BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di abad ke-21 sekarang, hampir seluruh penghuni alam semseta ini didera yang namanya efek globalisasi, tak terkecuali masalah kesehatan. Di negara-negara berkembang, masalah kesehatan merupakan salah satu prioritas utama pemerintah setelah masalah kemiskinan. Dalam bidang kesehatan, seiring berkembangnya era globalisasi, masalah-masalah penyakit kian bertambah banyak bahkan bertambah rumit dikalangan masyarakat dunia, seperti halnya penyakit HIV/AIDS. Di zaman modern sekarang ini, siapa yang tidak kenal dengan penyakit HIV/AIDS. Penyakit menular ini sudah sangat populer dikalangan masyarakat luas, disamping karena belum ada obatnya juga karena akibat yang ditimbulkan yaitu kematian. Oleh karena itu, HIV/AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti hingga saat ini. Munculnya perlakuan diskriminatif terhadap penderita HIV/AIDS sudah merupakan hal yang wajar dikalangan masyarakat, misalnya saja perlakuan tidak adil karena kondisi fisik atau bahkan dikucilkan dari masyarakat. Persepsi ini semakin berkembang bahkan meluas dikalangan masyarakat hingga saat ini. Padahal pasien penderita HIV/AIDS tidak seharusnya kita hindari, tetapi penyakitnya yang mesti kita hindari. Persepsi masyarakat inilah yang harus kita kaji kembali.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana stigma-stigma yang berkembang dimasyarakat terhadap penularan HIV/AIDS? 2) Bagaimana antisipasi masyarakat terhadap HIV/AIDS?
BAB II ISI
2.1 Stigma-stigma terhadap Penularan HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan aka n terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh. Setelah dinyatakan positif terkena HIV biasanya ada masa 5-10 tahun virus ini benar-benar bisa 'melumpuhkan' penderitanya. AIDS timbul sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV di dalam tubuh manusia. Meski kini dengan terapi ARV (Antiretroviral) penderita HIV AIDS bisa berumur panjang bersama penyakitnya. Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan cepat. Virus ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan selsel darah putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Orang dengan HIV akan memiliki jumlah sel darah putih yang kecil. Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah
mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak. Berikut adalah cara penularan virus HIV: Pada Pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu: 1. Darah 2. Air mani 3. Cairan vagina 4. Air susu ibu (ASI) HIV menular melalui: 1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil). 2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV. 3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV. 4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri. Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan
dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV.
HIV tidak menular melalui: 1. Bersalaman, berpelukan 2. Berciuman 3. Batuk, bersin 4. Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC, kamar tidur, dll. 5. Gigitan nyamuk 6. Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama 7. Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna, dll. HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka. Dengan mengetahui sedikit tentang cara penyebaran dan penularan HIV/AIDS dalam tubuh manusia, kita dapat membayangkan betapa kejamnya virus HIV ini. Sampai kini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. Oleh karena itu, Masyarakat hingga sekarang, masih belum bisa menerima dengan total keberadaan penderita Orang dengan HIV AIDS (ODHA). Vonis masyarakat terhadap penderita ini masih saja buruk. Padahal, sudah banyak pihak yang berupaya menjelaskan kalau ODHA tak perlu dijauhi. Tapi, tetap saja masyarakat ragu.
Anggapan masyarakat masih saja menganggap kalau penyakit ini merupakan penyakit menular. Begitupun bila masyarakat menganggap bahwa HIV/AIDS
adalah
penyakit
yang
berbahaya.
Namun,
yang
perlu
digarisbawahi adalah pemahaman masyarakat mengenai poses penularan penyakit ini. Itu yang penting untuk disosialisasikan, Dalam hal ini upaya semua pihak yang konsern terhadap penyakit ini boleh dibilang berhasil. Artinya, masyarakat menjadi tahu dan sadar bahwa ini adalah penyakit menular yang berbahaya. Penyakit ini sudah seperti doktrin di kepala masyarakat. Dahulu kala, penyakit ini dianggap sebagai penyakit kutukan oleh masyarakat. Dan harus diakui, bahwa doktrin itu masih lekat di kepala masyarakat. Sebetulnya, kalau mau bijaksana, tak ada yang salah dalam persoalanan ini. Masalahnya, kebanyakan masyarakat tidak paham secara keseluruhan mengenai penyakit ini. Yang masyarakat tahu, bahwa ini adalah penyakit menular yang berbahaya, tanpa mengetahui dengan pasti seperti apa yang disebut menular dan berbahaya itu. Tapi tentu kita tidak bisa menyalahkan masyarakat juga. Karena bila mau ditarik dari banyak sisi, tak semua masyarakat kita yang berpendidikan. Stigma (cap buruk) sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pada gilirannya mendorong munculnya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) bagi ba gi orang
yang dengan den gan
HIV dan d an AIDS dan
keluarganya. Stigma dan diskriminasi memperparah epidemi HIV dan AIDS. Mereka menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV dan AIDS seperti juga mendorong keterpinggiran orang yang hidup dengan HIV dan AIDS dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV.
Stigma berhubungan dengan kekuasaan dan dominasi dalam masyarakat. Pada puncaknya, stigma akan menciptakan, dan ini didukung oleh, ketidaksetaraan sosial. Stigma berurat akar di dalam struktur masyarakat dan norma-norma serta nilai-nilai yang mengatur kehidupan sehari-hari. Ini menyebabkan beberapa kelompok menjadi kurang dihargai dan merasa malu, sedangkan kelompok lainnya merasa superior. Diskriminasi terjadi ketika pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada
prasangka
mereka
akan
status
HIV seseorang. Contoh-contoh
diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan kesehatan kepada orang yang hidup dengan HIV dan AIDS; atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV mereka; atau keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang hidup, atau dipercayai hidup, dengan HIV dan AIDS. Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran HAM. Stigma dan diskriminasi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologis berat tentang bagaimana orang yang hidup dengan HIV dan AIDS melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong, dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan keputusasaan. Stigma dan diskriminasi juga menghambat upaya pencegahan dengan membuat orang takut untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi atau tidak. Bisa pula menyebabkan mereka yang telah terinfeksi meneruskan praktik seksual tidak aman karena takut orang-orang akan curiga terhadap status HIV mereka. Akhirnya, orang yang hidup dengan HIV dan AIDS dilihat sebagai masalah, bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi epidemi ini.
Stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV dan AIDS disebabkan karena kurangnya informasi yang benar tentang cara penularan HIV, adanya ketakutan terhadap HIV dan AIDS, dan fakta AIDS sebagai penyakit mematikan. Hingga saat ini sikap dan pandangan masyarakat terhadap orang yang hidup dengan HIV dan AIDS sangat buruk sehingga melahirkan permasalahan serta tindakan yang melukai fisik maupun mental bagi orang yang hidup dengan HIV dan AIDS bahkan keluarga dan orang-orang terdekatnya. Sesungguhnya hak orang yang hidup dengan HIV dan AIDS sama seperti manusia lain, tetapi karena ketakutan dan kekurangpahaman masyarakat, hak orang yang hidup dengan HIV dan AIDS sering dilanggar. Hak
asasi
manusia
itu
di
antaranya
adalah
memiliki
dan
mendapatkan privasi, kemerdekaan, keamanan serta kebebasan berpindah, bebas dari kekejaman, penghinaan (tindakan menurunkan martabat atau pengucilan),
bekerja
(termasuk
terbukanya
kesempatan
yang
sama),
mendapatkan pendidikan serta menjalin mitra jaringan, keamanan sosial dan pelayanan, kesetaraan perlindungan dalam hukum, menikah dan berkeluarga, endapatkan perawatan, dan masih banyak lagi. Selain hak, orang yang hidup dengan HIV dan AIDS juga mempunyai kewajiban seperti menjaga kesehatan, tidak menularkan ke orang lain, mencari informasi dan lain-lain. Perbedaan antara orang yang hidup dengan HIV dan AIDS dan orang yang tidak terinfeksi adalah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS memiliki virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuhnya. Selain itusecara sepintas kita tidak dapat membedakan antara seseorang yang memiliki status HIV positif dengan orang yang tidak terinfeksi. Status HIV positif seseorang hanya bisa dibuktikan dengan tes darah dan itu pun
dilakukan dengan VCT (Voluntary Counseling and Testing), yaitu tes secara sukarela. Selain itu kita hanya bisa tahu jika orang yang hidup dengan HIV dan AIDS membuka status HIV positif-nya kepada kita dan kita mempunyai kewajiban untuk menjaga konfidensialitas (kerahasiaan) orang yang hidup dengan HIV dan AIDS tersebut. Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakantindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan p erlindungan kerahasiaannya; k erahasiaannya; dan penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV. Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang dapat dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya penyebaran HIV. Stigma AIDS lebih jauh dapat dibagi menjadi tiga kategori:
Stigma instrumental AIDS AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.
Stigma
simbolis
AIDS -
yaitu
penggunaan
HIV/AIDS
untuk
mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.
Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.
Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui suntikan. Di banyak negara maju, terdapat penghubungan antara AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas, yang berkorelasi dengan tin gkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya sikap-sikap anti homoseksual. Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi. Stigma-stigma yang berkembang ini sudah menjadi suatu kebiasaan masyarakat dunia yang sangat sulit untuk diubah. Butuh waktu yang cukup lama untuk mengubah bahkan menghapus anggapan-anggapan miring tersebut yang tentunya dibarengi dengan keahlian khusus. 2.2 Peran Masyarakat terhadap HIV/AIDS
Mengulas mengenai jumlah korban HIV/AIDS yang terus meningkat tidak lepas dengan peran masyarakat terhadap HIV/AIDS ini. Berbagai solusi yang diajukan, masih tetap diusahakan oleh kelompok-kelompok tertentu, meskipun hanya sebagian kecil dari warga masyarakat. Hal ini disebabkan karena problem AIDS sekarang dimana pun adalah ketidakpedulian, baik pemerintah maupun masyarakat. Bahkan tepat tanggal 1 Desember kemarin yang merupakan bulan AIDS, tetapi tidak ada gaung yang mengingatkan kita secara cukup untuk melakukan aksi pribadi maupun komunal untuk mencegah. HIV
dapat
menggunakan
dicegah
kondom
dengan
pada
memutus
setiap
rantai
hubungan
seks
penularan, berisiko,
yaitu; tidak
menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan sedapat mungkin tidak
memberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup. Peran strategis masyarakat dalam penanggulangan HIV/AIDS antara lain:
1. Mendidik anggota keluarga berdasarkan norma agama Keluarga memegang peran utama dalam pendidikan agama khususnya orang tua. Karena mereka adalah guru pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan etika dan moral agama. Tak jarang sumber kejahatan/perbuatan negative berasal dari kondisi keluarga yang carut-marut. Orang tua harus peka terhadap problematika yang dihadapi anaknya dan mampu memberikan solusi terbaik baginya. Khususnya bagi orang tua yang memiliki anak yang
mengidap
HIV/AIDS,
selalu
memberikan
motivasi
positif,
mengevaluasi diri terhadap kehidupan keluarganya karena bisa jadi awal keburukan anaknya berasal dari kondisi keluarganya dan senantiasa membantu anaknya setiap saat. 2. Partisipasi aktif para tokoh masyarakat Tokoh masyarakat yang dianggap sebagai panutan masyarakat ikut andil dalam menjalankan program program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Contohn ya dengan menjadi kader peduli HIV/AIDS. 3. Memberdayakan lembaga keagamaan dan adat Faktor penyebab muncul dan menyebarnya HIV/AIDS adalah pergaulan bebas yang menyimpang dari norma keagamaan. Oleh sebab itu, lembaga keagamaan dan adat (jika tidak melanggar norma agama) harus diberdayakan seoptimal mungkin di tengah masyarakat dengan cara lebih giat mendakwahkan syiar agama dan akhlakul karimah (akhlak terpuji).
4. Mengoptimalkan peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banyak LSM di tengah masyarakat yang harus kita optimalkan fungsinya. LSM dibentuk untuk membantu kelancaran pelaksanaan program-program pemerintah. 5. Memberdayakan peran lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) Lembaga pendidikan sebagai tempat membina anak didiknya menjadi manusia yang intelektual hendaknya tetap mementingkan nilai moral agama.
Manusia
yang
berkualitas
adalah
manusia
yang
mampu
memadukan antara IPTEK (Ilmu Pengetahuan) dan IMTAK (Iman dan Takwa). 6. Mengoptimalkan peran media massa Pengaruh media massa baik cetak maupun elektronik mampu membentuk karakter pemikiran masyarakat. Sayap media sekarang semakin marak dengan tontonan pergaulan bebas. Padahal media massa memiliki pengaruh sangat besar dalam mendidik masyarakat menjadi manusia yang bermoral dan intelektual. Penyebaran informasi tentang HIV/AIDS dapat diekspos lebih luas dan cepat bila dibandingkan dengan cara manual (face to face). Dengan adanya kerja sama
ini,
penanggulangan
HIV/AIDS
akan
terselesaikan
dengan
sendirinya. 7. Melakukan berbagai riset untuk menemukan obat HIV/AIDS melalui lembaga riset Selama dua puluh tahun, penelitian terhadap virus HIV/AIDS terus dilakukan oleh lembaga riset dunia. Perkembangan terbaru saat ini adalah berhasil ditumbuhkannya suatu kristal yang memungkinkan peneliti untuk melihat struktur enzim yang disebut dengan integrase. Enzim ini ditemukan pada retrovirus seperti HIV dan merupakan target untuk beberapa obat HIV terbaru. Peneliti dari Imperial College London dan Harvard University mengumumkan telah berhasil memiliki struktur dari integrase dari virus ini. Ini berarti peneliti dapat
memulai untuk memahami bagaimana kerja dari obat inhibitor integrase serta bagaimana menghentikan perkembangan HIV/AIDS. Kita berharap obat terbaik bagi ODHA dapat ditemukan secepatnya dan penyebaran.
Peran Pemuda Sebenarnya, pemuda mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku (subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa generasi muda diibaratkan ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok; baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada sisi lain, pemuda adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah pemuda. Untuk itu, “penyelaman” akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan semangat dalam diri pemuda itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda dalam kerangka mencegah HIV/AIDS. Permasalahan HIV/AIDS dapat teratasi dengan cara bekerja sama di antara ketiga pilar yaitu keshalihan individu, kontrol sosial masyarakat dan penetapan aturan Negara. Anggota masyarakat baik dari keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, lsm, media massa dan lembaga riset harus berperan aktif dalam upaya penanggulanan HIV/AIDS.Hanya dengan cara inilah maka penyebaran dan pencegahan HIV/AIDS dapat tercapai.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Akibat penularan virus mematikan ini memunculkan berbagai persepsi negatif dan stigma-stigma dikalangan masyarakat dunia terhadap pengidap HIV/AIDS misalnya saja perlakuan diskriminatif. Penyebaran virus ini telah dibarengi dengan adanya peran dari masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS. Permasalahan HIV/AIDS dapat teratasi dengan cara bekerja sama di antara ketiga pilar yaitu keshalihan individu, kontrol sosial masyarakat dan penetapan aturan Negara. 3.2 Saran
HIV dan AIDS adalah masalah kita juga, bukan masalah orang-orang tertentu, meski kita kadang tidak menyadarinya. Dengan makin banyak masyarakat yang sadar dan peduli akan HIV dan AIDS maka janji dapat ditepati, yakni hentikan AIDS! Ayo, kita hapus stigma dan hentikan diskriminasi dengan memulainya dari diri kita sendiri. Untuk itu segala pihak harus terus berupaya dalam mensosialisasikan penyakit ini kepada masyarakat. Artinya, ini menjadi tanggung jawab bersama. Dengan demikian, maka setiap dari Anda, pribadi atau kelompok, organisasi agama besar seperti NU dan Muhammadiyah, serta PKK, dan lainnya, peranan Anda dalam AIDS ini besar, tetapi masih perlu ditingkatakan kepeduliannya karena ancaman ini ada di depan hidung kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Hutapea Ronald. 2007. AIDS 2007. AIDS dan PMS . Jakarta: Rineka Cipta. Mafrukh, dkk. 2007. Ilmu 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Dalam. Jakarta: Erlangga. http://www.depkes.go.id/. Fakta Tentang HIV dan AIDS. 05 Dec 2006. http://www.hivtest.org/. Frequently Asked Question on HIV/AIDS. 2007. http://www.id.wikipedia.org/wiki/AIDS http://www.jothi.or.id/optimalisasi-peran-masyarakat-dalam-penanggulanganhivaids http://www.radar-bekasi.com/index.php?mib=berita.detail&id=63452 http://www.satudunia.net/content/peran-strategis-kaum-muda-dalam pencegahan-hivaids