LAPORAN PBL OTOT PADA WAJAH DAN SISTEM OTOT
Disusun oleh: Abraham Gita Ramanda
10.2009.059
Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta 2009/2010
Kata Pengantar Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat anugerahNya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah saya kali ini berjudul “Sistem Otot Pada Wajah” Pada kesempatan ini, saya juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. Wong Winami Wati, Dr. Darminto Salim, Dr. Ninik Wibawani, Dr. Hendra Sutardhio, Ibu Erma Mexcorry, Dr. Indriani K. Sumadikarya, Dr. Mirza I. Satriabudi, Ibu Anna Maria D, Dr. Lilly yang telah membimbing saya dalam proses pembuatan makalah ini. Serta telah memberi saya kesempatan untuk membuat makalah ini sehingga saya dapat menambah wawasan dan pengetahuan saya khususnya dalam mata kuliah system muskulus skeletal. Di dalam kamus Indonesia telah dikatakan bahwa “tak ada gading yang tak retak”. Saya sadar saya dapat melakukan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna pembuatan makalah saya yang berikutnya. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda.
Jakarta ,1 April 2010
Abraham Gita ramanda
2
Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi
………………………………………………………………………….. 2
……………………………………………………………………………...… 3
Bab I: Pendahuluan
……………………………………………………………………... 4
1.1 Latar belakang masalah
……………………………………………………... 4
1.2 Rumusan makalah
…………………………………………………………... 4
1.3 Tujuan penulisan
……………………………………………………………. 4
1.4 Manfaat penulisan
…………………………………………………………... 4
Bab II: Isi
……………………………………………………………………………….. 5
2.1 Anatomi otot wajah
…………………………………………………………. 5
2.2 Proses fisiologis otot wajah
…………………………………………………. 9
2.3 Struktur histologist otot wajah 2.4 Proses biokim dalam otot wajah
……………………………………………. 17
………………………………………………………………………... 20
Bab III: Penutup Kesimpulan Daftar Pustaka
……………………………………………… 13
……………………………………………………………………... 21
………………………………………………………………………….. 21
3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Otot merupakan suatu organ / alat yang dapat bergerak ini adalah suatu penting bagi organism. Gerak selterjadi karena sitoplasma merubah bentuk (lihat pergerakan amuba). Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan rangsangan muka miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan rangsangan makan myofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kea rah tertentu (berkontraksi). Seperti halnya di wajah kita, wajah kita memiliki banyak otot dan memiliki fungsi masing-masing. Oleh karena itu, dalam makalah saya kali ini, saya akan membahas mengenai anatomi, fisiologi, histologi, biokimia otot-otot wajah. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa saja anatomi otot wajah? 1.2.2 Bagaimana proses fisiologis otot wajah? 1.2.3 Apa saja struktur hitologis otot wajah? 1.2.4 Apa saja proses biokimia dalam otot wajah? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Mengetahui bagian anatomi otot wajah 1.3.2 Mengetahui proses kerja fisiologis dari otot wajah 1.3.3 Mengetahui struktur histoligis otot wajah 1.3.4 Mengetahui proses biokimia dalam otot wajah 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa / mahasiswi Ukrida 1.4.2 untuk menambah referensi perpustakaan.
4
Bab II Isi
2.1 Anatomi otot wajah Dahi, parietal, pelipis 1. M. occipitorfrontalis Bagian origo: - Venter frontalis: kulit dahi membentuk anyaman otot bersama dengan Mm. procerus, corrugator dan depresor superciii, serta M. orbicullaris oculi. - Venter occipitalis: linea nuchalis suprema. Bagian insersio: galea aponeurotica. Fungsi: pergerakan kulit kepala. 2. M. temporoparientalis Bagian origo: kulit pelipis, Fascia temporalis. Bagian insersio: Galea aponeurotica. Fungsi: pergerakan kulit kepala. 3. M. auricularis anterior Bagian origo: fascia temporalis. Bagian insersio: spina helicis. Fungsi: pergerakan daun telinga. 4. M. auricularis superior Bagian origo: galea aponeurotica. Bagian insersio: akar daun telinga. Fungsi: pergerakan daun telinga. 5. M. auricularis posterior Bagian origo: proc. Mastoideus, tendo M. sternocloidomastoideus. 5
Bagian insersio: akar daun telinga. Fungsi: pergerakan daun telinga. Kelopak mata 6. M. orbicularis oculi Bagian origo: - Pars orbitalis: pars nasalis (os. Frontale), proc. Frontalis maxillae, os. Lacrimale, lig. Pelpebrale mediale, saccus lacrimalis. - Pars palpebralis: lig. Palpebrale mediale, saccus lacrimalis. - Pars lacrimalis: crista lacrimalis posterior (os. Lacrimale) Bagian insersio: Mengelilingi arditus orbitae seperti sfinkter. - Pars orbitalis: lig. Pelpebrale laterale, di sampingnya merupakan peralihan menjadi simpul otot berbentuk cincin. - Pars palpebralis: lig. Palpebrale laterale - Pars lacrimalis: lubang air mata, tepi kelopak mata. Fungsi: menutup kelopak mata; menekan kantung air mata, pergerakan alis mata. 7. M. depresor supercilii Bagian origo: pars nasalis os frontale, pembelahan pars orbitalis M. orbicularis oculi. Bagian insersio: sepertiga medial dahi dan alis mata. Fungsi: menurunkan kulit mata dan alis mata. 8. M. corrugator supercilii Bagian origo: pars nasalis (os frontale) Bagian insersio: sepertiga tengah kulit alis mata. Galea aponeurotica. Fungsi: menurunkan kulit mata dan alis mata. 9. M. procerus Bagian origo: os nasale, cartilago nasi lateralis. Bagian insersio: kulit glabella Fungsi: menurunkan kulit mata dan alis mata 6
Otot-otot hidung 10. M. nasalis Bagian origo: - Pars alaris: jugum alveolare gigi seri lateral - Pars transversa: jugum alveolae gigi taring Bagian insersio: - Pars alaris: cuping hidung, tepi lubang hidung - Pars transversa: cartilago nasi lateralis. Lempeng tendo di atas punggung hidung. Fungsi: pergerakan cuping hidung dan hidung 11. M. depressor septi nasi Bagian origo: jugum alvelare gigi seri medial. Bagian insersio: cartilago alaris major, cartilago septi nasi. Fungsi: penggerak cuping hidung dan hidung. Otot-otot mulut 12. M. orbicularis oris Bagian origo: Pars marginalis dan pars labialis: sebelah lateral Angulus oris Bagian insersio: bagian utama bibir Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 13. M. buccinator Bagian origo: Bagian belakang proc. Alveolaris maxillae, raphe ptyerigomandibularis, bagian belakang proc. Alveolaris mandibulae. Bagian insersio: angulus oris, bibir atas dan bawah; membentuk dasar pipi. Fungsi: sangat diperlukan sebagai sinergi untuk meningkatkan tekanan dalam rongga mulut, misalnya pada saat meniup atau mengunyah. 14. M. depressor labiti inferioris Bagian origo: basis mandibulae medial di bawah foramen mentale 7
Bagian insersio: bibir bawah, tonjolan dagu; serabut dalam ke selaput lendir. Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 15. M. levator labii superioris Bagian origo: margo infraorbitalis dan bagian tepi proc. Zygomaticus maxillae; berasal dari otot M. orbicularis oculi. Bagian insersio: bibis atas Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 16. M. mentalis Bagian origo: jugum alveolare gigi seri lateral bawah Bagian insersio: kulit dagu Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 17. M. transversus menti Bagian origo: pembelahan melintang dari M. mentalis. Bagian insersio: kulit tonjolan dagu. Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 18. M. depressor anguli oris Bagian origo: basis mandibulae di bawah foramen mentale. Bagian insersio: bibir bawah, pipi sebelah lateral Angulus ori, bibir atas. Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 19. M. risorius Bagian origo: fascia parotideomasseterica Bagian insersio: bibir atas, Angulus oris Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 20. M. levator angulus oris Bagian origo: fossa canina maxillae Bagian insersio: Angulus oris Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 21. M. zygomaticus major Bagian origo: os zygomaticum dekat sutura zygomaticotemporalis Bagian insersio: bibir atas, Angulus oris Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 8
22. M. zygomaticus minor Bagian origo: os zygomaticum dekat sutura zygomaticomaxillaris Bagian insersio: bibir atas, Angulus oris Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. 23. M. levator labii superioris alaeque nasi Bagian origo: proc. Frontalis maxilla; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi Bagian insersio: cuping hidung dan bibir atas; serabut dalam: lingkar samping dan belakang lubang hidung. Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu. Leher 24. Platysma Bagian origo: basis mandibulae, fascia perotidea Bagian insersio: kulit di bawah clavicula, fascia pectoralis Fungsi: meregangkan kulit leher.1 2.2 Proses fisiologis otot wajah Struktur otot rangka Sel-sel otot dirancang khusus untuk berkontraksi. Terdapat tiga jenis otot: rangka, polos, jantung. Otot rangka terdiri dari berkas sel-sel otot yang panjang dan silindris yang dikenal sebagai serat otot penuh dengan miofibril, dengan setiap miofibril terdiri dari rangkaian filamen tebal dan tipis yang bertumpuk dan sedikit bertumpang tindih. Susunan seperti ini menyebabkan serat otot rangka tampak bergaris-garis pada pemeriksaan di bawah mikroskop. Filamen tebal terdiri dari protein miosin. Jembatan silang dibentuk dari ujungujung globuler molekul miosin yang menonjol dari setiap filamen tebal. Filamen tipis terutama terdiri dari protein aktin, yang memiliki kemampuan berkaitan dan berinteraksi dengan jembatan silang miosin untuk menghasilkan kontraksi. Akan tetapi, dua protein lain, yakni troponin dan tropomiosin, terletak melintang di permukaan filamen tipis untuk mencegah interaksi jembatan silang ini dalam keadaan istirahat. Dasar molekul kontraksi otot 9
eksitasi serat otot rangka oleh neuron motoriknya menimbulkan kontraksi melalui serangkaian proses yang menyebabkan filamen-filamen tipis bergeser saling mendekat satu sama lain diantara filamen tebal. Mekanisme penggelinciran filamen pada kontraksi otot ini diaktifkan oleh pengeluaran Ca++ dari kantung lateral retikulum sarkoplasma. Pengeluaran Ca++ terjadi sebagai respons terhadap penyebaran potensial aksi serat otot ke bagian tengah serat melalui tubulus T. kalsium yang keluar dikeluarkan berikatan dengan kompleks troponin-tropomiosin filamen tipis, menyebabkan reposisi kompleks tersebut, sehingga tempat pengikatan jembatan aktin terbuka. Setelah aktin berikatan dengan jembatan silang miosin, interaksi molekuler antara aktin dan miosin membebasjan energi di dalam kepala miosin yang disimpan dari penguraian ATP sebelumnya oleh ATPase miosin. Energi yang dibebaskan ini menggerakkan jembatan silang. Selama gerakan mengayun, jembatan silang yang telah aktif melengkung ke arah bagian tengah filamen tebal, “mendayung” ke arah dalam filamen tipis tempat jembatan silang tersebut melekat. Dengan penambahan sebuah molekul ATP segar ke jembatan silang miosin, miosin dan aktin terlepas, jembatan silang kembali ke bentuk semula, dan siklus kembali diulang. Siklus aktivitas jembatan silang yang berulang-ulang menyebabkan filamen tipis bergeser ke arah dalam selangkah demi selangkah. Apabila tidak terdapatl lagi potensial aksi lokal, kantung lateralsecara aktif menyerap Ca++, troponin dan tropomiosin bergeser kembali ke posisi menghambatnya, dan terjadi relaksasi otot. Keseluruhan respons kontraktil berlangsung sekitar seratus kali lebih lama daripada potensial aksi. Mekanika otot rangka Gradasi otot rangka dapat dilakukan dengan mengubah-ubah jumlah serat otot yang berkontraksi dalam suatu otot, mngubah-ubah ketegangan yang terbentuk oleh setiap serat yang berontraksi. Semakin banyak serat otot yang aktif, semakin besar ketegangan otot keseluruhan. Jumlah serat yang berkontraksi bergantung pada ukuran otot (jumlah serat otot yang ada); tingkat rekrutmen unit motorik (seberapa banyak neuron motorik yang mempersarafi otot yang aktif); dan ukuran setiap unit motorik (seberapa banyak serat otot yang diaktifkan secara simultan oleh sebuah neuron motorik). Selain itu, semakin besar ketegangan yang dibentuk oleh setiap serat yang berkontraksi, semakin kuat kontraksi otot keseluruhan. Dua faktor yang menimbulkan efek pada 10
ketegangan serat adalah frekuensi perangsangan yang menentukan tingkat penjumlahan dan panjang serat sebelum permulaan kontraksi. Penjumlahan mengacu kepada peningkatan ketegangan yang menyertai stimulasi repetitif pada serat otot. Setelah mengalami potensial aksi, membran sel otot sel pulih dari periode refrakternya dan mampu dirangsang kembali, sementara sebagian aktivitas kontraktil yang dipicu oleh potensial aksi pertama masih berlangsung. Akibatnya, respons kontraktil yang diinduksi oleh dua potensial aksi yang timbul berurutan dapat dijumlahkan, sehingga terjadi peningkatan ketegangan yang diciptakan oleh serat. Jika serat otot dirangsang sedemikian cepat, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk berelaksasi di antara rangsangan, timbul kontraksi maksimum (maksimum untuk serat pada panjang tersebut) yang menetap dan mulus yang dikenal sebagai tetanus. Metabolisme otot rangka dan jenis-jenis serat Terdapat tiga jalur biokimia yang menyediakan ATP untuk kontraksi otot yaitu pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat simpanan ke ADP, yang merupakan sumber pertama ATP pada permulaan olahraga; fosforilasi oksidatif, yang secara efisien mengekstraksi sejumlah besar ATP dari molekul nutrien apabila tersedia cukup O2 untuk menunjang sistem ini, dan glikolisis yang dapat mensintesis ATP walaupun tidak tersedia O2 tetapi menggunakan banyak glikogen dan dalam prosesnya menghasilkan asam laktat. Terdapat tiga jenis serat otot, diklasifikasikan berdasarkan jalur yang mereka gunakan untuk membuat ATP (oksidatif atau glikolitik) dan kecepatan mereka menguraikan ATP dan kemudian berkontraksi (kedutan lambat versus kedutan cepat): serat oksidatif-lambat, serat oksidatif-cepat, dan serat glikolitik-cepat. Kontrol gerakan motoris Kontrol terhadap gerakan motorik bergantung pada tingkat aktivitas di semua masukan sinaps yang berjalan ke neuron motorik yang mempersarafi berbagai otot. Berbagai masukan tersebut berasal dari tiga sumber yaitu jalur refleks spinalis, yang berasal dari neuron aferen; sistem desendens korikospinalis, yang berperan pada gerakan tangan yang diskret dan halus; dan sistem desendens multineuronm yang berasal dari batang otak dipengaruhi oleh serebelum, nukleus basal, dan korteks serebrum. Pembentukan dan penyusunan perintah11
perintah motorik bergantung pada masukan aferen yang terus-menerus diberikan, terutama umpan balik mengenai perubahan-perubahan panjang otot (dipantau oleh gelondong otot) dan ketegangan otot (dipantau oleh organ tendon golgi) Otot polos dan otot jantung Filamen tebal dan tipis pada otot polos tidak tersusun secara teratur, sehingga seratseratnya tidak memperlihatkan seran lintang. Kalsium sitosol, yang masuk dari cairan ekstrasel dan sedikit dikeluarkan dari simpanan intrasel, mengaktifkan siklus jembatan silang dengan formulasi serangkaian reaksi biokimia yang menyebabkan fosforilasi jembatan silang tersebut dapat berikatan dengan aktin. Otot polos unit-jamak bersifat neurogenikm tiap-tiap serat ototnya memerlukan stimulasi dari saraf otonom agar dapat berkontraksi. Otot polos unit-tunggal bersifat miogenik; otot ini mampu mencetuskan sendiri kontraksinya tanpa pengaruh eksternal apapun akibat depolarisasi spontan ke ambang potensial yang timbul karena pergeseran otomatis fluks ion. Apabila timbul potensial aksi motor di otot polos unit-tunggal, aktivitas listrik ini menyebar melalui gap junction ke sel-sel di sekitarnya di dalam sinsitium fungsional, sehingga lembaran keseluruhan tereksitasi dan berkontraksi sebagai satu kesatuan. Sistem saraf otonom serta hormon dan metabolit lokal dapat memodifikasi kecepatan dan kekuatan kontraksi spontan ini. Kontraksi otot polos bersifat hemat energi, sehingga jenis otot ini mampu secara ekonomis melakukan kontraksi jangka panjang tanpa kelelahan. Sefat hemat ini, disertai dengan kenyataan bahwa otot polos unit-tunggal mampu berada dalam berbagai panjang dengan hanya sedikit mengalami perubahan ketegangan, menyebabkan otot polos unit-tunggal ideal untuk membentuk dinding organ-organ berongga yang sering teregang. Otot jantung hanya di temukan di jantung. Otot ini memiliki serat bergaris-garis yang sangat terorganisasi seperti otot rangka. Seperti otot polos unit-tunggal, sebagian serat otot jantung mampu menghasilkan potensial aksi, yang menyebar ke seluruh jantung dengan bantuan gap junction.2 Tipe-tipe otot polos Otot polos multiunit. Tipe otot ini terdiri dari serat otot polos yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Tiap serat bekerja tanpa bergantung pada serat lain dan seringkali dipersarafi oleh 12
sebuah ujung saraf, seperti yang terjadi pada serat oto rangka. Selanjutnya, permukaan luar serat ini, seperti halnya paea serat otot rangka, ditutupi oleh lapisan tipis yang terdiri dari substansi seperti membran basal, yakni campuran kolagen halus dan fibrila glikoprotein yang membantu menyekat serat-serat terpisah satu sama lain. Sifat paling penting dari serat otot polos multiunit adalah bahwa masing-masing serat dapat berkontraksi secara tidak bergantung pada yang lain, dan pengaturannya terutama dilakukan oleh sinyal saraf. Keadaan ini berbeda dengan pengaturan otot polos viseral yang sebagian besar diakibatkan oleh rangsangan nonsaraf. Sifat tambahan lainnya adalah bahwa otot ini jarang menunjukan kontraksi yang spontan. Otot polos unit tunggal. Istilah “unit tunggal” bersifat membingungkan karena istilah ini tidak memaksudkan suatu serat otot tunggal. Malahan, ini mengartikan sebuah massa otot seluruhnya yang terdiri dari ratusan hingga jutaan serat otot yang berkontraksi bersamasama sebagai suatu unit tunggal. serat-serat biasanya bersatu menjadi lembaran atau berkas, dan membrana selnya berlekatan satu sama lain pada banyak titik sehingga kekuatan yang terbentuk dalam satu serat otot dapat dijalarkan ke serat berikutnya. Selain itu, membran sel dihubungkan oleh banyak taut rekah (gap junction) yang dapat dilalui oleh ion-ion secara bebas dari satu sel ke sel berikutnya, sehingga potensial aksi atau ion yang sederhana dapat berkonttraksi bersama-sama. Jenis otot polos ini juga dikenal sebagai otot polos sinsisial karena sifat antar hubungannya di antara serat-serat. Karena otot semacam ini ditemukan pada dinding sebagian besar visera tubuh-termasuk usus, duktus bilaris, ureter, uterus, dan banyak pembuluh darah-otot ini disebut juga otot ini disebut juga otot polos viseral.3 2.3 Struktur histologis otot wajah Jaringan muscular atau jaringan otot mempunyai asal kata dari mus, mys (bahasa Belanda) artinya tikus, sedangkan sarx (bhs. Greek) artinya daging. Mus. kependekan dari muskulus yang artinya otot, sedangkan mys kependekan dari miofibril, miofilamen, myosin. Sarx kependekan dari sarkolema, sarkoplasma, sarkosom. Fungsi jaringan muscular adalah untuk kontraksi sehingga terjadi gerakan tubuh secara keseluruhan atau sebagian badan (anggota / alat gerak badan, usus, dll), karena adanya filaman kontraktil dalam sitoplasma sel atau serat otot. 13
Susunan jaringan muscular terdiri dari: 1. sel otot yang merupakan serat otot yang berisi filamen kontraktil yaitu myofibril. 2. Jaringan penyambung yang terdapat di antara serat otot, juga di sekitar berkas otot, berguna untuk mengikat serat satu sama lainnya dan memberi kekuatan optimum otot. Asal jaringan muscular adalah mesoderm, kecuali pada tempat-tempat tertentu berasal dari ectoderm, misal otot iris, korpus siliaris, mioepitel pada dinding kelenjar keringat, ludah dan lakrimal, dan muskulus arektor pili. Berdasarkan miofibril dan fungsinya, jaringan muskular pada mamalia dibedakan: 1. Otot polos 2. Otot rangka / skelet 3. Otot jantung OTOT POLOS Serat otot polos berbentuk fusiformis, dengan kedua ujungnya runcing. Mempunyai satu inti terletak di tengah. Sitoplasma serat otot polos tampak homogen dan asidofil. Serat otot polos yang paling kecil atau paling pendek terdapat pada arteriol atau venula. Persyarafan otot polos adalah dari susunan saraf otonom, baik simpatis maupun parasimpatis, involunter artinya tidak di bawah pengaruh kemauan. Kontraksinya lamat atau lembut, dapat berlangsung lama. Sarkoplasma otot polos mengandung filamen miofibril (sarkofibril). Merupakan unsur kontraktil, butir-butir glikogen, lemak, mioglobin. Inti lonjong panjang dengan jala-jala kromatin halus. Anak inti (nukleolus) tampak satu atau dua. Otot polos terdapat: 1. Sebagai lembaran dalam dinding visera yang berlumen, misalnya di dinding saluran cerna, saluran pernafasan, saluran keluar traktus urinarius, traktus genitalis, uterus. 2. Tersebar dalam jaringan ikat dalam organ-organ tertentum, misalnya prostat, jaringan subkutis skrotum.
14
3. Berkelompok membentuk muskuli kecil, misal m. arektor pili, areola mammae, muskular iris dan korpus seliaris. Dalam lembaran-lembaran otot polos, diantara serat-serat terdapat juga jala-jala serat retikulin dan serat elastin yang berguna untuuk memberikan kekuatan umum yang tetap dan seragam sewaktu lembaran otot polos berkontraksi. Fungsi otot polos adalah untuk memelihara stabilitas fisiologik (milleu interior). Tergantung lokasinya kontraksi otot polos dapat terjadi kerena: 1. Impuls saraf 2. Pengaruh hormonal 3. Perubahan setempat; rangsangan setempat verupa regangan otot akan menimbulkan kontraksi otot sehingga otot berkontraksi. Contohnya pada vesika urinaria, saluran cerna dan pada organ berlumen lainnya sehingga kontraksi otot ini merupakan fungsi evakuasi. Ada 2 jenis persarafan pada otot polos yaitu: 1. Tipe multi unit artinya satu serat untuk satu saraf, semua sel menerima ujung saraf sehingga kontraksi berlangsung bersamaan, serentak, dan relatif cepat. Perdarafan tipe ini terdapat di duktus deferens, m. arektor pilim, arteri besar, m. sfingter pupilae dan m. dilatator pupilae di iris. 2. Tipe viseral, impuls saraf mencapai satu serat otot polos dan dilanjutkan ke serat otot polos yang lain melalui nexus / gap junction pada tempat perlekatan, melaui nexus / gap junction, merupakan low resistant pathway. Persarafan tipe ini terdapat di visera (di gaster, usus, dll) dan pembuluh darah kecil. Disini otot berkontraksi relatif lebih lambat. OTOT BERCORAK / SKELET / RANGKA Otot bercorak terdapat melekat pada tulang-tulang rangka, pada diafragma, sepertiga atas tunika muskularis sirkularis esofagus, lidah, otot wajah, dll. Unit terkecil serat otot skelet adalah sel otot yang mempunyai banyak inti gepeng di tepi serat (merupakan sinsitum). Serat otot skelet terpanjang terdapat pada m. sartorius. Serat otot diliputi oleh 15
jaringan ikat, menjadi satu dengan serat-serat lain membentuk berkas-berkas kecil disebut fasikulus. Jaringan ikat ini disebut endomisium, terdiri atas serat kolagen halus, serat retikulin, dan serat elastin. Tiap fasikulis diliputi lagi oleh jaringan penyambung perimisium, terutama terdiri atas serat kolagen. Seluruh fasikuli diikat menjadi satu berkas besar oleh jaringan penyambung jarang epimisium. Jaringan ini secara mikroskopik terlihat sebagai sarung putih. Di sekitar otot / muskulus skelet diliputi lagi oleh lembaran jaringan penyambung padat kolagen disebut fasia. Pada petinju, penari ballet otot skelet mengalami hipertrofi, sedangkan pada imobilisasi yang lama misalnya setelah fraktura tulang atau stroke dapat terjadi atrofi otot. Fungsi otot rangka adalah untuk menggerakan tubuh sesuai dengan lingkungan (milleu exteriur). Kontraksi otot skelet di bawah kemauan (volunter ). Persarafannya serebrospinal, bersifat motoris dan sensoris. Pada potongan memanjang setiap serat berbentuk silinder panjang, kedua ujungnya tumpul dan dibatasi oleh membran tipis disebut sarkolema. Dalam sarkoplasma mengandung inti gepeng banyak di bagian tepi serat, mengandung miofibril yang terdiri atas filamen aktin dan filamen miosinyang tersusun rapi (merupakan unsur kontraktil), sehingga memberikan gambaran seran lintang. Pada potongan melintang serat tampak miofibril tidak tersebar rata, sehingga membentuk kelompok-kelompok yang disebut Cohnheim’s field. Pada potongan memanjang otot skelet, tampak garis-garis melintang yang terdiri atas pita-pita / lempengan / garis terang dan gelap yang berselang-seling. Pita gelap disebut pita A (anisotrop), sedangkan pita terang disebut pita I (isotrop). Di bagian pita I terdapat membran / garis gelap transversal yaitu garis Z (zwischenscheibe). Sarkomer merupakan unit terkecil dari susunan kontraktil. Satu bagian serat saraf yang terdapat di antara dua garis Z yang berurutan disebut satu sarkomer, merupakan satuan fungsionil otot. Jenis serat otot skelet secara morfologis, fungsi dan kecepatan serat otot skelet dibedakan: 1. Serat otot merah / serat otot lambat -
Mengandung banyak pigmen merah (mioglobin) dan mitokondria, sedikit miofibril
-
Jala-jala kapilaritas luas
16
-
Kontraksinya lebih lambat tetapi dapat berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Energi berasal dari fosforilasi oksidatif. Contoh: otot dada burung dan anggota badan manusia.
2. Serat otot putih / serat otot cepat -
Mengandung sedikit mioglobin, mitokondria dan banyak miofibril
-
Jala-jala kapilaritas tidak luas
-
Kontraksi cepat dan kuat, tetapi cepat lelah. Contoh: otot dada ayam.
3. Tipe campuran, pada manusia terdapat campuran kedua tipe di atas. OTOT JANTUNG Jaringan ini merupakan modifikasi antara otot polos dan otot skelet. Tergantung pada kiokard jantung dan dinding pembuluh darah besr yang langsung berhubungan dengan jantung. Secara embriologis berasal dari mesoderm splanknikus. Serat otot jantung dahulu dianggap merupakan kesatuan protoplasmatis yang disebut sinsitium, tetapi ternyata tidak demikian. Bentuk serat silindris memanjang, mempunyai garis-garis melintang, bercabang dan saling beranatomis melalui diskus interkalaris. Diskus interkalaris merupakan batas sel / serat yang terletak tepat pada garis Z, merupakan perlekatan antara satu serat dengan serat lainnya, mempunyai gambaran seperti anak tangga. Setiap serat diliputi sarkolema tipis, memppunyai 1 atau 2 inti, lonjong, yang terletak di tengah sel, berada dalam ruang perinuklear. Sarkoplasma mengandung miofibril bercorak (miosin dan aktin). Di subendokardium terdapat ventrikel jantung terdapat Serat Purkinje, yang merupakan modifikasi serat otot jantung dan berfungsi konduktif artinya dapat menyalurkan rangsang. Regenerasi / perbaikan otot: 1. Otot polos: mampu beregenerasi melalui cara mitosis. 2. Otot rangka: dapat terjadi regenerasi yang berasal dari sel-sel satelit yaitu sel yang terdapat pada lamina basalis dan hanya terlihat dengan mikroskop elektron. Tidak ada perbaikan, menjadi jaringan perut / fibrosis. 3. Otot jantung: tidak / sedikit sekali mempunyai kemampuan regenerasi. Kerusakan otot jantung akan diganti dengan jaringan ikat fibrosis.4 2.4 Proses biokim dalam otot wajah 17
Miofibril otot rangka mengandung filamen tebal dan tipis. Filamen tebal mengandung miosin. Filamen teipis mengandung aktin, tropomiosin, dan kompleks troponin (troponin T, I, dan C). model jembatan silang filamen geser adalah dasar dari pandangan terkini tentang kontraksi otot. Dasar dari model ini adalah bahwa filamen-filamen yang saling tumpang tindih bergeser satu sama lain sewaktu otot berkontraksi dan jembatan silang antara miosin dan aktin menghasilkan dan mempertahankan ketegangan otot. Hidrolisis ATP digunakan untuk menggerakan filamen. ATP berikatan dengan kepala miosin dan terhidrolisis menjadi ADP dan P oleh aktivitas ATPase kompleks aktomiosin. Ca2+ berperan utama dalam inisiasi kontraksi otot dengan mengikat troponin C. Di otot rangka, retikulum sarkoplasma mengatur distribusi Ca2+ melalui kanal Ca2+ di sarkolema sangat penting bagi otot jantung dan polos. Banyak kasus hipotermia maligna pada manusia disebabkan oleh mutasi gen yang menyadi kanal pengeluaran Ca2+. Terdapat sejumlah perbedaan antara otot rangka dan otot jantung; khususnya, otot jantung memiliki berbagai reseptor pada permukaannya. Sejumlah kasus kardiomiopati hipertofik familial disebabkan oleh mutasi missense di gen yang menyandi rantai panjang βmiosin. Mutasi di gen yang menyandi sejumlah protein lainjuga pernah ditemukan. Otot polos, tidak seperti otot rangka dan otot jantung, tidak mengandung sistem tropnin; kontraksi dipicu oleh fosforilasi rantai pendek miosin. Nitrogen oksida adalah regulator otot polos vaskular; hambatan pembentuknya dari arginin menyebabkan peningkatan mendadak tekanan darah yang menunjukan bahwa regulasi tekanan darah adalah salah satu dari banyak fungsinya. Distrofi otot tipe Duchenne disebabkan oleh mutasi di gen (terletak di kromosom X) yang menyandi protein distrofin. Pada manusia ditemukan tipe serabut otot: putih (anaerob) dan merah (aerob). Pertama, terutama digunakan pada lari cepat, dan yang kedua, dalam olahraga aerobik berkepanjangan. Sewaktu lari cepat dilakukan, otot menggunakan kreatin fosfat dan glikolisis sebagai sumber energi; dalam maraton, oksidasi asam lemak sangat penting pada fase-fase terakhir. Sel selain otot melaksanakan berbagai kerja mekanis yang dilakukan oleh struktur-struktur yang membentuk sitoskeleton (rangka sel). Struktur-struktur ini mencakup filamen aktin (mikrofilamen), mikrotubulus (terutama terdiri dari α-tubulin dan β-tubulin),
18
dan filamen intermedia. Filamen intermedia mencakup keratin, protein yang mirip-vimentin, neurofilamen, dan lamin.5
19
Bab III Penutup
Kesimpulan Tubuh kita disusun oleh berbagai macam otot. Otot dalam tubuh kita dapat dibedakan menjadi tiga sesuai dengan strukturnya, yaitu otot polos, otot rangka / lurik, otot jantung. Otot polos terdapat di saluran pencernaan, saluran genital, dll. Otot rangka / lurik melekat pada tulang kita, karena berfungsi untuk menggerakan tulang kita. Sedangkan otot jantung berada di jantung. Di wajah kita terdapat berbagai macam otot yang dapat membuat kita berekspresi tertawa, berpikir, marah, dll. Utuk dapat mengekspresikan itu semua, otot-otot harus melakukan kontraksi dan relaksasi yang dikendalikan oleh pusat saraf sadar kita. Kontraksi terjadi saat kita menerima rangsang, kemudian asetilkolin dilepaskan, diterima oleh reseptor, dan dibawa ke seluruh bagian otot, kemudian Ca++ dilepaskan dari retikulum sarkoplasmik dengan mengikat troponin C, yang kemudian akan menempel di aktin untuk mencari myosin yang hanya mengandung ATP lalu berikatan. Kemudian otot memendek dan terjadi kontraksi. Setelah ATP habis, aktin akan terlepas dari myosin dan terjadi relaksasi atau otot kembali memanjang. Setelah itu kita memerlukan oksigen lagi untuk segera mengembalikan energi kita, karena oksigen akan mengoksidasi cadangan makanan dalam bentuk glukosa. Oleh karena itu kita terengah-engah jika sehabis melakukan kegiatan berat.
20
Daftar Pustaka
1. R. Putz, R. Pabst. Atlas anatomi manusia sobotta kepala, leher, ekstremitas atas. Edisi ke-21. Jakarta: penerbit buku kedokteran (ECG); 2000.h.74-6. 2. Lauralee Sherwood. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: penerbit buku kedokteran (ECG); 2001.h.212-55. 3. Pearce, EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: gramedia; 2002. 4. Docstoc. Sistem otot. Edisi oktober 2009. Diunduh dari www.docstoc.com, 6 april 2010. 5. Robert K. Murray, Daryl K. Granner, Victor W. Rodwell. Biokimia harper. Edisi ke27. Jakarta: penerbit buku kedokteran (ECG); 2009.h.582-604.
21