KARYA TULIS ILMIAH
GERAKAN ANAK KOS SADAR OBAT (GAKSO) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PENGGUNAAN OBAT SERTA POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PENGHUNI KOS
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) 2011 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang
Diusulkan oleh : IKRIMA KHAERUN NISA
(08040025)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG 2011
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
1. Judul Kegiatan
: Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) sebagai Salah
Satu
Upaya
Peningkatan
Kesadaran
Penggunaan Obat serta Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Penghuni Kos 2. Penulis Utama a. Nama Lengkap
: Ikrima Khaerun Nisa
b. NIM
: 08040025
c. Jurusan/Fakultas
: Farmasi / Fakultas Ilmu Kesehatan
d. Universitas
: Universitas Muhammadiyah Malang
e. Alamat di Malang
: Jl. Bendungan Sigura-Gura 1/9A Malang
f. No. HP
: 085642579223
g. Email
:
[email protected]
Malang, 28 Maret 2011 Menyetujui, Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Faqih Ruhyanuddin, S.Kep., Ners. NIP-UMM: 112.0309.0391
Penulis
Ikrima Khaerun Nisa NIM : 08040025
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur dipanjatkan oleh Allah SWT, atas karunia dan nikmatNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis Ilmiah yang berjudul „Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kesadaran Penggunaan Obat serta Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Penghuni Kos‟, karya tulis ini dibuat karena melihat fenomena di masyarakat tentang kurangnya kesadaran dan pengetahuan penggunaan obat yang rasional, yang terangkum dalam DA GU SI BU (Dapatkan Obat dengan Benar, Gunakan Obat dengan Benar, Simpan Obat dengan Benar, Buang Obat dengan Benar), serta banyaknya masyarakat penghuni kost yang kurang memperhatikan kehidupan kesehatannya sehingga mudah terjangkit penyakit. Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu kontribusi dalam menuju Indonesia Sehat 2025. Diharapkan nantinya adalah peningkatan kesadaran penggunaan obat pada masyarakat. Penulis menyadari karya tulis ini jauh dari kata sempurna, seperti kata pepatah, „tidak ada gading yang retak‟. Sehingga penulis sangat mengharapkan adanya masukan-masukan yang bermanfaat.
Malang, 28 Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi RINGKASAN ....................................................................................................... vii BAB I
: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 3 1.3 Gagasan Kreatif..................................................................... 3 1.4 Tujuan ................................................................................... 3 1.5 Manfaat ................................................................................. 4
BAB II
: TELAAH PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pembangunan Kesehatan .............................. 5 2.2 Tinjauan Pola Hidup Bersih dan Sehat ................................. 5 2.3 Tinjauan Pengobatan Sendiri ................................................ 6 2.4 Gambaran Umum Pola Hidup Kesehatan Anak Kos ............ 9
BAB III
: METODE PENULISAN 3.1 Sifat Penulisan....................................................................... 11 3.2 Prosedur Pengumpulan Data dan Jenis Data ......................... 11 3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................. 11
BAB IV
: ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Permasalahan Penggunaan Obat pada Masyarakat ............... 12 4.2 Solusi yang Pernah Dilakukan .............................................. 13 4.3 Analisis SWOT ..................................................................... 13 4.4 Langkah-Langkah Strategis gagasan GAKSO ...................... 14 4.5 Hasil yang Diharapkan .......................................................... 16
BAB V
: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ........................................................................... 17 5.2 Rekomendasi ......................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19 DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Salah Satu Tempat Hunian Kos ........................................................... 9 Gambar 2. Input dan Output Gagasan GAKSO .................................................... 16
RINGKASAN
Indonesia Sehat 2025 merupakan program pemerintah yang bertujuan menjadikan masyarakat Indonesia pada tahun 2025 hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk mengurangi gejala penyakit ringan (minor illnesses) tanpa intervensi/ nasehat dokter. Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Sayangnya, seringkali dijumpai bahwa penggunaan obat menjadi tidak rasional karena borosnya mengkonsumsi obat obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Bagaimanapun, obat bebas dan bebas terbatas tidak berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya. Masih banyak masyarakat penghuni kos, khususnya penghuni nonkesehatan yang kurang sadar akan penting dan berbahayanya obat. Banyak yang belum mengerti perlunya suatu jangka waktu terapi. Masih menyimpan obat yang tidak digunakan, memprakarsai pengobatan sendiri apabila gejala yang sama atau mirip terjadi. Serta mereka belum sadar secara menyeluruh tentang pengaruh makanan pada suatu dosis tertentu. Saat ini, sumber informasi utama dalam penggunaan obat umumnya berasal dari media massa. Sayangnya, pada promosi obat umumnya kurang memberikan informasi penggunaan obat yang rasional, sehingga masyarakat yang kurang paham akan penggunaan obat yang rasional dapat menggunakannya secara berlebihan. Persoalan inilah sehingga terbentuk gagasan „Gerakan Anak Kos Sadar Obat‟. Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) betujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat,khususnya masyarakat penghuni kos tentang cara memperlakukan obat dan melakukan pengobatan secara mandiri dengan tepat dan
optimal. Dalam program ini dikenal jargon DA GU SI BU (Dapatkan obat dengan benar, Gunakan obat dengan benar, Simpan obat dengan benar, Buang obat dengan benar). Karya tulis ilmiah ini bersifat kajian pustaka yang menjelaskan tentang kesadaran penggunaan obat pada penghuni kos, serta memiliki gagasan yang ditulis dengan analisis dari beberapa permasalahan yang terjadi pada masyarakat penghuni kos, yang dikombinasi dengan solusi logis berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, yakni gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO). Sumber informasi utama untuk melakukan pengobatan sendiri umumnya berasal dari media massa. Menurut Suryawati (1997), informasi dari pabrik obat ada yang kurang mendidik masyarakat, bahkan ada yang kurang benar. Supardi (1997) menyatakan bahwa belum diketahui faktor yang paling berpengaruh dalam perilaku pengobatan sendiri. Yang digolongkan pemakaian obat yang kurang rasional antara lain adalah pemakaian obat secara berlebihan baik dalam jenis maupun jumlah dosis, indikasi pemberian obat yang tidak jelas, tatacara pemakaian atau penggunaan yang tidak tepat, kombinasi berbagai obat yang berisiko tinggi, penggunaan obat mahal sementara masih banyak obat sejenis yang lebih murah, dan penggunaan yang tidak perlu. Jika diperhatikan, tujuan pengobatan bahwa secara umum adalah untuk pengobatan tanpa meninggalkan efek samping obat ataupun dengan efek samping seminimal mungkin, serta harga obat yang terjangkau & mudah didapatkan masyarakat. Gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) memiliki langkahlangkah strategis dalam pelaksanaannya, yaitu mengenali masalah yang ada di lingkungan
masyarakat
penghuni
kos
dengan
cara
melakukan
survey
permasalahan. Survei dapat dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner atau melakukan wawancara pada masyarakat, yang dalam hal ini merupakan penghuni kos. Kemudian penyusunan sebuah rencana terlebih dahulu, dalam menyusun rencana, harus dipastikan kalau program yang dilaksanakan mampu mengantarkan pada tujuan. Kemudian aktif berkomunikasi, Diharapkan dengan adanya komunikasi dengan petinggi setempat, seperti penjaga atau pemilik kost dapat mempermudah pelaksanaa gagasan GAKSO. Sebelum dilakukan GAKSO,
diharapkan dilakukan pre-test dan post-test untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna dari pelaksanaan gagasan ini dan output yang diharapkan dapat tercapai. Adanya gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat dalam penggunaan obat yang rasional, dan diharapkan gagasan ini dapat meningkatkan taraf hidup yang sehat dan sejahtera.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sehat merupakan idaman setiap orang dan merupakan hak azasi setiap manusia. Definisi Kesehatan menurut konsep Konstitusi WHO tahun 1946 adalah keadaan sempurna fisik, mental dan sosial, tidak adanya penyakit atau kelemahan. Setelah beberapa tahun, WHO mendiskusikan lagi dan mendefinisikan kesehatan adalah keadaan dimana seorang individu atau kelompok dapat merealisasikan aspirasinya dengan kebutuhan yang layak dan dapat melakukan perubahan/mengatasi kesukaran dari lingkungan. Kesehatan merupakan suatu sumber daya yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bukan objek kehidupan dan merupakan suatu konsep positif yang mengutamakan sumber daya personal dan sosial. Indonesia sehat 2025 adalah visi dari Departemen Kesehatan R.I yang ditetapkan pada tahun 2005, merupakan gambaran masyarakat Indonesia pada tahun 2025 yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Melihat dari realitas kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini maka perlu dilakukan gerakan penyadaran melalui pendidikan hidup sehat bagi masyarakat, khususnya pada wilayah perubahan budaya penggunaan obat yang tidak rasional. Oleh karena itulah maka perlu suatu lembaga yang mengkoordinasikan sumberdaya professional farmasis untuk dapat berperan sebagai drug informant kepada masyarakat dan sebuah konsep penyelesaian permasalahan yang murni bersifat solutif dalam proses pendampingan yang bersifat advokasi edukatif kepada masyarakat sehingga tercipta kondisi kesehatan yang ideal, dalam artian keterlibatan seluruh komponen kesehatan yang berimbang dan adil. Kesetaraan antara profesi kesehatan yang sederajat tanpa ada konsep sub ordinatif juga menjadi pijakan awal gerakan dalam proses perjuangan perbaikan dan peningkatan nilai/taraf kesehatan masyarakat
Indonesia. Sehingga cita-cita untuk membentuk masyarakat Indonesia yang sehat mandiri akan terwujud. Seringkali dijumpai bahwa penggunaan obat menjadi tidak rasional karena borosnya mengkonsumsi obat -obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Bagaimanapun, obat bebas dan bebas terbatas tidak berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya Masih banyak masyarakat penghuni kos, khususnya penghuni nonkesehatan yang kurang sadar akan penting dan berbahayanya obat. Banyak yang belum mengerti perlunya suatu jangka waktu terapi. Masih menyimpan obat yang tidak digunakan, memprakarsai pengobatan sendiri apabila gejala yang sama atau mirip terjadi. Serta mereka belum sadar secara menyeluruh tentang pengaruh makanan pada suatu dosis tertentu. Selain itu dalam pemenuhan gizi, masyarakat penghuni kos kurang mendapatkan asupan gizi yang cukup seperti susu ataupun buah-buahan karena pola hidup yang kurang sehat, seperti sering makan mie instan, merokok, begadang, dan lain-lain, sehingga ada peluang terkena penyakit.. Maka satu hal yang pasti dilakukan adalah mengkonsumsi obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit yang menjangkit mereka. Namun sayangnya, karena kurangnya informasi penggunaan obat yang rasional, serta pola hidup yang kurang sehat, Masyarakat penghuni kos kurang begitu peduli dan kurang memperhatikan penggunaan obat-obatan tersebut. Padahal obat lah yang menjadi kunci kesembuhan mereka. Oleh karena itu, perlu diadakannya sosialisasi serta program peningkatan kesadaran dalam penggunaan obat. Diharapkan masyarakat penghuni kos lebih memperhatikan penggunaan obat, agar tingkat kesehatan dan kesejahteraan semakin meningkat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat suatu gagasan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul „Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kesadaran Penggunaan Obat serta Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Penghuni Kos‟ Melalui program
GAKSO ini, diharapkan komunitas anak kos, khususnya penghuni non-kesehatan mulai sadar akan pentingnya obat dan bahaya obat. Selain itu, para penghuni kos diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggolongan obat, cara penyimpanan, cara pembuangan obat dan penggunaan obat yang akan diberikan langsung kepada masyarakat luas.
1.2 Gagasan Kreatif Melihat kondisi realitas masyarakat Indonesia saat ini bahwa masih sedikitnya pemahaman penggunaan obat yang rasional, pengetahuan pengobatan sendiri umumnya masih rendah dan kesadaran masyarakat, khususnya anak kos untuk membaca label pada kemasan obat juga masih kecil, maka Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) merupakan suatu gagasan kreatif berupa pemberian konseling, informasi, dan edukasi (KIE) obat dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para penghuni kos dalam penggunaan obat yang benar, sesuai dengan prinsip DA GU SI BU (Dapatkan Obat dengan Benar, Gunakan Obat dengan Benar, Simpan Obat dengan Benar, Buang Obat dengan Benar).
1.3 Perumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Umumnya, penghuni kos masih belum perhatian dan sadar akan penting dan berbahayanya obat. 2. Kurangnya informasi tentang penggunaan obat yang benar di lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat sangat terbatas terhadap informasi obat.
1.4 Tujuan Penulisan Tujuan dari gagasan ini adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara memperlakukan obat dan melakukan pengobatan secara mandiri dengan tepat dan optimal.
1.5 Manfaat Manfaat kegiatan GAKSO (Gerakan Anak Kos Sadar Obat) sebagai sarana meningkatkan kesadaran obat di lingkungan masyarakat, khususnya pada suatu masyarakat penghuni kos adalah : 1. Dapat memberikan informasi yang berharga mengenai obat-obatan. 2. Menambah wawasan serta pengetahuan tentang obat-obatan. 3. Mentransfer ilmu yang telah didapat tentang pengetahuan obat kepada masyarakat. 4. Sebagai sarana yang dapat meningkatkan kepedulian akan kesehatan individual maupun lingkungan.
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Perkembangan Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan dipertegas di dalam pasal 28 bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia dan dinyatakan juga bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, memperoleh pelayanan kesehatan, mendapat pendidikan, memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya. Pernyataan ini didukung oleh UU No. 23/1992 tentang Kesehatan serta diperkuat oleh UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek. (Anonim,2006 : 10) Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan dengan dasardasar, yaitu perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat. Visi Pembangunan Kesehatan sampai tahun 2025 adalah Indonesia Sehat 2025, yaitu keadaan masa depan masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan berperilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (RPJPN, 2005). Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan memiliki peran penting dalam penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kecerdasan masyarakat dengan melakukan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang efektif.
2.2 Tinjauan Pola Hidup Bersih dan Sehat Pola Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatanya (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006:3). Pola Hidup Bersih dan Sehat merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2000:4)
2.3 Tinjauan Pengobatan Sendiri 2.3.1 Pengertian Pengobatan Sendiri Pengobatan sendiri merupakan bagian dari kebijakan World Health Organization (WHO) dan pemerintah dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan. Salah satu kebijakan WHO tentang pelayanan kesehatan primer adalah upaya mencapai kesehatan bagi semua penduduk (Health for all by the year 2000) (WHO, 1978). Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas antara lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan (karena 80.% keluhan sakit bersifat selflimiting), efisiensi biaya, efisiensi waktu, bisa ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat (Holt dan Edwin, 1986).
2.3.2 Tujuan pengobatan sendiri Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter (Mc. Ewen, 1979). Sedangkan peran pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan (WHO, 1988). Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. 2.3.3 Keuntungan pengobatan sendiri Keuntungan dari pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk/efek samping dapat diperkirakan, efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self-limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan, kepuasan karena ikut berperan aktif dalam pengambilan keputusan terapi, berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan, menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di depan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan di masyarakat (Holt, 1986). 2.3.4 Kekurangan pengobatan sendiri Adapun kekurangan dari pengobatan sendiri adalah obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit berpikir dan bertindak objektif karena pemilihan
obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Holt, 1986). 2.3.5 Penggunaan Obat yang Rasional Bila digunakan secara benar, obat bebas dan obat bebas terbatas seharusnya bisa sangat membantu masyarakat dalam pengobatan sendiri secara aman dan efektif. Namun sayangnya, seringkali dijumpai bahwa pengobatan sendiri menjadi sangat boros karena mengkonsumsi obat -obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Bagaimanapun, obat bebas dan bebas terbatas bukan berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya (Suryawati, 1997). Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita akan mendukung upaya penggunaan obat yang rasional. Kerasionalan penggunaan obat menurut Cipolle, et. al., (1998) terdiri dari beberapa aspek, di antaranya: ketepatan indikasi, kesesuaian dosis, ada tidaknya kontraindikasi, ada tidaknya efek samping dan interaksi dengan obat dan makanan, serta ada tidaknya polifarmasi (penggunaan lebih dari dua obat untuk indikasi penyakit yang sama). Pengobatan sendiri secara aman dan efektif diperlukan informasi tentang obat yang obyektif, lengkap, dan tidak menyesatkan dan tidak terlalu komersial. Informasi yang lebih baik pada pasien akan menggugah minat menaikkan kehendak pasien untuk berpartisipasi aktif dalam pengobatan. Tindakan pengobatan sendiri dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional. Obat yang dipilih harus tepat dan benar cara penggunaannya seperti aturan pemakaian, cara pemberian, pengaturan dosis yang sesuai dengan pemakaiannya, dan tetap waspada terhadap kemungkinan efek samping yang tidak diinginkan.
2.4 Gambaran Umum Pola Hidup Kesehatan Penghuni Kos Umumnya, penghuni kos merupakan mahasiswa yang tinggal jauh dari keluarga. Kebanyakan mereka memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, kurang istirahat karena tidur larut malam dan kurang olahraga. Bagi laki-laki menjadi semakin kompleks karena merokok, kecanduan kopi apalagi ada sebagian besar yang gemar mengonsumsi alkohol. Parahnya hal semacam ini tidak diimbangi dengan asupan gizi yang baik.
Gambar 1. Salah Satu Tempat Hunian Kos.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Kebiasaan mengonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi, mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya. Dalam memperoleh makanan, ada beberapa cara mahasiswa kos mendapatkan makanan yaitu makan bayar, beli di warung, rantangan dan masak sendiri. Khusus mereka yang makan sendiri atau makan bayar, keteraturan pola makannya sangat tergantung kepada kedisiplinan mereka mengatur waktu dan keuangan. Tidak jarang dijumpai mahasiswa yang makan pagi dan siang disatukan karena terlambat bangun atau kondisi keuangan yang kurang baik, karena biasanya yang dialami mereka yang kos, ada waktu tertentu
uang mereka banyak dan ada waktu tertentu uang mereka sedikit atau sama sekali tidak ada (Simanjuntak, 1998).
Pada sebagian tempat, pemukiman kawasan rumah kos sebagian kurang memenuhi syarat dalam aspek kesehatan dan kebersihan, diantaranya seperti kurangnya ventilasi dan jendela sehingga pertukaran udara menjadi sangat sedikit, lembabnya kondisi kamar, adanya jamur yang menempel pada kasur, air yang kurang bersih, dan sebagainya. Kondisi kawasan kos yang kurang memenuhi aspek kebersihan inilah sehingga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit.
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Sifat Penulisan Karya tulis ilmiah ini bersifat kajian pustaka yang menjelaskan tentang kesadaran penggunaan obat pada penghuni kos, serta memiliki gagasan yang ditulis dengan analisis dari beberapa permasalahan yang terjadi pada masyarakat penghuni kos, yang dikombinasi dengan solusi logis berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, yakni gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO).
3.2 Prosedur Pengumpulan Data dan Jenis Data Pengumpulan data dan informasi dalam penyusunan karya tulis ini dilakukan dengan pencarian data dan informasi dari laporan penelitian, makalah, media internet, media edukasi, berbagai literatur yang dikeluarkan, serta berbagai tulisan yang berhubungan dengan topik pembahasan.
33 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah serta dianalisis secara kualitatif deskriptif berdasarkan studi pustaka. Analisis data dilakukan secara sistematis dengan melakukan pengelompokan data sesuai dengan subbab dalam tema penulisan karya tulis ini. Data yang telah dikelompokkan tersebut kemudian dianalisis mengenai kesesuaiannya dengan ide penulisan karya tulis ini secara kualitatif deskriptif.
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
4.1
Permasalahan Penggunaan Obat pada Masyarakat Berdasarkan penelitian yang dilakukan Supardi dan Notosiswoyo (2005), pengetahuan pengobatan sendiri umumnya masih rendah dan kesadaran masyarakat untuk membaca label pada kemasan obat juga masih kecil. Sumber informasi utama untuk melakukan pengobatan sendiri umumnya berasal dari media massa. Menurut Suryawati (1997), informasi dari pabrik obat ada yang kurang mendidik masyarakat, bahkan ada yang kurang benar. Supardi (1997) menyatakan bahwa belum diketahui faktor yang paling berpengaruh dalam perilaku pengobatan sendiri. Yang digolongkan pemakaian obat yang kurang rasional antara lain adalah pemakaian obat secara berlebihan baik dalam jenis maupun jumlah dosis, indikasi pemberian obat yang tidak jelas, tatacara pemakaian atau penggunaan yang tidak tepat, kombinasi berbagai obat yang berisiko tinggi, penggunaan obat mahal sementara masih banyak obat sejenis yang lebih murah, dan penggunaan yang tidak perlu. Jika diperhatikan, tujuan pengobatan bahwa secara umum adalah untuk pengobatan tanpa meninggalkan efek samping obat ataupun dengan efek samping seminimal mungkin, serta harga obat yang terjangkau & mudah didapatkan masyarakat. Dalam keseharian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, maka tujuan pengobatan sering tidak tercapai. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Penggunaan obat kurang rasional antara lain: -
Kurangnya pengetahuan dari masyarakat penghuni kos dalam ilmu obat-obatan.
-
Kepercayaan masyarakat terhadap jenis atau merk obat tertentu.
-
Keinginan pasien, dalam hal ini masyarakat penghuni kos yang cenderung ingin mengkonsumsi obat tertentu, dengan sugesti menjadi lebih cepat sembuh.
-
Informasi yang tidak tepat atau bias, sehingga pemakaian obat menjadi tidak tepat.
4.2
Solusi yang Pernah Dilakukan Saat ini, sumber informasi utama dalam penggunaan obat umumnya berasal dari media massa. Banyak sekali promosi obat yang beredar bebas di media, baik media elektronik seperti televisi dan radio, maupun media cetak seperti Koran, majalah, bulletin, leaflet, dan sebagainya. Pada obat-obatan pun biasanya terdapat cara pemakaian obat. Sayangnya, pada promosi obat umumnya kurang memberikan informasi penggunaan obat yang rasional, sehingga masyarakat yang kurang paham akan penggunaan obat yang rasional dapat menggunakannya secara berlebihan. Masih minimnya perhatian masyarakat akan pentingnya hal-hal kecil dalam penggunaan obat-obatan mengakibatkan kerugian pada masyarakat itu sendiri. Ketidaktahuan dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat yang benar juga menjadikan gagasan ini benar-benar dibutuhkan didalam masyarakat bahkan untuk beberapa tahun yang akan datang disaat semakin bervariasinya produk-produk obatobatan.
4.3
Analisis SWOT Sebelum mengadakan GAKSO (Gerakan Anak Kos Sadar Obat), dilakukan perumusan analisis dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang kemungkinan terdapat dalam lingkungan masyarakat. Analisis tersebut diantaranya sebagai berikut : -
Strength (Kekuatan) Adanya Sumber Daya Manusia dalam mengaplikasikan kegiatan GAKSO.
Adanya ketertarikan anak kos, khususnya yang berasal dari nonkesehatan dalam kesadaran penggunaan obat yang rasional. -
Weakness (Kelemahan) Kurang pedulinya masyarakat penghuni kos akan kesehatan dan penggunaan obat yang rasional.
-
Opportunity (Peluang) Masih minimnya komunitas masyarakat penghuni kos yang concern pada permasalahan kesehatan. Belum ada program semacam ini baik yang dilakukan pemerintah maupun yang lain. Program Pemerintah Indonesia Sehat 2025.
-
Threat (Ancaman) Sikap apatis dari masyarakat penghuni kos akan perhatian pada hal-hal kecil dari obat-obatan. Kurangnya perhatian dari masyarakat penghuni kos akan kegiatan GAKSO.
4.4
Langkah-Langkah Strategis Gagasan GAKSO Pelaksanakan gagasan GAKSO (Gerakan Anak Kos Sadar Obat), tertuang dalam berbagai strategi sebagai berikut : 1. Mengenal masalah Inilah hal yang pertama yang harus dilakukan sebelum melangkah ke tahap aksi. Hal yang paling awal dilakukan adalah melakukan survei permasalahan yang berhubungan dengan kefarmasian maupun pola hidup bersih dan sehat. Survei dapat dilakukan dengan cara menyebarkan
kuesioner
atau
melakukan
wawancara
pada
masyarakat, yang dalam hal ini merupakan penghuni kos. 2. Menyusun rencana Dalam menyusun sebuah rencana terlebih dahulu harus memastikan kalau program yang dilaksanakan mampu mengantarkan pada tujuan. Salah satu alat bantunya dengan menggunakan rumusan SMART :
Specific, masalah atau kasus yang diangkat atau yang digarap harus focus, tidak terlalu umum, dalam hal ini masalah yang diangkat adalah seputat kefarmasian dan obat-obatan. Measurable, capaian atau targetnya harus jelas sehingga bisa dievaluasi. Achieveable, usaha yang ditempuh mungkin untuk diraih, bukan sesuatu yang mustahil. Dengan segala kekuatan yang dimiliki sera mengantisipasi segala kelemahan asosiasi ini, program – program tersebut sangat mungkin untuk bisa dilaksanakan Realistic, program – program atau aksi yang dijalankan realistis tidak terlalu muluk – muluk. Tentu sangat realistis bagi asosiasi ini untuk bisa menjalankan program – program tersebut. Timed, prosesnya harus terjadwal dan ada tenggang waktu. Program – program tersebut akan terjadwal sesuai mekanisme scheduling yang tepat tanpa mengganggu aktifitas mahasiswa dalam proses pembelajaran. 3. Berkomunikasi dengan Petinggi Setempat Komunikasi sangat penting dalam merealisasikan gagasan GAKSO. Diharapkan dengan adanya komunikasi dengan petinggi setempat, seperti penjaga atau pemilik kost dapat mempermudah pelaksanaa gagasan GAKSO 4. Melakukan Pre-Test Sebelum dilakukan GAKSO, dapat dilakukan pre-test terlebih dahulu, dari pretest inilah dapat dilihat seberapa besar wawasan masyarakat penghuni kost akan penggunaan obat yang rasional dan pola hidup yang sehat. 5. Melakukan aksi simpatik DA GU SI BU Dilakukan aksi GAKSO, bisa dalam metode lisan/ceramah, ataupun melalui media cetak seperti leaflet atau brosur. Materi yang disampaikan dapat berupa DA GU SI BU (dapatkan, gunakan, simpan, dan buang obat dengan benar), informasi golongan obat, dan pengenalan obat-obat untuk swamedikasi.
6. Melakukan Post-Test Setelah gagasan GAKSO terlaksanakan, diharapkan dilakukan evaluasi melalui post-test. Post-test ini diharapkan dapat menjadi indikator keberhasilan dari GAKSO, yakni pengetahuan dan wawasan penghuni kos tentang penggunaan obat yang rasional dan pola hidup sehat dan bersih meningkat.
INPUT
Penyampaian informasi obat Penyampaian DA GU SI BU (dapat, gunakan, simpan, dan buang obat dengan benar) Penyampaian Pola Hidup yang Bersih dan Sehat
OUTPUT
- Peningkatan pengetahuan dan wawasan mengenai informasi obat dan DA GU SI BU - Peningkatan kesadaran akan pola hidup bersih dan sehat
Gambar 2. Input dan Output gagasan GAKSO
4.5
Hasil yang Diharapkan Diharapkan dengan adanya gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) ini, masyarakat penghuni kos menambah pengetahuan dan wawasan penggunaan obat yang rasional, sehingga prevalensi penggunaan obat yang tidak perlu atau pemborosan penggunaan obat dapat berkurang.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1.1 Kesimpulan Masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya, dan hemat waktu. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri. Tindakan pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan obat. Seringkali dijumpai bahwa penggunaan obat menjadi tidak rasional karena borosnya mengkonsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Masih minimnya perhatian akan pentingnya hal-hal kecil dalam penggunaan obat-obatan yang rasional mengakibatkan kerugian pada
masyarakat
itu
sendiri.
Ketidaktahuan
dalam
mendapatkan,
menggunakan, menyimpan, dan membuang obat yang benar juga menjadikan gagasan ini benar-benar dibutuhkan bahkan untuk beberapa tahun yang akan datang disaat semakin bervariasinya produk-produk obat-obatan. Melihat dari realitas kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini maka perlu dilakukan gerakan penyadaran melalui pendidikan hidup sehat bagi masyarakat, khususnya pada wilayah perubahan budaya penggunaan obat yang tidak rasional. Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) adalah gagasan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya anak kos dalam penggunaan obat yang rasional. Gagasan ini merupakan salah satu dari berbagai kegiatan tentang cara memperlakukan obat dan melakukan pengobatan secara mandiri dengan tepat. Diharapkan dengan adanya gagasan ini, prevalensi penggunaan obat yang tidak rasional dapat berkurang.
1.2 Rekomendasi Karya tulis ini menawarkan gagasan inovasi mengenai Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) berupa pemberian informasi obat dan penggunaannya secara rasional, serta langkah-langkah menjalani pola hidup bersih dan sehat. Dengan adanya gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO), diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat dalam penggunaan obat yang rasional, dan diharapkan gagasan ini dapat meningkatkan taraf hidup yang sehat dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Cipolle, R. J., Strand, L. M., Morley, P. C., 1998. Pharmaceutical Care Practice. New York: Mc Graw- Hill Companies, pp 75-76 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2003. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan. 2000. Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Holt, G. A., dan Edwin, L. H., 1986. The pros and cons of self-medication. Journals of Pharmaceutical Technology., September/October. Pp. 213-218 Jamal, Sardaini,. Suhardi,. Sudjaswadi Wiryowidagdo. 1995. Penggunaan Obat oleh Anggota Rumah Tangga di Jawa dan Bali. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI : Jakarta. Kristina, Susi Ari,. Yayi Suryo Prabandari,. Riswaka Sudjaswadi. 2008. Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan kabupaten Sleman. Majalah Farmasi Indonesia, vol 19 : 32-40 McEwen, J. 1979. “Self-medication in The Context of Self-care: A review”. Dalam: nderson, J.A.D (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop on Self Care, London: MTP Press Limited Lancaster, 95-111. Supardi, S., 1997. Pengobatan sendiri di masyarakat dan masalahnya. Cermin Dunia kedokteran , No. 118, 48-49 Supardi, S., dan Notosiswoyo, M. 2005. Pengobatan sendiri sakit kepala, demam, batuk dan pilek pada masyarakat desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, 134-144 Supardi, S., dan Notosiswoyo, M. 2006. Pengaruh Penyuluhan Obat Menggunakan Leaflet terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri di Tiga Kelurahan Kota Bogor. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, vol. 9 no.4 : 213-219 Suryawati, S., 1997, Etika Promosi Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Disampaikan dalam Simposium Nasional Obat Bebas dan Bebas Terbatas 23 Juni 1997 World Health Organization. 1988. Guidelines for developing national drug policies. Geneva : 31.
Billy
N. 2008. Aspek Hukum Penggunaan Obat yang Irrasional. http://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/aspek-hukum-penggunaanobat-yang-irrasional/ diakses pada 26 Maret 2011
Herdian, dr. Tri rejeki. Penggunaan obat yang rasional. http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2009/03/10/627/penggun aan-obat-rasional. diakses pada 26 Maret 2011 Sandi, Yogie Pratama. 2009. Indonesia Sehat 2025. http://yoghiepratama.blogspot.com/2009/07/indonesia-sehat-2025.html diakses pada 26 maret 2011 Shankar, P. R., Partha, P., Shenoy, N., 2002. Self-medication and non-doctor prescription practices in Pokhara valley. Western Nepal: a questionnairebased study, BMC Family Practice, (Online), 3 (17), (http://biomedcentral.org,) Supardi, S. Azis Sriana, Sukasediati Nani. 2008. Pola Penggunaan Obat dan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di Pedesaan. http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id= 85&Itemid=63 diakses pada 26 Maret 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Ikrima Khaerun Nisa
NIM
: 08040025
Tempat Tanggal Lahir
: Tegal. 26 November 1991
Program Studi/Fakultas
: Farmasi/Ilmu Kesehatan
Universitas
: Universitas Muhammadiyah Malang
Jenis Kelamin/Agama
: Perempuan/Islam
Alamat
: Jl. Raya Pagongan no.40 RT 05/II Kec. Dukuhturi Kab. Tegal 52192 Jawa Tengah
Pendidikan
:
1. SD Al Irsyad Tegal tahun 1998 - 2004. 2. MTs Assalaam Sukoharjos tahun 2004 - 2006. 3. SMA Assalaam Sukoharjo tahun 2006 - 2008. 4. Program Studi Farmasi FIKES UMM 2008 - sekarang
Pengalaman Organisasi -
OSIS MTs bagian Kerohanian MTs PPMI Assalaam Sukoharjo (20052006).
-
OSIS SMA bagian Kerohanian SMA PPMI Assalaam Sukoharjo (2006-2007).
-
Sekretaris Bidang Dinamika Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (2009-2010).
-
Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (2010-sekarang).
-
Anggota Tim Mahasiswa Peduli Kesehatan (TIMAPKES) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (2010-sekarang).
-
Staf Ahli Keuangan Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) Wilayah Jatim-Bali (2010-sekarang).
-
Anggota Tim Keuangan Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) Pusat (2010-sekarang).
-
Anggota Tim Pendidikan dan Profesi (DIPRO) Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) Pusat (2010sekarang).
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat -
Pemanfaatan Teh Herbal Tegal (Temulawak, Pegagan, Dan Alang-Alang) untuk Penderita Hipertensi (PKM-GT 2011)
-
Herbal Drink, Alternatif Rasa Baru Jamu untuk Melestarikan Budaya Bangsa Indonesia di Kalangan Muda (PKM-GT 2011)
-
Uji Aktivitas Analgesik Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Mencit Jantan Putih (PKMP 2010)
-
Tablet Hisap Pepaya (Carica papaya) sebagai antioksidan (PKMP 2010)
-
Buah Naga sebagai Alternatif Pencegahan Penyakit Kanker Usus pada Penderita (2010)
-
The Kind of Intelligences and Learning Method for Female Students of Assalaam Senior High School (2008)
Penulis,
Ikrima Khaerun Nisa NIM : 08040025