Laporan Pendahuluan(LP) & Strategi Pelaksanaan(SP) Pelaksanaan(SP) Pada klien dengan Terminal Illness
Dosen Pembimbing
: Hudinoto E.Y, Ns
Disusun Oleh : 1. Diana Nur Izati
(13.110)
2. Husen Aminudin
(13.120)
3. Muhammad Alwi
(13.128)
4. Qurotu Aeni
(13.137)
5. Umi Rofiko
(13.147)
2C Akper Pemerintah Kota Tegal Jl. Dewi Sartika No. 1, Debong Kulon, Kec. Tegal Selatan, Kota Tegal Telp. (0283) 323523, 323524 2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN I.
Masalah Utama
Terminal Illness: Depresi
II.
Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi
Pasien terminal illness adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi.
B. Tahapan Penerimaan Terhadap Kematian
Kubler- Ross (dalam Taylor, 1999) merumuskan lima tahap ketika seseorang dihadapkan pada kematian. Kelima tahap tersebut antara lain: 1.
Denial (penyangkalan) Penyangkalan
merupakan
reaksi
pertama
ketika
seseorang
didiagnosis menderita terminal illness. Sebagian besar orang akan merasa shock, terkejut dan merasa bahwa ini merupakan kesalahan. 2.
Marah Rasa kemarahan ini sering sulit dipahami oleh keluarga atau orang
terdekat oleh karena dapat terpicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. 3.
Bargaining (menawar) Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan
agar terhindar dari kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara terbuka. 4.
Depresi Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap di
mana pasien kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh, sesak nafas dan lelah. Mereka akan merasa kesulitan untuk makan, perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan rasa sakit atau ketidaknyamanan.
5.
Penerimaan (acceptance) Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah dan
memikirkan kematian. Beberapa pasien menggunakan waktunya untuk membuat perisapan, memutuskan kepunyaannya, dan mengucapkan selamat tinggal pada teman lama dan anggota keluarga.
C. Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Terminal Illnes
1. Closed Awareness Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak tahu mengapa sakit dan percaya akan sembuh. 2. Mutual Pretense Dalam hal ini klien, keluarag, team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang dihadapi klien. 3. Open Awareness Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada diambang
kematian
sehingga
tidak
ada
kesulitan
untuk
membicarakannya.
D. Pohon Masalah
Depresi
Terminal Illness
Tidak Efektifnya Koping Individu E. Peran Perawat Saat Klien Dalam Kondisi Terminal Illness
a. Pengabdian yang tulus dengan hati nurani yang ikhlas b. Seulas senyum yang ikhlas dari seorang perawat bisa memberikan secercah harapan kesembuhan untuk seorang pasien
c. Membantu klien agar siap meninggal dengan tenang d. Memenuhi kebutuhan spiritual
F. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji
1. Tingkat Ansietas 2. Distress spiritual (Sedih kronis)
G. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan takut terhadap proses menjelang ajal. TUM
: Klien dapat terkurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
TUK 1 : a. Membina hubungan saling percaya. b. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas. c. Klien
mau
mengungkapkan
dan
mengekspresikan
tentang
kecemasannya. Kriteria Evaluasi: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenanag, ada kontak mata, mau menjawab salam, mau mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi
:
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Pastikan nama lengkap klien d. Jelaskan tujuan perencanaan e. Tunjukkan sikap empatik dan menerima klien apa adanya f.
Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Distress spiritual berhubungan dengan gambaran kematian yang negatif TUK 2
: Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
Kriteria hasil : Klien mulai sedikit demi sedikit menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak lama lagi di dunia.
TUK
: Dapat
Kriteria Evaluasi
:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenanag, ada kontak mata, mau menjawab salam, mau mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi
:
Sedih kronis berhubungan dengan kesedihan yang mendalam karena meninggalkan keluarga sendirian setelah kematian. 3. Distress spiritual berhubungan dengan gambaran kematian yang negatif atau pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan tentang semua kejadian yang berkaitan dengan kematian atau menjelang ajal.
Hal-hal yang dikaji adalah :
Tanda gejala ansietas ( misalnya, tanda vital, nafsu makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi).
Dukungan yang disediakan yang penting bagi klien.
Ekspresi tidak ada harapan atau tidak berdaya (misalnya, ”aku tidak dapat”).
Sumber ansietas (misalnya, nyeri malfungsi tubuh, penghinaan, pengabaian, kegagalan, akibat negatif dari survivor).
2.
Perumusan Masalah Keperawatan Dan Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan takut terhadap proses menjelang ajal.
b. Sedih kronis berhubungan dengan kesedihan yang mendalam karena meninggalkan keluarga sendirian setelah kematian. c. Distress spiritual berhubungan dengan gambaran kematian yang negatif atau pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan tentang semua kejadian yang berkaitan dengan kematian atau menjelang ajal. 3.
Rencana Asuhan Keperawatan
Kaji tanda gejala ansietas. R/ ansietas menunjukkan berkurangnya harapan hidup pasien. Kaji TTV.
R/ penurunan tanda-tanda vital menandakan kondisi yang sangat kritis. Kaji dukungan yang disediakan oleh keluarga pasien.
R/ dkungan dari keluarga klien akan membuat pasien tenang dalam menghadapi kematian. Kaji ekspresi tidak ada harapan atau tidak berdaya dari pasien.
R/ ekspresi yang tenang menunjukkan kesiapan pasien menjelang ajal. Kaji sumber ansietas pasien.
R/ membantu klien menyelesaikan wasiat-wasiat akan mengurangi kecemasan pasien dalam menghadapi kematian. Berikan pemahaman kepada kepada keluarga pasien tentang
penyakit pasien. 4.
Implementasi keperawatan
Mengkaji gejala gejala ansietas(misalnya: nafsu makan , pola tidur,dan tingkat konsentrasi). o
Mengkaji anda-tanda vital dan evalasi tingkat kesadaran pasien.
o Berikan dukungan lepada pasien dengan tidak menyinggung keyakinan pasien. o Megkaji ekspresi tidak adanya harapan hidup dan memberikan dukungan sepenuhnya terhadap apa yang diwasiatkan pasien.
o
Memberikan pemahaman pada keluarga tentang apa yang sedang
dihadapi paien. o Memberikan kejujuran dan jawaban langsung terhaadap pertanyaan pasien tentang proses menjelang kematian. o Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di te rima. o Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran. Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya. 5. o
Evaluasi Klien mampu mempertahankan kenyamanan psikologis selama proses
menjelang ajal. o Klien mampu mengungkapkan perasaan misalnya : marah, sedih, atau kehilangan dan pikiran dengan staf perawat dan/atau orang penting bagi klien. o Mampu mengidentifikasi area kontrol pribadi. o
Mampu mengekspresikan perasaan yang positif tentang hubungan
dengan orang penting bagi pasien. o Mampu menerima keterbatasan dan mencari bantuan sesuai kebutuhan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah
: Terminal Illness
Pertemuan
:1
Sp
:1
A. Proses Keperawatan
1.
Membina hubungan saling percaya Memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai dirinya Melakukan dialog disaat klien siap,dan menghentikannya ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan. Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan memberinya kesempatan untuk bermimpi tentang hal-hal yang menyenangkan 1. Strategi Pelaksanaan Pasien : (gelisah), ora mungkin