OLEH KELOMPOK 3 : 1. Ni Putu Novi Darmayanti
(P07131217046)
2. Gede Surya Ari Parmadi
(P07131217058)
3. Ni Kadek Kusuma Dewi
(P07131217061)
4. Ni Luh Putu Wijayanti
(P07131217065)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN GIZI 2017/2018
Analisis Kualitatif HCN
I. Judul Pratikum
: Analisis Kualitatif Zat Anti Gizi HCN Pada singkong singkong kuning
II. Hari, tanggal pratikum
: Kamis, 26 April 2018
III. Tujuan Pratikum
:
Tujuan Umum Mahasiswa dapat melakukan analisis HCN pada sampel makanan secara kualitatif
Tujuan Khusus Untuk mengetahui adanya kandungan HCN pada sampel makanan (singkong) yang diuji.
IV.
Metode
Metode yang digunakan adalah metode kromatografi kertas. V.
Prinsip Pratikum
HCN akan bereaksi dengan pikrat akan menghasilkan perubahan warna menjadi merah dalam suasana asam. VI.
Dasar Teori
Asam sianida adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat. HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Asam bebas HCN mudah menguap dan sangat berbahaya, sehingga semua eksperimen, dimana kemungkinan asam sianida akan dilepas atau dipanaskan, harus dilakukan didalam lemari asam (Vogel, 1990).
Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan. Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida. Asam sianida dikeluarkan dari glikosida sianogenetik pada saat komoditi dihaluskan, mengalami pengirisan atau mengalami kerusakan. Senyawa glikosida sianogenetik terdapat pada berbagai jenis tanaman dengan nama senyawa berbeda-beda, seperti amigladin pada biji almond, apricot, dan apel, dhurin pada biji shorgun dan linimarin pada kara dan singkong. Nama kimia amigladin adalah glukosida benzaldehida sianohidrin, dhurin adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida sianohidrin dan linamarin glikosida aseton sianohidrin (Winarno, 2002). HCN PADA UMBI-UMBIAN (SINGKONG) Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi akarnya dan daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin. Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengoahannya sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut dalam air. HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat
depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. GEJALA Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. 1.
Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
2.
Sesak nafas dan cyanosis.
3.
Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
4.
Renjatan.
DIAGNOSA Diagnosa keracunan singkong ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik dan anamnese makanan, ditopang oleh data laboratorik hasil pemeriksaan contoh muntahan dan bahan makanan yang tersisa. PENGOBATAN Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah. Diberikan Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan. Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02.
VII.
Alat dan Bahan
Bahan :
-
AsamTartrat 5 %
-
NaCO3 8%
-
H2O
-
Singkong Kuning
Alat :
-
2 buah Erlenmeyer tertutup
-
Gelas ukur 100 ml
-
Gelas ukur 10 ml
-
Lumpang dan Alu
-
Timbangan semianalitik
-
Kertas pikrat
-
Kompor
-
Panci
VIII. Prosedur Kerja
A.
Mempersiapkan sampel (singkong) 1. Mencuci bahan (singkong) dengan air. 2. Menghancurkan bahan (singkong) dengan menggunakan lumping dan alu 3. Menimbangbahan (singkong) 10 gram denganmenggunakantimbangan
B.
Membuat larutan NaCO3 1. Timbanglah Kristal NaCO3sebanyak 4 gram dengan menggunakan timbangan. 2. Larutkanlah Kristal NaCO3tersebut dalam 50 ml H2O
C.
MembuatLarutanAsamtartrat 1. Timbanglah Kristal asam tartrat sebanyak 7.5 gram dengan menggunakan timbangan. 2. Larutkanlah Kristal asam tartrat tersebut dalam 150 ml H2O
D.
Analisis Kualitatif HCN 1. Timbanglah 5-10 gram bahan (singkong) yang sudah dihancurkan lalu masukkan kedalam Erlenmeyer tertutup. 2. Menambahkan 50 ml aquadest dan 3 ml asam tartrat 5% kedalam Erlenmeyer tertutup. 3. Mencelupkan kertas pikrat dalam larutan NaCO3 8% lalu menggantungkan kertas pikrat pada mulut Erlenmeyer dan tidak boleh menyentuh bahan. 4. Panaskan pada suhu 40 – 50o 50o C dengan menggunakan penangas air. 5. Mengamati perubahan warna yang terjadi. 6. Sampel positif mengandung HCN apabila kertas pikrat berubah warna menjadi warna merah orange. 7. Melakukan pengulangan 2 kali.
IX.
Hasil Pengamatan Percobaan ke-
Hasil
1
++
2
+++
X.
Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan HCN pada sampel yang digunakan. Sampel yang di uji diantaranya adalah singkong kuning. Berdasarkan kandungan pada sampel singkong positif mengandung HCN. Percobaan diawali dengan memaserasikan 10 gram sampel yang telah dihaluskan ke dalam H2O pada erlenmayer. Maserasi sampel ini bertujuan untuk melakukan penyarian zat aktif yang terdapat pada sampel. Dimana cairan penyari (pelarut) yang digunakan adalah H2O. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel dimana zat glucosida yang mengandung HCN ini akan larut dalam cairan penyari. Sampel yang dihaluskan terlebih dahulu bertujuan mempercepat proses penyarian zat aktif selama maserasi dilakukan. Reaksi yang terjadi yaitu : CN- + H2O
HCN + OH-
Pada saat proses maserasi, ditambahkan pula asam tartrat 5% ke dalam erlenmayer tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan uap HCN. Uap HCN yangdihasilkan disebabkan oleh hidrogen dari asam tartarat (H2.C4H4O6) beraksi dengan ion CN- yang terlarut dalama air sehingga dihasilkanlah uap HCN. Reaksi yang berlangsungadalah : 2CN-+ 2H
è
2HCN
Selanjutnya, kertas saring dicelupkan kedalam asam pikrat jenuh yang kemudian setelah kering dibasahi dengan Na2CO3 8%. Kertas saring yang tercelup asam pikrat menyebabkan kertas saring menjadi kuning.Percobaan dilanjutkan dengan menggantungkan kertas saring pada leher erlenmayer sehingga kertas tidak terjadi kontak dengan cairan didalam erlenmayer.Kertas saring yang dicelupkan kedalam asam pikrat ini bertujuan supaya uap HCN terperangkap didalam asam tersebut sehingga uap HCN yang dihasilkan dapat mengubahkertas saring yang semula berwarna kuning menjadi merah. Dari hasil percobaan telah diperoleh bahwa singkong mengandung HCN yang ditandai dengan adanya perubahan warna dari kuning menjadi warna orange pada kertas asam pikrat yang di gantung pada leher labu Erlenmeyer walaupun terdapat perbedaan kandungan HCN.
Linamarin merupakan salah satu senyawa "cyanogenic glycoside" (nama umum). Tanaman yang mengandung senyawa ini disebut juga dengan "cyanophoric". Kandungan HCN pada ubi kayu 3-5 kali lebih besar pada kulitnya dibandingkan pada daging umbinya. Juga terdapat pada daun, yang pada daun muda jumlahnya lebih banyak daripada daun tuanya. XI.
Kesimpulan
1. Singkong kuning positif mengandung HCN. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada singkong mengandung glikosia cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN yang bersifat toksik. zat glikosida ini diberi nama Linamarin. XII.
Daftar Pustaka
-
Antarini, AA Nanak, dkk. 2016. Penuntun 2016. Penuntun Praktikum Ilmu Kimia Pangan. Politeknik Kesehatan Denpasar Prinsip dan metode http://tolihgenthecomentar.blogspot.co.id/2012/06/vmetode http://tolihgenthecomentar.blogspot.co.id/2012/06/v behaviorurldefaultvmlo_01.html?m=1ANALISIS diakses pada tanggal 1 Mei 2018
-
Dasar teori http://www.diedukasi.com/2016/01/pengertian-zat-sianida-danteori http://www.diedukasi.com/2016/01/pengertian-zat-sianida-dan bahayanya.html?m=1 diakses pada tanggal 1 Mei 2018 - Dasar teori https://komunika.tempo.co/read/news/2016/06/07/278777495/sianidateori https://komunika.tempo.co/read/news/2016/06/07/278777495/sianidadalam-singkong diakses pada tanggal 1 Mei 2018 XIII. Lampiran
Penghalusan singkong
Penimbangan Singkong
Penambahan aquadest + asam tartrat
Kertas pikrat yang digantungkan
Pemanasan sampel
Hasil sampel 1 (+)
Hasil sampel 2 (+)
Penanggung Jawab
Ni Putu Novi Darmayanti Nim. P07131217046