KARYA TULIS MUSEUM SANGIRAN SANGIRAN (REVISI BAB1 RIWAYAT HIDUP PENULIS) BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penulisan Pada awal Mei 2010 lalu, penulis mengikuti kegiatan widya wisata yang y ang diselenggarakan oleh sekolah penulis, yaitu SMA Negeri 23 Kabupaten Tangerang. Kegiatan widya wisata ini dilakukan dengan mengunjungi beberapa obyek wisata wisata yang juga merupakan obyek pendidikan, pendidikan, dimana pengunjung yang datang ke obyek tersebut dapat terhibur serta sedikit banyaknya pasti mendapatkan mendapatkan pengetahuan pengetahuan baru walaupun hanya hanya seputar obyek tersebut. Salah satu tujuan widya wisata sekolah penulis adalah berkunjung ke sebuah situs purbakala yang berada di daerah Sangiran, kabupaten Sragen. Situs tersebut dikenal dengan nama Situs Sangiran. Situs Sangiran ini berhasil membuat para arkeolog menemukan begitu banyak temuan purbakala purbakala yang mengisi ruang-ruang ruang-ruang dalam museum Sangiran. Ketertarikan penulis dengan hasil kerja para peneliti itulah yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini. Atas dasar itulah penulis ingin mengungkap hal tersebut melalui karya tulis ini.
I. 2. Identifikasi Masalah Museum Sangiran yang berada di dalam area Situs Sangiran ini adalah museum situs yang y ang diperuntukkan dan dipersiapkan untuk menampung
temuan-temuan dari situs Sangiran yang luas wilayahnya ± 56 km² dan mencakup dua kabupaten, 4 kecamatan, 22 desa, dan 151 dusun. Karena wilayahnya berada di di dua kabupaten, yaitu kabupaten Sragen, Sragen, dan kabupaten Karanganyar, maka penanganannya sampai saat ini masih menjadi pertanggungjawaban pusat, yaitu Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPT daerah, yaitu Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah yang berkedudukan di Prambanan. Kawasan Sangiran ditetapkan sebagai daerah cagar budaya pada tahun 1997 melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan untuk melestarikan dan melindungi situs Sangiran. Selanjutnya untuk meningkatkan status situs Sangiran di mata dunia, maka pada tanggal 25 Juni 1995, situs sit us Sangiran telah dinominasikan ke UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia dan dicatat dalam “World Heritage List” List” nomer 593 dengan nama “ Sangiran Early Man Site”. (Dalam WHC-96/ Conf. 2201/ 21). Ketetapan Ketetapan ini kemudian secara secara resmi disebarluaskan oleh UNESCO melalui UNESCO-PERS Nomor 96-215. I. 3. Pembatasan Masalah Nama Situs Sangiran telah cukup terkenal diantara jajaran situs-situs manusia purba lain di dunia, yang jumlahnya sangat terbatas. Situs Sangiran dianggap penting karena memiliki beberapa keutamaan dibandingkan dengan situs-situs lain di dunia. Situs Sangiran juga memiliki potensi yang cukup besar yang membuatnya hingga saat ini selalu menjadi ajang penelitian dan studi evolusi manusia purba oleh para ali dari berbagai penjuru dunia. dunia. Koleksi-koleksi yang dimiliki oleh situs Sangiran sangat beragam dan tetap utuh seperti saat ditemukan, oleh karena kepandaian pihak pengelola museum Sangiran yang membagi tiap-tiap temuan dalam 15 vitrin. Keberadaan situs Sangiran menjadi sebuah poin positif yang membanggakan nama Indonesia di mata dunia. Semua itu dapat terjadi juga oleh peran serta pemerintah pemerintah yang bekerja sama dengan masyarakat yang berdampak situs Sangiran Sangiran menjadi lebih baik baik dari waktu ke waktu. waktu. I. 4. Perumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah museum Sangiran? 2. Apakah keutamaan situs Sangiran yang melebihi melebihi situs-situs lain di dunia?
temuan-temuan dari situs Sangiran yang luas wilayahnya ± 56 km² dan mencakup dua kabupaten, 4 kecamatan, 22 desa, dan 151 dusun. Karena wilayahnya berada di di dua kabupaten, yaitu kabupaten Sragen, Sragen, dan kabupaten Karanganyar, maka penanganannya sampai saat ini masih menjadi pertanggungjawaban pusat, yaitu Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPT daerah, yaitu Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah yang berkedudukan di Prambanan. Kawasan Sangiran ditetapkan sebagai daerah cagar budaya pada tahun 1997 melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan untuk melestarikan dan melindungi situs Sangiran. Selanjutnya untuk meningkatkan status situs Sangiran di mata dunia, maka pada tanggal 25 Juni 1995, situs sit us Sangiran telah dinominasikan ke UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia dan dicatat dalam “World Heritage List” List” nomer 593 dengan nama “ Sangiran Early Man Site”. (Dalam WHC-96/ Conf. 2201/ 21). Ketetapan Ketetapan ini kemudian secara secara resmi disebarluaskan oleh UNESCO melalui UNESCO-PERS Nomor 96-215. I. 3. Pembatasan Masalah Nama Situs Sangiran telah cukup terkenal diantara jajaran situs-situs manusia purba lain di dunia, yang jumlahnya sangat terbatas. Situs Sangiran dianggap penting karena memiliki beberapa keutamaan dibandingkan dengan situs-situs lain di dunia. Situs Sangiran juga memiliki potensi yang cukup besar yang membuatnya hingga saat ini selalu menjadi ajang penelitian dan studi evolusi manusia purba oleh para ali dari berbagai penjuru dunia. dunia. Koleksi-koleksi yang dimiliki oleh situs Sangiran sangat beragam dan tetap utuh seperti saat ditemukan, oleh karena kepandaian pihak pengelola museum Sangiran yang membagi tiap-tiap temuan dalam 15 vitrin. Keberadaan situs Sangiran menjadi sebuah poin positif yang membanggakan nama Indonesia di mata dunia. Semua itu dapat terjadi juga oleh peran serta pemerintah pemerintah yang bekerja sama dengan masyarakat yang berdampak situs Sangiran Sangiran menjadi lebih baik baik dari waktu ke waktu. waktu. I. 4. Perumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah museum Sangiran? 2. Apakah keutamaan situs Sangiran yang melebihi melebihi situs-situs lain di dunia?
3. Apa sajakah koleksi-koleksi yang yang dimiliki oleh museum Sangiran? 4. Bagaimana peran serta pemerintah dalam mengelola situs Sangiran?
I. 5. Manfaat Penulisan I. 5. 1. Manfaat Bagi Penulis : 1. Bangga menjadi warga Negara Indonesia 2. Menambah wawasan dan pengetahuan sejarah mengenai peradaban manusia purba di Indonesia 3. Mempelajari dan memahami cara penulisan karya tulis yang benar I. 5. 2. Manfaat Bagi Peneliti/ Penulis Lain : 1. Karya tulis ini dapat dijadikan bahan acuan/ referensi referensi pada penelitian/ penulisan selanjutnya 2. Menjadikan karya tulis ini sebagai isi tinjauan pustaka dari karya tulis peneliti/ penulis lain 3. Sebagai contoh karya tulis yang benar I. 5. 3. Manfaat Bagi Pembaca : 1. Bagai mengunjungi museum Sangiran secara nyata padahal hanya membaca sebuah karya tulis 2. Menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai sejarah museum purba di Indonesia
3. Menjadikan situs Sangiran menjadi salah satu target wisata bersama keluarga BAB II METODOLOGI PENELITIAN
II. 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk melengkapi sebagian syarat menempuh Ujian Akhir Nasional 2011 SMA Negeri 23 Kab. Tangerang 2. Untuk melengkapi tugas penulis pada pelajaran Bahasa Indonesia 3. Untuk mengetahui sejarah situs Sangiran hingga dapat terkenal dikalangan situs-situs 4. Untuk mengetahui koleksi-koleksi yang telah ditemukan di Situs Sangiran
II. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Museum Manusia Purba, di dalam situs Sangiran yang wilayahnya berada di dua kabupaten (kabupaten Sragen, dan kabupaten Karanganyar), propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, situs Sangiran terletak antara 110º49’ hingga 110º53’ Bujur Timur dan diiantara 07º24’ hingga 07º30’. II. 3. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada hari selasa, 4 Mei 2010. Pukul 13.00-14.00 WIB. II. 4. Metode Penelitian Dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Metode Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian 2. Metode Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dari narasumber yang bersangkutan 3. Study literature : Melalui media cetak dan media elektronik
BAB III HASIL PENELITIAN III. 1. Penyajian Data III. 1. 1. Sejarah Museum Sangiran Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari “balung buto” (Bahasa Jawa = tulang raksasa). Demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah membatu yang berserakan di sekitar ladang mereka. Balung buto tersebut adalah fosil yaitu sisa-sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi.
Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya. Fosilfosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan Krikilan. Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil di Pendopo Kelurahan semakin melimpah. Dari Pendopo Kelurahan Krikilan inilah lahir cikal-bakal Museum Sangiran. Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka pada tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum kecil di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m². Museum tersebut diberi nama “Museum Pestosen”. Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke Museum tersebut. Saat ini sisa bangunan museum tersebut telah dirombak dan dialihfungsikan menjadi Balai Desa Krikilan. Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun 1977 dibangun juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten Karanganyar. Museum ini difungsikan sebagai basecamp sekaligus tempat untuk menampung hasil penelitian lapangan di wilayah Cagar Budaya Sangiran sisi selatan. Saat ini museum tersebut sudah dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan dijadikan Pendopo Desa Dayu. Tahin 1983 pemerintah pusat membangun museum baru yang lebih besar di Desa Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Kompleks Museum ini didirikan di atas tanah seluas 16.675 m². Bnagunannya antara lain terdiri dari Ruang Pameran, Ruang Pertemuan/ Seminar, Ruang Kantor/ Administrasi, Ruang Perpustakaan, Ruang Storage, Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/ Ruang Tinggal Peneliti, Ruang Garasi, dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum Plestosen Krikilan dan Koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum yang baru ini. Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan fosil temuan dari kawasan Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi temuan yang ada dan sebagai pusat perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.
Tahun 1998 Dinas Praiwisata Propinsi Jawa Tengah melengkaspi Kompleks Museum Sangiran dendan Bnagunan Audio Visual di sisi timur museum. Dan tahun 2004 Bupati Sragen mengubah interior Ruang Knator dan Ruang Pertemuan menjadi Ruang Pameran Tambahan. Tahun 2003 Pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal tahun 2004 ini telah selesai didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain. III. 1. 2. Koleksi Museum Sangiran Koleksi yang ada di Museum Situs Manusia Purba Sangiran saat ini, semua berasal dari sekitar Situs Sangiran. Saat ini jumlah koleksi seluruhnya ± 13.808 buah. Koleksi tersebut akan selalu bertambah karena setiap musim hujan, bumi Sangiran selalu mengalami erosi yang sering menyingkapkan temuan fosil dari dalam tanah. Koleksi yang ada di Museum Sangiran antara lain berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu-batuan, sediment tanah, dan juga peralatan batu yang dulu pernah dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di Sangiran. Koleksi-koleksi tersebut sebagian besar masih disimpan di gudang dan sebagian lagi dipajang di ruang pameran. Ruang pameran saat ini ada 3 ruang. Ruang Utama berisi 15 Vitrin ditambah diorama, Ruang Pameran tambahan 1 berisi – vitrin, dan Ruang Pameran tambahan 2 berisi – vitrin. III. 2. Analisis Data III. 2. 1. Ruang Pameran Utama III. 2. 1. a. Vitrin 1. Fosil Moluska Moluska termasuk filum Invertebrata. Terbagi menjadi 7 Klas dan lebih dari 100.000 spesies. Pada Vitrin ini dipamerkan contoh-contoh moluska Klas Pelecipoda (kerang dengan dua cangkang) dan Klas Gastropoda (kerang bercangkang spiral), yang ditemukan pada Formasi Kalibeng dan Formasi Pucangan.
III. 2. 1. a. a). Klas Pelecypoda : 1. Venericardia 2. Arca 3. Pecten 4. Terlina 5. Ostrea 6. Steinkern 7. Fragmen Tridacna 8. Amonia 9. Vermetus III. 2. 1. a. b). Klas Gastropoda : 1. Orthaulax 2. Olivia 3. Turbo 4. Eupleura 5. Strombus 6. Turritella 7. Conus 8. Ursalpinx 9. Buccina 10. Stinkern III. 2. 1. b. Vitrin 2. Binatang Air
Vitrin 2 berisi fosil tengkorak buaya, fosil kura-kura, fosil ikan, dan fosil kepiting. Temuan fosil ikan Hiu menunjukkan bahwa Kawasan Sangiran pernah digenangi oleh air laut. Lingkungan ini kemudian berubah menjadi danau dan rawa-rawa dengan bukti temuan fosil buaya dan kura-kura, dan kepiting. 1. Tengkorak Buaya (Crocodilus Sp.) Tanggal Penemuan
: 17 Desember 1994
Nama P;enemu : Sunardi Loasi Penemuan Sragen Umur/ Startigrafi
: Dk.Blimbing, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab.
: Formasi Pucangan
2. Kura-Kura (Chelonia Sp.) Tnaggal Penemuan
: 1 Pebruari 1990
Nama Penemu
: Hari Purnomo
Lokasi Penemuan Sragen
: Dk. Pablengan, Ds. Krikilan, Kec. Klaijambe, Kab.
Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan
3. Rahang dan Sirip Belakang Ikan Tanggal Penemuan
: 20 Nopember 1975
Nama Penemu
: Suwarno
Lokasi Penemuan
: Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan
4. Gigi Ikan Hiu Tanggal Penemuan Nama Penemu
: 6 April 1977 : Sutarjo
Lokasi Penemuan Umur/ Stratigrafi
: Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen : Formasi Pucangan
5. Ruas Tulang Belakang Ikan Tanggal Penemuan
: 20 Nopember 1975
Nama Penemu
: Suwarno
Lokasi Penemuan
: Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan
6. Sirip Ikan Bagian Depan Tanggal Penemuan
: 4 Januari 1991
Nama Penemu
: Purnomo
Lokasi Penemuan
: Ds. Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar
Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan
7. Kepiting Tanggal Penemuan
: 6 April 1976
Nama Penemu
: Mitro
Lokasi Penemuan
: Dari Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan
III. 2. 1. c. Vitrin 3. Fosil Kayu Selain sisa-sisa manusia dan binatang purba, di kawasan Cagar Budaya ditemukan pula sisa-sisa batang pohon yang telah menjadi fosil. Pada vitrin ini dipamerkan Fosil Batang Pohon dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar, yang ditemukan tahun 1955 dan Fosil Batang Pohon dari Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen, yang ditemukan tahun 1977. Keduanya dari Formasi Pucangan.
III. 2. 1. d. Vitrin 4. Kuda Nil (Hippopotamus Sp) Kuda Nil adalah binatang darat yang hidup di danau atau rawa-rawa dan dapat menyelam di dalam air selama 5 menit dengan cara menutup lubang hidung dan matanya. Di daerah Sangiran binatang ini ditemukan pada formasi antara Pucangan dan Kabuh. 1. Rahang Bawah (Mandibula) Tanggal Penemuan
: 20 Pebruari 1994
Nama Penemu
: Sodikromo
Lokasi Penemuan Ds. Bukuran,
: Lereng tebing di sebelah barat Dukuh Grogolan,
Kec. Kalijambe, Kab. Sragen Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan
2. Rahang Atas (Maxilla) Tanggal Penemuan
: 25 April 1994
Nama Penemu
: Mujimin
Lokasi Penemuan Kab. Sragen
: Dukuh Pablengan, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe,
Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan
3. Tulang Kering (Tibia) Tanggal Penemuan
: 4 Januari 1993
Nama Penemu
: Warsito
Lokasi Penemuan Sragen
: Dukuh Bubak, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab.
Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan Atas
4. Tulang Kaki Depan Bagian Atas (Humerus) Tanggal Penemuan : 28 Desember 1993 Nama Penemu
: Warsit
Lokasi Penemuan
: Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi
: Formasi Pucangan Atas
III. 2. 1. e. Vitrin 5. Copy Fosil Tengkorak Manusia Vitrin ini berisi copy tengkorak manusia purba dari berbagai situs prasejarah dunia yang secara berurutan menggambarkan bukti-bukti evolusi manusia purba.
1. Australopithecus Africanus (Copy) Tanggal Penemuan
: Tahun 1937
Nama Penemu
: R. Brom
Lokasi Penemuan
: Sterfonteine, Afrika Selatan
Umur/ Stratigrafi
: diperkirakan 2,5 juta tahun
2. Pithecanthropus Modjokertensis (Copy) Tanggal Penemuan
: Tahun 1936
Nama Penemu
: Tjikro Handojo
Lokasi Penemuan
: Perning, Mojokerto, Jawa Timur
Umur/ Stratigrafi
: diperkirakan 1,9 juta tahun
3. Tengkorak Pithecanthropus Erectus II (Copy) Tanggal Penemuan Nama Penemu
: Tahun 1937 : GHR. Von Koeningswald
Lokasi Penemuan Sragen Umur/ Stratigrafi
: Dukuh Bapang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab.
:-
4. Tengkorak Pithecanthropus VIII (Sangiran 17) Fosil tengkorak Homo Erectus terlengkap hingga saat ini yang pernah ditemukan di Indonesia. Terdiri dari tempurung, kepala, bagian muka, dan rahang atas dengan gigi prageraham (premolar 4), taring (canine) kiri, serta geraham (molar 1-3) kanan. Fosil ditemukan di sebelah selatan kali Pucung, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar. Secara geologis fosil ini diperkirakan berumur 700.000 tahun yang lalu. (Copy dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung). 5. Tengkorak Pithecanthropus Soloensis (Copy) Tanggal Penemuan
: Tahun 1932
Nama Penemu
: Oppenoorth
Lokasi Penemuan
: Ngandong, Kab. Blora, Jawa Tengah
Umur/ Stratigrafi
: diperkirakan 400.000 tahun
Homo Sapien Lokasi Penemuan Plupuh, Kab.
: Dari Dk. Ngrejeng, Ds. Somomoro dukuh, Kec.
Sragen Umur/ Stratigrafi
: diperkirakan hidup sekitar 40.000 tahun yang lalu
6. Homo Neanderthal Eropa (Copy) 7. Homo Neanderthal Asia (Copy) 8. Homo Sapiens-Sapiens (Copy) III. 2. 1. f. Vitrin 6. Alat-alat Batu
Manusia purba yang hidup di Sangiran menggunakan batu sebagai peralatan. Temuan alat batu di Situs Sangiran membuktikan tentang adanya adaptasi manusia purba terhadap lingkungannya. Ditemukan “bakalan” kapak batu di daerah Sangiran, membuktikan bahwa alat-alat batu tersebut tidak didatangkan dari tempat lain. Adapun alat-alat batu yang ditemukan di Sangiran antara lain : serpih dan bilah, serut dan gurdi, bakalan kapak batu, beliung perrsegi, kapak perimbas, bat inti, dan bola batu. 1. Serpih dan Bilah. Alat yang dibuat dengan memecah batu menjadi serpihan. Serpihan panjang disebut bilah, digunakan seperti pisau, untuk memotong ataupun menguliti binatang buruan. 2. Serut adalah alat serpih untuk menyerut, dan Gurdi adalah alat batu untuk melobangi. 3. Beliung Persegi merupakan alat batu yang sudah diperhalus dan dipergunakan sebagai alat pertanian di jaman neolitik. 4. Bakal Kapak Batu, yaitu bahan yang disiapkan untuk membuat kapak batu.
Batu Inti merupakan bahan baku untuk membuat alat-alat batu seperti serpih dan bilah. Bahan baku yang biasa digunakan antara lain batuan tufa kersikan, batuan gamping kersikan, kwarsa, dll. Bola Batu, yaitu batuan yang mengalami pembulatan karena alam. Bola batu tersebut diperkirakan digunakan sebagai alat lempar.
III. 2. 1. g. Vitrin 7. Contoh Batuan dari Situs Sangiran Vitrin ini memamerkan beberapa jenis contoh batu dan batuan yang ditemukan di kawasan Cagar Budaya Sangiran yang dapat dijadikan sebagai indikasi terhadap alam dan lingkungan Sangiran, yang secara geologis dapat memberikan informasi kondisi alam purba masa itu. 1. Batu Rijang. Banyak ditemukan di sekitar titik trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat serpih. 2. Batu Meteor. Ditemukan antara lain di dea Krikilan, Rejosari, dan lain-lain. 3. Batu Kalsedon. Banyak ditemukan di sekitar titik/ patok trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat. 4. Batu Konkresi. Ditemukan dari desa Pablengan.
5. Batu Cetakan (Steinkern). Ditemukan di dukuh Pondok, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Jenis batuan ini terjadi karena masuknya material batuan kedalam cangkang. Kemudian cangkang tersebut terawetkan, setelah material berubah menjadi fosil, maka cangkang aslinya hancur. 6. Batu Koral. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibang, kala Meosin. Jenis batuan ini ditemukan di dukuh Sangiran, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. 7. Batu Diatome. Diatome adalah plankton laut yang berlapis-lapis yang telah mongering dan mengeras. Jenis batuan ini merupakan salah satu cirri dari endapan dari Formasi Pucangan pada kalaPleistosin Bawah. Sampel batuan diambil dari dukuh Pablengan, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sangiran. 8. Batu Gamping Moluska. Merupakan endapan moluska yang tersementasi oleh batu kapur. Temuan dari situs Sangiran. 9. Batu Gamping Foraminifera. Temuan dari dukuh Ngempon, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibeng. 10.Endapan Mud Vulcano. Ditemukan di desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Mud Vulcano adalah batuan erupsi dari dalam bumi yang muncul ke permukaan bumi sambil membawa zatzat dari dalam bumi. Dari penelitian diketahui bahwa material; mud volcano di situs Sangiran berasal dari Jerman tersier sekitar 65 s.d 5 juta tahun yang lalu. III. 2. 1. h. Vitrin 8. Tengkorak Kerbau (Bubalus Palaeokerabau) Tanggal Penemuan
: 20 Nopember 1992
Nama Penemu
: Tardi
Lokasi Penemuan Gondangrejo, Kab.
: Dari Dukuh Tanjung, Desa Dayu, Kec.
Karanganyar Umur/ Stratigrafi
: Pada Formasi Kabuh
III. 2. 1. i. Vitrin 9. Gajah Purba Gajah Purba yang pernah hidup di daerah Cagar Budaya Sangiran antara lain jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Spesies Stegodon Trigonocephalus merupakan jenis gajah purba yang paling banyak
ditemukan di situs Sangiran. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi Pucangan Atas dan Kabuh dan hidup antara 1.200.000 – 500.000 tahun yang lalu. No.
Nama Koleksi
1
Rahang Atas (Maxilla) Gajah Mastodon Sp.
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Penemu dan Tanggal Penemuan Marjona,
Asal Temuan Formasi Kabuh, Situs Sangiran
5 Januari 1992 Tulang Rusuk (Costa) Supardi, Gajah Stegodon trigonochepalus 3 Desember 1991
Formasi Pucangan Atas di Dk. Bukuran, Kalijambe, Sragen
Gading gajah Stegodon trigonochepalus
Formasi Kabuh Bawah, di Dk. Blimning, Ds. Cangkol, Kec. Plupuh, Kab. Sragen
Sepasang gading Gajah Stegodon trigonochepalus Tulang Panggul (Pelvis) Gajah Stegodon trigonochepalus Ruas Tulang Jari (Phalanx) Gajah Stegodon trigonochepalus Ruas tulang belakang (vertebrae) Gajah Stegodon trigonochepalus Ruas tulang leher (Vertebrae cervical) Gajah Stegodon trigonochepalus Gigi geraham bawah gajah Gigi Gajah (Elephas namadicus)
Suwarno, 24 Agustus 1980 Sugimin, 7 Juni 1984 Sutarto,
Formasi Kabuh di Dk. Grogolan
20 April 1992
Formasi Kabuh, Dk. Tanjung, Ds. Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar
28 Oktober 1971
Formasi Kabuh, Situs Sangiran
15 Desember 1975
Formasi Kabuh, Situs Sangiran
20 Desember 1975
Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran
8 Nopember 1975
Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran
12 Desember 1975
III. 2. 1. j. Vitrin 10. Fosil Bovidae
Bovidae adalah kelompok binatang bertanduk seperti kerbau, banteng, dan lain-lain. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi pucangan atas dan formasi kabuh.
No.
Nama Koleksi
1
Tulang Belakang (Vertebrae)
2
3
Rahang Bawah (Mandibula)
Penemu dan Tanggal Asal Temuan Penemuan Sutanto, Formasi Kabuh Bawah, Sangiran 26 Mei 1997 Paino,
10 Desember 1994 Tulang Rusuk (Costa) Sutanto, 17 Mei 1977 Warsito,
4
Tulang Paha (Femur)
5
1 Pebruari 1994 Tulang Kering (Tibia) Jumadi,
6
7
8
Tulang Tapak Kaki (Metacarpal) Tulang Kaki Depan Atas (Humorus) Tengkorak (Cranium)
10 Mei 1977 Mul Tukiman, 3 Nopember 1994 Mul Tukiman, 28 Januari 1995 1975
Formasi Kabuh Bawah, di Dk. Kricikan, Ds. Rejosari, Kec. Gondangrejo, Karanganyar Formasi Kabuh Bawah, Sangiran
Formasi Kabuh, di Dk. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen Formasi Kabuh, di Dk. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen Formasi Kabuh, di Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen
Fosil Bovidae seperti kerbau, sapi, dan banteng banyak ditemukan di Situs Sangiran, terutama pada Formasi Pucangan Atas dan Formasi Kabuh.
No.
1
Nama Koleksi
Penemu dan
Tulang Rusuk (Costa)
Tanggal Penemuan Rukiman, 17 Mei 1977
Asal Temuan
Formasi Kabuh, di Dk. Pondok, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
2
Tulang Belakang (Vertebrae)
2 April 1978
3 4
Tulang Jari (Phalanx) Tulang Tapak Kaki Depan (Metacarpal) Tulang Kering (Tibia)
23 Nopember 1975 19 Maret 1997
5 6 7
Tahun 1975
Tulang Kaki Depan Tahun 1975 Bawah (Radius) Rahang Atas (Maxilla) 25 Pebruari 1975
Formasi Kabuh, di Dk. Grogolan, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Sragen Formasi Kabuh, di Situs Sangiran Formasi Kabuh Bawah, di Situs Sangiran Formasi Kabuh Bawah, di Situs Sangiran Formasi Kabuh Bawah, di Situs Sangiran Formasi Kabuh Bawah, di Situs Sangiran
III. 2. 1. k. Vitrin 11. Stegodon Trigonocephalus 1. Tulang Paha Gajah Tanggal Penemuan
: 4 Pebruari 1989
Nama Penemu
:-
Lokasi Penemuan
: Dari Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi
: Pada Formasi Pucangan Atas
2. Tulang Hasta (Ulna) Stegodon trigonocephalus Tanggal Penemuan
: 23 Nopember 1975
Nama Penemu
:-
Lokasi Penemuan
: Dari kawasan cagar budaya Sangiran
Umur/ Stratigrafi
: Pada Formasi Kabuh Bawah
III. 2. 1. l. Vitrin 12. Fosil Rusa (Cervus Sp.) dan Domba Vitrin ini berisi fosil rusa dan domba yang pernah hidup pada kala Pleistosen Tengah dan diendapkan pada Formasi Kabuh. Koleksi vitrin antara lain:
1. Tanduk rusa jenis Cervus hippelaphus 2. Tanduk dari jenis Cervus ludekteri 3. Tengkorak rusa (Cranium)
4. Rahang bawah Cervus hippelaphus (Mandibula) 5. Rahang atas Cervus Sp. 6. Tulang pinggul (Pelvis) Cervus Sp. 7. Duboisia Santeng 8. Rahang bawah domba (Mandibula) 9. Tulang paha (Femur) domba 10.Tulang tapak kaki belakang bawah (Metatarsus) domba 11. Tulang pengumpil (Radius) 12.Ruas tulang jari (Phalanx) domba 13.Ruas Pergelangan kaki belakang domba III. 2. 1. m. Vitrin 13. Fosil Babi, Harimau, dan Badak No.
Nama Koleksi
1
Tanggal Penemuan Rahang atas babi Sus Mitro, brachynathus
2
Penemu dan
14 Maret 1977 Tahun 1976
Asal Temuan
Formasi Kabuh, di Dk. Sangiran, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Rahang bawah (Mandibula) Babi Sus terhaari Tengkorak harimau Ngadino, (Cranium fellis paleojavanica) 24 Demember 1993
Formasi Kabih, di Situs Sangiran
4
Tulang paha harimau 12 Juni 1993 (Femur)
5
Taring harimau (Canine)
Formasi Kabuh, Dk. Wonoelo, Ds. Brangkal, Kec. Gemolong, Kab. Sragen Formasi Kabuh, di Dk. Wonoelo, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
3
6
Tengkorak badak (Rhinoceros sondaicus)
Ngadino, 25 April 1991 Harto,
7
24 April 1993 Rahang bawah badak Mintorejo,
8
7 Oktober 1993 Tulang belikat badak Danusi,
Formasi Kabuh, di Dk. Wonolelo, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Formasi Kabuh, di Dk. Sangiran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen Formasi Kabuh, di Dk. Grogolan Krajan, Ds. Manjarejo, Plupuh, Sragen Formasi Kabuh di Dk. Kebonagung, Kec. Tanon, Sragen
6 Juli 1994
III. 2. 1. n. Vitrin 14. Rahang Atas Elephas Namadicus Tanggal Penemuan
: 24 April 1980
Nama Penemu
: Atmo
Lokasi Penemuan Plupuh,
: Dari dukuh Ngejeng, desa Somomoro dukuh, Kec.
Kab. Sragen Umur/ Stratigrafi dan Kabuh)
: Pada lapisan grenzbank (antara formasi Pucangan
III. 2. 1. o. Vitrin 15. Rahang Gajah Vitin ini berisi Rahang Atas Stegodon trigonocerphalus dan Rahang Bawah Elephantoides. Keduanya adalah jenis gajah purba yang pernah hidup di Sangiran.
No.
1
2
Nama Koleksi
Rahang atas gajah Stegodon trigonocephalus
Penemu dan Tanggal Penemuan Atmo, 24 April 1980 Supardi,
Rahang bawah (Mandibula) gajah Elephantoides 3 Desember 1991
Asal Temuan
Lapisan grenzbank, di Dk. Ngejeng, Ds. Sommoro dukuh, Kec. Plupuh, Sragen Formasi pucangan atas, di Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen
III. 2. 2. Ruang Pameran Tambahan I
Vitrin
Nama Koleksi
Penemu dan
Asal Temuan
Tanggal Penemuan 1 2
Bola Ratu Rahang atas babi Rahang bawah babi Taring babi
Sutanto,
3
Rahang bawah badak
25 Pebruari 1976 Gudel, 29 Januari 1976
Formasi Notopuro Formasi Pucangan di Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen Formasi Pucangan, di Ngampon, Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen
4
5
Tengkorak banteng (Bibos palaeosondaicus)
6
7
8
9
10
Tulang kaki depan (Radius) gajah Tulang hasta (Ulna) gajah
Rahang atas gajah
Tulang pinggul (Pelvis) gajah
Lasimin, 30 Oktober 1996 Mul Tukimin, 25 Desember 1995
Mul Tukimin, 25 Desember 1995 Giyono,
Rahang bawah gajah
7 Januari 1994 Slamet,
Tulang jari gajah
12 Januari 1989 Mul Tukimin,
Rahang atas (Maxilla) rusa Tanduk rusa
25 Desember 1995 Sugiyo, 10 Nopember 1999
Formasi Kabuh, di Dk. Garas, Brangkal, Gemolong, Sragen Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen
Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen Formasi Pucangan, di Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen Formasi Kabuh, di Dk. Toho, Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen Formasi Pucangan, di Ds. Ngebung dan Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen
Warsito,
11
Tengkorak banteng
10 Nopember 1999 Lasimin, Sukidi, Sugiman 30 Oktober 1996
Formasi Kabuh, di Dk. Garas, Ds. Brankal, Gemolong, Sragen
III. 2. 3. Ruang Pameran Tambahan II
Vitrin
Nama Koleksi
1
Tanggal Penemuan Rahang bawah kuda nil Sukar, (Hippopotamus)
2
3
Kura-kura (Chelonia)
Rahang atas dan gigi buaya
Penemu dan
26 Pebruari 1976 Sanyoto, 8 Desember 1994 Warsito,
Asal Temuan
Formasi Pucangan, di Ds. Bukuran, Formasi Pucangan, di Dk. Cengklik, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen Formasi Pucangan, di Ds. Krikilan, Klaijambe, Sragen
4 Januari 1993 4 5 6 7
8 9
10
Kepiting, Tulang ikan, Gigi hiu Koral/ Batu karang dan Diatome Marginellidae, Buccinidae, Canideae Tridacna maxima, Pugillina cochlidium, Placuna ephippum pernoviridis Metraviolacea, Veneridae Tonnidalium, Suwarno, Valutidae, Cymbiola Turritella, Cantharus melanasioum
4 Maret 1976 Sutanto,
11
14 Maret 1976 Pleuraploca trapezium Setro,
12
Pugilina cochlidium Fosil kayu
16 April 1975
Formasi Pucangan
Formasi Kalibeng, di Kali Puren
Formasi Kalibeng, Kali Puren, Sangiran, Kalijambe, Sragen Formasi Kalibeng, Kali Puren, Sangiran
BAB IV. PENUTUP IV. 1. Kesimpulan
Von Koeningswald merupakan pelopor penelitian di Situs Sangiran. Kegiatan pelatihan mencari balung buto hingga saat ini masih terus dilakukan oleh masyarakat Sangiran bersama dengan para peneliti dari dalam maupun luar negeri. Tanggapan positif pemerintah oleh karena temuan-temuan di Situs Sangiranlah yang membuat pembangunan museum Sangiran berjalan lancar dan hingga saat ini pun masih dalam proses pembaharuan seiruing dengan hasil temuan yang terus bertambah setiap waktu. Fosil-fosil yang ditemukan oleh peneliti, dikeloka oleh pihak kantor museum Sagiran, kemudian dipajang di ruang-ruang pameran yang tersebar kedalam lima belas vitrin. Dari hasil table dan grafik pengunjung, dapat diketahui bahwa pengunjung yang datang ke museum Sangiran terus meningkat dari waktu ke waktu. Pengunjung pun tidak terbatas oleh umur dan jenis kelamin.
IV. 2. Saran
Kunjungilah setiap ruang yang ada di museum Sangiran, karena semua ruang menarik dan dapat membuat kita terpesona akan kekayaan purbakala Indonesia. Berkeliling situs Sangiran bukan merupakan hal yang merugikan, sebab mungkin saja Anda dapat menjadi salah satu penemu fosil purba yang temuannya dipajang di museum Sangiran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, Drs. Rusmulia Tjiptadi, dkk. 2004. Museum Situs Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purba Beserta Situs dan Lingkungannya. Sangiran: Koperasi Museum Sangiran. 2.
Kepala Seksi Unit Pelaksana Teknis (UPT)
3.
Kunjungan Langsung ke Situs Sangiran
Salah satu obyek wisata yang menarik di Kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo). Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di dunia. Luasnya mencapai 56 kilometer persegi yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe dan Plupuh serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Gondangrejo. Museum Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen kurang lebih 3 Kilometer dari Jalan Solo – Purwodadi. Museum ini dibangun pada tahun 1980 yang menempati areal seluas 16.675 meter persegi. Bangunan tersebut bergaya Joglo yang terdiri atas : Ruang Pameran yaitu ruang utama tempat koleksi terdisplay; Ruang Laboraturium yaitu tempat dilakukannya proses konservasi terhadap fosil-fosil yang ditemukan; Ruang Pertemuan yaitu ruang yang digunakan segala kegiatan yang diadakan di museum;Ruang display bawah tanah; Ruang audio visual; Ruang Penyimpanan koleksi fosil-fosil, Mushola dan Toilet. Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat dalam mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi
dengan koleksi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah, fosil-fosil flora fauna prasejarah beserta gambaran stratigrafinya. Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah iniliah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah y ang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba. Sampai saat ini, Situs Manusia Purbakala Sangiran masih menyimpan banyak misteri yang perlu untuk diungkap. Sebanyak 50 individu fosil manusia Homo Erectus yang ditemukan. Jumlah ini mewakili 65% dari fosil Homo Erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50% dari populasi Homo Erectus di dunia (Widianto : 1995, 1). Keseluruhan fosil yang ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboraturium Paleoanthropologi Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hasil tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat Peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko. Di kawasan Museum Purbakala Sangiran telah dilengkapi sarana dan prasarana kepariwisataan seperti Menara Pandang, Homestay, Audio Visual, Guide, Taman Bermain, Souvenir Shop dan F asilitas Mini Car yang dapat digunakan pada wisatawan untuk berkeliling di Situs Sangiran. Museum Purbakala Sangiran dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi, bus pariwisata maupun angkutan umum.
PENGESAHAN Disahkan oleh pembimbing Karya Tulis(Laporan) MAN 1 Kota Magelang guna memenuhi kewajiban siswa setelah mengikuti studi lapangan. Disahkan pada : Hari : Tanggal : Tempat : Mensahkan Mengetahui Kepala Pembimbing studi lapangan Drs. THOIFUR ASRORI, S.Pd NIP. 150195549 NIP. 150381563
LAPORAN PERJALANAN Museum Sangiran & Waduk Kedung Ombo
Kelas X Tahun pelajaran 20008/2009
Laporan ini disusun untuk memenuhi Persyaratan nilai mata pelajaran IPS (Geografi, Sejarah, Sosiologi) Disusun Oleh Yoga Dwi A Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Magelang Jl. Raya Payaman No. 1 Secang Magelang Telp. (0293) 369256
KATA PENGATAR Setelah selesainya laporan ini, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua. Laporan ini disusun sebagai salah satu arena latihan dan memenuhi kewajiban siswa setelah mengikuti studi lapangan. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Thoifur selaku kepala MAN 1 Kota Magelang yang telah memeberikan ijin untuk studi lapangan. 2. Guru pembimbing studi lepengan yang memberi pengarahan kepada penulis. 3. Bapak/Ibu guru MAN 1 Kota Magelang beserta staffnya. 4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan secara satu persatu. Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari adanya kekurangan, oleh karena itu kepada para pembaca penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga berguna bagi pengembangan ilmu dan wawasan pembaca.
DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi BAB I A. Pendahuluan B. Latar Belakang C. Tujuan D. Waktu, Tempat, Peserta BAB II A. Museum Sangiran B. Waduk Kedung Ombo BAB III PNUTUP A. Simpulan B. Saran
BAB I PENDAHULUAN
Masa-masa liburan biasanya banyak tempat wisata yang dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara. Salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi adalah Museum Sangiran. Pada Tanggal 20 Desember 2008 siswa-siswi kelas X MAN 1 Kota Magelang mengadakan karya wisata ke Museum Sangiran yang merupakan bahan sebagai penyusunan laporan ini. A. LATAR BELAKANG Penulis memilih judul “ Laporan Perjalanan Sangiran Waduk Kedungombo” karena sebelumnya penulis telah melakukan pengamatan-pengamatan di museum sangiran dan waduk kedungombo Boyolali. Penulis melakukan pengamatan di kedua tempat ini untuk memperoleh informasi-informasi penting yang selanjutnya di jadikan bahan laporan. Informasi penting ini kemudian akan di berikan kepada para pembaca. B. TUJUAN Tujuan dari studi lapangan ini adalah agar siswa mendapatkan bahan sebagai laporan yang diajukan sebagai syarat kenaikan kelas. Selain itu, studi lapangan ke museum sangiran ini dapat menambah ilmu pengtahuan dan wawasan para siswa. C. WAKTU, TEMPAT DAN PESERTA Tanggal 20 Desember 2008, siswa kelas X MAN 1 Kota Magelang mengikuti studi lapangan ke museum sangiran dan waduk kedung ombo Boyolali. Dibawah bimbingan Bapak dan Ibu guru siswa melakukan pengamatan secara dekat dengan objek.
BAB II ISI A.
SELAYANG PANDANG MUSEUM SANGIRAN
1. Pengertian Museum Sangiran Museum sangiran adalah saran pendidikan yang memperkenalkan kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan benda-benda purba ( Peninggalan Zaman Purba). Diharapkan dengan adanya museum sangiran masyarakat dapat mempelajari dan mengetahui kehidupan-kehidupan di zama n purba.
2. Sejarah Singkat Museum Sangiran Sangiran terletak pada 4,00-4,05 BT. 7,25-7,5 LS. Pada tahun 1930 G.R Von Knoswold, ahli ilmu paleotologi yaitu ilmu tentang tulang belulang dari Jerman yang bekerja di pemerintahan Hindia. Belanda membentuk kepala desa krikilan Toto Marsono.
Tahun 1934 G.R Van Knoswold menemukan artefak batu yang terkenal dengan industri serpih bilah sangiran.
Tahun 1936 ditemukan mandi bula.
Tahun 1937 ditemukan tulang femora/paha.
Tahun 1972 didirikan museum pertama yang sekarang menjadi balai desa Krikilan.
Tahun 1988 diresmikan museum purbakala sangiran oleh Prof. Dr. Fuad Hasan yang menjabat menjadi Mendibud pada waktu itu.
Tahun 1996 Situa Sangiran ditetapkan oleh UNESCO sebagai word united nomor 593 sebagai warisan budaya dunia.
3. Penemuan-Penemuan di Sangiran Di sangiran di temukan benda-benda purbakala. Dari s eluruh dunia 75% fosil manusia purba ditemukan di Sangiran. Benda purbakala yang ditemukan di sangiran diantaranya adalah : 1. Rahang Gajah Stegodon Rahang gajah purbakala ini di temukan di jembatan kedung kecil oleh warga masyarakat 2. Rahang Crocodilus SP (Buaya) Rahang buaya purba di temukan di utara desa Krikilan. 3. Rahang Atas Stegodon Trigonocepalus (Gajah) 4. Sepasang Gading Stegodon Trigonocepalus. Gading gajah purba stegodon Trigonocepalus memiliki panjang 8 m. Gading ini ditemukan di Dukuh Grogolan. 5. Rahang Atas Masgodon SP.
Ditemukan tahun 1992 di dukuh ngampon desa Krikilan, ditemukan pada lapisan tanah warna abu-abu di formasi pucangan. 6. Tengkorak Kerbau Purba (Bubalus Palaeokerabau) Tengkorak ini berumur 200.000-500.000 tahun yang lalu. Ditemukan tahun 1992 di Dukuh Tanjung. 7. Kapak Perimbas Teknologi pembuatan kapak ini sejak akhir pleistosin tengah hingga permukaan kala holosin. 8. Tanduk Purba 9. Tulang Jail 10. Radio Cubitus B. KEDUNG OMBO BOYOLALI 1. Latar Belakang Pemabangunan bendungan kedung ombo pada kali serang yang berlokasi di desa Rambat Kec. Geyer Kab. Grobogan, dengan waduk yang tercipta di Kaupaten ini tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan tentang potensi sumber daya air cihulu maupun hilirnya. Pembebasan tanah proyek waduk kedung ombo meliputi 37 desa 7 kecamatan dan 3 kabupaten, Kabupaten Boyolali meliputi kecamatan Kemusu, Andong, Juangi.Kabupaten grobogan meliputi Kecamatan Miri dan Sumber lawang. Jumlah penduduk yang akan tergenang 5,399 KK dengan rata-rata 5-6 orang per-KK. 2. Tahapan Pelaksanaan 1. Surver, Investigasi dan studi kelayakan dilaksanakan oleh proyek perancangan pengembangan sumber-sumber
air (P3 SA) bersama
NIDECO Tahun 1969-1976. 2. Desain
dilaksanakan
oleh
proyek
dari Australia tahun 1976-1978. 1985.
Jratunseluna
bersama
SMEC