Makalah pendidikan matematika MTS Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu di maksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Salah satu materi matematika yang diajarkan di Kelas VII MTS adalah materi Aritmetika Sosial. Adapun pertimbangan yang dijadikan dasar dipilihnya materi tersebut sebagai materi yang disusun oleh penulis adalah: 1.
berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa orang anggota MGMP, matematika diperoleh informasi bahwa materi Aritmetika Sosial masih merupakan materi yang agak sulit dipahami oleh siswa,
2. banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi ini,
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu di kembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya di mulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap di bimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah di harapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Salah satu cara yang baik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa adalah dengan melakukan wawancara dengan siswa. Cara ini memerlukan waktu panjang, apalagi jika siswanya banyak. Untuk dapat menerjemahkan, memahami, merencanakan, dan menyelesaikan masalah yaitu dengan strategi two tier multiple choice items. Prosedur penyusunan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi 2. Mengembangkan peta konsep
a) Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika di MTS
1. Faktor Sosial Ilmu yang mengkaji tentang kemasyarakatan yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu sosial dapat di lihat sebagai sesuatu yang terdiri atas berbagai segi. Misalnya Hubungan Orang Tua dan anak, dan tingkat kepedulian orang tua tentang masalah belajarnya di sekolah merupakan faktor yang dapat memberikan kemudahan, atau sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan menambah kesulitan siswa. Termasuk dapat meberikan kemudahan antara lain: kasih sayang, pengertian, dan perhatian ataupun kepedulian misalnya menyertai anaknya belajar, dan tersedianya tempat belajar yang kondusif. Disamping itu ekonomipun merupakan faktor, baik postif maupun negatif. Siswa yang mengalami masalah sosial dirumahnya biasanya dari kalangan keluarga yang kurang menaruh perhatian pada perkembangan anaknya. Hal ini mungkin akibat dari kepedulian yang rendah terhadap belajar anak / siswa. Permasalahan tersebut dapat terjadi baik dari kalangan yang ekonominya sudah mapan maupun ekonominya masih lemah. Faktor sosial di dalam dan di luar kelas dalam lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap kelancaran atau kesulitan belajar siswa. Siswa yang kurang dapat bergaul atau menyesuaikan dengan situasi kelas oleh berbagai sebab yang menyebabkan ia merasa terpencil, terhina atau senantiasa menjadi bahan ejekan atau olokan merupakan faktor penghambat, meskipun bagi sebagian siswa yang biasa mengatasi masalah hal itu dapat digunakan sebagai pemacu untuk menunjukkan eksistensinya.
2. Faktor Emosional Siswa Faktor emosional siswa yang sering gagal dalam Matematika lebih mudah berpikir tidak rasional, takut,cemas,benci pada matematika. Jika demikian maka hambatan itu dapat melekat pada diri anak atau siswa. Masalah siswa yang termasuk dalam faktor emosional dapat disebabkan oleh : 1. Obat-obatan tertentu, seperti obat penenang, ekstansi, dan obat lainnya yang sejenis. 2. Kurang Tidur. 3. Diet yang tidak tepat. 4. Hubungan yang renggang dengan teman terdekat. 5. Masalah tekanan dari situasi keluarganya di rumah. Menurut Cooney dkk menyatakan bahwa siswa yang megkonsumsi pil ekstasi kemalasanya naik luar biasa, terkadang menunjukan perbuatan yang tidak rasional, depresi, tidak sadar (collapse) atau sebaliknya tertawa sendiri. Dalam berpenampilan berubah secara tiba- tiba, kesehatan menurun. Akibatnya siswa akan kurang menaruh perhatian terhadap pelajaran, atau mudah mengalami depresi mental, emosional, kurang ada minat membaca buku maupun menyelesaikan pekerjaan rumah serta daya ingta menurun. Penanganan kesulitan belajar oleh hal demikian sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi, baik psikologis, medis, maupun agamis.
3. Faktor Intelektual Siswa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor intelektual, umumnya kurang berhasil dalam menguasai konsep, prinsip, atau algoritma, walaupun telah berusaha mempelajarinya. Siswa yang mengalami kesulitan mengabstraksi, mengeneralisasi, berpikir deduktif dan mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip biasanya akan selalu merasa bahwa matematika itu sulit. Siswa demikian biasanya juga mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah terapan atau soal cerita. Ada juga siswa yang kesulitannya terbatas dalam materi tertentu, tetapi merasa mudah dalam materi lain berbagai kemungkinan mengenai hal ini akan di bahas pada bab lain.
4. Faktor Pedagogis Diantara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering di jumpai adalah faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi. Misalnya guru masih kurang memperhatikan kemampuan awal yang di miliki siswa, guru langsung masuk ke materi baru. Ketika terbentur kesulitan siswa dalam peemahaman, guru mengulang pengetahuan dasar yang diperlukan. Kemudian melanjutkan lagi materi baru yang pembelajarannya terpenggal. Jika ini berlangsung dan bahkan tidak hanya sekali dalam suatu tatap muka, maka akan muncul tercapainya suatu kompetensi. Kejadian yang di alami siswa dan sering muncul menurut guru adalah ketika dijelaskan mengerti, ketika mengajarkan sendiri tidak bisa. Kesulitan itu dapat terjadi karena guru kurang memberikan latihan yang cukup di kelas dan memberikan bantuan kepada yang memerlukan, meskipun sudah berusaha keras menjelaskan materinya. Hal ini terjadi karena guru belum menerapkan hakekat belajar matematika, yaitu bahwa belajar matematika hakekatnya berfikir dan mengerjakan matematika. Berfikir ketika mendengarkan penjelasan guru, mempunyai implikasi tanya jawab merupakan salah satu bagian penting dalam belajar matematika. Dengan tanya jawab ini proses diagnosis telah diawali. Ini berarti diagnostic teaching, pembelajaran dengan senantiasa sambil mengatasi kesulitan siswa telah dilaksanakan dan hal ini yang dianjurkan cara guru memilih metode. Pendekatan dan strategi dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan siswa dalam belajar. Jika demikian maka guru perlu introspeksi pada sistem pembelajaran yang dijalankannya.
Kesulitan siswa dalam memahami konsep terkait dengan: Ketidakmampuan memberikan nama singkat atau nama teknis. Ketidakmampuan menyatakan arti istilah pada konsep. Ketidakmampuan untuk mengingat Ketidakmampuan memberikan contoh konsep. Kesalahan klasifikasi Ketidakmampuan menerima Ketidakmampuan dan memahami informasi dari konsep.
Secara umum langkah mengatasi kesulitan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut : a.
Guru dan siswa harus menyadari adanya kesulitan yang dialami siswa
b. Guru dan siswa harus berusaha mengidentifikasi konsep atau prinsip yang sulit dipahami siswa. c.
Guru dan siswa perlu mencoba mengidentifikasi penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa.
d.
Guru perlu memberikan bantuan kepada siswa dalam mengembangkan prosedur untuk memecahkan kesulitan siswa.
e.
Siswa dengan bantuan guru harus melaksanakan tugas-tugas atau berusaha memperhatikan apa yang dijelaskan guru dan aktif memberikan umpan balik pada bagian mana siswa masih mengalami kesulitan.
f.
Guru perlu selalu mengefaluasi keberhasilan siswa dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa serta selalu mengevaluasi prosedur pembelajaran.
b) Potret Keberhasilan atau kegagalan pembelajaran matematika MTS Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) MTS/MTs/MTST 2010 turun 4,78% di banding tahun 2009 presentasinya mencapai 95,05%, sementara tahun ini turun menjadi 90,27% atau ada sekitar 350.798 siswa yang di nyatakan harus mengulang UN pada 17-20 mei 2010. Bila di lihat dari jumlah sekolah yang tahun ini dinyatakan memiliki hasil kelulusan 0% terdapat 561 sekolah di seluruh Indonesia dengan jumlah siswa mengulang sebanyak 9.283 siswa (0.26%) dari total peserta 3.606.163 siswa. Sekolah yang terbanyak angka ketidaklulusannya, antara lain di provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 39,87% dan provinsi Gorontalo sebesar 38,80% sedangkan angka ketidaklulusan terendah di provinsi Bali yakni 1,4%.( Jakarta,(tvOne)). Dari 350.798 siswa yang harus mengulang ada 12,19% yang harus mengulang 4 mata pelajaran yang di ujikan. Adapun mata pelajaran yang di ujikan yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA. Sementara 21,19% yang mengulang satu mata pelajaran. Di sisi sekolah, mendiknas menyebutkan, ada 516 sekolah yang memiliki tingkat kelulusan 0% atau seluruh siswanya tidak lulus UN utama. Sementara yang lulus 100% atau semua siswanya yang lulus ada 17.852 sekolah atau 41% dari 43.666 MTS yang ikut UN utama. Mendiknas mengatakan, dominasi ketidaklulusan masih di pegang beberapa provinsi seperti Nusa Tenggara Timur sebesar 39,87%, Gorontalo 38,80%, Babel 34,69%, Kalimantan Timur 29,44%, DKI 28,97%, Kalimantan Barat 27,49%, Bengkulu 24,03%, DIY 21,98%, Sulawesi Tenggara 20,30%, Kepulauan Riau 18,79%, Kalimantan Tengah 17,22% dan Maluku Utara 15,16%. Sementara yang paling rendah tingkat ketidaklulusannya adalah Bali 1,40%, Sumatera Selatan 1,49%, Jawa Barat 2,41%, Sulut 2,62%, Sumatera Utara 2,83% dan Banten 3,57%.
Materi Pokok dan Sub Pokok Pembelajaran Matematika MTS Kelas VII semester 1 Materi Pokok
Sub Materi pokok
Bilangan
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan
1. Memahami sifat-sifat
bulat dan pecahan
operasi hitung bilangan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi
dan penggunaannya
hitung bilangan bulat dan pecahan
dalam pemecahan
dalam pemecahan masalah
masalah Aljabar
2.1 Mengenali bentuk aljabar dan
2. Memahami bentuk aljabar,
unsur- unsurnya
persamaan dan
2.2 Melakukan operasi pada bentuk
pertidaksamaan linear
aljabar
satu variabel
2.3 Menyelesaikan persamaan linear satu variabel 2.4 Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel
3. Menggunakan bentuk
3.1 Membuat model matematika dari
aljabar, persamaan dan
masalah yang berkaitan dengan
pertidaksamaan linear
persamaan dan pertidaksamaan linear
satu variabel, dan
satu variabel
perbandingan dalam
3.2 Menyelesaikan model matematika
pemecahan masalah
dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel 3.3 Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana 3.4 Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah
Kelas VII, Semester 2 Materi pokok
Sub Materi Pokok
Aljabar
4.1 Memahami pengertian dan notasi
4. Menggunakan konsep
himpunan, serta penyajiannya
himpunan dan diagram
4.2 Memahami konsep himpunan
Venn dalam pemecahan
bagian
masalah
4.3 Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (difference), dan komplemen pada himpunan 4.4 Menyajikan himpunan dengan diagram Venn 4.5 Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah
Geometri
5.1 Menentukan hubungan antara dua
5. Memahami hubungan
garis, serta besar dan jenis sudut
garis dengan garis, garis
5.2 Memahami sifat-sifat sudut yang
dengan sudut, sudut
terbentuk jika dua garis berpotongan
dengan sudut, serta
atau dua garis sejajar berpotongan
menentukan ukurannya
dengan garis lain 5.3 Melukis sudut 5.4 Membagi sudut
6. Memahami konsep segi
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga
empat dan segitiga serta
berdasarkan sisi dan sudutnya
menentukan ukurannya
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah 6.4 Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu
Kelas VIII, Semester 1 Materi pokok
Sub Materi Pokok
Aljabar
1.1 Melakukan operasi aljabar
1. Memahami bentuk aljabar,
1.2 Menguraikan bentuk aljabar ke
relasi, fungsi, dan
dalam
persamaan garis lurus
faktor-faktornya 1.3 Memahami relasi dan fungsi 1.4 Menentukan nilai fungsi 1.5 Membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat Cartesius 1.6 Menentukan gradien,
2. Memahami sistem persamaan
2.1 Menyelesaikan sistem persamaan
linear dua variabel
linear dua variabel
dan menggunakannya
2.2 Membuat model matematika dari
dalam pemecahan masalah
masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel
2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya Geometri dan Pengukuran
3.1 Menggunakan Teorema Pythagoras
3. Menggunakan Teorema
untuk
Pythagoras dalam
menentukan panjang sisi-sisi segitiga
pemecahan masalah
sikusiku 3.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang
berkaitan
dengan
Teorema
Pythagoras
Kelas VIII, Semester 2 Materi pokok
Sub Materi Pokok
Geometri dan Pengukuran
4.1 Menentukan unsur dan bagian-
4. Menentukan unsur,
bagian
bagian lingkaran serta
lingkaran
ukurannya
4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran 4.3 Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah 4.4 Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran 4.5 Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segitiga
5. Memahami sifat-sifat
5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus,
kubus, balok, prisma,
balok,
limas, dan bagianbagiannya,
prisma dan limas serta bagian-
serta
bagiannya
menentukan ukurannya
5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas
Kelas IX, Semester 1
Materi pokok
Sub Materi Pokok
Geometri dan Pengukuran
1.1 Mengidentifikasi bangun-bangun
1. Memahami kesebangunan
datar
bangun datar dan
yang sebangun dan kongruen
penggunaannya dalam
1.2 Mengidentifikasi sifat-sifat dua
pemecahan masalah
segitiga sebangun dan kongruen 1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah
2. Memahami sifat-sifat
2.1 Mengidentifikasi unsur-unsur
tabung, kerucut dan bola,
tabung,
serta menentukan
kerucut dan bola
ukurannya
2.2 Menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola 2.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut dan bola
Statistika dan Peluang
3.1 Menentukan rata-rata, median, dan
3. Melakukan pengolahan dan
modus
penyajian data
data tunggal serta penafsirannya 3.2 Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, dan lingkaran
4. Memahami peluang
4.1 Menentukan ruang sampel suatu
kejadian sederhana
percobaan 4.2 Menentukan peluang suatu kejadian sederhana
Kelas IX, Semester 2 Materi pokok
Sub Materi Pokok
Bilangan
5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan
5. Memahami sifat-sifat
berpangkat dan bentuk akar
bilangan berpangkat dan
5.2 Melakukan operasi aljabar yang
bentuk akar serta
melibatkan
penggunaannya dalam
bilangan berpangkat bulat dan bentuk
pemecahan masalah
akar
sederhana
5.3 Memecahkan masalah sederhana yang berkaitan dengan bilangan berpangkat
dan bentuk akar 6. Memahami barisan dan
6.1 Menentukan pola barisan bilangan
deret bilangan serta
sederhana
penggunaannya dalam
6.2 Menentukan suku ke-n barisan
pemecahan masalah
aritmatika dan barisan geometri 6.3 Menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret geometri 6.4 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan barisan dan deret
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat diklasifikasikan faktor Kesulitan Belajar Matematika di MTS lain: 1. Faktor Sosial 2. .Faktor Emosional Siswa 3. Faktor Intelektual 4. Faktor Pedagogis
C. Batasan Masalah Penyusun membatasi masalah tentang Materi Pokok dan Sub Pokok Pembelajaran Matematika MTS terutama pada materi Aritmetika Sosial.
D. Tujuan Penulisan Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta agar nantinya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran. E. Manfaat Penulisan 1. Dapat memberikan solusi kepada pembaca tentang penerapkan model pembelajaran MTS 2. Dapat memberikan pengarahan kepada para pendidik agar bisa mendidik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran F. Metode Penulisan
Kepustakaan atau pengumpulan data. Metode ini sebagai sumber dan bahan dalam penulisan yang berhubungan dengan masalah yang dikemukakan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Deskripsi Topik Aritmetika Sosial
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), materi aritmetika sosial terdiri atas: 1. Melakukan simulasi aritmetika sosial tentang kegiatan ekonomi sehari-hari. 2. Memahami pengertian harga beli, harga jual dan menemukan persamaan umum untung, rugi, harga jual, harga beli, rabat, neto pajak, dan bunga. 3. Menghitung nilai keseluruhan, nilai perunit, dan nilai sebagian, dan 4. Menentukan besar dan persentase, laba, rugi, harga jual, harga beli, rabat, neto, pajak dan bunga tunggal dalam kegiatan ekonomi. Berikut uraian kompetensi dasar dan indikator-indikator pencapaian hasil belajar pada materi aritmetika sosial berdasarkan kurikulum satuan pendidikan (KTSP), mata pelajaran MTS kelas VII semester ganjil. a) Kompetensi dasar. Menggunakan bentuk Aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana. b) Indikator pencapaian hasil belajar materi Aritmetika Sosial Harga pembelian, harga penjualan, untung, dan rugi. 1. Membahas tentang pengertian harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi; 2. Membahas tentang hubungan harga pembelian, harga penjualan, untung, dan rugi; Persentase untung dan rugi 1. Membahas tentang pengertian persentase untung dan rugi; 2. Membahas mengenai cara menentukan persentase untung dan rugi; 3. Membahas mengenai cara menentukan harga pembelian atau harga penjualan berdasarkan persentase untung atau rugi yang diketahui; Rabat (diskon), bruto, tara, dan netto
1. Membahas pengertian diskon, bruto, tara, dan netto 2. Membahas hubungan antara netto, Tara, dan bruto Bunga tabungan dan pajak 1. Membahas pengertian bunga tabungan; 2. Membahas pengertian pajak penghasilan, dan pajak pertambahan nilai; Untuk Mengajarkan materi Aritmetika Sosial Dalam mengajarkan topik Aritmetika Sosial kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa yaitu “Menggunakan bentuk Aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana”. Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah kontekstual untuk memahami masalah yang harga jual, harga beli, untung, dan rugi. Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa, guru memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa. Memecahkan masalah kontekstual Untuk menuntun pemikiran siswa kearah pengertian harga beli, harga jual dan cara menentukan untung dan rugi, maka pertanyaan-pertanyaan dalam setiap masalah itu perlu dirinci. Siswa secara individu diminta memecahkan masalah “Pedagang Buah” dan “Sepeda Motor”. Masalah-masalah yang dimaksud adalah: Masalah “Pedagang Buah”. Pak Badu adalah seorang pedagang buah. Ia membeli 10 kg jeruk dengan harga Rp100.000,00. Kemudian ia menjual jeruk tersebut dengan harga Rp12.000,00 per kg. 1. Berapa harga beli untuk 10 kg jeruk tersebut? 2. Berapa harga jual untuk 10 kg jeruk tersebut? 3. Apakah harga jual lebih besar dari harga beli? Atau sebaliknya? 4. Untung atau rugikah Pak Badu? 5. Berapa besar keuntungan atau kerugian Pak Badu? Masalah “Sepeda Motor”. Pak Andi membeli sebuah sepeda motor merk Vega R dengan harga Rp12.000.000,00. Beberapa bulan kemudian karena kebutuhan yang mendesak, sepeda motor tersebut dijual kembali dengan harga Rp 9.000.000,00. 1. Berapa harga beli sepeda motor tersebut? 2. Berapa harga jual sepeda motor tersebut? 3. Apakah harga beli lebih besar dari harga jual? Atau sebaliknya? 4. Untung atau rugikah Pak Andi? 5. Berapa besar keuntungan atau kerugian Pak Andi? Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan kembali konsep matematika melalui masalah kontekstual yang diberikan, yaitu “pengertian harga beli dan harga jual serta cara menentukan besar untung atau rugi” melalui ungkapan dengan kata-kata sendiri. Selain itu, pada tahap ini siswa juga
diarahkan untuk membentuk dan menggunakan model sendiri guna memudahkan menyelesaikan masalah. Menyimpulkan Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang “pengertian dan hubungan harga pembelian, harga penjualan, untung, dan rugi”. Selanjutnya dibahas tentang presentase untung dan rugi.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Pembelajaran materi Aritmetika Sosial dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. 1. Penyajian masalah “Pedagang Buah” dan “Sepeda Motor”. Siswa diminta untuk memahami masalah-masalah tersebut. Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa, guru memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa (fase 4 pembelajaran kooperatif, membimbing kelompok bekerja dan belajar). 2. Secara individu siswa memecahkan kedua masalah menurut cara sendiri. Selanjutnya untuk membimbing siswa mengonstruksi pengertian harga jual, harga beli, untung, dan rugi, maka siswa memecahkan masalah-masalah tersebut dengan tuntunan LKS (fase 4 pembelajaran kooperatif, membimbing kelompok bekerja dan belajar). 3. Dengan komunikasi interaktif, guru mengarahkan siswa untuk mencermati keterkaitan antara “harga beli dan harga jual” dengan “untung dan rugi”. Melalui pengarahan tersebut diharapkan siswa dapat menyimpulkan bahwa “cara menentukan besar keuntungan adalah harga jual – harga beli, sedangkan cara menentukan besar kerugian adalah harga beli harga jual” (fase 4 pembelajaran kooperatif, membimbing kelompok bekerja dan belajar dan masih dilakukan pada fase 5 yaitu evaluasi). 4. Guru bersama siswa merumuskan pengertian harga jual, harga beli dan cara menentukan besar keuntungan dan kerugian (fase 5 pembelajaran kooperatif, evaluasi).
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, maka diharapkan kepada para guru matematika MTS dapat menerapkan pembelajaran matematika,membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran MTS.
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika, Jakarta : Depdiknas Fauzan, Ahmad. 2001. Pengembangan dan Implementasi Prototipe I & II Perangkat Pembelajaran geometri untuk Siswa Kelas 4 SD Menggunakan Pendekatan Realistik. Makalah disajiakan dalam seminar nasional RME di Jurusan Matematika FMIPA UNESA. Fauzi, Amin. 2002. “Pembelajaran Matematika Realistik pada Pokok Bahasan Pembagian di SD.” Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya. Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: Freudenthal Institute. Ibrahim, Muslimin dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya. Marpaung, Y. 2001a. Prospek RME untuk Pembelajaran Matematika di Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematic Education di FMIPA UNESA. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, second edition. Allyn & Bacon: Massachusets.