KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah atau paper yang berjudul “Identifikasi Faktor Pembentuk Kota Probolinggo‟ dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Morfologi Kota yang mempelajari tentang bentuk kota dan faktor pembentuk kota. Pada dokumen ini penyusun berusaha untuk mengidentifikasi bentuk Kota Probolinggo dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ucapan terimakasih penyusun tujukan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi aktif dalam penyelesaian makalah ini dari awal hingga selesai. Ucapan terimakasih yang sangat besar kami tujukan kepada dosen pembimbing Bapak Prananda Navitas S.T., M.Sc. yang telah meluangkan waktu beliau guna membimbing kami dalam menyusun makalah ini serta kepada dosen-dosen Morfologi Kota. Kesempurnaan hanyalah milik sang Maha Kuasa Allah SWT, maka dari itu sangat kami butuhkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini agar lebih baik dan bermanfaat kedepannya serta dapat dijadikan suatu referensi dalam proses identifikasi bentuk kota. Juni 2014, Surabaya Penyusun
i|Morfologi Kota
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................
I
Daftar Isi ....................................................................................................................
ii
Daftar Gambar Dan Tabel ..........................................................................................
iii
Bab I Pendahuluan .....................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................
1
1.3 Tujuan Dan Sasaran ........................................................................................
2
1.4 Sistematika Pembahasan .................................................................................
2
Bab II Pembahasan ....................................................................................................
3
2.1 Gambaran Umum Wilayah .............................................................................
3
2.2 Sejarah Singkat Kota Probolinggo ..................................................................
3
2.3 Periode Perkembangan Kota Probolinggo ......................................................
5
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bentuk Kota ...........................................
11
2.5 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Bentuk Kota .......................................
14
Bab III Kesimpulan ....................................................................................................
14
Daftar Pustaka ............................................................................................................
16
ii | M o r f o l o g i K o t a
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1 Kota Probolinggo Sebelum Tahun 1743 ...................................................
5
Gambar 2 Kota Probolinggo Pada Tahun 1743-1850an ............................................
7
Gambar 3 Kota Probolinggo Pada Tahun 1850an-1880an ........................................
8
Gambar 4 Kota Probolinggo Pada Tahun 1880an-1940an ........................................
9
Gambar 5 Kota Probolinggo Pada Tahun 1940an-sekarang ......................................
10
Gambar 6 Wilayah Probolinggo Berdasarkan Faktor Religius..................................
13
iii | M o r f o l o g i K o t a
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota terbentuk dari proses timbal balik antara kondisi fisik alamiah,
pertumbuhan masyarakatnya, aktivitas, proses interaksi sosial, faktor ekonomi dan lain sebagainya. Kota akan selalu berkembang sesuai perkembangan kehidupan sosial budaya, ekonomi dan politik yang melatar
belakanginya. Perencanaan dan
perancangan kota sebagai pengendali perkembangan kota sebagai proses formal, membawa implikasi pola morfologi kota. Dalam perjalanan sejarahnya, segala bentuk perubahan sosial budaya masyarakat secara tidak langsung akan membentuk suatu pola
morfologi. Morfologi kota
merupakan
kesatuan
organik
elemen-elemen
pembentuk kota yang didalamnya mencakup aspek detail (bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan prasarana kota), aspek tata bentuk kota/ “townscape” dan aspek peraturan (totalitas rencana dan rancangan kota yang memperlihatkan dinamika kawasan kota). Kota Probolinggo memiliki periodisasi tahap-tahap perkembangan kota seperti kota lainnya di Indonesia. Pada perkembangan prakolonial dapat dikatakan Kota Probolinggo kurang dikenal. Pada perkembangannya Kota Probolinggo merupakan kota yang dipengaruhi Belanda pada masa penjajahan. Berada pada daerah pesisir, kota ini memiliki fungsi sebagai pos dagang dan juga benteng oleh Belanda. Pada perkembangan kolonial inilah Kota Probolinggo memiliki bentuk yang cenderung permanen. Oleh karena itu, perlu identifikasi mengapa hal tersebut bisa terjadi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan menjadi
orientasi pembahasan dalam tulisan ini antara lain : a. Bagaimana sejarah Kota Probolinggo ? b. Bagaimana proses perkembangan Kota Probolinggo ? c. Bagaimana ciri fisik dan non fisik dari Kota Probolinggo ? d. Aspek apa saja yang mempengaruhi bentuk Kota Probolinggo ? 1.3 Tujuan dan sasaran Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui perkembangan
morfologi Kota Probolinggo. Sasarannya adalah sebagai berikut : 1|Morfologi Kota
a. Mengetahui bagaimana sejarah Kota Probolinggo b. Mengetahui periodisasi perkembangan morfologi Kota Probolinggo c. Mengetahui ciri dan karakteristik fisik maupun non fisik dari Kota Probolinggo d. Mengetahui
aspek
atau
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
bentuk
Kota
Probolinggo. 1.4 Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam makalah ini antara lain :
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penulisan, serta sistematika pembahasan perkembangan morfologi Kota Probolinggo. BAB II PEMBAHASAN Pada bab ini berisi eksplorasi mengenai sejarah kota, bentuk fisik kota dah faktorfaktor yang mempengaruhi bentuk fisik Kota Probolinggo BAB III KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan mengenai perkembangan morfologi Kota Probolinggo.
2|Morfologi Kota
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Umum Wilayah
Kota Probolinggo, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Terletak sekitar 100 km sebelah tenggara Kota Surabaya. Letak Kota Probolinggo berada pada 7° 43′ 41" sampai dengan 7° 49′ 04" Lintang Selatan dan 113° 10′ sampai dengan 113° 15′ Bujur Timur dengan luas wilayah 56,667 Km². Disamping itu Kota Probolinggo merupakan daerah transit yang menghubungkan kota-kota (sebelah timur Kota) : Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota-kota (sebelah barat Kota) : Pasuruan, Malang, Surabaya. Adapun batas-batas wilayah administrasi kota Probolinggo sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Selat Madura 2. Sebelah Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo 3. Sebelah Selatan : Kecamatan Leces, Wonomerto, Sumberasih Kab. Probolinggo 4. Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Luas wilayah Kota Probolinggo tercatat sebesar 56.667 Km². Secara administrasi pemerintahan Kota Probolinggo terbagi dalam 5 (lima) Kecamatan dan 29 Kelurahan yang terdiri dari Kecamatan Mayangan terdapat 5 Kelurahan, Kecamatan Kademangan terdapat 6 Kelurahan, Kecamatan Wonoasih terdapat 6 Kelurahan, Kecamatan Kedopok terdapat 6 Kelurahan, dan Kecamatan Kanigaran terdapat 6 Kelurahan. 2.2 Sejarah Singkat Kota Probolinggo Asal Mula Nama Probolinggo Cerita ini bermula dari era keemasan kerajaan Majapahit yaitu masa pemerintahan Raja
Hayam Wuruk (1350-1389). Saat itu, ada sebuah daerah yang bernama “Banger”. Kata Banger sendiri dalam bahasa jawa berarti bau. Nama “Banger” juga disebutkan di buku Negarakertagama karya Mpu Prapanca. Pada awalnya, Banger merupakan pedukuhan kecil yang terletak di muara kali Banger dan akhirnya berkembang menjadi Pakuwon, di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit Tatkala Bhre Wirabumi atau yang biasa kita sebut dengan nama “Minakjinggo” berkuasa. Daerah Banger sering menjadi arena pertempuran antara Kerajaan Blambangan yang dipimpin 3|Morfologi Kota
oleh Bhre Wirabumi dengan Prabu Wikramawardhana dari Kerajaan Majapahit. Perang ini dikenal sebagai “Perang Paregreg” Masa Pemerintahan VOC Pakuwon Banger kembali mencatatkan namanya dalam sejarah saat VOC berhasil
mengalahkan Mataram. Berdasarkan perjanjian yang dibuat anatara VOC dan Matar am. Perjanjian ini hanyalah perjanjian yang berat sebelah dan dipaksakan oleh VOC karena mereka memenangkan pertempuran. Pakuwon Banger termasuk daerah yang harus diserahkan kepada VOC. Hal tersebut terjadi pada tahun 1743. Kiyai Djojolelono diangkat sebagai bupati pertama saat pemerintahan VOC. Bupati Banger mendapatkan gelar “Tumenggung”. Lokasi kabupatennya sendiri terletak di Desa Kebonsari Kulon. Kiyai Djojolelono merupakan putera dari Kiyai Boen Djolodrijo seorang Patih Pasuruan. Kiyai Djojolelono pun dipengaruhi oleh VOC, diadu domba untuk menangkap Panembahan Semeru dalam keadaan hidup atau mati. Akhirnya Kiyai Djojolelono. Akhirnya Kiyai Djojolelono berhasil membunuh Panembahan Semeru. Namun, setelah melakukan hal tersebut, Kiyai Djojolelono justru menjadi seseorang yang menentang VOC. Tidak ingin dipengaruhi oleh VOC lagi, Kiyai Djojolelono kemudian meninggalkan istana. Politik Adu Domba VOC VOC kemudian menunjuk Raden Tumenggung Djojonegoro, sebagai Bupati kedua. Masa Tenang Pada masa jabatan Raden Tumenggung Djojonegoro daerah Banger semakin makmur.
Pada masa pemerintahan beliau juga mendirikan Masjid Jami. Karena disenangi beliau mendapatkan sebuah julukan “Kanjeng Djimat”.
2.3 Periode perkembangan Kota Probolinggo Pembahasan proses perkembangan kota Probolinggo akan di lakukan berdasarkan periodisasi perkembangan mulai dari awal terbentuknya pusat kota hingga berkembang sampai sekarang. Dalam mengeksplorasi proses perkembangan, parameter-parameter maupun aspek yang di perhatikan perkembangannya antara lain dari aspek fisik maupun non fisik, baik berupa bangunan, jalan, maupun budaya dan karakteristik penduduknya.
4|Morfologi Kota
Berikut ini adalah pembahasan lebih lanjut terkait dengan periodisasi perkembangan Kota Probolinggo. 1. Tahap I (sebelum tahun 1743)
a. Ciri fisik Pada umumnya tipologi kota di pesisir Pulau Jawa adalah sebuah pos dagang yang juga difungsikan sebagai benteng oleh Belanda. Di sebelah selatan benteng terdapat inti kota yang terdiri dari alun-alun, rumah Bupati, masjid dan penjara. Dan inti kota tersebut dikelilingi oleh permukiman yang bukan saja dari penduduk pribumi tetapi juga imigran dari Madura (sebelah barat benteng) dan penduduk Tiongkok (sebelah timur alun-alun).
Gambar 1 Kota Probolinggo sebelum tahun 1743 (Sumber: Jur nal B entuk dan Struk tur Kota Probolinggo Tipologi Sebuah Kota Admin istratif B elanda, 1997 )
b. Ciri non fisik Ciri non fisik yang terlihat adalah aspek sosial budaya dan agama yang mulai terlihat dengan adanya keberadaan Masjid, dan alun-alun yang mempengaruhi kehidupan sosial dan religius masyarakat Probolinggo. Selain itu kondisi sosial budaya juga dipengaruhi dengan keberadaan imigran dari Madura dan Tiongkok.
5|Morfologi Kota
Pada tahap ini pembentukan kota masih dipengaruhi ole h masyarakat pribumi, imigran dari Madura dan Tiongkok. Inti Kota Probolinggo masih berupa alun-alun, rumah Bupati, masjid dan penjara.
2. Tahap II (1743 – 1850)
a. Ciri fisik Pada tahun 1743 Kota Probolinggo sudah dikuasai Belanda secara penuh. Sekitar tahun 1830-an terlihat sumbu utama kota, yaitu terdapatnya jalan yang menghubungkan alunalun – rumah karesidenan yang terletak di Jalan Raya Pos (jalan yang menghubungkan Anyer-Panarukan). Kemudian poros jalan utama tersebut berkembang sehingga terdapat dua jalan yang saling berhubungan mengapit jalan utama. Kawasan pecinan masih merupakan daerah hunian yang tidak teratur.
Gambar 2 Kota Probolinggo pada tahun 1743 - 1850 (Sumber: Jur nal B entuk dan Struk tur Kota Probolinggo Tipologi Sebuah Kota Admini stratif Belanda, 1997 )
b. Ciri non fisik Keberadaan orang-orang Tiongkok dan Madura mempengaruhi kondisi sosial ekonomi kota, karena orang-orang Tiongkok ini memainkan peran utama dalam pasar domestik dan juga membangun hubungan mutualistik dengan pedagang eropa. 6|Morfologi Kota
Pada tahap ini Belanda mulai mempengaruhi pembentukan dari Kota Probolinggo. Kondisi sosial ekonomi kota dipengaruhi oleh imigran dari Madura dan Tiongkok. 3. Tahap III (1850 – 1880-an)
a. Ciri fisik Antara tahun 1850-1880 merupakan proses pembentukan kota yang permanen. Ditandai dengan pusat kota yang diperluas secara simetris dengan kawasan Barat danTimur. Di sebelah Selatan dari jalan raya pos (Grotepostweg ), dimana terletak rumah Residen, dimasukkan dalam blok kota dengan cara membangun jalan lurus dibelakang rumah tersebut, kemudian pada kedua ujungnya dibuat melengkung kearah jalan raya pos, dan menyatu dengan jalan-jalan yang paling tepi yang mengelilingi blok kota Dengan demikian terbentuklah sudah sebuah morpologi kota yang kompak dan simetri, dengan Jl., Suroyo (dulu Heerenstraat ) sebagai sumbunya. Bentuk segi empat tersebut berukuran 1.2 Km x 1.3 Km, dengan luas kurang lebih 160 HA.
Gambar 3 Kota Probolinggo pada tahun 1850-1880-an (Sumber: Jur nal B entuk dan Struk tur Kota Probolinggo Tipologi Sebuah Kota Admin istratif B elanda, 1997 )
b. Ciri non fisik Di sebelah kali Banger adalah kawasan perdagangan bagi orang Tiongkok, sedangkan disebelah Timur dari Kali tersebut adalah kawasan tempat tinggal orang Tiongkok, dengan
7|Morfologi Kota
kelenteng yang terletak diujung sebelah Utara daerah tersebut. Hal ini menyatakan bahwa terdapat perkembangan kaum Tionghoa pada saat itu. Pada tahap ini bentuk kota sudah mulai permanen yaitu kompak dan simetri. Perkembangan kaum Tionghoa pun sudah berkembang ditandai dengan kawasan perdagangan bagi orang tiongkok di sebelah Kali Banger.
4. Tahap IV (1880-an – 1940-an)
a. Ciri fisik Pada tahap ini perkembangan kota bisa dikatakan tidak terlalu pesat hanya dibuat daerah hunian bagi penduduk setempat di sebelah timur kota. Hingga pada awal tahun 1900 dibangunlah sebuah rel kereta api yang melewati Probolinggo sehingga dibangun sebuah stasiun di utara alun-alun, untuk mempermudah pengangkutan hasil bumi dari pelabuhan untuk didistribusikan ke Surabaya.
Gambar 4 Kota Probolinggo padatahun 1880-an – 1940-an (Sumber: Jur nal B entuk dan Struk tur Kota Probolinggo Tipologi Sebuah Kota Admin istratif B elanda, 1997 )
b. Ciri non fisik Aspek ekonomi Kota Probolinggo mulai berkembang pesat. Hasil bumi gula tebu, dan padi mulai banyak disadari dan mulai didistribusikan keluar kota seperti Surabaya. Hal ini
8|Morfologi Kota
didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur kota seperti jalur kereta api yang menghubungkan banyak kota. Pada tahap ini pembangunan tidak terlalu signifikan, pembangunan hanya berupa permukiman dan pembangunan rel kereta. Lain halnya dengan aspek ekonomi yang berkembang cukup pesat karena hasil pertanian sudah didistribusikan keluar kota. 5. Tahap V (1940-an – Sekarang)
a. Ciri fisik Pada tahap ini perkembangan dan pembangunan kota sudah disesuaikan dengan RTRW dan RZWP dari kota Probolinggo. Pembangunan kota pun sudah mulai memperhatikan kondisi struktur ruang yang seimbang guna mendorong pertumbuhan sekaligus mengurangi kesenjangan wilayah serta terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Gambar 5 Kota Probolinggo pada tahun 1940 - sekarang (Sumber: pu .go.id )
b. Ciri non fisik Kota Probolinggo mulai membuka diri dan menerima masuknya investor – investor lokal maupun asing. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi dari wilayah Probolinggo serta membantu memberikan manfaat bagi pengurangan kemiskinan dan
9|Morfologi Kota
pengangguran, serta Meningkatkan perekonomian daerah berbasis perikanan yang memiliki daya saing. Pada
tahap
ini
Pemerintah
Kota
Probolinggo
mencoba
untuk
memaksimalkan
perekonomian dengan memperhatikan kondisi struktur ruang yang seimbang. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup mas yarakat Kota Probolinggo. 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota Pada dasarnya morfologi kota di Probolinggo berupa segi empat kompak. Kota dengan
berbentuk seperti ini menunjukkan adanya perluasan kota ke segala arah dan kendala fisik yang bisa dikatakan seimbang dan tidak begitu berarti. Bentuk kota ini cenderung jalur transportasinya hanya pada sisi-sisi yang memungkinkan untuk terjadinya percepatan pertumbuhan area kota. Di Kota Probolinggo tata letak kotanya tampak teratur dan simetri dengan patokan sumbu utama Utara-Selatan yang sangat jelas. Pada ujung-ujung sumbu utama tersebut terdapat elemen kota kolonial Jawa yang penting sebagai pusat kontrol kekuasaan administratif yaitu: kantor Asisten Residen (di ujung bagian Selatan) sebagai pusat administratif kekuasaan kolonial yang tertinggi di Kota Probolinggo dan alun-alun (di ujung bagian utara), sebagai simbol pusat pemerintahan Pribumi. Di sebelah Utara dari alun-alun terdapat sebuah stasiun kereta api . Di belakang stasiun terdapat sebuah tangsi militer yang oleh orang-orang setempat disebut benteng. Dibelakang benteng tersebut terletak pelabuhan. Pada bagian Timur dan Barat dari sumbu utama (Jalan Suroyo, dulu bernama Heerenstraat ) tersebut terdapat jalan besar yang sejajar dan jalan melintang yang memotong tegak lurus sumbu utama sehingga membentuk suatu pola grid yang nyaris simetri. Pada dasarnya sebuah kota memliki faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota. Di bawah ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota terhadap Kota Probolinggo:
Topografi
Di Wilayah Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 sampai kurang dari 50 meter dia atas permukaan air laut. Apabila ketinggian tersebut dikelompokkan atas ketinggian 0 -10 meter, ketinggian 10 -25 meter, ketinggian 25 -50 meter. Semakin ke wilayah selatan, ketinggian dari permukaan laut semakin besar. Dengan ketinggian yang landai pengaruh dari topografi terhadap bentuk kota tidak begitu berpengaruh. 10 | M o r f o l o g i K o t a
Hanya saja akan muncul masalah lain seperti genangan-genangan air di Kota Probolinggo.
Militer
Di Kota Probolinggo terdapat tangsi militer yang biasa disebut oleh warga setempat yaitu benteng. Benteng ini terletak di pelabuhan. Pada kondisi ini Kota Probolinggo memiliki orientasi pelabuhan pada jaman dahulunya. Segala bentuk kemiliteran berpusat di bagian utara Kota Probolinggo sebagai kontrol dari perdagangan di Pelabuhan.
Sosio-Kultur
Di Wilayah Kota Probolinggo terdapat jalan yang menjadi sumbu utama kota (Jalan Suroyo). Selain menjadi sumbu utama kota, jalan ini berfungsi sebagai ruang luar kota dan sebagai ruang publik kota. Bila terjadi prosesi arak-arakan, maka publik bisa berkumpul di alun-alun dan diakhiri di halaman depan kantor Asisten Residen, sebagai simbol penguasa kota kolonial. Pada penataannya mencerminkan jaman renaissance di Kota-kota Eropa yang cenderung ditata secara simetri. Sampai th. 1905 penduduk kota Probolinggo berjumlah sekitar 15.000 orang, yang terdiri dari 600 orang Eropa (Belanda), 1200 orang Tiongkok, 350 orang Arab, sedangkan sisanya adalah penduduk Pribumi dan sejumlah kecil orang Madura. Meskipun penduduk orang Belanda hanya sejumlah 600 orang pada th. 1905, tetapi sebagai penguasa, orang Belanda ini ditempatkan pada bagian utama kota.
Religius
Pada umumnya faktor religius cukup berpengaruh pada pembentukkan Kota Probolinggo. Hal ini ditunjukkan dalam penempatan dari kaum Eropa, Tiongkok, Arab, dan Pribumi di kota. Kaum Eropa dianggap terpandang pada jaman dahulunya sementara kaum lainnya lebih terpinggirkan terutama kaum pribumi yang harus melewati kampung pecinan untuk menempuh pusat kota.
11 | M o r f o l o g i K o t a
Kelenteng Probolinggo. Letaknya tepat di ujung Sebelah Utara dari daerah Pecinan (Chineese Kamp). Melihat letaknya yang strategis ini, maka bisa diduga bahwa memang perletakan tersebut sudah dirancang sejak semula. Bagi masyarakat Cina kelenteng tidak saja sebagai empat ibadah, tapi juga sebagai pusat komunitas.
Pemandangan perumahan daerah Arabische Kamp. Terlhat bahwa pagarnya cukup tinggi, sehingga kegiatan di dalam tidak terlihat dari luar sama sekali.
Pemandangan permukiman daerah orang Eropa. Di sini terlihat suasananya lebih terbuka. Pagarnya pendek-pendek.
Gambar 6 Wilayah Probolinggo berdasarkan Faktor Religius (Sumber: Jur nal Bentuk dan Struktur Kota Proboli nggo Tipologi ) Sebuah K ota Admini stratif Belanda, 1997
Politik
Pada perkembangannya Kota Probolinggo memiliki campur tangan pemerintahan oleh orang-orang Belanda. Pada tahun 1743-1850 Kota Probolinggo dikuasai oleh Belanda. Pada masa inilah terlihat adanya sumbu utama kota, yang menghubungkan pelabuhan – benteng – alun-alun terus sampai rumah Residen, yang terletak di jalan Raya Pos (Grotepostweg ). Di depan rumah Residen tersebut terdapat kandang kuda yang digunakan untuk kereta pos. Pada pembentukkan kotanya, Probolinggo memiliki kesan seperti jaman Rennaisance, dan tidak dapat dipungkiri hal ini dikarenakan 12 | M o r f o l o g i K o t a
campur tangan orang-orang belanda. Pada penempatan wilayah orang-orang Eropa , Arab, Tiongkok, dan Pribumi terjadi pengelompokkan yang tidak adil. Orang pribumi terpinggirkan oleh orang-orang belanda 2.5 Faktor Dominan yang mempengaruhi bentuk kota
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor politik memiliki pengaruh yang paling dominan di antara faktor-faktor lainnya. Hal ini dikarenakan faktor sejarah dari Kota Probolinggo yang pernah dikuasai oleh Belanda. Pada ujung-ujung sumbu utama tersebut terdapat elemen kota kolonial Jawa yang penting sebagai pusat kontrol kekuasaan administratif yaitu: kantor Asisten Residen (di ujung bagian Selatan) sebagai pusat administratif kekuasaan kolonial yang tertinggi di Kota Probolinggo dan alun-alun (di ujung bagian utara), sebagai simbol pusat pemerintahan Pribumi. Di sebelah Utara dari alun-alun terdapat sebuah stasiun kereta api . Di belakang stasiun terdapat sebuah tangsi militer yang oleh orang-orang setempat disebut benteng. Dibelakang benteng tersebut terletak pelabuhan. Pada bagian Timur dan Barat dari sumbu utama tersebut terdapat jalan besar yang sejajar dan jalan melintang yang memotong tegak lurus sumbu utama sehingga membentuk suatu pola grid yang nyaris simetri. Dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Belanda pada waktu itu mempengaruhi faktor lainnya seperti militer dan sosio-kultur. Sampai akhir tahun 1960-an meskipun perkembangan penduduknya bertambah beberapa kali lipat, tapi kerangka dasar dari tata letak kota Probolinggo masih tetap belum berubah.
BAB III KESIMPULAN
Kota Probolinggo memiliki pola segi empat kompak dengan memiliki tata letak kotanya tampak teratur dan patokan sumbu utama yang jelas. Pada Ujung Selatan dikhususkan sebagai pusat kontrol kekuasaan administratif dan di ujung utara sebagai simbol pusat pemerintahan pribumi. Pada bagian Timur dan Barat dari sumbu tersebut terdapat jalan besar yang sejajar dan jalan melintang yang memotong tegak lurus sumbu utama sehingga membentuk suatu pola grid yang nyaris simetri. Pada perkembangannya Kota Probolinggo didominasi oleh campur tangan Belanda. Sedangkan pada masa pra-kolonial tidak memiliki data dan fakta yang jelas mengenai Kota Probolinggo. Hal ini dikarenakan sejarahnya yang kurang mencolok dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Jawa. 13 | M o r f o l o g i K o t a
DAFTAR PUSTAKA
________.http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Probolinggo (diakses pada Mei 2014) ________.Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun 2009-2028 _________.http://dkp.probolinggokota.go.id/profil/tujuan-dan-sasaran/ (diakses pada Juni 2014) Handinoto.1997.Bentuk dan Struktur Kota Probolinggo Tipologi Sebuah Kota Administratif Belanda.Surabaya:Universitas Kristen Petra
14 | M o r f o l o g i K o t a