LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT “FORMULASI KAPSUL CLINDAMYCIN” CLINDAMYCIN”
OLEH
KELAS
: TRANSFER D 2017
ASISTEN : RAHMAH RAHMAH S.Farm
LABORATORIUM FARMASETIKA SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR 2018
BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan
oleh semua mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuh penyakit. Secara umum menurut bentuk sediaannya, obat terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan padat. Dalam praktikum kali ini kami membuat salah satu bentuk sediaan padat yaitu kapsul (Ansel, 1989). Kapsul adalah sediaan padat terdiri dari obat dalam cangkang keras atau unak yang dapat larut (Fatmawaty dkk, 2012). Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari cangkang kapsul bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini akan saling menutupi bila dipertemukan dan dan bagian tutupnya akan akan menyelubungi menyelubungi bagian badan badan kapsul (Ansel,2005). Antibiotik yang seperti yang kita ketahui saat ini berasal dari bakteri yang telah dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri yang telah dilemahkan tersebut dapat membunuh bakteri lain yang berkembang didalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan dari mikroba lain (Nastiti, 2011). Antibiotik merupakan senyawa
kimia
yang
dihasilkan
oleh
mikroorganisme
khususnya
dihasilkan oleh fungi atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein adalah klindamisin (Utami 2011). Klindamisin menghambat sebagian besar kokus gram- positif dan sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat bakteri gram-negatif aerob seperti 33 Haemophilus, Mycoplasma dan Chlamydia (Kemenkes, 2011). Mekanisme kerja klindamisin sama dengan eritromisin. Klindamisin terutama diberikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan
oleh bakteri anaerob, seperti bakteri Bakteriodes fragilis fragilis yang sering kali menimbulkan infeksi abdomen yang diakibatkan trauma (Katzung, 2012). Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai obat antibiotik seperti klindamisin maka dibuat cara formulasi sediaan padat kapsul yang baik dan benar serta, apa saja yang harus diperhatikan saat pembuatan kapsul. 1.2. Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud Maksud dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara memformulasi dan mengevaluasi kapsul I.2.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara memformulasi kapsul menggunakan metode pengisian dengan tangan dan mengetahui cara melakukan evaluasi kapsul I.3
Prinsip Percobaan Dalam formulasi sediaan padat
berupa kapsul, zat aktif yaitu
klindamisin dan zat tambahan kemudian dicampurkan dengan cara mengerus didalam lumpang hingga homogen setelah itu dimasukkan kedalam cangkang kapsul yang sesuai dan dilakukan evaluasi kapsul.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1
Teori Umum
II.1.1 Pengertian Kapsul Sediaan kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak. Kapsul mempunyai beberapa keuntungan yaitu menutupi bau dan rasa dari bahan baku yang dapat menimbulkan masalah tertentu bagi konsumen, pengaturan dosis lebih lengkap, dan penyimpanan lebih praktis (Lachman et al, 1986). Kapsul dapat berisi campuran serbuk atau sebuk yang digranulasi. Granulasi artinya partikelpartikel serbuk diubah menjadi butiran granulat, dimana partikel-partikel sebuknya memiliki daya lekat, dan sifat alirnya lebih baik. Dengan daya alir lebih baik, pengisian ke ruang kapsul dapat berlangsung secara kontinu serta homogen sehingga akan dihasilkan bobot kapsul yang konstan dan ketetapan dosis yang baik (Voigt, 1995). Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air (Ansel 2005). Gelatin merupakan bahan yang sesuai untuk pembuatan cangkang kapsul karena edible dan larut, membentuk cangkang yang kuat, lapis tipis dan berubah dari bentuk larutan menjadi bentuk gel sedikit diatas temperatur lingkungan. Gelatin segera larut dalam air pada temperatur tubuh dan tidak larut jika temperatur turun di bawah 30 0C (Agoes, 2008). Sehingga kapsul adalah sediaan padat berupa partikel serbuk atau serbuk yang digranulasi terdiri dari satu atau lebih dan/atau bahan inert yang terbungkus cangkang kapsul keras atau cangkang lunak terbuat dari gelatin yang dapat larut pada temperatur tubuh. Menutupi bau dan rasa, dapat pengaturan dosis lebih lengkap, dan penyimpanan lebih praktis.
II.1.2 Macam-macam Kapsul 1. Hard capsule (cangkang kapsul keras) Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau granul. Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1, 2, 3, 4, 5 (Ansel, 1989). Kapsul jenis ini terdiri atas bagian wadah dan tutup yang terbuat dari metil selulosa, gelatin, pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul ini bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali cangkang kapsul untuk hewan. Cangkang kapsul ini biasanya diisi dengan bahan padat (serbuk) atau butiran (granula). Campuran serbuk yang cenderung meleleh dapat diisikan ke dalam kapsul cangkang keras jika menggunakan
adsorben,
seperti
MgCO 3 atau
silicon.
Kapsul
cangkang keras ini hanya memiliki satu bentuk dan digunakan untuk pemakaian per oral (Widodo, 2013). Penutupan cangkang kapsul gelatin keras dapat dilakukan dengan cara memberikan lekukan khas pada bagian tutup dan induk, serta melakukan pemanasan langsung atau menggunakan energi ultrasonik. Untuk membersihkan cangkang kapsul gelatin keras dapat dilakukan dengan cara meletakkan kapsul di antara sepotong kain, kemudian digosok-gosok (Widodo.2013). 2. Soft capsule (cangkang kapsul lunak) Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering (Ansel, 1989).
Kapsul cangkang lunak memiliki bermacam-macam bentuk dan biasanya dapat dipakai untuk rute oral, vaginal, rektal atau topikal. Kapsul ini biasanya lebih tebal dari pada kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Kapsul ini biasanya juga mengandung air 6-13%, yang diisi dengan bahan cairan bukan air seperti polietilenglikol (PEG) berbobot molekul rendah, atau dapat juga diisi dengan bahan padat, serbuk, atau zat padat kering (Widodo, 2013). II.1.3 Cara Pencampuran Massa Kapsul Untuk pencampuran massa kapsul (serbuk) dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah: 1. Spatulasi, yaitu suatu metode dimana sejumlah serbuk dapat digerus selembar kertas atau tatakan pembuat pil dengan gerakan spatula obat. Metode ini umumnya tidak cocok untuk serbuk dalam jumlah besar. 2. Triturasi, yaitu
proses menggerus obat dalam lumping untuk
mengecilkan ukuran. 3. Tumbling (penggulingan), yaitu mengguling-gulingkan serbuk dalam suatu wadah besar yang biasanya diputar dengan mesin. 4. Penggiling serbuk khusus yang dirancang untuk mencampur serbuk dengan gerakan jungkir balik. Pencampuran dengan cara ini merata tetapi memerlukan waktu. Alat penggiling semacam ini digunakan secara
luas
dalam
industri,
demikian
juga
terdapat alat-alat
pencampur atau pengaduk serbuk dengan volume besar dan pisaupisaunya digerakkan oleh mesin untuk mengaduk serbuk dalam bejana pencampur yang besar (Ansel, 1989) II.1.4 Cara Pembuatan Kapsul 1. Dengan tangan Cara
ini
merupakan
cara
yang
paling
sederhana
karena
menggunakan tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter, dan sebaiknya
menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu ditutup 2. Dengan alat bukan mesin Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluhpuluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak. Cara pengisiannya yaitu : a. Buka bagian-bagian kapsul b. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak bergerak/ tetap. c. Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul. d. Ratakan dengan bantuan alat kertas film. e. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat yang bergerak 3. Dengan alat mesin Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai menutup kapsul (Chaerunnisaa, 2009). II.1.5 Cangkang Kapsul Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien (Widodo, 2013).
Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo, 2004) No. Ukuran
Asetosal (gr)
Natrium bikarbonat (gr)
NBB (gr)
000
1
1,4
1,7
00
0,6
0,9
1,2
0
0,5
0,7
0,9
1
0,3
0,5
0.6
2
0,25
0,4
0,5
3
0,2
0,3
0,4
4
0,15
0,25
0,25
5
0,1
0,12
0,12
II.1.6 Faktor-faktor yang Merusak Cangkang Kapsul Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989). Berikut faktor-faktor yang dapat merusak cangkang kapsul: 1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis) Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan lactose atau amylum (bahan inert netral) akan mengahmbat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya. 2. Mengandung campuran eutektikum Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah dari pada titik lebur
semula,
sehingga
menyebabkan
kapsul
rusak/lembek.
Contohnya kapsul yang mengandung asetosal dengan hexamin atau
camphor
dengan
menthol.
Hal
ini
dapat
dihambat
dengan
mencampurkan masing-masing dengan bahan inert baru keduanya dicampur 3. Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol 4. Penyimpanan yang salah Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang tersebut. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kaspsul disimpan pada tempat seperti : a. Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin, kering b. Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika c. Dalam wadah plastik yang diberi pengering (Duin, 1954). II.1.7 Keuntungan dan Kerugian Kapsul Keuntungan kapsul menurut Duin 1954 yaitu: 1. Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi 2. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak 3. Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang tidak enak 4. Bahan obat dapat cepat hancur dan larut di dalam perut sehingga dapat segera diabsorpsi 5. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari 6. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien. 7. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet 8. Memudahkan penggunaan (dibanding sediaan serbuk) 9. Mempercepat penyebaran (dibandingkan sediaan pil dan tablet) 10. Kapsul gelatin keras cocok untuk peracikan ex-temperaneous 11. Dapat menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari 12. Lebih enak dipandang
13. Dapat untuk dua sediaan yang tidak tercamput secara fisis (income fisis) dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain kedalam kapsul yang lebih besar Kerugian kapsul menurut Duin 1954, yaitu: 1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan. 2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab). 3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul. 4. Tidak dapat diberikan untuk balita. 5. Tidak dapat dibagi-bagi II.1.8 BahanTambahan Massa Kapsul Beberapa
bahan
tambahan
pada
formulasi
massa
kapsul
diantaranya, yaitu: 1. Bahan pengisi Bahan pengisi diperlukan untuk mencukupkan massa kapsul sampai pada bobot yang diinginkan. Bahan pengisi harus inert, tidak boleh mempengaruhi biofarmasetik, sifat kimia zat aktif, dan fisik sediaan. Contoh pengisi adalah amilum, amilum jagung, kalsium difosfat, dan lain-lain (Lachman et. al , 1989). 2. Bahan lubrikan Bahan lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara serbuk dengan alat. Contoh lubrikan adalah aerosol dan magnesium stearat (Lachman et. al , 1989). 3. Bahan glidan Glidan berfungsi untuk meningkatkan aliran serbuk atau granul sehingga memperbaiki sifat alir serbuk dengan cara memperkecil gesekan
antara
sesama
(Lachman et. al , 1989).
partikel.
Contoh
glidan
adalah
talk
4. Adsorben Digunakan
untuk
melindungi
bahan
berkhasiat
dari
pengeruh
kelembapan, membantu meningkatkan homogenitas campuran, dan menghindari lembab akibat reaksi antar bahan. Contoh adsorben adalah mg karbonat, aerosol (Ansel, 1989). II.2
Uraian Bahan Aktif
II.2.1 Uraian Farmakologi (Sweetman dkk. 2009) Nama
: Clindamycin HCl
Kelas Farmakologi
: Antibiotik Anaerob
Indikasi
: Mengobato infeksi senus oleh bakteri anaerobik
yang
streptococcus,
rentan
strain
pnemococcus
dan
staphylococcus. Infeksi karena strephemolitikus Mekanisme Kerja
: Clindamycin
dapat
bakteriostatik
bekerja
maupun
sebagai
bakterisida
tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organism penyebab infeksi. Clindamycin
menghambat
sintesa
protein organism dengan mengikat sub unit ribosom 50 S yang mengakibatkan terhambatnya
pembentukan
ikatan
peptida. Clindamycin diabsorbsi dengan cepat oleh saluran pencernaan Kontraindikasi
: Reaksi
hipersensitif
terhadap
clindamycin HCl atau linkomisin Efek Samping
: Diare, nyeri perut, gangguan lambungusus,
sakit
kuning,
perubahan
hematologikal Toksisitas
:-
Dosis dan pemberiaan
: Dewasa : infeksi berat 150-300 mg/6 jam
Infeksi sangat berat 300-450/6 jam Anak-anak : 8-12 mg/kg/BB 16-20 mg/kg/BB Interaksi obat
: Senyawa
penghambat
neuromuscular
seperti aminoglikosida dan eritromisin Farmakokinetik
: Diserap
hamper
lengkap
pada
pemberian oral setelah pemberian dosis oral 150 mg biasanya tercapai kadar puncak plasma 2-3 II.2.2 Uraian Sifat Fisika-Kimia Bahan Aktif (Dirjen, POM. 1979) Nama Resmi
: CLINDAMYCINI HYDROCHLORIDUM
Nama Lain
: klindamisin HCl
RM
: C18H33ClN2O5S-HCl
BM
: 461,44
Pemerian
: Warna : putih
RB :
Rasa : Bau
: tidak berbau
Bentuk : serbuk hablur Kelarutan
: Dalam air : mudah larut Dalam pelarut lain : mudah larut dalam dimetilformamida P dan dalam methanol P
pKa dan pH larutan
: - / 3,0 dan 5,5
Titik lebur
: 142,2 -144,70C
Polimorfisme
: Kristal
Informasi tambahann
: -
II.2.3 Uraian Stabilitas Bahan Aktif Stabilitas
: Suhu
:-
Cahaya : stabil dicahaya pH
:-
Air
:-
Lainnya : -
II.3
Inkompatibilitas
: -
Saran penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Uraian Bahan Tambahan 1. Aerosol (Dirjen, POM. 1979., Rowe dkk, 2009) Nama resmi
:
Nama lain
: Cab-O-Sil
Kelas fungsional
: Absorben
Konsentrasi
: 1%
RM
: SiO2
BM
: 60,08
Pemerian
: Warna
Kelarutan
COOLOIDAL SILLICON DIOXIDE
: kebiru-biruan
Rasa
: rasa yang khas
Bau
: bau yang khas
Bentuk
: serbuk amorf
: Dalam air : praktis tidak larut dalam air Dalam pelarut lain : praktis tidak larut dalam pelarut organik, asam, larut dalam larutan panas alkali hidroksida
pKa dan pH larutan
: - / 7-10
Titik lebur
: -
Informasi lain
: -
Stabilitas
: Higroskopis, dapat menyerap air dalam jumlah
besar tanpa menjadikan air.
Ketika digubakan dalam suatu sistem larutan pada pH 0-7,5 Inkompatibilitas
: Inkompatibiitas dengan diethylstilbetrol
Penanganan
: -
Toksisitas
: -
Saran penyimpanan
: Disimpan dalam wadah tertutup rapat
2. Talk (Dirjen, POM. 1979., Rowe dkk, 2009) Nama resmi
:
Nama lain
: Talk
Kelas fungsional
: Glidan
Konsentrasi
: 1% - 10%
RM
:` -
BM
: -
Pemerian
: Warna
Kelarutan
RB :
TALCUM
: putih
Rasa
: tidak berasa
Bau
: tidak berbau
Bentuk
: serbuk hablur
: Dalam air : tidak larut dalam hampir semua pelarut Dalam pelarut lain : praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali dalam pelarut-pelarut organic dan udara
pKa dan pH larutan
: - / 7-10
Titik lebur
: -
Informasi lain
: -
Stabilitas
: Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan pada 1600C selama tidak kurang dari 1 jam. Hal ini juga dapat disterilkan oleh paparan etilen oksida atau radiasi sinar gamma
Inkompatibilitas
: Senyawa amonium kuartener
Toksisitas
: -
Penanganan
: Penggunaan terlindung mata, sarung tangan, tidak dapat mengiritasi
Saran penyimpanan
: Dalam wadah yang tertutup baik
3. Mg. stearate ((Dirjen, POM. 1979., Rowe dkk, 2009) Nama resmi
: MAGNESII STEARAT
Nama lain
: Magnesium stearat
Kelas fungsional
: Lubrikan
Konsentrasi
: 1%
RM
: C36H20MgO4
BM
: 591,24
Pemerian
: Warna
Kelarutan
RB :
: putih
Rasa
:-
Bau
: khas
Bentuk
: serbuk hablur
: Dalam air : praktis tidak larut Dalam pelarut lain : praktis tidak larut dalam etanol, eter sedikit latur dalam benzene
pKa dan pH larutan
: -
Titik lebur
: 117-1500C
Informasi lain
: -
Stabilitas
: Stabil
dalam
penyimpanan
wadah
tertutup rapat ditempat sejuk yang dingin dan kering Inkompatibilitas
: Asam kuat, basa, agen pengoksida kuat
Toksisitas
: -
Penanganan
: Perlindungan mata dan sarung tangan
Saran penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
4. Asam benzoate (Dirjen, POM. 1979., Rowe dkk, 2009) Nama resmi
:
ACIDUM BENZODICUM
Nama lain
: Asam benzoat
Kelas fungsional
: Pengawet
Konsentrasi
: 0,025%
RB :
RM
: C7H6O2
BM
: -
Pemerian
: Warna
Kelarutan
: tidak berwarna
Rasa
:-
Bau
: tidak berbau
Bentuk
: hablur halus
: Dalam air : larut dalam 30 bagian air Dalam pelarut lain : larut dalam 360 bagian etanol, 8 bagian kloroform dan dalam 3 bagian eter
pKa dan pH larutan
: 4,21 / 2,5-4,0
Titik lebur
: + 22,40C (935 K)
Informasi lain
: -
Stabilitas
: -
Inkompatibilitas
: -
Toksisitas
: -
Penanganan
: -
Saran penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
5. Avicel pH 103 (Dirjen, POM. 1979., Rowe dkk, 2009) Nama resmi
:
Nama lain
: Avicel
Kelas fungsional
: Pengisi
Konsentrasi
: 20-90%
RM
: C3H10O5 n~220
BM
:
Pemerian
: Warna
Kelarutan
CELLULOSA MYCROCRISTALUM
~ 36.000 : putih
Rasa
: tidak berasa
Bau
: tidak berbau
Bentuk
: kristal
: Dalam air : praktis tidak larut dalam air
Dalam pelarut lain : praktis tidak larut dalam asam encer, sedikit larut dalam 5% b/v larutan natrium hidroksida pKa dan pH larutan
: -
Titik lebur
: 260-2700C
Informasi lain
: -
Stabilitas
: Bahan yang stabil
Inkompatibilitas
: Tidak sesuai dengan agen oksidasi kuat
Penanganan
: -
Toksisitas
: -
Saran penyimpanan
: Dalam wadah tertutup dengan baik.
BAB III METODE KERJA III.1 Rancangan Formula R/ Clindamycin kapsul Tiap 300 mg sediaan mengandung Clindamycin HCL
150 mg
Talk
2%
Aerosil
2%
Laktosa Anhidrat ad
100%
III.2 Formula Yang Disetujui Tiap 250 mg sedian mengandung Clindamycin HCl
150mg
Aerosil
1%
Talk
2%
Magnesium Strearat
1%
Asam Benzoat
0,01 %
Avicel pH 103
ad
100%
III.3 Perhitungan 1. Clindamycin HCl
: 150 mg
2. Aerosil
:
3. Talk
:
4. Mg. Stearat
:
5. Asam Benzoat
:
6. Avicel pH 103
: 250 mg - (150+ 2,5+ 5+ 2,5+ 0,025)mg
1
x 250 mg = 2,5 mg
100 2
x 250 mg = 5 mg
100 1
x 250 mg = 2,5 mg
100
0,01 100
x 250mg = 0,025 mg
250 mg – 160 mg 90 mg Perhitungan 10% berlebih 1. Clindamycin HCL
: 150 mg + (
2. Aerosil
: 2,5 mg + (
10
x150 mg) = 165 mg
100
10
x2,5 mg) = 2,75 mg
100
10
3. Talk
: 5 mg + (
x 5 mg) = 5,5 mg
4. Mg. Stearat
: 2,5 mg + (
5. Asam Benzoat
: 0,025 mg + (
6. Avicel pH 103
: 90 mg + (
100
10
x 2,5mg) = 2,75 mg
100
10
x 0,025mg) = 0,0275 mg
100
10
x 90 mg) = 99 mg
100
Perhitungan batch 1. Clindamycin HCl
: 165 mg x 20 kapsul = 3.300 mg
2. Aerosil
: 2,75 mg x 20 kapsul = 55 mg
3. Talk
: 5,5 mg x 20 kapsul = 110 mg
4. Mg. Stearat
: 2,75 mg x 20 kapsul = 55 mg
5. Asam Benzoat
: 0,0275 mg x 20 kapsul = 0,55 mg
6. Avicel pH 103
: 99 mg x 20 kapsul = 1.980 mg
III.4 Rekaman Produksi NAMA PRODUK : CLIMINT
Tanggal Pengesahan Nomor Reg : DKL 1800100201 A1 Nomor Bets : I 8010002
Tabel Formula Produksi : TRANSFER D FARMA Tgl Formula Tgl Produksi : 28 Maret 2018 20 April 2018 Kode bahan Nama Bahan 001-CDH Clindamycin HCL 002-AE Aerosil 003-TK Talk 004-MS Mg. Stearat 005-AB Asam Benzoat 006-AV Avicel
Kapsul Clindamycin Isi Bersih : 250 mg @ 1 kapsul Dibuat Oleh : Disetujui Oleh : Transfer D 2017 Tim Asisten Fungsi Jumlah/dosis Jumlah/batch Zat Aktif 150 mg 3.000 mg Absorben Glidan Lubrikan Pengawet Pengisi
2,5 mg 5 mg 2,5 mg 0,025 mg 90 mg
50 mg 100 mg 50 mg 0,5 mg 1,8 mg
Alur Produksi Tahap Penimbangan
Bahan Semua bahan
Alat Timbangan analitik
Parameter Sesuai perhitungan
Hasil Sesuai perhitungan
Pencampuran Pengisi + zat aktif + pengawet + absorben + lubrikan + glidan + pengisi Filling Labelling
½ avicel + clindamycin HCL Asam benzoate Aerosil Mg. stearate Talk Sisa avicel Hasil pencampuran Produk jadi
Manual
Produk jadi
Manual
Kemas sekunder
Mortir dan stamper
Manual
Homogen
Homogen
Ketepatan volume Kesesuaian isi dan label Kesesuaian isi dan label
Ketepatan volume Kesesuaian isi dan label Kesesuaian isi dan label
Format Hasil Evaluasi Nama produk/No reg/No batch
Jenis evaluasi Uji keseragaman bobot
Alat Timbangan analitik
Bahan Kapsul
Kriteria Sesuai dengan bobot
Hasil Memenuhi syarat
III.5 Cara Kerja 1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan
3.
Digerus sebagian avicel pH 103 dan dicampur zat aktif gerus hingga homogen
4.
Dicampur asam benzoat gerus hingga homogen
5.
Dicampur aerosil digerus hingga homogen, dan tambahkan sisa avicel pH 102 gerus hingga homogen
6.
Ditambahkan mg. stearat dan talk gerus hingga homogen
7.
Dimasukkan dalam cangkang kapsul nomor 2 kemudian tutup
8.
Dibersihkan cangkang kapsul dengan lap yang bersih dan kering
9.
Dilakukan evaluasi
10. Dimasukkan dalam wadah diberi etiket dan brosur III.6 Evaluasi 1. Keseragaman bobot Keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata isi kapsul. Perbedaan
bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan oleh kolom B. 2. Waktu hancur Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Waktu hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi waktu (dalam 15 menit) (Dirjen POM, 1979) 3. Disolusi Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket 4.
Kadar penetapan Kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai denga yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya digerus dan bahan aktif yang larut diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai/ secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90-110% dari pernyataan dari label (Agoes, 2008).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Dasar Formulasi IV.1.1 Dasar Pembuatan Sediaan Kapsul adalah sediaan padat terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumya terbuat dari gelatin. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dan nomor paling kecil (5) sampai besar (000) (Fatmawaty dkk, 2012). Formulasi sediaan kapsul memiliki keuntungan dalam memudahkan penggunaan praktis, lebih stabil dan menutupi rasa yang tidak enak sehingga konsumen lebih nyaman dalam mengomsumsinya (Kuncahyo dan Rejeki, 2010). Kapsul dapat berisi campuran serbuk atau sebuk yang digranulasi. Granulasi artinya partikel-partikel serbuk diubah menjadi butiran granulat, dimana partikel-partikel sebuknya memiliki daya lekat, dan sifat alirnya lebih baik. Dengan daya alir lebih baik, pengisian ke ruang kapsul dapat berlangsung secara kontinu serta homogen sehingga akan dihasilkan bobot kapsul yang konstan dan ketetapan dosis yang baik (Voigt, 1995). Keuntungan clindamycin pada garis besarnya memiliki sifat dan penggunaan yang sama dengan inkomisin hanya dengan khasiatnya 4x lebih kuat reabsorbsinya juga jauh lebih baik. Sampai 90% juga pada lambung tensi. Masa paruhnya kurang dari 3 jam (Tjay dan Rahardja, 2007). IV.1.2 Dasar Preformulasi Zat Aktif Clindamycin adalah antibakteri likosomid yang memiliki aksi bakteriostatik terhadap bakteri gram positif aerob dan berbagai macam anaerob. Digunakan untuk infeksi bakteri gram positif seprti pneumococci, staphylococci dan sstreptococci (Sweeetman, dkk. 2009). Penggunakan klinik: walaupun beberapa infeksi kokus gram positif dapat
diobati
dipertimbangan
dengan
clindamycin,
baik-baik
karena
penggunaan mungkin
obat
ini
harus
menimbulkan
colitis
pseudomembranosa. Clindamycin terutama bermanfaat untuk infeksi
kuman anaerobit, terutama B.fragilis (Gunawan, 2007). Dosis : Dewasa, oral : 150-450 mg setiap 6-8 jam. IV : 300-900 mg setiap 6-8 jam. Anakanak : 8-20 mg/kg perhari oral / IV dalam 3 atau 4 dosis terbagi (Mancano dan gailagher, 2010 ). Mekanisme kerja dengan mengikat sublimit SD3 pada libosom bakeri dan
menghalami
tahap
awal
pada
sintesis
protein
dan bersifat
bakteriostative (Sweetman, dkk. 2009). Effek samping dan reaksi yang merugikan dan clindamycin adalah iritasi gastriointestinal, seperti mual, muntah, dan stanalitis. Selain itu, juga dapat terjadi ruam kulit. Reaksi merugikan yang berat adalah colitis dan syok anafi laktik (Kee dan Hayes. 2008). Kontraindikasi
berupa
hipersensitifitas
clindamycin.
Perhatian
kepada bagi bayi baru lahir da bagi gangguan ginjal atau hati. Farmokokinetik clindamycin dengan diserap hamper lengkap pada pemberian
oral,
adanya
makanan
pada
lambung
tidak
banyak
mempengaruhi absorbsi obat ini. Setelah pemberian dosis awal 150 mg biasanya tercapai kadar puncak plasma 2-3 mg/ml dalam waktu 1 jam maka paruhnya kira-kira 2,7 jam (Ganiswarna, 1995). IV.1.3 Studi Preformulasi Zat Tambahan Aerosol atau Collodal silicon dioxide memiliki ukuran partikel yang kecil dan luas pemukaan yang memberikan karakteristik aliran yang baik untuk serbuk kering dalam proses pengisian kapsul. Aerosil juga digunakan sebagai absorben dalam sediaan kapsul (Rowe, dkk. 2009). Aerosol tidak hanya akan meningkatkan sifat alir clindamycin tetapi juga menyalut permukaannya dengan lapisan film yang tipis (Agoes, 2007) Talk digunakan sebagai glidan dalam formulasi kapsul. Talk tidak diabsorbsi secara sistemik jika diberikan secara oral. Oleh karena itu dianggap sebagai bahan yang bersifat nontoksik. Talk digunakan untuk memperbaiki sifat alir dari serbuk agar mudah dalam proses produksinya. Selain itu talk berfungsi sebagai adsorben pada bahan yang higroskopik
(Rowe, dkk. 2009). Konsentrasi yang digunakan sebagai glidan adalah 5% (Fatmawaty dkk, 2012). Magnesium stearat sebagai lubrikan digunakan untuk meminimalisir gesekan yang terjadi antar granul atau serbuk dengan tepi mesin (Soemarie dkk, 2017). Magnesium stearate merupakan serbuk halus, putih dan mudah melekat di kulit dan umumnya digunakan sebagai lubrikan pada konsentrasi 0,25%-5% b/b (Allen dan Luner, 2009) Avicel pH 103 memiliki keunggulan dibandingkan 102, dan 101 karena volume spesifikasinya kecil, aliran lebih baik dan waktu hancur lebih singkat. Pemilihan avicel dibandingkan pengisi lain seperti laktosa karena laktosa inkom dengan Mg. stearat (Fatmawaty dkk, 2012). Avisel 103 merupakan insoluble dan non reaktif, bisa bersifat pengikat, sisintegrasi, lubrikan, dan glidan. Dapat menghancurkan pembasahan yang cepat dan rata. Jika dibandingkan dengan pengisi lain seperti amylum, karena amylum memiliki sifat alir yang buruk (Agoes, 2006). Asam benzoat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan dan bahan farmasi. Digunakan sebagai pengawet antimikroba dengan konsentrasi yang dapat digunakan 0,02% (Rowe dkk. 2009). Asam benzoate digunakan karena kelarutannya besar yang digunakan dalam bentuk garam dengan mekanisme kerja menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Asam benzoate memiliki pH 2,5-4,5 hal ini sesuai dengan kestabilan pH dari clindamycin yaitu 3,0-5,0 (Sweetman dkk, 2009). IV.2 Hasil Evaluasi 1. Uji Keseragaman Bobot No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bobot Serbuk dengan Cangkang 0,272 0,271 0,271 0,268 0,275 0,261 0,26
Bobot Serbuk tanpa Cangkang 0,169 0,168 0,168 0,165 0,172 0,158 0,157
8. 9. 10.
0,278 0,271 0,26 Rata-rata
0,175 0,169 0,157 0,1658
% Penyimpangan A 7,5%
B 15%
Perhitungan % penyimpangan A 75% =
7,5
x 0,1658 = 0,012
100
Batas atas
= 0,1658 + 0,012 = 0,178
Batas bawah = 0,1658 – 0,012 = 0,154 B 15% =
15
x 0,1658 = 0,025
100
Batas atas
= 0,1658 + 0,025 = 0,1908
Batas bawah = 0,1658 – 0,025 = 0,1408 Evaluasi 10 kapsul memenuhi evaluasi keseragaman bobot kapsul, karena tidak ada satu pun kapsul yang menyimpang baik dari presentase A maupun B. IV.3 Pembahasan Telah dilakukan pembuatan kapsul clindamycin yang dapat digunakan sebagai antibiotik untuk mengobati infeksi serius oleh bakteri anaerob
yang
rentan
strain
streptococcus,
staphylococcus
dan
pneumococcus. Kapsul adalah sediaan padat yang mengandung satu macam obat atau lebih dan atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang
dapat larut dalam air yang
umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan kapsul ini adalah clindamycin. Clindamycin merupakan antimikroba yang spektrumnya menyerupai linkomycin, namun memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Clindamycin HCl telah terbukti efektif dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob yang rentan
atau
strain
garam-bakteri
staphylococcus dan pneumococcus.
positif
seperti
streptococcus,
Clindamycin merupakan bahan aktif yang bersifat higroskopik, sehingga dalam pembuatan kapsul ini dibutuhkan adsorben sebagai bahan yang dapat menyerap air. Adsorben yang digunakan yaitu aerosil dengan
konsentrasi
1%.
Dalam
pembuatan
kapsul
diperlukan
penambahan lubrikan dan glidan untuk memperbaiki sifat alir dari serbuk agar mudah dalam proses pembuatannya. Lubrikan dan glidan yang digunakan yaitu magnesium stearat dan talk dengan konsentrasi 1% dan 2%. Bahan pengisi juga diperlukan dalam pembuatan kapsul untuk mencukupkan massa kapsul sampai pada bobot yang diinginkan.bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan kapsul ini yaitu avicel pH 103 . Bahan yang juga perlu ditambahkan yaitu pengawet untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan kapsul. Namun pada praktikum ini pengawet yang digunakan yaitu asam benzoat tidak tersedia dalam laboratorium. Sehingga kapsul dibuat tanpa menggunakan pengawet. Dari hasil praktikum diperoleh 20 kapsul clindamycin kemudian dilakukan evaluasi kapsul. Hasil evaluasi didapatkan tidak ada satu pun kapsul yang menyimpang dari kolom A maupun kolom B. Sehingga kapsul dinyatakan
memenuhi
syarat
keseragaman
bobot.
Evaluasi
yang
dilakukan pada praktikum ini hanyalah keseragaman bobot dikarenakan kurangnya alat dan waktu. Selanjutnya kapsul dimasukkan dalam wadah, diberi etiket dan brosur.
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Dari praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa kapsul dapat dibuat dengan zat aktif Clindamycin HCL dengan menggunakan metode pengisian kapsul dengan tangan yang dilakukan dengan cara serbuk obat yang telah halus dan homogeny, dimasukkan satu per satu kedalam kapsul. Dan dilakukan evaluasi berupa uji keseragaman bobot dan didapat hasil
memenuhi
syarat
dengan
tidak
ada
satupun
kapsul
yang
menyimpang. V.2 Saran V.2.1 Untuk Laboratorium Sebaiknya alat dan bahan di dalam laboratorium lebih diperbanyak lagi untuk mempermudah dan mengoptimalkan kelancaran praktikum. V.2.2 Untuk Asisten Diharapkan
tim
pelaksanaan praktikum.
asisten
lebih
memperhatikan
praktikan
saat
DAFTAR PUSTAKA Agoes, G. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Pelunasan. ITB Press. Bandung Allen L.V dan Luner P.E. 2006. Methylcellulose. In Rowe R.,C., Sheskey, P.J., & Weller, P.J. (Eds) Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6nd, 462-465, American Pharmaceutical Association, Washington Ansel. HC. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahkan oleh Ibrahim F. Edisi IV. 605-619, UI Press. Jakarta Chaerunnisaa, A.Y., 2009, Farmasetika Dasar, Widya Padjadjaran, Bandung. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Depkes RI. Jakarta Duin, 1954. Ilmu resep dalam Praktek dan Teori . Soeroengan. Jakarta Fatmawaty, Aisyah dkk. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi . STIFA. Makassar Ganiswarna, Sulistia G Editor. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. FKUI. Jakarta Gunawan. 2007. Farmakologi dan Terapi . UI. Jakarta Katzung. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta Kee dan Hayes. 2008. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. EGC. Jakarta Kemenkes, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Kuncahyo, Ilham dan Rejeki. 2010. Formulasi Kapsul Ekstrak Campuran Bahan Alam Buah Mengkudu dan Daun Pepaya dengan Variasi Bahan Pengisi Laktosa dan Bahan Pengikat PVP . Freguently Prescribed Medications. Jones dan Bartlett Lerning Lachman, L.,Lieberman, H. A., & Schwartz, J.B. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms.Volume I. New York: Marcel Dekker, Inc. Nastiti, F. H.I. 2011. Pola Peresepan dan Kerasionalan Penggunaan Antimikroba pada PasienBalita di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Skripsi. USA. Terjemahan A. Agoes. 2001.
Farmakologi : UlasanBergambar. Edisi kedua. Widya Medika. Jakarta Rowe dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient . PHP Press. London Sweetman, S dkk. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference 3th Ed . The Pharmaceutical Press. London Soemari, Sa’adah, Fatimah, Ningsih. 2017. Uji Mutu Fisik Granul Ekstrak Etanol Daun Kemangi dengan Variasi Konsentrasi Explotab. Jurnal Ilmiah Manuntung. 3(1),64-71 Soetopo. 2004. Ilmu Resep Teori. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Tjay, Tan Hoa dan Rahardja, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting . PT. Elex Medika Kompuindo. Jakarta Utami, ER. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi . Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki. Malang Widodo, 2013. Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker . D-Medika. Yogyakarta Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
LAMPIRAN
1. Etiket Netto: 20 Kapsul
Climint
®
Clindamycin kapsul
Komposisi: Tiap 250 mg mengandung: Clindamycin HCL 150 mg Zat Tambahan q.s Indikasi : Mengobati infeksi serius oleh bakteri anaerobic yang rentan strain streptococcus, pneumococcus, dan stapylococcus
Efek Samping : Diare, Nyeri perut, gangguan ususlambung, sakit kuning Aturan Pakai: 3 kali sehari kapsul, sesudah makan
HARUS DENGAN RESEP DIPRODUKSI OLEH: TRANSFER D FARMA MAKASSAR-INDONESIA
No. Reg : DKL 1800100201A1 No. Batch : 8010002 Tgl.Produksi: Apr 2018 Exp date: Apr 2020
2. Wadah
®
Climint
Clindamycin
Netto: 20 Kapsul
Climin® Clindamycin ka sul
Komposisi: Tiap 250 mg mengandung: Clindamycin 150 mg Zat Tambahan q.s
Indikasi : Mengobati infeksi serius oleh bakteri anaerobic yang rentan strain streptococcus, pneumococcus dan staphylococcus. Infeksi karena stre-hemolitikus Aturan Pakai: 3 kali sehari sesudah makan
Netto: 20 Kapsul
Efek samping : Diare, nyeri perut, gangguan lambung-usus, sakit kuning, perubahan hematologikal Penyimpanan: Dalam wadah terlindung dari caha a
Climin® Clindamycin ka sul
Untuk keterangan Lebih Lanjut Lihat Brosur
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
No.Reg
: DKL 1800100201 A1
DIPRODUKSI OLEH:
DIPRODUKSI OLEH:
No. Batch
: I 8010002
TRANSFER D FARMA
TRANSFER D FARMA
Mfg. Date
: April 2018
MAKASSAR-INDONESIA
MAKASSAR-INDONESIA
Ex . Date
: A ril 2020