Laporan Kasus Stroke dengan Pendekatan Dokter Keluarga Mariska Nada Debora 102014139 FF22 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta – Jakarta – 11510 11510 Email :
[email protected]
1. PENDAHULUAN
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun general secara akut, lebih dari 24 jam kecuali pada intervensi bedah atau meninggal, berasal dari gangguan sirkulasi serebral. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Sebagian besar kejadian stroke tersebut adalah stroke nonhemoragik. Di Indonesia, hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi stroke adalah delapan perseribu penduduk, dan prevalensi di kota Bogor sekitar 1,1% atau 11 penduduk per seribu. Stroke Str oke merupakan penyebab kematian terbanyak pada kelompok usia > 5 tahun di perkotaan (19,4%) dan di perdesaan (16,1%). Stroke merupakan penyebab kecacatan kronik yang paling tinggi pada kelompok umur di atas usia 45 tahun. Jumlah total total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun dan sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, sisanya cacat ringan atau berat. Disabilitas akibat stroke tidak hanya memberikan beban ekonomi bagi keluarga, tetapi juga beban mental emosional yang mengganggu produktivitas anggota anggota keluarga yang lain. Hasil penelitian penelit ian lain menyatakan bahwa risiko stroke terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA (Transient Ischaemic Attack), penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria dan yang dapat diubah yaitu hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurisemia dan dislipidemia. Determinan Penyakit Stroke Determinant of Stroke Disease Woro Riyadina* Ekowati Rahajeng** *Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, **Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 7, Februari 2013
Hasil Kunjungan Rumah
Puskesmas
: Kelurahan Tanjung Duren Utara
A. PASIEN UTAMA 1. Identitas Pasien a. Nama : Nurhayati b. Umur : 51 tahun c. Jenis kelamin : Perempuan d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga e. Pendidikan : Tamat Sekolah Dasar (SD) f. Alamat : Jalan Salak Timur IV/26 RT 003 RW 005, Grogol ………………………Petamburan , Jakarta Barat g. Telepon : -
2. Hasil Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum: Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos mentis Tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 140/90 mmHg Frekuensi Nadi: 80x/menit Frekuensi Napas: 20x/menit Suhu badan: TB : 163 cm BB : 79 kg 3. Keluhan utama : Badan sebelah kiri sulit untuk digerakkan sejak usia 44 tahun 4. Keluhan tambahan: Mata sebelah kiri buram, nyeri dada dan cepat lelah 5. Riwayat penyakit sekarang: Pasien didiagnosis oleh dokter menderita stroke dimana sisi badan bagian kiri sulit untuk digerakkan. Pasien juga menderita hipertensi dengan gejala sering mengalami pusing, cepat lelah, seringkali nyeri dada dan juga pasien mengeluh mata sebelah kiri buram dan kadang-kadang sakit pada bagian ulu hati bila terlambat makan dan salah makan. Pasien sudah minum obat untuk menurunkan darah tingginya seperti obat captopril atau nifedipin tapi setelah minum obat tersebut pasien tambah pusing dan sering batuk, sekarang minum obat amlodipin. Untuk kolesterolnya pasien minum obat simpastatin. Dan untuk mengurangi nyeri ulu hati pasien sudah pernah minum obat ranitidine, omeprazole, obat warung seperti mylanta dan promag sedikit mendingan dan sekarang pasien lebih memilih obat warung famocid. 6. Riwayat penyakit dahulu: Awal mengalami stroke yaitu setelah bangun tidur pasien merasa kakinya sulit digerakkan. Setelah 5 hari pasien dibawa ke Rumah sakit dan dirawat selama 10 hari dan diberi obat klopidogrel. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi, kolesterol tinggi selain itu pasien pernah melakukan rontgen dan pemeriksaan darah hasilnya ada pembengkakan jantung dan pengentalan darah.
7. Riwayat penyakit keluarga (lihat di keluarga): Ayah menderita asma dan penyakit jantung. Ibu menderita hipertensi dan diabetes mellitus. Anak nomor 1 menderita hepatitis dan anak nomor dua dulu pernah menderita amandel tidak dioperasi karena anak memiliki penyakit paru-paru basah (pneumonia) dan sekarang menderita pembesaran kelenjar getah bening dibagian leher. 8. Riwayat kebiasaan sosial: Olahraga : Kurang. Olahraga tidak pernah lagi semenjak pasien sakit. o Pola makan : Pasien biasanya makan 3 kali sehari untuk makanannya sehario hari tidak menentu. Sarapan juga kadang-kadang. Pola rekreasi : Keterbatasan dana membuat keluarga pasien hanya 1 kali o dalam .setahun pergi rekreasi bersama. o Merokok/alcohol: 9. Hubungan psikologis dengan keluarga: Baik. Hanya saja pasien sudah tidak pernah bertemu dengan suaminya karena semenjak pasien di diagnosis stroke suaminya pergi meninggalkan ibu tersebut. 10. Aktifitas sosial: Kurang. Pasien hanya mengikuti kegiatan jika ada yang datang kerumahnya untuk mengajak dan biasanya pasien sering mengikuti kegiatan lansia. 11. Kegiatan kerohanian: Baik B. KELUARGA 1. Riwayat biologis keluarga No.
Nama
Hubungan
Umur
Riwayat sakit Asma dan sakit jantung
1
Ahmad Zaena
Ayah
-
2
Jumatiah
Ibu
78 tahun
Hipertensi dan diabetes melitus
3
Nana Rohanah
Saudara
53 tahun
4
Fina Oktavia
Anak
-
Hipertensi, maag kronik Hepatitis
5
Jihan Silvia
Anak
18 tahun
Amandel, paru-paru basah, pembesaran kelenjar getah bening dibagian leher
KB
Keterangan
Meninggal
Implan
Masih hidup
Masih hidup Masih hidup
a. Keadaan kesehatan sekarang: sedang Pasien dapat bercakap – cakap dengan baik dan kesadaran serta daya ingatnya baik. Pasien tidak terlihat kesakitan, meskipun pasien menderita stroke tapi masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa. b. Kebersihan perorangan: sedang Biasanya mandi dua kali sehari. c. Penyakit yang sedang diderita: Anaknya Jihan mengalami pembesaran pada kelenjar getah bening dibagian leher. Dan kadang jika terkena kipas angin sering batuk pilek. d. Penyakit keturunan : Hipertensi e. Penyakit kronis / menular : Pasien, ibu pasien dan saudara pasien memiliki riwayat hipertensi. Ibu pasien juga menderita diabetes mellitus f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita cacat fisik dan mental. g. Pola makan : Sedang Pasien mengaku hanya makan ketika ia merasa lapar. h. Pola istirahat : Kurang Kadang-kadang tidur siang, selain itu malam juga kadang sulit tidur. i. Jumlah anggota keluarga : 16 orang
a. b. c. d. e.
a. b. c. d.
e. f.
g. h.
2. Psikologis Keluarga: Kebiasaan buruk : Tidak ada Pengambilan keputusan : Pasien dan saudara pasien Ketergantungan obat : Tidak ada Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas Tanjung Duren Utara Pola rekreasi : Kurang Hanya 1 tahun sekali yaitu pada saat lebaran 3. Keadaan Rumah / Lingkungan (beresiko): Jenis bangunan : Permanen Lantai rumah : Semen Luas rumah : ± 5x11 m 2 Penerangan : Kurang Karena rumah pasien tidak memiliki ventilasi yang cukup, dimana hanya terdapat 1 jendela di sebelah pintu. Jendelapun tertutup tirai dan 1 berada kamar atas lantai 2. Kebersihan : Kurang Ventilasi : Kurang Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang dan hanya ada 2 jendela dan jendela tersebut tertutup tirai dan ventilasi pada pintu banyak terdapat debu. Dapur : Kurang Jamban keluarga : Kurang
Tempat mandi dan tempat BAK/BAB jadi satu tempat. Dan sudah tidak layak untuk digunakan. i.
Sumber Air minum :.PDAM/Ledeng yang dimasak kadang menggunakan air isi ulang (harga Rp.5000) j. Sumber Pencemaran air : Tidak ada k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada l. Sistem pembuangan air limbah: Ada, terletak didepan rumah hanya saja sedikit tertutup. m. Tempat pembuangan sampah : Ada n. Sanitasi lingkungan : Sedang 4. Spiritual Keluarga : a. Ketaatan beribadah : Baik b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik 5. Keadaan Sosial Keluarga : a. Tingkat pendidikan : Rendah Hampir semua anggota keluarga tamatan SD. b. Hubungan anggota keluarga : Baik c. Hubungan dengan orang lain : Kurang Dikarenakan tetangganya hanya ada 1 disamping kanan rumah, biasanya mereka hanya bersosialisasi dengan tetangga tersebut. d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang Keluarga pasien kurang berminat mengikuti kegiatan organisasi di lingkungannya. e. Keadaan ekonomi : Kurang 6. Kultural Keluarga: a. Adat yang berpengaruh b. Lain – lain
: Tidak ada : Tidak ada
7.Daftar Anggota Keluarga No.
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Tempat lahir
Tanggal lahir
Agama
Pendidikan
1
Tutut Setiawan
L
Jakarta
03-03-1959
Islam
Tamat SD/Sederajat
2
Nurhayati
P
Jakarta
07-02-1966
Islam
Tamat SD/Sederajat
3
Jihan Silvia
P
Jakarta
23-07-1999
Islam
SLTA/Sederajat
4
Puput Anjani
P
Jakarta
30-06-2002
Islam
SLTP/Sederajat
2. PEMBAHASAN 2.1 Definisi Stroke Stroke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah non traumatik yang terjadi secara akut pada suatu fokal area di otak, yang berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi neurologis fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimbulkan kematian. Dalam hitungan detik dan menit, sel otak yang tidak mendapatkan aliran darah yang adekuat lagi akan mati melalui berbagai proses patologis. Secara tipikal, stroke bermanifestasi sebagai munculnya defisit neurologis secara tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan atau kelumpuhan, defisit sensorik, atau bisa juga gangguan berbahasa (Wahjoepramono 2005). Stroke secara medis merupakan gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak yang menyebabkan terjadinya defisit neurologis. Secara klinis, stroke ditandai oleh hilangnya fungsi otak secara lokal atau global yang terjadi mendadak dan disebabkan semata-mata oleh gangguan peredaran darah otak. Defisit neurologis terjadi selama 24 jam atau lebih, dapat mengalami perbaikan, menetap, memburuk atau penderita meninggal (Garnadi 2008). 1. Wahjoepramono EJ. 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. Lippo Karawaci: Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, RS Siloam Gleneagles.
2.2 Epidemiologi Stroke 2.2.1 Agent Temperatur Suhu ↓ : udara yang dingin bisa memicu stroke karena paparan dingin menyebabkan tekanan darah meningkat karena penyempitan pembuluh darah (vasokontriksi) dan pembekuan trombosit. Peneliti di Amerika Serikat juga mengungkapkan bahwa variasi temperatur udara rendah juga bisa menyebabkan efek serupa. 1. Agen kimiawi
a. Nikotin Kenaikan konsentrasi fibrinogen agregasi platelet peningkatan hematokrit penurunan proses fibrinolitik penurunan aliran darah ke otak karena adanya vasokontriksi. ‘asap rokok merupakan faktor risiko penting untuk semua penyebab kematian karena penyakit vascular. b. Alkoholik Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh, sehingga terjadi dislipidemia, DM , obesitas dan tekanan darah tinggi dan juga dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lain lain. Semua hal itu mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan resiko stroke 2-3 kali. c. Lemak berlebih Tingginya lemak dalam darah menyebabkan resiko penyakit jantung koroner. Lemak akan menimbulkan plak di dalam pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di otak maupun di jantung. Kadar kolesterol total > 200mg/dl meningkatkan resiko stroke 1,31-2,9 kali. d. Narkotika : contohnya kokain menyebabkan peningkatan denyut jantung. Marijuanna meurunkan tekanan darah dan bila berinteraksi dengan faktor resiko lain seperti hipertensi menyebabkan tekanan darah naik dan turun dengan cepat, keadaan ini berpotensi untuk merusak pembuluh darahdan menyebabkan stroke. 2. Agen nutrien : a. Lemak kolesterol,LDL,trigliseridhiperlipidemiaterbentuknya trombusaterosklerosis (bisa angina pectoris)trombus bisa terlepas sebagai embolimengakibatkan sumbatan di makrovaskuler cerebral stroke non hemoragik. b. Karbohidrat : berhubungan dengan DM
2.2.2 Host 1. Perilaku a. Kebiasaan makan mempengaruhi agen nutrien yang diserap tubuh b. Aktifitas fisik Kurang : menyebabkan kurangnya pembakaran lemak obesitas, Berlebih : pada individu yang punya riwayat penyakit jantung pompa jantung meningkat mendadak stroke hemoragic (setelah beraktifitas berat) 2. Kurang istirahat Orang yang tidak cukup tidur akan mengalami ketidakseimbangan hormon. Hal ini bisa menyebabkan gangguan terhadap fungsi jantung
3.
Usia Muda : dipengaruhi oleh perilaku, kecuali ada penyakit lain lagi yang mempengaruhi seperti kelainan jantung Tua : elastisitas pembuluh darah (degenerasi) Resiko stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan usia 3 tahun akan meningkatkan resiko stroke sebesar 11-20%. Dari semua stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memilik resiko peling tinggi yaitu 71% sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi pada usia < 45 tahun. 4. Jenis kelamin Pria : dipengaruhi oleh kebiasaan lain seperti merokok, alkohol, stress Wanita : Wanita usia di atas 50 tahun Wanita menopause karena penurunan hormon esterogen meningkatkan resiko stroke esterogen adalah hormon yang bertanggung jawab ↑HDL ,↓LDL dengan meningkatkan regulasi dan katabolisme. Esterogen memperbaiki fungsi vaskuler & perbaikan endotelium yang rusak. Menurut data dari 28 RS di Indonesia, ternyata laki-laki banyak menderita stroke dibandingkan perempuan, 1,25 kali lebih besar 5. Herediter kelainan di dalam kromosom atau gen yang diwariskan kepada keturunan. Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat stroke pada keluarga meningkatkan risiko stroke sebesar 29,3%. 6. Psikologis (stress) Internal : karena psikologisnya mudah khawatir, phobia Eksternal : faktor lingkungan kerja, ekonomi,kehidupan Pusat emosi dalam otak mengirim impuls ke hipotalamus mengolah dan memproduksi zat CRH (Cortrichotropin Releasing Hormone) dikirim ke hipofisismelepaskan ACTH (Adrenocorticotropin Hormone) ke sirkulasi darah sampai ke kelenjar adrenal memproduksi adrenalin, noradrenalin & kortisol adrenalin dan noradrenalin sebagai komando dalam memerintahkan berbagai organ merubah ritme dasar fisiologisnya peningkatan denyut jantung hipertensiresiko stroke 7. Ras : dipengaruhi oleh faktor lain seperti budaya dan perilaku. Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke daripada orang kulit putih. Pada tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1% dan yang kulit hitam sebesar 62,9%. Sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang kulit hitam sebesar 58,7%. 8. Pendidikan : berhubungan dengan status sosial ekonomi kemudian asupan nutrisi individu. 9. Diabetes mellitus
Defisiensi insulin penurunan pemakaian glukosa hiperglikemia glikosuriaosmotik ..diuresis..dehidrasiviskositas darahtrombosisatherosklerosismakrovaskurelcerebralstroke. Diabetes mellitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis. Menurut penelitian Siregar F tahun 2002 di RSUP Haji Adam Malik Medan diabetes mellitus mempunyai resiko terkena stroke 3,39 kali dibandingkan dengan yang tidak menderita DM. 10. Hipertensi Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisme) darah masuk kedalam jaringan otak membentuk massa yang menekan jaringan otak stroke Hipertensi merupakan faktor utama terjadinya stroke. Hipertensi 4-6 kali lebih besar menyebabkan stroke. Sebanyak 70% dari orang yang terserang stroke mempunyai tekanan darah tinggi. 11. Obesitas Berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia dan DM. Obeistas meningkatkan resiko stroke sebesar 15%. Obesitas dapat meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang semuanya akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke.
2.2.3 Environment
1. Sosial ekonomi 2. Lingkungan sosial 3. Layanan publik a. Pabrik rokok dan alkohol b. Restoran cepat saji :dipengaruhi juga oleh perilaku individu c. Fasilitas olah raga 4. Budaya 5. Lingkungan pekerjaan 6. Kebijakan pemerintah
2.3 Gejala dan Tanda
Tanda utama stroke adalah muncul secara mendadak defisit neurologik fokal. Gejala baru terjadi dalam hitungan detik maupun menit, atau terjadi ketika bangun tidur. Defisit tersebut mungkin mengalami perbaikan dengan cepat, mengalami perburukan progresif, atau menetap. Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh; gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau dua mata; bingung mendadak; tersandung selagi berjalan; pusing bergoyang; hilangnya keseimbangan atau koordinasi; dan nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas. Mual dan muntah terjadi, khususnya stroke yang mengenai batang
otak dan serebelum. Perkembangan gejala neurologis tergantung dari mekanisme stroke iskemik dan derajat aliran darah kolateral. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/35347/Chapter%20ll.pdf;jsessi onid=A351020E4B99AD759C3A8AC622418CC4?sequence=4
2.5. Pemeriksaan Penunjang yang Dianjurkan
Pemeriksaan laboratorium dilakukan terutama untuk mencari tahu factor risko yang ada pada pasien.
Pemeriksaan gula darah untuk memeriksa kemungkinan diabetes mellitus Pemeriksaan kadar kolesterol Pemeriksaan darah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan darah
Sedangkan pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan stroke, letak sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, letak perdarahan, serta luas jaringan otak yang mengalami kerusakan yaitu:
CT-scan pencitraan menggunakan teknik tomografi merupakan alat pendeteksi yang paling cepat, mudahh dan relative murah untuk kasus stroke
2.6 Diagnosis
Secara biopsikososial:
D/ Biologi D/ Psikologi D/ Sosial
: Stroke ec hipertensi : :
2.7 Anjuran Penatalaksanaan Penyakit 2.7.1 Promotif
Memberikan edukasi tentang faktor risiko dan dampak dari penyakit yang diderita, dengan harapan pasien dapat menghindari faktor risiko dan dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat. 2.7.2 Pencegahan Stroke Dalam merumuskan cara pencegahan bagi suatu penyakit, maka sebelumnya harus diketahui apa saja yang menjadi factor resiko dari penyakit tersebut. Setelah dijelaskan mengenai factor resiko pada penjelasan sebelumnya, makan dapat diketahui bahwa orang dengan factor resiko penyakit stroke akan lebih rentan untuk terkena serangan stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki factor resiko. Begitu pula dengan jumlah factor resiko yang dimiliki. Semakin banyak jumlah factor resiko yang dimiliki seseorang,
maka semakin besar pula kemungkinan orang tersebut untuk mendapatkan serangan stroke, begitu juga sebaliknya. 2.7.2.1 Pencegahan Primer : Dalam pencegahan primer, dimana pasien belum pernah mengalami stroke dianjurkan melakukan 3M , yaitu :
Menghindari : rokok, stress mental, minum kopi, akohol, kegemukan, dan golongan obat-obatan yang dapat mempengaruhi serebrovaskular (amfetamin, kokain dan sejenisnya) Mengurangi : asupan lemak, kalori, garam, dan kolseterol yamg berlebihan Mengontrol atau mengendalikan : hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung atau aterosklerosis, kadar lemak darah, konsumsi makanan seimbang, serta olahraga tertur 3-4 kali seminggu.
2.7.2.2 Pencegahan Sekunder :
Pencegahan sekunder dilakukan pada mereka yang pernah mengalami atau memiliki riwayat stroke sebelumnya, yaitu dengan cara :
Mengontrol factor resiko stroke atau aterosklerosis, melalui modifikasi gaya hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung dengan obat dan diet, stop merokok dan minum alcohol, turunkan berat badan dan rajin olahraga serta menghindari stress. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yamg dapat mengatasi krisis social dan emosional penderita stroke dengan cara memahami kondisi baru bagi pasien pasca stroke yang bergantung pada orang lain. Menggunakan obat-obatan dalam pengelolaa dan pencegahan stroke, seperti anti agregasi trombosit dan antikoagulan.
2.7.2.3 Pencegahan tersier:
Berbeda dari pencegahan primer dan sekunder, pencegahan tersier ini dilihat dari 4 faktor utama yaitu yang memperngaruhi penyakit, gaya hidup, lingkungan, biologis dan pelayanan kesehatan. Pencegahan tersier ini merupakan rehabilitasi yang dilakukan pada penderita stroke yang telah mengalami kelumpuhan pada tubuhnya agar tidak bertambah parah dan dapat mengalihkan fungsi anggota badan yang lumpuh pada anggota badan yang masih normal, yaitu dengan cara :
Gaya hidup
: reduksi stress, exercise sedang dan berhenti merokok
Lingkungan : menjaga keamanan dan keselamatan (tinggal di rumah lantai pertama, menggunakan wheel-chair ) dan dukungan penuh dari keluarga Biologi
: kepatuahn berobat, terapi fisik dan bicara
Pelayanan kesehatan : emergency medical technic dan asuransi UI Gambaran factor resiko kejadian stroke pada pasien stroke rawat inap di rumah sakit Krakatau medika tahun 2011 Dian nastiti 2012
2.7 Prognosis
Penyakit
: Dubia ad bonam
Keluarga
: Dubia ad bonam
Masyarakat : Dubia ad bonam, karena bukan penyakit menular.
3. RESUME
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada Ibu Nurhayati (51 tahun), yang ditemui saat kegiatan family folder pada hari Kamis, 20 Juli 2017 diketahui bahwa pasien adalah penderita stroke ringan dan sudah mengalami keadaan seperti ini sejak berumur 44 tahun. Awalnya pasien menderita hipertensi sampai sekarang. Pasien rutin kontrol ke puskesmas 2 bulan sekali dan sudah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah secara rutin. Pasien juga tergolong pada obesitas derajat II dengan IMT sebesar 35.5 = (110 kg/(1,79 2m)),. Rumah pasien tergolong kurang sehat dilihat dari ventilasi dimana hanya memiliki 2 ventilasi dan itupun jarang dibersihkan, sirkulasi udara dalam ruangan kurang
dan
penerangan juga kurang. Jamban di rumah pasien juga kurang bersih dan tidak tertata dengan baik, lingkungan sekitar rumah dan pekarangan kurang bersih dan sedikit berantakan. Pasien dianjurkan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darah secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien yang juga sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk menjaga kebersihan di lingkungan sekitar rumah yang harus didukung oleh pihak terkait untuk membuat tempat pembuangan sampah yang adekuat dan terjangkau untuk pada penduduk sekitar.
4. KESIMPULAN