KARAKTERISASI GUGUS FUNGSI DENGAN SPEKTROMETER INFRA MERAH 1
Tujuan Percobaan
Menentukan apakah spektrometer infra merah yang dipakai masih layak dipergunakan atau tidak.
Menentukan gugus fungsi yang terdapat di dalam senyawa asam salisilat.
Membandingkan hasil spektrometri infra merah dengan teknik nujol mull dan teknik pellet KBr.
2
Teori Dasar Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah -1
panjang gelombang 0,75 –1.000 μm atau pada bilangan gelombang 13.000– 10 10 cm dengan menggunakan suatu alat yaitu Spektrofotometer Inframerah. Inframerah. Metode ini banyak digunakan pada laboratorium analisis industri dan laboratorium riset karena dapat memberikan informasi yang berguna untuk analisis kualitatif dan kuantitatif, serta membantu penerapan rumus bangun suatu senyawa.
Pada era modern ini, radiasi
Daerah
Panjang
Bilangan
inframerah digolongkan atas 4
Inframerah
Gelombang (λ)
Gelombang
(empat) daerah, yaitu : No.
dalam μm
dalam cm
Frekuensi (Hz)
-1
14
1.
Dekat
0,78 – 0,78 – 2,5 2,5
13.000 – 13.000 – 4.000 4.000
3,8 – 3,8 – 1,2 1,2 (10 )
2.
Pertengahan
2,5 – 2,5 – 50 50
4.000 – 4.000 – 200 200
1,2 – 1,2 – 0,06 0,06 14
(10 ) 3.
Jauh
50 – 50 – 1000 1000
200 – 200 – 10 10
4.
Untuk analisis
2,5 – 2,5 – 15 15
4.000 – 4.000 – 670 670
12
6,0 – 6,0 – 0,3 0,3 (10 ) 14
1,2 – 1,2 – 0,2 0,2 (10 )
instrumen
Teori Radiasi Inframerah
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 1 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
Konsep radiasi inframerah pertama kali diajukan oleh Sir William Herschel (1800) melalui percobaannya mendispersikan radiasi matahari dengan prisma. Ternyata pada daerah sesudah sinar merah menunjukkan adanya kenaikan temperatur tertinggi yang berarti pada daerah panjang gelombang radiasi tersebut banyak kalori (energi tinggi). Daerah spektrum tersebut yang dikenal sebagai infrared (IR, di seberang seber ang atau di luar merah). Supaya terjadi peresapan radiasi inframerah, maka ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yaitu : 1) Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi molekul ke tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi dan besarnya absorbsi adalah terkuantitasi 2) Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi elektromagnetik yang diserap 3) Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan baik nilai maupun arah dari momen dua kutub ikatan
Spektrum peresapan IR merupakan perubahan simultan dari energi vibrasi dan energi rotasi dari suatu molekul. Kebanyakan molekul organik cukup besar sehingga spektrum peresapannya kompleks. Konsep dasar dari spektra vibrasi dapat diterangkan dengan menggunakan molekul sederhana yang terdiri dari dua atom dengan ikatan kovalen. Hal – – hal hal yang dapat mempengaruhi jumlah resapan maksimum secara teoritis adalah : 1. Frekuensi vibrasi fundamental jatuh di luar daerah 2,5 –15 2,5 –15 μm 2. Resapan terlalu lemah untuk diamati 3. Beberapa resapan sangat berdekatan hingga tampak menjadi satu 4. Beberapa resapan dari molekul yang sangat simetris, jatuh pada fr ekuensi yang sama 5. Vibrasi yang terjadi tidak mengakibatkan terjadinya perubahan dipole moment dari molekul
Iii. Macam – Macam Vibrasi
1. Vibrasi Regangan (Streching) (Streching) Dalam vibrasi ini, atom bergerak terus sepanjang ikatan yang menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu: a. Regangan Simetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satubidang datar.
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 2 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
b. Regangan Asimetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan d an tidak ti dak searah tetapi masih dalam satu bidang datar.
2. Vibrasi Bengkokan ( Bending ) Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu : a. Vibrasi Goyangan ( Rocking ), ), unit struktur bergerak mengayun asimetri tetapi masih dalam bidang datar b. Vibrasi Guntingan (Scissoring ( Scissoring ), ), unit struktur bergerak mengayun simetri dan masih dalam bidang datar c. Vibrasi Kibasan (Wagging (Wagging ), ), unit struktur bergerak mengibas keluar dari bidang datar d. Vibrasi Pelintiran (Twisting (Twisting ), ), unit struktur berputar mengelilingi ikatan yang menghubungkan menghubungkan dengan molekul induk dan berada di dalam bidang datar
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 3 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
3
Cara Kerja Pertama, spektra IR untuk blangko (udara kosong) dibuat sebagai referensi munculnya puncak puncak yang tidak diharapkan di spektra IR yang dianalisis. Kemudian, Spektra IR polistirene standar dibuat, kemudian nilai-nilai bilangan gelombang yang menimbulkan puncak dicatat. Nilai-nilai bilangan gelombang yang menimbulkan puncak tersebut dibandingkan dengan bilangan gelombang dari data yang telah didapat dari literatur. Kemudian kita cari persen penyimpangan bilangan gelombang dari percobaan dan literatur. Kelayakan spektrometer IR ditentukan dari persen penyimpangan rata-rata tersebut. Jika persen penyimpangan > 1% maka spektrometer IR tersebut sudah tidak layak pakai. Setelah itu, spektra asam salisilat dalam pellet KBr dibuat. Asam salisilat digerus dengan KBr sampai homogen dan merupakan serbuk halus. Asam salisilat dan KBr yang digunakan adalah sekitar 1 milligram untuk asam salisilat dan sepuluh milligram untuk KBr. Perbandingan jumlah asam salisilat dan KBr harus 1:10. Setelah homogen, diambil sejumlah serbuk tersebut yang kemudian dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi untuk membuat pellet. Di dalam alat tersebut, serbuk asam salisilat-KBr diberi tekanan dengan gaya sekitar seratus ribu kiloNewton supaya bentuknya menjadi seperti tablet. Pellet yang terbentuk kemudian dimasukkan ke dalam spektrometer infra merah dan dibuat spektranya. Kemudian kita mencatat semua nilai bilangan gelombang puncak puncaknya.
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 4 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
Spekta IR dari nujol mull dibuat dengan cara nujol mull diteteskan dan dioleskan pada suatu plat. Plat itu dimasukkan ke spektrometer dan dibuat spektra’nya. Dan kita catat semua bilangan gelombang puncak-puncak dari Spektra IR nujol mull. Selanjutnya, spektra IR asam salisilat dalam nujol mull dibuat. Asam salisilat digerus bersama beberapa tetes nujol mull sampai terbentuk seperti suatu pasta. Perbandingan antara asam salisilat dan nujol mull adalah setiap 5 mg asam salisilat, diperlukan minyak nujol mull sebanyak dua tetes. Setelah terbentuk suatu bahan seperti pasta yang homogen, campuran tersebut dioleskan pada suatu plat (sel windows) dan kemudian dibuat spektranya dengan menggunakan spektrometer infra merah, dan kita catat semua bilangan gelombang puncak-puncaknya. puncak-puncaknya. Setelah semua spektra terbentuk, spektra tersebut dianalisis dan dicocokkan dengan data dari literatur. Setiap gugus fungsi (ikatan) di dalam suatu molekul mempunyai tingkatan energi vibrasi dan rotasi yang berbeda, oleh karena itu, gugus fungsi ditentukan dari nilai bilangan gelombang yang terserap oleh ikatan tersebut. Nilai bilangan gelombang yang terserap ditentukan dari puncak yang mengidentifikasikan adanya % Transmittan yang bernilai kecil (Absorbansi bernilai cukup besar).
4
Data Pengamatan Blank
135 E 120
105
90
75
60
45
30
15
0 4500 Fil
4000
3500
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
500 1/cm
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 5 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
Film Polistiren 105 %T 90
75
5 1 3 9 . . 1 0 8 3 7 6 2 2
1 5 8 . 0 0 . 5 5 0 3 4 0 4
60 2 3 . 2 4 9 1
45
2 0 . 9 6 8 1
1 5 . 1 0 8 1
8 5 . 5 4 7 1
4 5 . 1 0 1 3
0 8 2 . 0 4 . 2 6 2 4 1 2 1
2 1 . 1 4 5 1
9 3 5 . 0 . 1 7 1 2 3 3 1 1
3 6 . 1 8 5 1
30
0 0 . 1 1 1 1
9 1 . 4 3 8 . 4 9 9 7 1 8 9 4 9 . . 4 2 6 0 9 0 1
3
4 . 4 3 4 5 . 0 1 8 1 1 1
9 3 . 1 7 3 1
6 5 . 8 6 0 1
2 3 . 0 8 0 0 3 1 . 9 5 5 4 . 0 2 3 2 0 3
0
-15
6 8 . 8 4 8 2 7 7 8 3 . . 9 6 2 1 9 9 2 2
7 3 . 7 6 6
4 5 . 6 0 9
1 3 . 9 9 9 2
15
8 0 . 1 2 6
6 9 . 0 4 8
6 0 . 8 2 0 1
2 9 . 0 0 6 1
0 0 9 4 . . 2 2 9 5 4 4 1 1
7 0 . 0 4 5
0 2 7 1 0 3 . . . 6 4 4 5 0 9 7 7 6
-30 4500
4000
3500
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
500 1/cm
KBr+Asam salisilat 105 %T 4 8 . 9 7 9
90
75
1 4 . 4 6 9
5 9 . 3 2 5 3
60
45
5 8 . 7 8 0 1 9 9 . 9 2 0 1
30 6 9 . 2 8 3 1
15
0 8 4 . 8 3 2 3
7 7 . 7 7 5 1
7 6 8 6 3 4 . 5 . 0 3 . . 4 6 6 1 0 2 5 3 3 2 . 6 0 3 5 2 . 3 7 4 5 1 0 2 . 1 8 4 2 9 2 . . 9 1 5 5 5 9 0 2 0 0 2 6 0 8 3 3 2
3 6 . 4 6 8 . 0 2 6 6 1 6 1
3 3 5 . 7 1 . 8 2 4 4 1 4 1
-15
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1750
1500
0 1 . 5 2 3 1
8 0 3 . 6 7 0 4 5 1 . 9 3 7 1 9 3 . 3 . . . 8 . 2 9 1 5 1 2 1 1 9 4 0 9 0 1 3 2 4 2 2 1 1 2 1 1 1
1250
1000
7 0 . 7 6 5
4 5 . 0 2 9 . 5 9 8 6 8
3 0 . 5 8 7
4 0 . 3 9 8
4 2 . 2 5 7
.
.
3
2 0 . 8 5 7
750
KBrAssalislt
3 7 . 2 7 . 8 5 9 6 6
500 1/cm
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 6 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
Nujol mull 105 %T 90
75 4 6 . 9 6 3 3
60
8 0 . 3 6 1 1
1 8 . 5 0 3 1
6 8 . 0 1 7 1
9 1 . 0 7 9
1 3 . 3 2 7
45
30 7 1 . 7 7 3 1
15 1 1 . 0 6 4 1
0 2 2 7 0 9 . . 0 2 3 . 5 5 4 8 9 2 2 2 9 2
-15
4500 Nujol
4000
3500
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
500 1/cm
Nujol mull + Asam Salisilat 105 %T 90
75
8 0 . 7 5 8 . 5 7 3 8 2 3 2
60
0 7 . 9 7 5 1
7 5 4 5 6 2 . . 0 2 . 5 5 4 2 . . 7 1 7 0 6 3 2 6 9 5 5 7 2 5 2 2 2 2
3 4 3 0 . . 8 4 8 9 1 8 8 . 6 . 1 8 1 1 3 2 3 1 1 2 3 3
45
4 3 . 3 9 1 9 4 . 4 6 9
9 4 . 2 3 8 1 4 . 7 6 . 8 1 8 6 5 6 6 1 1
30
15
8 7 . 9 8 9 0 9 . 1 9
0 1 . 5 2 3 1
5 1 . 8 6 2 7 8 3 6 0 1 . 1 . 3 . 1 5 . 6 6 9 5 9 4 0 1 2 2 2 1 1 1 1
6 2 . 3 8 4 1
2 0 1
7 9 . 4 7 5 3 . 0 6 2 . 8 5 5 8 8 1 7 1 . 1 9 8
7 0 . 7 6 5
0 3 . 2 6 6 0 6 . 9 . 8 6 9 5 5 7 6
4 5 8 . 3 . 4 2 6 3 4 5
7 1 . 7 7 1 3 1 1 . 0 6 4 1
2 7 9 . 0 2 . 5 1 8 5 6 2 9 1 . 2 2
0
2 9 2
4500 4000 NujolASa
3500
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 7 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
500 1/cm
5
Pengolahan Data No
Bil. Gelombang Gelombang Standar 1/0
Bil. Gelombang Gelombang terukur 1/
%Penyimpangan 1 0
1
1
100 0% 10
0
1
3061
3059.1
0.062071
2
2850.7
2848.86
0.064546
3
1601.4
1600.92
0.029974
4
1583.1
1581.63
0.092856
5
1601.4
1600.92
0.029974
6
1583.1
1581.67
0.092856
7
1181.4
1180.44
0.08126
8
1154.3
1153.43
0.07537
9
1069.1
1068.56
0.05051
10
1028
1028.06 1028.06
0.005837
11
906.7
906.54
0.017646
%Penyimpangan rata-rata Spektra Infra Merah Polistirene
0.054809
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 8 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
Daerah serapan (cm-1) 2850-2960 1350-1470
Gugus Fungsi C-H
Nama Gugus Fungsi alkana
Nujol Mull
2924,02 1450,11 1377,17
As-Salisilat – Nujol Mull 2951,09 2922,16 2852,72 1460,11 1377,17
As-Salisilat – KBr 2918,3 2860,43 1442,75 1382,96
3059,10 860,25 783,10 758,02 696,30 3059,10 3007,02 860,25 783,10 758,02 696,30 1662,64
3020-3080 675-870
C-H
alkena
727,16
854,47 781,17 759,95 696,30
3000-3100 675-870
C-H
aromatik
727,16
854,47 781,17 759,95 696,30
3300 1640-1680
C-H C=C
alkuna alkena
-
1500-1600
C=C
-
1080-1300
C-O
aromatik (cincin) Alkohol Eter asam karboksilat ester
1668,43 1658,78 1579,70
1690-1760
C=O
3610-3640
O-H
2000-3600
O-H
Aldehida Keton asam karboksilat ester alkohol fenol (monomer) Alkohol fenol (ikatan Hidrogen)
1163.02
1577,77
1710,86
1296,16 1246,02 1209,37 1188,15 1155,36 1089,78 -
1292,31 1249,87 1209,37 1190,08 1153,43 1087,85 -
-
-
-
3369,64 2963,02 2924,09 2862,72
3328,04 3188,33 3111,18 2951,09 2922,16 2852,72 2721,56 2675,27 2592,40 2532,54 2387,87 2355,08
3523,85 3238,48 3059,1 3005,1 2918,3 2860,48 2721,56 2594,26 2565,33 2534,46 2360,87
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 9 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
6
3000-3600
O-H
asam karboksilat
3369,64
3328,04 3188,33 3111,18
3310-3500 1180-1360
N-H C-N
amina amina
3369,64 1305,81
3328,04 1296,16 1246,02 1209,37 1325,1
1515-1560 1345-1385
-NO2
nitro
1377,17
1377,17
3523,85 3238,48 3059,1 3005,1 1292,31 1249,87 1209,37 1190,08 1301,95 1382,96
Analisis dan Pembahasan Pada percobaan ini, blangko (udara kosong) juga ikut diukur, tujuannya adalah sebagai referensi analisis. Misalnya pada percobaan yang dilakukan ditemukan puncak yang tidak diinginkan ada dan ketika dibandingkan dengan spektra blangko, ternyata puncak tersebut ada pada blangko, maka dapat disimpulkan bahwa puncak yang muncul tersebut bukanlah berasal dari senyawa yang dianalisis, melainkan berasal dari udara/blangko. Dengan kata lain, fungsi blangko adalah untuk menghilangkan pengaruh serapan yang ditemukan dari spektra sampel yang dianalisis dari serapan-serapan yang ada di udara. Blangko juga digunakan sebagai kalibrasi darai d arai FTIR (“pengenolan”). Pada percobaan ini, polistirene digunakan untuk menentukan kelayakan spektrometer Infra Merah. Polistirene mempunyai kestabilan yang cukup tinggi. Bentuk molekulnya tidak mudah berubah apabila terjadi perubahan lingkungan di sekitarnya, misalnya adanya peningkatan suhu yang tidak ekstrim tidak mengubah bentuk molekul, dan ikatan-ikatan yang ada di dalam polistirene, suhu maksimumnya adalah 90 oC. Berdasarkan hasil perhitungan, penyimpangan rata-rata spektra infra merah polistirene adalah sebesar 0,054%. Suatu spektrometer infra merah dikatakan layak digunakan jika penyimpangan rata-ratanya r ata-ratanya kurang dari 1%. Karena penyimpangan spektra s pektra infra merah yang dihasilkan oleh spektrometer infra merah di Gedung Kimia Institut Teknologi Bandung adalah 0,054%, kurang dari 1% , maka dapat disimpulkan bahwa spektrometer tersebut masih layak la yak untuk dipergunakan. KBr hanya sebagai pendispersi dari Asam Salisilat. Tingkatan energi ikatan pada KBr tidak masuk ke dalam daerah infra merah, sehingga ketika spektrofotometri infra
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 10 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
merah dilakukan, gugus fungsi atau ikatan-ikatan yang ada di dalam KBr tidak terdeteksi sebagai suatu puncak, jadi puncak yang muncul pada spektra asam salisilat – KBr hanyalah milik asam salisilat. KBr juga berfungsi untuk menguatkan pellet, karena jika pellet hanya berisi asama salisilat, pellet tidak akan jadi secara sempurna, karena sifat asam salisilat yang rapuh. Beda halnya dengan spektrofotometri dengan menggunakan menggunakan nujol mull. Jika kita melihat spektra yang dihasilkan, maka kita bisa melihat bahwa nujol mull ikut menciptakan bilangan gelombang pada puncak spektra. Itulah sebabnya, kita juga perlu menganalisis spektra nujol mull tanpa asam salisilat, agar kita tahu puncak murni yang berasal dari asam salisilat dengan teknik nujol mull. Inilah yang menyebabkan teknik pellet KBr lebih baik dari teknik nujol mull. Di dalam spektra asam salisilat dengan teknik nujol mull, kita bisa melihat bahwa ada beberapa kesamaan puncak dengan spektra nujol mull tanpa asam salisilat. Akhirnya, puncak itu diidentifikasi sebagai puncak yang merupakan sumbangan dari ikatan-ikatan atau gugus fungsi yang ada di dalam nujol mull dan tidak dianalisis sebagai ikatan-ikatan atau gugus fungsi dari asam salisilat. Dengan teknik nujol mull, setelah dikurangi dengan nilai-nilai bilangan gelombang dari nujol mull itu sendiri, kita bisa mendapatkan bahwa di dalam asam salisilat, terdapat beberapa gugus fungsi, yaitu alkana (ikatan tunggal antara atom C dan C), alkena (ikatan rangkap dua antara atom C dan C), benzene, ikatan antara C dan H, asam karboksilat, dan alkohol. Dengan menggunakan teknik pellet KBr, kita bisa mendapatkan bahwa gugus fungsi atau ikatan yang ada di dalam asam salisilat adalah benzene, alkena, alkana, alcohol, alc ohol, dan asam as am karboksilat. Jika dilihat lebih lanjut, terdapat juga gugus nitro yang muncul di ketiga spektra, ini berarti bahwa gugus nitro yang teranalisis merupakan hasil dari puncak yang disebabkan oleh udara. Menurut literatur, gugus fungsi yang ada di dalam asam salisilat adalah alcohol, asam karboksilat, cincin benzene, alkena, dan alkuna. Dan hasil percobaan dengan menggunakan FTIR menunjukkan hasil yang sama dari literatur. Ini berarti bahwa pengukuran yang dilakukan dengan metode spektrometri infra merah ini cukup akurat. Adapun bentuk molekul dari asam salisilat adalah sebagai berikut: .
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 11 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
Penghalusan dilakukan untuk memperkecil ukuran molekul-molekul sehingga ketika ditembak dengan menggunakan sindar infra merah, energi dari sinar infra merah dapat diserap langsung oleh gugus fungsi dan ikatan-ikatan yang ada di dalamnya dengan mudah. Jika suatu molekul yang ukurannya besar ditembak dengan menggunakan sinar infra merah, sinar itu juga akan terhambur dan penyerapan yang terjadi tidak maksimal. Hasilnya, puncak-puncak yang dihasilkan oleh spektra infra merah juga tidak akurat. Selain itu, penghalusan juga dilakukan agar kedua zat yang dihaluskan dapat tercampur secara merata atau homogen. Pemipihan juga dilakukan untuk suatu tujuan yang sama, yaitu agar sisi yang ditembak dengan sinar infra merah tidak terlalu tebal. Jika sisi yang ditembak dengan sinar infra merah terlalu tebal, maka sinar infra merah juga akan terhambur dengan tidak optimal. Ini menyebabkan puncak puncak yang terjadi pada spektra infra merah tidak akurat lagi. Secara prinsip, tingkat energi cahaya di daerah sinar infra merah sesuai dengan energi vibrasi dan rotasi dari ikatan-ikatan yang ada di dalam molekul. Apabila sinar infra merah mengenai ikatan ikatan yang ada di dalam molekul yang tingkat energinya sesuai atau sama dengan tingkat energi tersebut, maka sinar infra merah akan diserap. Karena setiap jenis ikatan mempunyai tingkat energi yang berbeda, maka nilai bilangan gelombang sinar infra merah yang diserap juga akan berbeda. Inilah yang menyebabkan spektrofotometri infra merah dapat dipergunakan untuk menentukan gugus fungsi yang ada di dalam suatu molekul.
7
Kesimpulan
Karena persen penyimpangan rata rata dari spektrometer infra merah yang ada di gedung Kimia Institut Teknologi Bandung adalah 0,054% < 1%, maka spektrometer infra merah tersebut masuk dalam kategori layak la yak untuk digunakan.
Gugus fungsi yang ada di dalam asam salisilat adalah alkana, alkena, alkohol, dan asam karboksilat.
Jika spektrometri menggunakan teknik nujol mull, maka spektra dari nujol mull itu sendiri akan terdeteksi pada saat asam salisilat dianalisis. Namun jika menggunakan
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 12 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
teknik pellet KBr, puncak yang dihasilkan adalah puncak-puncak absorbansi asam salisilat itu sendiri dan pellet KBr tidak memberikan adanya puncak tambahan seperti halnya dalam teknik nujol mull. Oleh karena itu, teknik pellet KBr lebih baik dari teknik nujol mull.
8
Daftar Pustaka Harvey, David. 2000. Chemistry: Modern Analitycal Chemistry First Edition. Edition . Page 388409.
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_salisilat diakses pada tanggal 1 Oktober 2012 pukul 22.00 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Polistirena diakses pada tanggal 1 Oktober 2012 pukul 22.00 WIB http://haska.org/2012/09/21/ftir-spektrofotometer-infra-merah-transformasi-fourier/
diakses
pada tanggal 30 september 2012 pukul 22.00 WIB http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri_infra_ merah/comment-page-1/ diakses pada tanggal 30 september s eptember 2012 pukul 22.00 WIB
9
Lampiran Tabel Daerah Serapan Nilai Gelombang, Gugus Fungsi, dan Namanya Daerah serapan (cm-1) 2850-2960 1350-1470 3020-3080 675-870 3000-3100 675-870 3300 1640-1680 1500-1600
Gugus Fungsi
Nama Gugus Fungsi
C-H
alkana
C-H
alkena
C-H
aromatik
C-H C=C C=C
1080-1300
C-O
1690-1760
C=O
alkuna alkena aromatik (cincin) Alkohol Eter asam karboksilat ester Aldehida Keton asam karboksilat
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 13 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah
3610-3640
O-H
2000-3600
O-H
3000-3600 3310-3500 1180-1360 1515-1560 1345-1385
O-H N-H C-N
ester alkohol fenol(monomer) Alkohol fenol (ikatan Hidrogen) asam karboksilat amina amina
-NO2
nitro
Bangkit Dana Setiawan/13011089 Setiawan/13011089 Laporan Kimia Analitik Page 14 Modul IV- Karakterisasi Gugus Fungsi Dengan Spektrometer Infra Merah