SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI PADA TN BN TANGGAL 3 DESEMBER 2012
OLEH:
I GEDE WIRANATA 0802105008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2012 SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI PADA TN BN DI IGD MEDIK RSUP SANGLAH DENPASAR
Satuan Acara Penyuluhan Hari/Tanggal
: Senin, 3 desember 2012
Waktu
: 20 menit
Tempat Pelaksanaan
: IGD Medik
Sasaran
: Keluarga Tn. BN
Topik Kegiatan
: Penyuluhan Penyakit Hipertensi
Sub Topik
: 1.
Pengertian dan penyebab Hipertensi
2.
Tanda dan Gejala Hipertensi
3.
Penanganan Hipertensi
4.
Nutrisi pada Penderita Hipertensi
5.
Demonstrasi pembuatan jus mentimun
A. JUDUL
“Penyuluhan Hipertensi”
B. LATAR BELAKANG
Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit kardiovaskular dan diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Lebih kurang 10-30 persen penduduk disemua negara mengalami hipertensi (Elokdyah, 2007). Hipertensi ini disebut sebagai “pembunuh diam-diam” atau “silence killers” karena umumnya orang yang mengalami hipertensi tidak merasakan efek sampingnya (tidak merasakan keluhan). Pada tahun 1995 Survei Kesehatan Rumah Tangga menunujukkan prevalensi hipertensi di Indonesia sudah mencapai 83 per 1.000 anggota rumah tangga dan didapatkan hasil, wanita lebih banyak yang terkena hipertensi daripada laki-laki. Survei yang sama sebelumnya tahun 1986, hipertensi disebutkan sebagai penyebab utama kematian pada penderita janutng koroner di Indonesia. Jumlah kasusnya 42.8 per 1.00.000 kematia. Hipertensi yang sudah mencapai tahap lanjut, artinya sudah terjadi dalam waktu yang lama dan baru dirasakan gejalanya. Pada saat Ns. Donna bertugas di Puskesmas Sehat sejahtera. Suatu pagi Ns. Donna menerima kunjungan seorang klien, Ibu. A.J. (50 tahun), yang mengalami keluhan
sakit kepala sampai ke pundak dan tengkuk. Sakit kepala ini sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Ibu A.J, datang ke Puskesmas ditemani oleh menantunya. Ns. Donna kemudian melakukan pemeriksaan fisik terhadap Ibu A.J., dan didapatkan tekanan darah Ibu A.J., 170/95 mmHg, nadi: 100x/manit, laju pernafasan: 20x/menit. Ibu A.J., juga menderita penyakit Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Melihat Ibu A.J yang mengidap penyakit hipertensi untuk itu diperlukan adanya suatu penyuluhan kepada Ibu A.J mengenai hipertensi untuk lebih meningkatkan pemahaman mengenai penyakit hipertensi sehingga diharapkan nantinya Ibu A.J dapat mengontrol tekanan darahnya.
C. TUJUAN 1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan s asaran dapat mengerti dan memahami mengenai penyakit hipertensi. 2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat: Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai penyakit Hipertensi: a)
Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai pengertian dan penyebab Hipertensi
b)
Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai tanda dan gejala Hipertensi
c)
Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai komplikasi dan penanganan Hipertensi
d) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai nutrisi untuk penderita Hipertensi e)
Mampu melakukan redemonstrasi pembuatan jus mentimun
D. TEMPAT
Penyuluhan kesehatan pada lansia akan dilaksanakan di rumah Bp. D.N, Jl. Mawar, Wilayah Kerja Puskesmas Sehat Sejahtera.
E. WAKTU
Kegiatan akan berlangsung selama 20 menit
SASARAN PENYULUHAN
Keluarga Tn. BN
F. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara penyuluhan kesehatan pada keluarga Tn. BN adalah I Gede Wiranata Mahasiswa PSIK FK Unud
G. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah 3. Tanya jawab
H. STRATEGI PELAKSANAAN
Tahap Pembukaan
Waktu 2 menit
•
Kegiatan Moderator mengucapkan
Pelaksana Mhs
salam •
Moderator melakukan perkenalan diri
•
Moderator menyampaikan maksud dan tujuan
•
Kerja
Penutup
Moderator mengadakan
10 menit
kontrak waktu Menyampaikan materi
Mhs
15 menit 2 menit
mengenai penyakit Hipertensi Tanya jawab Menyimpulkan seluruh •
Mhs Mhs
materi yang diberikan dan mengevaluasi jalannya ceramah. •
Mengakhiri kontrak
•
Melakukan evaluasi kegiatan
•
Salam penutup
I. MEDIA DAN ALAT
1. Leaflet 2. Media demonstrasi seperti sampel bahan makanan, mentimun, blender, pisau, air mineral dan waskom.
J. SETTING TEMPAT
Keterangan : : Mhs
: Tn. BN dan keluarga
K. KRITERIA EVALUASI 1.
Evaluasi Struktur
a) Rencana kegiatan dipersiapkan tiga hari sebelum kegiatan dan informasi kepengurusan dua hari sebelum kegiatan. b) Sarana prasarana seperti leaflet dan materi penyuluhan disiapkan dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan. 2.
Evaluasi Proses
a)
Kegiatan penyuluhan Hipertensi berlangsung tepat waktu.
b)
Peserta yang aktif bertanya
3.
Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan: a) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai penyakit Hipertensi: 1)
Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai pengertian Hipertensi
2)
Mengetahui dan mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab Hipertensi
3) Mengetahui dan mampu menyebutkan 5 dari 10 Hipertensi
tanda dan gejala
4) Mengetahui
dan mampu
menyebutkan mengenai komplikasi
dan
penanganan Hipertensi 5)
Mengetahui dan mampu menyebutkan 7 dari 10 nutrisi untuk penderita Hipertensi
6)
Mampu melakukan redemonstrasi pembuatan jus mentimun
L. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Materi 2. Leaflet
Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN PENYAKIT HIPERTENSI
A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Smeltzer, 2001). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Doengoes, 2000).
Klasifikasi
JNC VI membuat klasifikasi hipertensi sebagai berikut: Category Optimal Normal Normal Tinggi Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3
Systole (mmHg) < 120 < 130 130 – 139 140 – 159 160 – 179 ≥ 180
dan dan atau atau atau atau
Diastole (mmHg) < 80 < 85 85 – 89 90 – 99 100 – 109 ≥ 110
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atas (JNC VI). Hipertensi sistolik terisolasi ( Isolated Systolic Hypertension) didefinisikan sebagai tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg. B. PENYEBAB HIPERTENSI
Menurut Lany Gunawan (2001) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : 1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya diketahui, menunjukkan gejala dan keluhan yang jelas,di sebabkan oleh penyakit lain antara lain ;
a. Penyakit jantung : koartasi aorta. b. Penyakit endokrin : peokhromositoma, tumor katekolamin. c. Penyakit ginjal : glomerulonefritis, penyempitan arteri renalis. d. Kehamilan : toksemia gravidarum. e. Otak : trauma, peningkatan TIK. f.
Pengaruh sekunder obat – obatan tertentu seperti kontrasepsi oral.
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih). 3. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 40 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 ) 1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan klien yang mencari pertolongan medis.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah : •
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
•
Sakit kepala
•
Epistaksis
•
Pusing / migrain
•
Rasa berat ditengkuk
•
Sukar tidur
•
Mata berkunang kunang
•
Lemah dan lelah
•
Muka pucat
•
Suhu tubuh rendah
D. PENANGANAN HIPERTENSI
Prinsip penatalaksanaan hipertensi yaitu: 1. Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah yang masih dapat ditoleransi penderita. 2. Meningkatkan kemungkinan kualitas dan harapan hidup penderita. 3. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal mungkin komplikasi yang sudah terjadi.
Penatalaksanaan pasien dengan hipertensi adalah: 1.
Penatalaksanaan Diet Tujuan penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut: a
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
b
Jenis dan komposisi makanan yang disukai dengan kondisi penderita
c
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet. Yang dimaksud garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hamper semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh
karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium. Menurut Anie kurniawan (2002) diet pada pasien Hipertensi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1) Mengatur menu makanan Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah: a
Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, minyak kelapa, gajih)
b
Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biksuit, craker, keripik, dan makanan kering yang asin)
c
Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink)
d
Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang)
e
Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam.
f
Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco, serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
g
Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah memperbaiki rasa tawar dengan menambahkan gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih.
Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari. Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet: a) Diet rendah garam I: untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak menambahkan garam dapur dalam makanan. b) Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114 mmHg). Garam dianjurkan ¼ sendok teh garam dapur. c) Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole kurang dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok teh. Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium). Kecukupan kalsium penting untuk memcegah dan mengobati hipertensi : 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg. 2) Pengendalian Faktor Risiko Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut : a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight ). Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan. b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan
asupan
garam
secara
drastis
akan
sulit
dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram ( 1 sendok teh ) per hari pada saat memasak. c. Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. d. Melakukan olahraga teratur Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 40-45 menit sebanyak 34 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah. e. Berhenti merokok Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis
pada
seluruh
pembuluh
darah.
Merokok
juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok. 3) Suplementasi anti oksidan a
Vitamin dan penurunan homosistein: Asam folat, vitamin B6, vitamin B12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang esensial untuk metabolism homosistein. Peningkatan kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi
homosistein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.
b
Kacang kedelai dan isoflavon Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki aktivitas estrogen lemah. Isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Dianjurkan mengonsumsi protein kedelai 20-50 gram/hari, dengan modifikasi diet pada penderita kadar kolesterol yang tinggi.
c
Tempe Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati. Nilai Gizi Tempe : (1)
Protein Enzim-enzim yang dihasilkan kaping, menghasilkan asam amino bebas, sehingga kadarnya meningkat sampai 85 kali kadar protein kedelai.
(2)
Karbohidrat Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa (2 terakhir menyebabkan pembentukan gas dalam perut). Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.
(3)
Lemak Enzim dalam kaping dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2% menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5% menjadi 21%.
(4)
Mineral Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose, yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh
(5)
Vitamin
Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum), Vitamin Bb (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk pertumbuhan kaping dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam produk nabati lainnya.
(6)
Tempe Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiperkolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh. Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri granpositif serta penyebab diare (Salmonella sp dan Shigella sp).
d
Asam lemak omega 3 Satu porsi ikan yang tinggi lemak atau minyak ikan mengandung omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl. Makanan yang mengandung Omega 3 dapat menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner.
e
Serat Walaupun berbagai studi menunjukan adanya hubungan antara beberapa jenis serat dengan penurunan kolesterol IDDL dan kolesterol total, namun belum ada bukti langsung yang menunjukan hubungan antara suplemen serat dengan penurunan penyakit kardiovaskular.
4) Garam natrium Garam natrium terdapat secara alamiah pada bahan makanan atau ditambahkan pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Garam natrium yang ditambahkan berupa ikatan, yaitu: a
Natrium klorida atau garam dapur
b
Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
c
Natrium Bikarbonat atau soda kue
d
Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam natrium antara lain : a Pada ikan asin direndam dan dicuci terlebuh dahulu b Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan memasukan panic kedalam kulkas. Margarine akan mengeras kembali dan buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali. Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. 2.
Obat-obatan
3. Terapi Penunjang Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi, diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan fisioterapi, terutama pada penderita pasca stroke atau infark penting. Pengertian juga diberikan kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Husada, Bakti. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Departemen Kesehatan RI Ismayadi. 2004. Proses Menua. Dalam: http://subhankadir.files.wordpress.com/2008/01/ perkembangan-lansia.pdf [Akses : 24 November 2011] Kurniawan, Anie. 2002. Gizi seimbang untuk Mencegah Hipertensi. Disampaikan pada Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran YARSI. Direktorat Gizi Masyarakat (Akses: 18 November 2011) Pauline.
2008.
Hipertensi.
Dalam:
http://sehatkita.com/artikel.php?
kategori=Hipertensi&idartikel=0. (Akses: 15 April 2009) Ririn. 2008. Epidemiologi Hipertensi. Dalam: http://yienmail.wordpress.com/2008/11/ 19/epidemiologi-hipertensi/. (Akses: 18 November 2011) Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sugiyanto, Edi. 2007. Cermin Dunia Kedokteran vol.34 no.4/157 Edisi Juli - Agustus 2007 : Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular . Jakarta : Grup PT. Kalbe Farma Tbk. Subhan. 2007. Proses Menua. Dalam: http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/9/ [Akses : 25 November 2011]