HERNIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Di negara berkembang seperti di Indonesia ini banyak sekali kasus hernia, yang salah satunya disebabkan karena pola hidup seseorang. Diantaranya karena pola buang air besar yang kurang teratur, sering mengejan pada saat buang air besar, pola makan yang kurang berserat, serta para pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga meningkatkan tekanan pada intraabdomen. Hernia dapat dijumpai pada semua usia, lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang dilakukan pria lebih berat dari pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat mengatakan bahwa penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta adanya benjolan di daerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar penderita dan masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record Rumah sakit Umum Daerah Karawang, angka penderita yang mengalami penyakit hernia dari bulan Januari sampai dengan Juli 2010 berjumlah 263 orang atau 26.04 % dari 1010 klien yang mengalami gangguan system pencernaan. Dilihat dalam jumlah prosentase angka ini cukup besar, jika dibandingakan dengan prosentase penyakit Thypoid berjumlah 496 orang atau 49.11 % Dengan D engan angka yang cukup besar hernia harus mendapatkan perhatian dan penanganan segera jika tidak, akan menimbulkan gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi., pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi benjolan organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantung hernia timbulnya benjolan menyebabkan jepitan pada cincin makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah kejaringan terganggu, dampak yang berat yaitu jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Dalam hal ini perawat memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif yang mencakup upaya meningkatkan pengetahuan klien serta pengobatan yang di berikan, dengan cara pence gahan dan pemulihan pada klien dengan post herniotomy serta memberikan pendidikan kesehatan perawatan post operasi untuk mencegah kambuhnya hernia.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar. 1. Definisi Hernia Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 ) Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005) Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000) Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan material abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat
Jenis2 Hernia Hernia Inguinalis Meskipun lebih sering di temukan pada laki-laki, hernia ini juga berpotensi menyerang wanita. Hernia ini akan mengembangkan dan membuka celah di dinding otot perut bagian bawah atau selangkangan, di wilayah Mycopectineal Orifice. Akibatnya isi perut seperti usus, dapat menonjol melalui celah dan menyebabkan rasa sakit. Hernia inguinalis terletak di perut bagia bawah (sisi kanan, kiri atau ke duanya), tepat diatas lipatan kaki, berdekatan dengan daerah kemaluan. Hernia Umbilikalis Juga dikenal dengan “Paraumbilical hernia”. Hernia jenis ini terjadi di dalam dan sekitar kawasan
umbilicus (pusar). Tanda-tandanya adalah rasa sakit pada atau dekat dengan daerah pusar. Walaupun lebih sering muncul pada saat atau sesudah lahiran, hernia ini juga dapat terjadi setiap saat. Pada bayi, hernia ini secara bertahap terjadi pada umur 3 atau 4 tahun. Hernia Epigastrika Hernia yang berkembang di daerah pertengahan perut at as, sepanjang garis yang ditarik dari titik tulang dada ke umbilicus. Hernia ini biasanya berukuran kecil dan terlokalisasi. Hernia ini lebih sering
menyebabkan rasa sakit dibanding lainnya. Hernia Insisional atau Ventral Dapat terjadi di daerah manapun sebelum insisi bedah dan ukurannya bervariasi dari yang kecil, yang sangat besar dan kompleks. Hernia ini terjadi sebagai akibat gangguan di sepanjang atau sekitar area dinding abdomen yang dijahit. Hernia ini hadir sebagai tonjolan di dekat daerah bekas luka sayatan. Hampir semua operasi perut dapat menyebabkan hernia insisional. Hernia di daerah ini mudah sekali kambuh jika tidak ditangani dengan benar. Perbaikan yang biasa dilakukan adalah menggunakan mesh Hernia. Hernia Femoral Seperti hernia inguinalis, hernia femoral berkembang di daerah pangkal paha. Bedanya, her nia jenis ini lebih sering ditemukan pada wanita w anita dibandingkan pada laki-laki. Hal ini sangat berkaitan dengan bentuk panggul wanita yang lebih besar disbanding laki-laki. Hernia femoral juga berkembang pada lipatan kaki, tetapi di daerah yang agak rendah dari pada hernia inguinalis. Kenyataannya, sangat sulit membedakan kedua hernia tersebut secara klinis. Seringkali hernia femoral terj adi secara simultan dengan hernia inguinalis. Hal ini sangat rentan menjadi komplikasi sumbatan dan pencekikan. Oleh karena itu, penanganan sesegera mungkin sangat disarankan sebelum komplikasi tersebut terjadi. JENIS HERNIA 1. Hernia reponible tanda dan gejalanya: #Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan #Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya inguinal, femoralis dan lain-lain. Benjolan timbul saat mengejan BAB, mengangkat beban be rat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada waktu istirahat baring. #Kadang-kadang perut kembung. #Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia maka tidak dapat dimasukkan lagi (ireponibel) 2. Hernia inkar serata, tanda dan gej alanya : #Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami obstipasi, muntah, tidak flatus, perut kembung dan dehidrasi #Terjadinya ganguan cairan elektrolit dan asam basa.
Hernia Inguinalis Hernia Umbilikalis 2. Etiologi Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah : a. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ; kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat b. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka. c. Kelemahan otot dinding perut. d. Anulus internus yang cukup leba 2. Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut malalui anulus inguinalis eksternus. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik per itoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa hal,seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
Gamabr 2.1 Skema Patifisiologi Hernia Ingunalis Locus minoris resistensie kanalis ingunalis Tekanan intra abdomen meningkat terjadi desensus testis Kanal terbuka menarik peritoneum ke Daerah skrotum Hernia inguinalis akuisita penonjolan peritoneum Isi perut tidak masuk melalui kanal Testis kiri turun Testis kanan terbuka
Prosesus tidak mengalami obliterasi Hernia ingunalis kongenital
(Sumber : Mansjoer Arif. 2000) 4. Klasifikasi Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu her nia menurut letaknya dan hernia menurut sifat atau tingkatanya. Adapun hernia menurut letaknya adaalah : a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek) Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga per ut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk) Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach. c. Hernia femoralis Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung. d. Hernia umbilikalis Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca oper asi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat. e. Hernia skrotalis Merupakan hernia inguinalis lateral yang me ncapai skrotum. Menurut sifat atau tingkatannya : a. Hernia reponibel. Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika be rdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus. b. Hernia ireponibel. Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum. c. Hernia inkaserata. Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga per ut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel. d. Hernia strangulata Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam kantung hernia terj epit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan. 5. Manifestasi klinik Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna, tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa te kanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut mem bentuk dinding medial hernia. 6. Komplikasi a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus . b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
a. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan pembedahan. a) Konservatif Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat anti analgetik yaitu mengurangi nyeri. b) Pembedahan Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai ke ndaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
b. Proses penyembuhan luka Proses fisiologi penyembuhan luka dapat dibagi kedalam 4 fase utama a) Respon inflamasi akut terhadap cedera Pada fase ini mencakup hemotasis pelepasan histamine dan mediator lain dari sel – sel yang rusak dan migrasi sel darah putih ( leukosit polimorfokuler dan makrofage ) ke tempat yang rusak tersebut. Hemostasis ini terjadi vasokontriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk membentuk sebuah bekuan. Respon dari jaringan yang rusak dan sel mast me lepaskan histamine dan mediator lain, sehingga menyebabkan vasodilatasi dari pembuluh darah sekeliling masih utuh serta meningkatnya penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga m enjadi merah dan hangat. Permeabilitas kapiler – kapiler darah meningkat dan cairan yang kaya akan protein mengalir kedalam spasium intertisiel, menyebabakan edema lokal dan mungkin hilangnya fungsi diatas sendi tersebut. Leukosit polimorfokuler ( folimorf ) dan makrofag mengadakan migrasi keluar kapiler dan masuk kedalam daerah yang rusak se bagai reaksi terhadap agens kemostatik yang dipacu oleh adanya cedera. Fase ini terjadi selama kurang lebih 0 – 3 hari. Fase ini merupakan bagian dari esensial dari proses penyembuhan dan tidak ada upaya yang dapat menghentikan proses ini, kecuali jika proses ini terjadi pada complement ter tutup dimana struktur – struktur penting mungkin tertekan ( missal luka bakar pada leher ). Meski demikian, jika hal tersebut diperpanjang oleh adanya jaringan yang mengalami devitalisasi secara terus – menerus, adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas, trauma kekambuhan oleh penggunaan yang tidak bijaksana preparat topical oleh luka. Seperti antiseptic, antibiotic, atau krim asam, sehingga penyembuhan diperlambat dan kekuatan regangan luka menjadi tetap rendah b) Fase destruktif Fase ini terjadi pembersihan jaringan yang mati dan yang m engalami devitalisasi oleh leukosit polimorfokuler dan makrofage. Polimorf menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktifitas polimorf yang hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut. Meski demikian, penyembuhan berhenti bila makrofag m engalami deaktivasi. Sel – sel tersebut tidak hanya mampu menghancurkan bakteri dan mengeluarkan jaringan yang mengalami devitalisasi serta fibrin yang berlebihan, tetapi juga mampu merangsang pembekuan fibroblast, yang melakukan sintesa struktur protein kolagen yang dapat merangsang angiogenesis ( fase III ). Fase ini terjadi selama ± 1 sampai 6 hari. c) Fase proliferasi Fase proliferasi yaitu pada saat pembuluh darah baru, yang diperkuat oleh jaringan ikat, me nginfiltrasi luka. Fibroblast meletakan substansi dasar dan serabut – serabut kolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka . Begitu kolagen diletakan, maka peningkatan yang cepat pada kekuatan regangan luka . Kapiler – kapiler dibentuk oleh tunas endothelial, suatu proses disebut angiogenesis . Bekuan fibrin yang dihasilkan pada fase I dikeluarkan begitu kapiler baru menyediakan enzim yang diperlukan . Tanda – tanda inflamasi mulai berkurang Jaringan yang dibentuk dari kapiler baru, yang menopang kolagen dan substansi dasar disebut jaringan granulasi karena penampakannya yang granuler. Warna merah terang. Fase ini terjadi selama kurang lebih 3 sampai 24 hari. Vitamin C yang penting selama sintesis kolagen berhenti. Faktor sistemik lain yang dapat memperlambat penyembuhan pada stadium ini termasuk defisiensi besi, hipoproteinemia, serta hipoksia. Fase proliferasi terus berlangsung secara lebih lambat seiring dengan bertambahnya usia.
d) Fase maturasi Fase ini mencakup re-epitelisasi, kontrasi luka dan reorganisasi jaringan luka. Dalam setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan dari sisa – sisa polikel rambut, serta glandula sebasea dan glandula sudorifera, mem belah dan mulai berimigrasi diatas jaringan gr anulasi baru. Karena jaringan tersebut hanya dapat berger ak diatas jaringan yang hidup, maka mereka lewat dibawah dermis yang mengering. Luka masih rentan terhadap trauma mek anis ( hanya 50 % kekuatan regangan normal kulit diperoleh kembali dari 3 bulan pertama ). Epitelisasi terjadi sampai 3 kali lebih cepat dilingkungan yang lembab ( dibawah balutan oklusi atau balutan semifermiabel ) dari pada lingkungan yang kering. Kontraksi luka biasanya merupakan suatu fenomena yang sangat membantu, yakni menurunkan daerah permukaan luka dan meninggalkan jaringan parut yang relative lebih kecil, tetapi kontraksi berlanjut dengan buruk pada daerah tertentu, seperti diatas tibia dan dapat menyebabkan distorsi penampilan pada cedera wajah, kadang – kadang jaringan fibrosa pada dermis menjadi sangat hipertrofi, kelemahan dan menonjol, yang pada kasus ekstrim menyebabkan jaringan parut keloid tidak sedap dipandang. 7. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Herniotomy. 1. Pengkajian a. Riwayat kesehatan dan keperawatan Riwayat kesehatan dan keperawatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan – kebiasaan pasien yang mencerminkan kebiasaan sehari – hari. b. Riwayat sosial Perawat dapat mengumpulkan data tentang cara hidup pasien, latar belakang pendidikan, sumber – sumber ekonomi, agama, kebudayaan dan etnik pada pasien hernia. c. Riwayat psikologis Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan konprehensif. Perawat dapat mengidentifikasi stress maupun sumber – sumber mengatasi stress ( koping ) untuk mengatasi penyakit dan perubahan yang ada. d. Aktifitas / istirahat Gejala Riwayat pekerjaan yang perlu dikaji. Jangan mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama. Tanda Atrofi otot pada bagian yang terkena, gangguan dalam berjalan dan ket erbatasan dalam mobilisasi. e. Eliminasi Gejala Konstifasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia / retensi urine. f. Integritas ego Gejala Ketakutan dalam timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan dan financial keluarga. Tanda Tanda cemas, depresi, menghindar dari keluarga / or ang terdekat. g. Neurosensori Gejala Kesemutan, kelemahan dari tangan dan kaki. Tanda Penurunan refleks tendon dan kelemahan otot, adanya persepsi nyeri.
h. Kenyaman / nyeri Gejala Nyeri seperti ditusuk pisau, akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, depekasi, nyeri yang tidak ada hentinya secara intermiten, nyeri dapat menjalar, ke kaki, lengan, bokong dan kaku pada leher, keterbatasan mobilisasi. Tanda dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan berbeda seperti biasanya, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada daerah luka operasi. i. Keamanan Pada luka operasi akan ditemukan adanya tanda nyeri, kemerahan, bengkak, demam dan penurunan fungsi. j. Penyuluhan / pembelajaran Gejala Gaya hidup monoton dan hiperaktif Rencana pemulangan Memerlukan perawatan luka Pertimbangan Lama perawawtan 7 – 14 hari 2. Diagnosa keperawatan a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi. Kriteria hasil Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang, Tanda – tanda vital dalam batas normal Wajah klien rileks. Rencana tindakan : 1) Observasi tanda – tanda vital. 2) Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang memperberat karaktersitik. 3) Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan seperti mengobrol, mendengarkan musik dan membaca buku. 4) Berikan posisi yang nyaman (semifowler) 5) Kolaborsi pemberian obat analgetik. b. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi infeksi tidak terjadi Kriteria hasil Luka kering, tidak ada pus. Tidak ada kemerahan. Tidak ada bengkak. Kerapatan luka tampak bagus. Rencana tindakan : 1) Observasi tanda – tanda infeksi ( tumor, rubor, dolor, kalor, fungsiolesa ). 2) Observasi tanda – tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu t ubuh. 3) Lakukan ganti balutan tiap hari. 4) Pertahankan perawatan luka dengan tehnik steril, aseptik dan antiseptik. 5) Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai i ndikasi 6) Monitor leukosits.. c. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi. Kriteria hasil klien dapat melakukan perawatan secara mandiri. Rencana tindakan : 1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya perawatan diri bagi klien. 2) Motivasi klien untuk melakukan akt ivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan. 3) Motivasi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klienseperti menggosok gigi, makan, minum. 4) Fasilitasi klien untuk melakukan kebersihan diri. 5) Ajarkan klien untuk melakukan pergerakan secara bertahap d. Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan hernia pasca operasi. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga mengerti tentang hal – hal yang harus dihindari untuk mencegah timbulnya hernia. Kriteria hasil Secara verbal klien mengert i perawatan selanjutnya antara lain dalam hal mencegah terulangnya penyakit henia. Rencana tindakan : 1) Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan hal-hal yang harus di per hatikan agar tidak terjadi kekambuhan. 2) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dapat di toleransi. 3) Anjurkan klien untuk makan tinggi serat. 4) Jelaskan tentang keseimbangan istirahat dan aktifits. 5) Anjurkan klien untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat. 6) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara perawatan luka di rumah.
II. RENCANA KEPERAWATAN Tabel 3.2 Post Operasi Herniatomy Atas Indikasi Hernia Inguinalis Lateral Dextra Reponible. No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional 1.
2.
3.
4.
Ganguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan k elemahan fisik
Resiko tinggi kekambuahan berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan cara pengobatannya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam r asa nyaman terpenuhi dengan kriteria: - Nyeri berkurang - Sekala 1-2 - Ekspresi wajah rileks
- TTV dalam batas normal - TD =120/80 mmHg - N = 96 x/menit - RR = 20 x/menit - S = 36,55oC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi tidak ter jadi dengan kriteria hasil: - Luka kering - Tidakada kemerahan - Tidak ada nanah/pus - Kerapatan jaringan baik - Suhu dalam batas normal (36oC-37oC) - Leukosit dalam batas normal (5000-10000/ul)
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, g angguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat teratasi, dengan kriteria hasil: - Klien tidak lemah - Kuku tangan dan kaki bersih dan pendek - Gigi bersih - Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, pengetahuan klien dan keluarga dapat bertambah, dengan kriteria hasil: - klien dan keluarga mampu menjelaskan tentang pengertian hernia . - Klien dan kelurga dapat menyebutkan penyebab dan akibat dari hernia - Klien dan keluarga dapat menjelaskan aktivitas yang dapat mempengaruhi terulangnya penyakit hernia.
1.1 Kaji lokasi dan kualitas nyeri (0-10) 1.2 Ukur TTV dan amati respon nonverbal
1.3 Ajarkan relaksasi nafas dalam dan distraksi (pengalihan: ngobrol, dll)
1.4 Berikan posisi yang nyaman (semifowler)
1.5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
2.1 Kaji daerah luka terhadap adanya tanda-tanda infeksi. 2.2 Ukur tanda-tanda vital, per hatikan peningkatan suhu tubuh. 2.3 Ganti balutan dengan memperhatikan tehnik aseptik dan antiseptik/steril
2.4 Kolaborasi dalam Pemberian antibiotik. 2.5 Monitor Leukosit.
3.1 Kaji kemampuan untuk pemenuhan aktivitas klien.
3.2 Ajarkan klienuntuk melakukan pergerakkan secara bertahap. 3.3 Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan 3.4 Fasilitas iklien dengan peralatan menggosok gigi (sikat gigi, dan gunting kuku)
3.5 Motivasi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klien seperti menggosok gigi, makan, minum.
4.1Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan hal – hal yang harus diperhatikan agar tidak terjadi kekambuhan
4.2 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dapat ditoleransi
4.3 Anjurkan klien untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat. 4.4 Anjurkan klien untuk makan tinggi serat.
4.5 Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah kambuhnya hernia 4.6 Memberikan Pendidikan kesehatan tentang cara perawatan luka di rumah.
Mengetahui kedalaman intensitas nyeri.
Mengetahui perubahan yang ditimbulkan akibat nyeri te rhadap TTV. Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman.
Menghindari penekanan pada daerah yang sakit dan dapat meningkatkan kenyamanan Dapat mengurangi nyeri atau rangsang pada serabut saraf nye ri. Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan.
Peningkatan suhu tubuh menandakan terjadinya infeksi karena infiltrasi leukosit ke daerah luka. Melindungi klien dari kontaminasi silang selama pergantian balutan. Balutan basah bertindak sebagai sumbu retrograd menyerap kontaminan eksternal. Untuk mengurangi infeksi akibat mikroorganisme.
Peningkatan leukosit menunjukan adanya infeksi Pengkajian di tujukan untuk membantu mengidentifikasi pemberian tindakan yang tepat dan efektif. Untuk mencegah terjadinya atrofi otot
Meningkatkan semangat klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Memberikan motivasi pada klien untuk menggosok gigi setiap hari dan meningkatkan kebersihan diri serta rasa nyaman klien. Meningkatkan semangat klien untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Mengkaji kebutuhan klien akan informasi mengenai penyakit hernia.
Pengkajian di tujukan untuk membantu mengidentifikasi aktifitas klien yang dapat berdampak pada kekambuhan Aktivitas yang berlebihan dapat menyebabkab kekambuhan
Menghindari terjadinya konstipasi pada klien.
Memberikan informasi yang adekuat sehingga pengetahuan keluarga bertambah untuk mencegah terjadinya kekambuhan / hernia berulang. Klien kooperatip dengan pejelasan perawat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia inguinalis adalah protusio usus lewat kanalis inguinalis yang ab normal. Keadaan ini bisa
congenital atau akuisita dan lebih sering ditemuka n pada laki-laki. Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritonium melalui annulus inguinalis internus yang yang terletak dari pembuluh darah epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut akan turun sampai ke scrotum disebut hernia scrotalis. Ada beberapa jenis hernia yaitu : • Hernia diafragmatik yaitu protrusi bagian organ abdomen melalui lubang pada diafragma. • Hernia hiatal sliding yaitu protrusi struktur abdomen (biasanya lambung) melalui hiatus esophagus. • Hernia hiatus yaitu suatu keadaan dimana terjadi perpindahan secara intermiten (sementara) atau secara permanent (menetap) bagian lambung disertai perpindahan bagian esophagus dari intra abdomen kedalam rongga dada (rongga thoraks) diatas diafragma melalui hiatus esophagus yang normal. • Dan lain-lain. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran umum dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hernia inginalis. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengkajian pada penyakit hernia inguinalis b. Mengetahui pengertian pada penyakit hernia inguinalis c. Mengetahui Etiologi, gejala, tindakan yang tepat untuk mengatasi hernia inguinalis d. Mengetahui evaluasi yang di harapkan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2003). Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000). Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital ( Cecily L. Betz, 2004). Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004). B. Anatomi Fisiologi Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdo minis, musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth,
2000) Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian proksimedial (Martini, H 2001). Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, ba gian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis (Martini, H 2001) C. Etiologi Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pens ylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah : 1. Kelemahan otot dinding abdomen. a. Kelemahan jaringan b. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal c. Trauma 2. Peningkatan tekanan intra abdominal. a. Obesitas b. Mengangkat benda berat c. Mengejan → Konstipasi d. Kehamilan e. Batuk kronik f. Hipertropi prostate 3. Faktor resiko: kelainan congenital D.Patofisiologi E. Manifestasi Klinik 1. Penonjolan di daerah inguinal 2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi. 3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen. 4. Terdengar bising usus pada benjolan 5. Kembung 6. Perubahan pola eliminasi BAB 7. Gelisah 8. Dehidrasi 9. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong. F. Pemeriksaan Penunjang 1.
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus. 2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000 – 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit. G. Komplikasi 1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. 2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit da n dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata. 3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata. 4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis. 5. Bila terjadi penyumbatan dan p erdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi. 6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki laki, 7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah, 8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi. 9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asid osis metabolik, abses. H. Penatalaksanaan 1. Kon servatif a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong. b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali. c. Celana penyangga d. Istirahat baring e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit. f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala. 2. Pembedahan (Operatif) : a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang. b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong. c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguin al. I. Proses keperawatan pada klien Hernia 1. Pengkajian : a) Pre operasi 1) Kemerahan, padat, nyeri, globular, bengkak yang tidak berkurang pada lipatan paha. 2) Rewel karena nyeri 3) Anoreksia 4) Muat muntah 5) Distensi abdomen 6 ) Tak ada peristaltic Usus. 7) Dehidrasi 8) Jika saluran usus mengalami isekemik atau gangren akan mengakibatkan syok, deman, tak ada bising usus, dan asidosis metabolik. b) Pasca Operasi 1) Nyeri abdominal, tibatiba hilang dan nyeri pada perforasi diikuti dengan peningkatan nyeri menyebar 2) Posisi miring dengan lutut fleksi memberikan rasa nyaman yang maksimal. 3) Distensi abdomen secara progrersif. 4) Muntah (mungkin terjadi setelah serangan nyeri). 5) Diare atau
konstipasi. 6) Penurunan atau hilangnya bising usus. 7) Demam. 8) Takipnea. 9) Pucat atau kemerahan. 10) Peka rangsang. 11) Gelisah dan dehidrasi (Tucker, 1999) c) Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: Hernia in guinalis lateralis adalah: 1. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca o perasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan. 2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan. 3. Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap komplikasi berhubungan dengan pembedahan. 4. Resiko tinggi terhadap infeksi pada retensi perkemihan akut, insisi dan pembedahan dan inflamasi skrotum terhadap herniorafi. 5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik skunder terhadap pembedahan. 6. penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tenta ng perawatan diri saat pasien pulang. d) Intervensi 1. Ansites berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi, takut tentang bebeapa aspek pembedahan. Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi ceria. INTERVENSI RASIONAL 1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pasca operasi, persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan praopeasi, tinggal diruang pemulihan, dan program pasca operasi informasikan pasien bahwa ob at nyeri sebelum nyeri menjadi berat. 2. Ajarkan dan usahakan pasien untuk : a. Nafas dalam b. Berbalik c. Turun dari tempat tidur d. Membabat bagian yang dibedah ketika batuk Jika ada, gunakanlah program audiovisual untuk membedakan khusus. 3. Biarkan pasien dan orang terdekat mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahan. Perbaiki jika ada yang kekeliruan konsep. Rujuk pernyataan khusus tentang pembedahan kepada ahli bedah. 4. Lengkapi daftar aktivitas pada daftar cek praopera si (Apendiks K). Beritahu dokter jika ada kelainan dari hasil tes laboratorium praoperasi. 5. Tegaskan penjelasan-penjelasan dari dokter. Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan kerjasama pasien selama pemulihan. mempertahankan konstan memberikan kontrol. nyeri terbaik Untuk mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan diri. Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber kekuatan orang terdekat adalah sistem . Pendukung bagi pasien. Agar efektif, system pendukung harus mempunyai mekanisme yang kuat. Daftar cek memastikan semua aktivitas yang diperlukan telah lengkap. Aktivitas tersebut dirancang untuk memastikan pasien telah siap secara fisiologi, untuk pembedahan, sehingga mengurangi resiko lamanya penyembuhan. Pengulangan-pengulangan tersebut mendorong untuk belajar. 2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan Tujuan : pasien tidak merasa takut, postur tubuh rileks, tidak mengeluh nyeri atau nyeri berkurang . INTERNVENSI RASIONAL 1. Pantau : a. Tekanan darah, ,nadi dan pernafasan setiap 4 jam b. Intensitas nyeri c. Tingkat kesadaran 2. Berikan obat analgetik jika dibutuhkan dan evaluasi keefektifannya. berikan obat analgestik sesuai dengan nyeri yang dirasakan
pasien. a. Nyeri ringan-analgetik oral-oral non-narkotik. b. Nyeri sedang-analgetik orloral narkoti atau obat entiinflamasi nonsteroid (nsaid) seperti torodal. c. Nyeri hebatanalgetik narkotik secara parenteral. 3. Memberitahu do kter jika nyeri bertambah buruk atau tidak ada respons terhadap analgetik yang diberikan sampai pemberian obat selanjutnya. 4. Memberitahukan dokter efek yang merugikan dari analgesik narkotik dan intervensi dengan tepat: a. Depresi pernafasan 1) pernafasan tidak teratur kurang dari 12 menit. 2) berikan nalokson hci(narcan) iv sesuai pesanan. 3) berikan separuh dosis obat narkotik selama pengaruh anesta. Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan Pasien yang paling dapat menilai intensitas nyeri, sebab n yeri adalah pengalaman subyektif. Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri yang lebih hebat. Ini merupakan indikasi bahwa perlu analgesik yang lebih besar bila mulai ada komplikasi. Defresi pernafasan adalah efek samping yang paling utama dari analgetik narkotik antagonis.. b. Sedasi Jika pasien sulit untuk bangun, kurangi jumlah analgesik dan hindarkan pemberian obat yang lain yang menyebabkan penekanan system syaraf pusat (hipnotik). c. Konstipasi Anjurkan masukan cairan bebas, makanan tinggi serat dan lunak fases. d. Retensi Urin Kateter dianjurkan jika pasien mengeluh tidak mampu untuk mengeluarkan urine walaupun dengan mengedan yang menyertai distensi suprapubis. 5. Bantu pasien untuk mengambil posisi yang n yaman. Tinggikan ekstremitas yang terasa sakit. Tekuk lutut dengan menggunakan bantal atau penyokong lutut ditempat tidur untuk menurunkan ketegangan otot-otot perut setelah tindakan bedah atau bila ada nyeri dipunggung. 6. Pakai kompres es atau kompres panas (kalau tidak ada kontraindikasi). Hindarkan kompres panas untuk luka dan insisi baru. 7. Ajarkan pasien teknik bernafas berirama untuk nyeri yang ringan sampai yang sedang dalam hubungannya dengan n yeri yang lain meringankan intervensi. Sedasi yang berlebihan adalah gejala-gejala takar lajak obat. Pasien dengan gagal ginjal, penyakit hepar dan lanai adalah paling mudah terkena efek samping takar lajak obat. Kontipasi adalah masalah bagi yang menggunakan analgetik narkotik yang lama. Rertensi urine lebih sering terjadi ped ang analgetik narkotik, yang mengontrol nyeri kuat Tempatkan tubuh pada posisi yang nyaman untuk mengurangi penekanan dan mencegah untuk mengurangi penekanan dan mencegah otototot tegang membantu menurunkan rasa tidak nyaman. Dingin mencegah pembengkakan. Panas melemaskan otot dan pembuluh darah berdilatasi untuk meningkatkan sirkulasi. Distaksi mengganggu stimulas nyeri dengan mengurangi rasa nyeri. Distaksi tidak mengubah intensitas nyeri. Paling baik digunakan untuk periode pendek pada nyeri ringan sampai sedang. .8. Berikan istirahat sampai nyeri hilang.Kurangi k ebisingan dan sinar yang terang.Jaga kehangatan pasien dengan selimut ekstra. Istirahat menurunkan pengeluaran energi. Vasokonstruksi perifer terjadi pada nyeri hebat dan menyebabkan pasien panas merasa dingin. Biasanya rangsangan lingkungan yang kuat, memperhebat persepsi pasien 3. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan pembedahan. Tujuan : tidak ada infeksi tidak ada pendarahan, penyembuhan luka. INTERVENSI RASIONAL 1. Pantau keadaan tepi luka ketika mengganti verban. 2. Agar pasien
menahan insisi abdomen ketika batuk. 3. Jika terjadi dehisens, tutup insisi dengan verban steril yang dibasahi larutan saline untuk melindunginya.Beritahu dokter. 4. Berikan perawatan luka dengan menggunakan teknik aseptik yang ketat. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Untuk mencegah tegangan pada jahitan. Lembab melindungi jaringan agar tidak mengering. Infeksi luka adalah penyebab utama dehisens. 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan resensi perkemahan akurat, insisi pembedahan, dan inflamasi skrotum sekunder terhadap herntrofi. Tujuan : Urine jerih kuning atau kekuning-kuningan, berkemah tanpa keluhan ketidak nyamanan, suhu 37o, luka sembuh, SDP diantara 5000-10.000/mm3. INTERVENSI RASIONAL 1. Pantau a. Untuk kesulitan berkemih setiap 8 jam. b. Masukkan dan keluaran setiap 8 jam. c. Warna dan ukuran skrotum setiap hari. d. Penampilan luka pada penggantian balutan. e. Suhu setiap 4 jam. 2. Laporkan pada dokter temuan tentang: a. Ketidakmampuan berkemih disertai dengan distensi suprapubis b. Sering kemih dengan jumlah sedikit.Katerisasi sesuai pesanan. 3. Konsultasi dokter bila pasien mengalami bengkak dan ekimosis skrotum atau nyeri berkemih dengan bau tak sedap, urine keruh.Berikan kompres es dan sokong scrotal sesuai pesanan. Berikan antibiotik yang diprogramkan. Tingkatkan masukan cairan sampai sedikitnya 2-3 setiap hari. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau pen yampaian dari hasil yang diharapkan. Temuan ini menandakan retensi perkemihan akut dan memerlukan katerisi untuk mengosongkan kandung kemih. Retensi perkemihan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Temuan ini menandakan infeksi kompres dingin dan peninggian membantu menghilangkan bengkak. Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi. Cairan membantu pembilasan ginjal dan meningkatkan antibiotik lebih baik. 5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan. Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan dan mengungkapkan ADL terpenuhi. INTERVENSI RASIONAL 1. Tentukan tingkat bangunan yang diperlukan. Berikan bantuan dengan ADL sesuai keperluan. Membiarkan pasien melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya. 2. Berikan waktu yang cukup bagi pasien untuk melaksanakan sktivitas. 3. Instruksikan pasien adaptasi diperlukan u ntuk melaksanakan ADL.Dimulai dengan tugas yang mudah dilakukan dan berlanjut sampai tugas yang sulit. Berikan pujian untuk keberhasilan tersebut. Untuk mendorong kemandirian Membebani pasien dengan aktivitas menyebabkan frustasi. Untuk mendorong kemandirian pujian memotivasi untuk terus belajar. 6. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang. Tujuan : Menyatakan mengerti tentang instruksi, melaksanakan dengan tepat keterampilan perawatan diri yang diperlukan. INTERVENSI RASIONAL 1. Pastikan pasien memiliki instruksi tertulis tentang perawatan diri dan perjanjian untuk kunjungan evaluasi. 2. Ajarkan dan biarkan pasien merawat luka jika penggantian verban perlu dilakukan di rumah. Tekankan pentingkan mencuci sebelum dan sesudah merawat luka 3. Evaluasi kebutuhan bantuan
perawatan di rumah tersedianya sistem pendukung yang memadai untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Hubungi perencana atau pemulangan pasien untuk mengatur bantuan perawatan di rumah jika memerlukan bantuan tetapi tidak mempunyai system pendukung di rumah. 4. Instruksikan pasien untuk memberitahu dokter jika terjadi infeksi luka, kemerahan, nyeri tekan, drainase, demam. 5. Pastikan pasien mempunyai persediaan yang cukup untuk perawatan luka dan resep untuk analgetik. Instruksi verbal akan mudah terlupakan Praktik akan membantu pasien mengembangkan keyakinannya dengan perawatan diri. Juga memungkinkan perawat mengevaluasi kemampuan pasien melaksanakan keterampilan tersebut sendiri dan menentukan apakah diperlukan bantuan.Tindakan untuk mencegah infeksi harus dilanjutkan sampai luka benar-benar sembuh. Layanan sosial atau perencanaan pemulangan pasien berfungsi sebagai penghubung yang penting untuk memindahkan pa sien ke lingkungan rumah atau fasilitas perawatan luar untuk memastikan kelanjutan penyembuhan atau rehabilitasi. Diperlukan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Persediaan penting untuk mengurangi k ecemasan yang pada umumnya berhubungan dengan pemulangan pasien. Analgetik memberi kenyamanan dan mendorong untuk tidur. 6. Instruksikan agar pasien beristirahat sepanjang hari, secara bertahap melakukan aktivitas serta menghindari benda-benda berat dan latihan yang berlebihan. Pembedahan adalah stresor. Laporan Kasus Laporan kasus pada Tn. M dengan diagnosa medik Hernia Inguinalis Lateral (HIL) Tanggal pengkajian : 14 Januari 2013 Tanggal Operasi : 14 Januari 2013 Tempat Praktek : Ruangan OK RS BLUD 1. Pre operatif care Pada pukul 09.30 wib klien Tn.O dibawa dari ruangan perawatan dengan menggunakan brankar, identitas klien sebagai berikut : Identitas Nama pasien : Tn.O Jenis kelamin : Laki – laki Usia : 67 tahun Status perkwinan : Kawin Agama : Islam Suku : Melayu Pekerjaan : Pensiunan TNI AD Alamat : Kp Bina Warga Diagnosa medik : HIL 2. Keluhan utama Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada selangkangan kiri yang terasa nyeri 3. Riwayat penyakit Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada selangkangan kiri sebesar telur ayam. Benjolan tersebut muncul semenjak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul. Benjolan terasa nyeri. Pasien mempun yai riwayat penyakit malaria. 4. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Baik Tingkat kesadaran : CM GCS : E 4 V 6 M 5 Nilai normal GCS : 15 Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 Nadi : 80 Suhu : 36 C Pernafasan : 22X/i Insfeksi : - Frekuensi pernafasan 22X/i - Abdo men simetris, tidak ada jaringan parut, tidak ada kemerahan - Kulit bersih, sawo matang, tugor kulit normal Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian abdomen 5. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan hematologi : HB : 14,4 gr% Leukosit : 5500 mm3 Eritrosit : 4,8 jt/mm3 Trombosit : 189.000 mm3 PCV : 45 V% Pemeriksaan urin : Eritrosit : 0-2 /LP Leukosit : 2-3 /LP Epitel : 5-7 / LP Gula darah acak : 95mg/dl SGPT : 23 u/I 6. Persiapan klien a. Klien dipakaikan baju OK b. Bulu pubis dan disekitar nya telah dicukur c. Puasa (mulai dari jam 1 malam) d. Hasil pemeriksaan laboratorium e. Hasil foto to rak f. Inform consent : ditanda tangani oleh ny. Asri ( istri ) g. Klien terpasang infus R/L 20 t/i 7. Persiapan instrumen dan kamar operasi - Skapel - Pinset anatomis - Pinset serugis -
Guntingan jaringan - Gunting benang - Nal pudel - Klem - Koher - Hak - Stiil dep Pemegang disenfektan - Double hak - Duk klem - Gaun operasi - Duck besar : 2 buah Puck sedang : 4 buah - Jas operasi : 4 buah - Hand scon : 4 buah Alat penunjang - Diatmi congulation : 1 buah - Oksimeter : 1 buah - Suction pump surgery : 1 buah - Monitor : 1 buah - Lampu operasi : 1 buah - Meja instrument : 1 buah - Benang - Cromic : 1 buah Plain : 1,2/0 - Silk : 1,2/0 , 3/0 - Polypropylene : 3/0 8. Pelaksana operasi Operator : dr. Robet. SpB Asisten : zr. Cinta dan br. Povon Perawat sirkulasi : Perawat Elvi Ahli anastesi : dr. Ahmad Rusdi, SPAN Jenis anastesi : Anastesi spinal Obat anastesi : Bupivacaine Spinal 5mg 9. Persiapan diruang penerimaan / pre operasi Pukul 09:30 WIB : klien berada di ruang transit untuk menunggu dilakukannya tindakan operasi oleh tim operasi. Klien memakai baju operasi Pukul 09:31 WIB : klien dibaringkan di brangkar oleh prawat Pukul 09:33 WIB : perawat melakukan pengkajian pre operatif kepada klien Pukul 09:35 WIB : tim operasi melakukan persiapan alat-alat untuk operasi, melakukan persiapan kamar operasi, melakukan persiapan personel untuk melakukan tindakan operasi. 10. Intra operasi Pukul 09:40 WIB : klien dinaikkan ke meja operasi Pukul 09:45 WIB : perawat anastesi menyiapkan obat, posisi klien untuk dilakukan tindakan anastesi, melakukan injeksi lumbal (Bupivacaine Spinal 5mg), melakukan injeksi IV Bolus (Onasentron 8mg) Pukul 09:50 WIB : Operator dan asisten perasi mencuci tangan dengan menguunakan antiseptic hybrid scrub dengan teknik sterelisasi lalu dibilas dengan alcohol 96% (scrubbimg), operator dan asisten operasi memakai jas operasi (gowning), selanjutnya memakai sarung tangan steril (gloving) Pukul 10:00 W IB : Asisten operasi mendesinfeksi daerah insisi dengan bethadine (iodium providen) 10%. Dimana tubuh klien ditutup dengan kain steril yang dimulai dari kaki, bagian kepala samping kanan dan kiri, untuk membentuk batas tegas operasi atau d aerah insisi Pukul 10:10 WIB : insisi 1-2 cm di atas ligamentuminguinal sehingga tembus searah dengn seratnya, sayatan diperluas dari lateral hingga cincin internal sampai tuberculum pubicum. Pisahkan dan ligasi vena dari jaringan subkutan. Selanjutnya insisi di bersihkan dan ditutup oleh kasa steril yang sudah diberi bethadin 10% lalu diplester operator dan asisten melepas jas operasi, mencuci tangan, perawat instrumen mencuci alat-alat dan membersihkan kamar operasi. Pukul 10:30 WIB : klien selesai operasi selanjutnya dipindahkan ke RR (Recovery room) 11. Post operasi care Klien dipindahkan keruangan RR pukul 10.32 WIB dengan kesadaran CM, klien terpasang infuse R/L dengan 20 tetes. Hasil TTV yaitu : a. TTV (Post operasi) 10.35 Tekanan darah : 120/90 Nadi : 90x/menit Suhu : 36C Pernafasan : 20x/menit b. TTV (Post operasi) 11.00 Tekanan darah : 110/80 Suhu : 35 C Nadi : 86x/menit Pernafasan : 20x/menit c. Instruksi dokter Bedrest : total Diit : bubur saring d. Terapi medis Tramadol : 2x1 Deksametasol : 2x1 Ranitidine : 2x1 Efinefrin : 2x1 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Hernia adalah penonjolan sebuah orga n atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot perut. Hernia umumn ya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, sebuah peritoneal kantung, dan yang mendasarinya visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan
struktural cacat atau yang berhubungan dengan melemahnya otot-otot normal. Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 7 5% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau insisional dinding abdomen, 3% adalah hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan diafragmatik hernia. B. SARAN Adapun saran yang penulis sampaikan adalah diharapkan agar pembaca melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu. Menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah herniasi. Awal pengakuan dan diagnosis herniasi sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah herniasi terjadi, individu harus mencari perhatian medis dan menghindari men gangkat dan tegang, yang berkontribusi pada cekikan. Daftar Pustaka 1. Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI 2. Smeltzer,Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta; EGC 3. Istiqomah, Indriana. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan HIL. Jakarta; EGC Current Articles | Archives | Search
Analgesik Oral yang Efektif untuk Penanganan Nyeri Akut Pasca-operasi Oleh Admin Kalbe Medical January 10, 2013 08:08
Tinjauan Cochrane terbaru membahas mengenai beberapa jenis obat analgesik oral yang efektif untuk penanganan nyeri akut pasca-operasi. Tinjauan ini mencakup 350 studi berkualitas tinggi (45.000 pasien) mengenai efektivitas obat analgesik oral (bahan aktif tunggal atau kombinasi) untuk penanganan nyeri akut pasca-operasi.
Kepala peneliti, dr. Andre Moore ( Pain Research Nuffield Division of Anaesthetics, University
of Oxford , United Kingdom) mengatakan bahwa terdapat penjelasan mengapa satu obat tidak dapat bekerja untuk semua pasien dengan rasa nyeri. Dalam tinjauan cochrane ini, peneliti mengidentifikasi beberapa obat analgesik oral yang efektif untuk penanganan nyeri akut pascaoperasi. Semakin rendah numbers needed to treat -nya, suatu obat dikatakan semakin efektif. Obat dengan low numbers needed to treat :
Analgesik Oral
Nu mber N eeded to Tr eat 95% Conf idence I nterval
Ibuprofen 400 mg
2,5
2,4 – 2,6
Diclofenac 50 mg
2,7
2,4 – 3,0
Etoricoxib 120 mg
1,9
1,7 – 2,1
2,2
1,8 – 2,9
2,5
2,2 – 2,9
Naproxen 500/550 mg 2,7
2,3 – 3,3
Codeine 60 mg + aracetamol 1000 mg Celecoxib 400 mg
Beberapa obat memiliki durasi kerja yang panjang (≥8 jam). Obat-obat tersebut antara lain: etoricoxib 120 mg, diflusinal 500 mg, oxycodone 10 mg + paracetamol 650 mg, naproxen 500/550 mg, dan celecoxib 40 mg.
Peneliti mengatakan bahwa jika tidak ada bukti yang kuat mengenai efikasinya, obat-obat tersebut sebainya tidak digunakan dalam penanganan nyeri akut. Dr. Moore mengatakan bahwa aracetamol 1000 mg merupakan analgesik yang buruk. Kesimpulan: