kepemilikan Manajerial memiliki probability significancy (0,951) > 0,05 (α=5%), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Struktur Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap variabel Kinerja Perusahaan. Akan tetapi variabel Struktur Kepemilikan Manajerial tetap memiliki pengaruh terhadap variabel Kinerja Perusahaan apabila diuji secara bersama-sama dengan variabel yang lain. Selain itu tanda yang dihasilkan pada koefesien regresi menunjukan hubungan positif. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Syafruddin (2006), namun penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Ping (2004), Ping dan Hsien (2008), Joshua dan Nicholas (2006). Dalam konteks teori agensi, para manajer top merupakan agen yang mengelola kegiatan bisnis organisasi atas nama pemilik perusahaan sehingga para pemilik menginginkan agar para agen (manajemen perusahaan) mencapai sasaran. Selain itu sasaran sering kali dibelokan para agen sehingga sasaran hanya merupakan kepentingan para agen sendiri, akibatnya hal ini akan meningkatkan kinerja atau menurunkan kinerja. Namun dalam teori tersebut tidak sesuai dengan apa yang menjadi hasil penelitian ini. Dari hasil perhitungan uji t variabel Struktur Kepemilikan Eksternal memiliki probability significancy (0,090) > 0,05 (α=5%), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Struktur Kepemilikan Eksternal tidak berpengaruh terhadap variabel Kinerja Perusahaan. Akan tetapi variabel Struktur Kepemilikan Eksternal tetap memiliki pengaruh terhadap variabel Kinerja Perusahaan apabila diuji secara bersama-sama dengan variabel yang lain. Selain itu koefesien regresinya menunjukan tanda negatif. Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Syafruddin (2006), dan Maman (2006). Argumentasi yang di nyatakan oleh Hart (1983), bahwa monitoring merupakan salah satu alat untuk memotivasi manajemen agar bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik, selain itu kepemilikan luar yang terkonsentrasi akan meningkatkan
kinerja
perusahaan
dengan
demikian
bahwa
konsentrasi
kepemilikan luar yang tinggi akan meningkatkan manfaat cost monitoring yang juga semakin tinggi yang selanjutnya akan meningkatkan utility pemilik yaitu dalam bentuk semakin meningkatnya nilai perusahaan atau kinerja perusahaan. Namun dalam argumentasi tersebut tidak sependapat dengan hasil penelitian ini.
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh Struktur Kepemilikan Pada Kinerja Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai Pemoderasi : Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di BEI , maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan hasil analisis data ternyata tidak ada pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Syafruddin (2006), namun hasil tersebut tidak mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ping (2004), Ping dan Hsien (2008), Joshua dan Nicholas (2006).
2.
Berdasarkan hasil analisis data ternyata tidak ada pengaruh antara struktur kepemilikan eksternal terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Syafruddin (2006), dan Maman (2006).
3.
Berdasarkan hasil analisis data ternyata ada pengaruh yang signifikan antara variabel moderasi (interaksi SKM dan SM) terhadap kinerja perusahaan, yang berarti bahwa variabel struktur modal merupakan variabel pemoderasi, yang memperkuat pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan.
4.
Berdasarkan hasil analisis data ternyata ada pengaruh yang signifikan antara variabel moderasi (interaksi SKE dan SM) terhadap kinerja perusahaan, yang
berarti bahwa variabel struktur modal merupakan variabel pemoderasi, yang memperlemah pengaruh antara struktur kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan.
B.
KETERBATASAN
Penelitian yang dilakukan ini juga mempunyai beberapa keterbatasan. 1.
Penelitian ini mengambil jenis perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian hanya perusahaan manufaktur makanan dan minuman saja, alternatif lain pada penelitian yang akan datang dapat mengambil sampel dari berbagai jenis perusahaan manufaktur.
2.
Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel yang dipertimbangkan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Alternatif lain pada penelitian yang akan datang dapat menambah variabel-variabel lain.
C.
SARAN
1.
Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi para manajer khususnya di bidang keuangan pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman, dengan bercermin dari tahun periode pengamatan yaitu 2005-2009, maka dengan variabel moderasi (struktur modal) atau dalam penggunaan utang dalam perusahaan akan mempengaruhi hubungan struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak yang mempunyai otoritas untuk meregulasi seberapa besar seharusnya kepemilikan suatu perusahaan
yang seharusnya ditawarkan
kepada masyarakat luas dan kebijakan dalam penggunaan hutang. Untuk menambah jumlah saham maka bisa dilakukan dengan stock split-ups yaitu memperbanyak jumlah saham yang beredar dengan cara mengurangi nilai nominal saham secara proporsional, sedangkan untuk mengurangi jumlah saham bisa dilakukan dengan stock split-down / reverse split yaitu mengurangi jumlah saham yang beredar dengan cara menambah nilai nominal saham secara proporsional. Sebagai alternatif lain untuk mengubah struktur modal perusahaan, apabila perusahaan ingin meningkatkan rasio hutang dengan menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang beredar yaitu dengan repuchasing stock. Repuchasing stock yaitu suatu transaksi dimana suatu perusahaan membeli kembali sebagian dari sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar, manaikan laba per saham (EPS), dan menaikan harga saham tersebut. 2.
Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi investor dalam melakukan invetasi saham dengan melihat kondisi perusahaan melalui Struktur Kepemilikan (seberapa besar tingkat kepemilikan manajerial dan publik), Struktur Modal (seberapa besar hutang yang digunakan untuk membiayai perusahaan) dan Kinerja Perusahaan (ROE).
3.
Bagi penelitian selanjutnya Sebaiknya pada penelitian-penelitian selanjutnya perlu lagi digali tentang
struktur
kepemilikan
saham
dan
kinerja
perusahaan
dalam
menentukan indikator (ukuran) variabel kepemilikan dan kinerja. Karena ini sebagai acuan untuk menganalisis lebih dalam dan detail tentang item-item