Hidrosefalus
Citra anggar kasih masang 10-2010-139 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat. Email :
[email protected]
PENDAHULUAN
Hidrosefalus adalah gangguan pada sistem ventrikel yang berdilatasi dan mengandung CSS dalam jumlah berlebihan. Penimbunan cairan ini terjadi akibat ketidakseimbangan pembentukkan dan penyerapan CSS. Produksi hampir selalu normal, dan gangguan terjadi dalam proses penyerapan, baik dari sumbatan mekanis maupun fungsional aliran cairan di sepanjang jalur normal, sehingga mengganggu mekanisme penyerapan normal. Selama proses dilatasi ventrikel, terjadi peningkatan tekanan dalam sistem ventrikel dengan derajat bervariasi, baik sementara maupun menetap. Hidrosefalus dapat dibagi menjadi bentuk komunikans dan non komunikans. Pada hidrosefalus non komunikans, cairan ventrikel tidak berhubungan dengan cairan CSS di dalam ruang subarachnoid tulang belakang atau sisterna basalis. Hal ini secara tidak langsung menandakan penyumbatan aliran CSS di dalam sistem ventrikel, misalnya pada foramen monro, aquaductus sylvii, atau ventrikel ke empat dan lubang keluarnya. Pada hidrosefalus komunikans sumbatan terjadi diluar sistem ventrikel dan cairan di dalam ventrikel berhubungan dengan ruang subarachnoid spinalis dan sisterna basalis. Sumbatan atau gangguan penyerapan total CSS menyebabkan janin tidak mampu bertahan hidup.
1
1|Hidrosefalus obstruktif
2
ANAMNESIS
Anamnesis adalah
pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Keluhan utama : kepala anaknya lebih besar melebihi teman sebayanya, rewel, tidak mau minum susu, dan juga sering melirik kearah bawah. Anamnesis tambahan : Riwayat penyakit sekarang : Jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, waktu termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktorfaktor apa yang membuat penyakitnya membaik, memburuk, tetap, apakah keluhan konstan, intermitten. Informasi harus dalam susunan yang kronologis, termasuk test diagnostik yang dilakukan sebelum kunjungan pasien. Riwayat penyakit dan pemeriksaan apakah ada demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah. Dari kasus didapat : -
Kepala anak membesar
-
Rewel, tidak mau minum susu
-
Mata sering melirik ke bawah
Riwayat keluarga Riwayat penyakit dahulu : Pernahkah pasien mengalami gejala yang sama sebelumnya. Riwayat perinatal : -
Anak lahir normal atau prematur ?
-
Berat badan lahir ?
1,2
PEMERIKSAAN FISIK
Lingkaran kepala Pengukuran lingkar kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal. Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi 2|Hidrosefalus obstruktif
pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan sutura secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh. Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya ukuran lingkar kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar kepala terus bertambah besar, sutura-sutura melebar demikian juga fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang. Beberapa penderita hidrosefalus kongenital dengan ukuran kepala yang besar saat dilahirkan sehingga sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa kasus memerlukan operasi seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe ini dilahirkan dengan ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan secara cepat terjadi perubahan proporsi ukuran kepalanya. Akibat penonjolan lobus frontalis, bentuk kepala cenderung menjadi brakhisefalik, kecuali pada sindrom Dandy-Walker di mana kepala cenderung berbentuk dolikhosedalik, karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior. Sering dijumpai adanya “Setting Sun Appearance / Sign”, yaitu adanya retraksi dari kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah dari isi ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti matahari terbenam. Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan. Pada perkusi kepala anak akan terdengar suara “cracked pot”, berupa seperti suara kaca retak. Selain itu juga dijumpai gejala-gejala lain seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental, kegagalan untuk tumbuh secara optimal. Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema, tapi pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara pelan sikap tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi pada tungkai. Gerakan anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar. 1. Bayi Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala : -
Kepala makin membesar 3 | H i d r o s e f a l u s o b s t r u k t i f
-
Vena-vena kepala prominen
-
Ubun-ubun melebar dan tegang
-
Sutura melebar
-
“cracked“cracked- pot pot sign”, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah semangka pada perkusi kepala
-
Perkembangan motorik terlambat
-
Perkembangan mental terlambat
-
Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)
-
“cerebral cry”, yaitu yaitu tangisan pendek, bernada tingii dan bergetar
- Nistagmus horisontal -
“sunset phenomena”, yaitu bola mata terdorong kebawah oleh tekanan dan penipisan tulang-tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.
2. Anak Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial: -
Muntah proyektil
-
Nyeri kepala
-
Kejang
-
Kesadaran menurun
-
Papil edema
1,3
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen foto kepala, dengan prosedur ini dapat diketahui: Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosesus klinoidalis posterior. Tampak cranium yang membesar atau sutura yang melebar. 2. Transimulasi Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang 4|Hidrosefalus obstruktif
dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm. 3. Ventrikulografi Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan 4. Ultrasonografi Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak ti dak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel. Hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan. 5. CT Scan kepala Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorbsi tranpendimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarachnoid di proksimal dari daerah sumbatan. Untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya.
5|Hidrosefalus obstruktif
6. MRI Pemeriksaan MRI dilakukan pada hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor atau malformasi vaskuler, dan sistem ventrikuler yang berseptum atau lokulasi.
WORKING DIAGNOSIS
1. Hidrosefalus obstruktif DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Hidrosefalus Obstruktif atau non komunikans Terjadi bila CSS otak terganggu (gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis aquaduktus sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus adalah
6|Hidrosefalus obstruktif
sindrom Dandy-Walker, Atresia foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematom subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).1
2. Hidrosefalus Komunikans Keadaan hidrosefalus dimana aliran cairan dari sistem ventrikel ke ruang subarakhnoid tidak mengalami sumbatan, biasanya terjadi karena lebih banyak produksi CSS dibanding direabsorpsi. 1
1,3
ETIOLOGI
Hidrosefalus bukan disebabkan berbagai keadaan seperti perdarahan, infeksi, tumor, atau kelainan kongenital. Penyebab terjadinya hidrosefalus pada bayi dan anak dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Penyebab bawaan (kongenital):
Stenosis akuaduktus silvii (10%)
Malformasi Dandy-Walker (2-4%)
Malformasi Arnold-Chiari tipe 1 dan 2
Agenesis Foramen Monro
Toksoplasmosis kongenital
Sindroma Bickers-Adams
2. Penyebab didapat
Tumor (20%), misalnya meduloblastoma, astrositoma, kista, abses atau hematoma
Perdarahan intravaskular
Meningitis bakterial
Peningkatan tekanan sinus venosus (akondroplasia, kraniostenosis atau trombosis venous)
Iatrogenik : hipervitaminosis A dapat menyebabkan peningkatan sekresi cairan serebrospinal atau meningkatkan permebialitas sawar darah otak, sehingga menimbulkan hidrosefalus
7|Hidrosefalus obstruktif
Fisiologi Cairan Serebrospinal (CSS)
Sebagian besar (80-90%) CSS dihasilkan oleh pleksus khoroidalis pada ventrikel lateralis sedangkan sisanya (10-20%) di ventrikel III, ventikel IV, juga melalui difusi pembuluh-pembuluh ependim dan piameter. Proses pembentukkan CSS melalui dua tahap, yaitu: Tahap ke I: Pembentukan ultrafiltrat plasma oleh tekanan hidrostatika, melalui celah endotel kapiler koroid di dalam stroma jaringan ikat di bawah epitel vili. Tahap ke II: Perubahan ultrafiltrat plasma ke dalam bentuk sekresi oleh proses metabolisme aktif di dalam epitel khoroid Mekanisme dari proses ini belum diketahui secara pasti, tetapi diduga merupakan aktivasi pompa Na-K-ATPase dengan bantuan enzim karbonik anhidrase Kecepatan pembentukkan CSS 0,3 – 0,4 cc/menis atau antara 0,2 – 0,5 volume total per menit dan ada yang meyebut 14 – 38 38 cc/jam. Sekresi total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4 – 5 5 kali/hari. Pada neonatus jumlah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa. Pada hakekatnya susunan CSS sama seperti cairan interseluler otak, ventrikel dan ruang subarachnoid. CSS stetelah diproduksi oleh pleksus khoroideus pada ventrikel lateralis akan mengalir ke ventrikel III melalui foramen Monroe. Selanjutnya melalui akuaduktus serebri (Sylvius) menuju ventrikel IV. Dari ventrikel IV sebagian besar CSS dialirkan melalui foramen Luschka dan Megndi menuju ruang subarachnoid, setinggi medulla oblongata dan hanya sebagian kecil CSS yang menuju kanalis sentralis. Dalam ruang subarachnoid CSS selanjutnya menyebar ke segala arah untuk mengisi ruang subarachnoid, serebral maupun spinal. Absorbsi CSS dilakukan oleh vili-vili arachnoid yang jumlahnya sangat banyak pada permukaan hemisferium serebri, basis serebri dan sekeliling radiks nervi spinalis.5
8|Hidrosefalus obstruktif
1,3
PATOFISIOLOGI
Sumbatan akut aliran CSS menyebabkan pelebaran sistem ventrikel dengan cepat. Hal ini pada awalnya dimulai dengan kornu frontalis dan oksipitalis ventrikel lateral lalu diikuti oleh dilatasi simetris sisa ruang intraserebral yang berisi CSS. Mekanisme kompensasi berusaha mengurangi volume kompartemen intrakranium lain. Ruang subaraknoid di atas hemisfer mengalami obliterasi sewaktu girus menjadi rata dan sulkus menekan kranium. Sistem vaskular juga tertekan, dan tekanan vena dalam sinus dura meningkat. Lapisan serebrum menipis seiring dengan pelebaran ventrikel. Pada saat ini, massa total jaringan otak mungkin tidak berubah. Lapisan ependim sistem ventrikel terganggu, dan CSS meresap secara langsung ke dalam parenkim otak. Perpindahan CSS transpendima ikut berperan menimbulkan edema sustansia alba (interstisium) periventrikel. Mekanisme kompensasi lain yang terjadi pada bayi adalah pembesaran volume rongga intrakranium mengakibatkan pelebaran sutura kranium. Pada hidrosefalus kronis, substansia alba akhirnya mengalami atrofi, dan substansia grisea akhirnya akan terpengaruh. Aliran darah otak berkurang, terutama pada substansia alba dibandingkan dengan substansia grisea. Tekanan intrakranial dapat berkurang, dibandingkan dengan tekanan maksimum yang dicapai sebelumnya, karena pembesaran sistem ventrikel menghasilkan peningkatan luas permukaan sehingga gaya yang ditimbulkan cairan menjadi tersebar dan tekanan menurun. Hidrosefalus obstruktif atau tidak berkomunikasi berkembang paling lazim pada anak karena kelainan akuaduktus atau lesi pada ventrikel keempat. Hidrosefalus non-obstruktif atau berkomunikasi paling lazim mengikuti perdarahan subaraknoid, yang biasanya merupakan akibat perdarahan intraventrikular pada bayi prematur. Darah dalam ruang subaraknoid dapat menyebabkan obliterasi sisterna atau vili araknoid, dan obstruksi aliran CSS. Pada prinsipnya hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara produksi, obstruksi dan absorbsi dari CSS. Adapun keadaaan-keadaan yang dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan tersebut adalah: 1. Disgenesis serebri
9|Hidrosefalus obstruktif
46% hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan yang terbanyak adalah malformasi Armold-Chiary. Berbagai malformasi serebral akibat kegagalan dalam proses pembentukkan otak dapat menyebabkan penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjadi akibat kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri 2. Produksi CSS yang berlebihan Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering adalah papiloma pleksus khoroideus, hidrosefalus hidrosefalus jenis ini dapat disembuhkan 3. Obstruksi aliran CSS Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam kategori ini. Obstruksi dapat terjadi di dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi dapat disebabkan beberapa kelainan seperti: perdarahan subarachnoid post trauma atau meningitis, di mana pada kedua proses tersebut terjadi inflamasi dan eksudasi yang megakibatkan hambatan dari aliran alir an CSS. Tumor fossa posterior juga dapat menekan dari arah belakang yang mengakibatkan arteri basiliaris dapat menimbulkan obstruksi secara intermiten, dimana obstruksi tersebut berhubungan dengan pulsasi arteri yang bersangkutan 4. Absorbsi CSS berkurang Kerusakan vili arachnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorbsi CSS, selanjutnya terjadi penimbunan CSS. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan kejadian tersebut adalah: Post meningitis Post perdarahan subarachnoid Kadar protein CSS yang sangat tinggi 5. Akibat atrofi serebri Bila karena sesuatu terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul penimbunan CSS yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi tersebut. Terdapat beberapa tempat yang merupakan predileksi terjadinya hambatan aliran CSS
10 | H i d r o s e f a l u s o b s t r u k t i f
1) Foramen Interventrikularis Monroe Apabila sumbatan terjadi unilateral maka akan menimbulkan pelebaran ventrikel lateralis ipsilateral 2) Akuaduktus Sserebri (Sylvius) Sumbatan pada tempat ini akan menimbulkan pelebaran kedua ventrikel lateralis dan ventrikel III 3) Ventrikel IV Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua ventrikel lateralis, dan ventrikel III dan akuaduktus serebri 4) Foramen Mediana Magendie dan Foramina Lateralis Luschka Sumbatan pada tempat-tempat ini akan menyebabkan pelebaran pada kedua ventrikel lateralis, ventrikel III, akuaduktus serebri dan ventrikel IV. Keadaan ini dikenal sebgai sindrom Dandy-Walker 5) Ruang Subarachnoid di sekitar medulla oblongata, pons, dan mesenfalon Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari seluruh sistem ventrikel. Akan tetapi apabila obstruksinya pada tingkat mesensefalon maka pelebaran ventrikel otak tidak selebar seperti jika obstruksi terjadi di tempat lainnya. Hal ini terjadi karena penimbunan CSS di sekitar batang otak akan menekan ventrikel otak dari luar.
EPIDEMIOLOGI
Insiden hidrosefalus antara 0,2- 4 persen setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosefalus konginetal adalah 0,5- 1,8 persen pada setiap 1000 kelahiran dan 11 – 43 43 persen disebabkan oleh stenosis akuaduktus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insiden untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebakan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil : 46 % adalah abnormalitas perkembangan otak
11 | H i d r o s e f a l u s o b s t r u k t i f
50 % karena perdarahan subarakhnoid dan meningitis
Apabila dicermati, terlihat bahwa dari tahun ke tahun, insiden (kasus baru) maupun prevalensi antara kasus lama dan kasus baru relatif tidak bertambah.6
1,3,4,6
PENATALAKSANAAN
Informasi, edukasi yang harus diberikan: 1. Diberikan pengarahan dan edukasi tentang pelaksanaan apa yang dapat dilakukan pada anak pilihan apa saja yang dapat dipilih oleh orang tua 2. Rawatan susulan kepada anak setelah menjalankan terapi operatif untuk mencegah berlaku komplikasi. Contohnya Contohnya seperti infeksi 3. Gejala kejang hendaklah ditangani dengan secepatnya agar anak tidak mengalami kecederaan neurologis yang parah. 4. Obat-obatan yang perlu diambil dan efek samping yang terdapat pada obat tersebut diedukasikan kepada orang tua Penatalaksanaan gizi Pasien diberi asupan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein karena pasien masih lagi sedang bertumbuh kembang pada kadar yang cepat Terapi medikamentosa 1. Asetazolamid, dosis: 2 mg/kgBB/hari, diberikan 3 kali dosis (obat ini diberikan untuk mengurangi cairan) 2. Furosemid, 1 mg/kgBB/hari, diberikan 3 hingga 4 kali dosis Fungsi : memobilisasi cairan eksternal dengan menghambat reabsorbsi Na dan air Efek samping : lemah, haus, konstipasi, pandangan kabur 3. Diazepam (per oral), 0,3 mg/kgBB/kali Fungsi : menghambat gejala kejang pada tubuh Efek samping : mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernafasan, laringospasme dan henti jantung 12 | H i d r o s e f a l u s o b s t r u k t i f
Terapi Operatif Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
1. “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar. 2. Operasi pintas/”Shunting”. Ada 2 macam: a. Eksternal. CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal. b. Internal. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain. - Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen). - Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan. - Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior . - Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus. - Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum - Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum. “Lumbo Peritoneal Shunt” - CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan. Rehabilitasi medis Pada masalah kejang dilakukan untuk mengatasi masalah nyeri dan kejang otot, di samping untuk memperluas lingkup gerak sendi.
13 | H i d r o s e f a l u s o b s t r u k t i f
KOMPLIKASI
3
1. Peningkatan TIK (Tekanan Intrakranial) 2. Infeksi malfungsi paru 3. Keterbelakangan perkembangan kognitif, psikososial dan fisik 4. IQ menurun 5. Hernia serebri 6. Kejang 7. Renjatan
PROGNOSIS
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal. Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7% setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisiplin. Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya anomali yang mneyertai, mampunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi lain ( hidrosefalus komplikata).6
14 | H i d r o s e f a l u s o b s t r u k t i f
KESIMPULAN
Hidrosefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Penyebab hidrosefalus adalah karena kongenital, infeksi, tumor, dan perdarahan. Gejala dari hidrosefalus antara lain, pembesaran kepala, gangguan intelektual, penurunan kesadaran, kulit kepala tipis, muntah, dll. Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari hidrosefalus adalah : Retardasi mental, atrofi otak, gangguan fungsi motorik, herniasi otak, kematian akibat peningkatan tekanan intrakranial, infeksi pada shunt (sesudah pembedahan), septikemia (sesudah pemasangan shunt), ileusparalitik, adhesi, peritonitis, dan perforasi usus (sesuda (sesudah h pemasang pemasangan an s hunt hu nt ). Penanganan hidrosefalus dilakuakan dengan terapi medikamentosa : Asetasolamid dan Furosemid dan juga dengan terapi operasi: Third Ventrikulostomi/Ventrikel III dan operasi Shunting.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman Richard E, Kliegman Robert M, Arvin Ann M. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000. 2000. Hal 2050-2 2. Willms J L, Schneiderman H, Algranati P S. Diagnosis Fisik: Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di Basal. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005; h. 63-6 3. Rudolph Abraham M. Buku Ajar Pediatri Rudolph/Ann Alpers. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2006. Hal 2053-6 4. Wong DL. Buku ajar keperawatan pediatrik Wong. Edisi ke-6. Jakarta : EGC. 2008. hal. 458. 5. Sloane E, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, Edisi ke-4, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, h. 97-9 6. Ceddia A, Di Ricco C, Tanelli A, Lauretti L. Non Tumoral Neonatal Hydrocephalus, Result of Surgical Surgical Treatment in first month of live in Minerva Minerva Pediatrics. Jakarta. 2000. Hal 445-50
15 | H i d r o s e f a l u s o b s t r u k t i f