CERVICAL ROOTS SYNDROME
Oleh :
I Made Dwi Kurniawan
15710344
BAGIAN SMF SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IBNU SINA GRESIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah banyak berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi makalah yang lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini,
Gresik, September 2017
Penulis
2
BAB I LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan praktek sering kali kita jumpai pasien dengan keluhan nyeri di sekitar leher. Bahkan banyak pasien yang merasakan nyeri tersebut menjalar sampai ke lengan hingga jari tangan bahkan bahu sulit untuk diangkat karena adanya kelemahan otototot bahu. Gangguan tersebut merupakan kumpulan gejala-gejala yang dinamakan Cervical Root Syndrome atau lebih dikenal dengan CRS. Nyeri yang menjalar tanpa atau adanya kelemahan otot-otot bahu menyebabkan pasien kehilangan jam kerjanya karena dirasakan sangat mengganggu dalam beraktifitas kerja maupun akifitas sehari-hari yang manggunakan bahu. Nyeri cervical merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan seseorang datang berobat ke fasilitas kesehatan. Di populasi didapatkan sekitar 34% pernah mengalami nyeri cervical dan hampir 14% mengalami nyeri tersebut lebih dari 6 bulan. Pada populasi diatas 50 tahun, sekitar 10% mengalami nyeri cervical (Turana, 2005). Dr. Ahmad Toha Muslim (2005) mengemukakan bahwa sekitar 80 % penduduk di kota Bandung pernah mengalami sakit leher.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Cervical root syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari akar saraf cervical yang akan menimbulkan nyeri, ngilu, kesemutan, kramkram serta rasa tidak enak pada leher bagian belakang dan bisa menjalar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah tergantung dari akar mana yang terkena. 1 Salah satu contoh penyakit cervical root syndrome adalah sindrom radikulopati. Radikulopati berarti radiks posterior dan anterior yang terkena proses patologik. Gangguan itu dapat setempat atau menyeluruh.2 Radikulopati cervikalis merupakan disfungsi dari akar saraf vertebralis. Akar saraf vertebralis yang paling sering terkena adalah C7 sekitar 60% dan C6 sekitar 25%. Radikulopati cervikalis adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan disfungsi dari saraf cervikalis, akar saraf, atau keduanya. Radikulopati cervikalis adalah kerusakan atau gangguan fungsi saraf akibat kompresi salah satu akar saraf dekat vertebra cervikalis. Kerusakan akar saraf di daerah cervikalis dapat menyebabkan rasa sakit dan gangguan sensibilitas pada ekstremitas atas, t ergantung di mana akar yang rusak berada. 3,4 Ciri khas radikulopati cervikalis adalah rasa nyeri radikuler pada leher dan bahu yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah pada perubahan posisi leher dan dapat diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa sakit pada penekanan tulang dan kadang-kadang disertai parastesia pada lengan. Namun seringkali gejala nyeri radikuler tersebut tidak terlokalisasi baik sesuai dermatom. Hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih daerah persarafan.4 Pada usia muda, radikulopati cervikalis merupakan akibat dari herniasi diskus intervertebralis atau cedera akut yang menyebabkan tubrukan foramen dari saraf yang keluar. Herniasi diskus intervertebralis
sekitar 20-25% dari kasus radikulopati cervikalis. Pada
pasien yang lebih tua, radikulopati cervikalis sering merupakan akibat penyempitan foramen dari pembentukan osteofit, penurunan ketinggian diskus, perubahan degeneratif prosesus uncinatus vertebra dari anterior dan facet dari posterior.3
4
B. ANATOMI
Leher dimana banyak terdapat jaringan yang bisa menjadi sumber nyeri. Biasanya rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligamen, akar saraf, faset artikular, kapsul, otot serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh proses degeneratif, infeksi/inflamasi, iritasi dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri alih dari organ atau jaringan lain yang merupakan distribusi dermatom yang dipersarafi oleh saraf cer vikal.2
Gambar 1. Gambar Dermatom Radiks anterior dan posterior bergabung menjadi satu berkas di foramen intervertebral dan disebut saraf spinal. Berkas serabut sensorik dari radiks posterior disebut dermatom. Pada permukaan thorax dan abdomen, dermatom selapis demi selapis sesuai dengan urutan radiks posterior pada segmen-segmen medula spinalis C3-C4 dan T3-T12. Tetapi pada permukaan lengan dan tungkai, kawasan dermatom tumpang tindih oleh karena berkas saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas melainkan menyusun pleksus dan fasikulus t erlebih dahulu baru
5
kemudian menuju lengan dan tungkai. Karena itulah penataan lamelar dermatom C5-T2 dan L2-S3 menjadi agak kabur. 2 Segala sesuatu yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks dan foramen interverteberal dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang berpangkal pada tulang belakang tingkat tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatom radiks posterior yang bersangkutan. Osteofit, penonjolan tulang karena faktor kongenital, nukleus pulposus atau serpihannya dan tumor dapat merangsang satu atau lebih radiks posterior.2 Pada umumnya, sebagai permulaan hanya satu radiks saja yang mengalami iritasi terberat, kemudian yang kedua lainnya mengalami nasib yang sama karena adanya perbedaan derajat iritasi, selisih waktu dalam penekanan, penjepitan dan lain sebagainya. Nyeri radikuler akibat iritasi terhadap 3 radiks posterior ini dapat pula dirasakan oleh pasien sebagai nyeri neurogenik yang terdiri atas nyeri yang tajam, menjemukan dan paraestesia. 2 Nyeri yang timbul pada vertebra cervikalis dirasakan di daerah leher dan belakang kepala sekalipun rasa nyeri ini bisa di proyeksikan ke daerah bahu, lengan atas, lengan bawah atau tangan. Rasa nyeri dipicu/diperberat dengan gerakan/posisi leher tertentu dan akan disertai nyeri tekan serta keterbatasan gerakan leher.2
C. EPIDEMIOLOGI
Insidens dari penderita cervical root syndrome bermacam-macam tergantung penyebabnya. Seperti jumlah penderita spondilosis cervikal digabung dengan penderita nyeri leher lainnya termasuk sindrom levator scapula, cervikobrakialgia dan servikoosksipital menduduki urutan ke empat sesudah stroke. 1 Sejumlah 45% laki-laki yang masih aktif bekerja sedikitnya pernah satu kali menderita kaku leher ( stiff neck ) dan 23% sedikitnya pernah mendapat sekali serangan brakialgia dan 51% pernah mendapat kedua serangan tadi. Kekerapan n yeri leher hamper dua kali lipat pada umur 25-45 tahun. 1 Radikulopati cervikalis terjadi pada frekuensi yang jauh lebih rendah dibandingkan radikulopati lumbalis. Kejadian tahunan adalah sekitar 85 kasus per 100.000 penduduk.3,4 Data dari Rochester, Minnesota, menunjukkan insiden tahunan radikulopati cervikalis sebesar 107,3 per 100.000 pada laki-laki dan 63,5 per 100.000 pada perempuan, dengan puncaknya pada usia 50 sampai 54 tahun. Riwayat trauma dan aktifitas fisik berlebihan mendahului timbulnya gejala sekitar 15 persen dari kasus.
5
6
D. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab paling sering radikulopati cervikalis (pada 70 sampai 75 persen dari kasus) adalah gangguan foramen saraf spinal karena kombinasi faktor-faktor di antaranya penurunan puncak diskus dan perubahan degeneratif
dari sendi
uncovertebral anterior dan
zygapophyseal sendi posterior (yaitu, spondylosis cervical). Berbeda dengan gangguan lumbal, herniasi nukleus pulposus hanya sekitar untuk 20 sampai 25 persen dari kasus. Penyebab lainnya yang jarang yaitu tumor tulang belakang dan infeksi tulang belakang.
3
Penelitian pada pasien dengan penyakit diskus cervikalis menemukan bahwa kompresi akar saraf menyebabkan nyeri anggota badan, sedangkan tekanan pada diskus menyebabkan nyeri di leher dan perbatasan medial skapula.
E. FAKTOR PREDISPOSISI TIMBULNYA CER VI CAL ROOT SYNDROME
Bisa bermacam-macam faktor yang menimbulkan radikulopati cervikalis antara lai n:1 1.
Tekanan
2.
Stres
3.
Postur
4.
Bekerja dengan posisi leher yang menetap dalam waktu lama
5.
Tidur dengan bantal yang tinggi
6.
Berbaring dengan leher yang fleksi sementara membaca/nonton TV.
F. DIAGNOSIS 1. Anamnesis
Dalam menanggapi keluhan tentang nyeri tengkuk perlu ditanyakan lebih lanjut mengenai ada tidaknya penjalaran nyeri serta daerah-daerah kulit yang parestetik/hipestetik. Biasanya pertanyaan yang harus diajukan untuk melakukan anamnesa pada penderita dengan keluhan nyeri tengkuk ialah: 1 -
Apakah keluhan itu didahului dengan trauma atau tidak
-
Apakah datangnya mendadak atau perlahan-lahan
-
Mengenai waktu dan lamanya: sudah berapa lama sakitnya
-
Apakah sakitnya konstan atau intermiten
7
-
Apakah sakitnya menjadi lebih berat atau sama seperti waktu pertama
kali terjadi -
Karakteristik sakitnya : apakah rasa terbakar, nyut-nyutan atau rasa seperti ditusuk-tusuk
-
Lokasi sakitnya : apakah menjadi hebat jika berdiri, duduk atau
berbaring -
Apakah sakitnya lebih berat kalau bergerak atau tidak bergerak
-
Apakah ada gangguan sensibilitas
-
Apakah ada gangguan fungsi BAB dan BAK
-
Apakah penderita mempunyai problem sebelumnya
-
Apakah ada keluarga penderita yang mempunyai keluhan yang sama
-
Apakah sakitnya bertambah jika berada dirumah, ditempat kerja atau
dimobil -
Apakah akhir-akhir ini penderita mengalami stress fisik atau
emosional Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, harus ditanyakan juga riwayat kebiasaan penderita seperti : cara tidur, bekerja pada posisi yang menetap cukup lama dan lain-lain.1
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umumnya diperlukan untuk mengetahui penyakit penyerta sedangkan pemeriksaan neurologis untuk mengetahui hal-hal yang lebih khusus. 1 Pemeriksaan neurologis berupa : fungsi motorik, lingkup gerak sendi, sensorik, dan refleks. Pemeriksaan khusus untuk nyeri tengkuk ini yaitu : 1 1.
Tes Naffziger
2.
Tes Distraksi
3.
Tes Kompresi
4.
Tes Valsava
5.
Tes Adson
8
1. Tes Provokasi Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.
Gambar 2. Tes Provokasi 2. Tes Distraksi Kepala Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.
9
Gambar 3. Tes Distraksi Kepala 3. Tindakan Valsava Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.
10
Gambar 4. Tindakan Valsava
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain: 1 1.
Foto rontgen yang perlu dibuat harus mencakup foto dengan proyeksi anteroposterior, lateral, obique kanan dan kiri.
2.
EMG
3.
CT Scan
4.
MRI
G. PENATALAKSANAAN Medikamentosa1 : Analgetik , Muscle relaxant, Transquilizer, dan Neuroroborantia. Fisioterapi
Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan atau resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan medulla spinalis lebih lanjut. 11
1. Traksi Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus atau intermiten.
Gambar 5. Traksi 2. Cervical Collar Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer). Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.
12
Gambar 6. Cervical Collar 3. Thermoterapi Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri. Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4 kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.
13
Gambar 7. Thermoterapi 4. Latihan Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi dengan melakukan pijatan Operasi
Tindakan operatif lebih banyak ditujukan pada keadaan yang disebabkan kompresi terhadap radiks saraf atau pada penyakit medula spinalis yang berkembang lambat serta melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan kompresi tentunya harus dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis serta tidak memberikan respon dengan terapi medikamentosa biasa. Larangan
Menghindari bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang lama, pegangan dan posisi yang sering berulang. 14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Cervical Root Syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh iritasi, kondisi tidak normal yang diakibatkan dari penekanan akar-akar saraf spinal pada daerah leher, mengakibatkan nyeri dan kelemahan otot pada otot yang diinervasi. Dengan adanya pemeriksaan Fisioterapi yang teliti maka seseorang dapat mengetahui penyebab dari Cervical Root Syndrome tersebut, sehingga Fisioterapi dapat melakukan intervensi pada kasus ters ebut dengan tepat walaupun dalam pelaksanaan manajemen pelayanan di Rumah Sakit harus memberikan aplikasi terapi sesuai dengan konsultan dari dokter Reahabilitasi Medik pada kasus Cervical Root Syndrome ini disebabkan karena trauma. Pemberian tindakan fisioterapi dengan menggunakan MWD, TENS. Keberhasilan yang dicapai dalam pemberian tindakan fisioterapi tidak hanya dengan pemberian modalitas fisioterapi yang digunakan namun juga membutuhkan kerjasama dengan pasien itu sendiri. Pasien dengan motivasi dan semangat tinggi untuk sembuh sehingga bersedia melakukan fisioterapi dengan rutin dan mau mengikuti instruksi dari fisioterapis akan mendukung proses kelancaran tindakan fisioterapi. Saran
Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik. Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat:
Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai.
Tidur dengan bantal atau bantal Urethane.
Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.
15
Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi saat duduk, mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, Mogi J. Buku diktat Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2006. Manado. Hal 50-54
2.
Anonymous. Cervical Root Syndrome. Cited: Februari, 13 th 2012. Available from:http://bimaariotejo.wordpress.con/2009/05/31/cervical-rootsyndrome
3.
Gerard A Malanga, MD. Cervical Radiculopathy. Cited: February, 13 th 2012. Available from http://emedicine.medscape.com/article/94118-clinical#showall
4.
Anonymous. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana pada Radikulopati Servikal . Cited: February, 13th 2012. Available from: http://www.fisioindonesia.com/f/8591 pendekatan-diagnosis-raralaksana-radikulopati-servikal.
5.
Simon Carette, MD, MPhil. Cervical Radiculopathy. Cited: February, 13 th 2012. Available from http://enotes.tripod.com/cervical_radiculopathy.pdf
17