CHILD ABUSE PADA ANAK MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran jiwa
oleh Ida Farida
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIR LANGGA SURABAYA 2011
Child Abuse
Page 1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam mencapai Indonesia sehat 2010 peningkatan mutu kesehatan yang berkualit berkualitas as merupaka merupakan n kebutuha kebutuhan n masyara masyarakat. kat. Hal ini penting penting menginga mengingatt makin berkem berkemban bangny gnya a ilmu ilmu penget pengetahu ahuan an dan teknol teknologi ogi masa masa sekar sekarang ang yang yang sering sering menim menimbul bulkan kan perub perubaha ahan n pola pola hidup hidup masya masyarak rakat at yang yang berpen berpengar garuh uh terhad terhadap ap kesehatan fisik mental dan sosial serta kesejahteraan masyarakat. Gangguan Gangguan jiwa artinya menonjol menonjolnya nya gejala-ge gejala-gejala jala psikogeni psikogenik, k, hal ini tidak tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu lagi, yang sakit dan yang menderita ialah ; Manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya, dan lingkungannya. Dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Perilaku kekerasan pada anak diperlukan sikap perawatan yang menerima klien, hangat, sederhana, dimana prinsip intervensi aktif adalah : menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Untuk mengantisipasi hal tersebut dpat dipperlukan usaha-usaha pelayanan kesehatah jiwa seperti yang tercantum didalam undang-undang kesehatan jiwa no. 26 tahun 1992 pasal 27 yang meliputi : 1. Promo Promotif tif dan Prefen Prefenti tif f Promo Promotif tif member memberika ikan n penyul penyuluha uhan n tenten tenteng g masala masalah h yang yang berka berkaita itan n dengan dengan mental mental emosio emosiona nall misal: misal:ten tentan tang g penyul penyuluha uhan n kenaka kenakalan lan anak anak remja; cara menangani pasien kalau sudah pulang; Penyalah gunaan obat dan dan NA NAPZ PZA A . Prev Preven enti tiff memb member erik ikan an penc penceg egah ahan an agar agar oran orang g yang yang mengalami stres tidak menjadi jatuh sakit 2. Kuratif
Child Abuse
Page 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam mencapai Indonesia sehat 2010 peningkatan mutu kesehatan yang berkualit berkualitas as merupaka merupakan n kebutuha kebutuhan n masyara masyarakat. kat. Hal ini penting penting menginga mengingatt makin berkem berkemban bangny gnya a ilmu ilmu penget pengetahu ahuan an dan teknol teknologi ogi masa masa sekar sekarang ang yang yang sering sering menim menimbul bulkan kan perub perubaha ahan n pola pola hidup hidup masya masyarak rakat at yang yang berpen berpengar garuh uh terhad terhadap ap kesehatan fisik mental dan sosial serta kesejahteraan masyarakat. Gangguan Gangguan jiwa artinya menonjol menonjolnya nya gejala-ge gejala-gejala jala psikogeni psikogenik, k, hal ini tidak tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu lagi, yang sakit dan yang menderita ialah ; Manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya, dan lingkungannya. Dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Perilaku kekerasan pada anak diperlukan sikap perawatan yang menerima klien, hangat, sederhana, dimana prinsip intervensi aktif adalah : menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Untuk mengantisipasi hal tersebut dpat dipperlukan usaha-usaha pelayanan kesehatah jiwa seperti yang tercantum didalam undang-undang kesehatan jiwa no. 26 tahun 1992 pasal 27 yang meliputi : 1. Promo Promotif tif dan Prefen Prefenti tif f Promo Promotif tif member memberika ikan n penyul penyuluha uhan n tenten tenteng g masala masalah h yang yang berka berkaita itan n dengan dengan mental mental emosio emosiona nall misal: misal:ten tentan tang g penyul penyuluha uhan n kenaka kenakalan lan anak anak remja; cara menangani pasien kalau sudah pulang; Penyalah gunaan obat dan dan NA NAPZ PZA A . Prev Preven enti tiff memb member erik ikan an penc penceg egah ahan an agar agar oran orang g yang yang mengalami stres tidak menjadi jatuh sakit 2. Kuratif
Child Abuse
Page 2
Yaitu Yaitu : Tindak Tindakan an pengob pengobata atan n yang yang dil dilaku akukan kan tenaga tenaga medis medis maupu maupun n pera perawa watt dan dan tena tenaga ga ahli ahli lain lainny nya a dala dalam m rang rangka ka us usah aha a memba embant ntu u kesembuhan pasien agar terbebas dari dari sakitnya
3. Reha Rehabi bili lita tasi si Yaitu Yaitu : Usaha Usaha mengemba mengembalikan likan fungsi/kea fungsi/keahlia hlian/ketr n/ketrampi ampilan lan pasien pasien agar keahlian yang dimiliki dapat berfungsi kembali sehingga setelah pulang pasien mampu hidup secara mandiri 4. Usah Usaha a kesw keswam amas as Uasah kesehatan jiwa masyarakat Gangguan Gangguan suasana suasana perasaan perasaan merupakan merupakan bagian dari depresi, depresi, Depresi Depresi itu sendiri merupakan gangguan gangguan tersendiri ataupun sebagai gejala nyat dari suatu suatu ganggu gangguan an jiwa, jiwa, Baik Baik sebaga sebagaii gejala gejala tersen tersendir diri, i, ataupu ataupun n sebag sebagai ai gejala gejala penyerta, Depresi merupakan gangguan yang banyak dijumpai, dikatakan bahwa sekitar 30-40% penderita dirawat di RSJ merupakan penderita depresi (Psikiatri hal 11. 1) Usaha Usaha kepera keperawat watan an mental mental psi psikia kiatri tri ini dibua dibuatt dengan dengan tujuan tujuan memenu memenuhi hi tugas laporan praktek klinik keperawatan III, dengan harapan mahasiswa akper baik di Puskesma Puskesmas, s, rumah rumah sakit, sakit, mampu mampu mendeteks mendeteksii secara secara dini masalah kesehatan kesehatan mental psikiatri
B. BATASAN MASALAH Dalam Dalam menyu menyusu sun n lapora laporan n ini penuli penulis s membat membatasi asi masal masalah ah pada pada asuhan asuhan keperawat keperawatan an dengan dengan Perilaku Perilaku Kekerasan Kekerasan pada Anak dari tinjuan Konseptual Konseptual dan kasus Fiktif. C. TUJUAN PENULISAN Tujuan umum
Child Abuse
Page 3
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Perilaku Kekerasan pada anak 1. Tuju Tujuan an Khu Khusu sus s a. Menjelasa Menjelasakan kan tentang tentang Konsep Konsep Teori Teori Kekera Kekerasan san pada pada anak . b. Menjel Menjelasa asakan kan tentan tentang g Konse Konsep p As Asuha uhan n Keper Keperaw awata atan n dengan dengan perila perilaku ku kekerasan pada anak. c. Men Menjela jelask skan an
tent tentan ang g
asuh asuhan an
kepe kepera rawa wata tan n
kasu kasus s
fikt fiktif if
peri perila laku ku
kekerasan pada anak.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
CHILD ABUSE A. Peng Penger erti tian an •
Child Abuse : tindakan tindakan yang mempengaruhi mempengaruhi perkembangan anak sehingga sehingga tidak optimal lagi
•
Child Child Abuse Abuse : perlak perlakuan uan salah salah terhada terhadap p fisik fisik dan emosi emosi anak, anak, menela menelantar ntarkan kan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual
•
Child Abuse adalah penganiayaan, penganiayaan, penelantara penelantaran n dan eksploitas eksploitasii terhadap terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak
•
Physical abuse adalah penganiayaan fisik ketika anak-anak mendapatkan luka atau terluka oleh karena tindakan orang tua atau orang lain
•
Physical Physical abuse terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan pelindung anak ( ketika sebenarnya sebenarnya anak membutuhkan membutuhkan perhatian perhatian ) melakukan melakukan pemukulan pemukulan atau kekerasan secara fisik pada anak
B. Etio tiologi ogi Faktor Predisposisi & Presipitasi
Child Abuse
Page 4
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah: 1.
Stres yang berasal dari anak a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak
berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna. b.
Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
c.
Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d.
Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e. Anak angkat , anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan
orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2.
Stress keluarga a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang
menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan
Child Abuse
Page 5
oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga. b.
Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan
kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua. d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya
perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb. 3.
Stress berasal dari orangtua a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab
anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain. b.
Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan
membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.
C. Klasifikasi •
Emotional Abuse
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak merasa
Child Abuse
Page 6
dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak. -
Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan.
-
Indikator perilaku – kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukulmukul)
•
Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan. -
Indikator fisik – luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut, cakaran
-
Indikator perilaku – waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.
•
Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya . -
Indikator fisik – kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
-
Indikator kebiasaan ¬ Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.
Child Abuse
Page 7
•
Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak. -
Indikator fisik – kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital/ rektal, berpenyakit kelamin.
-
Indikator kebiasaan – pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku permisif/ berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol)
D. Dampak Child Abuse
Child abuse ini menimbulkan dampak (Moore,2004) diantaranya : 1.
Anak kehilangan hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Anak bisa saja kehilangan keceriaannya karena kekerasan yang dialaminya hingga malas untuk bermain.
2.
Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan dari orang dewasa. Anak yang pernah menjadi korban kekerasan lagi dan semakin ditindas orang dewasa bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
3.
Sering pada saat dewasa membawa dampak psikologis : labilitas emosi, perilaku agresif, tindak kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, perilaku sex bebas, dan perilaku anti sosial.
4.
Kerusakan fisik : pertumbuhan dan perkembangan tubuh kurang normal atau bahkan mengalami kecacatan dan rusaknya sistem syaraf.
5.
Besar kemungkinan setelah dewasa akan memberi perlakuan keras secara fisik pada anaknya.
Child Abuse
Page 8
6.
Akibatnya yang paling fatal adalah kematian
E. Tanda dan Gejala
Tanda fisik yang bisa dijumpai pada physical abuse :
Cidera Kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.
Kerontokan Rambut Traumatik
Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-penganiayaan.
Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.
Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya penganiayaan.
Child Abuse
Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya
Page 9
Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja.
Sindroma Bayi Terguncang
Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak, menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera eksternal.
Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan
Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang tidak terjadi secara kebetulan.
Menurut American Academy Of Child Adolescent Psychiatry (2007) anak telah mengalami penganiayaan dapat menunjukkan ciri-ciri :
Mempunyai gambaran diri yang lemah & tidak bisa menjalankan peran
Ketidakmampuan untuk percaya atau mencintai orang lain
Agresif, mengganggu, dan berperilaku tidak benar
Kemarahan dan amuk, merusak diri sendiri, pemikiran tentang bunuh diri
Pasif, menarik diri, dan perilaku mengandung kutukan
Ketakutan melakukan aktivitas atau hubungan interpersonal yang baru
Khawatir dan takut, merasa sedih yang berlebih atau merasa tertekan
Permasalahan sekolah atau kegagalan dan penyalahgunaan NAPZA
Child Abuse
Page 10
Gangguan tidur, mimpi buruk
Menurut Child Welfare Information Gateway (2006) tanda dan gejala yang sering dijumpai pada physical abuse adalah : 1.
Anak :
Menunjukkan adanya perubahan yang mendadak di dalam perilaku atau
prestasi sekolah
Belum atau tidak
menerima
bantuan
baik secara fisik maupun
permasalahan medis yang seharusnya diberikan oleh orang tua
Selalu dalam kewaspadaan seolah-olah bersiap mengahadapi sesuatu yang
tidak menyenangkan/mengancamnya akan terjadi
Menuntut yang berlebihan, pasif, menarik diri
Datang ke sekolah dan aktifitas lain lebih awal dan pulang terlambat
(seperti ingin pergi dari rumah). 2.
Orang tua :
Pengawasan orang tua yang kurang, menunjukkan perhatian yang sedikit
pada anak
Menyangkal keberadaan anak dan menyalahkan anak baik tentang
permasalahan di sekolah maupun di rumah
Meminta pada guru atau pejabat di sekolah untuk menggunakan kekerasan
fisik dalam menegakkan disiplin pada anak yang berbuat nakal/jahat
Child Abuse
Selalu melihat anak tidak baik, tidak berharga atau membebani Page 11
Menuntut tingkatan fisik serta pencapaian akademis yang tidak mungkin
dicapai oleh anak. 3.
Orang tua dan anak :
Jarang bersentuhan atau saling berpandangan
Memandang hubungan antara orang tua dan anak sebagai hal negatif
seluruhnya
Mengatakan tidak suka satu sama lain.
F. Evaluasi Diagnostik
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium. •
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik - Penganiayaan fisik Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau punggung.
Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kakitangan dalam air panas, atau luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran listrik seperti oven atau setrika.
Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarahan retina, dan fraktur tulang panjang yang multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
Child Abuse
Page 12
Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada anak di atas usia 2 tahun.
- Pengabaian
Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yang mengakibatkan kegagalan mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang seharusnya, tetapi respons baik terhadap pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai pada anak penderita penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang disengaja oleh orangtua juga mencakup kelalaian merawat kesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan gigi.
- Penganiayaan seksual Tanda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari: Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau sekret di vagina.
Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
Pubertas prematur pada wanita
Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual dengan teman sebaya, binatang, atau objek tertentu. Tidak sesuai dengan pengetahuan seksual dengan umur anak serta tingkah laku yang menggairahkan.
Child Abuse
Page 13
Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri, perasaan takut pada orang dewasa, mimpi buruk, gangguan tidur, menarik diri, rendah diri, depresi, gangguan stres post-traumatik, prostitusi, gangguan makan, dsb.
•
Laboratorium Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan:
Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
•
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
Analisa rambut pubis
Radiologi Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
Identifiaksi fokus dari jejas
Dokumentasi Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan
untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
Child Abuse
Page 14
•
CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat.
•
MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
•
Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
•
Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual.
G. Penatalaksanaan
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui: 1.
Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat. •
Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera
Individu : - Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan masyarakat - Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik - Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko - Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi - Pelayanan referensi perawatan jiwa - Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku kekerasan.
Child Abuse
Page 15
Keluarga : - Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di masyarakat -
Memfasilitasi jalinan kasih 16ocial pada orangtua baru
- Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut (follow up) -
Pelayanan 16ocial untuk keluarga
Komunitas : - Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga - Mengurangi media yang berisi kekerasan - Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti: pelayanan krisis, tempat penampungan anak/keluarga/usia lanjut/wanita yang dianiaya - Kontrol pemegang senjata api dan tajam
•
Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress Individu : - Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada keluarga pada tiap pelayanan kesehatan - Rencana penyelamatan diri bagi korban secara adekuat - Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta bantuan dan perlindungan - Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban Keluarga : - Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
Child Abuse
Page 16
- Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-group). Misalnya: kelompok pemerhati keluarga sejahtera - Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikan pelayanan pada korban Komunitas : - Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada korban dengan standar prosedur dalam menolong korban - Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon, melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera. - Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya bayi dan anak. - Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah setempat - Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi - Kontrol pemegang senjata api dan tajam
•
Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan Individu : - Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban - Konseling profesional pada individu Keluarga : - Redukasi orangtua dalam pola asuh anak - Konseling profesional bagi keluarga - Self-help-group (kelompok peduli) Komunitas :
Child Abuse
Page 17
- “Foster home”, tempat perlindungan - Peran serta pemerintah - “follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan - Kontrol pemegang senjata api dan tajam
2.
Pendidikan Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harud dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda2 aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3.
Penegak hukum dan keamanan Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap
lingkungan
hidup
yang
dapat
membahayakan
atau
menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
4.
Media massa Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel2 pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun jangka panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.
Child Abuse
Page 18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE A. Pengkajian
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitan dengan child abuse, antara lain : 1.
2.
3.
Psikososial : •
Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
•
Gagal tumbuh dengan baik
•
Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial
•
With drawl (memisahkan diri) dari orang2 dewasa
Muskuloskeletal •
Fraktur
•
Dislokasi
•
Keseleo (sprain)
Genito Urinaria •
Infeksi saluran kemih
•
Perdarahan per vagina
•
Luka pada vagina/penis
Child Abuse
Page 19
•
•
4.
Nyeri waktu miksi Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus
Integumen •
Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
•
Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
•
Adanya tanda2 gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
•
Bengkak
Child Abuse
Page 20
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perilaku agresif, perilaku anti sosial, penyalahgunaan obat, percobaan bunuh diri, masalah disekolah dan pekerjaan. 2. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan Child Abuse 3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya
perawatan 4. Resiko perilaku kekerasan oleh anggota keluarga yang lain ber-hubungan dengan kela-
kuan yang maladaptive. 5. Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga yang terganggu.
C. Intervensi Keperawatan
1.
DK : Resti cidera b/d perilaku agresif
Tujuan : Anak tidak mengalami cedera.
Intervensi keperawatan : Intervensi Rasional 1. Lindungi anak dari cedera lebih Menghindari anak dari cedera/luka yang lanjut
lebih
parah dan meminimalkan dampak
psikologis yang
2. Bantu diagnosis penganiayaan anak Membantu dalam : fisik, seksual / emosional
tindakan
3. Laporkan Child Abuse
kecurigaan
ditimbulkan.
menentukan altenatif
yang tepat untuk menghindari
penganiayaan anak
lebih lanjut.
adanya Dengan melaporkan adanya kecurigaan Page 21
penganiayaan
adanya
penganiayaan anak seperti
luka pada kulit dapat terjadinya
cedera
mencegah
yang
lebih
serius
pada anak serta mencegah kematian anak. 4. Lakukan resusitasi dan stabilisasi Resusitasi dan stabilisasi dilakukan ketika seperlunya
anak
mendapatkan penganiayaan yang
menyebabkan nafas,
mengalami henti
dilakukan
sampai
stabil
dan
dibawa ke rumah sakit. 2.
DK : Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan
faktor- faktor yang menyebabkan Child Abuse
Tujuan : Mekanisme koping keluarga menjadi efektif Intervensi keperawatan: Intervensi 1. Identifikasi faktor-faktor
menyebabkan
rusaknya
yang
mekanisme
Rasional Dengan mengidentifikasi faktor-faktor
yang
dilakukan
intervensi
yang
koping pada keluarga, usia orang tua, anak dibutuhkan dan penyerahan pada pejabat ke berapa dalam keluarga, status sosial
yang
ekonomi
kesehatan dan organisasi social
terhadap
perkembangan
berwenang
pada
pelayanan
keluarga, adanya support system dan kejadian lainnya 2. Konsulkan
pada pekerja sosial dan Keluarga dengan Child Abuse & neglect
pelayanan kesehatan pribadi yang tepat biasanya memerlukan kerja sama multi mengenai problem keluarga, tawarkan disiplin, terapi untuk individu atau keluarga 3. Dorong
anak
mengungkapkan yang Child Abuse
dan
keluarga
support
kelompok
dapat
membantu, memecahkan masalah yang spesifik. untuk Dengan mendorong
keluarga
dengan
perasaan tentang apa mendiskusikan masalah mereka maka
mungkin menyebabkan perilaku dapat
dicari
jalan
keluar
untuk
Page 22
kekerasan.
memodifikasi perilaku mereka.
4. Ajarkan
orang
perkembangan
&
tua
tentang Orang tua mungkin mempunyai harapan
pertum-buhan
anak yang tidak realistis tentang pertumbuhan
sesuai tingkat umur. Ajarkan kemampuan dan perkem-bangan anak merawat spesifik dan terapkan tehnik disiplin 3. DK: Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan
Tujuan : Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan
psikososial dapat disesuai-kan
dengan tingkatan umurnya Intervensi Keperawatan:
1.
Intervensi Rasional Diskusikan hasil test kepada Orang tua dan anak akan menyadari, sehingga
orang tua dan anak
mereka dapat merencanakan tujuan jangka panjang dan jangka pendek
2. Melakukan membaca,
aktivitas
bermain
(seperti, Kekerasan
sepeda,
pada
dll) keterlambatan
anak
akan
perkembangan
menyebabkan karena
tugas
antara orang tua dan anak untuk keluarga. Aktivitas dapat engkoreksi masalah meningkatkan per-kembangan dari perkembangan penurunan
kemampuan
akibat
dari
hubungan
yang
kognitif terganggu
psikomotor dan psikososial 3. Tentukan tahap perkembang-an Dengan menentukan tahap perkembangan anak anak seperti 1 bulan, 2 bulan, 6 dapat membantu perkembangan yang diharapkan bulan dan 1 tahun. 4. Libatkan keterlambatan
per- Program stimulasi dapat membantu meningkatkan
kembangan dan pertumbuhan yang perkembangan menentukan intervensi yang tepat normal
Child Abuse
Page 23
4. DK : Resiko perilaku kekerasan oleh anggota ke-luarga yang lain berhubungan dengan kelakuan yang maladaptive.
Tujuan : Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang. Intervensi Keperawatan : Intervensi Rasional 1. Identifikasi perilaku kekeras-an, Dengan mengidentifikasi perilaku kekerasan
saat menggunakan/ mengkonsumsi dapat membantu menentukan intervensi yang alkohol
atau
obat
atau
saat tepat
menganggur. 2.
Selidiki
faktor
yang
dapat Dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku kekerasan menye-babkan perilaku kekerasan akan lebih seperti minum alkohol atau obat- memberikan kesadaran akan tipe situasi yang obatan
mempengaruhi
perilku,
membantu
dirinya
mencegah kekambuhan
3. Lakukan konsuling kerjasama konseling
dapat
membantu
perkembangan
multidisiplin, termasuk organisasi koping yang efektif. komunitas dan psikolologis. 4. Menyarankan keluarga kepada Terapi keluarga menekan dan memberikan seorang terapi keluarga yang tepat
support
kepada
seluruh
keluarga
untuk
mencegah kebiasaan yang terdahulu. 5.
Melaporkan
seluruh
kejadian Perawat mempunyai tang-gung jawab legal
yang aktual yang mungkin terjadi untuk melaporkan semua kasus dan menyimpan kepada pejabat berwenang
keakuratan data untuk investigasi
5. DK : Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga yang terganggu.
Tujuan : Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif Child Abuse
Page 24
Intervensi Keperawatan :
1.
Intervensi Rasional Diskusikan ikatan yang wajar Menyadarkan orang tua akan perikatan normal
dan perikatan dengan orang tua yang dan proses pengikatan akan membantu dalam keras
mengembangkan keahlian menjadi orang tua yang tepat
2.
Berikan model peranan untuk Model
orang tua
peranan
untuk
orang
tua,
memungkinkan orang tua untuk menciptakan perilaku orang tua yang tepat
3.
Dukung
pasien
mendaftarkan
dalam
mengajarkan
keahlian
untuk Kelas akan memberikan teladan & forum
kelas
yang praktek untuk mengembangkan keahlian orang
orang
tua tua yang efektif
tepat 4. Arahkan orang tua ke pelayanan Kelas akan memberikan teladan & forum kesehatan
yang
tepat
untuk praktek untuk mengembangkan keahlian orang
konsultasi dan intervensi seperlunya
Child Abuse
tua yang efektif.
Page 25
D. Evaluasi
1.
Anak tidak mengalami cedera
2.
Mekanisme koping keluarga menjadi efektif
3.
Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan tingkatan umurnya
4.
Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang
5.
Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif
Child Abuse
Page 26
BAB III KAJIAN KASUS 1.
Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 23-Oktober 2010 pukul 10.00 wita di ruang Drupadi BPK RSJ Propinsi Bali di Bangli. Pengumpilan data dilakul:an dengan cara anamnesa, observasi dan catatan medik klicn dan kunjungan rumaai sehingga didapat data : a. Pengumpulan Data 1) Identitas
:
Klien
Penanggung
Nama
:
AR
D.P
Umur
:
12 tahun
35 tahun
Jenis kelamin
:
Laki-laki
Laki-laki
Agama
:
Hindu
Hindu
Pendidikan
:
SD tidak tamat
SD
Pekerjaan
:
-
Wiraswasta
Status perkawinan:
Belum menikah
Menikah
Suku/Bangsa
Bali/Indonesia
Bali/Indonesia
Child Abuse
:
Page 27
Alamat
:
Br. Pasaban Kaler
Br. Pasaban Kaler
Ds. Pesaban, kec Ds. Pesaban, kec
No CM Hub. Dengan klien
Child Abuse
: :
Rendang
Rendang
Karangasem
Karangasem
108264 Paman
Page 28
2) Alasan Masuk a) Keluhan saat MRS Klien datang ke IRD BPK RSJ Propinsi Bali diantar oleh keluarga klien dikeluhkan suka mengurung diri di kamar, sering menangis, ketawa dan bicara sendiri. Klien juga mengamuk dengan membanting barang disekitarnya bila didekati oleh keluarganya. Karena tidak bisa diatasi maka keluarga langsung mengajak klien ke IRD BPK RSJ Propinsi Bali dan disarankan MRS. Dan mendapatkan terapi injeksi lodorner IM I ampul dan diazepam injeksi IV 1 ampul. b) Keluhan saat pengkajian klien lebih banyak diam, klien hanya mau menjawab pertanyaan yang diajukan dengan singkat. Klien selalu menundukkan kepala saat berbicara
dengan
perawat
kontak
mata
kurang
serta
jarang
berinteraksi dengan orang lain. 3)
Fantor Prcdisposisi dan Presipitasi Klien sebelumnya belum pernah mengalami sakit jiwa dan pertama kali dirawat
di
RSJ
Bangli.
Klien
mempunyai pengalaman yang
tidak
menyenangkan yaitu semenjak umur 8 tahun ditinggal orang tuanya menjadi TKW keluar negeri dan tidak pulang-pulang. Sehingga klien dan adikanya diasuh oleh neneknya. Ekonomi nenek klien sangat kekurang, oleh karena itu sejak kecil klien diajak jualan sayur keliling kampung, dan Child Abuse
Page 29
pasien merasa sangat malu akan hal itu. Klien hanya sekolah sampai kelas 4 SD karena tidak punya biaya, dari faktor keturunan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Sedangkan faktor presipitasinya yakni klien ditinggal menikah oleh orang yang dicintainya (± 3 minggu sebelum MRS). Sejak saat ini klien mulai murung, senang menyendiri dan bengongbengong. Klien juga pernah mengamuk karena kecewa dengan orang tuanya yang tega menelantarkan anak-anak mereka. . 4)
Pemeriksaan Fisik a) Tekanan darah
Tanda Vital : 120/80 mm Hg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 37o C
Pernafasan
: 24 x/menit
b)
Pengukuran
BB
: 42
c)
Keluhan fisik
Child Abuse
TB
: 157 cm :
Tidak ada
Page 30
1) Status Psikososial 1)
Genogram
1 2
Keterangan :
Laki-laki
: Perempuan : Meninggal 12
: Umur klien : Klien : Tinggal serumah Gambar 4 : Genogram klien AR dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri. Penjelasan :
Child Abuse
Page 31
Klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Klien berumur 12 tahun, klien tinggal serumah dengan ayah, ibu dan dua orang adiknya serta neneknya. Hubungan klien dengan keluarga kurang terjalin semenjak ditinggal ortunya TKW dan klien lebih dekat dengan neneknya.
b) Konsep Diri (1) Citra Tubuh Klien menganggap dirinya biasa saja dan menerima tubuhnya apa adanya tapi klien tidak suka dengan rambutnya yang kriting dan sudah pernah diluruskan tapi setelah itu kriting lagi. (2) Identitas Diri Klien
menyadari
dirinya
dan
merasa
kurang
puas
dengan
keadaannya tersebut. (3) Peran Diri
Sebelum dirawat, klien berperan sebagai seorang anak tertuadari tiga bersaudara dan setelah dirawat klien berperan sebagai pasien dan cukup kooperatif dalam proses pengobatan. (4) Ideal Diri
Child Abuse
Page 32
Harapan klien sebelum sakit adalah ingin seperti anak lain yakni diasuh oleh orang tua dan sekolah tinggi, karena klien ingin menjadi polisi t. (5) Harapan Diri Klien merasa rendah diri karena rambutnya kriting klien merasa malu dengan pendidikannya belum tamat SD.klien bisa baca tapi tidak lancar, sehingga klien merasa malu bergaul dengan temannya. c) Hubungan Sosial (1) Klien mengatakan di rumah hanya dekat dengan neneknya tapi di rumah sakit klien tidak mempunyai teman dekat. (2) Hubungan klien dengan perawat dan temannya kurang, klien hanya berbicara seperlunya apabila ditanya oleh perawat. 6) Status Mental a) Penampilan Klien berpenampilan tidak rapi, pakaian yang digunakan kotor dan acak - acakan, rambut klien tamapak tidak terawat. b) Pembicaraan Klien berbicara lambat, klien tidak mampu memulai pembicaraan selama proses wawancara klien berbicara hanya ditanya oleh perawat dan seperlunya. Child Abuse
Page 33
c) Aktivitas Motorik Klien tampak lesu dan tidak bergairah pada saat diwawancarai dan banyak menunduk. d) Alam Perasaan Saat wawancara klien tampak sedih, murung. e) Efek Dari hasil observasi efek yang ditunjukan adalah efek tumpul yaitu hanya mererspon saat ada stimulus yang kuat. f)
Interaksi Selama Wawancara Selama wawancara klien mau menjawab sebatas pertanyan yang diberikan, kontak mata antara klien dengan perawat kurang dan klien tampak lebih banyak menunduk.
g) Persepsi Klien mengatakan kadang mendengar suara-suara kurang jelas isinya dan siapa yang berbicara. Saat pengkaji klien mengatakan mendengar suara dan memiringkan telinga. h) Proses Pikir Pada saat wawancara pembicara klien lambat dan berbata-bata tapi bisa menjawab sesuai dengan pertanyaan perawat.
Child Abuse
Page 34
i)
Isi Pikir Saat pengkajian klien tidak mennjukan gangguan isi pikir seperti waham dan phobia.
Child Abuse
Page 35
j)
Tingkat Kesadaran Dari hasil observasi dan wawancara klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat dan orang.
k) Memori Klien tidak mengalami kesulitan untuk mengingat baik memori jangka pendek atau jangka panjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya. l)
Tingkat konsentrasi dan berhitung Selama wawancara klien agak sulit berkonsentrasi, saat ditanya 1 + 5 klien bisa menjawab dengan benar yaitu tetapi dalam waktu yang sangat lama.
m) Kemampuan penelitian Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mengambil pasta gigi dahulu atau menggosok gigi, klien menjawab mengambil pasta gigi dahulu baru menggosok gigi. n) Daya tilik diri Klien menyadari dirinya sakit dan perlu perawatan dan pengobatan. 7)
Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan dan Minum
Child Abuse
Page 36
Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari habis satu porsi tiap kali makan. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makannya, meskipun masih perlu bantuan keluarganya. b) BAB dan BAK Klien mampu menggunakan dan membersihkan WC, sehabis BAB dan BAK serta mampu membersihkan diri dan merapikan rambut. c) Mandi Klien memerlukan batuan dalam hal mandi klien mandi 1 x sehari d) Berpakaian Klien mampu mengambil dan memilih pakaian yang sesuai situasi dan kondisi. Klien menggunakan alas kaki dan menyisir rambut. Nilai kemampuan klien dalam berpakaian cukup. e) Istirahat dan tidur Klien biasa tidur siang malam mulai pukul 23.00 sampai 06.00 Wita. f) Penggunaan obat Klien mau minum obat yang diberikan oleh perawat sesuai dengan waktunya dan tidak mengalami efek sampin. g) Pemeliharaan kesehatan Sistem pendukung yang dimiliki adalah keluarga. Jika klien sembuh keluarga mengatakan akan tetap mengajak klien kontrol ke RSJ Prov. Bali di Bangli. Child Abuse
Page 37
h) Aktivitas dalam rumah Klien mampu melaksanakan aktivitas di dalam rumah seperti menyapu halaman rumah. i) Aktivitas di luar rumah Klien mengatakan belum siap jika sudah pulang untuk melakukan kegiatan diluar rumah seperti ke pasar atau kegiatan ada. 8)
Mekanisme koping
Klien menggunakan koping maladaptif yaitu represi dan isolasi dimana bila mempunyai masalah klien tidak pernah menceritakan masalah kepada siapapun dengan mencoba mengesampingan/melupakan permasalahannya. Namun
dengan
cara-cara
tersebut
tidak
akan
menyelesaikan
permasalahannya 9)
Masalah psikososial dan lingkungan
Klien tinggal bersama ayah, ibu dan adik serta neneknya, setelah ditinggal orang tuanya TKW lebih dekat dengan neneknya. 10)
Pengetahuan
Klien tahu bahwa dirinya sakit dan sedang mendapatkan perawatan dan pengobatan. Tapi klien tidak tahu sistem pendukung dan koping mekanisme yang diperlukan untuk mengatasi masalahnya. 11) Diagnosa
Child Abuse
Aspek medis : Skizofrenia Hebefrenik
Page 38
Therapi Medis
: Chlorpromazine Trihezyphenidryl Stelazine
2 x 50 mg 1 x 1 mg 2 x 2.5 mg
b. Analisa Data Data yang sudah didapat dari pengkajian selanjutnya dianalisis dengan cara mengelompokkannya menjadi data objektif dan data subjektif.
Child Abuse
Page 39
TABEL I ANALISA DATA KEPERAWATAN PASIEN AR DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG DRUPADI BPK RSJ PROPINSI BALI TANGGAL 10 JUNI 2008 N o
Data Subyektif
Data Obyektif
Kesimpulan
1
2
3
4
1
-
-
Klien mengatakan lebih senang menyendiri dari pada berinteraksi dengan orang lain. Klien tidak mengatakan tidak mempunyai teman dekat di RS
-
-
-
2
-
Klien mengatakan kadang-kadang mendengarkan suarasuara yang tidak jelas
-
3
-
Klien mengatakan malu/minder dengan rambutnya yang kriting Klien mengatakan malu dengan pendidikannya hanya tamat SD Klien mengatakan sering mengalami kegagalan dalam pekerjaan Klien merasa sedih dan rendah diri karena ditinggal kawin oleh orang yang dicintainya.
-
-
-
-
Child Abuse
-
Klien jarang berinteraksi dengan pasien lain atau dengan petugas Kontak verbal pasif/tidak bisa memulai pembicaraan Kontak mata kurang/lebih sering mununduk efek tumpul, klien tampak putus asa Kadang-kadang klien tampak memiringkan telinga ke arah tertentu seolah-olah sedang mendengarkan sesuatu Kontak mata kurang/sering menunduk Klien sering membesarkan hal negatif pada dirinya
Kerusakan interaksi sosial menarik diri
Perubahan persepsi sensori halusinasi dengar Harga rendah
diri
Page 40
4
-
Klien mengatakan bila ada masalah/stres lebih senang memendamnya dengan mencoba melupakan seolah tidak masalah
Child Abuse
-
Klien sering Koping menggunakan individu koping maladaptif efektif tanpa mencoba untuk menyelesaikannya
tak
Page 41
c. Rumusan Masalah 1) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri 2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar 3) Harga diri rendah 4) Koping individu tak efektif. d. Pohon Masalah Dari rumusan masalah tersebut maka dibuatlah pohon masalah sebagai berikut:
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
Efek
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar
CP
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah kronis
Caus e
Koping Individu Takefektif
Gambar 4 : Pohon masalah pada klien AR dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri e. Diagnosa Keperawatan 1)
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah ditandai dengan klien mengatakan tidak mempunyai teman dekat di RS, klien mengatakan lebih senang menyendiri daripada Child Abuse
Page 42
berinteraksi dengan orang lain, klien jarang berinteraksi dengan pasien lain atau petugas, kontak verbal pasif/tidak bisa memulai pembicaraan, kontak mata kurang/lebih sering menunduk atek tumpul, klien tampak putus asa. 2)
Perubahan Persepsi Sensori : halusinasi dengan berhubungan
dengan
menarik
diri
ditandai
dengan
klien
mengatakan
kadang
mendengar suara-suara yang tidak jelas, kadang memiringkan telinga ke arah tertentu. 3)
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu takefektif
ditandai dengan klien mengatakan malu/minder dengan rambutnya yang kriting, klien mengatakan malu dengan pendidikannya hanya tamat SD, klien mengatakan sering mengalami kegagalan dalam pekerjaan, klien merasa sedih dan rendah diri karena ditinggal kawin oleh orang yang dicintainya, klien malu dengan keadaannya sekarang, kontak mata kurang/sering menunduk, klien sering membesarkan hal negatif pada dirinya kontak mata kurang saat wawancara.
2.
Perencanaan a. Prioritas Diagnosa Keperawatan Dari diagnosa keperawatan di atas diprioritaskan berdasarkan keluhan yang paling dirasakan saat ini dan bila tidak diatasi akan mempengaruhi status fungsional klien (Carpenito, 2000;xxxviii). Maka
Child Abuse
Page 43
prioritas perencanaan asuhan keperawatan pada klien AR dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri adalah sebagai berikut: 1) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri. 3)
Child Abuse
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu takefektif.
Page 44