BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan kandun gan melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi (APN, 2016).Persalinan sering kali mengakibatkan robeknya perineum atau rupture perineum. Ruptur perineum menjadi salah satu penyebab perdarahan post partum yang menjadi penyebab utama kematian ibu (Partiwi, 2009). Penyebab langsung angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah pendarahan (42%), eklampsi atau preeklampsi (13%), abortus (11%), infeksi (10%), partus lama (9%) dan penyebab lainnya (15%). Komplikasi kehamilan dan persalinan sebagai penyebab kematian ibu dialami sekitar 15-20% dari seluruh kehamilan. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes, 2015).
Data Profil Dinas Kesehatan Kepulauan Riau tahun 2014 AKI di provinsi Kepulauan Riau mencapai 95/100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 2015). Berdasarkan profil dinas kesehatan kota batam tahun 2016, pada tahun 2015 terdapat 43 orang ibu meninggal dengan angka kematian sebesar 154 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini melebihi keadaan tahun 2014 lalu sebesar 111,5 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2016). Sementara berdasarkan SDGs (Sustainable Development Goals) secara internasional, target angka kematian ibu (AKI) sampai tahun 2030 yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin, angka ini diperkirakan akan meningkat mencapai 6,3 juta pada tahun 2050 jika tidak mendapat perhatian dan penanganan yang lebih (Hilmy, 2010). Di Asia ruptur perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum di dunia terjadi di Asia (Champion, 2009). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24% sedangkan pada ibu be rsalin usia 32-39 tahun sebesar 62%. Perdarahan post partum menjadi penyebab utama
40% kematian ibu di Indonesia. Peristiwa-peristiwa dalam bidang kebidanan yang dapat menimbulkan perdarahan adalah gangguan pelepasan plasenta, atonia uteri post partum dan rupture jalan lahir. Ruptur jalan lahir menjadi penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang pula pada persalinan berikutnya. Laserasi atau rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu dengan atau tanpa episiotomy. Ruptur perineum itu sendiri adalah robekan atau koyakya jaringan secara paksa yang terletak antara vulva and anus panjangnya rata-rata 4 cm. (Wiknjosastro, 2009). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelanggaraan praktek bidan pada pasal 10 menjelaskan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana di maksud pada ayat 2 berwenang untuk melakukan episiotomy, dan melakukan penjahitan luka perineum derajat I dan II (PERMENKES 1464), penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat III dan IV sehingga penanganan dilanjutkan dengan rujukan. Ruptur perineum menjadi salah satu penyebab perdarahan post partum yang menjadi merupakan penyebab utama kematian Ibu (APN, 2011). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Batam pada tahun 2016, diperoleh data persalinan terbanyak terletak pada Puskesmas Batu Aji dengan jumlah 4186 orang. Puskesmas Batu Aji di kota Batam didapatkan 21 jumlah bidan praktek swasta. BPM dengan persalinan terbanyak terdapat 3
bidan praktek swasta. BPM dengan persalinan tertinggi yaitu BPM. Mariana Munthe, BPM Rosmeri, dan BPM Erni. BPM
dengan jumlah persalinan
tertinggi yaitu BPM. Mariana Munthe dengan jumlah persalinan 93 persalinan selama periode Januari-Mei 2017. Dari 93 persalinan didapatkan 68 orang mengalami laserasi perineum. Penelitian yang dilakukan oleh Oliveira (2014) di Brazil, hasil penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata ibu bersalin umur 25 tahun, 54.4 % adalah primipara. Hampir 38 % dari pasien mengalami ruptur perineum, 0.9 % terjadi pada kasus berat (persalinan forsep). Kesimpulan dari penelitian ini adalah posisi persalinan dengan cara berdiri dianggap sebagai faktor risiko untuk mengalami ruptur perineum yang berat. Penelitian yang dilakukan Ikhtiarinawati (2015), hasil penelitian menunjukkan hampir seluruhnya responden. Kejadian rupture perineum terbesar pada berat badan normal 2500-3500gram 90,5%, yang mengalami rupture perineum terkecil pada berat badan kecil<2400gram 0%. Kemudian dilakukan uji statistik koefsien kontingensi didapatkan Ch= 0,487 Ct= 0.024 lalu dibandingkan dengan nilai p <0,05 hasilnya Ho ditolak. Faktor Penyebab rupture perineum dapat dilihat dari faktor ibu dan faktor bayi. Penyebab rupture perineum dari faktor ibu yaitu, faktor paritas yaitu keadaan
kelahiran atau partus, Pada
primipara robekan perineum
hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya, Pada primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan biasanya
perineum tidak dapat menahan tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Meneran yaitu secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan sudah telah terjadi. Ibu harus di dukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejan. Faktor janin yaitu Berat Badan Bayi Baru lahir dapat menyebabkan laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum terutama pada kasus bayi besar (makrosomia). Dan faktor penolong persalinan, Pimpinan persalinan, yang salah merupakan salah satu penyebab terjadinya ruptur perineum, sehingga sangat diperlukan kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi. Posisi persalinan juga sangat Mempengaruhi kemungkinan terjadinya robekan pada jalan lahir (Saiffudin, 2010). Bahaya dan komplikasi laserasi perineum antara lain perdarahan, infeksi, dan disparenia (nyeri selama berhubungan seksual). Perdarahan pada laserasi perineum dapat menjadi hebat khusunya pada laserasi derajat dua dan tida atau jika rupture perineum meluas kesamping atau naik ke vulva mengenai klitoris, karena dekat dengan anus, laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses, infeksi juga dapat menjadi sebab luka tidak dapat segera menyatu sehingga timbul jaringan parut,. Jaringan parut yang terbentuk
sesudah laserasi perineum dapat menyebabkan nyeri selama berhubungan (Prawirohardjo dan Sarwono, 2007). Salah satu upaya yang dapat dilakukan petugas untuk mencegah terjadinya ruptur perineum adalah dengan melakukan penatalaksanaan persalinan yang sesuai dengan standart asuhan persalinan normal ( 58 langkah APN ) untuk mengontrol lahirnya kepala, bahu, lengan dan kaki dan akan memberikan waktu bagi kulit untuk meregang sehingga, bekerja sama dengan ibu saat meneran untuk mengendalikan kecepatan dan pengaturan diameter kepala, menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi serta menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran sehingga mengurangi kemungkinan rupture perineum (APN, 2008). Berdasarkan permasalahan diatas Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Penyebab Rupture perineum di BPM X Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Batam Tahun 2017” 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian adalah ”Bagaimana Gambaran Penyebab rupture perineum di BPM X Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Batam Tahun 2017”?.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran penyebab rupture perineum di BPM X wilayah kerja Puskesmas X Kota Batam Tahun 2017. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1
Bagi Ibu Sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan tentang penyebab ruptur perineum
1.4.2
Bagi Instansi Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan menurunkan tingkat kematian ibu dengan mengetahui penyebab ruptur perineum yang menjadi salah satu penyebab perdarahan pasca persalinan.
1.4.3
Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai penambah ilmu bagi para pembaca dan dokumentasi pada perpustakaan sehingga dapat dikembangkan lebih luas dalam penelitian selanjutnya.