BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pharmaceutical care adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis dalam menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat (quality of life). Unsur-unsurnya berkaitan dengan medikasi (medication related/ drug relatet problem/ DRP). DRP merupakan masalah yang terkait dengan pengobatan pasien. Antara lain ada 8 masalah yang umumnya muncul yakni, indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, dosis kurang, dosis lebih, pemilihan obat yang kurang tepat, reaksi yang tidak dikehendaki, gagal mendapatkan obat, interaksi obat. Dalam mengatasi masalah-masalah tersebut seorang farmasis harus mengetahui dan memahami metode-metode pemecahan masalah farmasi klinik seperti Metode SOAP yang akan dibahas jelas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana seorang farmasis menjamin terapi optimal terhadap pasien sehingga pasien tersebut membaik dan kualitas hidupnya meningkat?
1.2.2 Bagaimana cara mengatasi masalah yang terkait dengan pengobatan pasien dengan metode SOAP?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1 Agar farmasis/ pembaca dapat mengetahui cara menjamin terapi optimal terhadap pasien sehingga pasien membaik
1.3.2 Agar farmasis/ pembaca dapat mengetahui cara mengatasi masalah terkait pengobatan dengabn Metode SOAP
BAB II
ISI
2.1 Teori
2.1.1 Metode SOAP
Subjectif dari metode SOAP adalah data-data yang dirasakan oleh pasien yang bersifat subjektif misalnya sakit kepala, sesak nafas dan lain-lain. Data tentang apa yang dirasakan pasien atau apa yang dapat diamati tentang pasien merupakan gambaran apa adanya mengenai pasien yang dapat diperoleh dengan cara mengamati, berbicara, dan berespon dengan pasien.
Objectif adalah data-data yang bersifat subjectif dan bisa dibuktikan atau diukur dengan angka dan data tertentu misalnya hasil pemeriksaan lab SGPT, SGOT, tekanan darah, gula darah, respitory rate dan lain sebagainya. Atau dapat juga dikatakan riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan medik dan hasil berbagai uji dan evaluasi klinik misalnya, tanda-tanda vital, hasil test lab, hasil uji fisik, hasil radiografi, CT scan, ECG, dan lain-lain.
Farmasis harus dapat menginterpretasikan data subyektif dan obyektif untuk setiap problem untuk mengembangkan rekomendasi terapi, mengikuti atau memonitor respon terhadap suatu terapi, dan mendokumentasikan adanya adverse drug reaction. Maka Assesment adalah penilaian dari 8 DRP diatas apakah dosisnya tersebut kurang atau lebih dan ada tidak indikasi yang belum diobati misalnya pasien merasa pusing tapi tanpa ada obat pusing atau tekanan darahnya tinggi tapi belum ada obat yang untuk menurunkan tekanan darahnya dan lain sebagainya ada juga obat tanpa indikasi misalnya pasien mendapatkan paracetamol tanpa ada indikasi penggunaan paracetamol yang tepat selain itu juga perlu diperhatikan penggunaan obat yang kurang tepat misalnya pasien arthirits reumathoid mendapatkan aspirin dengan dosis 500mg, tapi pasien mempunyai ulkus peptik nah disinilah perlu penilaian apakah aspirin tersebut cocok untuk pasien tersebut dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Selain itu reaksi obat yang tidak dikehendaki apakah pasien mempunyai suatu alergi tertentu atau adakah potensi reaksi obat yang tidak dikehendaki yang potensial muncul pada pasien atau reaksi obat yang aktual yang sudah muncul. Selain itu juga interaksi obat perlu mendapatkan perhatian pada pasien, dengan obat akan memungkinkan menimbulkan masalah misalnya saja pada pasien dengan antihipertensi dan NSAID itu akan memunculkan interaksi dan masih banyak lainnya. Selain itu apakah pasien gagal mendapatkan obat itu perlu diperhatikan misalnya pada pasien miskin perlu diperhatikan bagaimana cara pasien supaya tetap mendapatkan obat jika pasien menderita penyakit-penyakit yang mutlak membutuhkan obat dan tidak putus obat seperti pada kasus pasien TB paru.
Plan adalah tindak lanjut dari assesment atau penilaian yang sudah kita lakukan misalnya ada masalah di pasien gagal mendapatkan obat, dosis berlebih, interaksi obat serta indikasi tanpa obat. Hal-hal yang akan dilakukan terhadap pasien, meliputi treatment yang diberikan, termasuk obat yang harus dihindari, parameter pemantauan (terapi dan toksisitas) dan endpoint therapy informasi pada pasien.
Kita dapat membuat rencana terkait hal tersebut misalnya jika gagal mendapatkan obat kira-kira faktor apa yang menyebabkan hal ini terjadi, apakah obatnya terlalu mahal atau seperti apa misalnya. Jika obat terlalu mahal kita bisa menyarankan mengganti dengan generik ataupun membeli setengahnya dahulu, jika dosisnya berlebih kita bisa mengatur supaya dosis diturunkan serta jika ada interaksi bisa diatur misalnya jadwal penggunaan obat atau memanajemen efek yang mungkin timbul. Selain itu juga bisa melakukan monitoring terkait terapi yang berjalan misalnya monitoring efektifitas apakah obat-obat tersebut sudah efektif dalam mengendalikan asam uratnya ataupun interaksi obat ada tidak yang menimbulkan makna klinis dan berbahaya serta ada tidaknya efek samping atau ADR yang muncul. ADR ini yang perlu diperhatikan adalah ADR yang bersifat aktual dan potensial terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Karena satu obat bisa memiliki ratusan efek samping maka yang perlu diperhatikan adalah efek samping yang sering terjadi misalnya adalah efek samping sedasi atau ngantuk pada penggunaan chlorpheneramin maleat dan efek samping yang membahayakan misalnya terjadinya stephen johnson syndrome. Serta memonitor faktor resiko yang dimiliki oleh pasien misalnya konsumsi gula pada pasien diabetes.
Contoh Kasus
Ny. Sri Muliaty pasien rawat inap sebuah rumah sakit swasta. Pasien yang berumur 75 tahun ini memiliki keluhan utama anoreksia, mual, muntah, lemah, dan sakit kepala. Beberapa hari yang lalu, pasien mengeluh mual, muntah, tidak mau makan, lemah dan sakit kepala. Sebelumnya riwayat penyakit pasien dahulu adalah gagal jantung kongestif yang sudah 2 tahun dan gagal ginjal kronis. Sedangkan riwayat keluarga/social pasien tinggal bersama anak bungsunya, suami sudah meninggal. Riwayat pengobatan pasien digoksin 250 g sekali sehari dan furosemid 80 mg 2 kali sehari.
Pemeriksaan fisik dari pasien sebagai berikut:
Umum : perkembangan fisik baik, cukup gizi
Tanda vital: BP 140/100; HR 80, RR 20, T 37oC, BB 50 kg, TB 155
HEENT (Head, eyes, ear, nose, throat) : normal
Pembuluh darah: normal
Dada : auskultasi dan perkusi jernih
Abdomen: lunak, tidak ada massa atau organ yang membesar
Genitourinaria: normal
Rektal : normal
Anggota badan: normal
Syaraf : normal, syaraf cranial utuh, refleks tendon normal
Hasil pemeriksaan biokimia darahnya menunjukkan potassium 2,5 mmol/L (3,5 – 5 ) Urea 40 mmol/L (3,0 – 6,5) Kreatinin serum 3,4 mg/dL (0,6 –1,3) Digoksin 3,5 g/L (1-2)
Daftar Masalah yang didapatkan yaitu intoksikasi digoksin, gangguan ginjal kronis, hipokalemia, hipertensi.
Catatan SOAP
Subjectif
" Saya merasa mual, beberapa kali muntah, dan tidak ada nafsu makan"
Catatan lain: Patuh pada pengobatan
Objectif
Tanda vital stabil, dalam rentang normal.
Assessment
Masalah 1
Intoksikasi digoksin terlihat dari kadar digoksin darah yang lebih besar, gejala-gejala subyektif, dapat diperparah oleh kondisi hipokalemia dan perlu diatasi segera
Masalah 2
Gangguan ginjal kronis. Bisa bersifat patologis atau fisiologis karena usia lanjut perlu diatasi dan menjadi pertimbangan
Masalah 3
Hipokalemia bisa terjadi pada penggunaan loop diuretic dalam jangka waktu lama dan perlu diatasi
Masalah 4
Hipertensi belum tertangani dan perlu diatasi
Plan
Masalah 1: Intoksikasi digoksin
Rekomendasikan ke dokter untuk segera menghentikan penggunaan digoksin, sampai gejala intoksikasi menghilang dan kadar digoksin darah mencapai level normal.
Diskusikan dengan dokter untuk penyesuaian dosis digoksin jika terapi digoksin akan dilanjutkan berdasarkan kondisi ginjalnya.
Rekomendasikan pemantauan kadar digoksin darah.
Masalah 2: Gangguan ginjal kronis
Diskusikan dgn dokter mengenai kondisi ginjal pasien sebagai pertimbangan dosis obat yang diberikan
Rekomendasikan terapi untuk gagal ginjalnya yaitu diuretik kuat
Alternatif : Furosemid, HCT
Sampaikan pada perawat untuk memantau volume urin dan BB kalau terjadi odema atau kondisi fisik memburuk instruksikan utk segera melapor ke dokter
Rekomendasikan untuk pemantauan fungsi ginjal secara rutin
Pertimbangkan kemungkinan hemodialisis
Masalah 3: hipokalemia
Rekomendasikan untuk memberi suplementasi Kalium preparat Kalium
Konsel untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung K seperti pisang
Rekomendasikan pemantauan kadar K darah
Masalah4: hipertensi
Rekomendasikan untuk memulai terapi terhadap hipertensinya AIIRA, beta-blocker
Rekomendasikan pemantauan tekanan darah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan metode SOAP farmasis dapat mengetahui keluhan yang dirasakan oleh pasien, riwayat penyakit pasien sebelumnya, dan dapat merekomendasikan jenis-jenis pengobatan yang tepat karena sudah dapat diketahui catatan medis seorang pasien serta merencanakan sebuah alur pengobatan terhadap pasien agar pasien mendapatkan pengobatan yang optimal sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat.
3.2 Kritik dan Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kekurangan dalam makalah ini hanya menjelaskan satu contoh kasus saja. Semoga farmasis/ pembaca dapat menambahkan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik. Diakses pada tanggal 02 juli 2015. Slide share.com
Yusmainita. 2009. Power point Pemantauan Terapi Obat. RSUP H. Adam Malik.
Anonim. 2011. Ilmu farmasi. Diakses tanggal 02 juli 2015. Wordpress.com
11