STUDI KASUS TENTANG CSR
Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir Mata Kuliah Etika Bisnis Dosen Pengampu: Mochamad Hanafi, M.Si. HALAMAN SAMPUL
AMPUL Disusun Oleh: Anand Ajibul Absor (15802241048)
PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN JURUSAN PENDIDIKAN ADMINISTRASI FAKULTAS EKONOMI UNIIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Studi Kasus CSR”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Etika Bisnis serta untuk menambah ilmu pengetahuan ataupun informasi yang semoga bermanfaat bagi khalayak umum. Makalah ini penulis susun dengan segala kemampuan dan telah semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca laporanini.
Yogyakarta, 26 Mei 2018
Penulis
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Studi Kasus CSR”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Etika Bisnis serta untuk menambah ilmu pengetahuan ataupun informasi yang semoga bermanfaat bagi khalayak umum. Makalah ini penulis susun dengan segala kemampuan dan telah semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca laporanini.
Yogyakarta, 26 Mei 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................. ................................................................................................... ...................................................................... ................. i KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ................................................................................... ................................. ii DAFTAR ISI..................................................... ........................................................................................................... ............................................................................. ....................... iii BAB I .............................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................ ..................................................................................................... ..................................................................... ................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................... ......................................................................................................... ........................................................... ....... 2 C. Tujuan Penulisan ............................................. .................................................................................................. ..................................................................... ................ 2 BAB II ...................................................... ............................................................................................................ ....................................................................................... ................................. 3 PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3 A. Pengertian CSR ............................................... .................................................................................................... ..................................................................... ................ 3 B. Contoh dan Analisa Kasus CSR Di Indonesia Indonesia ....................................................... ..................................................................... .............. 3 C. Cara Menentukan Atau Menetapkan CSR Yang Tepat Untuk Perusahaan ....................... 26 D. Hal yang harus dilakukan apabila apabila CSR yang yang sudah ada dalam perusahaan tidak berjalan dengan maksimal .................................................... ......................................................................................................... ................................................................... .............. 28 BAB III ......................................................................................................................................... 29 PENUTUP..................................................................................................................................... 29 A. Kesimpulan ..................................................... .......................................................................................................... ................................................................... .............. 29 B. Saran ...................................................... ............................................................................................................ ............................................................................ ...................... 29 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perbincangan soal etika bisnis semakin mengemuka mengingat arus globalisasi semakin deras terasa. Globalisasi memberikan tatanan ekonomi baru. Para pelaku bisnis dituntut melakukan bisnis secara fair. Segala bentuk perilaku bisnis yang dianggap ”kotor”
seperti pemborosan manipulasi, monopoli, dumping, menekan upah buru, pencemaran lingkungan, nepotisme, dan kolusi tidak sesuai dengan etika bisnis yang berlaku. Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis sudah tentu adalah meningkatkan keuntungan. Namun bisnis yang dialankan dengan melanggar prinsip prinsip moral dan nilai-nilai etika cenderung tidak produkif dan menimbulkan inefisiensi. Manajeman yang tidak memperhatikan dan tidak menerapkan nilai- nilai moral, hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan mampu survive dalam jangka panjang. Dengan meningkatnya peran swasta antara lain melalui pasar bebas, privatisasi dan globalisasi maka swasta semakin luas berinteraksi dan bertangung jawab sosial dengan masyarakat dan pihak lain. Pada saat banyak perusahaan semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan social dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi. Karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negative. Banyak perusahaan swasta banyak mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Banyak peneliti yang menemukan terdapat hubungan positif antara tanggung jawab sosial perubahaan atau (Corporate Social Responsibility) dengan kinerja keuangan, walaupun dampaknya dalam jangka panjang. Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost melainkan investasi perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan saja. Tanggung jawab dari perusahan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stake holder , termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas,
pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor . Pengembangan
1
program-program sosial perusahaan berupa dapat bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development ), outreach, beasiswa dan sebagainya. Motivasi mencari laba bisa menghambat keinginan untuk membangun masyrakat dan lingkungan sekitarnya sejauh ini kebijakan perintah untuk mendorong dan mewajibkan perusahaan swasta untuk menjalankan tanggung jawab sosial ini tidak begitu jelas dan tegas, ditambahkan pula banyak program yang sudah dilaksanakan tersebut tidak berkelanjutan. B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud CSR (Corporate Social Responsibility)? 2. Apa saja contoh kasus CSR yang ada di Indonesia? 3. Bagaimana menentukan program-program CSR untuk perusahaan? 4. Apa yang harus dilakukan jika CSR yang ada tidak berjalan maksimal? C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan CSR (Crporate Social Responsibility). 2. Untuk mengetahui apa saja contoh kasus CSR yang terjadi di Indonesia. 3. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan program-program CSR untuk perusahaan. 4. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan jika CSR yang ada tidak berjalan dengan maksimal.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian CSR
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Menurut Kotler dan Nancy (2005) mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan. Sedangkan menurut World Business Council for Sustainable Development mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Jadi, secara garis besar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomisnya, kegiatankegiatan yang dilakukan perusahaan demi tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomisnya. B. Contoh dan Analisa Kasus CSR Di Indonesia
1. Dana CSR PT Aneka Tambang Tidak Tepat Sasaran dan Penuh Penyimpangan Anggota Komisi VIII DPRRI, M. Oheo Sinapoy MBA menilai pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Antam Tbk, khususnya pada Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Nikel Pomalaa, banyak yang tidak tepat sasaran, atau tidak sesuai dengan semangat dan tujuan CSR. Bukan saja itu, pemanfaatan dana CSR baik itu Community Development (Comdev) maupun Program Kemitraan Bina 3
Lingkungan (PKBL), terjadi penyimpangan dalam prosedur pengunaannya. Menurut Oheo, terjadinya pemanfaatan dana CSR Antam yang tidak tepat sasaran itu, akibat intervensi pemerintah baik itu provinsi maupun kabupaten yang terlalu berlebihan. Dia mencontohkan, pemanfaatan dana CSR Antam untuk pembangunan bandara Sangia Nibandera, yang jumlahnya sudah mencapai sekitar Rp 12 miliar, penggunaan dana Antam dalam program bedah kecamatan, dan bantuan CSR Antam kepada Pemprov Sultra yang nilainya sudah mencapai Rp 138 miliar selama tiga tahun. Menurut Oheo, sesuai Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) No. 40 tahun 2007, dana CSR harusnya diserahkan kepada masyarakat sasaran, baik itu secara langsung maupun melalui organisasi masyarakat pendamping. Kalau dana CSR itu diambil alih pemerintah pengelolaannya maka akan bias, apalagi sudah diintervensi dengan kepentingan politik bupatinya. "Bandara itu kan obyek pembangunan yang memang sudah ada anggarannya. Jadi tidak pantas jika diambilkan lagi dari dana CSR. Saya akan melakukan pengecekan secara detail dengan Komisi yang membidangi perhubungan. Saya juga akan mengecek jangan-jangan anggaran dari Antam dalam kegiatan bedah kecamatan tidak masuk dalam APBD. Padahal seharusnya masuk APBD dulu dan dibahas di DPRD," kata Oheo. Dari hasil kunjungannya, Oheo juga memperoleh data, bahwa Pemda selalu memaksakan kehendekanya untuk mendapatkan dana CSR, dengan nada ancaman akan meninjau kembali izin yang dimiliki Antam. "Jika dilihat posisi Antam saat ini, tidak lebih menjadi sapi perahan Pemda. Makanya, saya akan berusaha membantu Antam agar mengembalikan posisi pengelolaan dana CSR sesuai tujuannya," katanya. Oheo juga mengaku prihatin dengan pemanfaatan lahan eks Antam oleh perusahaan yang diberikan izin oleh Pemkab Kolaka, karena lahan-lahan tersebut dikelola secara serampangan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungannya. "Lahan yang tadinya sudah menhijau kembali karena Antam sudah melakukan reklamasi, kini hancur tak beraturan. Ini semua kesalahan Pemkab yang terlalu bernafsu menjual daerahnya tanpa melakukan kontrol dan pengawasan secara ketat," katanya. PT Aneka Tambang (Antam) Jakarta juga kecewa terhadap penyalahgunaan dana CSR khusus berkaitan dengan keberadaan PT.ANTAM, misalnya ada salah satu Gubernur di Sulawesi yang diduga ikut mencicipi dana CSR dari PT Antam (Persero) Tbk sebesar 4
Rp.223 M dan anehnya lagi dana tersebut tidak dinikmati oleh masyarakat dan Unsur Pemkab setempat yang dimana kabupaten itu merupakan wilayah operasi dari PT ANTAM. Berikutnya adalah penyalahgunaan proyek kerjasama dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah. Proyek pertanian terpadu di Desa Munggangsari Kecamatan Grabag Purworejo senilai Rp 5,8 miliar menjadi ladang korupsi sejumlah pejabat Universitas Jend. Sudirman sebagai pihak pelaksana program dan PT Antam. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Orang Indonesia sepertinya belum siap mental untuk melihat duit lewat. Bahkan dana untuk membantu masyarakat kecil dalam berbagai program Tanggung Jawab Sosial Perusahan (CSR) pun disikat. Inilah yang kemudian memunculkan kasus korupsi dana CSR (Corporate Social Responsibility). Dana yang berasal dari perusahaan yang seharusnya diperuntukan bagi pemberdayaan masyarakat, justru dipangkas dan dibagi sana sini sesuka hati seperti Kasus PT Aneka Tambang Pertanyaannya menjadi banyak: apakah kesalahan penggunaan dana CSR itu tindak pidana korupsi?, Apa saja komponen biaya dalam penggunaan dana CSR yang diperbolehkan? Siapa yang berhak mengalokasikan dan mengawasi dana CSR tersebut? Adakah lembaga khusus yang punya otoritas tentang program CSR dan seterusnya. Program CSR yang secara konseptual diharapkan adanya kepedulian dari perusahaan untuk ikut serta mengatasi persoalan sosial, akhirnya justru banyak menimbulkan persoalan. Pertama, Sejak kelahirannya, isu mengenai kewajiban CSR di Indonesia telah membawa masalah. Kewajiban melaksanakan CSR bagi perusahaan perusahaan yang diatur dalam UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan UU No 40 Tahun 2007 (UUPT) tentang Perseroan Terbatas tidak bisa diterapkan secara sederhana Mengenai besaran biayanya, dalam UUPM tidak disebutkan secara jelas jumlah dan sumbernya. Dalam UUPT dana CSR wajib dianggarkan berdasarkan kepatutan dan kewajaran. Sedangkan dalam UUBUMN yang dijelaskan melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No Per-05/MBU/2007 (Per.Men PKBL) mengatur dana PKBL sebesar 4% keuntungan bersih. Kesimpangsiuran aturan tersebut sangat potensial melahirkan konflik maupun untuk disalahgunakan. Saat ini masih banyak perusahan yang bingung 5
dalam menentukan besaran dana CSR. Akhirnya, perusahaan hanya mengira-ira saja. Kepatutan dan kewajaran yang dijadikan dasar adalah dari kebiasaan praktik sebelumnya. Yang perlu dicatat adalah: (1) dana CSR tidak boleh dipungut atau dikelola pemerintah. Karena pada prinsipnya ini adalah dana perusahaan untuk masyarakat. Pemerintah tidak punya dasar untuk pelaporan pertanggungjawaban dana CSR. Pemerintah hanya boleh mengarahkan program CSR agar bersinergi dengan program pemerintah, (2) Penggunaan dana CSR selain untuk program dan biaya operasional bisa dikategorikan tindak pidana, karena mengambil hak milik masyarakat. Dan Jika itu dilakukan oleh/untuk pejabat pemerintah, maka masuk kategori korupsi. PT.ANTAM cenderung memberikan ruang terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh sejumlah kepala daerah atas kejahatan korupsi, sudah saatnya bagi PT.ANTAM untuk membuka tabir dibalik praktek korupsi sejumlah kepala daerah sehingga PT.ANTAM sebagai BUMN tidak tersandera oleh kejahatan sistemik para penguasa korup yang senantiasa ingin merampok kekayaan sumber daya alam kita termasuk sektor Minerba yang merupakan sasaran empuk para penguasa. 2. Kasus Amdal (Dampak Lingkungan) Di Indonesia Pelaku usaha dan pemerintah daerah dinilai masih mengabaikan masalah lingkungan. Hal ini terlihat dari masih adanya kawasan industri di Semarang yang beroperasi tanpa terlebih dahulu memenuhi kewajiban studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Selain itu,sejumlah industri di Semarang juga masih banyak yang belum secara rutin, yaitu enam bulan sekali, menyampaikan laporan kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Semarang. “Kalau sebuah kawasan industri sudah ber operasi sebelum melakukan studi Amdal,
Bapedalda tidak bisa berbuat apa -apa. Kami paling hanya bisa mengimbau, tapi tidak ada tindakan apa pun yang bisa kami lakukan. Terus terang, Bapedalda adalah instansi yang mandul,”kata Mohammad Wahyudin, Kepala Sub-Bidang Amdal, Bapedalda Semarang, Kamis(1/8), di Semarang. Wahyudin menceritakan, kawasan industri di Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, misalnya, sejak beroperasi dua tahun lalu hingga saat ini belum mempunyai Amdal. Padahal, menurut Wahyudin, salah satu syarat agar sebuah kawasan industri bisa beroperasi ialah dipenuhinya kewajiban melaksanakan studi Amdal. “Bapedalda berkali -kali menelpon pengelola 6
kawasan industri tersebut, menanyakan kelengkapan dokumen Amdal mereka. Namun, sampai sekarang, jangankan memperoleh jawaban berupa kesiapan membuat studi Amdal, bertemu pemilik kawasan itu saja belum pernah, ujarnya. Wahyudin menyayangkan sikap pihak berwenang yang tetap memberikan izin kepada suatu usaha industri atau kawasan industri untuk beroperasi walau belum menjalankanstudi Amdal. Menurut dia, hal ini merupakan bukti bahwa bukan saja pengusaha yang tidak peduli terhadap masalah lingkungan, melainkan juga pemerintah daerah. Sikap tidak peduliterhadap masalah lingkungan juga ditunjukkan sejumlah pemilik usaha industri ataupunkawasan industri dengan tidak menyampaikan laporan rutin enam bulan sekali kepada Bapedalda. Wahyudin mengatakan, kawasan industri di Terboyo, misalnya, tidak pernahmenyampaikan laporan perkembangan usahanya, terutama yang diperkirakan berdampak padalingkungan, kepada Bapedalda. Hal serupa juga dilakukan pengelola lingkungan industri kecil (LIK) di Bugangan Baru. Keadaan tersebut, menurut Wahyudin,
mengakibatkan Bapedaldatidak bisa mengetahui
perkembangan di kedua kawasan industri tersebut. Padahal, perkembangan sebuah kawasan industry sangat perlu diketahui olehBapedalda agar instansi tersebut dapat memprediksi kemungkinan pencemaran yang bisaterjadi. Ia menambahkan, industri kecil, seperti industri mebel, sebenarnya berpotensimenimbulkan pencemaran lingkungan. Namun, selama ini, orang terlalu sering hanyamenyoroti industry berskala besar. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Setelah membaca artikel diatas, baru saya tahu bahwa pelaksanaan studi Amdal di Indonesia masih diabaikan. Bukan saja para pengusaha yang mengabaikannya tetapipemerintah daerah juga. Kasus diatas merupakan salah satupelanggaran Amdal yang seharusnya mendapat hukuman sesuai dengan UU dan PP tentang Lingkungan Hidup, tetapi tidak diperhatikan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus lebih memperhatikan hal ini. Setiap perusahaan yang mau melaksanakan kegiatan proyek atau usahanya harus melakukan studi Amdal lewat Bapedalda dan pemkarsa Amdal. Juga bagi para pemilik perusahaan yang maumelaksanakan kegiatan proyek harus sadar akan pentingnya AMDAL, agar kegiatan tidak mengganggu lingkungan sekitar.Masyarakat sekitar perusahaan juga 7
harus berupaya untuk turut ikut sertadalam kegiatan Amdal yang dilakukan, karena ini akan menjamin keselamatan danterpeliharanya lingkungan sekitar itu. 3. Starbucks Coffee Indonesia Starbucks Coffee Indonesia membuka satu toko di Plaza Indonesia, 17 Mei 2002. Pada 10 April 2013, Starbucks kopi Indonesia yang sekarang di 147 lokasi yang berbeda di sekitar kota-kota besar (12 kota), terhubung ke Indonesia satu cangkir pada suatu waktu. Kembali ke rumah di ruang mencicipi, kami mengambil ini menakjubkan kopi dan campuran mereka dengan kacang dari daerah lain. Itu adalah bagaimana kita menciptakan beberapa campuran kami paling terkenal, seperti Starbucks® Pike Place Roast . Kami mencintai semua kopi asal tunggal dan campuran. Lebih dari itu, kami
senang untuk berbagi semangat kami. Jadi setiap harinya kita memiliki salah satu ini luar biasa diseduh kopi untuk Anda nikmati. Starbucks mengembangkan kegiatan csr dalam Youth Action Grant , yaitu program donasi khusus yang diberikan pada beberapa yayasan. Kegiatan CSR yang dilakukan meliputi berbagai bidang yakni kepedulian terhadap lingkungan, bantuan kepada anak-anak yang kurang mampu dan terlantar. Pihak Starbucks berupaya untuk secara signifikan mengecilkan dampak lingkungan melalui menghemat energi dan air, mengurangi limbah yang berhubungan dengan pemakaian tisu, cangkir, maupun pembungkus produknya, meningkatkan kegiatan daur ulang, serta memakai konsep green building (bangunan hijau) pada geraigerai tokonya di seluruh dunia. Komitmen SCI untuk memperjuangkan kebijakan perubahan iklim dilakukan advokasi melalui kemitraan dengan perusahaan maupun organisasi lainnya. SCI juga bekerja sama dengan Conservation International melakukan uji coba program insentif konservasi hutan di Sumatera, Indonesia, dan Chiapas, Mexico, yang menghubungkan para petani kopi dengan perdagangan karbon sebagai upaya mengurangi emisi karbon. Starbucks Indonesia menghadirkan program ‘Ayo ke Museum’, yang bekerja sama dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jendral Kebudayaan, serta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Program Ayo ke Museum sudah berlangsung sejak tahun 2008 sebagai bentuk komitmen Starbucks Indonesia dalam mendukung pelestarian museum di Indonesia dan secara aktif 8
mengajak masyarakat mengenal budaya bangsa dan sejarah dengan mengunjungi museum. Starbucks Indonesia membagikan tiket gratis (06 Agustus 2015 s.d 19 November 2015) di gerai Starbucks yang tersebar di 11 kota: Jakarta, Bogor, Bandung, Bali, Surabaya, Semarang, Medan, Jogjakarta, Solo, Palembang, dan Makassar di mana tiket tersebut berlaku digunakan pada 19 museum. Penananaman seribu pohonpasca meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta. Starbucks Indonesia bekerja sama dengan Planet Water melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berhubungan dengan kebutuhan air untuk yang ke tiga kalinya. Progam yang bertajuk “Water for Change” ini
bermaksud memberikan air bersih pada suatu daerah yang membutuhkan. Salah satunya adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Sumur Batu yang terletak di desa Sumur Batu, kawasan Bantar Gebang, Bekasi terpilih menjadi tempat pusat tangki air berdiri, karena sekolah dan lingkungan sekitarnya memadai sebagai titik sumber air. Pada bulan Mei 2014 Starbucks Indonesia dan juga seluruh dunia memfokuskan area CSR-nya ke arah pemberdayaan anak muda (youth), setelah selama bertahuntahun bermain di ranah lingkungan hijau. Starbucks merayakan Global Month of Service (GMOS), sebuah inisiatif Starbucks yang memberikan manfaat terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitar. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dari studi kasus pada perusahaan Starbucks yang telah dibahas, kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut sangat tepat. Karena dengan adanya CSR pada suatu perusahaan akan menimbulkan manfaat dan keuntungan bagi banyak pihak. Seperti halnya untuk perusahaan itu sendiri, CSR dapat menimbulkan adanya loyalitas terhadap perusahaan atau brand tersebut. Karena dengan melakukan kegiatan tersebut masyarakat akan mengetahui bahwasanya perusahaan tersebut memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitar bukan hanya ingin meraup keuntungan saja.
9
4. Pembangunan Proyek Pulau G Oleh PT Agung Podomoro Land Justru Persulit Masyarakat Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli memutuskan bahwa pulau G telah melakukan pelanggaran berat. Untuk diketahui pulau tersebut sedang dibangun oleh pengembang PT. Agung Podomoro Land."Komite Gabungan dan para menteri sepakat bahwa Pulau G masuk dalam pelanggaran berat," ujar Rizal di kantor Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman di Gedung BPPT 1, Jakarta, Kamis (30/6/2016). Alasan Komite gabungan yang membahas reklamasi menilai Pulau G melakukan pelanggaran berat, karena ditemukan banyak kabel yang terkait dengan listrik dan pembangkit milik PLN. Selain itu Rizal memaparkan pembangunan Pulau G mengganggu lalu lintas kapal nelayan."Sebelum ada pulau itu, kapal nelayan dengan mudah mendarat, parkir di Muara Angke. Tapi begitu pulau ini dibikin, dia tutup sampai daratan sehingga kapal-kapal musti muter dulu," jelas Rizal. Menurut Ketua Kelompok
Keahlian
Teknik
Pantai
Institut
Teknologi
Bandung, Muslim
Muin, reklamasi di teluk Jakarta dampaknya memperparah banjir Jakarta, pembangunan 17 pulau di pantai utara Jakarta dapat menghambat aliran 13 sungai ke Teluk Jakarta. Menurut Muslim, elevasi muka air 13 sungai akan naik secara drastis dibandingkan sebelum reklamasi. Akibatnya, Teluk Jakarta akan menjadi comberan dari 13 sungai karena tidak ada penampungan. PT Agung Podomoro Land alih-alih memberikan dana bantuan CSR untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar justru melalui anak perusahaannya PT Muara Wisesa Samudera memberikan uang sogokan kepada sejumlah nelayan dan pengurus RT di Kelurahan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. Uang itu disebut diberikan agar penduduk dan nelayan Muara Angke menerima proyek reklamasi Pulau G yang dibangun di perairan Muara Angke. Tempo mendapat kuitansi pemberian Rp 160 juta kepada ketua RT di RW 11. Pada kuitansi tersebut tertulis duit itu untuk biaya sosialisasi dan pernyataan 12 ribu masyarakat dalam mendukung reklamasi. Akibat dari banyaknya pelanggaran yang dilakukan Agung Podomoro Land melalui anak usahanya PT Muara Wisesa Samudra, maka pemerintah sepakat tidak memberikan izin pembangunan di pulau G.
10
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sangat disanyangkan pembangunan pulau reklamasi di Jakarta yang tidak berlajar dari negara-negara lain di Dunia yang telah melakukannya sebelumnya. Salah satu contoh adalah proyek tanggul laut di St Petersburg, Rusia. Rusia memiliki kondisi geografis yang mirip dengan Teluk Jakarta. Namun, pembangunanya dilakukan melalui proses yang benar. 5. PT PLN Persero Kegiatan Community Relation adalah kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT PLN Persero. Kegiatan ini menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Beberapa kegiatan yang dilakukan PLN antara lain: melaksanakan sosialisasi instalasi listrik, contohnya melalui penerangan kepada pelajar SMA di Jawa Barat tentang SUTT/SUTET, dan melaksanakan sosialisasi bahaya layang-layang di daerah Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur. Community Services, Program bantuan dalam kegiatan ini berkaitan dengan
pelayanan masyarakat atau kepentingan umum. Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2011, antara lain memberikan: Bantuan bencana alam, Bantuan peningkatan kesehatan di sekitar instalasi PLN, antara lain di Kelurahan Asemrowo, Surabaya yang berada di sekitar SUTT 150kV Sawahan-Waru, Bantuan sarana umum pemasangan turap untuk warga pedesaan di Kecamatan Rumpin – Kabupaten Bogor, Jawa Barat serta bantuan pengaspalan jalan umum di Bogor – Buleleng, Bali, Bantuan perbaikan sarana ibadah, Operasi Katarak gratis di Aceh, Pekanbaru, Jawa Barat, dan kota lainnya di Indoenesia, Bantuan Sarana air bersih. Community Empowering , Kegiatan ini terdiri dari program-program yang
memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan yang dilakukan antara lain: Bantuan produksi dan pengembangan pakan ikan alternatif di sekitar SUTET, bekerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM. Bantuan alat pertanian kepada kelompok tani Ngaran Jaya Kabupaten Kulonprogo, Jawa Tengah. Bantuan pengembangan budi daya pertanian pepaya organik untuk komunitas di sekitar Gunung Merapi Yogyakarta yang bekerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM. Bantuan pengembangan pola tanam padi SRI 11
produktivitas tinggi. Bantuan pelatihan pengembangan budi daya tanaman organik di sekitar instalasi PLN. Pemberian bibit coklat masyrakat dibawah ROW P3B Sumatera ANALISIS DAN PEMBAHASAN PT. PLN bisa dikatakan sebagai sebuah perusahaan dengan pemasukan finansial yang sangat besar, hal tersebut diimbangi dengan penyampaian CSR yang baik dan tepat guna kepada masyarakat, selama ini yang dilakukan PT. PLN (Persero) telah banyak menyusun dan melaksanakan kebijakan pemberdayaan masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. 6. PT Freeport Indonesia Beberapa permasalahan atau kasus CSR yang melibatkan PT Freeport Indonesia dan dipublikasikan oleh beberapa media di tanah air antara lain: Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua yang digembor-gemborkan itu pun tidak seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat dan vegetasi Papua yang tidak ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut tidak akan bisa ditanggung generasi Papua sampai tujuh turunan. Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang
Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti
paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F., et.al., 2006). Kestabilan siklus operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah barometer penting kestabilan politik koloni Papua. Induksi ekonomi yang terjadi dari berputarnya mesin anak korporasi raksasa FreeportMcMoran tersebut di kawasan Papua memiliki magnitude luar biasa terhadap pergerakan ekonomi kawasan, nasional, bahkan global. Keberadaan tambang emas terbesar di dunia yang berada di Papua sama sekali tidak memberikan keuntungan pada masyarakat sekitarnya. Freeport sebagai pengelola hanya ‘menyuap’ masyarakat dengan dana CSR (Corporate Social Responsibility) atau
dana bantuan dan bina lingkungannya. Salah satu anggota DPR yang tergabung dalam tim pemantau Otonomi Khusus Aceh dan Papua, Irene Manibuy mengatakan, saat ini masyarakat Papua tidak membutuhkan dana CSR. Papua butuh memperoleh komposisi saham Freeport untuk pengelolaan.
12
Sejak 1967 hingga kini, PT Freeport menikmati hasil kekayaan alam di bumi cenderawasih,
Papua.
Perusahaan
tambang
yang
berafiliasi
ke Freeport-
McMoRan yang bermarkas di Amerika Serikat itu tak henti menambang emas, perak, dan tembaga.Selama hampir setengah abad kehadiran Freeport di tanah Papua terus menerus memunculkan pelbagai masalah. Mulai dari setoran ke negara yang dinilai masih sangat rendah, hingga pelbagai alasan menyiasati larangan ekspor bahan mentah. Rendahnya peran Freeport pada warga Papua pernah diutarakan oleh salah satu anggota DPR yang tergabung dalam tim pemantau otonomi khusus Aceh dan Papua, Irene Manibuy. Dia mengkritik peran Freeport hanya sebatas CSR saja. Irene mengatakan, saat ini masyarakat Papua tidak membutuhkan dana CSR dari Freeport . Papua butuh memperoleh komposisi saham Freeport untuk pengelolaan. “Jangan kami hanya dikasih CSR Rp 1,3 triliun, jangan hanya CSR berdasarkan dividen hanya 1 persen dari pendapatan kotor. Kami butuh share dan mengatur sendiri pembangunan di sana, daerah k ami,” ucap Irene beberapa waktu lalu. Lembaga swadaya Kontras dua tahun lalu pernah melansir laporan fasilitas pekerja Freeport di lokasi tambang yang sangat memprihatinkan. Misalnya kamar karyawan yang kecil, tapi diisi lima sampai enam orang. Pekerja pun kerap mengeluh, lantaran remunerasi pegawai Indonesia tidak sama dengan sistem yang diterapkan Freeport-McMoRan di AS atau negara lain. Di cabang Freeport lain, upah karyawan berkisar USD 20-230 per jam. Sedangkan di Indonesia, sempat hanya USD 3 per jam. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perkembangan CSR tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan ( sustainability development ), definisi pembangunan berkelanjutan menurut The World Commission On Environment and Development yang lebih dikenal dengan The Brundtland Comission, bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka (Solihin: 2009). The Brundtland Comission dibentuk untuk menanggapai keprihatinan yang
semakin meningkat dari para pemimpin dunia terutama menyangkut peningkatan kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang semakin cepat. Selain itu komisi ini juga dibentuk untuk mencermati dampak kerusakan lingkungan hidup dan 13
sumber daya alam terhadap ekonomi dan pembangunan sosial. Oleh karenanya, konsep sustainability development dibangun diatas tiga pilar yang berhubungan dan saling mendukung satu dengan lainnya, Ketiga pilar tersebut adalah sosial, ekonomi, dan lingkungan, sebagaimana ditegaskan kembali dalam The United Nation 2005 World Summit Outcome Document (Solihin: 2009).
Pengenalan konsep Sustainability development memberikan dampak kepada perkembangan devinisi dan konsep CSR selanjutnya. Sebagai contoh The Organization for economic cooperation and Development (OECD) merumuskan CSR sebagai “Kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta adanya perilaku korporasi
yang tidak semata-mata menjamin adanya pengembalian bagi pemegang saham, upah bagi para karyawan, dan pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan, melainkan perusahaan bisnis juga harus meberi perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap penting serta nilai-nilai masyarakat”. Lembaga
lain
konsep sustainability
yang
memberikan
development adalah The
rumusan World
CSR Business
sejalan
dengan
Council
for
Sustainability Development . Menurut organisasi ini CSR adalah komitmen
berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berprilaku secara etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para ekerja dan keluarganya demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat secara luas (Solihin : 2009). Menurut World Bank (Fox, Ward dan Howard 2002:1) CSR merupakan komitmen sektor swasta untuk mendukung terciptanya pembangunan yang berkelanjutan ( sustainable development ). Dukungan sektor swasta dalam hal ini perusahaan untuk melakukan tanggungjawab sosialnya adalah ketika pada tahun 2000, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk UN Global Compact sebagai salah satu lembaga yang merangkai konsep dan kegiatan CSR. Lembaga ini merupakan representasi kerangka kerja sektor swasta untuk mendukung pembanguan yang berkelanjutan dan terciptanya good corporate citizenship (UN Global Compact: 10). Tujuan utama yang ingin dicapainya adalah memberantas kemiskinan, menyelesaikan masalah buta huruf, memperbaiki pelayanan kesehatan, mengurangi angka kematian
14
bayi, memberantas AIDS, menciptakan keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan, dan merangsang terciptanya kemitraan dalam proses pembangunan 7. PT VALE Baru di tahun 1968, perusahaan INCO resmi melakukan kontrak kerja selama tiga puluh tahun. Kemudian tahun 2006 Inco diakuisisi oleh PT Vale hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu, perusahaan tersebut mulai beroperasi dan menimbulkan kerugian seperti perubahaan hidrologi air, beberapa atap rumah menggunakan seng terlihat usang dan berkarat karena zat yang keluar dari asap hasil produksi, penebangan hutan karena diindikasi terdapat kandungan nikel, dan perubahan cuaca akibat penebangan lahan hijau. Salah satu bentuk Corporate Social Responsibility dari PT.Vale, program program tersebut adalah reklamasi lahan. Beberapa tahapan reklamasi lahan yang telah dikerjakan perusahaan tambang tersebut. Mulai dari pengurukan lahan yang selama ini dikeruk, mengembalikan unsur hara tanah agar dapat tanaman dapat tumbuh dan subur serta penanaman kembali tumbuhan-tumbuhan epidemi Sorowako. Kegiatan CSR tersebut memiliki tujuan untuk memperbaiki lingkungan dari dampak negatif yang ditimbulkan dari hasil produksi tambang nikel PT.Vale. Dalam mengkomunikasikan program CSR yang dibuat oleh PT. Vale, mereka memanfaatkan media konventional dan online untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai CSR lingkungan yang telah dibuat oleh mereka. PT. Vale memanfaat media-media tersebut untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa perusahaan tersebut tidak hanya menimbulkan dampak negatif tapi juga memiliki bentuk kegiatan untuk memperbaiki lingkungan. Walaupun PT. Vale telah membangun rumah sakit untuk mensejahterakan masyarakat yang membutuhkan fasilitas kesehatan, namun bagaimana dengan kontribusinya dengan lingkungan. PT. Vale memilih mengalihkan masalah lingkungan yang satu dengan memperbaiki masalah lingkungan lainnya. Kemudahan untuk menjangkau masalah lingkungan pada lahan hijau dan yang ada didarat diperkirakan menjadi alasan. Masalah polusi udara memang sulit untuk diperbaiki karena mengingat terbatasnya alat yang dapat membuat hal itu berhasil. Namun sebagai perusahaan yang bertanggungjawab dengan lingkungan, PT.Vale harus memperbaiki masalah 15
lingkungan itu. Hal tersebut juga bisa dilakukan dengan mengkomunikasikan himbauan terhadap jarak-jarak aman yang bisa digunakan oleh masyarakat agar tidak terkena polusi tersebut. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Memanfaatkan seluruh bentuk komunikasi yang ada terutama dalam menumpas kebiasaan buruk "baru" yang dimiliki oleh sebagian masyarakat yaitu menebang pohon sembarangan didaerah yang diolah oleh PT.Vale. pemanfaat poster dan pamphlet pinggir jalan dapat membuat informasi tersebut sampai ke masyarakat. Atau bisa juga dengan menggunakan cara tradisional seperti melakukan dialog kepada masyarakat untuk membicarakan kesepakatan agar menghindari konflik dan dapat bersama-sama menjaga lingkungan dari kerusakan yang berkepanjangan. Dalam buku Roberst Cox dituliskan ada banyak cara untuk melakukan komunikasi lingkungan seperti menggunakan retorika, media dan jurnalis, menggunakan bentuk diskusi, lewat iklan, resolusi konflik, komunikasi krisis, atau menyebarkan pesan lingkungan lewat budaya-budaya pop yang sedang ada pada zaman ini. Sehingga tidak ada alasan bagi organisasi untuk diam tidak melakukan komunikasi lingkungan. PT.Vale juga harusnya bisa membuka ruang publik untuk mendengar keluhan-keluhan masyarakat tentang pengolahan atau produksi dari perusahaan. Pada intinya adalah komunikasi lingkungan merupakan hal yang diperlukan oleh sebuah organisasi. Disisi lain mereka harus bertanggungjawab kepada lingkungan yang menjadi sumber dari produk olahan perusahaan. Tanpa harus menunggu bencana alam dan halhal yang merugikan lainnya, manusia harus terlebih dahulu sadar bahwa lingkungan membutuhkan kelestarian jangka panjang yang juga untuk kepentingan bersama. Dengan komunikasi lingkungan, prinsip ini akan disebar sehingga bukan saja sebagian orang atau organisasi yang melakukannya tapi semua lapisan masyarakat diseluruh dunia.
16
8. PT. Arun PT Arun tidak pernah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di gampong-gampong selingkungan perusahaan join venture tersebut. PT Arun juga tidak pernah menyosialisasi terkait dampak negatif keberadaan perusahaan itu terhadap lingkungan. Yang paling menyakitkan, saat terjadi keracunan itu, pihak PT Arun tidak menangani secara layak para korban. Kantong-kantong kemiskinan itu tampak jelas di luar pagar komplek perumahan mewah yang dihuni karyawan Arun. Ini sangat tidak adil, warga lingkungan tidak hanya menjadi penonton, tapi dibiarkan sengsara dengan bau busuk gas oleh Arun. PT Arun harus peduli enduduk selingkungannya atau biar kami yang urus PT Arun dan pengurus kini silakan angkat kaki saja dari perusahaan itu. Dana community devolepment (CD/CSR) yang dikucurkan PT Arun terhadap warga lingkungan, disinyalir jauh lebih kecil dengan nilai biaya tamasya karyawan perusahaan tersebut ke luar negeri. Ketidakadilan itu harus segera dihentikan, pihak Arun jangan lagi membodohi publik dengan pernyataannya yang tidak berdasar. Berikan perhatian maksimal kepada masyarakat, atau angkat kaki dari Aceh. Namun sebaiknya ditutup saja PT Arun karena meng¬ganggu penduduk. Di luar negeri, pabrik Doly pengolah-suling gas dibangun di tengah laut, tapi PT Arun dibangun di lingkungan penduduk, betapa bahayanya, Zulkifli alias Doly, Caleg terpilih dari Partai Aceh sebagai anggota DPRA 2009-2014, yang juga mantan representatif GAM untuk Kantor AAM Perwakilan Aceh Utara dan Lhokseumawe. Lelaki ini juga punya jejaring dengan beberapa media luar negeri. Masyarakat harus mengorganisasikan kritiknya ke PT Arun agar mereka bisa mendapatkan hak-haknya, terutama hak kesehatan dan kesejahteraan akibat eksplorasi dan polusi yang telah mereka terima. Semua LSM seputar Lhokseumawe harus mengorganisasikan tujuan masyarakat agar advokasi berhasil dan tuntutan masyarakat diterima. Harus dipikirkan bahwa PT Arun-Exxon Mobil adalah korporasi dunia, yang hanya peduli pada tuntutan yang tepat dan kuat, Teuku Kemal Fasya, Antropolog Aceh. Telah lama penduduk selingkungan PT Arun mengeluh tentang bau busuk dari perusahaan gas itu, namun sebelum peristiwa memalukan pada 22 April, PT Arun selalu berkilah bahwa bau bocoran gas tidak berbahaya dan Pemko Lhokseumawe 17
mendukungnya. Inilah yang membuat sebagian masyarakat agak benci pada Pemerintah Kota Lhokseumawe dan PT Arun. Entah sampai kapan. Hanya niat baik dari pengurus PT Arun yang bisa menyelesaikan drama yang telah lama ini, namun apakah niat baik itu masih ada di hati pengurus PT Arun? Sekali lagi entahlah. Peristiwa itu terjadi pada Rabu 22 April. Ratusan penduduk Blang Panyang yang berupa gampong selingkungan perusahaan penyedot gas tersebut hoyong, mualmual, muntah. Mereka mabuk setelah terhirup semacam H2S. Anehnya PT Arun yang elegan dan eksklusif merasa belum kehilangan reputasinya sebagai perusahaan ramah lingkungan karena penduduk sekitarnya keracunan setelah menghirup sulvur dari kilang Arun. Selain di Blang Panyang, di puluhan gampong lain di lingkungan PT Arun pun sering dihasiahi bau busuk itu, namun selalu ditangkis bahwa itu tidak berbahaya. Begitulah kisah di gampong-kampong sana. Yang lebih paham soal ini, tentunya penduduk di lingkungan PT Arun. Saat itu Humas PT Arun, Roby Sulaiman, saat ditemui di depan rumah sakit itu sekitar pukul 17.20 WIB, mengatakan begitu mengetahui sejumlah warga Blang Panyang mengalami muntah-muntah, pihaknya langsung mengirim petugas kesehatan dan petugas bidang lingkungan ke gampong itu. Penduduk yang pening dan muntah itu diangkut ke rumah sakit untuk diobservasi. Ditanya terkait kasus serupa yang sudah sering terjadi, saat itu Roby Sulaiman menyatakan perlu pendalaman secara teknis untuk mengetahui penyebabnya. Terkait early warning system bagi warga lingkungan khususnya Gampong Blang Panyang, Roby mengatakan kurang mengetahui hal itu. Terkait antisipasi ke depan, kata dia, pihaknya harus mengetahui dahulu penyebab kejadian tersebut. Walikota Lhokseumawe Munir Usman, saat itu mengatakan pihaknya membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus tersebut. Tim khusus di bawah koordinator Bidang Lingkungan Hidup dari Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kota Lhokseumawe terus bekerja untuk mengetahui penyebab warga Blang Panyang muntah-muntah. Sementara, Wakil Presiden Direktur PT Arun, Fuad Bukhari menyatakan pihaknya akan bertanggung jawab bila kasus tersebut bersumber dari pabrik Arun. Itu terjadi kemarin-kemarin. Penduduk Blang Panyang yang menjadi korban gas beracun dari kilang PT Arun meminta pemerintah pusat segera menutup 18
operasional proyek vital tersebut. Kata mereka, PT Arun tidak ada manfaatnya, malah membawa malapetaka bagi penduduk selingkungannya. Mereka meminta agar PT Arun ditutup. PT. Arun tidak pernah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di gampong-gampong selingkungan perusahaan join venture tersebut. PT Arun juga tidak pernah menyosialisasi terkait dampak negatif keberadaan perusahaan itu terhadap lingkungan. Yang paling menyakitkan, saat terjadi keracunan itu, pihak PT Arun tidak menangani secara layak para korban. Menurut masyarakat di sana, tiga ratusan warga Blang Panyang yang mual-mual dan muntah mendadak hanya dirawat seadanya oleh paramedis RS milik PT Arun. Mereka para korban cuma diberikan obat antasit, parasetamol dan asaminamat. Hanya beberapa orang yang diopname dan dirawat di ruangan, itu pun setelah terjadi adu mulut. Koordinator LBH Banda Aceh Pos Lhokseumawe, Zulfikar SH mengatakan, pihaknya bersama kalangan NGO lokal di Lhokseumawe yang peduli terhadap kemanusiaan mengadvokasi kasus keracunan tersebut. Saat itu Pemda memang harus tidak pro-aktif menyidik, hanya menerima mentah-mentah pernyataan pihak PT Arun yang membela diri. Begitulah yang terjadi sejak beberapa tahun lalu. Zulnazri, ahli kimia dari Unimal Lhokseumawe, saat itu menduga bahwa ada kebocoran gas beracun di kilang Arun sehingga mengakibatkan warga lingkungan keracunan. Sinyalirnya, kalau bau yang dirasakan warga Blang Panyang seperti bau kentut, maka itu kemungkinan besar mereka terhirup H2S. Jadi, gas beracun yang mengikat dengan hemoglobin sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Selama ini diduga pihak Arun tidak mengontrol udara amibient di sekitar kilangnya secara kontinyu. Kontrol tersebut seharusnya harus dilakukan setiap saat sehingga tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Polres Lhokseumawe saat itu diback-up tim Polda Aceh terus menyelidi kasus keracunan warga Blang Panyang yang diduga akibat gas beracun dari kilang PT Arun. Sedangkan Forum Masyarakat Sipil meminta perusahaan penyedot gas alam cair itu bertanggung jawab atas keracunan tersebut. Sementara para korban keracunan meminta kilang pengolahan gas PT Arun ditutup. Polisi memang telah tangani kasus itu dan semoga sampai tuntas. Pihak PT Arun harus diproses sesuai hukum yang berlaku untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya. 19
ANALISIS DAN PEMBAHASAN KASUS PT Arun merupakan salah satu perusahaan penghasil gas alam terbesar di Indonesia. Perusahaan tersebut bertempat di daerah Lhokseuawe, Aceh Utara. PT Arun di klaim mencemari lingkungan dengan adanya kebocoran H2S dari kilang gas nya. H2S yang terlepas ke udara bebas dan bereaksi dengan O2 akan menghasilkan Sulfur dioksida, yang merupakan senyawa beracun yang jika terhirup manusia akan mengikat hemoglobin dan menyumbat peredaran darah. Hal tersebut menyebabkan warga sekitar mengalami keracunan akibat menghirup gas tersebut dan mengalami mual-mual, muntah, dan pingsan. PT Arun tidak pernah memberikan sedikitpun penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar juga tidak mensosialisasikan dampak negatif yang akan ditimbulkan dari keberadaan perusahaan tersebut serta diperparah dengan tidak ditanganinya dengan layak warga yang mengalami keracunan akibat gas yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Dana Community Development yang diberikan oleh PT Arun kepada warga sekitar diduga lebih kecil dibandingkan dengan biaya liburan karyawan perusahaan tersebut ke luar negeri. Seharusnya perusahaan tersebut lebih mengutamakan hak warga sekitar mengenai kesehatan dan kesejahteraan hidupnya. Pengawasan dari Pemerintah Kota Lhokseumawe juga terbilang sangat lemah. Hal tersebut terlihat dari pernyataan pemko Lhokseumawe yang menyebutkan bahwa bau gas yang bocor tersebut tidak berbahaya. Sepertinya ada perainan antara PT Arun dan Pemko sekitar. Terlihat PT Arun tidak kehilangan reputasinya sebagai perusahaan yang elegan dan eksklusif serta ramah lingkungan padahal dibelakang itu banyak warga yag keracunan akibat kebocoran gas H2S dari perusahaan tersebut. Pemda seharusnya lebih pro aktif menyelidiki kasus yang ada pada PT Arun tersebut. Jangan hanya menelan mentahentah pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Pemda harus bersikap adil dan menerima masukan secara 2 arah sehingga lebih efektif dalam menelaah kasus yang ada. Penegakan hukum seharusnya lebih ditingkatkan sehingga dapat dituntaskan hingga ke akarnya dan PT Arun harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang diperbuatnya.
20
Dana tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility/CSR yang dikelola Arun harus seluruhnya digunakan untuk kepentingan masyarakat yang mengalami dampak negatif keberadaan perusahaan itu dan dikelola secara transparan. Dana tersebut tidak boleh lagi dialokasikan untuk kepentingan pejabat daerah atau pihak-pihak lain, juga tidak boleh untuk membiayai penelitian keracunan tersebut. PT Arun wajib mengkaji kembali. Hukum harus ditegaskan pada PT Arun mengingat pencemaran yang dilakukan terhadap lingkungan akibat kebocoran gas H2S ke udara dan menyebabkan warga sekitar keracunan bahkan berpotensi besar mengalami kematian. Hukum pidana, perdata dan administratif dikenai oleh perusahaan tersebut. Ganti rugi perusahaan tersebut terhadap warga sebaiknya diusut oleh pihak-pihak terkait dan bertanggung jawab, mengingat banyak jiwa dan aspek yang dirugikan. Persoalan lingkungan bukanlah sekedar merawat pabrik dan menjalankan berbagai prosedur baku. Lebih dari itu, lingkungan adalah alam dan manusia yang berada di sekitar pabrik (lingkungan sosial), bukan hanya lingkungan fisik dan biologis semata. Jika pabrik tidak dapat mengelola lingkungan dengan baik maka perusahaan tersebut sama sekali tidak layak mendapat ISO apapun. Sepertinya pemberian ISO cuma untuk menciptakan opini publik baru bahwa PT Arun peduli lingkungan. Padahal tuntutan masyarakat sama sekali belum mereka penuhi. Teknik mengalihkan isu atau menciptakan opini baru memang sering digunakan oleh perusahaan multinasional perusak lingkungan. Dengan dana besar yang mereka miliki mereka bisa menjalankan public relation yang baik. Pencemaran yang dilakukan PT Arun sudah berjalan rutin, masyarakat sepanjang tahun mencium bau busuk dari H2S. Terdapat 2 Desa yang secara langsung terkena dampak dengan mencium bau busuk gas H2S dari PT Arun tersebut. Dokumen Amdal yang dimiliki PT Arun harus ditinjau kembali, agar mereka bisa merancang usaha pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Sertifikat ISO dan puluhan penghargaan
lainnya
bukan
untuk
membunuh
warga
melainkan
harus
dipertanggungjawabkan. Jika memang tidak bisa dipertanggungjawabkan sebaiknya dikembalikan saja.
21
9. PT Riau Andalan Pulp and Paper Akibat persaingan kurang sehat pihak perusahaan kini melakukan berbagai cara untuk merekrut tenaga kerja yang diiming-imingi kenaikan gaji. Berawal dari kekecewaan dengan management PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), ratusan karyawan di masing-masing departemen perusahaan kayu yang berbasis di Pangkalan Kerinci mengancam bakal hengkang dari perusahaan dan hijrah Ke PT Indah Kiat. Kekecewaan tersebut dikarenakan perusahaan ini telah ingkar janji dengan para karyawan terkait bonus yang akan diberikan. Dimana sebelumnya, para karyawan yang bekerja di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) diberikan janji oleh pihak management dengan bonus kesejahteraan bila target perusahaan tercapai. Namun meski target perusahaan telah tercapai empat bulan lewat, janji perusahaan yang akan memberikan bonus pada karyawan tak kunjung terealisasi. Alhasil, para karyawan yang merasa dikecewakan berniat untuk hengkang dari perusahaan kayu milik Taipan Sukanto Tanoto itu. Tak tanggung - tanggung, ada sekitar 80 persen karyawan dari masing-masing departemen yang berencana akan hengkang ke PT Indah Kiat. Namun niat para karyawan agak sedikit terhalang, pasalnya pihak perusahaan tak mau melepaskan begitu saja para karyawannya. Beberapa Top Management PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) seperti David Ceer, Timo Hakkinen, Elwan Jumandri dan Jhoni W Sida langsung datang ke lokasi di Grand Hotel Pangkalan Kerinci, tempat beberapa karyawan PT Riau Andalan Pupl and Papaer (RAPP) akan melakukan interview dengan PT. Indah Kiat. Berdasarkai salah satu karyawan di lokasi kejadian, memang ada beberapa orang dari pihak perusahaan berpakaian preman terlihat mondar-mandir di lingkungan hotel. Salah seorang karyawan yang akan diinterview oleh PT Indah Kiat di Pangkalan Kerinci dan wantiwanti namanya minta dirahasiakan mengakui kekhawatirannya. Pasalnya, dia bersama kawan-kawannya melihat sendiri bahwa pihak perusahaan PT Riau Andalan Pupl Paper (RAPP) membawa security berpakaian seragam dan bebas datang ke lokasi hotel. Dilain sisi menanggapi hal ini secara pribadi pihak Stokeholder Relations Manager PT Riau Andalan Pulp Paper (RAPP) Wan Zak mengatakan, bahwa hal itu tidak benar, soal pengamcanam untuk hengkang sudah kedua kali. Dan untuk keluar dari perusahaan karyawan tergantung kesepakatan Mou 22
kontrak kerja sebelumnya. Jadi tak akan segampang itu untuk keluar dari perusaahan. Adanya rumor interview oleh pihak perusahaan pulp PT. Indah Kiat, bagi sejumlah karyawan HRD PT Riau Andalan Pulp Paper, menurut wan Zack, tindakan itu merupakan persaingan bisnis yang tak sehat. Dan dinilai merusak etika bisnis. Ia menambahkan selama ini karyawannya telah mendapat ilmu pengetahuan dan bimtek yang cukup handal lalu kenapa tiba-tiba ada perusahaan yang merekrut dengan sistem persaingan tak sehat. ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH Menut saya disini ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh kedua perusahaan diatas. Hal pertama adalah kesalahan yang dilakukan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang sudah melanggar Prinsip Etika bisnis yaitu prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik. Pada prinsip kejujuran, perusahaan sudah ingkar janji atau telah melanggar perjanjian dengan para karyawan mengenai pemberian bonus jika target perusahaan tercapai, perjanjian yang disepakati bersama telah diabaikan oleh PT Riau Andalan Pulp Paper (RAPP) sehingga menimbulkan kekesalan para karyawannya dan mengakibatkan banyak yang mengancam keluar dari perusahaan. Sedangkan pada prinsip keadilan , disini ada kaitanya dengan prinsip kejujuran dimana perusahaan seharusnya memberikan sesuatu yang sudah menjadi hak para karyawan tersebut, di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya, tetapi persuahaan malah mengaibakannya hanya memikirkan keuntungan perushaan tanpa memikirkan nasib para karyawannya. Dan yang terakhir yaitu Prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik dimana pada kasus ini yang diuntungkan hanya satu pihak yaitu pihak PT Riau Andalan Pulp Paper (RAPP) padahal akan lebih baik dan bijak jika kedua belah pihak sama-sama merasa keuntungan yaitu di pihak perusahaan telah mencapai targetnya dan di pihak para karyawannya akan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka yaitu bonus dari kerja keras mereka selama ini. Jika saja perusahaan lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan maka hal – hal yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Untuk PT Indah kiat juga sebaiknya tidak langsung mengambil kesempatan dalam kesempitan pada situasi yang dialami oleh PT Riau Andalan Pulp 23
Paper, karena permasalahan antara PT Riau Andalan Pulp Paper (RAPP) dengan para karyawannya belum selesai tidak diketahui secara pasti, akan lebih baik bijak seandainya jika PT Indah kiat tidak mengambil keuntungan dari konflik tersebut. 10. PT Metro Batavia ( Batavia Air) Pada tanggal 31 Januari 2013, pukul 12:00 waktu setempat, Batavia Air operasi berhenti setelah Jakarta Regional Central Court diberikan banding kebangkrutan oleh ILFC, lessor pesawat internasional, mengatakan bahwa maskapai berutang US $ 4,68 juta di utang, utang yang Batavia Air gagal membayar setelah serangkaian kesulitan keuangan. Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bagus Irawan, menyatakan berdasarkan putusan Nomor 77 mengenai pailit, dinyatakan pailit. “Yang menarik dari persidangan ini, Batavia mengaku tidak bisa memba yar utang,” ujarnya, seusai sidang
di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 30 Januari 2013. Ia menjelaskan, Batavia Air mengatakan tidak bisa membayar utang karena “force majeur”. Batavia Air
menyewa pesawat Airbus dari International Lease Finance Corporation (ILFC) untuk angkutan haji. Namun, Batavia Air kemudian tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti tender yang dilakukan pemerintah. Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC mengajukan somasi atau peringatan. Namun akrena maskapai itu tetap tidak bisa membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak dapat dioperasikan untuk menutup utang. Dari bukti-bukti yang diajukan ILFC sebagai pemohon, ditemukan bukti adanya utang oleh Batavia Air. Sehingga sesuai aturan normatif, pengadilan menjatuhkan putusan pailit. Ada beberapa pertimbangan pengadilan. Pertimbangan-pertimbangan itu adalah adanya bukti utang, tidak adanya pembayaran utang, serta adanya kreditur lain. Dari semua unsur tersebut, maka ketentuan pada pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan terpenuhi. Jika menggunakan dalil “force majeur” untuk tidak membayar utang, Batavia Air harus bisa menyebutkan
adanya syarat-syarat kondisi itu dalam perjanjian. Namun Batavia Air tidak dapat membuktikannya. Batavia Air pun diberi kesempatan untuk kasasi selama 8 hari. “Kalau tidak mengajukan, maka pailit tetap,”. Batavia Air pasrah dengan kondisi ini. 24
Artinya, kata dia, Batavia Air sudah menghitung secara finansial jumlah modal dan utang yang dimiliki. Ia pun menuturkan, dengan dipailitkan, maka direksi Batavia Air tidak bisa berkecimpung lagi di dunia penerbangan. Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti meminta pada Batavia Air untuk memberikan informasi pada seluruh calon penumpang yang sudah membeli tiket. Agar informasi ini menyebar secara menyeluruh, Batavia Air diharus siaga di bandara seluruh Indonesia, Kamis (31/1). “Kepada Batavia Air kami minta besok mereka untuk standby di
lapangan Bandara di seluruh Indonesia? Untuk memberi penjelasan dan menangani penumpang- penumpang itu. Jadi kami minta mereka untuk stay di sana,” ujar Herry saat mengelar jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu malam (30/1). Herry mengatakan pemberitahuan ini sudah disampaikan kepada Batavia Air. “Kami sudah kirim informasi ini ke bandara-bandara yang ada untuk melakukan antisipasi besok di bandara (31/1),” imbuh Herry. Menurut Herry, meskipun pangsa
pasar Batavia Air tidak banyak tapi menurut siaga di bandara itu perlu dilakukan untuk mengantisipasi kebingungan pelanggan serta meminimalisir tudingan-tudingan bahwa pihak Batavia tidak bertanggungjawab. ANALISIS DAN PEMBAHASAN PT. Metro Batavia, beroperasi sebagai Batavia Air, merupakan maskapai penerbangan yang berbasis di Jakarta dan Surabaya, Indonesia. Sampai dengan 31 Januari 2013, maskapai ini dioperasikan penerbangan domestik ke sekitar 42 tujuan dan beberapa di dekatnya tujuan internasional regional, dan Arab Saudi. Basis utamanya adalah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Batavia Air terdaftar dalam kategori 1 di Indonesia Otoritas Penerbangan Sipil Peringkat keselamatan penerbangan. Pada tanggal 31 Januari 2013, pukul 12:00 waktu setempat, Batavia Air operasi berhenti setelah Jakarta Regional Central Court diberikan banding kebangkrutan oleh ILFC, lessor pesawat internasional, mengatakan bahwa maskapai berutang US $ 4,68 juta di utang, utang yang Batavia Air gagal membayar setelah serangkaian kesulitan keuangan. Dari kasus diatas bahwa pihak Batavia tidak mematuhi aturan dalam kerjasamanya dengan ILFC sehingga menyebabkan dmapak kedapa semua pelanggan yang menggunakan jasa Batavia, untuk itu juga batavia telah mencoreng citranya 25
sendiri dikarenakan tidak memperdulikan seberapa besar akibat yang akan diterima nya jika Perusahaan Batavia melanggar aturan kerjasama dalam etika bisnisnya. Akan sedikit sulit bagi Batavia Air untuk kembali memulai di bisnis penerbangan karena rasa trauma dan hilangnya kepercayaan publik pada Batavia sehingga Batavia harus berinovasi dan memciptakan brand baru tentunya dengan inovasi pelayanan yang diminati pasar saat ini. Kasus Batavia Air bisa menjadi pelajaran bagi industri penerbangan di Tanah air agar dapat lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan sehingga tidak mengakibatkan kerugian yang fatal pada perusahaan itu sendiri. C. Cara Menentukan Atau Menetapkan CSR Yang Tepat Untuk Perusahaan
Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan diwajbkan untuk melaksanakan tugasnya dalam tanggungjawab sosialnya tersebut, melalui kegiatan CSR (Corporate Sosial Responsibility), yang tidak lain dilakukan sebagai upaya perusahaan demi keberlanjutan perusahaan itu sendiri. Hal tersebut dilakukan sebagai wujud apresiasi perusahaan kepada masyarakat dalam kegiatan bidang sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui berbagai macam kegiatan sosial. Kegiatan tanggungjawab sosial tersebut diantaranya dilakukan dengan menitikberatkan pada bidang-bidang sosial, antara lain seperti dalam bidang pendidikan, bakti sosial, pengentasan kemiskinan dan lain-lain. Lalu, sebelum kegiatan tanggungjawab sosial tersebut terlaksana, maka tentunya ada panduan tentang bagaimana cara menentukan bidang-bidang apa saja yang dijadikan target untuk kegiatan dalam program CSR agar tidak salah sasaran tentunya. Menurut penjelasan yang terdapat dalam forum Lingkar Studi CSR Indonesia, program-program CSR akan jatuh pada salah satu kategori dalam meminimumkan dampak negatif, termasuk pengkompensasiannya serta akibatnya. Atau sebaliknya, yakni untuk memaksimumkan dampak positif yang ada setelah kegiatan CSR tersebut dilakukan. Pengkategorian ini lebih jauh diuraikan berdasarkan pemangku kepentingannya. Artinya, program CSR dalam perusahaan dibuat berdasarkan kepentingan yang sahih dalam kelompok tertentu, yang didekati, baik secara langsung ataupun melalui fasilitator, yang bertujuan untuk mengetahui pandangannya tentang apa yang seharusnya dilakukan.
26
Menjadi mudah apabila perusahaan telah melakukan rencana berupa pemetaan terhadap pemangku kepentingan terlebih dahulu. Hasil pemetaaan tersebut yang nantinya akan menjadi urutan prioritas program CSR untuk tiap pemangku kepentingan. Langkah berikutnya adalah, perusahaan melakukan penyesuaian dengan kebijakan dan ketersediaan sumberdaya, serta merundingkan mekanisme berbagi sumberdaya (resource matching) antara semua pihak, termasuk masyarakat. Setelah prioritas dan ketersediaan sumberdaya diketahui, maka yang selanjutnya dilakukan ialah penyusunan program jangka panjang hingga pendek. Sedang organisasi pelaksananya dibuat dengan memasukkan masing-masing pemangku kepentingan, untuk memastikan program yang disusun dilaksanakan sesuai rencana. Menurut Jalal, dari Lingkar Studi CSR/A+ CSR Indonesia, mengatakan bahwa projek atau program CSRharus dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu persilangan antara isu yang penting untuk perusahaan dan isu yang pentingbagi pemangku kepentingan. ”Isu yang penting untuk perusahaan diketahuimelalui atributisu yang relevan bagi industri
ataupun perusahaan, isu yang diatur dalam kebijakan pemerintah, dan isu yang memilikipengaruh terhadap keuangan perusahaan. Isu yang penting untuk pemangku kepentingan dilihat melalui atribut norma masyarakat luas, yakni secara lokal, nasional, dan global, serta pandanganpemangku kepentingan.Tentu, terlebih dahulu perlu diketahui siapa saja yang termasuk pemangku kepentingan perusahaan”, tambahnya.
Dengan mengetahui isu-isu apa saja yang penting untuk dirinya maupun pemangku kepentingan, perusahaan bisa membuat prioritisasi isu, lalumenentukan projek atau program apa yang hendak dibuatnya.Proses prioritisasi itu menjadi sangat penting, karena perusahaan memiliki sumberdaya yang terbatas. Proses ini juga akan menunjukkan dengan jelas, kepada siapa perusahaan harus memberikan CSR-nya.
27
D. Hal yang harus dilakukan apabila CSR yang sudah ada dalam perusahaan tidak berjalan dengan maksimal
PT Freeport Indonesia bisa dikatakan sebagai sebuah perusahaan dengan pemasukan finansial yang sangat besar, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan penyampaian CSR yang baik dan tepat guna kepada masyarakat Papua. Selama ini CSR yang dilakukan oleh Papua hanyalah berupa bantuan dana kemitraan melalui LPMAK dimana dana-dana tersebut dikelola oleh LPMAK dan diberikan kepada masyarakat Papua untuk kemudian dijadikan proyek-proyek yang mencerminkan tujuan LPMAK untuk kegiatan kemanusiaan dan pembangunan serta memenuhi pedoman keuangan dan audit. Disinilah terlihat jelas bahwa dana kemitraan yang diberikan oleh PT Freeport Indonesia ternyata masih dipilah-pilah lebih lanjut sebelum diberikan kepada masyarakat Papua, padahal begitu banyak penduduk Papua yang masih hidup dibawah garis kemiskinan dan sangat memerlukan uluran tangan dari pihak-pihak lain. Untuk melaksanakan CSR perusahaan harus mengakui bahwa permasalahan masyarakat adalah milik mereka juga. Tidak hanya itu, perusahaan juga harus bersedia menanganinya. Itu dasarnya untuk melaksanakan CSR. Jadi hanya dengan mengakui masalah apa yang ada di masyarakat dan itu menjadi bagian mereka, maka CSR lebih mudah dilakukan. Sebab suatu rencana strategis di belakang program-program CSR bisa jadi akan memberi kontribusi bagi pengurangan kemiskinan dan ketidakadilan sosial di Republik ini. Dua masalah utama yang harus segera dihapus bersama agar martabat orang Indonesia tegak berdiri. Dapat disimpulkan jika CSR sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat meningkatkan image perusahaan. Jadi, seharusnya dunia usaha tidak memandang CSR sebagai suatu tuntutan represif dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.
28
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
CSR sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat meningkatkan image perusahaan. Jadi, seharusnya dunia usaha tidak memandang CSR sebagai suatu tuntutan represif dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha. Reputasi perusahaan akan menjadi aspek sangat penting dan terkait dengan kinerja tanggung jawab sosial. Substansi ini telah diteliti oleh beberapa pakar yang menyimpulkan bahwa praktek CSR yang baik akan menghasilkan manfaat yang tidak tampak seperti reputasi, komitmen dan pembelajaran serta manfaat-manfaat yang tak tampak lainnya, misalnya efisiensi biaya operasional perusahaan. Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) usaha. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre) melainkan sentra laba ( profit center ) di masa yang akan datang. Logikanya adalah bila CSR diabaikan, kemudian terjadi insiden, maka biaya untuk mengcover resikonya jauh lebih besar ketimbang nilai yang hendak dihemat dari alokasi anggaran CSR itu sendiri. Belum lagi resiko non-finansial yang berpengaruh buruk pada citra korporasi dan kepercayaan masyarakat pada perusahaan. Dengan demikian, CSR bukan lagi sekedar aktifitas tempelan yang kalau terpaksa bisa dikorbankan demi mencapai efisiensi, namun CSR merupakan nyawa korporasi. CSR telah masuk kedalam jantung strategi korporasi. CSR disikapi secara strategis dengan melakukan inisiatif CSR dengan strategi korporsi. Caranya, inisatif CSR dikonsep untuk memperbaiki konteks kompetitif korporasi yang berupa kualitas bisnis tempat korporasi beroperasi. B. Saran
CSR merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat apabila dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan sasaran. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam melaksanakan program CSR harus benar-benar melaksanakan dengan baik dan sesuai dengan sasaran. Pemerintah juga seharusnya dapat lebih aktif lagi dalam kegiatan pengawasa pada pelaksanaan program CSR agar tidak salah sasaran. 29