METODE PELAKSANAAN DAN PEMBONGKARAN KONSTRUKSI “Pembongkaran Konstruksi Gedung”
Kelompok 5: 1. Nanda Nazla Nurnadhifah 2. Nur Azizah 3. Rd. M. Fathurrahman I 4. Hendian Fanditya
(1152004001) (1152004018) (1142004012) (1142004023)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE 2017
Pembongkaran Konstruksi Gedung I. Pendahuluan
Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air. Dalam UU Bangunan Gedung diatur bahwa setiap bangunan gedung memiliki fungsi sebagai hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta fungsi khusus. Fungsi bangunan gedung ini akan dicantumkan dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Persyaratan keandalan bangunan gedung berdasarkan fungsi masingmasing bangunan gedung yang secara umum meliputi persyaratan: a. Keselamatan, yaitu kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dengan melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif serta bahaya petir melalui sistem penangkal petir. b. Kesehatan, yaitu berkenaan dengan persyaratan sistem sirkulasi udara, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung c. Kenyamanan, yaitu kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan. d. Kemudahan, yaitu kemudahan akses bangunan gedung, termasuk tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman bagi penyandang cacat dan lanjut usia, serta penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi. Penyelenggaraan bangunan gedung tidak hanya terdiri dari penggunaan bangunan gedung, melainkan juga meliputi kegiatan: a. Pembangunan, yang dilakukan oleh penyedia jasa konstruksi melalui tahapan perencanaan dan pelaksanaan dengan diawasi pembangunannya oleh pemilik bangunan gedung. Pembangunan bangunan gedung dapat dilaksanakan setelah rencana teknis bangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk IMB. b. Pemanfaatan, yang dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunan gedung setelah bangunan gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi.
c. Pelestarian, yang dilakukan khusus untuk bangunan gedung yang ditetapkan sebagai cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan. d. Pembongkaran, alasan-alasan bangunan gedung dapat dibongkar apabila bangunan gedung yang ada: a. Tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki b. Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan bangunan gedung dan/atau lingkungannya c. Tidak memiliki IMB.
Setiap desain bangunan struktur mempunyai masa tertentu yang akan ada kemungkinan suatu bangunan mengalami kerusakan yang mungkin diakibatkan oleh pengaruh iklim dan cuaca yang tidak dapat diprediksi maupun hal yang diakibatkan oleh ketidaksengajaan manusia seperti kebakaran. Ketika suatu bangunan mengalami kerusakan maka nilai fungsi dari bangunan tersebut akan berkurang. Oleh karena itu, biasanya bangunan tersebut akan dibangun ulang menjadi suatu bangunan baru yang lebih bernilai. Dalam pembangunan ulang tersebut bangunan lama akan dibongkar terlebih dahulu lalu dibangun menjadi bangunan baru yang lebih bernilai dibandingkan dengan bangunan yang lama. Namun, dalam suatu proyek seringkali tahapan pembongkaran bangunan tidak terlalu diperhatikan. Padahal pemilihan metode dan biaya pembongkaran yang tepat akan menghasilkan proses pembongkaran akan lebih efisien. Untuk perlu adanya pembelajaran mengenai pembongkaran bangunan untuk menemukan metode yang tepat dan efektif serta dengan metode tersebut dapat menghasilkan biaya yang efisien serta dengan memperhatikan tingkat keamanan dari lingkungan sekitar lokasi pembongkaran. II. Metode Pembongkaran Konstruksi Gedung
Berikut adalaha beberapa metode pembongkaran konstruksi gedung: 1. Metode Top Down Manual Metode ini merupakan metode pembongkaran yang dimulai dari lantai atas hingga dasar bangunan. Dari metode ini digunakan peralatan sederhana seperti jackhammer dan Oxy-acetylene untuk menghancurkan elemen strukturnya secara bertahap. Dalam pelaksanaannya metode ini membutuhkan ketelitian dari para pekerja dalam menghancurkan tiap tingkat. Metode ini banyak digunakan untuk skala kecil.
Gambar jackhammer
Gambar Oxy-acetylene
Metode ini sekilas mirip dengan metode Top Down Manual, akan tetapi semua pembongkaran ini dilakukan dengan menggunakan alat berat. Alat berat diletakkan pada bagian paling atas suatu bangunan. Alat berat yang umum digunakan dalam metode ini adalah hydraulic stone crusher atau hydraulic stone breaker. Dalam metode ini juga dibutuhkan peralatan pendukung seperti ramp atau crane untuk memindahkan alat dari tiap lantai.
Gambar hydraulic stone breake pada pembongkaran gedung
Gambar crane pada pembongkarangn gedung
2. Metode Mekanikal Metode ini menggunakan peralatan mesin yang besar dengan menghancurkan bangunan dari arah luar. Peralatan yang digunakan misalnya pusher arm, wire rope dan hydraulic crusher. Umumnya, metode ini diterapkan pada lokasi yang tidak terlalu ramai agar lebih mudah dalam proses pembongkarannya.
Gambar. Pusher arm pada pembongkaran gedung 3. Metode Wrecking Ball Metode ini maksudnya menghancurkan bangunan dengan mengayunkan bola baja berat yang dikaitkan ke peralatan crane. Metode ini lebih cocok untuk menghancurkan bangunan yang sudah rusak atau tidak akan digunakan lagi serta lokasi bangunan harus mempunyai space yang cukup luas untuk mengayunkan peralatan dan bolanya. British Standard 6187 : 2000 merekomendasikan penggunaan metode ini untuk bangunan yang ketinggiannya lebih dari 21 meter.
Gambar pembongkaran gedung menggunakan wrecking ball
4. Metode Demolition by Explosives (Bahan Peledak) Metode ini bertujuan menghancurkan bagian-bagian dari bangunan secara perlahanlahan dengan menggunakan bahaan peledak sebagai alat penghancurnya. Untuk menggunakan metode ini harus mendapat ijin dari pemerintah untuk memastikan bahwa bangunan yang akan dibongkar aman menggunakan metode ini serta efek yang ditimbulkan tidak menimbulkan dampak bagi manusia atau masyarakat sekitar. Metode ini dapat menghemat waktu, praktis serta dapat meghemat biaya karena tidak membutuhkan banyak peralatan berat dalam prosesnnya. Metode ini juga sangat cocok digunakan pada lokasi yang sempit serta mempunyai akses yang terbatas. Akan tetapi penggunaan metode ini pada bangunan yang mempunyai struktur yang masif tidak diperkenankan dikarenakan prosedurnya yang cukup sulit membuat metode ini tidak aman untuk diterapkan. Metode ini direkomendasikan untuk dilakukan oleh kontraktor yang sudah berpengalaman serta dalam pengawasan yang ketat.
Gambar Pembongkaran gedung menggunakan metode Demolition by Explosives
5. Metode High Pressure Water Jetting Metode ini memanfaatkan air yang dialirkan melaui pompa dengan tekanan yang sangat tinggi. Dengan mencoba menerapkan prinsip erosi dimana diharapkan pembongkaran ini dapat mengikis bangunan serta mengeluarkan aggregatnya secara perlahan. Setelah bangunannya terkelupas mesin cutting dibutuhkan untuk memotong tulangannya.
Gambar Water Jetting memotong tulangan III.
Proses Pembongkaran Konstruksi Gedung
Jadwal Pekerjaan akan dijabarkan lebih detail (bulanan dan mingguan) dan akan dimonitor secara cermat menggunakan laporan harian dan mingguan. Pengontrolan secara keseluruhan akan dituangkan dalam bentuk Bar Chart dan CPM net work. Aktivitas yang ditunjukkan pada CPM net work dan Bar Chart terdiri dari waktu untuk persiapan dan persetujuan gambar-gambar dan contohcontoh, pengadaan bahan, dan peralatan. Sedangkan lintasan kritis akan ditunjukkan dalam CPM net work. Kemajuan pekerjaan selanjutnya akan diplot dalam kurva-S yang menunjukkan perbandingan antara kemajuan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan. Prosedur Kontrol Kemajuan Pekerjaan dapat dijelaskan dalam tahap-tahap berikut ini:
Adapun beberapa langkah pekerjaan beberapa metode yang biasanya diterapkan dalam pembongkaran gedung di Indonesia, diantaranya : 1. Metode Top Down Manual a) Semua struktur kantilever, kanopi, atap dan struktur pendukung lainnya yang berada pada dinding luar dibongkar terlebih dahulu. b) Pembongkaran lantai bangunan dimulai dengan akan dimulai dari tengah hingga ke balok pendukung bangunan tersebut. c) Urutan pembongkarannya dimulai dengan balok kantilever, balok pendukung dan balok utama. d) Dinding penghubung tanpa beban harus dibongkar terlebih dahulu sebelum membongkar dinding penghubung dengan beban. e) Kolom dan Dinding Penghubung dibongkar setelah membongkar balok dan lantai paling atas begitupun selanjutnya hingga pada lantai dasar. f) Balok bagian luar dihancurkan secara perlahan-lahan dengan menghancurkan pelat betonnya terlebih dahulu atau dengan membuka seluruh bagian balok. Proses pembongkarannya yaitu dengan menggunaan kawat dan mesin derek pengikat kawat yang dipasang pada balok melintang lalu menghancurkan balok tersebut hingga pelat betonnya terlihat, kemudian pelat betonnya dipotong perlahan lahan hingga baloknya akan terjatuh sebagian lalu dipotong seterusnya hingga semua bagian balok jatuh semuanya secara terkontrol. Pada proses ini kawat dan mesin derek pengikatnya harus terpasang dengan baik dan aman untuk mencegah resiko yang dapat
2. Metode Top Down by Machine a) Semua struktur kantilever, kanopi, atap dan struktur pendukung lainnya yang berada pada dinding luar dibongkar terlebih dahulu b) Pembongkaran elemen strukturnya dimulai dari slab, balok pendukung dan balok utama c) Peralatan mesin berpindah ke lantai yang lebih rendah dengan menggunakan jalur akses sementara yang telah dipasang atau dengan cara diangkut menggunakan mesin pengangkat. Jalur ini digunakan d) Ketika peralatan mesin diturunkan ke lantai yang lebih rendah maka pelat dan balok pada dua lantai berikutnya dapat dihancurkan sekaligus. Peralatan mesin juga dapat bekerja pada lantai dimana peralatan tersebut diletakkan dan menghancurkan slab pada lantai diatasnya.
3. Metode Mechanical 1. Peralatan mesin dan segala aksesori dan kelengkapannya harus selalu diinspeksi secara berkala dan jika dibutuhkan dilakukan perawatan dan penggantian pada alat-alat tersebut 2. Dalam proses pembongkarannya segala struktur pada lantai harus selalu diperiksa untuk mencegah kerusakan struktur yang diakibatkan kelebihan beban yang terjadi pada lantai, suara atau getaran mesin dan kerusakan lainnya. 3. Keamanan dalam lokasi pembongkaran harus diperketat terutama selama mesin dioperasikan 4. Selama proses pembongkaran harus disediakan air ataupun anti debu lainnya mengingat lokasi pembongkaran yang berada ditengah pusat aktivitas masyarakat
IV.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan proyek akan dibentuk unit K3 yang akan membuat program seperti tersebut di atas dan akan diawasi. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai maka harus dibuat buku Program K3 di Proyek yang digunakan sebagai panduan pelaksanaan K3 yang sekurang-kurangnya berisi :
Safety Plan
Uraian Proyek secara garis besar Organisasi K3 di Proyek Sub Kontraktor yang dipakai Daftar Material yang memerlukan penanganan khusus Daftar Peralatan yang memerlukan penanganan khusus Daftar Tenaga Kerja yang memerlukan keahlian tertentu Jadwal Waktu, Jadwal Bahan, Jadwal Alat, Jadwal Tenaga Kerja. Identifikasi sumber bahaya dan pencegahan Rencana Inspeksi dan Tes Site Plan K3 Program Kebersihan dan 5R
Prosedur I nvestigasi dan Analisa Kecelakaan Kerja
Flowchart : Investigasi Kecelakaan Kerja
Analisis Kecelakaan Kerja
Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja
Pr osedur I nspeksi K 3
Inspeksi harian
Inspeksi mingguan
Inspeksi bulanan
Prosedur Pelaporan Kecelakaan
Kecelakaan Ringan
Kecelakaan Berat
Kecelakaan Mati
Daftar Telepon/ Personil yang harus dihubungi bila terjadi kecelakaan.
Prosedur Pelatihan/ Penyuluhan
Penyuluhan Awal
Pelatihan Pekerja Baru
Pelatihan secara Periodik
Rencana Tindak Darurat, minimal terdiri:
Menyusun prosedur tindak darurat
Mengatur sitem komunikasi dalam keadaan darurat.
Menetapkan tanggung jawab penetapan keadaan darurat.
Penindakan keadaan darurat
Peta situasi dalam keadaan darurat
Program evakuasi dalam keadaan darurat
Rapat K3
Rapat K3 harian Rapat K3 mingguan
Rapat K3 bulanan
Dalam menanggulangi hal-hal yang mungkin akan terjadi, maka unit K-3 akan bekerja sama dengan Puskesmas, Klinik, Rumah sakit, maupun instansi-instansi lain yang terkait. Beberapa contoh tugas-tugas dalam program K3 adalah sebagai berikut :
Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran di proyek dan menyediakan tabung pemadam kebakaran.
V.
Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat-alat keselamatan kerja, seperti topi pengaman, sabuk pengaman, sepatu, sarung tangan seperti gambar dibawah ini. Permasalahan Pembongkaran Konstruksi Gedung
Beberapa permasalahan yang terdapat saat pekerjaan pembongan gedung, diantaranya : 1. Komplain dari warga sekitar akibat dari pekerjaan pembongkaran gedung karena atap rumah warga pecah akibat dari lolosnya material dari lokasi proyek. 2. Komplain dari warga akibat terlalu berisik suara yang dihasilkan dari lokasi proyek saat pekerjaan dilakukan. 3. Komplain dari warga karena sampah dari lokasi proyek, terutama pada gedung di lantai atas. 4. Debu yang dihasilkan dari lokasi proyek menggangu jalan atau rumah warga akibatnya dapat menimbulkan penyakit serta kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang berdebu. 5. Komplain dari warga karena getaran dari lokasi proyek terhadap rumah-rumah sekitar. 6. Keterbatasan alat yang dimiliki dalam memilih metode yang akan dijalankan. 7. Aksesbilitas alat berat yang akan digunakan dalam menuju ke lokasi Pembongkaran konstruksi gedung.
VI.
Kesimpulan
Dari Metode Pembongkaran Konstruksi Gedung diatas, dapat disimpulkan : 1. Pemilihan metode yang akan digunakan harus dianalisa terhadap lokasi proyek Pembongkaran Kontruksi Gedung dengan aspek-aspek tertentu seperti aksesbilitas dan enviromental . 2. Pekerjaan Pembongkaran merupakan salah satu pekerjaan yang beresiko tinggi akan terjadi nya kecelakaan kerja, maka K3 harus selalu dijalankan agar kerja lebih tertata dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. 3. Pembongkaran konstruksi gedung yang biasanya atau yang mudah ditemukan di Indonesia ialah Metode Top Down Manual , Metode Top Down by Machine, dan Metode Mekanikal.