ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINUSITIS DI RUANG B2 THT RUMAH SAKIT Dr. KARIADI SEMARANG A.
PENGERTIAN Sinisitus adalah peradangan pada sinus. Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernapasan atas. Jika ostium ke dalam saluran nasal bersih, infeksi bisa hilang dengan cepat. Namun bila drainase tersumbat oleh spuntum yang mengalami penyimpangan atau oleh turbinasi yang mengalami hipertrofi, taji atau polip, maka sinusitis akan menetap sebagai pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurativa aktif. Klasifikasi sinusitis : 1. sin sinusit usitis is akut akut 2. sinu sinusi siti tiss kron kronis is B. ETIOLOGI Penyebab timbulnya sinusitis berbeda-beda tergantung dari klasifikasi sinusitis itu sendiri. Penyebab dari sinusitis akut adalah akibat infeksi traktus respiratorius atas, terutama infeksi virus atau eksaserabasi rhinitis alergika. Sedangkan penyebab dari sinusitis kronis adalah adanya obstruksi hidung kronik akibat rabas dan edema membrane mukosa hidung. C. MANIFESTASI KLINIK 1. Sinusitis Akut Kongesti nasal yang disebabkan oleh inflamasi, edema dan transudasi cairan, menyebabkan obstruksi rongga sinus. Kondisi ini memberikan media yang sangan baik untuk pertumbuhan bakteri. Or ganisme bakteri bertanggung jawab terhadap lebih besar dari 60% kasus sinusitis akut, misalnya streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan Staphylococus aureus. Infeksi gigi juga sering berkaitan dengan sinusitis akut. Gejala sinusitis akut mencakup tekanan, nyeri diatas area sinus, dan sekresi nasal yang purulen. 2. Sinisitis Kronis saat pasien mengalami batuk, karena tetesan konstan rabas kental ke arah nasofaring, dan sakit kepala kronis pada daerah orbital dan nyeri wajah, yang paling sering menonjol saat bangun tidur pada pagi hari. Keletihan juga umum, sebagaimana hidung tersumbat. D. PENATALAKSANAAN 1. Sinusitis Akut Tujuan pengobatan sinusitis adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotika pilihan untuk kondisi ini adalah amoksilin dan ampisilin. Alternative bagi pasien yang aleri terhadap penisilin adalah trimetropim/sulfametoksazol (kekuatan ganda)bactrim DS, Spetra DS ). Dekongestan oral atau topical dapat diberikan. Irigasi sangan efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang umum adalah Drixoral dan Dimetapp. Dekongestan topical yang umum diberikan adalah Afrin dan Otrivin. Dekongestan topical harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang untuk meningkat drainase maksimal. Jika pasien terus menunjukkan gejala setelah 7-10 hari, maka sinus perlu diirigasi. 2. Sinusitis Kronis Penatalaksanaan medis sinusitis kronis sama dengan penatalaksanaan sinusitis akut. Pembedahan diindikasikan pada sinusitis kronis untuk memperbaiki
deformitas struktual yang menyumbat ostia (ostium) sinus. Pembedahan dapat mencakup eksisi atau kauterisasi polip, perbaikan penyimpangan septum, dan menginsisi serta mendrainase sinus. Sebagian pasien dengan sinusitis kronis parah mendapat kesembuhan dengan cara pindah ke daerah yang mempunyai iklim kering. E. PENGKAJIAN Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan dan meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian terpenting dari pengkajian. Juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang tembul bersamaan. F. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Inefektif jalan napas berhubungan dengan sekresi berlebih sekunder akibat proses inflamasi Intervensi : a. Encerkan sekresi yang kental dan jaga sekresi agar tetap basah R. secret dapat mudah dikeluarkan b. Tingkatkan input cairan R. membantu mengencerkan lendir c. Berikan posisi yang nyaman saat irigasi sinus R. memudahkan cairan yang dikeluarkan 2. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi Intervensi : a. Kaji skala nyeri R. mengetahui tingkat nyeri b. Kaji koping terhadap nyeri R. mengetahui tindakan yangdilakukan saat nyeri datang c. Berikan posisi yang nyaman R. menurunkan tingkat nyeri d. Kolaborasi pemberian obat analgetik R. menurunkan tingkat nyeri 3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit. Intervensi : a. Kaji tingkat cemas R. mengetahui tingkat kecemasan b. Beri pengetahuan dan penjelasan pasien tentang penyakitnya R. pasien dapat mengetahui penyakitnya c. Berikan motivasi pasien untuk cepat sembuh. R. membantu pasien memberikan semangat untuk kesenbuhannya