LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I Dosen Pengampu : Elly Mulyai, M.Farm.,Apt M.Farm.,Apt Herlina, S.Si
Editor : Dia Oktarina
(16091032)
Frengki Mandala. Mandala. P (16091046) Ratih Purwasih
(16091098)
LABORATURIUM KIMIA AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU T.A. 2017/2018
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I DI SUSUN OLEH KELAS B1: NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NAMA Agung Tri Putra Annisa Ayu Lestari Annisa Zulfa Agustin Ayu Mika Dewi Bunga Maulidini Cica Utami Delsa Ratnasari Deski Oprodita Dewi Mayang Sari Dia Oktarina Dwi Ericca Elda Yeni Ferly Sasmita Frengki Mandala Putra Friska Meyriska Hinipah Hilipsi Indah Anggraini Jimmy Hendric Juwita Megayani Harahap Khairunnisa
NO
NAMA
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Laras Novia Mahrunisa Merta Imelda Monica Clara Shinta M. Saiful Asrori Nabila Etika Nining Herlina Novles Juwita Oqtha Heri Putra Sandika Ratih Prwasih Resti Noptahariza Sarto Bagiyok Seza Seftiani Putri Siska Ramadhani Trimanda Sari Violita Bella Dina Wiwit Pujiarti Yuliandiki Yu liandiki Ardiani
EDITOR: Dia Oktarina
(16091032)
Frengki Mandala. Mandala. P (16091046) Ratih Purwasih
(16091098)
AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU T.A 2017/2018
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I DI SUSUN OLEH KELAS B1: NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NAMA Agung Tri Putra Annisa Ayu Lestari Annisa Zulfa Agustin Ayu Mika Dewi Bunga Maulidini Cica Utami Delsa Ratnasari Deski Oprodita Dewi Mayang Sari Dia Oktarina Dwi Ericca Elda Yeni Ferly Sasmita Frengki Mandala Putra Friska Meyriska Hinipah Hilipsi Indah Anggraini Jimmy Hendric Juwita Megayani Harahap Khairunnisa
NO
NAMA
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Laras Novia Mahrunisa Merta Imelda Monica Clara Shinta M. Saiful Asrori Nabila Etika Nining Herlina Novles Juwita Oqtha Heri Putra Sandika Ratih Prwasih Resti Noptahariza Sarto Bagiyok Seza Seftiani Putri Siska Ramadhani Trimanda Sari Violita Bella Dina Wiwit Pujiarti Yuliandiki Yu liandiki Ardiani
EDITOR: Dia Oktarina
(16091032)
Frengki Mandala. Mandala. P (16091046) Ratih Purwasih
(16091098)
AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpakahkan rahmat dan hidayahnya sehingga buku dalam bentuk “ Laporan “ Laporan Praktikum Kimia Farmasi I ” ini dapat selesai dalam waktunya.
Praktikum Kimia Farmasi I ini bertujuan agar mahasiswa/i
dapat
menerapkan materi dan garis besar tentang kefarmasian dari sudut kimia. Laporan Praktikum ini telah kami susun dengan usaha yang maksimal. Namun, bila ada kritik dan d an saran sar an kami sangat menghargainya m enghargainya dan kami akan menerima mene rima kritik dan saran yang sifatnya membangun agar edisi-edisi yang selanjutnya lebih baik lagi. Kami berterimah kasi kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelasaikan Tugas Laporan Akhir Kimia Farmasi ini.
Bengkulu,
Desember 2017
Penulis
LAPORAN AKHIR PRATIKUM KIMIA FARMASI 1 “IDENTIFIKASI
KUANTITATIF ANTIBIOTIK
KLORAMFENIKOL”
DISUSUN OLEH: KELAS B2 NAMA: AGUNG TRI PUTRA
(16091004)
ANISA AYU LESTARI
(16091007)
ANNISA ZULFA AGUSTIANI
(16091010)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Mikroorganisme bisa memberikan kontribusi dalam Penemuan antibiotik yang telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obatobat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri. (Anonymousa08) 1.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
Inhibitor
sintesis
dinding
sel
bakteri,
mencakup
golongan
Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor
fungsi
sel
lainnya,
seperti
golongan
sulfonamida,
2.
3.
Antimetabolit, misalnya azaserine.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
Bakterisid:
Bakteriostatik:
Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :
Spektrum luas (aktivitas luas) :
Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
sulfa
atau
4.
Penggunaan Antibiotik kombinasi :
B. TUJUAN PRATIKUM 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa antibiotik
teritama Kloramfenikol 2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada
anlisis kualitatif antibiotik Kloramfenikol
BAB II LANDASAN TEORI A. PENGERTIAN ANTIBIOTIK
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Mikroorganisme bisa memberikan kontribusi dalam Penemuan antibiotik yang telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obatobat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri. (Anonymousa08) Antibiotik
adalah
substansi
yang
dihasilkan
oleh
suatu
mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang sangat rendah. Salah satu antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan tetrasiklin untuk menghambat sintesis protein bakteri (Anastasia, 2011). Antibiotik
digunakan
dalam
berbagai
bentuk-masing-masing
menetapkan persyaratan manufaktur agak berbeda. Untuk infeksi bakteri di permukaan kulit, mata, atau telinga, antibiotik dapat dite rapkan sebagai salep atau krim. Jika infeksi internal, antibiotik dapat ditelan atau disuntikkan langsung ke dalam tubuh. Dalam kasus ini, antibiotik dikirim seluruh tubuh dengan penyerapan ke dalam aliran darah. Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan) dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat
membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba. Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya, antibiotik tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk inang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Produk alami yang disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting. Praduk
antikoagulan,
antidepresan,
vasodilator,
her4bisida,
insektisida, hormon tanaman, enzim, dan inhibitor enzim telah diisolasi dari mikroorganisme. Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi berfilamen dan oleh bakteri kelompok actinomycetes. Daftar sebagian besar antibiotika yang dihasilkan melalui fermentasi industri berskala-besar. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan keberadaan antibiotika, sehingga dikenal famili antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimianya . Sebagian besar sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi. Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan nilai penjualan hampir mendekati $ 5 milyar. Beberapa antibiotika yang dihasilkan secara komersial (Sumber:Brock & Madigan,1991).
B. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK 1. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
Inhibitor
sintesis
dinding
sel
bakteri,
mencakup
golongan
Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
Inhibitor
fungsi
membran
sel,
misalnya
ionomycin,
valinomycin;Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
Antimetabolit, misalnya azaserine.
2. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
Bakterisid: Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman.
Termasuk
sefalosporin,
dalam
golongan
ini
(dosis
besar),
aminoglikosida
adalah
penisilin,
kotrimoksazol
,
polipeptida,rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik: Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh.
Termasuk
dalam
golongan
ini
adalah
sulfonamida,
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll. Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid. 3. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :
Spektrum luas (aktivitas luas): Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin,sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit): Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja,bakteri gram positif
atau
gram
negative
saja.
Contohnya
eritromisin,
klindamisin, kanamisin,hanya bekerja terhadap mikroba gram-
positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
C. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK KOMBINASI
1. Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluasaktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal. 2. Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (=kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drugtherapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik. 3. Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase. 4. Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin). 5. Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masingmasing komponen dapat dikurangi.
D. PENGERTIAN KLORAMFENIKOL
Pengertian Kloramfenikol adalah suatu antibiotik spektrum luas yang berasal dari beberapa jenis Streptomyces misalnya S.venezuelae, S. phaeochromogenes var. chloromyceticus dan S. amiyamensis. Setelah para ahli berhasil mengelusidasi strukturnya, maka sejak tahun 1950 kloramfenikol sudah dapat disintesis secara total. S. venezuelae pertama kali diisolasi oleh Burkhoder pada tahun 1947 dari contoh tanah yang diambil di Venezuela. Filtrat kultur cair organisme menunjukkan aktivitas terhadap beberapa bakteri gram negatif dan riketsia (Wattimena, 1991). Kloramfenikol merupakan antibiotika yang berspektrum luas, namun penggunaan yang lama dan dosis yang cukup besar dapat
menimbulkan kelainan pada pematangan sel darah merah, peningkatan kadar besi dalam serum dan anemia, bahkan dapat pula menimbulkan shock sirkulasi yang parah. Dengan demikian, penggunaan kloramfenikol sebagai anti infeksi menjadi terbatas mengingat efek sampingnya pada darah
yang
membahayakan
kesehatan.
Oleh
karena
itu
perlu
pengembangan formulasi sediaan agar kloramfenikol lebih efektif pada dosis yang lebih rendah sehKloramfenikol (Dirjen POM, 1979). Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Kloramfenikol memiliki nama kimia 1- (pnitrofenil)- dikloroasetamido1,3-propandiol, rumus molekul C11H12Cl2N2O5 dan memiliki struktur. Kloramfenikol
termasuk antibiotika yang paling stabil. Larutan
dalam air pada pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah. Dalam basa akan terjadi penyabunan ikatan amida dengan cepat. Senyawa ini cepat dan hampir sempurna diabsorpsi dari saluran cerna. Oleh karena itu pemberian peroral menonjol (Wattimena, 1990).
E. AKTIVITAS MIKROBA KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol bertindak menghambat sintesis protein dengan cepat tanpa mengganggu sintesis DNA dan RNA. Kloramfenikol dihasilkan melalui fermentasi, tetapi sekarang telah dihasilkan melalui sintesis kimia. Kloramfenikol adalah antibiotika pertama yang mempunyai efek terhadap rikets. Penggunaannya perlu diawasi dengan memonitor keadaan hematologi
karena
dapat
menyebabkan
efek
hipersensitivitas
(Hadisahputra dan Harahap, 1994). Kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik berspektrum luas yang aktif terhadap organisme-organisme aerobik dan anaerobik gram positif maupun negatif. Sebagian besar bakteri gram
positif
dihambat
pada
konsentrasi
1-10
µg/mL,
sementara
kebanyakan bakteri gram negatif dihambat pada konsentrasi 0,2 µL/mL. (Katzung, 2004).
-
5
Spektrum kerja tumpang tindih dengan spektrum tetrasiklin secara luas. Yang perlu digaris bawahi adalah aktivitas yang mencolok terhadap Salmonella (tergolong penyebab tifus dan paratifus) dan difusi jaringan yang baik (Wattimena, 1990).
F.
HUBUNGAN
STRUKTUR
DENGAN
AKTIVITAS
KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol merupakan senyawa fenil propan tersubstitusi yang mempunyai dua unsur struktur tidak lazim untuk bahan alam yaitu suatu gugus nitro aromatik dan residu diklor asetil. Gugus R pada turunan kloramfenikol
berpengaruh
pada
aktivitasnya
sebagai
anti
bakteri
Staphylococcus aureus. Kloramfenikol (R=NO2) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphyllococcus aureus yang optimal. Untuk mendapatkan senyawa turunan kloramfenikol baru dengan aktivitas optimal, harus diperhatikan agar gugus R bersifat penarik elektron kuat dan mempunya sifat lipofilik lemah. Turunan kloramfenikol yang mempunyai gugus trifluoro lebih aktif daripada kloramfenikol terhadap E. coli. Turunan yang gugus hidroksilnya pada C3 terdapat sebagai ester juga digunakan dalam terapi.
G. SIFAT KLORAMFENIKOL
Sinonim
: Chloramphenicolum
Berat Molekul
: 323,13
Rumus Molekul
: C11H12Cl2N2O5
Pemerian
: Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang; putih
sampai
putih
kelabu
kekuningan; tidak
atau
putih
berbau; rasa sangat
pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap.
Kelarutan
: Larut dalam lebih kurang 400 bagian air; dalam 2,5 Bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P sukar larut dalam Kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan
: Antibiotikum, sebagai sampel.ingga efek Samping obat Berkurang (Sudjaswadi, 1999)
Persyaratan
: Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0%
Dan
tidak
lebih
C11H12C12 N2O5, dihitung
dari
103,0%
terhadap zat yang
telah dikeringkan dan tidak lebih dari
Titik Lebur
: Antara 1490 dan 1530 C.
pH
: Antara 4,5 dan 7,5. (Farmakope IV, 1995).
Pengaruh Lingkungan: Stabilitas Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2-7, suhu 25oC dan pH mempunyai waktu paruh hampir
3
tahun.
Sangat
tidak
stabil
dalam
suasana
basa.
Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis adeps lanae.
Farmakokinetika :
Dosis kloramfenikol
yang umum adalah 50-100 mg/kg/hari.
Setelah pemberian peroral, kristal kloramfenikol diabsobsi dengan cepat dan tuntas. Dosis oral 1 g menghasilkan kadar darah antara 1015 µg/mL. Kloramfenikol palmitat merupakan suatu pro-drug yang dihidrolisis dalam usus untuk menghasilkan kloramfenikol bebas. Formulasi
parenteralnya,
kloramfenikol
suksinat,
menghasilkan
kloramfenikol bebas melalui hidrolisis, menyebabkan kadar darah sedikit lebih rendah dibandingkan kadar darah yang dicapai dengan obat yang diberikan secara oral. Kloramfenikol didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Hal ini meliputi juga sistem saraf pusat sehingga konsentrasi kloramfenikol dalam jaringan otak dapat setara dengan konsentrasi dalam serum. Obat ini mengalami penetrasi membran sel secara cepat. Ekskresi kloramfenikol tidak perlu diubah pada saat kerja ginjal
menurun, namun harus dikurangi dalam jumlah besar
pada kegagalan hati. (Katzung, 2004).
Cara Pembuatan: Kloramfenikol
adalah
antibiotik
yang
dihasilkan
oleh
Streptomyces venezuelae, oraganisme yang pertama kali diisolasi tahun 1947 dari sample tanah yang dikumpulkan di Venezuela ( Bartz, 1948). Sewaktu struktur materi kristalin yang relatif sederhana tersebut ditemukan antibiotik, antibiotik ini lalu dibuat secara sintetik. Biosintesis kloramfenikol pada siklus hidupnya yang normal, Streptomyces venezuelae akan tumbuh dalam medium yang sesuai dan menghasilkan jumlah sel maximum, setelah itu berhenti pertumbuhannya, dan memasuki fase stasioner, akhirnya diikuti oleh kematian sel vegetatif atau pembentukan spora. Pada stadium ini, setelah
sel-sel
berhenti
mambelah,
metabolit
sekunder
mulai
diproduksi. Metabolit sekunder mulai di produksi dalam jumlah besar dan kebanyakan disekresikan ke dalam medium biakan. Kebanyakan antibiotik merupakan metabolit sekunder.
H. PENGGUNAAN KLINIS
Sebagai obat sistemik, kloramfenikol hampir tidak dipakai lagi berhubung toksisitasnya yang kuat, resistensi bakteri, dan tersedianya obat-obat lain yang lebih efektif (misalnya cephalosporin). Kloramfenikol kadang-kadang juga digunakan secara topikal untuk pengobatan infeksi mata karena spektrum antibakterinya yang luas dan kemampuannya mempenetrasi jaringan okuler dan cairan bola mata. Obat ini tidak efektif untuk infeksi-infeksi chlamydia (Katzung, 2004).
I.
IDENTIFIKASI KLORAMFENIKOL
1. Spektrum serapan inframerah zat yang dispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan hanya pada panjang yang sama seperti pada Kloramfenikol BPFI 2. Waktu retensi puncak utama pada kromatografi Larutan uji sesuai dengan waktu retensi puncak utama pada kromatogram baku yang diperoleh pada Penetapan kadar .
Larutan
BAB III HASIL PERCOBAAN A. Alat dan Bahan
1. Alat
2. Bahan
a. Tabung reaksi
a. Kloramfenikol
b. Rak tabung reaksi
b. Air
c. Buret
c. Etanol
d. Beaker gelas
d. NaOH
e. Botol semprot
e. FeCl
f. Plat tetes
f. H2SO4
g. Kertas lakmus
g. AgNO3
h. Perkamen i. Pipet tetes
B. HASIL PERCOBAAN
No
PROSEDUR
PENGAMATAN
KETERANGAN
Uji organoleptis
1
A. Warna
Putih
B. Bau
Tidak berbau
C. Rasa
Rasa pahit
D. Konsistensi
Serbuk
Uji kelarutan 2
sampel + air
0,1 : 30=1:300
Sukar larut
sampel + alcohol
0,1 : 15,4=1:154
Sukar larut
Netral
Uji Ph 3
Sampel + lakmus merah
Merah
Sampel + lakmus biru
Biru
Reaksi gugus fungsional 4
Zat dalam etanol +
→ tercium bau khas
kloroform + basa alkali
isonitril
(dipanskan) Reaksi khusus
Sampel + 2 gr NaOH + 3 ml
→ kuning kuat
air, lalu dipanaskan sampai mendidih 5
Sampel + H2SO4 (p)
→kuning
Sampel + H2SO4(p) + air
→kuning tipis
Sampel + HNO3
→kuning
Sampel + AgNO3
→abu-abu
Sampel + FeCl3
→kuning cokelat ↓
putih 6
Kesimpulan
Kloramfenikol
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPLAN A. PEMBAHASAN
Mikroorganisme bisa memberikan kontribusi dalam Penemuan antibiotik yang telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obatobat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri. (Anonymousa08) Antibiotik
adalah
substansi
yang
dihasilkan
oleh
suatu
mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang sangat rendah. Salah satu antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan tetrasiklin untuk menghambat sintesis protein bakteri (Anastasia, 2011). Pada pratikum kali ini kami melakukan uji identifikasi Golongan antibiotik
Kloramfenikol. Kloramfenikol itu sendiri suatu
antibiotik
spektrum luas yang berasal dari beberapa jenis Streptomyces misalnya S.venezuelae, S. phaeochromogenes var. chloromyceticus dan
S.
amiyamensis. Setelah para ahli berhasil mengelusidasi strukturnya, maka sejak tahun 1950 kloramfenikol sudah dapat disintesis secara total. S. venezuelae pertama kali diisolasi oleh Burkhoder pada tahun 1947 dari contoh tanah yang diambil di Venezuela. Filtrat kultur cair organisme menunjukkan aktivitas terhadap beberapa bakteri gram negatif dan riketsia (Wattimena, 1991). Kloramfenikol merupakan antibiotika yang berspektrum luas, namun penggunaan yang lama dan dosis yang cukup besar dapat menimbulkan kelainan pada pematangan sel darah merah, peningkatan kadar besi dalam serum dan anemia, bahkan dapat pula menimbulkan shock sirkulasi yang parah. Dengan demikian, penggunaan kloramfenikol sebagai anti infeksi menjadi terbatas mengingat efek sampingnya pada
darah
yang
membahayakan
kesehatan.
Oleh
karena
itu
perlu
pengembangan formulasi sediaan agar kloramfenikol lebih efektif pada dosis yang lebih rendah Kloramfenikol (Dirjen POM, 1979). Pada uji identifikasi kita lakukan uji Pendahuluan hasil yang didapati:
Warna
: Putih
Bau
: Tidak Berbau
Rasa
: Pahit
Konsistensi : Serbuk
Selanjutnya
lakukan
Uji
Kelarutan
didapat
hasil
bahwa
kloramfenikol 1:30ml (sukar larut dalam air) dan 1:154ml (sukar larut dalam alkohol), Lalu selanjutnya jita lakukan uji PH atau keasaman ternyata kloramfenikol memiliki Ph netral, Langkah selanjutnya lakukan uji Gugus Fungsional dengan cara : Pemeriksaan amin alfatik primer dan aromatic (reaksi isonitril):
Zat dalam etanol + kloroform + basa alkali (dipanaskan) tercium bau khas isonitril Lalu selanjutnya untuk menegaskan bahwa sampel adalah
Antibiotik Kloramfeniko kita lakukan uji Reaksi Khusus dengan cara :
Sp + 2Naoh + 3ml air panaskan
Larutan kuning
Sp + H2SO4
Sp + H2SO4 (p) kuning + H2O
Sp + HNO3
kuning tipis
Sp + Fecl 3
abu-abu
Sp + Fecl 3
kuning coklat endapan putih
kuning kuning tipis
B. Kesimpulan
Dari hasil percobaan kami dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah golongan antibiotik Kloramfenikol karena dari pengujian yang
kami lakukan hasil nya semua sama dengan yang tertera pada lieteratur panduan Pratikum.
DAFTAR PUSTAKA Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Penerjemah dan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba Medika, Surabaya. Hlm 37-41 Wattimena, J. R., 1991. Farmakodinami Dan Terapi Antibiotik . Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 1, 187 Hadisahputra, S., Harahap, U. 1994. Biokimia Dan Farmakologi Antibiotik . USU Press, Medan. Hlm 38-39 Anastasia, Yessy, 2011, Teknik Analisis Residu Golongan Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Buletin Teknik Pertanian, Vol. 16, No. 2, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. Arifin, Helmi, Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, Universitas Andalas. Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2012, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta (hal 1). Putra, Effendy De Lux, 2002, Penetapan Kadar Ampisilin Dalam Tablet Dengan Nama Generic Dan Dagang Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Majalah Farmasi Indonesia, 13(4), Universitas Sumatera Utara. Sudjaswadi, Riswaka, 1999, Peningkatan Daya Hambat Kloramfenikol Terhadap Staphylococcus Aureus Atcc 25923 Dan Escherichia Coli
Atcc 25922 Karena Campuran Polietilenglikol 4000-Tween 80 (1:1), Sigma, Vol. II, No. 1, Universitas Gadjah Mada.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI “IDENTIFIKASI AMOXICILLIN DAN AMPISILIN”
Dosen Pengampu: Elly Mulyai, M.Farm.,Apt Herlina, S.Si
Disusun Oleh Kelas B2 Nama :
Ayu Mika Dewi
(16091013)
Bunga Maulidini
(16091016)
Cica Utami
(16091019)
Delsa Ratna Sari
(16091022)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU 2017
GOLONGAN ANTIBIOTIK A. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu mengidentikfikasi berbagai senyawa antibiotik. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada analisis kualitatif antibiotik.
B. Dasar Teori Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Antibiotika adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi
dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan
atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil. Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr.Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey. Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik- penyelidik lain di seluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis atau semisintetis. (Gandjar, Ibnu Gholib.2012). 1.
Mekanisme Kerja Antibiotik
Mekanisme kerja antibiotika antara lain : a. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah, seperti penisilin dan sefalosporin. b. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya, hingga bersifak lebih permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat keluar seperti kelompok polipeptida. c. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk
seperti
klindamisin,
makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
linkomisin,
kloramfenikol,
d. Mengganggu pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapat berkembang seperti metronidasol, kinolon, novobiosin, rifampisin. e. Menghambat sintesa folat seperti sulfonamida dan trimetoprim. (Anief. Moh.2005) 2. Penggolongan Antibiotik
a. Pengolongan Berdasarkan Luas Aktivitas Kerjanya, Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum), Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif saja). b. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spektrum), Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif. Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan klorampenikol. 1) Pengolongan Berdasarkan Mekanisme Kerja a) Penghambatan sintetis dinding bakteri b) Penghambat membran sel c) Penghambatan sintetis protein di ribosom d) Penghambatan sintetis asam nukleat e) Penghambatan metabolik (antagonis folat) 2) Pengolongan Berdasarkan Daya Kerjanya a) Bakterisid, Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll. b) Bakteriostatik, Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat
tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan
ini
kloramfenikol,
adalah eritromisin,
sulfonamida,
tetrasiklin,
trimetropim,
linkomisin,
makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll. 3) Pengolongan Berdasarkan Struktur Kimianya a) Golongan
Aminoglikosida,
Diantaranya
amikasin,
dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. b) Golongan
Beta-Laktam,
karbapenem
(ertapenem,
Diantaranya imipenem,
golongan meropenem),
golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). c) Golongan
Glikopeptida,
Diantaranya
vankomisin,
teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. d) Golongan Poliketida, Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, golongan
azitromisin,
ketolida
klaritromisin,
(telitromisin),
roksitromisin),
golongan
tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). e) Golongan Polimiksin, Diantaranya polimiksin dan kolistin. f) Golongan Kinolon (fluorokinolon), Diantaranya asam nalidiksat,
siprofloksasin,
ofloksasin,
norfloksasin,
levofloksasin, dan trovafloksasin. g) Golongan
Streptogramin,
Diantaranya
pristinamycin,
virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin. h) Golongan
Oksazolidinon,
Diantaranya
linezolid
dan
AZD2563. i) Golongan Sulfonamida, Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim. j) Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat. (Anonim.2000).
C. Amoksisilin (C16H19N3O5S)
Struktur Kimia Amoxicillin 1. Uji Pendahuluan a) Organoleptis
: Serbuk hablur putih, praktis tidak berbau.
b) Kelarutan
: Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, Dalam propilena glikol.
c) Uji pH
: Cek sampel dengan sedikit air + kertas lakmus merah dan biru
2. Reaksi Gugus Fungsional a)
Pemeriksaan amin alifatik primer dan aromatic (reaksi isonitril) Zat dalam etanol + kloroform + basa alkali (dipanaskan) bau khas isonitril.
3. Reaksi Khusus a) Sampel + H2SO4 (p) b) Sampel + H2SO4 (P)
kuning kuning + H2O
c) Sampel + HNO3
kuning tipis
d) Sampel + AgNO3
endapan putih
e) Sampel + FeCl3
kuning tipis
abu-abu coklat endapan putih
D. Ampisilin (C16H19N3O4S)
tercium
Struktur Kimia Ampisilin 1. Uji Pendahuluan a) Organoleptis
: Asam dan garam berbentuk bubuk kristal halus, putih, dan higroskopis.
b) Kelarutan
: - Garam (mudah larut dalam air dan kloroform, Larut dalam etanol, agak sukar larut dalam aseton, tidak larut dalam eter) - Trihidrat (sukar larut dalam air dan aseton, tidak larut dalam etanol, eter, dan kloroform)
c) Uji pH
: Cek sampel dengan sedikit air + kertas lakmus merah dan biru
2. Reaksi Gugus Fungsional a) Pemeriksaan amin alifatik primer dan aromatic (reaksi isonitril) Zat dalam etanol + kloroform + basa alkali (dipanaskan)
tercium
bau khas isonitril. 3. Reaksi Khusus a) Sampel + 1 ml air + 2 ml Fehling encer (2:6) timbul warna ungu (fuhsin).
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PERCOBAAN II AMOXICILLIN DAN AMPISILIN A. DASAR TEORI
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotikgolongan penisilin yang
banyak beredar di pasaran dan banyak digunakankarena harga
antibiotik golongan ini relatif murah. (Harianto dan Transitawuri, 2006). Amoksisilin berspektrum luas dan sering diberikanpada pasien untuk pengobatan beberapa penyakit seperti pneumonia,otitis,sinusitis, infeksi saluran kemih, peritonitis, dan penyakitlainnya. Obat ini tersedia dalam berbagai sediaan seperti tablet,kapsul, suspensi oral, dan tablet dispersible (UNICEF, 2013). Amoksisilin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan betalaktam dan memiliki nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat ini awalnya dikembangkan memiliki keuntungan lebih dibandingkan ampisilin yaitu dapat diabsorpsi lebih baik di traktus gastrointestinal. Obat ini tersedia dalam bentuk amoksisilin trihidrat untuk administrasi oral dan amoksisilin sodium untuk penggunaan parenteral. Amoksisilin telah menggantikan ampisilin sebagai antibiotik yang sering digunakan di berbagai tempat (Grayson, 2010). Secara kimiawi, amoksisilin adalah asam (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2Amino-2-(4-hidroksifenil) asetil] amino] -3,3 -dimetil-7 -okso -4-tia -1 aza -bisiklo [3.2.0]heptan-2-karboksilat (Kauret al., 2011). Struktur Kimia Amoxicillin :
Ampisilin merupakan derivat penisilin yang merupakan kelompok antibiotik β – laktam yang memiliki spektrum antimikroba yang luas.
Ampisilin efektif terhadap mikroba Gram positif dan Gram negatif. Ampisilin digunakan untuk infeksi pada saluran urin yang disebabkan oleh Escherichia coli dan juga untuk infeksi saluran pernafasan, telinga bagian tengah yang disebabkan Streptococcus pneumoniae (Brooks, 2001). Mekanisme kerja ampisilin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara menghambat pembentukan mukopeptida, karena sintesis dinding sel terganggu maka bakteri tersebut tidak mampu mengatasi perbedaan tekanan osmosa di luar dan di dalam sel yang mengakibatkan bakteri mati (Wattimena, 1987). Ampisilin berupa serbuk hablur, putih dan tak berbau. Dalam air kelarutannya 1g/ml, dalam etanol absolut 1g/250ml dan praktis tidak larut dalam eter dan kloroform (Wattimena, 1987). Struktur Kimia Ampisilin :
.
B. ALAT DAN BAHAN
1) Alat
2) Bahan
a. Tabung reaksi
Amoxicillin
Ampisilin
b. Rak tabung reaksi
a. Kloroform
a. Kloroform (CHCl3)
c. Pipet tetes
(CHCl3)
d. Plat tetes
b. H2SO4
e. Spatel
c. H2O
f. Serbet
d. HNO3
g. Lakmus merah dan
e. AgNO3
biru
f. FeCl3
b. H2O c. Fehling A & B
C. HASIL PERCOBAAN 1. AMOKSISILIN NO
1
2
3
4
PROSEDUR
PENGAMATAN
Uji Organoleptis - Warna
Putih
- Bau
Bau Khas
- Rasa
Pahit
- Konsistensi
Serbuk
Uji Kelarutan - Sampel + Air
0,1 : 30 = 1 : 300 ml
Sukar larut
- Sampel + Alkohol
0,1 : 14,9 = 1 : 149 ml
Sukar larut
Uji pH - Sampel + lakmus merah
Merah
- Sampel + lakmus biru
Biru
Reaksi Gugus Fungsional - Zat
dalam
etanol
+
klorofom + basa alkali (dipanaskan)
Bau Khas Isonitril
tercium
bau khas isonitril (balon) 5
KETERANGAN
Reaksi Khusus - Sampel + H2SO4
Kuning
- Sampel + H2SO4 + H2O
Kuning tipis
- Sampel + HNO3
Kuning tipis
- Sampel + Agno3
Endapan putih
- Sampel + Fecl3
Abu-abu coklat endapan putih
Kesimpulan
Amoksisilin
Netral
2. AMPISILIN NO
1
2
3
4
PROSEDUR
PENGAMATAN
KETERANGAN
Uji Organoleptis - Warna
Putih
- Bau
Khas
- Rasa
Pahit lemah
- Konsistensi
Serbuk
Uji Kelarutan - Sampel + Air
0,1 : 20,3 = 1 : 203
Sukar larut
- Sampel + Alkohol
0,1 : 23
Sukar larut
= 1 : 230
Uji pH - Sampel + lakmus merah
Merah
- Sampel + lakmus biru
Merah
Asam
Reaksi Gugus Fungsional - Zat
dalam
etanol
+
klorofom + basa alkali (dipanaskan)
tercium
Bau Khas Isonitril
bau khas isonitril (balon) 5
Reaksi Khusus - Sampel + 1 ml Air + 2
ml Fehling Encer (2:6)
Ungu
Timbul Warna Ungu (Fuhsin) 1 tetes fehling A 3 tetes fehling B 6
Kesimpulan
C16H19 N3O4S
AMPISILIN
3. PEMBAHASAAN
Pada percobaan ini dilakukan analisa secara kualitatif atau uji identifikasi dari senyawa amoxicillin dan ampisilin. Analisa kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang
dituju
dalam
suatu
sampel.
Indikator
terjadinya
reaksi
membuktikan bahwa suatu sampel ditandai dengan terjadinya reaksi seperti perubahan warna zat, adanya pengendapan, adanya panas, adanya gelembung dan lain-lain. Pada identifikasi pertama dilakukan uji organoleptis terlebih dahulu yang memuat warna, bau, rasa, dan konsistensi. Pada sampel ini yaitu amoxicillin memiliki warna putih, bau khas obat, rasa pahit, dan konsistensi berupa serbuk. Setelah uji organoleptis dilakukan uji kelarutan yaitu apabila sampel ditambah air dimana sampel sebanyak 0,1 gram didapatkan perbandingan yaitu 1 : 300 dengan kelarutan sukar larut, dan begitu juga dengan sampel ditambaah alkohol, dimana sampel sebanyak 0,1 gram didapatkan perbandingan yaitu 1 : 149 dengan kelarutan sukar larut. Setelah itu dilakukan uji pH, maka didapatkan hasil dari pH amoxicillin yaitu bersifat asam. Amoxicillin memiliki gugus fungsional yaitu apabila sampel dalam etanol ditambah kloroform ditambah NaOH 1N (dipanaskan) maka akan tercium bau khas isonitril. Sedangkan pada reaksi khusus, sampel ditambah H2SO4 menghasilkan warna kuning dan apabila ditambah H2O akan berubah menjadi kuning tipis, sampel ditambah HNO3 akan menghasilkan warna kuning, sampel ditambah AgNO3 adanya endapan putih, dan sampel ditambah FeCl3 akan menghasilkan abu-abu coklat endapan putih. Sifat fisika dan kimia amoxicillin yaitu mengandung tidak kurang
dari
90,0%
C16H19 N3O5S
dihitung
sebagai
anhidrat.
Amoxicillin berwarna putih praktis tidak berbau, sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan
dalam kloroform. Ketika dilarutkan dalam air secara langsung akan berbentuk suspensi oral dengan pH antara 5-7,5. Pada identifikasi kedua dilakukan untuk sampel ampisilin, uji yang dilakukan pertama yaitu uji organoleptis yang memuat bentuk, warna, bau, rasa, dan konsistensi. Ampisilin memiliki ciri-ciri bentuk serbuk berwarna putih, rasa pahit lemah, bau khas obat dan konsistensi berupa serbuk. Uji kelarutan ampisilin dengan menggunakan air dan alkohol didapatkan bahwa keduanya merupakan zat yang sukar larut dalam air dengan perbandingan sampel ditambah air 1 : 203 sedangkan sampel ditambah alkohol 1 : 230. Pada sampel ampisilin memiliki dua reaksi yaitu yang pertama reaksi gugus fungsional dan yang kedua reaks khusus, dan uji pH pada ampisilin yaitu bersifat asam. Pada gugus fungsional sampel (ampisilin) ditambah etanol ditambah kloroform ditambah NaOH 1N dipanaskan makan akan tercium bau khas isonitril. Sedangkan pada reaksi khusus, sampel (ampisilin) ditambah 1 ml H2O ditambah 2 ml fehling dengan perbandingan 2 : 6 maka akan menghasilkan warna ungu. Pada praktikum digunakan perbandingan 1 : 3, 1 tetes untuk fehling A dan 2 tetes untuk fehling B. Sifat fisika dan kimia ampisilin yaitu ampisilin berbentuk anhidrat dan trihidrat mengandung tidak kurang dari 95,0% C16H19 N3O4S dihitung terhadap zat anhidrat. Ampisilin trihidrat mempunyai kelarutan dalam air sekitar 6 mg/ml pada suhu 20oC dan 10 mg/ml pada suhu 40oC, ampisilin sodium berwarna hampir putih praktis tidak berbau , serbuk kristal, serbuk higroskopis sangat larut dalam air, mengandung 0,9% natrium klorida.
4. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa : a.
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan dari suatu mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain.
b.
Pada
hasil
identifikasi
sampel
pertama
secara
kualitatif
merupakan jenis antibiotik yaitu Amoxicillin/ C16H19 N3O5S c.
Pada hasil identifikasi sampek kedua secara kualitatif merupakan jenis antibiotik yaitu Ampisilin/ C16H19 N3O4S
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Muniz, corolina compas. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar : Yogyakarta. (Hal 1 dan 10). Sukandar. 2008. Analisa Kimia Farmasi Kualitatif. UNHAS : Makassar. Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar : Yogyakarta. (Hal 1). Anief, Moh. 2005. Farmasetika Cetakan III. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI “PARACETAMOL DAN ASAM MEFENAMAT”
Dosen Pengampu: Elly Mulyani, M.Farm.,Apt Herlina, S.Si
Disusun oleh:
Deski Ofrodita Dewi Mayang Sari Dwi Erica Angraini Elda Yeni
Kelas B2
LABORATORIUM KIMIA FARMASI AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU 2017
A. Dasar Teori Paracetamol merupakan
turunan
senyawa
sintesis
dari
p-
aminofenol yang memberik anefek analgesia dan antipiretika. Senyawa ini dikenal dengan nama lain asetaminofen, aseta minofen, merupakan merup akan senyawa metabolit aktif
fenasetin,
namun
tidak
memiliki sifat karsinogenik
(menyebabkan kanker). Senyawa ini memilik nama kimia N-asetil-paminofenol atau p-asetamidofenol atau 4’-hidroksiasetanilida. (Depkes RI, 1979)
Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat analgesik dan antipiretik ini mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau yang lebih dikenal dengan parasetamol (Rachdiati, 2008).
Analisis kimia merupakan penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya dan bahan kimia pada umumnya. Dalam analisis kimia yang paling sering digunakan adalah analisis kimia secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. (Gandjar, 2007) Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak di ketahui. Analisis kualitatif merupakan suatu cara yang paling efektif untuk mempelajari
kimia
dan
dalam larutan.Dalam metode
unsur-unsur analisis
serta
kualitatif,kita
ion-ionnya menggunakan
beberapa pereaksi,di antaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Analisis kualitatatif dapat digunakan untuk menganalisis reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C,H,N,O. (Miessler, 1991) Parasetamol merupakan zat aktif digunakan
dan
dimanfaatkan
pada obat yang banyak
sebagai
analgesik
dan
antipiretik. Parasetamol dimetabolisir dimetaboli sir oleh hati dan dikeluarkan melalui mel alui ginjal. Parasetamol tidak merangsang selaput lendir lambung atau menimbulkan pendarahan pada saluran cerna. Diduga mekanisme kerjanya adalah menghambat pembentukan prostaglandin pembentukan prostaglandin.. Obat ini digunakan untuk melenyapkan atau meredakan rasa nyeri dan menurunkan panas tubuh. Analisis
parasetamol
dilakukan
untuk
memastikan
bahwa
tablet
parasetamol sesuai dengan den gan kriteria kriter ia yang tertera pada p ada Farmakope Indonesia dan memastikan bahwa parasetamol dapat memberikan efek farmakologi yang diharapkan pada pasien (Ansel, 1989)
Rumus molekul C8H9NO2; Berat molekul 151,16 g/mol; Berat Jenis 1.293 (air=1); Titik lebur 169-170oC; Titik didih >500oC; Oktanol / Koefisien partisi air (P) log P 0,49. Penampilan kristal berwarna atau bubuk kristal putih. Sangat sedikit larut dalam air dingin; cukup larut dalam air panas. 1.
Sifat Zat Berkhasiat
Menurut Dirjen POM. (1995), sifat-sifat Parasetamol adalah sebagai berikut: a.
Sinonim
: 4-Hidroksiasetanilida 4-Hidroksiasetanilid a
b.
Berat Molekul : 151.16
c.
Rumus Empiris Empiris : C8H9NO2.
d.
Rumus bangun : HO
e.
Kandungan
NHCOCH3
: tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih Dari 101,0% C8H9 NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
f.
Pemerian
: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, pahit
g.
Kelarutan
: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium Hidroksida 1N, mudah larut dalam etanol.
h.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus Cahaya.
i.
Jarak lebur
: Antara 168⁰ dan 172⁰ . (DitJen POM, 1995).
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati. (Lusiana Darsono 2002). Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral sent ral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini,
demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. (Mahar Mardjono 1971)
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase.
Parasetamol
menghambat
siklooksigenase
sehingga
konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin,
tetapi
demam
yang
ditimbulkan
akibat
pemberian
prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik (Aris, 2009) Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik. Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgesik dan antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukan kerja pusat dan juga kerja
perifer.
Dengan
mekanisme
sikloogsigenase (Goodman, 2007).
menghambat
kerja
enziim
MONOGRAFI Pemerian
: Serbuk hablur; putih atau hampir putih; melebur pada suhu ±
Kelarutan
2300 C disertai peruraian.
:Larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol dan metanol, praktis tidak larut dalam air.
Penyimpanan
:Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim,1995).
Khasiat
: Analgetik (Anonim, 1995)
Dosis
: 500 mg (Anonim, 1995) Asam
mefenamat
memiliki
dua
produk
metabolit,
yaitu
hidroksimetil dan turunan suatu karboksi, keduanya dapat diidentifikasi dalam plasma dan urin. Asam mefenamat dan metabolitnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian besar diekskresikan lewat urin, tetapi ada juga sebagian kecil yang melalui feces. Pada pemberian dosis tunggal, 67% dari total dosis diekskresikan melalui urin sebagai obat yang tidak mengalami perubahan atau sebagai 1 dari 2 metabolitnya. 20-25% dosis diekskresikan melalui feces pada 3 hari pertama. (Mahar Mardjono 1971)
Asam mefenamat dapat digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri sedang dalam berbagai kondisi seperti nyeri otot, nyeri sendi, nyeri ketika atau menjelang haid, sakit kepala dan sakit gigi. Secara terperinci efek dari asam mefenamat antara lain: 1. Nyeri perut ketika masa menstruasi (dysmenorrhoea) 2. Pendarahan yang tidak normal pada saat menstruasi 3. Sakit kepala 4. Penyakit yang disertai dengan radang 5. Nyeri otot (myalgia) 6. Osteoarthritis 7. Nyeri dan inflamasi 8. Nyeri pada saat melahirkan 9. Nyeri ketika dioperasi 10. Sakit gigi (Mahar Mardjono 1971) Asam mefenamat bekerja dengan membloking aktivitas dari suatu enzim dalam tubuh yang dinamakan siklooksigenase. Siklooksigenase adalah enzim yang berperan pada beberapa proses produksi substansi kimia dalam tubuh, salah satunya adalah prostaglandin. Prostaglandin diproduksi dalam merespons kerusakan/adanya luka atau penyakit lain yang
mengakibatkan
rasa
nyeri,
pembengkakan
dan
peradangan.
Prostaglandin (PG) sebenarnya bukan sebagai mediator radang, lebih tepat dikatakan sebagai modulator dari reaksi radang. Sebagai penyebab radang, PG bekerja lemah, berpotensi kuat setelah berkombinasi dengan mediator atau substansi lain yang dibebaskan secara lokal, autakoid seperti histamin, serotonin, PG lain dan leukotrien. Prostaglandin paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer. Prostaglandin merupakan vasodilator potensial, dilatasi terjadi pada arteriol, prekapiler, pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun PG merupakan vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal. Selain PG dari alur sikooksigenase juga dihasilkan tromboksan. Tromboksan A2 berkemampuan menginduksi
agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet. .(Lusiana Darsono 2002). B. Alat dan Bahan 1. Paracetamol Bahan : Alat :
Pipet tetes
Plat tetes
Tabung reaksi
NaHCO3 HCl(p) HCl(encer) FeCl3 1% NaOH NaNO2 10% FeCl3(p) HNO3(p) HNO3(encer) K 2CRO7
Beker glass
Serbet
Rak tabung reaksi
Buret
Kertas lakmus merah
Kertas lakmus biru
2. Asam Mefenamat Alat :
Bahan :
Pipet tetes Plat tetes Tabung reaksi Beker glass Serbet Rak tabung reaksi Buret Kertas lakmus merah
Kertas lakmus biru
NaHCO3 HCl(p) HCl(encer) FeCl3 1% NaOH Metanol Marquis
C. HASIL PERCOBAAN 1. Parasetamol
NO PROSEDUR PENGAMATAN KETERANGAN 1 Uji Organoleptik - Warna - Putih - Bau - Tidak berbau - Rasa - Sedikit pahit - Konsistensi - Serbuk 2 Uji Kelarutan - Sampel + Air - 1 : 18 Larut - Sampel + Alkohol - 1: 17 Larut 3 Uji pH - Sampel + Lakmus merah - Merah Asam - Sampel + lakmus biru - Merah 4 Reaksi Gugus Fungsional - Sp + 1ml air + NaHCO 3 - ↓ Putih /HCl+3 tetes FeCl3 1% → biru-ungu lemah - Sp + 10mg + 1ml NaOH - ↓ Kekuningan + NaNO2 10% → merah 5 Reaksi Khusus - Biru-ungu muda - Sp + FeCl3 → biru- ungu muda - Kuning - Sp + HCl (e) + NaNO2→ Kuning - Sp + HCl(p) + 10ml air → - Kuning kehijauan dinginkan + K 2CrO7→ Kuning kehijauan - Putih kekuningan - Sp + HNO(e) → Putih kekuningan - Jingga - Sp + HNO(p) → Jingga 6 Kesimpulan PARASETAMOL (C8H9 NO2)
2. Asam Mefenamat
NO PROSEDUR 1 Uji Organoleptik - Warna - Bau - Rasa - Konsistensi 2 Uji Kelarutan - Sampel + Air - Sampel + Alkohol 3 Uji pH - Sampel + Lakmus merah - Sampel + lakmus biru 4 Reaksi Gugus Fungsional - Sp + 1ml air + NaHCO3 /HCl+3 tetes FeCl3 1% → biru-ungu lemah 5
6
Reaksi Khusus - Sp + FeCl3 → biru- ungu muda - Sp + Metanol + H2SO4→Bau gandapura - Sp + NaOH →diamkan + HCl → Endapan - Sp + Marquis → kuning
Kesimpulan
PENGAMATAN
KETERANGAN
- Putih - Tidak berbau - Pahit - Serbuk - 1 : 900 - 1: 75
Sukar Larut Agak SukarLarut
- Merah - Merah
ASAM
- Kuning
- Orange pudar kekuningan - Bau gandapura
- Endapan - Kuning
Asam Mefenamat
(C15H15 NO2)
D. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami mengidentifikasikan obat golongan analgetika dan antipiretika. Pada pratikum ini obat yang akan diidentifikasi adalah parasetamol dan asam mefenamat. Selain memiliki khasiat analgetika parasetamol juga memiliki khasiat sebagai anti inflamasi. Identifikasi pertama yaitu parasetamol, dimana hal pertama yang dilakukan yaitu uji organoleptis meliputi warna, bau,rasa dan kosentrasi. Parasetamol memiliki warna putih, bau yang khas dan rasa yang agak
pahit. Selanjutnya dilakukan uji kelarutan yang menggunakan air 0,1 : 1,8 dengan perbandingan 1 : 18 ml yang berarti larut dalam air, sedangkan dengan alkohol 0,1 : 1,7 ml dengan perbandingan 1 : 17 ml yang berarti larut dalam alkohol. Kemudian dilakukan uji PH dengan menggunakan kertas lakmus dimana
PH parasetamol yaitu awanya netral namun lama-kelamaan
menjadi asam. Lakmus biru berubah menjadi merah. Uji selanjutnya yaitu uji gugus fungsional dengan besi(III) klorida, sampel ditambah 1 ml air, ditambah NaHCo3 akan berbentuk warna biru sampai warna ungu lemah. Namun hasil praktikum yang didapat sampel berwarna putih. Reaksi gugus fungsional kedua dengan gabungan asam sulfonilat terdiazotasi. Sampel ditambah dengan NaoH 3 N lalu tambah as. Sulfal dan larutan NaNO2 10% beberapa tetes sama banyak, lalu akan terbentuk warna merah. Selanjutnya reaksi khusus parasetamol: 1. Sampel + FeCl3 (p) → biru -ungu muda 2. Sampel +HCL (encer) + NaNO2 → kuning 3. Sampel + HCl (p) + 10 ml air → didinginkan + K2CrO7 → kuning kehijauan 4. Sampel + HNO3 (encer) → putih kekuningan 5. Sampel + HNO3 (p) → merah coklat/jingga Semua pengujian pada reaksi khusus sesuai dengan literatur yang dapat, namun adanya hasil praltikum yang didapat sedikit berbeda dengan literatur hal tersebut dikarenakan reagen mungkin sudah tercemar atau terkotaminasi. Identifikasi kedua yaitu Asam Mefenamat, pertama dilakukan uji organoleptik meliputi warna, bau, rasa dan konsistensi dimana Asmef memiliki warna kuning, tidak berbau, rasa pahit serta konsistensi berupa serbuk. Selanjutnya dilakukan uji kelarutan dengan air dan alkohol. Untuk kelarutan sampel terhadap air diperoleh perbandingan 1: 900 ml yang
berarti sukar larut, sedangkan kelarutan sampel terhadap alkohol diperoleh perbandingan 1 : 75 ml yang berarti agak sukar larut. Uji selanjutnya dilakukan uji PH, dimana asam mefenamat bersifat asam karena dapat memerahkan kertas lakmus biru. Uji selanjutnya dilakukan uji gugus fungsional, untuk asam mefenamat reaksi gugus fungsional yang dilakukan yaitu reaksi besi (III) klorida dengan cara sampel ditambah 1 ml air kemudian ditetesi dengan 1 tetes HCl(e) dan NaHCO3 1 tetes lalu direaksikan dengan 2 tetes FeCl3 1% sehingga diperoleh hasil warna biru menjadi ungu lemah. Namun, hasil praktikum yang diperoleh saat di laboratorium kami tidak sesuai dengan literatur yang ada, dimana hasil yang didapat yaitu warna hilang dan terbentuk warna kuning berbusa. Pengujian terakhir yaitu uji reaksi khusus, pertama sampel ditambah FeCl 1% berubah menjadi orange pudar kekuningan. Reaksi kedua, sampel ditambah metanol lalu tambahkan H2SO4 maka akan timbul bau seperti gandapura. Reaksi ketiga, sampel ditambah NaOH kemudian di diamkan lalu tambah HCl maka akan terbentuk warna endapan putih. Terakhir, sampel ditambah marquis akan terbentuk warna kuning. E. KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa: 1. Uji organoleptik
Parasetamol
: Warna putih, tidak berbau, rasa sedikit Pahit, konsistensi serbuk.
Asam Mefenamat
: warna kuning, tidak berbau, rasa pahit, Konsistensi serbuk
2. Uji kelarutan
Parasetamol larut dalam air dan alkohol
Asmef sukar larut dalam air dan agak sukar larut dalam etanol
3. Uji PH
Parasetamol bersifat asam
Asam Mefenamat bersifat asam
4. Uji Gugus Fungsional a. Paracetamol
Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCl, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCl3 1% yang dibuat segar. Jika ada asam hidroksi aromtic, fenol, pirazolon atau fenotiazin → biru sampai ungu lemah
Sampel 10 mg dilarutkan dalam 1 ml 3 N NaOH. Tambahkan campuran segar yang terdiri atas larutan asam sulfat dan larutan NaNO2 10% sama banyak. Warna merah berbentuk pada zat yng mudah.
b. Asam Mefenamat
Reaksi besi (III) Klorida: Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCl, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCl3 1% yang dibuat segar. Jika ada asam hidroksi aromtic, fenol, pirazolon atau fenotiazin → biru sampai un gu lemah
5. Uji reaksi khusus a. Paracetamol
Sampel + FeCl3 (p) → biru -ungu muda
Sampel +HCL (encer) + NaNO2 → kuning
Sampel + HCl (p) + 10 ml air → didinginkan + K2CrO7 →
kuning kehijauan
Sampel + HNO3 (encer) → putih kekuningan
Sampel + HNO3 (p) → merah coklat/jingga
b. Asam Mefenamat
Sp + FeCl3 1% →orange pudar kekuningan
Sp + metanol + H2SO4(P) →Bau gandapura
Sp + NaOH → Diamkan + HCl → ↓ putih
Sp + marquis → kuning
DAFTAR PUSTAKA Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Penerjemah:
Farida
Ibrahim. Penerbit
Universitas
Indonesia Press. Jakarta. Rachdiati, Henny dan Ricson P Hutagaol dan Erna Rosdiana. Penentuan Waktu Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8 No.1 : 1-6, Juni 2008. FMIPA UNB. Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta. (Hal. 1 dan 10)
Missler,G.L dan Tarr,D.A 1991. Inorganic Chemistry,Prentik.Hal inc . London. Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen
POM.
(1995). Farmakope
Indonesia
edisi
IV .
Jakarta:
DepartemenKesehatan Republik Indonesia. Halaman 4, 43, 649. Darsono Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol. JKM. Vol.2.No.1.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ”GOLONGAN ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK” “METAMPIRON DAN ASAM SALISILAT”
Disusun Oleh : Ferly Sasmita (16091043) Friska Mairista (16091047) Hinipah Hilipsi (16091051) Kelas B2
LABORATORIUM KIMIA FARMASI AKADEMI FARMASI AL-FATAJ BENGKULU 2017
GOLONGAN ANALGETIK METAMPIRON A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa analgetik. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada analisis kualitatif analgetik B. DASAR TEORI
Analgetik merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan mengurangi rasa sakit atau nyeri diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis/kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti Brodikinin dan prosfoklandin yang akhirnya mengaktifasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan yaitu analgetik dan markotik (seperti : asetfosal, pet) dan analgetik markotik (seperti : morfin, rachadin, 2009). Metanpiron adalah turunan dirazolan yang berkhasiat sebagai obat antibiotic – analgesic atau biasa disebut sebagai senyawa analgetik non narkotik yang bekerja sebagai analgetik dan anti inflasiasi, merupakan natrium sulfanat dari mainapitin (Hasibuan, 2009). Metampiron (H13, H, 6 n3 N2 O4, H2O) memiliki bobot molekul 351.4 titik lebur. Metapiron 172 °C larut dalam 1,5 bagian air, 30 bagian etmol, praktis dan tidak larut dalam eter, asetan, benzene dan klorofon, metampiron memiliki panjang gelombangan serapan maksium yang berbeda pada pelarut yang lain. Metapiron dan finilbutason memiliki kemiripan pada struktur molekulnya dan merupakan kombinasi obat analgetik anti peritek yang masih ditemukan di pasaran (Sokwandhi, 2007)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Bahan :
- Tabung reaksi
- Metampiron
- Rak tabung reaksi
- NaHCO3
- Pipet tetes
- HCL (e)
- Spatel
- Aquadest
- Plat tetes
- FeCl3
- Erlemayer
- H2SO4
- Beaker glass
- Mayer AgNo3
- Lakmus merah dan biru
- Bouchardat - Titan yellow - NaOH
D. HASIL PERCOBAAN NO PROSEDUR 1 Uji Organoleptik a. Warna b. Bau c. Rasa d. Konsistensi
2
3
4
5
6
Uji Kelarutan a. Sampel + Air b. Sampel + Alkohol Uji pH a. Sampel + Lakmus Merah b. Sampel + Lakmus Biru Reaksi Gugus Fungsional a. Reaksi besi (III) klorida S + 1 ml air + NaHCO3 /HCL, lalu diraksikan dengan 2 tetes larutan FeCl3 1% yang dibuat segar. Jika ada asam hidroksi aromatic, fenol, enol, pirazolon, atau fenotiazin biru sampai ungu lemah Reaksi Khusus a. S + FeCl3 ungu biru Hijau orange. b. S + HCL (e) + NaNo 2 Biru kekuningan kuning c. S + AgNo3 abu-abu, ungu keruh gemerlapan d. S + Mayer putih e. S + Bouchardat coklat hitam coklat muda f. S + H2SO4 rossa g. S + titan yellow + NaOH Merah jonjot Kesimpulan
PENGAMATAN
KETERANGAN
Putih kuning pucat Tidak berbau Agak pahit Serbuk 0,1g:3ml = 1g:30ml 0,1g:9,1ml=1g:91ml Merah Biru
Agak sukar Agak sukar
Netral
Biru Kuning Bau khas
Ungu biru Biru
orange
kuning
Abu-abu Putih Coklat hitam Coklat muda Rossa Merah jonjot
Metampiron
C13H16 N3 NaO4
E. PEMBAHASAN
Praktikum analgetik ini akan mengidentifikasi suatu sampel yang di dalamnya terdapat zat lobat analgetik. Analgetik atau obat penghilang rasa nyeri zat-zat mengurangi, menghilangi kesadaran (berbeda dengan anastesi umum). Rasa nyeri sebenarnya merupakan tanda adanya gangguangangguan tubuh seperti peradangan (rematik/encok), infeksi kuman maupun kejang. Obat dan didapatkan hasil praktikum dari obat analgetik yaitu : Uji organaleptik dari metampiran adalah, keadaan warna putih, bau tidak berbau, rasa agak pahit dan dengan konsentrasiberupa serbuk – hal tersebut sesuai dengan buku acuan atau literature yang tertera. Uji kelarutan pada sampel (+) air dengan hasil uji kelarutan yaitu pada sampel 0,1 gram dan air 1 ml. Jadi perbandingan 1 : 10 yaitu mudah larut, sedangkan sampel (+) dialkohol dengan hasil uji kelarutan yaitu pada sampel 0,1 gram dan alcohol 0,6 ml. Jadi perbandingan 1 : 6 yaitu mudah larut. Uji PH sampel (+) lakmus merah yaitu tetap berwarna merah dan sampel (+) lakmus biru yaitu tetap berwarna biru maka menunjukkan sampel bersifat netral. Reaksi gugur fungsional yaitu reaksi besi (III) klorida dengan sampel 1 ml air dinetralkan dengan naHco3 atau Hcl lalu direaksikan dengan dua tetes larutan Fecl3 1%. Jika ada asam hidroksi aromatic, fenal, prazelan atau fenotrazin ► biru sampai ungu lemah.
Reaksi khusus dari : a. Sampel (+) HCl (e) + Nano → biru kekuningan → kuning b. Sampel (+) FeCl3 → ungu biru→ hijau → orange c. Sampel (+) AgNO → abu-abu→ ungu keruh gemerlapan d. Sampel (+) Mayer → putih e. Sampel (+) Bouchardat → coklat hitam → coklat muda f. Sampel (+) H2SO4 (p) → Rosa g. Sampel (+) Titan Yellow (+) NaOH → merah jonjot.
F.
KESIMPULAN
1.
Pada pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa metampiron : a.
2.
Uji organoleptis :
Warna
: putih sampai kuning pucat
Bau
: tidak berbau
Rasa
: agak pahit
Kosistensi : serbuk
Reaksi khusus dari metampiron :
Sampel (+) HCl (e) + nano→ biru kekuningan → kuning
Sampel (+) FeCl3 → ungu biru → hijau → orange
Sampel (+) Agnoz → abu-abu→ ungu keruh gemerlapan
Sampel (+) mayer → putih
Sampel (+) bau chardat → coklat hitam → coklat muda
Sampel (+) H2SO4 (p) → Rosa
Sampel (+) tetan yellow (+) NaoH → merah jonjot
G. DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, sri Rohamoh, 2009, pengaruh pemberian Vit C terhadap efek analgetik, metampiron pada marmot, skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan. Soewandi, SundariWureina, dkk, 2007, pengaruh milling terhadap laju disolusi campuran metampiron – fenilbutazon (7,3) Majalah ilmu Kefarmasian, V01 4 no 2. Goodman and aliman, 2007, pasar farmakologi terafi edisi no 10, diterjemahkan oleh amalia. Penerbit buku Kedokteran CGC. Jakarta.
GOLONGAN ANTIPIRETIK ASAM SALISILAT A. TUJUAN 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa antipiretik. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada
analisis kualitatif antipiretik. B. DASAR TEORI
Menurut sejarahnya, salisilat adalah di antara kelompok pertama yang dikenal sebagai analgesik. Laroux, pada tahun 1827, mengisolasi salisin, dan piria, pada tahun 1838 membuat asam salisilat. Setelah penemuan ini, berikutnya Cahours (1844) memperoleh asam salisilat dari minyak wintergreen (metilsalisilat) dan Kolbe dan lautermann (1860) secara sintetik membuat dari fenol. Natrium salisilat diperkenalkan pada tahun 1875 oleh Buss, diikuti dengan diperkenalkan fenil salisilat oleh Nencki pada tahun 1886 sebagai “asam salisilat alamiah” dan digunakan untuk membuat garam yang lebih disukai beberapa orang. (Cahyadi, W. 2006.) Asam Salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal adalah asam
Asam salisilat (C7H6O3) mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan,
BM 138,12, pemerian hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus putih; rasa agak manis; tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. Kelarutan: sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform. Khasiat dan penggunaan keratolitikum, anti fungi (Anonim. 1995.) Asam salisilat biasanya berupa Kristal putih seperti jarum atau sebagai serbuk kristalin seperti bulu. Asam sintetik stabil diudara dan tidak berbau. Sedikit larut dalam air (1 : 460) dan larut dalam hampir semua pelarut organik. Sifat asam ini disebabkan gugus hidroksil fenolat dan pada gugus karboksil. Karena juga suatu fenol, member reaksi fenol, seperti membentuk warna violet dengan garam ferri, halogenasi dan oksidasi. Zat pengoksid membentuk senyawa berwarna, mungkin jelas kinoid, dan merusak molekul. Senyawa berwarna yang terbentuk pada pendiaman dalam larutan alkali disebabkan terbentuk kinhidron. Dengan ion logam berat terbentuk garam tidak larut, seperti perak, raksa, timbal, bismuth dan seng. Zat pereduksi memecah asam salisilat menjadi asam pimelat. Asam borat dan asam salisilat berkombinasi membentuk borosalisilat. Asam salisilat memiliki sifat antiseptic dan germisid kuat karena suatu fenol terkarboksilat. Adanya gugus karboksil kelihatan menaikkan sifat antiseptic dan menurunkan efek eskarotik, destruktif. Digunakan eksternal sebagai eskarotik dan antiseptic ringan (Doerge. R. F. 1982)
Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik dan antirematik, tetapi tidak digunakan secara oral karena terlalu toksik. Yang banyak
digunakan
sebagai
analgesic-antipiretik
adalah
senyawa
turunannya. Turunan asam salisilat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit yang berhubungan dengan rematik. Kurang efektif untuk mengurangi sakit gigi, sakit pada waktu menstruasi
dan sakit karenan kanker. Tidak efektif untuk mengurangi sakit karena kram, kolik dan migrain. Asam salisilat, asam asetilsalisilat (aspirin), asetanilida, dan salisin suatu kandungan kulit kayu
salix alba,
menggambarkan bentuk asli kelompok obat ini. Disamping meringankan nyeri, zat ini mempunyai aktivitas antipiretik. Semuanya mempunyai aktivitas anti radang yang bermanfaat, kecuali anilida yang sederhana. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, obat-obat tersebut terbukti dapat mempengaruhi metabolism atau kerja sejumlah mediator biokimia dan sel pada proses peradangan selama kurun waktu yang sama, efek sistem saraf pusat primer untuk obat-obat ini dalam meringankan nyeri. (Foye , W. O. 1995) Efek terhadap kesehatan dari asam salisilat bersifat iritatif sekali, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Asam salisilat untuk pemakaian luar biasanya 1-5% bentuk serbuk dan lotion. Turunan asam salisilat dapat dipakai secara sistemik adalah ester asam salisilat yang substitusinya pada gugus karboksilat dan ester salisilat dari asam organik dengan substitusi pada gugus organik. Pada pemberian peroral, asam salisilat dapat menimbulkan gangguan epigastrik, pusing, berkeringat, mual dan muntah. Karena asam salisilat mempunyai daya korosif dan merusak jaringan yang merusak jaringan yang berkontak, misalnya dengan kulit, mulut, lambung, dan daya korosif itu bergantung pada konsentrasi pemakaian secara kronis dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan perdarahan lambung. Bila pemakaian terus-menerus maka dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi, tetapi jarang terjadi pada dosis kecil. Gejala toksisitas yang serius terjadinya perubahan keseimbangan asam basa dan komposisi elektrolit, yaitu hiperventilasi, demam ketosis, respirasi alkalosis, dan asidosis metabolik. Absorpsi asam salisilat secara peroral berlangsung cepat, biasanya dilambung dan sebagian di usus halus bagian atas. Kecepatan absorpsi tergantung beberapa faktor, terutama kecepatan disintegrasi dan disolusi, pH pada permukaan mukosa dan waktu
pengosongan lambung. Salisilat juga menimbulkan kelainan kulit berupa eritema dan pruritis radang pada kulit. (Siswandono dan Soekardjo, B. 1995).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Bahan :
- Tabung reaksi
- Asam salisilat
- Rak tabung reaksi
- Aquadest
- Pipet tetes
- NaHCO3
- Spatel
- HCL (e)
- Plat tetes
- FeCl3
- Erlemayer
- Etanol
- Beaker glass
- H2SO4
- Lakmus merah dan biru
- NaOH - Marquis
D. HASIL PERCOBAAN NO PROSEDUR 1 Uji Organoleptik a. Warna b. Bau c. Rasa d. Konsistensi
2
3
4
5
6
Uji Kelarutan a. Sampel + Air b. Sampel + Alkohol Uji pH a. Sampel + Lakmus Merah b. Sampel + Lakmus Biru Reaksi Gugus Fungsional a. Reaksi besi (III) klorida S + 1 ml air + NaHCO 3 / HCL, lalu diraksikan dengan 2 tetes larutan FeCl3 1% yang dibuat segar. Jika ada asam hidroksi aromatic, fenol, enol, pirazolon, atau fenotiazin biru sampai ungu lemah Reaksi Khusus a. S + 2 ml etanol + 2 ml H 2SO4 (p) dengan pemanasan bau etil astetat b. S + FeCl3 ungu c. S + NaOH larutan + HCL endapan asam salisilat d. S + Marquis merah rose Kesimpulan
PENGAMATAN
KET
Putih Tidak berbau Agak manis tajam Serbuk kristal jarum 0,1g:15ml = 1g:150ml 0,1g:0,4ml=1g:4ml
Sukar larut Mudah larut
Merah Merah
Asam
Merah Rosa
Bau etil astetat
Ungu Asam salisitat Merah rose Asam Salisilat
C7H6O3
F.
PEMBAHASAN
Pada pratikum kali ini kami membahas tentang asam salisilat. Nama iupac asam salisilat adalah 2 hidroksi benzonate, rumus molekul asam salisilat C7H6O3. Pada pratikum ini kami melakukan uji pada sampel asam salisat : Pengujian pertama yaitu uji organoleptis warna putih, bau khas, rasa manis, kosistensi Kristal jarum serbuk. Uji yang kedua yaitu uji kelarutan sampel + air → 0,1 : 15 ml = 1 gr : 150 ml → sukar larut, sampel + alcohol → o,1 : 0,4 = 1 : 4 ml→ mudah larut. Ujia yang ketiga yaitu uji pH sampel + lakmus merah→ merah, sampel + lakmus biru → merah jadi ph pada asam
salisilat yaitu asam. Uji yang keempat yaiutu uji gugus fungsional :
Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3/HCL, direaksikan dengan 2 tetes FECL3 1% yang dibuat segar → biru – ungu lemah Uji yang ke lima yaitu uji reaksi khusus :
1. Sampel + 2 ml etanol + 2 asam sulfat pekat → bau etillasetat 2. Sampael + FECL3→ ungu 3. Sampel +NaoH →larutkan + HCL → ↓ asam salisilat 4. Sampel + marquis → merah rose
G. KESIMPULAN
Pada pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa asama salisila : Uji organoleptis :
warna : putih
Bau : khas
Rasa : manis
Kosistensi : Kristal jarum serbuk
Reaksi khusus :
Sampel + 2 ml Etanol + 2 asam sulfat pekat → bau etillasetat
Sampael + FeCL3→ ungu
Sampel +NaoH →larutkan + HCL → ↓ asam salisilat
Sampel + marquis → merah rose
H. DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Bunga Aksara. Doerge. R. F. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik Edisi VIII Bagian II. Philadelphia : J.B.Lippincott Company. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Foye , W. O. 1995. Prinsip - Prinsip Kimia Medisinal Jilid I Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University press. Siswandono dan Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Penerbit Airlangga University-P
LAPORAN AKHIR PRATIKUM KIMIA FARMASI “LIDOKAIN”
DISUSUN OLEH : KELAS B2 NAMA : INDAH ANGGERIANI ( 16091055) JIMMY HENDRICK
(16091058)
LABORATARIUM KIMIA FARMASI AKADEMI FARMASI ALFATAH BENGKULU 2017
GOLONGAN SUSUNAN SYARAF PUSAT A. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa obat susunan syaraf pusat 2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada analisis kualitatif senyawa obat susunan syaraf pusat B. Dasar Teori Anestetik lokal atau zat-zat penghalang rasa adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impus-impuls saraf ke susunan saraf pusat dan demikian menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, atau dingin. Anestetik lokal pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes (Peru), yang pertama kali digunakan sebagai penghilang rasa nyeri pada pengobatan mata, kemudian pada kedokteran gigi. Sejak tahun 1892 dikembangkan anestetik lokal secara sintesis dan ditemukan prokain dan benzokain pada tahun 1905, yang disusul oleh banyak derivat lain seperti tetrakain, butkain, dan chincokain. Kemudian muncul anestetik lokal seperti lidokain (1947), mepivakain (1957), prilokain (1963), dan bupivakain (1967). Lidokain adalah derivat asetanilida yang merupakan obat pilihan utama untuk anestesi permukaan maupun infiltrasi. Lidokain adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama, dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain ialah obat anestesi lokal yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran oleh karena mempunyai awitan kerja yang lebih cepat dan bekerja lebih stabil dibandingkan dengan obat-obat anestesi lokal lainnya. Obat ini mempunyai kemampuan untuk menghambat konduksi di sepanjang serabut saraf secara reversibel, baik serabut saraf sensorik, motorik, maupun otonom. Kerja obat tersebut dapat dipakai secara klinis
untuk menyekat rasa sakit atau impuls vasokonstriktor menuju daerah tubuh tertentu. Lidokain mampu melewati sawar darah otak dan diserap secara cepat dari tempat injeksi. Dalam hepar, lidokain diubah menjadi metabolit yang lebih larut dalam air dan disekresikan ke dalam urin. Absorbsi dari lidokain dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tempat injeksi, dosis obat, adanya vasokonstriktor, ikatan obat, jaringan, dan karakter fisikokimianya.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM VII LIDOKAIN A. DASAR TEORI
Sistem
saraf
adalah
serangkaian
orga
yang
komplek
dan
berkesinambung serta terutama terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak(ensevalon) dan medulla spinalis (sumsung tulang belakang). (GANISWARA.1995:109) Lidokain adalah obat anestesi local yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran oleh karena mempunyai kemampuan kerja yang lebih cepat dan berkerja lebih stabil dibandingkan dengan oabat-obatan anestesi local lainnya. Obat ini mempunyai kemampuan untuk menghambat konduksi di sepanjang serabut saraf sensorik, motorik, maupun otonom. Kerja obat tersebut dapat dipakai secara klinis untuk menyekat rasa sakit atau impuls vasokonstriktor menuju daerah tubuh tertentu.(Anonim,2007). Anestesi (pembiusan berasal dari bahasa yunani an-“Tidak,tanpa” dan aesthete,”Persepsi, kemampuan untuk merasa”).secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.(Wikipedia,2007). Lidokain(Lignokarn,Xylokain)
adalah
anestetik
local
kuat
yang
digunakan secara topical dan suntikan. Larutan lidokain 0.25-0,5%. Dengan atau tanpa adrenalin digunakan untuk anestesi infiltrasi dgn larutan 1-2%, untuk anestesi blok atau topical. Untuk anestesi permukaan tersedia lidokain gel 2%. Sedangkan pada analgesi/anastesi lumbal digunakan larutan lidokain 5%.(Anonim,2011)
B. ALAT DAN BAHAN Alat: -
Rak Tabung Reaksi Tabung Reaksi Pipet Tetes Beaker Glass Spatel Botol Semprot
Bahan : - Lidokain - HNO3 - H2O/Air - Aseton - 0,1 N KOH-Etanol Tembaga Sulfat - NaOH - Marquis
C. HASIL PERCOBAAN NO Prosedur 1.
Uji organoleptis a. Warna b. Bau c. Rasa d. Konsistensi
2.
Uji kelarutan a. Sampel + air b. Sampel + alkohol
3.
Uji ph a. Sampel + lakmus merah b. Sampel + lakmus biru
4.
5
6
Reaksi Fungsional : Sp + 0,5 ml HNO 3 berasap diupakan dipangas dingin air sampai kering dilarutkan dalam 5ml aseton Reaksi khusu a. Sp + larutan Tembaga sulfat + NaOH b. Sp + Pereaksi Marguis
Kesimpulan
Hasil pengamatan Bening Tidak berbau Sedikit pahit Larutan
Biru biru netral Bening
Senyawa kompleks biru kuat Bening
Lidokain
keterangan
D. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan kali ini adalah uji identifikasi pada obat golongan saraf pusat dimana tujuan dari pratikum itu sendiri adalah agar mahasiswa mampu mengidentifikasi bebrbagai senyawa obat susunan pusat. Ssp itu sendiri adalah obat yang dapat merangsang setrebrum medulla dan sumsum tulang belakang.obat yang digunakan adalah lidokain. Sebelum melakukan pratikum pertama kami siapkan alat dan bahan yang meliputi tabung reaksi, pipet tets,plat tetes,rak tabung reaksi,spatel Bunsen,beacker glass,cairan lidokain.dan beberapa jenis reagen yang digunakan. Setelah itu kami melakukan uji identikasi yang meliputi uji organoleptis yang meliputi warna,bau,rasa, konsistensi uji kelarutan ,uji ph,reaksi fungsional,reaksi khusus, serta penarikan kesimpulan dari percobaan yang didapat. Hasil yang didapat dari obat system saraf pusat golongan lidokan yaitu bahwa lidokain mempunyai warna bening tidak berbau, sedikit pahit konsistensi larutan/cairan. Pada uji kelarutan menunjukan bahwa lidokain larut dalam air. Dan juga larut dalam etanol.lidokain mempunyai ph basa.setelah itu dilakukan uji pada reaksi gugus fungsional yaitu dengan cara sampel + 0,5 hno3 kemudian direndam pada becker glass yang telah dipanaskan sebelumnya diatas kompor listrik tunggu sampai larutan berwarna kuning. Kemudian setelah kuning tambahkan aseton sebanyak 5ml yang ditetesi juga 0,1 N koh,ettanol lalu dilanjutkan dengan reaksi khusus dengan cara sp + cuso4 + naoh →berwarna biru kuat, kdeua
sampel ditabahkan pelarut marquis → berwarna merah Maka dapat ditarik kesimpulan dari percobaan diatas adalah lidokain selain itu juga ada factor yang menyebabkan tidak didapatkannya hasil pada saat uji reaksi fungsional hal ini karena reagen yang sudah terkontaminasi atau proses pengerjaan yang tidak sesuai prosedur.
E. KESIMPULAN
Dari beberapa uji identifikasi yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa lidokain tidak berbau
memiliki bentuk larutan berwarna bening
rasa sedikit pahit.lodokain
larut dalam air dan etanol.
Mempunyai ph basa dan uji uji gugus fungsional berwarna bening seharusnya hijau. Pada uji khusus dudapatkan hasil yaitu : 1. Sp + cuso4 + naoh → senyawa kmpleks biru kuat 2. Sp + pereaksi marquis →bening Jadi dapat
disimpulkan dari percobaan telah dilakukan adalah
lidokain walaupun ada beberapa uji yang tidak sama dengan apa yang ditetapkan diletaratur.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007. Lignocaine. http://en.wikipedia.org/wiki/Lidocaine. diakses kamis, 9 juni 2011. Anonim,
2011. Dosis
Lignokain
Yang
Diberikan
Kepada
pasien.
http://www.scribd.com/doc/52172122/11/G-Faktor-yang-Berpengaruh pada-Anestesia-Epidural. diakses, 9 juni 2011. Anonim,
2011.
Lignokain
Yang
Diberikan.
http://www.scribd.com/doc/51582086/Prilokain-joy. diakses
9
juni
2011. Ganiswarna. S. A. 2005. Farmakologi dan Terapi . Edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.332 Katzung BG & Miller RD. 2002. Anestetik Lokal . Di dalam : Katzung BG, editor. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed. 8, vol.2. Jakarta; Salemba Medika. Hal.162-163 Mansjoer, arief et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. 2000. Jakarta; Media Aesculapius. Setiawati A. Adrenergik. Dalam : Ganiswarna SG. Farmakologi Dan Terapi . Edisi 4. Jakarta; Bagian Farmakologi FKUI, 1995: 57-76
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI “KLORFENIRAMIN MALEAT (CTM)”
Disusun Oleh : KELAS B2 Nama : Khairunisa
(16091062)
Mahrunisa
(16091072)
Merta Imelda
(16091076)
LOBARATURIUM KIMIA FARMASI AKADEMIK FARMASI AL-FATTAH BENGKULU 2017
Golongan Antihistamin A. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa
mampu
mengidentifikasi
berbagai
senyawa
obat
antihistamin 2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada analisis kualitatif senyawa obat antihistamin.
B. Dasar Teori Antihistamin yang pertama kali digunakan pada awal tahun 1940, secara klinik berguna sebagai anti-alergi. Antihistamin generasi pertama merupakan obat yang paling banyak digunakan di dunia dan bermanfaat untuk meringankan gejala-gejala alergi dan influensa pada banyak penderita, dapat diperoleh di toko obat dalam bentuk kombinasi. Kegunaannya terbatas sebab menimbulkan rasa kantuk karena antihistamin berikatan dengan reseptor histamin di otak. Tiga puluh tahun kemudian efek kerja histamin dibagi dalam 2 kelompok yaitu reseptor AH1 dan reseptor AH2 . Sejak
tahun
1981
ditemukan
antihistamin
generasi
ke-2
(terfenadin, astemizol, loratadin dan cetirizin), bekerja menghambat reseptor H1 di perifer tanpa menembus sawar darah otak. Meskipun secara keseluruhan hasilnya baik, ternyata terfenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia ventrikel yang membahayakan kehidupan. Antihistamin generasi ke-3 terdiri atas fexofenadin, norastemizol dan descarboethoxy loratadin merupakan metabolit alami obat generasi
ke-2 dan secara klinis berguna dan tidak berpengaruh terhadap elektrofisiologi jantung. Antihistamin dalam dosis terapi, efektif untuk mengobati edema, eritem dan pruritus, tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin tersebut digolongkan dalam antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1 ). Setelah tahun 1972 ditemukan kelompok antihistamin baru yang dapat menghambat sekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin ini digolongkan sebagai antihistamin penghambat reseptor H2 (AH2 ). Kedua jenis antihistamin ini bekerja secara kompetitif yaitu dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor histamin H1 atau H2. Setelah itu, terdapat banyak usaha untuk menemukan obat baru yang mampu menghambat kedua reseptor dengan berbagai kekuatan dan spesifitasnya. Yang kami lakukan Percobaan menggunakan Sampel CTM (Klorfeniramin Maleat). Sebagai Berikut : 1. Pengertian Klorfeniramin Maleat (CTM)
Klorfeniramin Maleat adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah (Siswandono, 1995). Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1) (Siswandono, 1995). Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktifitas antihistamin. Berdasarkan struktur molekulnya, memiliki gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan
ikatan – C=C- yang mengandung elektron pi (π) terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai serapan (Silverstein, 1986;Rohman, 2007). Spektrum serapan UV klorfeniramin maleat bergantung kepada pelarutnya. Pada suasana netral klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 261 nm, sedangkan dalam metanol klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 250-275 nm (Florey, 1983).
Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang
telah
dikeringkan
dan
memiliki
berat
molekul
390,67.
Klorfeniramin maleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, larutan mempunyai pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena (Farmakope IV, 1995).
Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain
itu
klorfeniramin
maleat
dapat
merangsang
maupun
menghambat susunan saraf pusat (Tjay, 2002; Siswandono, 1995). Klorfeniramin maleat memberikan efek samping walaupun juga bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif, gangguan saluran cerna,
mulut
kering,
kesukaran
miksi.
Kontraindikasi
dari
klorfeniramin maleat ini menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat
memperburuk
asma
bronkial,
retensi
urin,
glaukoma.
Klorfeniramin memiliki interaksi dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti kolinergik (IONI, 2001; Tjay, 2002). 2. Alat dan Bahan
a.
Alat
Pipet tetes
Plat tetes
b. Bahan Sampel serbuk CTM Aquadest FeCL3 HCL/NaHCO3 HCL Mayer Marquis Cuprifil Bourchadat NaOH dan Nessler
Serbet
Spatel
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Beker glass
Lakmus merah dan biru
3. Hasil Percobaan
NO 1.
PROSEDUR
- Warna
Kuning
- Bau
Khas
- Konsistensi Uji Kelarutan - Sampel + Air - Sampel + Alkohol
3.
Sedikit Pahit Serbuk
Merah Asam Merah
Uji pH - Sampel + Lakmus Merah - Sampel + Lakmus Biru
4.
KETERANGAN
Uji Organoleptik
- Rasa
2.
PENGAMATAN
1,5ml:0,1gr / 1:15ml 1,8ml:0,19gr 1:19ml
Larut dalam Air
/ Larut dalam Air
Reaksi Gugus Fungsional - Sp + 1ml air + NaHCO 3 + Kuning Oren HCL + 2 tetes FeCl3 1% → Biru Ungu Muda
5.
6.
Reaksi Khusus - Sp + HCL mayer → Kuning - Sp + Marquis → Kuning atau Hijau - Sp + Cuprifil → Biru Ungu - Sp + Bouchardat → Larutan Kuning - Sp + NaOH + FeCl 3 → Endapan Coklat - Sp + Nessler → Jingga
Ungu
Kesimpula
Clortrimetri
Kuning Hijau Larutan kuning Endapan Coklat Hijau C16H9CN2
4. Pembahasan Antihistamin merupakan jenis obat yang dapat dipakai untuk
mengatasi berbagai macam jenis alergi. Misalnya, alergi pada makanan, serbuk sari serta serangga, alergi kulit, alergi mata dan lainnya. Obat ini hanya bisa mengurangi reaksi yang ditimbulkan oleh alergi. Antihistamin tidak dapat membebaskan Anda dari jeratan alergi yang telah mendarah daging di tubuh.salah satu abat antihistamin yang kami pratikumkan yaitu obat CTM. CTM
atau
klofeniramin
maleat
adalah
obat
golongan
antihistamin H1 sebagai obat antialergi dengan reaksi alergi ringan sampai sedang dan obat untuk anafilataksis. CTM adalah obat bebas terbatas artinya yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P) boleh dijual bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % C16H19ClN2.C4H4O4 dihitung terhdap zat yang telah dikeringkan. Klorfeniramin maleat atau CTM, memiliki nama Kimia : 2-[p-kloro-α[2 dimetilamino)etil] benzyl piridina maleat dan memiliki rumus molekul : C16H19ClN2.C4H4O4. Klorfeniramin maleat memiliki berat molekul sebesar 390,87. Pemerian , berupa serbuk hablur, putih, dan tidak berbau. Larutan mempunyai pH antara 4 dan 5. Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena.
Pada pratikum yang kami lakukan mengidentifikasi CTM yang pertama dilakukan uji organoleptis serbuk berwarna kuning, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kemudian pada uji kelarutan dalam air 1:15 larut dalam air, dan dalam alkohol 1:18 larut dalam alkohol. Selanjutnya pada uji ph CTM memiliki ph asam. Pada uji gugus fungsional yaitu CTM ditambah 1ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCL direaksikan dengan
2 tetes FeCl3 1% dibuat segar
menghasilkan warna kuning orange. Lalu dilanjutkan dengan reaksi khusus yaitu CTM ditambah HCL mayer menghasilkan warna ungu kuning. CTM ditambah marquis menghasilkan warna kuning. . CTM ditambah NaOH + CU.SO4 menghasilkan warna biru hijau. CTM ditambah bouchardat menghasilkan warna coklat tua. CTM ditambah NaOH + FeCl3 menghasilkan warna endapan coklat. CTM ditambah nessler menghasilkan warna kuning hijau. Setelah dilakukan tahap – tahap pengujian sampel merupakan CTM atau klofeniramin maleat. 5. Kesimpulan
Dari Praktikum golongan Antihistamin dengan sampel CTM (Clortrimetri) ini dapat disimpulkan bahwa Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk). Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai obat tidur dibanding antihistamin sendiri. Dengan Rumus Kimia C16H19CN2. Dengan beberapa pengujian untuk memastikan bahwa sampel yang digunakan adalah CTM, sebagai berikut:
a.
Reaksi Gugus Fungsional = Sp + 1ml air + NaHCO3 + HCL+ 2 tetes FeCl3 1% → Biru Ungu Muda → Kuning Oren
b.
Reaksi Khusus
Sp + HCL mayer → Ungu
Sp + Marquis → Kuning
Sp + Cuprifil → Ungu
Sp + Bouchardat → Kuning
Sp + NaOH + FeCl 3 → Hijau
Sp + Nessler → Larutan Kuning
Setelah
dilakukannya
beberapa
pengamatan
dengan
menggunakan reagen-reagen tertentu. Jadi, dapat disimpulkan sampel yang digunakan adalah CTM (Clortrimetri) dengan rumus kimia C16H19CN2.
DAFTAR PUSTAKA
Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, 28-29, 157, Airlangga University Press, Surabaya.
Silverstein, R.M., G.B. Bassler., and T.C.D. Morcill. 1986. Penyelidikan
Spektrometrik Senyawa Organik. AlihBahasa : A.J. hartomo, dan Anny Victor Purba. Erlangga. Jakarta. Hlm 191-195.
Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Martin, A., J. Swarbrick, and A. Cammarata, 1983, Physical Pharmacy, 3rd ed., Lea & Febiger, Philadelpia,845-850.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 448, 515, 771, 1000.
Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI “DIFENHIDRAMIN”
Disusun Oleh : KELAS B2 Monika Clara Shinta Muhammad Saiful Asrori Nabila Etika Afraini
LABORATORIUM KIMIA FARMASI AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017
A. Difenhidramin
Gambar 20. Sruktur Difenhidramin 1. Uji Pendahuluan :
Organoleptis
Kelarutan
: Basa berwujud minyak kuning lemah, garam hidroklorida. Berbentuk bubuk Kristal putih, tidak berbau, rasa pahit, mati rasa sebentar dilidah :
Larut dalam
Air
Etanol
Aseton
Ester
Kloroform
Bentuk zat Hidroklorida
1:1
1:2
1:50
Tak larut
1:2
Uji pH
:Cek sampel dengan sedikit air + kertas lakmus merah dan biru
2. Reaksi gugus fungsional 1) Reaksibesi (III) Klorida Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCl, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCl3 1% yang dibuat segar. Jika ada asam hidroksi aromatic, fenolenol, pirazolon, atau fenotiazin →biru sampai ungu lemah. 3. Reaksi Khusus 1) Sampel + 2 ml H2SO4(p) → warna jingga – merah 2) Sampel + HNO3 + H2SO4 → merah violet + air + CHCl3 kocok, lapisan CHCl3→violet 3) Sampel + Mayer → ungu muda 4) Sampel + NaOH + Cu.Asetat → jingga 5) Sampel + FeSO4 → ungu 6) Sampel + Marquis → kuning jingga → coklat merah
B. DASAR TEORI
Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1. Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.(Samsuni.A.2006) Difenhidramin merupakan antihistamin turunan etanolamin, generasi pertama antihistamin. Difenhidramin bekerja dengan cara menghalangi kinerja senyawa histamin alami tubuh yang menyebabkan munculnya gejala alergi. Selain gejala alergi, Difenhidramin juga dapat digunakan untuk menekan batuk,
menangani
mabuk
perjalanan,
serta
sebagai
obat
tidur.
Indikasi Difenhidramin: Symptomatic gejala alergi yang disebabkan oleh pelepasan histamin termasuk alergi hidung dan alergi dermatosis, tambahan untuk epinefrin dalam pengobatan anafilaksis, bantuan tidur malam hari, pencegahan
atau
pengobatan
mabuk,
antitusif,
manajemen
sindrom
Parkinsonian termasuk obat-induced gejala ekstrapiramidal; topikal untuk menghilangkan nyeri dan gatal yang terkait dengan gigitan serangga, luka ringan dan luka bakar, atau ruam.(anief.1991) Dosis dan cara Pemakaian: 1. Dosis oral: Dewasa dan remaja: 25-50 mg 3-4 kali sehari, dengan interval 4-6 jam, bila perlu. Dosis maksimal 300 mg/hr. Usia lanjut (usila): Mulai dengan dosis dewasa serendah mungkin. Usia lanjut lebih sensitif terhadap efek antikolinergik. Anak-anak > 9.1 kg: 12.5-25 mg 3-4 kali per hari, dengan interval 4-6 jam. Sebagai alternatif, berikan 5 mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis. Dosis maksimal 300 mg/hr.Anak-anak 9.1 kg: 6.25-12.5 mg 3-4 kali per hari, dengan interval 4-6 jam. Alternatif lain, berikan 5 mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis. Dosis maksimal 300 mg/hr. (voight.R.1998)
C. ALAT DAN BAHAN Alat
Bahan
1. Tabung Reaksi
Aquadest
2. Rak Tabung Reaksi
HCl
3. Beker Glass
NaHCO3
4. Pipet Tetes
FeCl3
5. Plat Tetes
NaOH
6. Lakmus Merah
H2SO4
7. Lakmus Biru
Mayer
8. Sudip
FeSO4
9. Buret 10. Bunsen
D. HASIL PERCOBAAN 1. DIFENHIDRAMIN NO PROSEDUR UjiOrganoleptik 1. a. Warna b. Bau c. Rasa d. Konsistensi UjiKelarutan 2. - Sampel + Air - Sampel + Alkohol Uji pH 3. - Sampel + LakmusMerah - Sampel + LakmusBiru 4.
5.
6.
ReaksiGugusFungsional Reaksibesi (III) Klorida Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCl, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCl3 1% yang dibuat segar. Jika ada asam hidroksi aromatic, fenolenol, pirazolon, atau fenotiazin → biru sampai ungu lemah. Reaksi Khusus - Sampel + 2 ml H2SO4(p) → warna jingga – merah - Sampel + HNO3 + H2SO4 → merah violet + air + CHCl3 kocok, lapisan CHCl3 →violet - Sampel + Mayer → ungu muda - Sampel + NaOH + Cu.Asetat → jingga - Sampel + FeSO4 → ungu - Sampel + Marquis → kuning jingga → coklat merah Kesimpulan
PENGAMATAN
KETERANGAN
Pink Tidakberbau Pahit Serbuk 1,3 :0,1→13ml : 1g
Larut
Biru Biru
Basa
Pink
→Jingga – Merah →Lapisan CHCL3 Kuning →Ungu Muda
→Ungu →Merah muda / pink →Coklat - merah Difenhidramin
2.
PEMBAHASAN
Pada pratikum kali untuk mengidentifikasi pada difenhidramin dan reaksi khusus yamg kami dapatkan: - Sp + 2ml H2SO4(p) → jingga-merah - Sp + HNO3 + H2SO4 →merah violet→ air + CHCL3 kocok lapisan CHCL3 →violet - Sp + Mayer → ungu mudah - Sp + NaOH + CU. Asetat → jingga - Sp + Marquiz → kuning jingga - Sp + FeSO4 → ungu Ketika saat percobaan yang kami lakukan terdapat kesulitan ketika pengambilan bahan dan sampel yang terbatas,terkadang pengambilan bahan ke satu bahan yang lain mennggunakan pipet tetes yang belum dicuci dan akhirnya mengulang kembali mereaksikan lagi kemudian baru mendapat hasil yang diinginkan dan pada alat yang kurang bersih pada pencucian menyebabkan hasil tidak seperti yang diinginkan. Dan uji orgonoleptis yang kami dapat yaitu definhidramin berwarna pink. Tidak berbau,rasa sedikit pahit,dan kosistensinya serbuk. Dan uji ph yang kami dapatkan dari percobaa yaitu sp + aquadest + lakmus merah dan lakmus biru dan Sp + Aquadest lakmus biri→lakmus merah di dapatkan adalah basa. Dan reaksi gugus fungsional yaitu : Sp + 1ml air dinetralkan dengan NaHCO3/HCL + ungu lemah sedangkan yang dapatkan hasilnya adalah merah mudah, kemungkinan terjadi kesalahan saat pengambilan segingga hasil yang kami dapatkan berbeda.
3.
KESIMPULAN
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengrangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok pada awalnya dikenal 1 tipe antihistaminkum tetapi setelah ditemukannya reseptor khusus pada tahun 1972 yang disebut reseptor h2.maka secara farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua tipe reseptor histamin h1 dan h2. Uji orgonoleptis pada difenhidramin: Warna
: Pink
Bau
: Tidak berbau
Rasa
: Sedikit pahit
Konsistensi : serbuk 4.
DAFTAR PUSTAKA
Samsuri, A. 2006. ILMU RESEP. Jakarta : Buku kedokteran EGC Anief. 1991. FARMASETIKA. Yogyakarta: UGM Press Anief. 2008. ILMU MERACIK OBAT. Yogyakarta: UGM Press Voight, R. 1995. BUKU PELAJARAN TEKNOLOGI FARMASI. Yogyakarta:
BAB VII PREDNISOLON
Dosen Pengamu: Elly Mulyani, M. FaKrm., Apt Herlina, S.Si
Disusun Oleh :
Novles Juwita Oqtha Heri Putra Sandika
LABORATORIUM KIMIA AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU 2017
A. Tujuan Praktikum
1. Maha siswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa analgetik dan antipiretik 2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada analis kualitatif analgesic dan antipiretik B. Dasar Teori
Analgesic adalah obat atau senyawa yang digunkanuntuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan rasa kesadaran akan perasaan sakit yang terdiri dari dua proses yaitu penerima rasa sakit di bagian otak dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. (arief, 2000) Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesic mempunyai efek antipiretik. (Anonym, 2011) Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : analgetika opioid dan NSAID/Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid). Analgetika opioid mengurangi rasa nyeri dan menimbulkan euphoria dengan berikatan pada reseptor opioid di otak, yaitu Mu, Kappa, dan Delta enkefalin dan endorphin berikatan dengan reseptor Mu dan Delta. Dinorfin berikatan dengan reseptor K. Obat opioid : morfin, metadon, meperidin, fentaanil dll. (Tjay, T.H., Rahardja, K., 2005) Analgetik non-opioid di kelompokan sebagai berikut derivate asam salisilat misalnya aspirin, derivate paraaminofenol misalnya parasetamol, derivate asam propionate misalnya ibuprofen dll. Antiiretik digunakan untuk membantu mengembalikan suhu set point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2, yang distimulasi oleh pirogen endogen hipotalamus. (Sweetman, 2008) Obat ini menurunkan suhu tubuh hanya pada keadaan demam namun pemakaian obat golongan ini tidak boleh digunakan secara rutin karena bersifat toksik. Efek samping yang sering ditimbulkan setelah penggunaan
antipiretik ini adalah respon hemodinamik seperti hipotensi, gangguan fungsi hear dan ginjal, oligurias, serta retensi garam dan air. (Hammond and Boyle, 2011) Prednisolone
adalah
glukortikoid
yang
diubah
oleh
11
beta-
hidroksisteroid dihidrogenase dalamhati dalam bentuk aktif, prednisolone. Hal ini digunakan untuk mengobati penyakit radang tertentu seerti alergi yang parah. Beberapa jenis kanker tetapi banyak memiliki efek samping yang segnefikan. Sifat fisika kimia dari prednisolone berupa serbuk hablur putih tidak berbau, melebur pada suhu 2300 C disertai peruraian. Kelarutan dari prednisolone ini sangat larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam dioksan dan di dalam methanol. Dengan rumus molekul C21H26O5. (Dirjen Pom, 1995)
Rumus struktur prednisolon Adapun uji-uji yang dilakukan pada sampel prednisolone yaitu: 1. Uji gugus fungsional Reaksi besi (III) klorida Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCL, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan Fecl3 1% yang di buat segar. Jika ada asam hidroksi aromatic, fenol, enol, pirazolon, atau fenotiazin lemah. 2. Uji khusus a. Sampel + H2SO4 (P)
Coklat
biru
sampai
ungu
b. Sampel + H2SO4(P) + air c. Sampel + HNO3 (p)
Coklat Coklat
C. Alat Dan Bahan
Alat
Bahan
-
Tabung Reaksi
-
H2SO4
-
Rak tabung Reaksi
-
HNO3
-
Beker Gelas
-
FeCL3
-
Pipet Tetes
- NaNO3
-
Serbet
-
K 2CRO7
-
Elemeyer
-
Aquadest
-
Plat Tetes
-
Etanol
D. Hasil Percobaan
NO 1
2.
PROSEDUR Uji Organoleptis A. Warna B. Bau C. Rasa D. Konsistensi Uji kelarutan - Sp+ Air -
3.
Sp+ Alkohol
5.
6.
KETERANGAN
Hijau Khas Pahit Serbuk 0,1 : 3,4 > 1:34 > agak sukar larut 0,1 : 4,7 > 1:47> agak sukar larut
Uji Ph Sp + Lakmus Merah - Sp + Lakmus Biru Reaksi Gugus Fungsional Reaksi besi(III) Klorida Sp + 1ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCL , lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCl3 1% yang dibuat segar jika ada asam hidroksi aromatic, fenol, enol, pirazolon atau fenotiazin biru sampai ungu lemah -
4.
PENGAMATAN
Reaksi khusus 1. Sp + H2SO4(P) Coklat 2. SP + H2SO4(P) + Air Biru 3. SP + HNO3 (P) Kuning lemah
Kesimpulan
Merah Merah
Hijau Kekuningan
Coklat Kuning Kuning lemah
PREDNISON
Asam
E. Pembahasan Pada pratikum kali ini menggunakan cara analisa kuatitatif. Dimana analisa kualitatif itu sendiri adalah analisis untuk mengidentifikasi elemen, spesies dan senyawa. Yang ada didalam sampel. Pratikum kali ini kami menggunakan sampel prednison. Prednison adalah glukorkotikoidum yang diubah oleh 11 beta induksi steroid dehidrogen kedalam hati dalam bentuk aktif. Adapun langkah-langkah dan prosedur yang telah kami. Lakukan yaitu prednisone. Langkah yang kami lakukan yaitu 1. Melakukan uji organoleptis, dengan melihat warna, bau, rasa dan konsistensi. Sehingga didapat prednison memiliki warna hijau berbau khas memiliki rasa pahit dan konsitensi serbuk. 2. Selanjutnya dilakukan yaitu uji kelautan dengan a. Sampel dengan sampel (+) air hasilnya pada air 1: 34 berarti agak sukar larut b. Sampel (+) alkohol hasil yang kami dapatkan pada sampel alkohol 1:47 berarti agak sukar laut. 3. Dan kemudian setelah itu dilakukan uji PH dengan menggunakan lakmus merah dan lakmus biru lalu masing-masing lakmus ditambahkan sedikit sample di tambah air dengan hasil merah menjadi biru berarti netral. 4. Selanjutnya uji reaksi gugus fungsional yaitu Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCL, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan Fecl3 1% yang di buat segar. Jika ada asam hidroksi aromatic, fenol, enol, pirazolon, atau fenotiazin lemah. 5. Uji khusus a. Sampel + H2SO4 (P)
Coklat
b. Sampel + H2SO4(P) + air c. Sampel + HNO3 (p)
Coklat
Coklat
biru
sampai
ungu
Dari praktikum yang telah di lakukan di dapatkahasil yang berbeda pada uji gugus fungsional dimana seharusnya warna yang terbentuk adalah biru sampai ungu tetapi pada praktikum hal yang di dapat adala hijau kekuninganhal ini di karenakan warna sampel yang terlalu hijau dan fecl yang kuning sehingga warna biru tertutup oleh warna sampel yang cerah. Sedangkan padauji yang lainnya di dapatkan hasil yang sesuai dengan yang ada di literature. Adapun gambar dari rumus strukur prednisolone.
Struktur kimia dari prednison F.
Kesimpulan
Dari hasil pratikum yang telah kami lakukan dapat disimplkan bahwa: 1. Prednison memiliki warna putih, bau khas, rasa pahit dan konsitensi serbuk 2.
Uji PH prednison memiliki PH netral
3. Uji gugus fungsional Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCL, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan Fecl3 1% yang di buat segar. Jika ada asam hidroksi aromatic, fenol, enol, pirazolon, atau fenotiazin sampai ungu lemah. ( hijau kekuningan) 4. Uji khusus a. Sampel + H2SO4 (P) b. Sampel + H2SO4(P) + air
Coklat Coklat
biru
c. Sampel + HNO3 (p)
Coklat
G. Daftar Pustaka
Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta. Dirjen Pom, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Iv. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth Edition, Pharmaceutical Press, New York Tjay, T.H., Rahardja, K., 2005, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya, Edisi kelima, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 693- 708
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI “VITAMIN B1 DAN VITAMIN B6 ”
Disusun Oleh : KELAS B2 Nama : Nining Herlina
(16091088)
Resti Noptahariza
(16091072)
LOBARATURIUM KIMIA FARMASI AKADEMIK FARMASI AL-FATTAH BENGKULU 2017
LEMBAR KERJA PRATIKUM PERCOBAAN XI DASAR TEORI Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting an sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiaan tubuh ( vitamin mempunyai peran sangat penting dalam metabolisme tubuh), karena vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh jka manusia hewan dan atupun makhluk hidup lain tanpa asupan vitamin tidak akan dapat melakukan aktivitas hidup dengan bak, kekurangan vitamin menyebabkan tubuh kita mudah terkena penyakt ,nama vitamin sendiri berasal dari gabungan kata bahasa latin yaitu vita yang berarti ‘hidup’ dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organikyang
memiliki atom nitrogen karena pada awalnya vitamin dianggap demikian kelak diketahui bahwa banyak vitaminyang sama sekali tidak memiliki atom N, dipandang dari sisi enzimologi
(ilmu tentang enzim ),vitamin adalah
kovaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. (Galberg,2002) Berikut adalah Penjelasan tentang Vitamin B1 dan Vitamin B6
A. Vitamin B1 1. Pengertian Vitamin B1
Vitamin
B1
adalah
sebuah
vitamin
dengan
struktur
kimia
C12H17CIN4OS yang banyak ditemukan dalam daging, ragi, dan biji bijian. Vitamin ini berfungsi sebagai metabolisme karbohidrat dan juga menormalkan aktivitas saraf. Vitamin ini larut dalam air, dan dalam
metabolisme karbohidrat menjadikan gula yang lebih sederhana dan setelah itu dapat digunakan sebagai bahan bakar energi tubuh. (Cheng,2004) Vitamin B1 tersedia dalam berbagai merek, ada yang bisa dibeli secara bebas di apotek, tapi ada yang memerlukan resep dari dokter. Vitamin B1 dalam bentuk suntik memerlukan resep dari dokter. Vitamin B1 dapat dikonsumsi pada saat atau setelah makan, dan usahakan mengonsumsinya di waktu yang sama tiap hari agar tidak lupa, dan untuk memaksimalisasi efeknya. (Askin,1982) 2. Alat Dan Bahan
a.
ALAT
Beker gelas Tabung reaksi Rak tabumg reaksi Plat tetes Penjepit tabung raksi Lakmus marah dan biru
b.
BAHAN
NaOH Kalium Heksasonioferat III Iso Butanol Pb(III) Asetat Nessler Pari AgNO3 H2SO4 NaHCO3 HCL FeCL31% Tembaga Sulfat
3. Hasil Percobaan
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PROSEDUR organoleptik Warna Bau Rasa Konsistensi
Putih Khas Sedikit pahit serbuk
Uji kelrutan a. Sampel + air b. Sampel + alkohol
1: 3,5→ 1:35 1: 220
Uji a. b. c. d.
Uji pH a. Sampel + lakmus merah b. Sampel + lakmus biru Reaksi Gugus Fungsional a. Sp + air + AgNO 3(p) → ↓putih + HNO3(P) → tidak larut + NH4OH → larut b. Sp + MNO4 + H2SO4(p) → warna hijau Reaksi Khusus a. Sp + NAOH + 2 tetes kalium heksasionoferat + isobutanol → dikocok → biru-ungu b. Sp + PbCHOO3 + NaOH → Coklat Hitam c. Sp + NaOH → Kuning d. Sp + Nessler menjadi abu-abu hitam e. Sp + parpink → ↓ putih Kesimpulan
PENGAMATAN
KETERANGAN
Agak Sukar Larut Sukar Larut
merah Asam merah
Larut
Biru
Putih kuning
Endapan Coklat
Kuning Endapan Putih Abu-abu Hitam Pink Endapan Putih C12H17 N4OSt
4. Pembahasan
Pada pratikum kali ini vitamin B1 reaksi khususnya adalah sebagai berikut : a.
Sp + NaOH + 2 tetes Kalium Heksasionoferat + Isobutanol kemudian dikocok kuat selama beberapa menit setelah terpisah lapisan atas berfluorosensesi biru-ungu.
b.
Sp + PbCHOO3 + NaOH → kuning pada pemanasan brbentuk endapan coklat hitam
c.
Sp + NAOH → kuning
d.
Sp + Nessler → kuning menjadi abu-abu hitam
e.
Sp + Pari → pink ↓ putih Ketika saat percobaan
yang kami lakukan terdapat kesulitan yang
kami lakukan terdapat kesulitan ketika bahan dan sampel yangterbatas saat pengambilan terkadang
pengambilan bahan ke satu ke yang lain
menggunakan pipet tetes yang tidak dicuci dahulu saat pengambilan dan harus menggulang mereaksiakan lagi baru ketemu hasil yaaaaaaaa alat yang kurang bersih pada saat pencucian menyebabkan hasil tidak seperti yang diingnkan . Uji organoleptis yakni dapat yaitu vitamin B1 putih,berbau khas,rasa sedkit pahit dan konsistensinya serbuk.uji PH yang ami dappatkan dari percobaan yaitu pada vitamin B1 Sampel + lakmus merah = merah. Jika, Sampel + lakmus biru = merah yamg hasilnya adalah asam. 5. Kesimpulan
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting an sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk
membantu pengaturan atau proses kegiaan tubuh ( vitamin mempunyai peran sangat penting dalam metabolisme tubuh), karena vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh jka manusia hewan dan ataupun makhluk hidup lain tanpa asupan vitamin tidak akan dapat melakukan aktivitas hidup dengan baik, kekurangan vitamin menyebabkan tubuh kita mudah terkena penyakt, nama vitamin sendiri berasal dari gabungan kata bahasa latin yaitu vita yang berarti ‘hidup’ dan amina (amine) yang mengacu pada
suatu gugus organikyang memiliki atom nitrogen karena pada awalnya vitamin dianggap demikian kelak diketahui bahwa banyak vitaminyang sama sekali tidak memiliki atom N ,dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim ),vitamin adalah kovaktor dalam reaksi kimia
yang
dikatalisasi oleh enzim. Vitamin B1 tersedia dalam berbagai merek, ada yang bisa dibeli secara bebas di apotek, tapi ada yang memerlukan resep dari dokter. Vitamin B1 dalam bentuk suntik memerlukan resep dari dokter.
B. Vitamin B6 1. Pengertian Vitamin B6
Vitamin B6 atau Piridoksin adalah merupakan vitamin B kompleks yang termasuk senyawa larut dalam air. Bersifat sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang nantinya menjadi energi yang digunakan tubuh untuk beraktivitas. Selain itu, metabolismenya juga menyangkut asam amino dan juga sistem imunitas. Sehingga membantu tubuh tetap prima dan tahan terhadap serangan penyakit. Vitamin B6 ini
memiliki 6 jenis bentuk kimia dan tentu paling sering didapatkan pada sayuran. Piridoksin memiliki rumus molekul yaitu C8H11 NO3 kemudian memiliki massa molar 169,18 g/mol dan memiliki titik lebur 159-162oC. (Vitahealth. 2006) Piridoksin sendiri ditemukan pada tahun 1934 dimana ditemukan saat meneliti kacang-kacangan. Hingga sekarang dapat diproduksi luas untuk masyarakat pada umumnya.Manfaat Piridoksin adalah setelah mengenal pengertian dari piridoksin tentu juga harus mengenal manfaat dari piridoksin itu sendiri. Asam amino dalam tubuh dapat dipecah menjadi lebih sederhana karena penggunaan vitamin B6 ini. Sehingga dapat diserap melalui usus. Selain itu juga berperan dalam pemecahan protein sehingga dapat juga membentuk senyawa seperti dopamine, histamin, serotonin dan adrenalin. Tentu serotonin dimanfaat dalam sistem imunitas tubuh. Bahkan dalam mengurangi rasa sakit pada wanita yang sedang mengalami menstruasi. Secara lebih umum, manfaat dari penggunaan piridoksin ini untuk tubuh adalah pencegahan penyakit jantung, lalu digunakan dalam siklus menstruasi dan kehamilan. Kemudian berperan dalam perkembangan otak, meningkatkan energi pada tubuh agar bisa lebih berstamina, meningkatkan sistem imunitas, menjaga kadar gula dalam darah serta menjaga sistem saraf pada tubuh. Karena manfaatnya begitu penting inilah penggunaannya perlu diperhatikan lagi untuk setiap hari. Kasus
kekurangan vitamin B kompleks di jaman sekarang ini hampir tidak pernah terjadi. Jika pun ada penyakit beri-beri pun tidak disebabkan karena kekurangan vitamin B6 walaupun merupakan penyakit yang disebabkan oleh jenis vitamin B kompleks lainnya. Secara lebih kompleks kekurangan vitamin B6 ini dapat mengakibatkan penyerapan sari makanan di usus terganggu. Sehingga tubuh akan menurun kondisinya karena kekurangan gizi akibat hal ini. Biasanya terjadi pada mereka yang lebih suka mengkonsumsi alkohol. (Saifuddin, Sirajuddin. 2009) Berlebihan terhadap konsumsi obat jenis isoniazid dapat juga menyebabkan fungsi kerja vitamin B6 tidak berfungsi dengan baik. Dampak defisiensi atau kekurangan vitamin B6 ini adalah dermatitits, mulut yang meradang, sampai insomnia. Bahkan seharusnya manfaat yang dapat diperoleh dari konsumsi vitamin B6 ini seperti yang telah dijelaskan diatas malah dapat sebaliknya, menjadi sebab dari penyakit lainnya. Piridoksin memang banyak terdapat di sayur-sayuran. Namun penelitian pertama kali menemukannya pada kacang, tentu dimungkinkan juga terdapat pada sumber makanan alami lainnya. Piridoksin atau vitamin B6 ini terutama terdapat pada sayuran. Misalnya seperti sayur paprika, sayur lobak, dan sayur bayam. Pada takaran paprika 1 cangkir saja mampu memenuhi 0,27 mcg vitamin B6. Kemudian pada buah buahan juga mengandung vitamin B6. Seperti pada buah pisang, buah
alpukat, buah tomat, buah melon, buah semangka. Pada takaran 1 buah pisang saja sudah mengandung vitamin. (Syahruddin, Kasim,2007) 2. Alat Dan Bahan a. ALAT
b. BAHAN
Beker Gelas
AgNO3
Tabung Reaksi
NH4OH
Rak Tabung Reaksi
NaHCO3
Pipet Tetes
HCL
Penjepit
FeCl3
Lakmus Merah dan Biru
NaOH
H2SO4
3. Hasil Percobaan
NO 1.
2.
3.
4.
5.
6.
PROSEDUR Uji Organoleptik - Warna - Bau - Rasa - Konsistensi Uji Kelarutan - Sampel + Air - Sampel + Alkohol
PENGAMATAN Bubuk Kristal Putih Bau Khas Sedikit Pahit Serbuk 1 : 4,2 = 1 : 42 1 : 13,9 = 1 : 139
Uji pH - Sampel + Lakmus Merah Merah Merah - Sampel + Lakmus Biru Reaksi Gugus Fungsional - Sp + AgNO3, akan terbentuk endapan, bila ditambahkan NH4OH endapan akan larut. - Reaksi Besi (III) Klorida Reaksi Khusus - Sp + FeCl3 → Merah - Sp + 1 ml air + 1 tetes CuSO4 + NaOH → Biru-Ungu - Sp + AgNO3 → Putih Susu - Sp + H2SO4(e) → Kuning
Kesimpulan
KETERANGAN
Agak sukar larut Sukar larut
Asam
Larutan
Kuning Lemah
Merah Biru Putih Susu Kuning
Vitamin B6
C8H11 NO3
4.
Pembahasan
Pada saat melakukan pratikum hal yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan dan sampel yang akan diuji yaitu vitamin B6. Pertama lakukan uji pendahulua/uji organoleptis meliputi warna, bau, rasa dan konsistensi. Kedua lakukan uji kelarutan dengan menggunkan sampel ditambhakan air dan alkohol. Ketiga uji Ph dengan menggunakan sampel ditambahkan lakmus merah dan biru. Keempat lakukan reaksi gugus fungsional dengan sampel ditambkan bahan sesui yang ada. Terakhir reaksi khusus dengan cara sampel ditambahkan bahan. Setelah dilakukan prosedur baru lah mendapatkan hasil pengamatan. 5. Kesimpulan
Dapat disimpulkan Vitamin B6 atau Piridoksin adalah merupakan vitamin B kompleks yang termasuk senyawa larut dalam air. Bersifat sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang nantinya menjadi energi yang digunakan tubuh untuk beraktivitas. Selain itu, metabolismenya juga menyangkut asam amino dan juga sistem imunitas. Sehingga membantu tubuh tetap prima dan tahan terhadap serangan penyakit. Vitamin B6 ini memiliki 6 jenis bentuk kimia dan tentu paling sering didapatkan pada sayuran. Piridoksin memiliki rumus molekul yaitu C8H11 NO3kemudian memiliki massa molar 169,18 g/mol dan memiliki titik lebur 159-162oC.
Hasil yang didapat vitamin B6 yaitu serbuk berwarna putih yang tidak memiliki bau dan rasa nya pahit, yang agak sukar larut dalam air dan sukar larut dalam alkohol, dan memilik pH yang asam.
DAFTAR PUSTAKA Askin, 1982. Buku Konsep Kimia Vitamin B1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Chang 2004. Kimia Vitamin. Cetakan Kesembilan. Jakarta. Pt, Gramedia Pustaka Utama Galberg, 2002 SNI 01-2893-2002- Teori Vitamin
Saifuddin, Sirajuddin. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia. Laboratorium Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Syahruddin, Kasim, dkk. 2007. Biokimia. Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin. Vitahealth.
2006.
Seluk-beluk
Food
Suplement.
Jakarta
:
Gramedia
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI “V I T AM I N A D A N VI T AM I N C ”
Disusun Oleh :
Kelas B2 Nama : Sarto Bagio
(16091105)
Siska Ramadhani (16091110) Tri Manda Sari (16091117) Seza Seftiani Putri (16091107)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PERCOBAAN XII VITAMIN C DAN VITAMIN A A.
DASAR TEORI
Istilah vitamine pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashmir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat ini dibnutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsur nitrogen (amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamine yang ternyata tidak merupakan amine (Winda, 2013). Vitamin
termasuk
kelompok
zat
pengatur
pertumbuhan
dan
pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan.Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis (Pujiadi, 1994). Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai penyakit sariawan dengan gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot dan sendi, berat badan berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolisme kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C memiliki sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi
molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk memelihara kehamilan, mengatur kontrol kapiler darah, secara memadai, mencegah hemoroid, mengurangi resiko diabetes dan lain-lain (Helmi, 2007). Vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran seperti kol atau pada menumbuk kentang (Lehninger 1982). Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti: Pemanasan yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur, pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu, adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C.Vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Buah yang masih muda (mentah) lebih banyak mengadung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang vitamin C-nya. Titrasi netralisasi digunakan untuk menentukan kadar analit yang bersifat asam atau basa atau zat yang dapat diubah menjadi asam/basa. Air digunakan sebagai pelarut karena mudah diperoleh, murah, tidak beracun dan mempunya koefisien suhu muai yang rendah (Underwood 1992) Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat adalah merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro asam askorbat (Wahjudi 2003). Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara. Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh. Merupakan kristal putih tidak berbau yang
larut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama bila ada Cu, maka vitamin C adalah pereduksi yang kuat). Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35 mg/hari, bumil & buteki : 60 mg/hari (Hawab 2005). Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dan merupakan vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup.Vitamin A adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dibuat oleh tubuh, jadi harus dipenuhi dari luar tubuh berupa makanan yang dikonsumsi ( Hassan, 2002) Vitamin A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam makanan. Daging merah hati, susu, full cream, keju, mentega merupakan makanan yang tinggi retinol. Sayur dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning seperti wortel, sayur hijau seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, buah peach, apricot dan minyak sayur, yaitu minyak kelapa sawit
yang berwarna merah merupakan makanan yang tinggi karoten (
Hidayat, 2005). Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi vitamin A, terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap, xerophthalmia, hingga akhirnya mengalami kebutaan dapat terjadi.Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman.
Pelapisan
sel
epitel
kornea
yang
akhirnya
berakibat
melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total. Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan yang sangat, anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat
terjadi kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku (Almatsier, 2003) .
B.
Alat Dan Bahan Alat : -
Tabung Reaksi Rak Tabung Reaksi Serbet Pipet Tetes Becker Glass Erlemeyer Buret Statif dan Kleam Lampu Bunsen Penjepit kayu
Bahan : - Vitamin A - AgNO3 - Air - H2SO4 (p) - HNO3 (p) - Vitamin C - Ninhidrin - Fehling 1dan Fehling II - FeCL3 - Pereak Sitilman S - KMNO4 - Diazo B
C. Hasil Percobaan 1. Vitamin C
NO PROSEDUR 1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENGAMATAN
Uji Organoleptic - Warna - Bau - Rasa - Konsistensi
Putih Khas Asam Serbuk
Uji Kelarutan - Sampel + air - Sampel + alcohol
1:7 1: 35
Uji pH - Sampel + Lakmus Merah Merah Merah - Sampel + Lakmus Biru Reaksi Gugus Fungsional Sp + Preaksi Fehling I + Fehling II sama banyak, dipanaskan endapan tembaga ioksida warna merah bata Reaksi Khusus warna - Sp + FeCL3 hilang, ungu pada Ph 6-8 warna - Sp + KMnO4 hilang - Sp + Diazob + Hcl orange ada gas abu- Sp + AgNO3 abu hitam - Sp+ Titan Yellow + NaoH Coklat muda Kuning - Sp + Nessler Coklat abu-hitam Kesimpulan
Merah bata
Warna hilang Warna hilang Orange ketika bergas Abu-abu Coklat Muda Coklatabuhitam
VITAMIN C
KETERANGAN
Mudah Larut Agak Sukar Larut
Asam
2. Vitamin A NO 1.
2.
3.
PROSEDUR
KETERANGAN
Uji Organoleptic - Warna - Bau - Rasa - Konsistensi
Kekuningan Khas Tidak Berasa Serbuk
Uji Kelarutan - Sampel + Air - Sampel + Alcohol
1: 100 1: 27
Praktis tidak larut Larut
Uji pH - Sampel + Lakmus Merah - Sampel + Lakmus Biru
Merah Biru
Netral
4.
Reaksi Gugus Fungsional
5.
Reaksi Khusus Merah - Sp + Agno3 Rosa Jingga - Sp + Air - Sp + Larutkan Dalam Chcl3 + 10 Ml Sbcl4 Warna Biru Coklat - Sp + H2so4 Bintik Hitam - Sp + HNO3 (P) Kuning Bintik Merah Jingga
6.
PENGAMATAN
Kesimpulan
Putih Kekuningan Putih Coklat Bintik Hitam Kuning Bintik merah Jingga
VITAMIN A
D. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan identifikasi kualitatif vitamin A dan vitamin C dimana vitamin A itu sendiri merupakan vitamin larut lemak yang agak stabil terhadap suhu tinggi dan tidak hilang dengan proses perebusan. Sedangkan Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memilikiperanan penting dalammenangkal beberapa penyakit. Pada pengujian vitamin ini hal pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang meliputi vitamin A dan vitamin C serta alat-alatnya meliputi tabung reaksi, rak taung reaksi, lampu Bunsen, beaker glass, plat tetes, kertas lakmus, berbagai macam reagen pereaksi, yang tertera di alat dan bahan. Selanjutnya, kami melakukan uji oraganoleptis dimana vitamin A memiliki konsistensi serbuk putih agak kuning bau khas mempunyai rasa seperti minyak ikan. Pada vitamin A uji PH yang dilakukan menggunakan kertas lakmus mendapatkan hasil netral tetapi lama kelamaan menjadi asam dimana lakmus biru brubah menjadi warna merah. Pada uji kelarutan vitamin A merupakan vitamin yang praktis tidak larut dalam air dikarenakan range kelarutannya berada pada 1:100 dan mempunyai kelarutan larut dalan etanol dengan range 1:27, pada uji khusus kami mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Sp + AgNO3 → Merah rosa 2. Sp + Air → Jingga 3. Sp+ H2SO4 (P) → Coklat bintik hitam 4. Sp+ HNO3→ Kuning bintik merah jingga Dari hasil uji khusus yang telah didapat maka dapat disimpulkan sampel yang digunakan pada praktikum merupakan vitamin A. Pada
vitamin
C
kami
melakukan
uji
organoleptis
dimana
konsistensinya berupa serbuk putih keabuan tidak berbau raa asam. Pada uji kelarutannya didapati hasil 1:7 dimana vitamin C menujukkan mudah larut dalam air. Kemudian hasi berikutnya 1:35 yag berarti agak sukar larut dalam
etanol. Kemudian pada uji PH vitamin C mendapatkan hasi asam yakni kedua lakmus berubah menjadi warna merah. Kemudia uji gugus fungsional kami melakukan langkah berikut : 1. Pemeriksaan senyawa pereduksi a. Sampel + pereaksi fehling I dan II sama banyak, dipanaskan → endapan tembaga (I) oksida berwarna merah bata. 2. Pada uji berikutnya yakni uji khusus kami melakukan percobaan sebagai berikut : a.
Sp + FeCl3 →Warna hilang, warna ungu pada PH 6 -8
b.
Sp + KmnO4 →Warna hilang
c.
Sp + diazo B + HCl →Orange ada gas
d.
Sp + AgNO3 → Abu -abu hitam
e.
Sp + Titan Yellow + NaOH →Coklat muda
f.
Sp + nessler → kuning → coklat → abu → hitam
Dari semua uji yang telah dilakukan maka dapat dipastikan sampel tersebut adalah vitamin C. E. Kesimpulan.
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Vitamin C mempunyai konsistensi berupa serbuk putih keabuan tidak berbau rasa asam. Pada uji kelarutannya didapati hasil 1:7 dimana vitamin C menujukkan mudah larut dalam air. Kemudian hasi berikutnya 1:35 yag berarti agak sukar larut dalam etanol. Kemudian pada uji PH vitamin C mendapatkan hasi asam yakni kedua lakmus berubah menjadi warna merah. Uji yang paling spesifik pada vitamin C yaitu Sp + AgNO3 →
Abu-abu hitam 2. Vitamin A mempunyai konsistensi konsistensi serbuk putih agak kuning bau khas mempunyai rasa seperti minyak ikan. Pada vitamin A uji PH yang dilakukan menggunakan kertas lakmus mendapatkan hasil netral tetapi lama kelamaan menjadi asam dimana lakmus biru brubah menjadi warna merah. Pada uji kelarutan vitamin A merupakan vitamin yang
praktis tidak larut dalam air dikarenakan range kelarutannya berada pada 1:100 dan mempunyai kelarutan larut dalan etanol dengan range 1:27. Uji yang paling spesifik pada vitamin A yaitu Sp+ H2SO4 (P) → Coklat bintik
hitam.
DAFTAR PUSTAKA Hawab, HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Bayumedia :Medan Lehninger A.1982. Dasar-dasar Biokimia. Maggy Thenawidjaya, Penerjemah. Jakarta :Erlangga. Terjemahan dari : Basic of Biochemistry Mulyono, HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta :Bumi Aksara Winda. 2013. Macam Vitamin .http : // www.wikivitwmin.com/.Diakses tanggal 1 Desember 2013).
LAPORAN AKHIR PRATIKUM KIMIA FARMASI 1 “IDENTIFIKASI KUANTITATIF VITAMIN K DAN VITAMIN E”
DISUSUN OLEH: KELAS B2 NAMA: VIOLITA BELLA DINA
(16091120) (16091120)
WIWIT PUJIARTI
(16091123)
YULIAN DIKI ARDIANI
(16091126)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU TAHUN AJARAN 2017/2018
Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa Vitamin 2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada analisis kualitatif senyawa vitamin
DASAR TEORI A. VITAMIN E Vitamin E (alfa-tokoferol ) adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh terhadap kerusakan oleh senyawa kimia reaktif yang dikenal sebagai radikal bebas . Vitamin E dan selenium (suatu mineral esensial yang merupakan komponen dari enzim antioksidan) mempunyai sifat yang sama. (Samson, 2000) 1.
Sejarah Penemuan Vitamin E pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Dr. H.M Evans dari California dari California melalui penelitian untuk mempertahankan kehamilan normal tikus normal tikus betina betina diperlukan diperluk an suatu subtansi suatu subtansi tak dikenal. Tanpa bahan ini, janin tikus akan mati dalam sepuluh hari saat dikandung. Tikus jantan yang kekurangan bahan ini juga mengalami kelainan pada testisnya. Sehingga saat itu vitamin E disebut sebagai vitamin anti kemandulan. anti kemandulan. Pada Pada wanita juga dianjurkan sebagai perawatan untuk kemandulan, kelainan menstruasi, menstruasi, peradangan vagina, vagina, gejala menopause, menopause, mencegah keguguran dan kesuburan benih. benih. Vitamin E pertama kali diisolasi pada tahun 1936 dari minyak tepung gandum. tepung gandum. Disebut Disebut vitamin E karena ditemukan setelah vitamin-vitamin yang sudah ada yaitu A, B, C, dan D. Bentuk vitamin E merupakan kombinasi dari delapan molekul yang sangat rumit yang disebut ’tocopherol’. Kata ’tocopherol’ berasal dari bahasa Yunani: Toketos yang berati ’kelahiran anak’ dan Phero berarti ’saya bawa’, akhiran ’-ol’ ditambahkan untuk menunjukkan bahwa bahan ini
merupakan salah satu dari alkohol yang menyebabkan mabuk jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. (Samson, 2000) 2. Sifat-Sifat
Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak seperti minyak, seperti minyak, lemak, lemak, alkohol, alkohol, aseton, eter aseton, eter dan sebagainya. Karena tidak larut dalam air, vitamin E dalam tubuh hanya dapat dicerna dalam empedu dalam empedu hati. Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi. Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada asam pada suhu 100o C. Bila terkena oksigen di udara, akan teroksidasi teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya warnanya akan menjadi gelap secara bertahap. Vitamin E adalah golongan vitamin yang larut dalam lemak. Artinya, vitamin ini terdapat dalam bagian makanan yang berminyak, dan dalam tubuh hanya dapat dicerna oleh empedu, di hati, karena tidak larut dalam air. Vitamin E sangat di butuhkan oleh tubuh tubu h kita. (Prawirohardjo, 2002) 3. Fungsi Vitamin E Selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meningkatkan fertilitas, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner, vitamin E memiliki peran sangat penting bagi kesehatan kulit. Vitamin E menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu, fungsi vitamin E ialah : a.
Dapat mencegah keguguran pada wanita.
b.
Dapat mengurangi rasa panas di dalam tubuh dan mengurangi depresi pada wanita menopause.
c.
Sangat penting untuk memaksimalkan fungsi otot.
d.
Mencegah peroxidation pigmentasi akibat pembentukan asam lemak tak jenuh tinggi.
e.
Mencegah nekrosis hepatik yang disebabkan oleh kekurangan belerang yang mengandung mengandu ng asam amino dan selenium. seleni um.
f.
Vitamin E membantu melawan radikal bebas, yang bermanfaat bagi kulit
dan
membantu
mencegah
pembentukan
kerutan dengan
mencegah kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh sinar ultraviolet. g.
Merupakan pelindung penyakit jantung dan diabetes.
h.
Mencegah kerusakan jaringan dalam kasus iskemia dan cedera, mengurangi gejala kaki kram dan rheumatoid arthritis, dan memiliki efek antikoagulan.
i.
Vitamin E berguna dalam membatasi kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh merokok, dan kerusakan jaringan dari radikal bebas yang dipercepat dengan pecandu alkohol.
j.
Melindungi tubuh dari berbahaya tumor.
k.
Vitamin E mengurangi penggumpalan darah di dalam pembuluh darah. (Anonymus, 2008).
4. Lalu, mengapa vitamin E sering dihubungkan dengan radikal bebas? Radikal bebas adalah hasil oksidasi molekul di dalam tubuh. Sebenarnya,
jika
diproduksi
dalam
jumlah
yang
pas,
radikal
bebas dibutuhkan bagi kesehatan dan fungsi tubuh, yaitu untuk memerangi peradangan, membunuh bakteri merugikan serta mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan organ lain dalam tubuh. Tapi bila diproduksi melebihi batas, radikal bebas dapat menyerang sel-sel tubuh. Sehingga berubah fungsi. Perubahan fungsi sel ini memicu proses penuaan yang belum waktunya, serta berbagai gangguan kesehatan. Aktivitas zat radikal bebas dalam tubuh bisa dicegah oleh zat antioksidan, yang berfungsi menghentikan aktivitas radikal bebas dan melindungi sel yang sehat dari kerusakan. Salah satu zat antioksidan yang paling ampuh adalah vitamin E. Antioksidan akan membantu melawan radikal bebas ini sehingga kita terbebas dari penyakit. Selain itu, antioksidan bisa membantu memerangi kanker dan penyakit kardiovaskular, 2 masalah kesehatan yang paling banyak diderita. Di samping itu, vitamin E membantu menyehatkan sistem kekebalan tubuh, serta membantu proses perbaikan DNA. (Anonim, 2008)
Selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meningkatkan fertilitas, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner, vitamin E memiliki peran sangat penting bagi kesehatan kulit. Vitamin E menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka. 5. Sumber vitamin E Vitamin E banyak tersedia dalam minyak yang dihasilkan dari biji bijian, seperti; minyak kacang, minyak kulit gandum, minyak jagung dan minyak biji bunga matahari. Selain itu, vitamin E juga terdapat pada sayuran hijau, sereal, hati, kuning telur, lemak susu, kacang-kacangan, kiwi, mangga dan mentega. Hal yang penting diingat tentang vitamin E, adalah mudah rusak oleh panas yang tinggi (proses memasak) dan oksidasi (terpapar oksigen). Itu sebabnya, sumber vitamin E terbaik adalah makanan segar, mentah, atau makanan yang belum diproses. (Anonim, 2009) 6. Kekurangan vitamin E Gejala kekurangan, Ketika kadar vitamin E dalam darah sangat rendah, sel darah merah rusak dan terbelah. Proses pembelahan sel darah merah ini disebut hemolisis eritrodit. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan otot. Gejala yang dirasakan adalah kesulitan berjalan dan nyeri yang menetap pada otot betis. Vitamin E tingkat rendah dalam darah dapat meningkatkan risiko kanker tertentu paru-paru, payudara dan saluran pencernaan. Tanda Kekurangan Vitamin E, Menurut buku the Complete Idiot’s Guide to Vitamin and Mineral, kekurangan vitamin E dalam jangka
panjang bisa mendatangkan kerusakan saraf, khususnya saraf di tulang belakang. Kadang juga terjadi kerusakan di retina mata. Kekurangan vitamin E harusnya jarang terjadi. Itu karena dari makanan sehari-hari hampir semua orang mendapatkan asupan 7-11 mg vitamin E. Meskipun
begitu, ternyata di AS yang terkenal makmur dan banyak makan, tercatat kekurangan ringan vitamin E. Selain dari asupan makanan sehari-hari, kekurangan vitamin E juga bisa disebabkan kondisi medis seperti: a.
Menderita cystic fibrosis Penyebabnya, penderita penyakit ini tidak bisa mencerna lemak dengan baik, sehingga tidak bisa menyerap cukup vitamin E.
b.
Menderita chron’s disease Penderita penyakit ini tidak bisa menyerap cukup vitamin E lewat usus.
c.
Menderita penyakit lever Penderita penyakit lever tidak bisa menggunakan vitamin E dengan benar.
d.
Sedang menjalani diet rendah lemak dan rendah kalori Kurangnya lemak di dalam tubuh menyebabkan terganggunya pasokan vitamin E. Ini karena vitamin E termasuk vitamin yang larut dalam lemak. Kita butuh sedikit lemak untuk bisa menyerap vitamin E.
e.
Minum obat-obatan tertentu Minum obat penurun kolesterol bisa menurunkan penyerapan vitamin E dan vitamin yang larut dalam lemak lainnya. Menurut buku Vitamins and Mineral’s Handbook, ada tanda-tanda
tubuh seseorang butuh tambahan vitamin E, yakni tubuh mudah memar, luka lama sembuh, varises, kurang gairah seks, infertilitas dan hilangnya kekuatan otot. B. VITAMIN K Vitamin K adalah nama generik untuk beberapa bahan yang diperlukan dalam pembekuan darah yang normal. Bentuk dasarnya adalah vitamin K1 ( filokuinon), yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, terutama sayuran berdaun hijau. Bakteri dalam usus kecil sebelah bawah dan bakteri dalam usus besar menghasilkan vitamin K2 (menakuinon), yang dapat diserap dalam jumlah yang terbatas. (Herdata. 2008)
1. Sejarah penemuan Pada 1929, ilmuwan Denmark Henrik Dam meneliti peran kolesterol dengan memberi makan ayam diet kolesterol-habis. Setelah beberapa minggu, binatang dikembangkan perdarahan dan mulai berdarah. Cacat ini tidak bisa dikembalikan dengan menambahkan kolesterol dimurnikan untuk diet. Tampak bahwa-bersama-sama dengan kolesterol senyawa kedua telah diekstraksi dari makanan, dan senyawa ini disebut vitamin koagulasi. Vitamin baru menerima surat K karena penemuan awal yang dilaporkan dalam jurnal Jerman, di mana ia ditunjuk sebagai”Koagulations vitamin”. Edward Adelbert Doisy dari Saint Louis University melakukan
banyak penelitian yang mengarah pada penemuan struktur dan sifat kimia dari Dam K. Vitamin dan berbagi Doisy 1943 Hadiah Nobel untuk obat untuk pekerjaan mereka di laboratorium vitamin K. (Herdata. 2008) 2. Sifat-sifat a. Merupakan golongan Naphthoquinone. Dalam alam ada dua bentuk, yaitu: Vitamin K1 (Phytomenadione) dan Vitamin K2. Derivat aktifnya yaitu Menaphtone (Vitamin K3). Preparat sintesisnya yaitu vitamin K analogue (misal : Acetomenaphthone). b. Vitamin K dari alam larut dalam lemak. Vitamin K analogue sintesis larut dalam air. c. Stabil terhadap pemanasan dan reducing agents. d. Labil terhadap Oxidizing agents, asam kuat, alkali, dan cahaya. e. Vitamin K1 dan K2 berwarna kuning. Vitamin K sintesis tak berwarna. (Nelson. 2007) 3. Vitamin K dan manfaatnya Fungsi Vitamin K a. Vitamin
K berfungsi membuat protein yang dibutuhkan untuk
pembekuan darah
b. Vitamin K berfungsi membantu menjaga kalsium tetap di luar dari
arteri c. Vitamin K berfungsi mensintesis protein yang ditemukan pada plasma,
tulang dan ginjal d. Vitamin K berfungsi penting untuk konversi glutamat asam amino ke
asam gamma-carboxyglutamic (GCA) e. Vitamin K berfungsi membantu kalsium masuk ke tulang f. Vitamin K terlibat dalam karboksilasi osteocalcin (OC), dalam rangka
untuk mengikat kalsium 4. Sumber vitamin K Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain jumlahnya terbilang kecil, sistem pencernaan kita mengandung bakteri yang mampu mensintesis vitamin K yang sebagian diserap dan disimpan didalam hati.
Namun begitu tubuh pun perlu mendapat
tambahan vitamin K dari makanan. Kebanyakan sumber vitamin K didalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam sistem pencernaan,
namun
Anda
dapat
memperoleh
vitamin
K
dari
makanan seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak, sayuran sejenis kobis (kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedelai, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu menstimulasi produksi vitamin ini. Jumlah yang dibutuhkan Menurut standar RDA (Recommended Dietary Allowance), kebutuhan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya. Untuk dewasa, setidaknya membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per kg berat badan. Jadi, kalau berat badan Anda 50 kg maka kebutuhan perharinya mencapai 50 mikrogram Jumlah yang dibutuhkan Menurut standar RDA (Recommended Dietary Allowance), kebutuhan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya. Untuk dewasa, setidaknya membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per kg berat
badan. Jadi, kalau berat badan Anda 50 kg maka kebutuhan perharinya mencapai 50 mikrogram. (Nelson. 2007) 5. Kekurangan Vitamin K a.
Gejala Kekurangan, Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik.
Bagaimanapun,
kekurangan
vitamin
K
jarang
terjadi karena hampir semua orag memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir. Pada dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan. b.
Tanda kekurangan, Kekurangan vitamin K dapat terjadi setelah pengobatan jangka panjang dengan antibiotik oral. Orang-orang berisiko terkena kekurangan vitamin K adalah mereka yang menderita kekurangan gizi kronis, mempengaruhi penyerapan vitamin dalam makanan untuk mengurangi obstruksi pada saluran empedu, celiac penyakit atau sariawan, kolitis ulseratif, regional enteritis. Suatu ketika anak Anda tiba-tiba terpental dari sepeda. Betisnya tergores sehingga meneteskan darah. Luka kecil itu lalu dibersihkan memakai kapas sambil sedikit ditekan. Tak lama, darah pun berhenti menetes dan luka ringan itu ditutup plester supaya anak bermain sepeda lagi. Apa yang membuat darah berhenti menetes dengan sendirinya sehingga Anda tak perlu repor mengatasinya? Ya.. Itulah salah satu kegunaan penting vitamin K. Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk
sintesis
beberapa
protein
termasuk
dalam
pembekuan
darah. Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga konsitensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam lemak ini juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal. (Nelson. 2007)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
Bahan
- Tabung Reaksi - Rak Tabung Reaksi - Plat Tetes - Beaker Gelas - Serbet - Penjepit Tabung Reaksi - Spatel
- H2SO4 - HNO3 - Formaldehid - Etanol - Na Bisulfat - Aqua Brom
D. HASIL PERCOBAAN 1. VITAMIN K
NO 1.
2.
PROSEDUR
PENGAMATAN
Uji Organoleptis - Warna
Kuning
- Bau
Tidak Berbau
- Rasa
Manis
- Konsistensi
Serbuk
Uji Kelarutan - Sampel + Air
0,1 : 10 = 1 : 100
- Sampel + Alkohol
Larut
Uji PH - Sampel + Lakmus Merah - Sampel + Lakmus Biru
4.
Praktis Tidak Larut
0,1 : 3 = 1 : 30 3.
KETERANGAN
Merah (lama-lama
Basa
biru) Biru
Reaksi Gugus Fungsional
5.
Reaksi Khusus Kuning Jingga
- Sampel + H2SO4 (P)
- Sampel + HNO3 ( p) Kuning
6.
Kesimpulan
VITAMIN K
C31H16O2
2. VITAMIN E NO PROSEDUR 1.
2.
3.
PENGAMATAN
KETERANGAN
Uji Organoleptis - Warna
Coklat
- Bau
Khas
- Ras
Manis
- Konsistensi
Serbuk
Uji Kelarutan - Sampel + Air
0,1 : 10 = 1 : 100
Praktis Tidak Larut
- Sampel + Alkohol
0,1 : 2.3 = 1 : 23
Larut
Uji PH -Sampel + Lakmus
Merah
Merah
Biru
Netral
-Sampel + Lakmus Biru
4.
Reaksi Gugus Fungsional Reaksi Marquis : Identifikasi Cincin Warna
Gugus Aromatis, Zat + 3 tetes formaldehid + H2SO4 (P) 5.
Reaksi Khusus - Sampel dalam 10 ml etanol + 2ml HNO3 Jingga
sambil diaduk dan di panaskan pada suhu 750c selama 15 menit 6.
Kesimpulan
VITAMIN E
C29H50O
E. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami mengidentifiksi Vitamin K dan Vitamin
E. Pada praktikum yang kami lakukan , petama kami melakukan uji organoleptis. Pada uji organoleptis vitamin K memiliki warna putih kekuningan, memiliki bau khas lemah , berasa manis, dan konsistensinya serbuk. Untuk vitamin E memiliki uji organoleptis yang di dapat adalah memiliki warna coklat, tidak berbau , memiliki rasa manis dan konsistensinya serbuk. Langkah selanjutnya kami uji PH, dengan cara kertas lakmus merah ditambahkan sampel lalu ditambahkan air maka didapatlah hasil warna biru. Kemudian lakmus kedua yaitu kertas lakmus merah ditambahkan sampel lalu ditambahkan air didapatlah hasil warna biru yang berarti memiliki PH biru. Untuk vitamin E kertas lakmus merah ditambah sampel lalu ditambahkan air mendapat hasil warna merah. Kemudian lakmus kedua , lakmus biru ditambah sampel lalu ditambah air mendapat warna biru yang berarti vitamin E memiliki PH netral. Uji fungsional pada vitamin K tidak ada. Kemudian kami langsung melanjutkan uji fungsional pada vitamin E yaitu dengan cara Reaksi Marquis : Identifikasi gugus aromatis zat ditambah 3 tetes formaldehid ikatan rangkap. Selanjutnya kami melakukan uji reaksi khusus vitamin K, Sampel ditambahkan H2SO4 P mendapatkan hasil kuning jingga. Yang kedua sampel ditambahkan HNO3P Mendapatkan Warna Kuning. Pada uji reaksi khusus vitamin K yaitu sampel dalam 10ml etanol ditambahkan 2ml HNO3 sambil diaduk dan dipanaskan pada suhu 750c selama 15 menit menjadi cerah atau jingga.
F.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa : Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturn atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan kekurangan vitamin memperbesar peluang penyakit masuk ke tubuh kita. 1.
Uji organoleptis pada :
Vitamin E = warna coklat, tidak berbau, rasa manis, konsistensi serbuk
Vitamin K = warna putih , bau lemah, rasa manis, konsistensi serbuk
2. Uji Reaksi
Vitamin E = sampel + 10 ml etanol + 2ml HNO 3sambil diaduk dan panaskan pada suhu 750c selama 15 menit → jingga
Vitamin K = Sampel + H 2SO4→ kuning jingga
DAFTAR PUSTAKA Nelson. 2007. Vitamin K. (diakses oleh : Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.17 WIB). (http://www.menkokesra.go.id/content/view/4987/39/ Herdata. 2008. Definisi Vitamin K,( diakses oleh: Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.05 WIB).(http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya-manfaatnya Anonim. 2008. Vitamin E. Bandung: PT. Mizan Anonim. 2009. Sumber vitamin E. Jakarta: PT. Mizan Samson. 2000. Tentang Vitamin E . Jakarta: Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Anastasia, Yessy, 2011, Teknik Analisis Residu Golongan Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Buletin Teknik Pertanian, Vol. 16, No. 2, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. Anonim. 2000. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Anief, Moh. 2005. Farmasetika Cetakan III. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Penerjemah:
Farida
Ibrahim. Penerbit
Universitas
Indonesia Press. Jakarta. Anonim, 2007. Lignocaine. http://en.wikipedia.org/wiki/Lidocaine. diakses kamis, 9 juni 2011. Anonim,
2011.
Dosis
Lignokain
Yang
Diberikan
Kepada
pasien.
http://www.scribd.com/doc/52172122/11/G-Faktor-yang-Berpengaruh pada-Anestesia-Epidural. diakses, 9 juni 2011. Anonim,
2011.
Lignokain
Yang
Diberikan.
http://www.scribd.com/doc/51582086/Prilokain-joy. diakses 9 juni 2011. Arifin, Helmi, Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, Universitas Andalas. Atcc 25922 Karena Campuran Polietilenglikol 4000-Tween 80 (1:1), Sigma, Vol. II, No. 1, Universitas Gadjah Mada. Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Bunga Aksara. Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Darsono Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol. JKM. Vol.2.No.1. Doerge. R. F. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik Edisi VIII Bagian II. Philadelphia : J.B.Lippincott Company. Foye , W. O. 1995. Prinsip - Prinsip Kimia Medisinal Jilid I Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University press. Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2012, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta (hal 1). Ganiswarna. S. A. 2005. Farmakologi dan Terapi . Edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.33 Hawab, HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Bayumedia :Medan Herdata. 2008. Definisi Vitamin K,( diakses oleh: Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.05 WIB).(http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya-manfaatnya Hadisahputra, S., Harahap, U. 1994. Biokimia Dan Farmakologi Antibiotik . USU Press, Medan. Hlm 38-39 Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Penerjemah dan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba Medika, Surabaya. Hlm 37-41 Lehninger
A.1982. Dasar-dasar Biokimia. Maggy Thenawidjaya, Penerjemah.
Jakarta :Erlangga. Terjemahan dari : Basic of Biochemistry Martin, A., J. Swarbrick, and A. Cammarata, 1983, Physical Pharmacy, 3rd ed., Lea & Febiger, Philadelpia,845-850. Missler,G.L dan Tarr,D.A 1991. Inorganic Chemistry,Prentik.Hal inc . London. Mulyono, HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta :Bumi Aksara Muniz, corolina compas. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar : Yogyakarta. (Hal 1 dan 10). Nelson. 2007. Vitamin K. (diakses oleh : Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.17 WIB). (http://www.menkokesra.go.id/content/view/4987/39/ Putra, Effendy De Lux, 2002, Penetapan Kadar Ampisilin Dalam Tablet Dengan Nama Generic Dan Dagang Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja